kab/kota: Garut

  • Dedi Mulyadi Tolak Parsel Lebaran, Beri Cara Ganti Jadi Paket Sembako Buat Warga Jabar Pra-Sejahtera

    Dedi Mulyadi Tolak Parsel Lebaran, Beri Cara Ganti Jadi Paket Sembako Buat Warga Jabar Pra-Sejahtera

    TRIBUNJAKARTA.COM – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menolak parsel Lebaran 2025 dari pihak manapun.

    Politikus Gerindra itu memberi tutorial atau cara agar parsel itu diganti menjadi paket sembako.

    Paket sembako itu nantinya dibagikan kepada masyarakat Jawa Barat pra-sejahtera.

    Menurut Dedi Mulyadi, lebih baik uang untuk membeli parsel tersebut digunakan untuk sedekah ke masyarakat.

    Dedi Mulyadi memberikan contoh, jika parsel senilai Rp1,5 juta, akan lebih baik diganti menjadi paket sembako sebanyak 10 paket.

    Paket-paket sembako ini kemudian dibagikan ke warga Jawa Barat yang membutuhkan.

    “Saya menyarankan paket dibagi 10 masing-masing seharga Rp 150 ribuan, isinya beras atau bahan makanan, lalu dibagikan ke masyarakat,” kata Dedi Mulyadi dalam keterangan resminya, Minggu (30/3/2025).

    Dedi Mulyadi meminta agar paket sembako tersebut diberi tulisan bahwa paket itu adalah bentuk ucapan Lebaran dari gubernur, lalu ditujukan kepada penerima dengan alamat yang jelas.

    Menurut Dedi Mulyadi, hal tersebut agar bisa tepat sasaran kepada masyarakat yang lebih berhak.

    “Beri tulisan Selamat Hari Raya Idul Fitri buat Kang Dedi Mulyadi, paket ini sudah dikirim ke penerima, sebutkan nama dan alamatnya,” kata Dedi Mulyadi.

    Tidak tanggung-tanggung, Dedi Mulyadi mengaku akan turun langsung mengecek pemberian paket sembako tersebut.

    “Bayangkan jika ada yang mengirim 100 parsel (yang dibagi menjadi 10 paket senilai Rp150 ribu), maka akan ada 1.000 paket yang diterima masyarakat,” ucap Dedi Mulyadi.

    Lebaran Dedi Mulyadi

    Dedi Mulyadi senang atas pelaksanaan lebaran pertama di Gasibu, Kota Bandung.

    Biasanya, kata Dedi Mulyadi, dia melaksanakan lebaran di Alun-alun Kian Santang Purwakarta atau di halaman rumahnya di Lembur Pakuan.

    “Ini lebaran pertama yang saya laksanakan bersama warga Kota Bandung. Tadi, saya lihat ada yang dari Lampung, Kalimantan, Karawang, Cianjur dan Garut sengaja salat Idulfitri di Gasibu.”

    “Saya lihat hampir seluruh pelosok Jabar banyak warganya yang datang melaksanakan salat Idulfitri di Gasibu,” katanya, Senin (31/3/2025).

    Hal paling utama, lanjutnya, pada lebaran tahun ini terjadi kenaikan pembayaran zakat fitrah 100 persen.

    Itu menandakan kesadaran dan kemampuan orang untuk membayar zakat semakin meningkat dan kualitas ekonomi masih relatif sangat baik.

    “Ini harus menjadi catatan penting, karena kalau kualitas ekonominya buruk, orang belum tentu bisa membayar zakat fitrah atau bayar zakat lainnya. Alhamdulillah acara malam takbiran pun lancar tak ada peristiwa yang menonjol. Lalu, arus mudik terkelola dengan baik yang menandakan koordinasi lintas sektoral baik antarforkopimda di Jabar maupun pusat dengan daerah berjalan efektif,” ujarnya.

    Dedi Mulyadi setelah melaksanakan salat Idulfitri di Lapangan Gasibu, kemudian berlanjut menggelar open house di Gedung Pakuan.

    Masyarakat pun sudah banyak menunggu untuk bersalaman sekaligus berfoto dengan orang nomor satu di Jabar tersebut.

    Setelah bersalaman, para warga langsung dipersilakan untuk makan yang telah disediakan pihak Gedung Pakuan.(TribunJabar/Wartakota)

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

  • Inilah 5 Daerah Penghasil Talenta Sepak Bola Indonesia

    Inilah 5 Daerah Penghasil Talenta Sepak Bola Indonesia

    Liputan6.com, Yogyakarta – Sepak bola Indonesia terus menunjukkan perkembangannya dengan munculnya pemain muda berbakat di berbagai level kompetisi. Dari akademi sepakbola hingga kompetisi internasional, pemain-pemain Indonesia mulai menunjukkan kualitas yang patut diperhitungkan.

