kab/kota: Gowa

  • Terganggu Musik dan Nyanyian Terlalu Keras, Pria Mabuk Tikam Tetangga Pakai Sangkur Hingga Tewas

    Terganggu Musik dan Nyanyian Terlalu Keras, Pria Mabuk Tikam Tetangga Pakai Sangkur Hingga Tewas

    Liputan6.com, Jakarta Suasana malam di Kelurahan Tetebatu, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, berubah mencekam pada Minggu (2/11/2025) malam. Penyebabnya, gara-gara suara musik dan nyanyian yang dianggap terlalu bising hingga berujung dua warga tewas setelah terlibat pertikaian berdarah. 

    Korban masing-masing bernama Rahim (43) dan mertuanya Amir (59). Keduanya meninggal dunia usai ditikam oleh pelaku Muh. Sabil (50), warga setempat yang diduga berada di bawah pengaruh minuman keras.

    Berdasarkan hasil penyelidikan awal, kejadian bermula ketika pelaku merasa terganggu oleh suara nyanyian dan keributan dari rumah Amir. Pelaku kemudian menegur korban. Namun teguran itu justru memicu adu mulut hingga berujung perkelahian.

    Situasi semakin memanas ketika Rahim datang untuk menengahi. Pelaku yang emosi kemudian mencabut senjata tajam jenis sangkur dan menikam Rahim di bagian dada hingga tewas di tempat. Melihat hal itu, Amir berusaha melawan menggunakan badik, tetapi justru kembali menjadi korban setelah diserang pelaku.

    Kapolres Gowa AKBP M. Aldy Sulaiman, yang turun langsung ke lokasi bersama Kasat Reskrim, Kasat Intelkam, Kasat Samapta, dan Kapolsek Pallangga, mengatakan pihaknya segera melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan mengamankan pelaku.

    “Kami langsung bergerak setelah menerima laporan. Tim melakukan olah TKP, mengamankan barang bukti, dan menangkap pelaku di sekitar wilayah Pallangga,” ujar AKBP Aldy Sulaiman, Senin (3/11/2025).

  • RI-Afrika Perkuat Kolaborasi Lewat Pembangunan Rumah Budaya Syaikh Yusuf

    RI-Afrika Perkuat Kolaborasi Lewat Pembangunan Rumah Budaya Syaikh Yusuf

    Jakarta

    Menteri Kebudayaan Fadli Zon berziarah ke Makam Syaikh Yusuf Al-Makassari di Macassar, Cape Town, Afrika Selatan, hari ini. Ziarah dilakukan di sela-sela menghadiri kegiatan Culture Ministers Meeting G20 di Afrika Selatan.

    Adapun kunjungan ini menjadi momentum penting memperkuat hubungan sejarah dan kebudayaan Indonesia-Afrika Selatan melalui rencana pembangunan Rumah Budaya Indonesia Syaikh Yusuf. Rumah budaya ini rencananya akan dibangun di lahan seluas 2.000 meter persegi di sekitar kompleks makam.

    Syekh Yusuf, yang juga dikenal dengan nama Abadin Tadia Tjoessoep, lahir di Makassar pada tahun 1626. Ia merupakan keponakan Raja Gowa, Sultan Alauddin, raja pertama Gowa yang memeluk Islam pada tahun 1603. Selain sebagai ulama, Syekh Yusuf juga dikenal sebagai pemimpin perlawanan terhadap penjajahan Belanda di Asia Tenggara. Ketika Makassar jatuh ke tangan VOC, beliau berlayar ke Banten pada tahun 1664 dan menikah dengan putri Sultan Abdul Fatah Ageng Tirtayasa.

    “Perjuangan Syekh Yusuf Al-Makassari hingga dipenjara di Batavia dan kemudian dipindahkan ke Colombo, Ceylon (kini Sri Lanka) sampai diasingkan ke Tanjung Harapan (Cape of Good Hope) Afrika Selatan, karena pengaruhnya yang kuat dalam melawan penjajahan menunjukkan kekuatan beliau dalam menjunjung tinggi nilai-nilai anti kolonialisme dan penjajahan,” ungkap Fadli dalam keterangan tertulis, Jumat (31/10/2025).

