kab/kota: Galur

  • Menyoal Subclade K, Virus Flu Varian Baru yang Diklaim Lebih ‘Ganas’

    Menyoal Subclade K, Virus Flu Varian Baru yang Diklaim Lebih ‘Ganas’

    Jakarta

    Belakangan, sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Inggris, dan Jepang dihebohkan dengan kemunculan varian influenza A H3N2. Strain ini diketahui terus mengalami mutasi dan dikaitkan dengan penyebaran yang lebih cepat serta gejala yang lebih berat.

    Mutasi terbarunya, yang dikenal sebagai subclade K, dilaporkan menyebar dengan cepat dan mulai mendominasi kasus flu di beberapa negara di belahan Bumi Utara.

    Dikutip dari TODAY, infeksi ‘subclade K’ mengalami lonjakan di Jepang, Britania Raya. Bahkan, pejabat kesehatan setempat telah memperingatkan bahwa Britania Raya sedang menghadapi salah satu musim dingin terburuknya seiring dengan penyebaran galur H3N2 yang bermutasi.

    “Mengetahui adanya varian baru yang bermutasi di luar sana dan H3N2 umumnya menyebabkan penyakit yang lebih parah sungguh mengkhawatirkan,” kata Robert Hopkins Jr, direktur organisasi National Foundation for Infectious Diseases di AS.

    Infeksi Lebih Parah

    Dikutip dari Prevention, sejauh ini, subclade K telah terdeteksi di Jepang, Inggris, dan Kanada, yang semuanya mengalami infeksi yang lebih parah dari biasanya.

    Meskipun subclade K dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah, gejalanya masih konsisten dengan jenis flu lainnya, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC).

    Gejalanya meliputi:

    Demam atau merasa demamBatukSakit tenggorokanHidung berair atau tersumbatNyeri otot atau badanSakit kepalaKelelahanMuntah dan diare (lebih umum terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa)

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Ratusan Singa Laut Mati Dilaporkan Mati Terinfeksi Flu Burung”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/suc)

  • Abrasi Pesisir Selatan Kulon Progo Makin Parah, Garis Pantai Trisik Mundur Puluhan Meter dalam Setahun
                
                    
                        
                            Yogyakarta
                        
                        7 November 2025

    Abrasi Pesisir Selatan Kulon Progo Makin Parah, Garis Pantai Trisik Mundur Puluhan Meter dalam Setahun Yogyakarta 7 November 2025

    Abrasi Pesisir Selatan Kulon Progo Makin Parah, Garis Pantai Trisik Mundur Puluhan Meter dalam Setahun
    Tim Redaksi
    KULON PROGO, KOMPAS.com
    – Laju abrasi di pesisir selatan Kulon Progo semakin mengkhawatirkan.
    Dalam satu tahun terakhir, garis pantai di kawasan Trisik, Kapanewon Galur, mundur hingga puluhan meter.
    Koordinator Satlinmas Rescue Istimewa (SRI)
    Kulon Progo
    , Aris Widiatmoko, mengatakan
    abrasi
    terjadi dengan kecepatan yang tidak biasa.
    “Satu tahun terakhir ini abrasi sangat cepat. Dari pertigaan jalan aspal menuju pantai, jaraknya dulu masih sekitar 200 meter. Sekarang tinggal sekitar 50 meter, bahkan ada titik yang langsung bibir pantai,” kata Aris melalui pesan suara, Jumat (7/11/2025).
    Gelombang tinggi yang menerjang
    Pantai Trisik
    pada Rabu (5/11/2025) hingga Jumat (7/11/2025) menyebabkan kerusakan pada satu rumah warga dan tiga bangunan tidak permanen yang kini hanya menyisakan tiang.
    Aris menyebut bangunan warga yang rusak berdampingan dengan bekas tempat konservasi penyu dan lokasi edukasi yang sebelumnya menjadi andalan wisata edukatif daerah tersebut.
    Fasilitas konservasi, seperti bak penampungan hingga lokasi penetasan telur, sudah lama hilang tersapu ombak.
    Lokasi penangkaran penyu kini nyaris tanpa jejak.
    Meski kegiatan konservasi telah dipindah ke lokasi baru yang lebih jauh dari laut, abrasi yang terus menggerus pantai membuat lokasi baru pun dikhawatirkan ikut terancam.
    Selain merusak bekas sarana konservasi, abrasi juga mengikis area wisata dan mengancam permukiman warga di sekitar pantai.
    Aris berharap pemerintah daerah maupun pusat segera mengambil langkah penanganan abrasi di pesisir selatan ini.
    Kondisi serupa disampaikan oleh Dukuh Sidorejo, Jaka Samudra, yang wilayahnya mencakup Pantai Trisik. Ia mengatakan satu rumah terdampak abrasi adalah milik warga bernama Mbah Kromo.
    “(Setelah) rumah penyu habis, rumah Mbah Kromo juga hancur. Sekarang mereka pindah agak ke utara, tapi cuma beberapa meter,” ujar Jaka saat dihubungi.
    Jaka menambahkan, abrasi di Trisik bukan baru terjadi, namun tahun ini intensitasnya meningkat tajam. Ia membandingkan kondisi saat dulu area pantai masih luas, kini tinggal sempit.
    Meski Pantai Trisik masih dibuka untuk wisata, warga khawatir garis pantai bisa hilang sama sekali. Mereka berharap pemerintah segera turun tangan dengan langkah mitigasi agar abrasi tidak semakin parah.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Siap-Siap Ada Gangguan Suplai Air di Jakarta pada 31 Oktober 2025, Ini Daftar Wilayah Terdampak

