Wajah Gelap Praktik Bank Keliling: Terjerat Pinjaman, Terbentur Risiko
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Profesi
bank keliling
kerap dipandang negatif karena erat dengan kegiatan penagihan utang. Namun, bagi sebagian orang, pekerjaan ini dijalani karena keterbatasan pilihan.
Carlos (38), warga asal Medan yang kini tinggal di Cilincing, Jakarta Utara, merupakan salah satu orang yang menggantungkan hidup dari pekerjaan tersebut.
Menjalani pekerjaan sebagai bank keliling mungkin bukan impian banyak orang. Pekerjaan ini acap kali mendapat stigma buruk karena berkaitan dengan penagihan utang yang kerap memicu konflik.
Namun bagi sebagian warga, pekerjaan ini tetap dijalani karena keterbatasan peluang kerja. Carlos mengaku sudah terjun ke bisnis bank keliling sejak 2011. Ia menjelaskan, usaha ini bisa dijalankan oleh individu maupun kantor tertentu, meski tidak beroperasi sebagai lembaga resmi.
Awalnya, Carlos bekerja sebagai petugas bank keliling di sebuah kantor. Tugasnya mendatangi permukiman padat untuk menawarkan pinjaman dari rumah ke rumah. Semakin banyak nasabah yang didapat, semakin besar pula penghasilan bulanannya.
“Dulu zaman saya itu delapan persen, tergantung lihat drop atau nagihnya. Kalau saya bisa nerima minimal Rp 4 juta dan ada targetnya,” ucap Carlos ketika diwawancarai
Kompas.com
di kawasan Cilincing, Senin (8/12/2025).
Setelah bertahun-tahun bekerja pada orang lain, Carlos akhirnya memberanikan diri membuka usaha sendiri dengan modal sendiri.
Dengan modal awal sekitar Rp 10 juta, ia mulai menawarkan pinjaman kepada nasabah setianya. Saat ini, Carlos memiliki sekitar 90 nasabah yang tersebar di sejumlah wilayah, seperti Utan Kayu, Kenari, Kramat, Djuanda, dan Pasar Baru.
Kebanyakan nasabahnya adalah ibu rumah tangga dan pedagang kaki lima yang membutuhkan tambahan modal usaha. Carlos menyebutkan, ia tidak menentukan batasan pinjaman bagi nasabah.
“Itu mah enggak dibatasi, tergantung nasabahnya bagus atau tidak kita nilai. Nilainya pertama kami kenal dia kasih secukupnya dulu kayak awal Rp 500.000,” ucap dia.
Jika pembayaran lancar, ia tidak ragu meningkatkan nominal pinjaman. Besaran pinjaman terbesar yang pernah ia berikan mencapai Rp 50 juta.
“Kalau benar bayarnya nambah, enggak ada maksimalnya, paling gede bisa mencapai Rp 50 juta. Kalau kayak begitu bayarnya mingguan sekitar Rp 2,5 juta,” tuturnya.
Meski nominal besar, bunga yang dikenakan tetap sama, yaitu sekitar 20 persen.
Dengan banyaknya nasabah, Carlos bisa meraup keuntungan besar setiap bulan.
“Kalau untung sebenarnya susah dihitungnya. Tapi, kalau sebulan Rp 25 juta–30 juta,” ungkapnya.
Sebagian besar keuntungan berasal dari nasabah pedagang di sekitar Stasiun Gambir yang meminjam dalam jumlah besar. Namun, jumlah nasabah di kawasan itu menurun seiring persaingan ketat dengan bisnis
online
.
Akibatnya, banyak pedagang takut mengambil pinjaman karena khawatir tidak mampu mencicil saat usaha sedang sepi.
Meski sempat berjaya, Carlos mengakui bahwa profesi ini berisiko tinggi. Konflik dengan nasabah kerap terjadi, mulai dari adu mulut hingga bentrok fisik.
“Ya, ribut berantam mulut maki-makian dan baku hantam pernah karena dia ditagihnya enggak benar dan dia lebih galak,” ungkapnya.