    Pada 27 Juni 1693, Syekh Yusuf diterima oleh Gubernur Simon van der Stel lalu ditempatkan di lahan pertanian Zandvliet, di tepi Sungai Eerste yang kemudian dikenal sebagai Macassar, untuk menghormati asal usulnya. Di Zandvliet, Syekh Yusuf menjadikan masa pengasingannya sebagai ladang dakwah. Ia membuka tempat perlindungan bagi budak pelarian dan membentuk komunitas Muslim pertama di Afrika Selatan. Dari tempat inilah ajaran Islam menyebar luas ke Cape Town dan sekitarnya, menjadikan Syekh Yusuf sebagai Bapak Islam di Afrika Selatan hingga beliau wafat pada 23 Mei 1699 di usia 73 tahun.

    Sebagai informasi, dalam kesempatan ini, Fadli Zon turut didampingi Konsul Jenderal RI di Cape Town, Tudiono, serta tokoh masyarakat dan sejarawan lokal seperti Imam Adam dari Masjid Nurul Latief dan Ebrahim Rhoda, peneliti sejarah Islam di Cape Town.

    (akn/ega)

  • Jejak literasi keuangan dari pegunungan hingga kepulauan di Sulsel

    Jejak literasi keuangan dari pegunungan hingga kepulauan di Sulsel

    Makassar (ANTARA) – Warga yang mengenakan jaket dan sarung satu per satu keluar rumah menuju kebun, saat kabut masih menyelimuti perkampungan kecil di Gunung Lompobattang yang bersebelahan dengan Gunung Bawakaraeng, tepatnya di Dusun Lembang Bu’ne, Kelurahan Cikoro, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

    Langkah kaki yang bergegas menuju kebun yang didominasi sayuran itu menjadi pemandangan sehari-hari, ketika Matahari belum menyembul di balik Gunung Lompobattang dan Bawakaraeng.

    Tergurat kebahagiaan yang memancar di wajah mereka, ketika memanen sayuran dan pedagang pengumpul segera membawa ke kota untuk dijual.

    Tidak ada uang tunai sebagai lambang transaksi antara petani dan pedagang pengumpul di lokasi perkebunan itu. Hanya ada jabat tangan sebagai tanda kesepakatan atau dil dari harga produksi petani di Lembang Bu’ne.

    Salah seorang pedagang pengumpul, Rustam, kala itu hanya mengeluarkan telepon seluler pintar dari kantong jaketnya dan memperlihatkan bukti transfer kepada Rahman Daeng Rabi. Ia sudah mentransfer sejumlah uang melalui mobile banking ke rekening BRI milik lelaki paruh baya itu.

    Setelah sayur kol, wortel, buncis, dan labu siam tertata rapi di atas truk, pedagang pengumpul bersama truknya pun melaju meninggalkan Dusun Lembang Bu’ne menuju Kota Makassar.

    Selama ini yang dikenal masyarakat adalah Kecamatan Malakaji sebagai penyuplai sayur ke Kota Makassar, namun di balik nama tersebut sebagian besar sayur diproduksi di Dusun Lembang Bu’ne yang berada di kawasan Gunung Lompobattang, dengan ketinggian 2.874 mdpl.

    Terlepas dari aktivitas keseharian warga Lembambune di Kabupaten Gowa itu, saat Matahari sudah mulai condong ke barat dan kabut tipis mulai kembali menyelimuti perkampungan tersebut, sejumlah ibu rumah tangga dan pekerja kebun berkumpul di lego-lego atau teras rumah yang cukup besar untuk menampung hingga 20 orang.

    Mereka berkumpul, bukan untuk arisan, melainkan belajar mengelola keuangan melalui Program Literasi Keuangan Desa Inklusif yang digagas Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan perbankan daerah, maupun perguruan tinggi selaku mitra.

    Menurut Fatmawati, ibu rumah tangga, yang juga membantu suaminya di kebun, rata-rata petani maupun ibu rumah tangga sudah memiliki rekening bank untuk menyimpan uang dari hasil kebun maupun untuk persiapan kebutuhan rumah tangga atau biaya sekolah anak.

    Selain itu, untuk transaksi keuangan, misalnya mentransfer uang atau mendapatkan uang tunai, rata-rata menggunakan fasilitas BRI Link yang mudah terjangkau daripada harus ke bank yang berada di kota kabupaten yang jaraknya cukup jauh sekitar 5 – 10 kilometer.

