kab/kota: Gowa

  • Kapolda Sulawesi Selatan Sebut Buru Pemodal Pabrik Uang Palsu di Kampus UIN Makassar

    Kapolda Sulawesi Selatan Sebut Buru Pemodal Pabrik Uang Palsu di Kampus UIN Makassar

    Makassar, Beritasatu com – Kapolda Sulawesi Selatan Irjen Pol Yudhiawan Wibisono memastikan pihaknya sedang memburu tiga daftar pencarian orang (DPO) yang diduga menjadi pemodal dalam kasus pabrik uang palsu di Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, Sulawesi Selatan.

    Irjen Pol Yudhiawan Wibisono mengatakan, kasus pabrik uang palsu yang berada di gedung perpustakaan UIN Alauddin yang berlokasi di Samata, Kelurahan Romang Polong, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, itu terus dikembangkan. Meski, Polres Gowa sudah menetapkan status pelaku sebanyak 17 orang menjadi tersangka di kasus pabrik uang palsu UIN Makassar.

    Bahkan, Polres Gowa terus melakukan pengejaran terhadap ketiga orang DPO yang menjadi pemodal pabrik uang palsu UIN Makassar. Satu di antaranya sudah diketahui identitasnya, yakni berinisial ASS merupakan seorang politisi yang sempat ingin maju di pemilihan calon gubernur (Pilgub) Sulawesi Selatan 2024 dan sempat mencalonkan wali kota Makassar pada 2013.

    “Untuk tiga DPO pabrik uang palsu UIN Makassar masih terus dikejar oleh anggota kita. Keberadaannya sudah diketahui. Yang jelas akan kita tangkap,” kata Kapolda Sulawesi Selatan Irjen Pol Yudhiawan Wibisono kepada awak media, Jumat (20/12/2024).

    Sebelumnya, polisi telah menetapkan 17 tersangka dalam kasus sindikat peredaran uang palsu yang diproduksi di Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

    Ada pun inisial masing-masing tersangka, yaitu AI, MN, KA, IR MS, CBP, AA, SAR, SU, AK , IL, SM, MS, SR, SW, MM dan RM. Mereka ditangkap di sejumlah lokasi berbeda di Sulsel dan Sulawesi Barat.

    Polisi juga menyita sejumlah barang bukti dari pabrik uang palsu UIN Makassar berupa fotokopi sertifikat deposit Bank Indonesia senilai Rp 45 triliun, surat berharga nasional (BSN) senilai Rp 700 triliun, uang palsu 4.554 lembar pecahan Rp 100 ribu emisi tahun 2016, enam lembar dan 234 lembar pecahan 100.000 yang belum terpotong.

    Kemudian, terdapat mata uang Korea satu lembar sebesar 5.000 Won, mata uang Vietnam sebanyak 111 lembar atau 500 Dong dan mata uang Rupiah 2 lembar dengan pecahan Rp 1.000 emisi tahun 1964.

    Lalu, terdapat mata uang Rp 100.000 emisi tahun 2016 sebanyak 234 lembar pada kasus pabrik uang palsu UIN Makassar.

  • Soal Pabrik Uang Palsu di UIN Makassar, Polisi Tegaskan Bakal Tarik Uang yang Telah Tersebar Luas

    Soal Pabrik Uang Palsu di UIN Makassar, Polisi Tegaskan Bakal Tarik Uang yang Telah Tersebar Luas

    “Satreskrim langsung bergerak untuk melakukan penyelidikan tempatnya di Jalan Pelita Lambengi Kelurahan Bontoala, Kecamatan Pallangga, kabupaten Gowa,” ujar Yudhi saat menggelar ekspose di Mapolres Gowa, Kamis (19/12/2024).

    Modus yang digunakan para pelaku terbilang licik. Dalam transaksi jual beli, mereka menawarkan skema satu asli dua palsu kepada para pembeli.

    “Begitu tim bergerak didapatkan saudara M yang telah melakukan transaksi dengan saudara AI untuk melakukan jual beli uang palsu. Uang palsu ini perbandingannya satu banding dua, jadi satu asli dua uang palsu,” tukasnya.

    Dari hasil penyelidikan, terungkap bahwa tersangka AI berperan sebagai sentral dalam jaringan ini, bersama sejumlah tersangka lainnya, termasuk ASS dan S.

    “Jadi mereka dibelakang 17 orang ini petanya berbeda tapi peran sentranya ada dari saudara AI kemudian juga saudara S, ada juga saudara ASS , ada juga yang DPO,” sebutnya.

    Polisi juga tengah memburu beberapa tersangka lain yang masuk daftar pencarian orang (DPO).

    “DPO ini akan kita tangkap juga dan akan tuntas nanti kita periksa,” lanjutnya.

    Orang nomor satu di Mapolda Sulsel ini menyebutkan, penggerebekan di dua lokasi menghasilkan temuan barang bukti yang luar biasa banyak.