    Talenta muda seperti Marselino Ferdinan, Witan Sulaeman, dan Hokky Caraka telah menjadi bukti bahwa Indonesia memiliki potensi untuk bersaing di kancah sepak bola Asia. Mengutip dari berbagai sumber, berikut lima daerah penghasil talenta sepakbola Indonesia:

    1. Maluku

    Nama-nama seperti Rochy Putiray, Ricardo Salampessy, Elly Idris, Abduh Lestaluhu, Ramdani Lestaluhu, dan Zulham Zamrun punya dua kesamaan. Mereka semua pemain sepak bola berbakat, dan mereka semua berasal dari Maluku.

    Provinsi ini telah lama dikenal sebagai penghasil pemain-pemain berkualitas yang berhasil menembus level nasional bahkan internasional. Bahkan, ada satu desa di Maluku yang dijuluki Kampung Sepak Bola karena konsisten melahirkan bakat-bakat baru, yaitu Desa Tulehu.

    2. Papua

    Indonesia patut berbangga memiliki Papua sebagai salah satu penyumbang utama pemain sepak bola berkualitas. Nama-nama seperti Boaz Solossa, Patrich Wanggai, Titus Bonai, Elie Aiboy, Erol Iba, Cristian Warobay, hingga Jack Komboy telah membuktikan bahwa tanah Papua melahirkan pemain-pemain berbakat.

    Berbeda dengan Maluku yang baru memiliki wakil di Liga 1 belakangan ini, Papua telah lama konsisten memiliki perwakilan di kasta tertinggi persepakbolaan nasional. Kekuatan sepak bola Papua tidak lepas dari tradisi bermain bola yang telah mengakar kuat di masyarakat.

    Anak-anak Papua tumbuh dengan sepak bola sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Mereka mengembangkan teknik dasar yang baik secara alami melalui permainan di lapangan-lapangan sederhana.

    3. Sulawesi Selatan

    Sulawesi Selatan memiliki akar sepak bola yang sangat dalam. Hal ini dibuktikan dengan eksistensi PSM Makassar yang telah berdiri sejak era kolonial tahun 1915.

    Warisan sepak bola ini melahirkan generasi demi generasi pemain berkualitas. Dari legenda seperti Ramang yang dijuluki si kuda terbang di era perserikatan 1950-an, hingga Maulwi Saelan yang juga ikon sepak bola nasional.

    Era modern menyaksikan kelahiran bintang-bintang seperti Hamka Hamzah, Syamsidar, Zulkifli Syukur, dan Isnan Ali yang mengharumkan nama daerah di kancah nasional. Kini, Asnawi Mangkualam Bahar menjadi kebanggaan baru sebagai pemain Indonesia pertama yang berlaga di liga profesional Korea Selatan.

    4. Jawa Timur

    Jawa Timur memiliki tempat khusus dalam sejarah sepak bola Indonesia. Fakta menarik mencatat bahwa kapten tim Hindia Belanda di Piala Dunia 1938, Achmad Nawir, berasal dari provinsi ini.

    Tradisi melahirkan pemain berkualitas ini terus berlanjut dari masa ke masa, dengan sederet nama seperti Widodo C. Putro (legenda Persebaya), Budi Sudarsono (pemain nasional era 2000-an), hingga Hendro Kartiko (kiper andalan timnas).

    Di era modern, Jawa Timur tetap konsisten menghasilkan talenta kelas atas. Andik Vermansyah menjadi salah satu pemain paling teknis di masanya, Evan Dimas sempat menjadi tulang punggung timnas U-23, sementara Hariono dikenal sebagai gelandang bertahan yang tangguh.

    5. Jawa Barat

    Jawa Barat telah lama membuktikan diri sebagai salah satu pusat sepak bola terpenting di Indonesia. Hal ini ditandai dengan kesuksesan Persib Bandung sebagai juara Liga Indonesia 1995 dengan skuad penuh pemain lokal Jabar.

    Provinsi ini secara konsisten melahirkan pemain-pemain bintang seperti Adjat Sudrajat (bek tangguh era 90-an), Robby Darwis (gelandang kreatif), Djajang Nurdjaman (striker legendaris), hingga generasi berikutnya seperti Eka Ramdani dan Atep yang menjadi andalan timnas.

    Salah satu daerah yang terkenal sebagai penghasil bakat sepak bola di Jabar adalah Cikajang. Kecamatan di Garut ini telah melahirkan pemain-pemain berkualitas seperti Adeng Hudaya (kiper Persib era 80-an), Yandi Sofyan (bek Persib), dan Zaenal Arif (gelandang).

    Penulis: Ade Yofi Faidzun

  • Hampir Seluruh Pelosok Jabar Datang ke Sini!

    Hampir Seluruh Pelosok Jabar Datang ke Sini!