    Selain itu, lanjut dia, anak-anaknya yang sudah SMA atau perguruan tinggi sudah menggunakan mobile banking atau aplikasi uang digital, sehingga orang tua yang belum mahir menggunakan mobile banking, cukup meminta bantuan anaknya untuk keperluan token listrik atau isi pulsa dan data, misalnya.

    Literasi dan inklusi keuangan yang mulai dirasakan manfaatnya oleh warga pegunungan, juga sudah merambah ke wilayah kepulauan, di antaranya di Pulau Sabutung, Desa Mattiro Kanja, Kecamatan Liukang Tupabiring Utara, Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep), Sulsel.

    Warga di pulau itu sangat terbantu dengan adanya peran laku pandai yang menjadi jembatan antara bank dan warga pulau. Pasalnya, lewat agen laku pandai, warga pulau dapat melakukan setoran, penarikan, hingga pembayaran tagihan listrik, tanpa perlu menyeberang ke daratan.

    Menurut Ketua Kelompok Pemberdayaan Perempuan di Pulau Sabutung, Sitti Saleha Daeng Sinagara, kalau dulu untuk transaksi di bank harus menyeberang ke daratan di ibu kota Kabupaten Pangkep, kini cukup ke agen laku pandai BRI Link. Semua urusan terkait bank ataupun iuran dapat diselesaikan di pulau.

    Cukup memberikan tambahan biaya admin Rp10 ribu, hingga Rp20 ribu untuk sekali transaksi, semua urusan keuangan dapat diselesaikan.

    Hal itu diakui warga Pulau Sabutung lainnya, Sahariah Daeng Kerra bahwa biaya admin yang diberikan pengelola laku pandai itu lebih murah dibandingkan harus ke kota melakukan transaksi langsung ke bank yang sedikitnya membutuhkan biaya Rp100 ribu untuk pergi pulang.

    Salah seorang agen laku pandai, Risma mengatakan, transaksi yang dilakukan warga Pulau Sabutung rata-rata Rp5 juta – Rp20 juta per hari.

    Transaksi tersebut untuk transfer, pembayaran cicilan atau barang COD Market Place, hingga untuk pembelian token listrik, dengan nilai transaksi bervariasi. Biaya administrasi dikenakan rata-rata Rp10 ribu per transaksi.

    Dua potret sisi kehidupan warga di pegunungan maupun kepulauan itu menunjukkan literasi dan inklusi keuangan pelan tapi pasti sudah mulai menyebar, tanpa batas geografis lagi.

    Hal itu sejalan dengan data OJK yang mencatat indeks literasi keuangan masyarakat Sulsel meningkat signifikan dari 33,8 persen pada 2019 menjadi di atas 50 persen pada 2024. Sementara pada tahun yang sama (2024) indeks inklusi keuangan di wilayah Sulsel mencapai 85 persen.

    Fenomena tersebut menunjukkan bahwa masyarakat di daerah itu semakin banyak mengenal, memahami, dan memanfaatkan layanan keuangan formal, seperti perbankan, hingga keuangan nonformal, dengan menggunakan dompet digital untuk bertransaksi ataupun memenuhi kebutuhan mereka.

    Menurut Kepala OJK Sulselbar Moch Muchlasin, gerakan literasi dan inklusi keuangan yang telah digencarkan OJK di wilayah Sulselbar diharapkan membentuk tatanan baru masyarakat yang tidak hanya paham tentang nilai uang, tetapi juga mampu mengelolanya dengan bijak untuk kehidupan yang lebih sejahtera.

    Dia mengatakan, kalau sebelumnya masyarakat masih terbiasa menyimpang uang di rumah, kini sudah beralih ke layanan keuangan digital.

    Perubahan tersebut tidak hanya mencerminkan penerapan kemajuan teknologi di sektor keuangan, tetapi juga menunjukkan kemandirian ekonomi yang sudah mulai tumbuh dari akar rumput.

    Editor: Masuki M. Astro
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Pakai Seragam Sekolah, Tiga Pemuda Curi Motor Pekerja Bangunan di Masjid Syekh Yusuf Gowa

    Pakai Seragam Sekolah, Tiga Pemuda Curi Motor Pekerja Bangunan di Masjid Syekh Yusuf Gowa

    Liputan6.com, Jakarta – Tiga pemuda terekam kamera CCTV melakukan aksi pencurian sepeda motor di Masjid Syekh Yusuf, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Mirisnya, ketiga pemuda itu melakukan aksi pencurian mengenakan pakaian sekolah.