    “Barang bukti cukup banyak termasuk hasil penjualan juga jadi tentu saja kalau sudah hasilnya akan kita terapkan dengan TPPU juga, terhadap tersangka utama,” terangnya.

    Seperti, ditemukan 4.554 lembar uang pecahan Rp100 ribu emisi 2016. Selain itu, ada uang palsu dalam mata uang asing seperti 5.000 Won Korea dan 500 Dong Vietnam.

  • Nilai Uang Palsu yang Dihasilkan Sindikat di UIN Alauddin Capai Triliunan Rupiah, Ada Obligasi – Halaman all

    Nilai Uang Palsu yang Dihasilkan Sindikat di UIN Alauddin Capai Triliunan Rupiah, Ada Obligasi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan (Kapolda Sulsel), Irjen Pol Yudhiawan Wibisono, mengungkapkan nilai uang palsu yang dihasilkan oleh sindikat di Kampus UIN Alauddin Makassar, Sulawesi Selatan mencapai triliunan rupiah.

    Pengungkapan ini disampaikan dalam konferensi pers di Mapolres Gowa pada Kamis (19/12/2024).

    Menurut Kapolda, barang bukti yang berhasil diamankan termasuk 556 lembar mata uang rupiah yang belum dipotong, satu lembar sertifikat deposit senilai Rp45 triliun, dan satu lembar surat berharga SBN senilai Rp700 triliun.

    “Cukup menarik, barang bukti ini nilainya triliunan,” ujar Yudhiawan.

    Ia menjelaskan, tersangka Andi Ibrahim cs juga memproduksi obligasi. 

    “Ada mata uang rupiah, Ada 556 lembar mata uang rupiah belum dipotong, ada juga mata uang korea. Ada juga 1 lembar sertifikat deposit nilainya Rp45 triliun, 1 lembar surat berharga SBN senilai 700 triliun,” ujarnya. 

    Kemudian, alat bukti lainnya yakni mesin cetak seharga Rp600 juta.

    “Mesinnya beli di Surabaya, dan berasal dari China,” ujarnya. 

    Tersangka utama dalam kasus ini, Dr. Andi Ibrahim, yang menjabat sebagai Kepala Perpustakaan UIN Alauddin, telah dipecat secara tidak hormat oleh Rektor UIN Alauddin, Prof. Hamdan Juhanis.

    “Kedua oknum yang terlibat di kampus kami langsung kami berhentikan dengan tidak hormat,” kata Prof. Hamdan dalam jumpa pers yang sama.

    Prof. Hamdan menegaskan tindakan Andi Ibrahim telah merusak reputasi kampus.

    “Setengah mati kami membangun reputasi, namun dengan sekejap dihancurkan,” tambahnya.

    Penangkapan dan Pengembangan Kasus

    Sejak awal Desember 2024, pihak kepolisian telah menangkap 17 tersangka, di mana dua di antaranya merupakan pegawai bank pelat merah.

    Kapolres Gowa, AKBP Reonald Simanjuntak, mengungkapkan pengungkapan ini masih dalam tahap pengembangan.

    “Kami mohon waktu, ini masih kami kembangkan,” jelasnya.

    Dari hasil penangkapan, polisi berhasil mengamankan uang palsu senilai Rp11 juta.

    Tersangka lainnya, termasuk pegawai honorer dan Aparatur Sipil Negara (ASN), juga terlibat dalam sindikat ini.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Polisi Beber Aliran Uang Palsu Produksi UIN Makassar

    Polisi Beber Aliran Uang Palsu Produksi UIN Makassar

    Makassar, CNN Indonesia

    Uang palsu yang diproduksi di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, diduga telah beredar di Makassar hingga Mamuju, Sulawesi Barat.

    Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan Wibisono mengatakan aliran uang palsu diedarkan mulanya oleh Mubin Nasir (40) di Kabupaten Gowa.

    “Dari MN beredar 150 juta, ada yang diberikan pada seseorang Rp1 juta, ada yang Rp500 ribu, ada yang Rp25 juta, ada Rp10 juta dan ada Rp8 juta,” kata Yudhiawan di Polres Gowa, Kamis (19/12).

    “22 November 2024 ini sudah mulai penyerahan uang palsu senilai Rp150 juta, juga ada menyerahkan uang palsu 250 juta dan terakhir ditangkap menyerahkan uang palsu 200 juta,” ungkapnya.

    Dalam proses pembuatan uang palsu tersebut, ada sekitar Rp40 juta uang palsu yang sempat dibakar akibat rusak saat proses dicetak.

    “Sudah kita ambil dan tangkap yang bersangkutan, ada dikembalikan untuk dibakar Rp17,5 juta,” ungkapnya.

    Seluruh bahan baku dan mesin untuk memproduksi uang palsu tersebut berasal China. Saat ini polisi telah menyita barang bukti sebanyak 98 item.