    JABAR EKSPRES – Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi, menyampaikan perasaannya usai melangsungkan hari Raya Idulfitri 1446 Hijriah bersama masyarakat Kota Bandung.

    Menjadi kesan pertama dalam hidupnya, Demul sapaan akrabnya mengatakan bahwa momentum hari raya Idulfitri kali ini berbeda dengan biasanya.

    “Ini lebaran pertama saya di Gasibu (Kota Bandung), biasanya kan lebarannya di Alun-alun Kiansantang Purwakarta atau di halaman rumah saya (Subang),” ucapnya saat ditemui usai melangsungkan Salat Idulfitri 1446 H di Lapang Gasibu, Kota Bandung (31/3).

    Selain hal itu, Demul mengungkap hari Raya  Idulfitri kali ini juga dinilai cukup meriah dari bisanya.

    Ia mengatakan, banyak masyarakat khususnya yang datang dari luar kota sengaja datang ke Bandung hanya untuk melangsungkan salat bersama dirinya di Lapang Gasibu.

    BACA JUGA:Salat Idulfitri di Lapang Gasibu, 6 Jemaah Ngaku Kehilangan Uang dan Handphone saat Bersalaman dengan Dedi Mulyadi

    “Saya lihat tadi banyak yang dari Lampung, ada yang dari Kalimantan, ada yang sengaja dari Garut salat id di sini, ada yang dari Karawang salat id di sini juga, ada yang dari Cianjur. Jadi saya lihat hampir seluruh pelosok Jawa Barat, banyak warganya yang datang ke sini untuk melaksanakan salat Id,” ujarnya.

    Lebih jauh Demul mengungkap, di momentum kali ini juga masyarakat khususnya Jawa Barat telah sadar dalam menjalankan kewajibannya yakni membayar zakat fitrah.

    “Saya pikir ini adalah hal yang sangat baik dan yang paling utama adalah kenaikan pembayaran zakat fitrah, kenaikannya lebih dari 100 persen. Artinya, itu menandakan kesadaran dan kemampuan orang untuk membayar zakat sudah semakin meningkat,” pungkasnya.

    Sebelumnya, sebagian besar masyarakat Kota Bandung, hari ini Senin (31/3), menjalankan Salat Idulfitri 1446 Hijriah di sejumlah tempat mulai dari lapangan hingga masjid-masjid terdekat.

    BACA JUGA:Salat Id Bareng Dedi Mulyadi, Masyarakat Kota Bandung Padati Lapang Gasibu

    Halnya di Lapangan Gasibu, Kota Bandung, sejumlah masyarakat memilih melangsungkan salat Idulfitri 1446 Hijriah di lokasi tersebut bersama Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi.

    Menurut salah seorang warga asal Cijerah, Kota Bandung, Aji (30) mengatakan dirinya sengaja datang ke Lapangan Gasibu hanya untuk melangsungkan salat Idulfitri bersama Gubernur Jabar Dedi Mulyadi.

  • Jalur Mudik di Garut Landai saat Malam Takbiran

    Jalur Mudik di Garut Landai saat Malam Takbiran

    GARUT – Arus lalu lintas kendaraan di jalur mudik H-1 Lebaran atau saat malam takbiran dalam kondisi landai di jalur nasional lintas Limbangan ataupun jalur provinsi lintas Kadungora menuju perkotaan Kabupaten Garut, Jawa Barat, Minggu malam.

    Kapolres Garut AKBP Mochamad Fajar Gemilang mengatakan, arus lalu lintas kendaraan bermotor di berbagai jalur utama Kabupaten Garut terpantau sudah berubah menjadi normal dibandingkan hari sebelumnya.

    “Alhamdulillah pada hari ini situasi arus lalu lintas terpantau normal serta berkurangnya volume kendaraan hingga saat ini, dan kami belum memberlakukan sistem ‘one way’ pada hari ini,” katanya di Garut, Antara, Minggu, 30 Maret. 

    Kapolres bersama jajarannya usai puncak arus mudik H-2 memantau langsung kondisi arus lalu lintas di jalur nasional seperti Limbangan-Malangbong, kemudian Kadungora-Leles.

    Saat ini H-1 Lebaran, kata dia, jalur yang sebelumnya dipadati arus kendaraan dari arah Bandung menuju Garut sudah dalam kondisi landai, tidak terjadi kepadatan.

    Ia menyampaikan, meski kondisi arus lalu lintas kendaraan lancar di jalur mudik, jajarannya tetap siaga untuk melakukan pemantauan dan pengaturan agar tetap lancar.

    “Kami terus melakukan pengawasan dan pengaturan untuk memastikan kelancaran lalu lintas, serta memberikan rasa aman bagi para pengendara,” katanya.