    Dalam rekaman video yang diterima Liputan6.com, dua pelajar di antaranya terlihat masih mengenakan seragam putih abu-abu, sementara seorang pelajar lainnya memakai kaus dan celana abu-abu.

    Awalnya, salah satu pelaku tampak memantau area sekitar masjid. Setelah dipastikan aman, ia kemudian memanggil dua temannya untuk beraksi.

    Setelah berhasil mengambil sepeda motor milik seorang buruh bangunan yang terparkir di area masjid, mereka dengan santai mendorong motor curian itu secara “stut” menggunakan motor yang sebelumnya mereka bawa.

    “Kejadiannya hari Rabu (22/10/2025) sekitar jam 10.35 Wita. Saat itu suasana di sekitar masjid memang sedang sepi, jemaah belum banyak datang,” kata petugas keamanan Masjid Syekh Yusuf, Aris, Senin (27/10/2025).

  • Adnan Purichta: Generasi Muda Harus Mengambil Peran Nyata dalam Pembangunan

    Adnan Purichta: Generasi Muda Harus Mengambil Peran Nyata dalam Pembangunan

    FAJAR.CO.ID, MAKASSAR – Mantan Bupati Gowa dua periode,Adnan Purichta Ichsan YL  memberikan semangat kepada para generasi muda, terutama sebagai motor penggerak pembangunan Indonesia Emas 2045, hal ini diungkapkannya saat menjadi narasumber dalam program KITA INDONESIA yang digelar RRI Makassar di Auditorium Universitas Ciputra Makassar, Senin (27/10/2025).

    Menurutnya, visi Indonesia Emas bukan sekadar cita-cita jangka panjang, tetapi menjadi arah dan semangat bersama untuk menyiapkan sumber daya manusia yang unggul, kreatif, dan adaptif terhadap perkembangan zaman.

    “Generasi muda harus mengambil peran nyata dalam pembangunan, bukan hanya sebagai penonton, tetapi sebagai pelaku perubahan. Masa depan bangsa ada di tangan anak muda yang berani berinovasi dan berpikir maju,” ujar Adnan.

    Menurutnya, yang akan menikmati Indonesia Emas 2045 adalah mereka yang saat ini anak-anak muda generasi Z.

    “Yang akan menikmati nanti dari program Indonesia Emas 2045 , adalah adek-adek ,(peserta, red) 20 tahun dari sekarang. Salah satu indikator dari Indonesia Emas 2045 adalah bonus demografinya yaitu usia produktif anak muda lebih banyak dari pada orang tuanya,” ujar Adnan.

    Lebih jauh, Adnan menjelaskan kenapa ada program Indonesia Emas 2045, karena ini merupakan kesempatan emas dari Indonesia, dimana di prediksi Indonesia akan menjadi negara terkuat ekonomi ke empat di dunia.

    “Setiap negara memiliki satu kesempatan emas, sehingga ini harus memanfaatkannya tentunya akan ada tantangan yang dihadap, masalah Sumber Daya Manusia (SDM) agar berkualitas, kegiatan yang dilaksanakan RRI Makassar, sangatlah bagus terutama dalam mendorong kompetensi generasi gen z,” paparnya

  • Truk Angkut 32 Pelajar di Gowa Terbalik Saat Menanjak, 2 Siswa Patah Tulang
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        25 Oktober 2025

    Truk Angkut 32 Pelajar di Gowa Terbalik Saat Menanjak, 2 Siswa Patah Tulang Regional 25 Oktober 2025