    “Uang palsu ini diperjualbelikan, perbandingannya satu banding dua. Jadi satu asli dua uang palsu,” katanya

    (mir/isn)

    [Gambas:Video CNN]

  • Mesin Pencetak Uang Palsu di UIN Makassar dari China, Harganya Fantastis, Terungkap Sang Investor – Halaman all

    Mesin Pencetak Uang Palsu di UIN Makassar dari China, Harganya Fantastis, Terungkap Sang Investor – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sindikat pengedar uang palsu yang diproduksi di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Samata, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan sangat teroganisir.

    Bahkan sindikat uang palsu tersebut rela mendatangkan mesin seharga ratusan juta dari China demi memuluskan aksi kejahatan mereka.

    Alat pencetak uang palsu yang ditemukan dalam Perpustakaan UIN Alauddin, kata Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan Wibisono dibeli seharga Rp 600 juta.

    Mesin cetak uang palsu yang diperkirakan berbobot dua ton itu, didatangkan langsung dari China lewat Surabaya.

    “Alat besar itu senilai Rp600 juta di beli di Surabaya namun di pesan dari China, alat itu dimasukkan salah satu tersangka inisial AI ke dalam salah satu kampus di Gowa,” katanya saat konferensi pers di Mapolres Gowa, Kamis (19/12/2024) siang.

    Menurut Yudhiawan, sebelum mesin pencetak uang palsu di Kampus UIN ditemukan, polisi lebih dahulu mendatangi rumah di Jl Sunu 3, Kota Makassar.

    Rumah tersebut adalah milik ASS.

    “Kalau kita lihat dari TKP buat cetak uang palsu, jadi di rumah saudara ASS Jl Sunu, Kota Makassar. Kemudian juga ada di Jl Yasin Limpo (UINAM), Gowa,” kata Irjen Pol Yudhiawan.

    Lebih lanjut dijelaskan Yudhi, mulanya produksi uang palsu tersebut berlangsung di rumah ASS, di Jl Sunu 3, Kota Makassar.

    Namun, karena jumlah uang yang akan dicetak membutuhkan mesin dengan kapasitas lebih besar, akhirnya dipindahkan ke UIN.

    “Awal pertama ditemukan di Jl Sunu Makassar, karena sudah mulai membutuhkan jumlah yang lebih besar maka mereka membutuhkan alat yang lebih besar. Jadi, tadinya menggunakan alat kecil,” sebutnya.

    Kronologis Penemuan Pabrik Uang Palsu

    Kronologis awal terungkapnya kasus uang palsu yang diproduksi dari dalam kampus Universitas Islam Negeri Makassar (UINAM) terungkap.

    Hal itu dipaparkan secara gamblang oleh Kapolda Sulsel, Irjen Pol Yudhiawan Wibisono.

    Irjen Pol Yudhiawan didampingi Kapolres Gowa AKBP Reonald Simanjuntak, mengatakan awal mula kasus ini diselidiki dari adanya laporan masyarakat ke Polsek Pallangga.

    Masyarakat tersebut, mendapati adanya peredaran uang palsu di wilayah Lambengi, Kelurahan Bontoala, Kecamatan Pallangga.

    “Masyarakat melapor kepada Polsek (Pallangga) bahwa diduga ada uang kertas palsu yang diedarkan, kemudian oleh tim kami langsung di laporkan di Polres,” ujar Yudhiawan.

    Kapolres Gowa AKBP Reonald Simanjuntak pun, memerintahkan personel Satreskrim yang dipimpin AKP Bachtiar untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut.

    “Satreskrim langsung bergerak untuk melakukan penyelidikan tepatnya di Jl Pelita Lambengi, Kelurahan Bontoala, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa,” ujarnya.

    Hasil penyelidikan itu, lanjut Yudhi, diamankanlah sosok pria berinisial M yang diduga mengedarkan uang palsu tersebut.

    M diamankan polisi saat melakukan transaksi dengan seseorang inisial AI.

    Di mana M menjual uang palsu itu kepada AI, dengan kelipatan dua kali lipat dari uang asli yang dibelanjakan.

    “Uang palsu ini perbandingannya satu banding dua, jadi satu asli dua uang palsu,” ungkap Yudhi.

    Dari penangkapan M dan AI, polisi terus mendalami kasus itu hingga mendapat mesin pencetakan uang palsu yang ada di dalam Kampus Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Jl Yasin Limpo, Gowa.

    Mesin berukuran besar dengan berat diperkirakan dua ton lebih itu, disembunyikan dalam ruangan yang ada di Perpustakaan UINAM.

    Atas pengungkapan itu, kepala perpustakaan UIN Alauddin inisial AI alias Andi Ibrahim, ditangkap bersama 16 orang lainnya.

    Total ada 17 tersangka yang telah ditangkap dan kini diamankan di Mapolres Gowa.

    Selain itu, polisi juga mengejar tiga Daftar Pencarian Orang (DPO) yang diduga kuat juga terlibat dalam kasus tersebut.