    Selain pengamanan di jalur mudik, Polres Garut juga melakukan peningkatan pengamanan di jalan wilayah perkotaan Kabupaten Garut pada malam takbiran.

    Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Garut Iptu Aang Andi Suhandi mengatakan pihaknya pada pengamanan malam takbiran di wilayah perkotaan Garut memberlakukan rekayasa jalur, dan penutupan jalan untuk diberlakukan “car free night” di Jalan Ahmad Yani sampai tengah malam.

    “Kendaraan bermotor tidak diperbolehkan masuk lingkaran dalam perkotaan, kecuali kendaraan logistik, kesehatan, dan kebutuhan lainnya,” katanya.

    Ia menyampaikan sejumlah anggota disiagakan di  seluruh jalur untuk melakukan penyekatan, dan hanya mengizinkan masyarakat pejalan kaki untuk memasuki daerah perkotaan Garut selama malam takbiran.

    Menurut dia, upaya penutupan jalan di wilayah perkotaan itu untuk menghindari terjadinya kepadatan kendaraan yang dapat mengganggu dan menghambat aktivitas masyarakat lainnya.

    “Bagi masyarakat yang hendak mengikuti kegiatan ‘car Free Night’ ini, pemerintah menyediakan lokasi parkir kendaraan di lima titik,” katanya.

  • Dedi Mulyadi Tolak Parcel Lebaran, Pilih Salurkan ke Masyarakat

    Dedi Mulyadi Tolak Parcel Lebaran, Pilih Salurkan ke Masyarakat

    JABAR EKSPRES – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menegaskan bahwa dirinya tidak akan menerima parcel Lebaran dari pihak manapun.

    Ia lebih memilih agar dana yang digunakan untuk membeli parcel dialihkan untuk kegiatan amal, khususnya bagi warga Jawa Barat yang membutuhkan.

    Dedi memberikan contoh, jika ada parcel senilai Rp 1,5 juta, lebih baik uang tersebut digunakan untuk membeli 10 paket sembako yang masing-masing bernilai Rp 150 ribu dan didistribusikan kepada warga yang kurang mampu.

    BACA JUGA: Ingin Salat Idul Fitri di Kebun Raya Bogor? Ini Info Kantong Parkir dan Imbauannya!

    “Saya sarankan agar paket tersebut dibagi menjadi 10, masing-masing berisi beras atau bahan makanan dan kemudian disalurkan kepada masyarakat,” kata Dedi.

    Untuk memastikan penyaluran tersebut tepat sasaran, Dedi meminta agar setiap paket ditulis dengan pesan ucapan Selamat Idul Fitri dari Gubernur.

    Paket juga harus jelas mencantumkan nama dan alamat penerima.

    “Di dalam paket tuliskan ucapan Selamat Idul Fitri untuk Kang Dedi Mulyadi, paket ini telah dikirimkan kepada penerima, sebutkan nama dan alamatnya,” jelas Dedi.

    BACA JUGA: Indahnya Masjid Babussalam Garut, Pemudik Wajib Mampir Melepas Lelah Sambil Nikmati Kesejukan dan Panorama Hijau

    Gubernur Jawa Barat ini juga menekankan pentingnya kejujuran dalam distribusi paket, dengan rencananya untuk langsung turun tangan memantau apakah paket-paket tersebut benar-benar diterima oleh penerima yang dituju.

    “Bayangkan, jika ada yang mengirimkan 100 parcel (yang dibagi menjadi 10 paket masing-masing Rp150 ribu), maka ada 1.000 paket yang akan diterima oleh masyarakat. Di sini ada distribusi ekonomi dan pemerataan keadilan,” tutup Dedi.

     

     

  • Indahnya Masjid Babussalam Garut, Pemudik Wajib Mampir Melepas Lelah Sambil Nikmati Kesejukan dan Panorama Hijau

    Indahnya Masjid Babussalam Garut, Pemudik Wajib Mampir Melepas Lelah Sambil Nikmati Kesejukan dan Panorama Hijau

    JABAR EKSPRES – Perjalanan mudik lebaran 2025 menggurat berbagai cerita. Salah satunya dari seorang pemudik bernama Novira Nuraeni (28), yang tengah melakukan perjalanan dari Kota Bandung menuju Kabupaten Tasikmalaya.

    Wanita asal Tasikmalaya itu mengaku, cukup terpukau dengan kemegahan serta indahnya suasana di Masjid Babussalam, yang berdiri di wilayah Desa Nanjungjaya, Kecamatan Kersamanah, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

    Masjid yang berada di Jalur Limbangan-Malangbong itu, menurut Novira menjadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi bagi para pemudik atau musafir, saat melakukan perjalanan menuju Tasikmalaya, Ciamis hingga daerah seterusnya.