    Truk Angkut 32 Pelajar di Gowa Terbalik Saat Menanjak, 2 Siswa Patah Tulang
    Tim Redaksi
    GOWA, KOMPAS.com
    – Sebuah truk yang mengangkut puluhan pelajar di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan tak kuat menanjak, berjalan mundur dan lalu terguling.
    Para korban dilarikan ke rumah sakit, sementara supir telah diamankan polisi. Peristiwa ini terekam kamera ponsel salah satu pelajar, dan menyebar di media sosial.
    Kecelakaan ini terjadi pada pukul 17.30 WITA, Jumat (24/10/2025) di Dusun Bollangi, Desa Timbuseng, Kecamatan Pattalassang, Kabupaten Gowa.
    Kendaraan itu mengangkut 32 pelajar SMP Islam Terpadu Wahdah Islamiyah, Kabupaten Gowa yang hendak menggelar Islamic Camp II di salah satu objek wisata di Dusun Bollangi.
    Saat menanjak, truk tersebut mati mesin dan berjalan mundur hingga terbalik.
    Puluhan pelajar langsung terlempar, dua di antaranya, NA (13) dan NR (13) harus dilarikan ke RSUD Syech Yusuf akibat mengalami patah tulang.
    “Kejadiannya kemarin sore dan truk serta supirnya telah kami amankan” kata AKP Muaz Kasat Lantas Polres Gowa yang dikonfirmasi
    Kompas.com
    melalui sambungan telepon, Sabtu (25/10/2025).
    Informasi yang dihimpun
    Kompas.com
     mengungkap, saat kejadian ada tiga unit truk yang mengangkut pelajar menuju lokasi tersebut. 
     
    Meski demikian, kegiatan Islamic Camp II tetap digelar oleh pihak sekolah. “Informasi yang terima, pihak sekolah menyewa tiga unit truk untuk mengangkut pelajar untuk kegiatan sekolahnya” kata AKP Muaz. 
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Tak Kuat Nanjak, Truk Rombongan Siswa SMP di Gowa Mundur dan Terguling, 2 Orang Terluka

    Tak Kuat Nanjak, Truk Rombongan Siswa SMP di Gowa Mundur dan Terguling, 2 Orang Terluka

    Liputan6.com, Jakarta – Kecelakaan yang melibatkan truk pengangkut rombongan siswa SMP Islam Terpadu (IT) Wahdah Islamiyah Gowa terjadi di kawasan Bollangi, Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, pada Jumat (24/10/2025) sore. Video peristiwa tersebut pun viral di berbagai platform media sosial.

    Dalam video yang diterima Liputan6.com, truk tersebut tampak berjalan mundur lantaran diduga tidak mampu menanjak. Seorang pengendara motor pun terlindas, sementara seluruh siswi yang berada di dalam truk terlempar keluar.

    “Iya, betul kejadiannya kemarin sekitar pukul 17.30 WITA,” kata Kasat Lantas Polres Gowa, AKP Muhammad Muaz, kepada Liputan6.com, Sabtu (25/10/2025).

    Muaz memastikan bahwa insiden tersebut tidak menimbulkan korban jiwa. Hanya saja, dua siswi dilaporkan mengalami luka ringan.

    “Ada dua siswi yang mengalami luka ringan. Mereka sempat dibawa ke rumah sakit, tapi tidak dirawat inap. Kami juga sempat mengecek ke rumah sakit, namun mereka sudah pulang,” jelasnya.

    Lebih lanjut, Muaz menuturkan bahwa pihaknya masih mendalami penyebab kecelakaan tersebut, termasuk pemilik truk yang digunakan oleh para siswi SMP IT Wahdah Islamiyah hingga akhirnya mengalami insiden.

     

  • Ancaman Eksploitasi Air Tanah di Mamminasata

    Ancaman Eksploitasi Air Tanah di Mamminasata

    Pemerintah pusat melalui Direktorat Jenderal Mineral, Batubara, dan Panas Bumi (DJMBP) juga telah melakukan berbagai kegiatan pemantauan air tanah, meliputi kondisi muka air, debit aliran, kualitas air, serta dampak lingkungan di sekitar sumber air tanah.

    Sejak tahun 2006, DJMBP membangun sumur pantau di kawasan industri termasuk di Makassar, Maros, dan Gowa. Pemantauan dilakukan berbasis Cekungan Air Tanah (CAT), seperti CAT Maros–Pangkep dan CAT Gowa–Takalar, untuk memastikan pengelolaan sumber daya air tanah lebih terukur dan berkelanjutan.

    Pendekatan berbasis CAT memungkinkan setiap kebijakan konservasi disesuaikan dengan kondisi geologi lokal, sesuatu yang sangat penting bagi daerah karst seperti Maros dan Pangkep yang rentan terhadap perubahan tekanan air bawah tanah.