    Sosok Investor

    Ternyata inilah sosok yang pertama kali memproduksi uang palsu.

    Sosok ini juga disebut sebagai investor produksi uang palsu di UIN Alauddin Makassar.

    Sosok itu berinisial ASS yang disebut berprofesi sebagai pengusaha.

    Nama ASS diungkap Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan Wibisono.

    Irjen Yudhiawan Wibisono mengatakan ASS yang membiayai pembelian bahan baku produksi.

    Yudhiawan Wibisono menjelaskan sebelum mesin pencetak uang palsu di Kampus UIN ditemukan, polisi lebih dahulu mendatangi rumah di Jl Sunu 3, Kota Makassar.

    Rumah tersebut adalah milik ASS.

    “Kalau kita lihat dari TKP buat cetak uang palsu, jadi di rumah saudara ASS Jl Sunu, Kota Makassar. Kemudian juga ada di Jl Yasin Limpo (UINAM), Gowa,” kata Irjen Pol Yudhiawan, dikutip Tribun-Timur.com.

    Lanjut Yudhi, mulanya produksi uang palsu tersebut berlangsung di rumah ASS, di Jl Sunu 3, Kota Makassar.

    “Awal pertama ditemukan di Jl Sunu Makassar, karena sudah mulai membutuhkan jumlah yang lebih besar maka mereka membutuhkan alat yang lebih besar. Jadi, tadinya menggunakan alat kecil,” sebutnya.

    Lebih lanjut Yudhi memaparkan, dalam kasus itu, ada tiga sosok yang mempunyai peran sentral. Salah satunya, ASS.

    “Jadi mereka dibelakang 17 orang ini, perannya berbeda, tapi peran sentranya ada dari saudara AI kemudian juga saudara S, ada juga saudara ASS, ada juga yang DPO,” jelas Yudhi.

    Ia pun berjanji akan segera menangkap tiga DPO yang berlum terciduk tersebut.

    “DPO ini akan kita tangkap juga dan akan tuntas nanti kita periksa,” tegasnya. (Tribunnews.com/TribunTimur)

  • Barang Bukti Kasus Uang Palsu UIN Makassar Capai Ratusan Triliun!

    Barang Bukti Kasus Uang Palsu UIN Makassar Capai Ratusan Triliun!

    Jakarta

    Polisi menyita total 98 item barang bukti terkait kasus sindikat uang palsu yang beroperasi di kampus UIN Alauddin Makassar. Barang bukti itu bernilai ratusan triliun rupiah.

    “Yang cukup menarik ada juga barang bukti yang nilainya triliun (rupiah),” ujar Kapolda Sulsel Irjen Yudhiawan Wibisono saat konferensi pers di Polres Gowa, dilansir detikSulsel, Kamis (19/12/2024).

    Salah satu barang bukti utama adalah mesin pencetak uang palsu. Barang tersebut berasal dari China yang dibeli di Surabaya, Jawa Timur, senilai Rp 600 juta.

    “Khusus untuk mesin cetaknya dibelinya di Surabaya, tapi barang dari China, nilainya Rp 600 juta harganya,” ujar Yudhiawan.

    Selain itu, polisi juga menyita barang bukti berupa surat berharga negara (SBN) dan sertifikat deposit Bank Indonesia (BI). Kedua barang bukti ini bahkan bernilai ratusan triliun rupiah.

    “Ada satu lembar kertas foto kopi sertifikat of deposit BI nilainya Rp 45 triliun. Juga ada kertas surat berharga negara (SBN) senilai Rp 700 triliun,” ujar Yudhiawan.

    (azh/azh)

  • Polisi Telusuri Keterlibatan Pengusaha Kasus Uang Palsu UIN Alauddin

    Polisi Telusuri Keterlibatan Pengusaha Kasus Uang Palsu UIN Alauddin

    Jakarta, CNN Indonesia

    Polda Sulawesi Selatan menelusuri dugaan keterlibatan seorang pengusaha asal Makassar berinisial ASS yang disinyalir kuat turut memfasilitasi produksi uang palsu dari rumahnya di Kota Makassar hingga masuk ke dalam Kampus UIN Alauddin di Gowa, Sulawesi Selatan.

    “Awal pertama ditemukan (mesin pencetak uang) di Jalan Sunu Makassar, karena sudah mulai membutuhkan jumlah yang lebih besar, maka mereka membutuhkan alat yang lebih besar, tadinya menggunakan alat kecil,” kata Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan Wibisono di Mapolres Kabupaten Gowa, Kamis (19/12).

    Menurut Yudhiawan, tingginya permintaan uang palsu membuat pelaku berinisial SAR mulai mencari tempat yang lebih aman dan mendukung kapasitas mesin besar guna menghasilkan upal lebih banyak. Bahkan produksi uang palsu dapat tembus masuk ke area kampus diduga bekerja sama dengan tersangka AI.