Carlos bisa mendapatkan keuntungan puluhan juta rupiah setiap bulannya saat itu. Namun, keuntungan besar yang ia peroleh juga sempat membuatnya terlena dan habis sia-sia.
“Itu untungnya bisa menggelapkan mata karena kan penyakitnya di situ juga, main judi, mabuk, perempuan, duit yang kita pegang jadi bawaannya panas habis lah tuh modalnya,” kata Carlos.
Kini, tanpa modal, Carlos tak bisa lagi menjalankan bisnis bank keliling dan beralih menjadi tukang tambal ban. Meski demikian, ia tidak menyesal pernah menjalani profesi itu selama belasan tahun.
Selain Carlos, ada pula Roni (bukan nama sebenarnya), pemuda asal Medan berusia 24 tahun yang memilih menjadi bank keliling setelah lulus SMA. Ia merantau ke Jakarta mengikuti saudaranya yang lebih dulu menjalani bisnis tersebut.
“Ya, saya karena ikut saudara ini bisnis saudara dan saya belum pernah coba kerjaan lain,” tuturnya.
Meski bukan impiannya, Roni tetap menjalani pekerjaan itu. Ia berharap bisa berhenti setelah menikah dan mendapatkan pekerjaan yang lebih layak tanpa
stigma negatif
.
Menurut Roni, menjalani profesi ini lebih banyak dukanya ketimbang suka.
“Enggak ada sukanya. Kalau dukanya banyak dimarahin nasabah adu mulut tapi enggak terlalu parah,” jelasnya.
Roni kini memiliki sekitar 80 nasabah yang tersebar di Warakas, Koja, dan Cilincing. Gajinya dihitung berdasarkan total pinjaman nasabah dikali lima persen. Semakin sedikit nasabah, semakin kecil gaji yang diterima.
Selain itu, gajinya bisa dipotong jika ada nasabah menunggak. Ia bahkan memiliki nasabah yang menunggak hingga tiga tahun.
“Kalau nunggak berbulan-bulan ada, ya, kami kan tahu usahanya dia apa, kalau udah surut usahanya kami juga enggak tega nagihnya, kalau udah normal lagi usahanya baru ditagih lagi,” ujarnya.
Sosiolog Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Rakhmat Hidayat, menjelaskan metode jemput bola menjadi daya tarik utama bank keliling. Mereka hadir langsung di depan rumah warga yang sedang terdesak kebutuhan.
Teknik ini membuat masyarakat mudah terjerat pinjaman dengan bunga tinggi, apalagi petugas bank keliling bekerja keras membujuk pelanggan karena pendapatan mereka bergantung pada jumlah nasabah.
Tak heran jika banyak sekali orang yang mudah terbujuk rayuan para bank keliling karena desakan ekonomi. Bagi Rakhmat, masyarakat yang terjerat bank keliling merupakan korban sehingga tidak bisa disalahkan.
“Ya, masyarakat merupakan individu yang tak berdaya, karena mereka korban dari kebijakan ekonomi yang menyebabkan mereka itu mengalami kemiskinan, mengalami kondisi secara terpuruk di sosial ekonominya, jadi mereka pada posisi yang lemah, enggak berdaya untuk mengatasi iming-iming tersebut,” jelasnya.
Kondisi ini membuat warga mudah terjebak dalam lingkaran kemiskinan yang sulit diputus.
Rakhmat menegaskan, pemerintah perlu turun tangan mengatur praktik bank keliling agar tidak merugikan warga.
“Pemerintah enggak boleh tinggal diam, karena ini menyangkut faktor ekonomi masyarakat sebagai bagian negara harus hadir tidak boleh dibiarkan,” katanya.
Ia menyarankan pemerintah memperkuat
literasi keuangan
masyarakat dengan menggandeng Bank Indonesia dalam program edukasi di tingkat RT/RW dan RPTRA.