    Gerakan Bersama untuk Air Tanah Sulawesi Selatan

    Yusran menegaskan bahwa krisis air tanah tidak bisa diselesaikan secara parsial. “Pemerintah, industri, dan masyarakat harus bergerak bersama. Tanpa perubahan pola konsumsi dan tata kelola, Sulawesi Selatan bisa menghadapi defisit air tanah dalam dua dekade mendatang,” ujarnya.

    Forum Komunitas Hijau kini bekerja sama dengan sejumlah komunitas dan kampus di Makassar dan Gowa untuk mengembangkan ‘Peta Ekologi Air Tanah Mamminasata’, yang memantau perubahan muka air tanah dan potensi daerah resapan secara partisipatif.

    Menjaga yang Tak Terlihat untuk Masa Depan yang Terlihat

    Air tanah memang tersembunyi, namun perannya sangat nyata. Ia menopang kehidupan, pertanian, dan industri serta menjadi fondasi ekologis dari kota-kota di Sulawesi Selatan.

    “Konservasi air tanah harus menjadi gerakan moral bersama. Kita semua bergantung padanya.Dan enjaga air tanah berarti menjaga masa depan Makassar, Maros, Gowa, Takalar, dan seluruh Sulawesi Selatan,” kata Yusran memungkasi.

    Fakta Tersembunyi Air Kemasan

    Air Pegunungan? Nyatanya dari air tanah! Sebagian besar air minum kemasan di Indonesia, apalagi di Sulawesi Selatan, bukan dari sumber pegunungan, melainkan menyedot air tanah.

    Label air pegunungan bisa menipu publik. Hingga kini, tak ada perusahaan yang memakai air permukaan secara berkelanjutan.

    Ancaman dari eksploitasi air tanah, adalah gambaran krisis air bersih di masa depan.

    “Saatnya kritis terhadap label, sadar terhadap jejak lingkungan,” ketus Yusran.

    Perusahaan AMDK Plastik Wajib Konservasi Air dan Tanah

    Kenapa? Karena mereka mengambil banyak, memberi sedikit. Setiap botol air mineral plastik yang kita minum, menyimpan jejak berupa ekstraksi air tanah berlebihan dan penggunaan plastik sekali pakai.

    “Belum lagi soal pencemaran lingkungan dan rusaknya keseimbangan ekosistem. Olehnya kami juga menyerukan ke para pihak terkait tuntutan keadilan ekologis. Di antaranya melalui konservasi sumur resapan dan daerah tangkapan air. Rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS), investasi nyata dalam daur ulang dan pengurangan plastik. Berikut audit jejak air dan transparansi kuota pengambilan air dari alam hukumnya wajib kontribusi konservasi secara berkelanjutan,” ujar Yusran.

     

  • Kakek di Takalar Tewas Tersengat Listrik Saat Panjat Pohon, Evakuasi Berjalan Dramatis
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        20 Oktober 2025

    Kakek di Takalar Tewas Tersengat Listrik Saat Panjat Pohon, Evakuasi Berjalan Dramatis Regional 20 Oktober 2025