    Pelaku SAR telah mempengaruhi tersangka inisial AI yang menjabat Kepala Perpustakaan sekaligus dosen di Kampus II UIN Alauddin Makassar, Jalan Yasin Limpo, Samata, Kabupaten Gowa, Sulsel agar bisa memproduksi upal secara massal.

    Awalnya, tersangka AI mendapatkan sejumlah upal pecahan Rp100 ribu tersebut dari tersangka SAR yang dikenalnya melalui ASS. Upal tersebut di produksi sendiri SAR di rumahnya AAS, Jalan Sunu Makassar.

    Belakangan, AI diduga terpengaruh memberikan ruang bagi SAR untuk mencetak upal pada salah satu ruangan Perpustakaan UIN Alauddin Makassar, Samata tanpa sepengetahuan pihak Rektorat UIN Alauddin. Mesin cetak besar yang sudah di beli kemudian di bawa masuk ke dalam kampus pada awal September 2024.

    “Alat besar itu senilai Rp600 juta, dibeli di Surabaya namun di pesan dari China. Alat itu dimasukkan salah satu tersangka inisial AI ke dalam salah satu kampus di Gowa, menggunakan salah satu gedung yaitu perpustakaan tanpa sepengetahuan pihak kampus di malam hari,” ungkap Yudhiawan.

    Masuknya mesin tersebut awal September 2024 untuk TKP kedua. Untuk TKP pertama itu di rumah ASS, Jalan Sunu, Kota Makassar.

    Dari hasil interogasi pertama, diakui tersangka mulai membuat upal dari Juni 2010 diduga atas suruhan ASS, kemudian dilanjutkan pada 2011 hingga 2012. ASS kala itu ingin maju sebagai kontestan calon wali kota Makassar.

    “Sudah sempat mencalonkan wali kota Makassar (ASS), namun tidak mendapatkan kursi (dukungan partai), kemudian sampai Juni 2022 ini kembali lagi untuk merencanakan pembuatan dan mempelajari lagi. Rencananya, pembuatan ini dari tahun 2022, kalau tahun 2010 itu masih taraf pengenalan,” ujarnya.

    Sedangkan tersangka AI juga sempat mengajukan diri maju bertarung di Pilkada serentak 2024 untuk Pemilihan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Barru, hanya saja tidak mendapat respons dari partai politik.

    “Tapi alhamdulillah tidak jadi. Jadi, dana ini, uang yang dicetak akan dipakai untuk itu (serangan fajar), tapi tidak jadi, tidak ada partai yang mencalonkannya. Walaupun nanti, disebarkan dengan uang palsu supaya bisa memilih yang bersangkutan, ternyata karena itu uang palsu, maka tidak jadi,” katanya membeberkan.

    Produksi upal dalam kampus

    Diduga tersangka dan jaringannya sudah mulai mendapatkan gambaran tentang memproduksi upal, kemudian membeli mesin cetak termasuk bahan pendukungnya untuk mencetak upal berskala besar. Selanjutnya mulai mempromosikan di WhatsApp Grup (WAG) setelah berhasil mencetak.

    “Pada Oktober 2022 sudah membeli alat cetak dan pemesanan kertas. Kemudian, 2024 kemarin bulan Mei sudah mulai produksi, sekitar Juni sudah ketemu di antara mereka. Ada saling kerja sama di antara mereka untuk proses pembuatan dan diviralkan melalui grup WhatsApp, jadi ditawarkan WA di grup,” katanya.

    Mantan Kapolrestabes Makassar ini bilang, pada September 2024, komunikasi dengan tersangka AI mulai berjalan selanjutnya mengangkut peralatan ke dalam kampus II UIN Alauddin guna mencetak uang palsu tersebut.

    “Sudah komunikasi dengan AI untuk mengangkut peralatan, untuk membuat uang palsu di TKP berikutnya (TKP 2). Ada juga yang sempat rusak, nilainya Rp40 juta uang kertas, telah di bakar semua,” ucapnya.

    Selanjutnya, pada Minggu 22 November 2024, produksi uang palsu ini berjalan mulus bahkan sudah berhasil dicetak banyak. Lalu di mulai penyerahan upal itu senilai Rp150 juta hingga Rp250 juta untuk diedarkan melalui jual beli. Sistemnya penjualnya, satu banding dua, atau 10 uang asli, 20 uang palsu.

    “Terakhir ditangkap menyerahkan uang palsu Rp200 juta, dan menghentikan aktivitas karena mereka sempat tahu polisi melakukan penyelidikan pada akhir November 2024,” tutur Yudhiawan.

    Tersangka lainnya, MN (honorer) yang menerima aliran dana upal ini, turut mengedarkannya setelah menerima dari AI senilai Rp150 juta, ada yang diberikan mulai Rp500 ribu, Rp1 juta, Rp8 juta hingga Rp25 juta dan ada pula dikembalikan untuk dibakar Rp17,5 juta. Meski demikian, barang bukti sudah diamankan beserta 17 pelakunya ditangkap.