    Siap-Siap Ada Gangguan Suplai Air di Jakarta pada 31 Oktober 2025, Ini Daftar Wilayah Terdampak

    Adapun 53 daftar wilayah Jakarta yang suplai airnya bakal terganggu pada 31 Oktober 2025, antara lain Kemayoran, Johar Baru, Cempaka Putih, Senen, Jatinegara, Matraman, Pulo Gadung, Cakung, Kelapa Gading, Koja, Tanjung Priok, dan Pademangan.

    Lalu, Gunung Sahari Utara, Pasar Baru, Gunung Sahari Selatan, Harapan Mulya, Kebon Kosong, Kemayoran, Serdang, Sumur Batu, Utan Panjang, Cempaka Baru, Galur, Johar Baru, Kampung Rawa, Tanah Tinggi, Cempaka Putih Barat, Cempaka Putih Timur, Rawasari, Bungur, Kenari, Kramat, Kwitang, Paseban, Senen, Bali Mester, Cipinang, Jati, Jatinegara Kaum.

    Kemudian, gangguan juga akan terjadi di Pisangan Timur, Rawamangun, Kayu Manis, Kebon Manggis, Pal Meriam, Kayu Putih, Pulo Gadung, Cakung Barat, Cakung Timur, Jatinegara, Penggilingan, Rawa Terate, Ujung Menteng.

    Cipinang Besar Selatan, Cipinang Muara, Kelapa Gading Barat, Kelapa Gading Timur, Pegangsaan Dua, Rorotan, Kebon Bawang, Koja Selatan, Koja Utara, Sungai Bambu, Tanjung Priok, Pademangan Timur, dan Sunter Jaya juga bakal terdampak gangguan.

     

  • 6
                    
                        Daftar Wilayah Jakarta Terdampak Air PAM Mati pada 31 Oktober-1 November
                        Megapolitan