    Kakek di Takalar Tewas Tersengat Listrik Saat Panjat Pohon, Evakuasi Berjalan Dramatis
    Tim Redaksi
    TAKALAR, KOMPAS.com
    – Seorang kakek di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, tewas tersengat listrik saat memanjat pohon Kayu Cina.
    Proses evakuasi berjalan dramatis karena tubuh korban sempat tersangkut di atas pohon yang bersentuhan dengan kabel listrik bertegangan tinggi.
    Peristiwa ini terjadi pada Senin (20/10/2025) sekitar pukul 08.00 WITA di Dusun Bontomanai, Kecamatan Mappakasunggu, Kabupaten Takalar.
    Korban bernama Nyaling Daeng Taba (65), warga Dusun Bidaraya, Desa Salajo, Kecamatan Bontonompo Selatan, Kabupaten Gowa.
    Informasi yang dihimpun Kompas.com menyebutkan, korban bermaksud memangkas ranting pohon Kayu Cina untuk dijadikan pagar tambak.
    Sebelum memanjat, warga sempat memperingatkan agar korban tidak naik karena salah satu ranting menyentuh kabel listrik bertegangan tinggi.
    “Kejadiannya tadi pagi dan sempat diperingatkan oleh warga untuk tidak memanjat karena ada salah satu ranting yang menyentuh kabel listrik,” kata Kapolsek Mappakasunggu, Iptu Sumarwan, saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon.
    Namun peringatan itu tidak dihiraukan. Saat korban memotong ranting, tubuhnya tersengat arus listrik hingga tewas di tempat.
    Proses evakuasi berlangsung menegangkan karena posisi korban berada di atas pohon dan dekat dengan kabel listrik. Salah seorang warga akhirnya nekat memangkas ranting yang bersentuhan dengan kabel agar petugas dan warga lain dapat menurunkan tubuh korban.
    “Dari hasil olah TKP, ada dua luka sengatan listrik pada bagian jari kaki korban dan saat ini sudah disemayamkan di rumah duka,” jelas Iptu Sumarwan.
    Meski sudah dipastikan korban tewas akibat sengatan listrik, pihak kepolisian tetap melakukan penyelidikan untuk memastikan kronologi kejadian secara lengkap.
    Polisi juga mengimbau masyarakat agar lebih berhati-hati ketika beraktivitas di sekitar jaringan listrik bertegangan tinggi untuk menghindari peristiwa serupa.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Buruh di Gowa yang Tertancap Panah Belasan Jam Akhirnya Dioperasi, Biaya Ditanggung Pemkab
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        17 Oktober 2025

    Buruh di Gowa yang Tertancap Panah Belasan Jam Akhirnya Dioperasi, Biaya Ditanggung Pemkab Regional 17 Oktober 2025

    Buruh di Gowa yang Tertancap Panah Belasan Jam Akhirnya Dioperasi, Biaya Ditanggung Pemkab
    Tim Redaksi
    GOWA, KOMPAS.com
    – Setelah tertancap anak panah selama 15 jam di leher, seorang buruh bangunan bernama Saiful (19) akhirnya menjalani operasi di RSUD Syech Yusuf, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
    Tindakan medis dilakukan setelah pemerintah daerah menanggung seluruh biaya operasi korban, yang sebelumnya tertunda karena tak masuk tanggungan BPJS Kesehatan.
    “Setelah kami rapat bersama maka diputuskan untuk dilakukan operasi pengangkatan anak panah pada leher pasien dan alhamdulilah operasi berjalan lancar dan kondisi pasien berangsur membaik,” kata dr Gaffar, PLH Direktur RSUD Syech Yusuf, dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (17/10/2025).
    Sebelumnya, korban yang bekerja sebagai buruh bangunan itu tak mendapatkan penanganan medis selama lebih dari 15 jam karena tidak memiliki biaya operasi sebesar Rp 20 juta.
    Pihak rumah sakit menyebut, luka akibat tindak kriminal tidak ditanggung oleh BPJS.
    Pihak RSUD sempat menurunkan biaya menjadi Rp 10 juta, namun keluarga korban tetap tidak mampu membayar.
    Kondisi ini kemudian viral di media sosial hingga menarik perhatian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gowa.
    Wakil Bupati Gowa, Darmawansyah Muin, menyampaikan bahwa seluruh biaya operasi dan perawatan Saiful telah ditanggung oleh pemerintah setelah berkoordinasi dengan Dinas Sosial.
    “Alhamdulillah korban sudah membaik dan seluruh biaya ditanggung oleh pemerintah, hal ini setelah kami berkoordinasi dengan dengan Dinas Sosial terkait,” ujar Darmawansyah saat membesuk Saiful di rumah sakit, Kamis (16/10/2025).
    Diketahui, Saiful adalah warga Buttadidia, Kelurahan Bontoramba, Kecamatan Sombaopu, yang menjadi korban penyerangan kawanan geng motor di Jalan Tun Abdul Razak, Kabupaten Gowa, pada Selasa (14/10/2025) sekitar pukul 20.30 Wita.
    Saat kejadian, korban tengah pulang ke rumah bersama temannya, MF (15), setelah bekerja. Di sekitar bundaran Samata, mereka diserang oleh enam orang geng motor yang menggunakan tiga unit sepeda motor.
    Akibat serangan itu, anak panah tertancap di leher Saiful dan ia juga mengalami luka di tangan kanan.
    Pihak kepolisian berhasil menangkap empat pelaku beberapa jam setelah kejadian.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.