    Dari 17 tersangka tersebut masing-masing berinisial, tambah Kapolres Gowa AKBP Reonald TS Simanjuntak, yaitu AI, NM, KA, IR, NS, JBP, AA, SAR, SU, AK, IL, SM, MS, SR, SW, MN, dan RM Selain itu, masih ada tiga orang yang masuk dalam daftar pencairan orang atau DPO.

    Pelakunya dari berbagai profesi masing-masing, dua pegawai Bank BUMN, satu pejabat sekaligus dosen UIN Alauddin, empat ASN, satu honorer, selebihnya pengusaha/wiraswasta, hingga juru masak.

    Dalam rilis pengungkapan kasus pembuatan dan peredaran uang palsu sebanyak 17 orang dijadikan tersangka dan tiga masuk DPO serta menyita sebanyak 98 jenis barang bukti termasuk Upal pecahan Rp100 ribu sebanyak 4.927 lembar sudah terpotong, serta 1.369 lembar kertas bergambar uang pecahan Rp100 ribu belum terpotong.

    (Antara/isn)

    [Gambas:Video CNN]

  • Jadi Pabrik Uang Palsu, Rektor UIN Alauddin: Nama Baik Kampus Hancur Sekejap!

    Jadi Pabrik Uang Palsu, Rektor UIN Alauddin: Nama Baik Kampus Hancur Sekejap!

    Gowa, Beritasatu.com – Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, Hamdan Juhannis mengaku malu akibat kampus yang dipimpinnya dijadikan pabrik uang palsu, yang beroperasi di gedung perpustakaan kampus UIN Alauddin, yang terletak di Samata, Kelurahan Romang Polong, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Ia menyebut, nama baik kampus UIN Alauddin hancur dalam sekejap.

    Kasus ini mencuat setelah Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Dr Andi Ibrahim bersama seorang staf kampus terlibat dalam kegiatan ilegal tersebut, yang akhirnya berujung pada pemecatan mereka.

    “Saya hadir di sini sebagai Rektor UIN Alauddin untuk menunjukkan dukungan penuh kami terhadap aparat kepolisian dalam mengungkap kasus ini hingga tuntas,” kata Hamdan saat menghadiri rilis pengungkapan kasus di Mapolres Gowa, Kamis (19/12/2024).

    Hamdan mengungkapkan, produksi uang palsu yang dilakukan Andi Ibrahim dan stafnya menjadi pukulan berat bagi civitas akademika UIN Alauddin.

    Ia mengaku, kecewa atas perbuatan tersangka yang telah menjadikan kampus sebagai tempat pembuatan uang palsu, yang pada akhirnya merusak reputasi kampus.

    “Saya malu, dan merasa tertampar. Kami telah bekerja keras untuk membangun kampus beserta reputasinya bersama pimpinan. Namun dengan sekejap, itu semua hancur,” ungkapnya dengan nada suara bergetar.

    Sebagai tindakan tegas, Hamdan menegaskan, Andi Ibrahim dan staf yang terlibat langsung dalam pencetakan uang palsu tersebut telah dipecat dengan tidak hormat.

    “Jelas, kedua oknum tersebut diberhentikan dengan tidak hormat,” tegasnya terkait kasus uang palsu di Kampus UIN Alauddin.

  • Nilai Uang Palsu yang Dihasilkan Sindikat di UIN Alauddin Capai Triliunan Rupiah, Ada Obligasi – Halaman all

    Produksi Uang Palsu di Makassar Awalnya di Rumah Pengusaha ASS, Pindah ke UIN Alauddin Karena Ini – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR – Dosen dan Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar, Dr Andi Ibrahim (54) bukan lah orang yang pertama kali memproduksi uang palsu.

    Uang palsu di daerah tersebut awalnya dicetak di rumah ASS, seorang pengusaha.

    Peran ASS tersebut diungkap Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan Wibisono saat konferensi pers di Polres Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis (19/12/2024).

    Irjen Yudhiawan Wibisono mengatakan ASS yang membiayai pembelian bahan baku produksi.

    Yudhiawan Wibisono menjelaskan sebelum mesin pencetak uang palsu di Kampus UIN ditemukan, polisi lebih dahulu mendatangi rumah ASS di Jl Sunu 3, Kota Makassar.

    “Kalau kita lihat dari TKP buat cetak uang palsu, jadi di rumah saudara ASS Jl Sunu, Kota Makassar. Kemudian juga ada di Jl Yasin Limpo (UINAM), Gowa,” kata Irjen Pol Yudhiawan.

    Lanjut Yudhi, mulanya produksi uang palsu tersebut berlangsung di rumah ASS, di Jl Sunu 3, Kota Makassar.

    “Awal pertama ditemukan di Jl Sunu Makassar, karena sudah mulai membutuhkan jumlah yang lebih besar maka mereka membutuhkan alat yang lebih besar. Jadi, tadinya menggunakan alat kecil,” sebutnya.