“Mereka bikin forum acara di kampung di RT dan RW, RPTRA di Jakarta untuk melakukan literasi, finansial, apa itu bank keliling, risikonya apa,” ujar Rakhmat.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Gambir
-
/data/photo/2025/10/21/68f7450756f63.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
9 Demo 9 Desember 2025, Warga Diminta Hindari Jalan Ini Megapolitan
Demo 9 Desember 2025, Warga Diminta Hindari Jalan Ini
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Satu aksi demonstrasi akan digelar di Jakarta Pusat pada Selasa (9/12/2025) hari ini.
Kepala Seksi Humas Polres Metro
Jakarta Pusat
, Iptu Ruslan Basuki mengatakan, demonstrasi akan dilakukan oleh massa dari Indonesia Corruption Watch (ICW) dan aliansi masyarakat sipil lainnya di sekitar Gambir.
“Pagi ada aksi
unjuk rasa
dari ICW dan beberapa aliansi,” ujar Ruslan dalam keterangan tertulisnya, Selasa.
Menurut Ruslan, sebanyak 1.001 personel polisi disiagakan untuk pengaman unjuk rasa hari ini.
Sementara itu, untuk rekayasa lalu lintas di seputaran Gambir akan dilakukan situasional dengan mempertimbangkan jumlah massa di lapangan.
Ruslan mengimbau agar masyarakat menghindari kawasan sekitar demonstrasi untuk mengantisipasi kemacetan lalu lintas.
“Warga bisa mencari jalan alternatif lain selama unjuk rasa berjalan,” tuturnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Ini kata Forum Warga Kota terkait relokasi warga TPU Kebon Nanas
Jakarta (ANTARA) – Forum Warga Kota (FAKTA) Indonesia menilai relokasi secara mendadak terhadap warga penghuni Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kebon Nanas akan menimbulkan efek sosial yang panjang.
“Kebijakan yang diambil tanpa dialog bermakna dan solusi yang manusiawi dinilai hanya akan memindahkan persoalan, bukan menyelesaikannya,” kata Ketua Umum Forum Warga Kota (FAKTA) Indonesia Ari Subagyo Wibowo di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan bahwa rencana Pemprov DKI Jakarta untuk merelokasi warga yang telah tinggal puluhan tahun di kawasan TPU Kebon Nanas dengan dalih mengembalikan fungsi makam telah memicu kegelisahan dan penolakan keras dari warga.
Ari menjelaskan, mayoritas warga telah tinggal lebih dari 20 tahun dan menggantungkan seluruh keberlangsungan hidup mereka pada lingkungan tersebut.
“Sebagian besar bekerja sebagai pemulung dan penjaga makam dengan penghasilan harian hanya berkisar Rp15.000 sampai Rp20.000. Selama ini, mereka mampu bertahan hidup dan menyekolahkan anak-anak karena tidak terbebani biaya kontrakan rumah,” ujarnya.
Ari menegaskan, relokasi bukan pilihan realistis karena penghasilan warga jauh dari cukup untuk membayar biaya kontrakan rumah atau rusun, termasuk keterbatasan ruang yang tidak sesuai dengan aktivitas ekonomi warga.
Menurut dia, jenis pekerjaan warga menuntut ruang dan fleksibilitas, pemulung, tukang kayu, serta pengurus makam yang terikat dengan lokasi pemakaman sehingga, mustahil aktivitas-aktivitas tersebut dilakukan dengan perpindahan secara tiba-tiba.
“Pemprov DKI perlu mempertimbangkan kondisi kesiapan warga dengan mengutamakan dialog terbuka agar dapat memahami dengan betul yang sebenarnya dibutuhkan oleh warga,” kata dia.
Ari menambahkan, relokasi mendadak juga mengancam masa depan anak-anak yang saat ini sedang bersekolah.
Perpindahan mendadak mengakibatkan pendidikan akan terputus, gangguan psikologis dan trauma sosial yang harusnya dicegah oleh pemerintah, bukan justru diciptakan.