    “Alhamdulillah bisa berkunjung ke Masjid Babussalam, untuk sholat dan beristirahat di sini. Karena emang pas di Cileunyi aku udah rencanain ke keluarga, kalo istirahat sholat Ashar mampirnya di Masjid Babussalam,” katanya kepada Jabar Ekspres, Minggu (30/3).

    BACA JUGA: Fasilitas Lengkap di Pos Pam Terpadu Cileunyi, Ada Ruang Laktasi dan Bermain Anak hingga Vitamin Gratis Bagi Pemudik

    Novira menyampaikan, dirinya sudah beberapa kali berkunjung ke Majid Babussalam. Setiap melakukan perjalanan Bandung-Tasikmalaya ataupun sebaliknya, selalu menyempatkan beristirahat di sana.

    “Sejuk aja suasananya, parkiran luas, terus paling aku suka pemandangannya. Nuansa alamnya dapet banget, bikin adem dan bikin mata jadi fresh,” bebernya.

    Melalui pantauan Jabar Ekspres, bagian dalam Masjid Babussalam tergolong luas, sekiranya dapat menampung 200 orang atau jamaah sholat.

    Pada bagian pinggir bangunan masjid, terdapat jendela besar yang menampilkan pemandangan alam, panorama hijau berupa pepohonan serta hamparan pesawahan jadi daya tarik untuk dinikmati.

    Selain meyejukkan badan, kemegahan Masjid Babussalam serta keindahan alam di sekitarnya, membuat setiap orang yang datang seakan ingin berdiam lama-lama, tak jarang pemudik terlelap melepas penat.

    BACA JUGA: Kang DS Ajak Warga Kabupaten Bandung Pastikan Keamanan Rumah Sebelum Mudik Lebaran 2025

    “Senyaman itu masjidnya, Subhannallah banget pokonya. Alhamdulillah mudik tahun ini gak kena macet dan bisa santai di Masjid Babussalam, gak penuh pemudik,” ujar Novira sambil tertawa ringan.

    Wanita berparas cantik dengan kerudung coklat itu tampak sangat menikmati keindahan panorama hijau, yang terpampang jelas dibalik jendela besar megahnya Masjid Babussalam.

  • H-1 Lebaran, Arus Lalu Lintas di Jalur Mudik Gentong Tasikmalaya Landai: Polisi Fokus Pengamanan Takbiran dan Arus Balik

    H-1 Lebaran, Arus Lalu Lintas di Jalur Mudik Gentong Tasikmalaya Landai: Polisi Fokus Pengamanan Takbiran dan Arus Balik

    JABAR EKSPRES – Arus lalu lintas di jalur mudik Gentong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, menunjukkan penurunan signifikan pada H-1 Lebaran, Minggu siang.

    Kondisi ini berbeda jauh dengan hari sebelumnya yang masih dipenuhi kepadatan kendaraan.

    “Hari ini, puncak arus mudik sudah berlalu. Sekarang, kondisi lalu lintas relatif lebih lancar dibandingkan hari biasa,” ungkap Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Tasikmalaya Kota, AKP Riki Kustiawan, di Tasikmalaya, Minggu, 30 Maret 2025.

    Menurutnya, kawasan Gentong di Kecamatan Kadipaten, yang merupakan jalur selatan Jawa Barat, memang menjadi rute utama pemudik dari arah Bandung atau Garut menuju Tasikmalaya dan sekitarnya, bahkan ke Jawa Tengah.

    BACA JUGA: Arus Mudik H-1 Lebaran 2025 di Kawasan Cileunyi Bandung Terpantau Ramai Lancar

    Pada H-2 dan H-3 Lebaran, jalur ini sempat mengalami kepadatan yang cukup tinggi, namun kini kondisi lalu lintas sudah kembali normal dengan kendaraan melaju dengan kecepatan sekitar 50-60 km per jam.

    “Meski puncak arus mudik sudah lewat, kami tetap siaga untuk menjaga kelancaran dan keamanan perjalanan,” tambah AKP Riki.

    Meskipun arus mudik sudah relatif aman, pihak kepolisian masih fokus pada pengamanan di wilayah perkotaan, terutama menjelang malam takbiran.

    “Kami akan lebih fokus pada pengamanan di kota, karena di jalur mudik sudah normal, dan pemudik sebagian besar sudah sampai tujuan,” ujar Riki.

    BACA JUGA: Puncak Arus Mudik Terjadi pada H-2 Lebaran, 198 Ribu Kendaraan Melintas di Jalur Nagreg

    Di sisi lain, pihak kepolisian juga tengah mempersiapkan pengamanan untuk arus balik Lebaran, terutama di wilayah utara Tasikmalaya.

    Salah satu titik yang menjadi perhatian adalah jalur tanjakan Gentong dan Rumah Makan Asep Stroberi, yang berpotensi menimbulkan kemacetan akibat penyempitan jalan.