    Alat yang ditemukan dalam Perpustakaan UIN Alauddin, kata Yudhi, dibeli seharga Rp600 juta.

    Mesin cetak uang palsu yang diperkirakan berbobot dua ton itu, didatangkan langsung dari China lewat Surabaya.

    “Alat besar itu senilai Rp600 juta di beli di Surabaya namun dipesan dari Cina, alat itu dimasukkan salah satu tersangka inisial AI ke dalam salah satu kampus di Gowa,” bebernya.

    Polisi telah menetapkan 17 tersangka sindikat uang palsu di UIN.

    Yudhiawan Wibisono mengatakan dalam kasus itu, ada tiga sosok yang mempunyai peran sentral. 

    “Jadi mereka dibelakang 17 orang ini, perannya berbeda,” kata Yudhiawan Wibisono.

    “Tapi peran sentranya ada dari saudara AI, kemudian juga saudara S, ada juga saudara ASS, ada juga yang DPO,” jelas Yudhi.

    Ia pun berjanji akan segera menangkap tiga DPO yang belum terciduk tersebut.

    “DPO ini akan kita tangkap juga dan akan tuntas nanti kita periksa,” tegasnya.

    Berikut profesi dan peran 17 Tersangka

    Tersangka sindikat uang palsu di UIN Alauddin Makassar kini menjadi 17 orang.

    Selain itu, polisi juga mengejar tiga Daftar Pencarian Orang (DPO) yang diduga kuat juga terlibat dalam kasus tersebut.

    17 tersangka ini ditampilkan saat konferensi pers dipimpin Kapolda Sulsel, Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan Wibisono di Mapolres Gowa Jl Syamsuddin Tunru, Kecamatan Somba Opu, Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis (19/12/2024).

    Yudhiawan Wibisono didampingi Kapolres Gowa, AKBP Reonald Simanjuntak, dan perwakilan Bank Indonesia Sulsel.

    “Jadi para tersangka ini perannya berbeda-beda,” kata Irjen Pol Yudhiawan.

    Ada yang memproduksi, jual beli hingga mengedarkan uang palsu.

    Profesi para tersangka uang palsu UIN Alauddin pun beda-beda, mulai Dosen UIN, ASN, hingga pegawai bank.

    Berikut nama, profesi, dan peran 17 tersangka:

    1. Dr Andi Ibrahim (54)

    Dosen dan Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar warga BTN Minasa Maupa.

    Perannya melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    2. Mubin Nasir bin Muh Nasir (40)

    Karyawan honorer, warga Bukit Tamarunang, Gowa.

    Perannya melakukan pengedaran uang palsu dan  transaksi jual beli uang palsu.

    3. Kamarang Dg Ngati bin Dg Nombong (48)

    Juru masak, warga Gantarang, Gowa perannya, melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    4. Irfandy MT, SE bin Muh Tahir (37)

    Karyawan swasta, warga Minasa Upa, Makassar.

    Perannya membantu mengedarkan uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    5. Muhammad Syahruna (52)

    Wiraswasta, warga Ujung Pandang Baru, Makassar.

    Perannya:

    – memproduksi uang palsu.

    – melakukan transaksi jual beli uang palsu dan bahan baku produksi yang digunakan pelaku untuk memproduksi pembuatan mata uang palsu merupakan hasil pengiriman uang biaya pembelian bahan baku produksi berinisial AAS.

    6. John Biliater Panjaitan (68 tahun)

    Wiraswasta, warga Mangkura, Makassar.

    Peran melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    7. Sattariah alias Ria binti Yado (60)

    Ibu rumah tangga, warga Batua, Makassar.

    Perannya melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    8. Dra Sukmawati (55)

    PNS guru, warga Makassar.

    Berperan melakukan pengedaran uang palsu dengan membeli kebutuhan sehari-hari dan  melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    9. Andi Khaeruddin (50 tahun)

    Pegawai bank, warga Makassar, berperan melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    10. Ilham (42) 

    Wiraswasta, warga Rimuku, Sulawesi Barat, berperan melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    11. Drs. Suardi Mappeabang (58)

    PNS, warga Simboro, Sulawesi Barat, berperan melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    12. Mas’ud (37) 

    Wiraswasta, warga Lekopadis, Sulawesi Barat.

    Berperan melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    13. Satriyady (52)

    PNS, warga Binanga, Sulawesi Barat.

    Perannya melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    14. Sri Wahyudi (35)

    Wiraswasta, warga Rimuku, Sulawesi Barat.

    Berperan melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    15. Muhammad Manggabarani (40 tahun)

    PNS, warga Rimuku, Sulawesi Barat.

    Berperan melakukan pengedaran uang palsu dan  melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    16. Ambo Ala, A.Md (42)

    Wiraswasta, warga Batua, Makassar, berperan melakukan pengedaran uang palsu, dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    17. Rahman (49)

    Wiraswasta, warga Simboro, Sulawesi Barat.