Ari menyampaikan, sudah terlalu sering rakyat kecil dikorbankan atas nama pembangunan.
Warga TPU Kebon Nanas merupakan penduduk DKI Jakarta yang harus diperjuangkan kesejahteraan hidupnya oleh pemerintah.
“Mereka adalah manusia, orang tua yang bekerja keras dan anak-anak yang berhak atas masa depan,” katanya menambahkan.
Sebelumnya penghuni Taman Pemakaman Umum (TPU) Kebon Nanas Jakarta Timur melakukan aksi unjuk rasa di Gedung DPRD DKI Jakarta, Jalan Kebon Sirih, Gambir Jakarta Pusat.
Aksi demonstrasi ini merupakan lanjutan dari aksi unjuk rasa yang sudah dilakukan di Balai Kota DKI Jakarta beberapa waktu lalu sebagai bentuk keresahan atas rencana penggusuran warga di TPU Kebon Nanas.
Sementara itu, Anggota Komisi D DPRD Jakarta, Ali Lubis meminta, Pemprov DKI Jakarta harus dapat membuktikan atas hak kepemilikan TPU Kebon Nanas sebagai bentuk keterbukaan informasi publik.
Transparansi ini wajib diberikan agar warga tidak diperlakukan sebagai beban yang harus disingkirkan tanpa penjelasan yang adil.
“Solusi bukan memindahkan rakyat miskin dari pandangan mata, tetapi memberikan perlindungan dan jaminan hidup yang layak, sebagaimana mandat konstitusi dan Undang Undang Perumahan yang mewajibkan negara menyediakan hunian layak dan terjangkau bagi seluruh warga, terutama warga berpenghasilan rendah,” katanya.
Pewarta: Khaerul Izan
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-
/data/photo/2025/10/21/68f7450756f63.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
10 Ada Dua Demo di Jakarta Hari ini, Hindari Titik-titik Berikut Megapolitan
Ada Dua Demo di Jakarta Hari ini, Hindari Titik-titik Berikut
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Sebanyak dua aksi demonstrasi akan digelar di wilayah Jakarta Pusat, Senin (8/12/2025) hari ini.
Kasi Humas Polres
Jakarta
Pusat, Ruslan Basuki mengatakan, aksi demonstrasi pertama akan digelar di Gambir.
“Pagi ada aksi unjuk rasa dari Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (DPP Apdesi) dan beberapa elemen massa lain,” ujar Ruslan dalam keterangan tertulisnya, Senin.
Untuk pengamanan unjuk rasa Apdesi ini, polisi menyiagakan 1.825 personil.
Aksi untuk rasa kedua digelar di Kantor Komnas HAM, Menteng, oleh Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) dan KASUM.
Untuk pengamanan demonstrasi kedua ini, polisi menerjunkan 357 personel.
Ruslan mengimbau agar masyarakat menghindari kawasan sekitar titik demonstrasi untuk mengantisipasi terjadinya kemacetan lalu lintas.
“Warga bisa mencari jalan alternatif lain selama unjuk rasa berjalan. Untuk rekayasa lalu lintas akan dilakukan situasional melihat ekskalasi jumlah massa di lapangan,” kata dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Polisi Kerahkan 1.365 Personel Kawal Demo di 3 Titik Jakpus Hari Ini
Jakarta –
Sejumlah elemen buruh menggelar aksi unjuk rasa di tiga titik wilayah Jakarta Pusat. Polres Metro Jakarta Pusat menurunkan 1.365 personel untuk melakukan pelayanan pengamanan di tiga titik lokasi unjuk rasa elemen buruh.
“1.365 personel diturunkan untuk melakukan pelayanan unjuk rasa di wilayah Jakpus,” kata Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Susatyo Purnomo Condro kepada wartawan, Rabu (3/12/2025).
Susatyo menjelaskan rincian tiga titik lokasi unjuk rasa yang dilakukan oleh sejumlah elemen buruh. Pertama, lokasi unjuk rasa buruh ada di Pospol Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat.