    “Kami akan terus memantau dan mengatur lalu lintas di area-area yang rawan kemacetan, seperti di Gentong dan Stroberi,” tegasnya.

     

     

  • Arus Mudik H-1 Lebaran 2025 di Kawasan Cileunyi Bandung Terpantau Ramai Lancar

    Arus Mudik H-1 Lebaran 2025 di Kawasan Cileunyi Bandung Terpantau Ramai Lancar

    JABAR EKSPRES – Arus mudik lebaran 2025, di kawasan Simpang Susun Cileunyi di Jalan Raya Bandung-Garut, tepatnya di wilayah Desa Cileunyi Wetan, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung pada H-1 Idul Fitri 1446 Hijriyah masih ramai lancar.

    Kapolsek Cileunyi sekaligus Kepala Pos Pengamanan Terpadu Cileunyi, Kompol Rizal Adam Al Hasan mengatakan, kondisi arus mudik lebaran 2025 dinilai kondusif dan aman terkendali.

    “Sejak hari pertama (pengamanan) untuk arus mudik di (kawasan) Pos Pengamanan Terpadu Cileunyi, kondisi lalu lintas selalu lancar,” katanya saat ditemui Jabar Ekspres di lokasi, Minggu (30/3).

    Rizal menerangkan, walaupun terbilang lancar, namun keramaian arus lalu lintas sempat terjadi pada H-3 kemarin.

    BACA JUGA: Puncak Arus Mudik Terjadi pada H-2 Lebaran, 198 Ribu Kendaraan Melintas di Jalur Nagreg

    “Keramaian arus lalu lintas sempat terjadi, ada lonjakan peningkatan volume kendaraan di hari Jumat (28/3/2025),” terangnya.

    “Tapi meskipun terjadi lonjakan, untuk situasi arus lalu lintas tetap terkendali, aman dan kondusif,” lanjut Rizal.

    Melalui pantauan Jabar Eksrpes di lokasi, terlihat sejumlah kendaraan baik roda empat maupun dua, melaju tanpa adanya hambatan.

    Di Gerbang Tol Cileunyi, situasi arus mudik pun terpantau ramai lancar, tidak ada antrean atau kepadatan kendaraan. Begitu pun di Jalur Arteri, di Jalan Raya Bandung-Garut menuju arah Nagreg-Tasikmalaya juga terlihat lengang.

    BACA JUGA: BNI Hadirkan Posko Mudik BUMN, Manjakan Pemudik di Pelabuhan Balikpapan

    “Kalau jalan arteri di Jalan Raya Bandung-Garut waktu hari Jumat kemarin sempat terjadi lonjakan kendaraan,” ucap Rizal.

    “Tapi dengan kesigapan anggota yang jaga, pengaturan arus lalin bisa ditangani sehingga tidak terjadi stuck atau macet, meski ada lonjakan, roda tetap berputar,” lanjutnya.

    Rizal mengimbau, bagi para pemudik untuk tetap berhati-hati selama melakukan perjalanan ke kampung halaman, terutama tetap menjaga kondisi badan.

    BACA JUGA: Puncak Arus Mudik di Nagreg Diprediksi Terjadi Hari Ini, Volume Kendaraan Capai 138 Ribu hingga Sore

    “Perhatikan kondisi badan dan kendaraan, jangan memaksakan apabila kurang fit atau kendaraan kurang maksimal, supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” pungkasnya. (Bas)

  • Gubernur Dedi Mulyadi Berdinas di 5 Keresidenan Jabar, Ini Alasannya
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        30 Maret 2025

    Gubernur Dedi Mulyadi Berdinas di 5 Keresidenan Jabar, Ini Alasannya Bandung 30 Maret 2025