    Berperan melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

     

    Kronologis Temuan Pabrik Uang Palsu di UIN

    Yudhiawan  mengatakan awal mula kasus ini diselidiki dari adanya laporan masyarakat ke Polsek Pallangga.

    Masyarakat tersebut, mendapati adanya peredaran uang palsu di wilayah Lambengi, Kelurahan Bontoala, Kecamatan Pallangga.

    “Masyarakat melapor kepada Polsek (Pallangga) bahwa diduga ada uang kertas palsu yang diedarkan, kemudian oleh tim kami langsung di laporkan di Polres,” ujar Yudhiawan.

    Kapolres Gowa AKBP Reonald Simanjuntak pun, memerintahkan personel Satreskrim yang dipimpin AKP Bachtiar untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut.

    “Satreskrim langsung bergerak untuk melakukan penyelidikan tepatnya di Jl Pelita Lambengi, Kelurahan Bontoala, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa,” ujarnya.

    Hasil penyelidikan itu, lanjut Yudhi, diamankanlah sosok pria berinisial M yang diduga mengedarkan uang palsu tersebut.

    M diamankan polisi saat melakukan transaksi dengan seseorang inisial AI.

    Di mana M menjual uang palsu itu kepada AI, dengan kelipatan dua kali lipat dari uang asli yang dibelanjakan.

    “Uang palsu ini perbandingannya satu banding dua, jadi satu asli dua uang palsu,” ungkap Yudhi.

    Dari penangkapan M dan AI, polisi terus mendalami kasus itu hingga mendapat mesin pencetakan uang palsu yang ada di dalam Kampus Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Jl Yasin Limpo, Gowa.

    Mesin berukuran besar dengan berat diperkirakan dua ton lebih itu, disembunyikan dalam ruangan yang ada di Perpustakaan UINAM.

    Atas pengungkapan itu, kepala perpustakaan UIN Alauddin inisial AI alias Andi Ibrahim, ditangkap bersama 16 orang lainnya.

    “Pengungkapan peredaran uang palsu yang ditangani oleh Polres Gowa,” katanya.

    Selain itu, polisi juga menyita ratusan jenis barang bukti.

    Mulai dari mesin cetak uang palsu, monitor, kertas uang palsu, uang palsu yang telah dicetak dan berbagai barang bukti lainnya.

     

     

  • BI Bersuara soal Uang Palsu di UIN Makassar: Bahannya Ketahuan

    BI Bersuara soal Uang Palsu di UIN Makassar: Bahannya Ketahuan

    Makassar, CNN Indonesia

    Bank Indonesia memastikan uang palsu yang dicetak di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, sulit menyamai rupiah asli.

    “Kami tidak dalam kapasitas membedakan berapa persen, satu saja beda itu sudah uang palsu. Yang paling tidak bisa dipalsukan multi colour, latin image, bahannya sudah ketahuan dan hasilnya relatif buram,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Rizky Ernadi, Kamis (19/12).

    Rizky mengingatkan masyarakat untuk mengenali ciri-ciri uang rupiah asli dengan uang palsu secara seksama, terutama pada saat transaksi dengan pecahan besar seperti uang pecahan Rp 100 ribu.

    “Memang tidak mudah melihatnya secara kasat mata. Salah satu cara adalah dengan memiringkan uang untuk melihat efek safeting colour. Masyarakat juga diingatkan untuk memperhatikan mikroteks pada uang. Jika gambar terlihat buram, itu bisa menjadi indikasi bahwa uang tersebut palsu. Pencetakan uang palsu biasanya menggunakan bahan yang berbeda, sehingga hasilnya tidak sebaik uang asli,” jelasnya.

    Rizky menuturkan jika ada masyarakat yang memiliki uang palsu, maka uang tidak dapat ditukar ke seluruh bank yang ada, namun segera melapor ke pihak kepolisian.

    “Uang palsu tidak dapat diganti. Jika Anda menemukan uang palsu, laporkan ke polisi atau Bank Indonesia. Namun, Anda akan mengalami kerugian karena uang tersebut tidak dapat ditukar,” jelasnya.

    Meski demikian, Rizky mengaku pihaknya belum mengetahui jumlah uang palsu di kampus UIN Alauddin Makassar beredar di masyarakat.

    “Jadi uang palsu yang ditemukan ini seperti gunung es. Jadi permukaannya saja tetapi yang beredar mungkin sudah banyak, kita tidak tahu.

    Rizky mengatakan bahwa pihaknya terus melakukan sosialisasi terkait ciri-ciri rupiah dan metode pembayaran yang aman, sehingga masyarakat tahu membedakan uang rupiah asli dengan palsu.

    “Kami akan melaksanakan sosialisasi setiap tahunnya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang uang palsu dan cara menghindarinya,” pungkasnya.

    (mir/agt)