“Aksi unjuk rasa dari pimpinan cabang Serikat Pekerja Aneka Industri Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia DKI Jakarta dan beberapa element massa di wilayah gambir,” terang Susatyo.
Lalu titik ketiga berada di perusahaan kawasan Jalan AM Sangadji, Jakarta Pusat. Unjuk rasa di sini dilakukan oleh Dewan Pimpinan Daerah Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh (DPD KSPSI DKI Jakarta).
Susatyo pun mengimbau agar aksi unjuk rasa bisa dilakukan secara tertib. Dia juga menyebut tidak ada rekayasa lalu lintas yang dilakukan terkait aksi unjuk rasa di tiga titik lokasi wilayah Jakarta Pusat hari ini.
(zap/zap)
-
/data/photo/2025/08/28/68aff32220c26.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
5 3 Demo Buruh di Jakarta Hari ini, Hindari Ruas Jalan Berikut Megapolitan
3 Demo Buruh di Jakarta Hari ini, Hindari Ruas Jalan Berikut
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Tiga aksi demo dari tiga kelompok serikat buruh digelar di Jakarta Pusat, Rabu (3/12/2025) hari ini.
Kasi Humas Polres Metro
Jakarta Pusat
, Iptu Ruslan Basuki mengatakan, demonstrasi pertama akan dilakukan di Gambir, Senin pagi.
“Pagi ada aksi unjuk rasa dari pimpinan cabang
Serikat Pekerja
Aneka Industri Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia DKI Jakarta dan beberapa elemen massa di wilayah Gambir,” ujar Ruslan dalam keterangan tertulisnya, Rabu.
Unjuk rasa kedua akan dilakukan oleh Federasi Serikat Pekerja Mandiri Regional Jabodetabek di Jalan Jenderal Sudirman.
Lalu aksi demonstrasi ketiga dilakukan oleh Dewan Pimpinan Daerah Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Jakarta di Jalan A.M. Sangadji 15B, Petojo Utara.
Menurut Ruslan, ada 2.365 personel polisi yang diturunkan untuk menjaga tiga titik
demo
tersebut.
Ia pun mengimbau masyarakat menghindari titik demonstarasi untuk mengantisipasi kemacetan lalu lintas.
Nantinya rekayasa lalu lintas akan dilakukan situasional melihat eskalasi jumlah massa di lapangan.
“Warga bisa mencari jalan alternatif lain selama unjuk rasa berjalan,” kata Ruslan.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Shalat Magrib berjemaah awali Reuni Akbar 212
Jakarta (ANTARA) – Peserta Reuni Akbar 212 mengawali kegiatan dengan Shalat Magrib berjemaah di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, pada Selasa petang.
Ribuan peserta tampak berjajar rapi untuk mengikuti aktivitas pembuka itu yang dilakukan setelah dikumandangkan azan.
Setelah itu, mereka kemudian mengkhatamkan Al Quran, karena aksi 212 yang mereka lakukan pada 2 Desember 2016 merupakan aksi membela Al Quran.
“Karena aksi 212 ini merupakan aksi bela Al Quran maka hari ini kita sudah menyelesaikan 100 lebih bacaan Al Quran dan kali ini kita baca doa khatamnya,” kata seorang panitia melalui pengeras suara.
Peserta juga tampak masih berdatangan ke kawasan Monas. Acara Reuni Akbar 212 sendiri dipusatkan di depan Monas tepatnya dari arah pintu bagian tenggara atau Gambir.
Acara Reuni Akbar 212 kali ini dilaksanakan berbeda dengan tahun sebelumnya. Pada tahun-tahun sebelumnya acara reuni dilakukan dari dini hari hingga siang hari.
Kali ini acara Reuni Akbar 212 dilaksanakan dari petang hingga malam hari, sehingga peserta aksi akan menggelar shalat berjemaah terlebih dahulu dan baru kemudian memasuki acara inti.
Pewarta: Khaerul Izan
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
/data/photo/2025/12/09/69378299507a9.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)