    Gubernur Dedi Mulyadi Berdinas di 5 Keresidenan Jabar, Ini Alasannya
    Tim Redaksi
    BANDUNG, KOMPAS.com
    – Gubernur Jawa Barat
    Dedi Mulyadi
    memutuskan untuk berdinas di lima
    kantor wilayah
    yang mewakili karakter setiap budaya yang ada di Jabar.
    Dia beralasan, untuk berkantor di kelimanya yang merepresentasikan lima
    karakter budaya
    , yakni Priangan Garut, Priangan Bandung Raya, Cirebon, Purwakarta, dan Wilayah Bogor (Sunda Betawi).
    Adapun sebutan untuk kantor gubernur di lima wilayah tersebut adalah Bale Pakuan Padjadjaran di Wilayah Bogor, Bale Sri Baduga di Wilayah Purwakarta, Bale Jaya Dewata di Wilayah Cirebon, Bale Dewa Niskala di Wilayah Priangan Garut, dan Bale Pakuan di Wilayah Bandung Raya.
    “Jawa Barat memiliki lima karakter budaya, yaitu Priangan Garut, Priangan Bandung Raya, Cirebon, Purwakarta, dan Wilayah Bogor (Sunda Betawi),” katanya dalam keterangan resminya, Minggu (30/3/2025).
    Sebelumnya, kata dia, kelima daerah ini pada masa lampau dikenal sebagai wilayah karesidenan atau wilayah administratif di bawah gubernur.
    Adapun alasan dirinya untuk kembali berdinas di lima kantor tersebut adalah guna memperkuat pelayanan dan akses masyarakat.
    Oleh sebab itu, eks kantor karesidenan tersebut kini diaktifkan kembali sebagai kantor wilayah gubernur, agar memudahkan Dedi untuk menjalankan pemerintahannya.
    “Nah, eks kantor karesidenan itu kini saya aktifkan sebagai kantor wilayah gubernur. Tujuannya agar daerah yang berada di wilayah tersebut memiliki akses yang lebih dekat untuk berhubungan dengan gubernur,” ucap Dedi.
    “Di kantor wilayah itu juga tersedia staf layanan masyarakat,” tambahnya.
    Dia menambahkan, masing-masing kantor wilayah ini melayani sedikitnya tiga hingga lima kabupaten dan kota yang berdekatan.
    “Guna memastikan pelayanan pemerintahan lebih merata dan mudah diakses oleh masyarakat,” pungkasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Demokrasi Lunglai, Partai Teralienasi
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        30 Maret 2025

    Demokrasi Lunglai, Partai Teralienasi Nasional 30 Maret 2025

    Demokrasi Lunglai, Partai Teralienasi
    Jurnalis, Mahasiswa S3 Ilmu Politik
    KEMEROSOTAN
    demokrasi di Indonesia sudah terjadi dan terpantau sejak beberapa waktu terakhir. Misalnya, terlihat dari indeks demokrasi Indonesia hasil perhitungan The Economist Intelligence Unit (EIU).
    Sejak tahun 2022 hingga 2024, demokrasi Indonesia terus menunjukkan tren penurunan. Dari 6,71 pada 2022 menjadi 6,5 pada 2023, dan 6,44 pada 2024 dan berada dalam kategori demokrasi cacat (
    flawed democracy
    ).
    V-Dem Institute dalam laporan “Democracy Report 2025” menempatkan Indonesia dalam katagori
    electoral autocracies
    dan meninggalkan kluster “electoral democracies.”
    “Electoral autocracies” dimaknai sebagai sistem pemilu multipartai berlangsung, tapi tidak mencukupi prasyarat minimal untuk terciptanya kebebasan berpendapat dan kebebasan serta keadilan Pemilu.
    Tren penurunan ini diperkirakan akan terus terjadi menyusul
    DPR
    meloloskan
    revisi UU TNI
    yang memberikan ruang lebih besar pada TNI untuk menempati jabatan sipil.
    Pada UU TNI sebelumnya jumlah jabatan sipil yang diperbolehkan hanya sepuluh, kini dilebarkan menjadi 15 posisi, termasuk posisi di Mahkamah Agung dan Jaksa Agung.
    Sayangnya, DPR tidak menyentuh reformasi peradilan militer yang disyaratkan Ketetapan MPR. Meski menduduki jabatan sipil, prajurit TNI berada dalam lingkup peradilan militer.
    Partai
    politik seakan kehilangan legitimasinya di mata rakyat. Partai politik seakan teralienasi dengan kehendak rakyat.
    Situasi dibuktikan dengan maraknya unjuk rasa tanpa henti menolak revisi UU TNI sampai ke kota-kota kecil, seperti Sukabumi, Cianjur, Tasikmalaya, Garut, Bojonegoro, Tuban. Unjuk rasa bahkan terus berlangsung di bulan puasa.
    Memang menjadi pertanyaan publik: mengapa revisi UU TNI harus dipaksakan diselesaikan dengan target waktu tertentu? Siapa sebenarnya yang mendapat keuntungan?
    Kini, mulai muncul gejala aksi tandingan. Pro dan kontra revisi UU TNI bisa mengarah pada konflik horizontal sebagaimana pernah terjadi pada 1998.
    Di Jakarta dan Yogyakarta, ibu-ibu turun ke lapangan dengan nama Suara Ibu Indonesia. Guru besar Universitas Indonesia Prof Dr Sulistyowati Irianto antara lain ikut turun ke jalan mengecam aksi kekarasan yang dilakukan aparat terhadap pengunjuk rasa.
    Tren teralienasinya
    partai
    politik dengan pemilihnya menunjukkan oligarki tumbuh kuat di tubuh partai politik.
    Partai politik sangat tergantung pada ketua umum partainya dan menghilangkan suara-suara anggota partai politik, apalagi suara rakyat.
    Kepentingan rakyat telah ditinggalkan ketika partai politik berhasil meraih suara rakyat dan duduk di parlemen.
    Situasi seperti sekarang seakan mengarah pada industrialisasi politik. Partai politik dikelola sebagaimana korporasi di mana ketua umum partai adalah Chief Executive Officer (CEO), bisa berunding menempatkan anggotanya sebagai menteri, duta besar ataupun komisaris BUMN.
    Gejala elitisme di tubuh partai politik mempertontonkan oligarki di dalam partai politik. Sistem kepartaian telah menciptakann elitisme yang ditandai terputusnya hubungan antara wakil rakyat dan rakyat, penerima mandat dan pemberi mandat, pemilih dan yang dipilih.
    Tren ini telah dibaca Robert Michel pada 1911 dalam buku “Iron Law of Oligarchy”. Tren ini mengingatkan pada perkataaan Louis XIX di Perancis, “negara adalah aku”. Jika Raja telah bersabda, maka semua panglima akan bekerja untuknya.
    Ketika dalam tubuh partai politik terbangun elitisme, di dalam lembaga DPR pun terbangun, super elite, sosok yang sangat berkuasa dan menguasai pimpinan partai-partai politik lain.
    Sosok ini telah “menguasai” anggota-anggota DPR untuk tunduk dan patuh menggolkan agenda legalisme otokratis.
    Legalisme otokrasi adalah upaya merekayasa penyelenggaraan negara melalui mekanisme hukum sebagaimana diteorikan Letvisky dan Ziblatt, dua guru besar Harvard University dalam buku
    How Democracies Die
    .
    Undang-undang yang diproduksi semata-mata disiapkan agar kekuasaan bisa mengkonsolidasikan dirinya. Itu tampak jelas dengan disahkannya UU Kementerian Negara, UU Dewan Pertimbangan Presiden, UU BUMN, dan UU TNI.
    Sementara UU Perampasan Aset yang dituntut publik tidak mendapatkan tempat di mata elite partai politik karena tidak menguntungkannya. Stasiun televisi bahkan harus mengoreksi diskusi soal UU Perampasan Aset.
    Situasi politik seperti sekarang tercipta karena praktik demokrasi “doltinuku” atau “demoracy for sale” yang diteorikan Aspinall.
    Kelemahan elite partai politik yang terkait dengan kasus hukum, justru menjadi alat sandera politik untuk kepentingan kekuasaan.
    Publik masih ingat bagaimana elite politik tersangkut kasus hukum tetap aman-aman saja, sejauh berada dalam lingkup kekuasaan.
    Namun sebaliknya, mereka yang bersuara keras, tapi punya cacat hukum, harus berhadapan dengan hukum.
    Praktik seperti ini pernah dilakukan Oscar Bonavides, diktator Peru, 1933-1939. “For my friends, everything. For my enemies, the law.” (Untuk teman-teman saya, segalanya. Untuk musuhku, hukum).
    Bukankah situasi itulah yang sedang dihadapi bangsa ini? Bangsa yang tengah berada di simpang jalan, antara negara kekuasaan dan negara demokrasi konstitusional?
    Pemimpin populis melakukan apa yang Thomas Power (2020: 298) atau Nancy Bermeo (2016) sampaikan dalam jurnal “Democracy Backsliding” sebagai
    the executive weaponization of law enforcement
    .
    Penegakan hukum sebagai senjata politik oleh kekuasaan eksekutif dilaksanakan sepenuhnya dengan sangat selektif.
    Terhadap elite politik yang mau beraliansi dengan pemimpin populis, hukum tidak ditegakkan sekalipun mereka berlumuran dengan kejahatan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Asalkan loyal dan tunduk pada kehendak kekuasaan, mereka memperoleh proteksi hukum.
    Terjadinya disfungsi partai politik tercermin pada kemandulan DPR sebagai lembaga pengawas. DPR seakan menutup mata maraknya unjuk rasa yang disertai dengan kekerasan.
    DPR seakan tak melihat bagaimana praktik rangkap jabatan menteri dan wakil menteri sebagai komisaris BUMN, didiamkan padahal jelas-jelas melanggar UU Kementerian Negara.
    Entah apa tafsir DPR terhadap pasal 23 UU Kementerian Negara yang dirumuskan DPR sebagai berikut:
    Menteri dilarang merangkap jabatan sebagai: a. pejabat negara lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; b. komisaris atau direksi pada perusahaan negara atau perusahaan swasta; atau c. pimpinan organisasi yang dibiayai dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah.
    Berapa banyak menteri atau wakil menteri yang rangkap jabatan? Dan, mengapa DPR diam saja?
    Apakah DPR tidak mempunyai data yang sudah sangat terbuka atau memang pura-pura tidak tahu karena ada konflik kepentingan di dalam tubuhnya?
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.