    6 Daftar Wilayah Jakarta Terdampak Air PAM Mati pada 31 Oktober-1 November Megapolitan

    Daftar Wilayah Jakarta Terdampak Air PAM Mati pada 31 Oktober-1 November
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Sebanyak 53 kelurahan di Jakarta akan mengalami penghentian sementara aliran air bersih pada Jumat (31/10/2025) pukul 22.00 WIB hingga Sabtu (1/11/2025) 02.00 WIB.
    Direktur Utama PAM Jaya, Arief Nasrudin, menyebut, penghentian sementara ini berdampak pada 311.528 pelanggan di tiga wilayah Jakarta, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Timur, dan Jakarta Utara, akibat pekerjaan kelistrikan dari PLN yang berdampak pada operasional Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pulogadung, salah satu instalasi utama milik PT PAM Jaya.
    “Selama proses tersebut, sebanyak 311.528 pelanggan PAM Jaya di 53 kelurahan akan mengalami gangguan suplai. Wilayah terdampak meliputi sebagian area di Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Utara,” ucap Direktur Utama PAM Jaya, Arief Nasrudin, dalam konferensi pers di Kantor PAM Jaya, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, Rabu (29/10/2025).
    1. Gunung Sahari Utara
    2. Pasar Baru
    3. Gunung Sahari Selatan
    4. Harapan Mulya
    5. Kebon Kosong
    6. Kemayoran
    7. Serdang
    8. Sumur Batu
    9. Utan Panjang
    10. Cempaka Baru
    11. Galur
    12. Johar Baru
    13. Kampung Rawa
    14. Tanah Tinggi
    15. Bungur
    16. Kenari
    17. Kramat
    18. Kwitang
    19. Paseban
    20. Senen
    21. Bali Mester
    22. Cipinang
    23. Jati
    24. Jatinegara Kaum
    25. Pisangan Timur
    26. Rawamangun
    27. Kayu Manis
    28. Kebon Manggis
    29. Pal Meriam
    30. Kayu Putih
    31. Pulogadung
    32. Cakung Barat
    33. Cakung Timur
    34. Jatinegara
    35. Penggilingan
    36. Rawa Terate
    37. Ujung Menteng
    38. Cipinang Besar Selatan
    39. Cipinang Muara
    40. Kelapa Gading Barat
    41. Kelapa Gading Timur
    42. Pegangsaan Dua
    43. Rorotan
    44. Kebon Bawang
    45. Koja Selatan
    46. Koja Utara
    47. Sungai Bambu
    48. Tanjung Priok
    49. Pademangan Timur
    50. Sunter Jaya
    51. Warakas
    52. Papanggo
    53. Lagoa
    Untuk mengantisipasi gangguan, PAM Jaya menyiagakan 62 unit mobil tangki air yang akan ditempatkan di kelurahan-kelurahan terdampak bekerja sama dengan pihak kelurahan.
    Selain itu, kantor layanan area bisnis Senen, Klender, Pulogadung, Gudang Air, Kelapa Gading, Dewaruci, Yos Sudarso, dan Sunter akan tetap buka selama akhir pekan agar pelanggan bisa menyampaikan keluhan langsung.
    “Kami tetap buka Sabtu dan Minggu agar pelanggan bisa menyampaikan keluhan langsung,” ujar Direktur Operasional PAM Jaya, Syahrul Hasan.
    Direktur Teknik PAM Jaya, Akhmad Santika, menambahkan, PAM Jaya menggunakan daya listrik sebesar 5.300 KVA atau setara dengan tegangan menengah ke atas di atas 20.000 watt, sehingga perawatan rutin menjadi keharusan.
    “Ini sesuatu yang normal di dalam operasional, itu namanya perawatan pasti ada dan harus dilaksanakan sebagai salah satu preventif kehandalan peralatan, itu dari PLN,” ucap Santika.
    PAM Jaya memastikan pelanggan dapat memantau informasi dan meminta bantuan air bersih melalui call center 1500223, WhatsApp 0819-999-02323, atau aplikasi super apps CRM Pemprov DKI Jakarta.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • PAM Jaya akan hentikan sementara produksi air di IPA Pulogadung

    PAM Jaya akan hentikan sementara produksi air di IPA Pulogadung

    Jakarta (ANTARA) – Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya akan menghentikan sementara produksi di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pulogadung karena adanya pekerjaan kelistrikan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).

    Pekerjaan ini akan berlangsung selama empat jam, terhitung mulai 31 Oktober 2025 pukul 22.00 WIB hingga 1 November 2025 pukul 02.00 WIB.

    Hal itu, kata Direktur Utama PAM Jaya Arief Nasrudin saat jumpa pers di Gedung PAM Jaya, Pejompongan, Jakarta Pusat, Rabu, akan menyebabkan terjadinya penghentian produksi sementara di IPA Pulogadung yang memiliki kapasitas produksi 4.500 liter per detik.

    “Di IPA Pulogadung ini kami memang menggunakan tenaga listrik dari PLN dan memang ada periode PLN akan melakukan peremajaan. Peremajaan itu bisa penggantian, bisa melakukan pembersihan dan kemudian memastikan jaringan listriknya itu baik,” katanya.

    Selama proses tersebut, Arief menjelaskan sebanyak 311.528 pelanggan PAM Jaya di 53 kelurahan akan mengalami gangguan suplai.

    Wilayah terdampak meliputi sebagian area di Jakarta Pusat, Jakarta Timur dan Jakarta Utara, yaitu Kelurahan Gunung Sahari Utara, Pasar Baru, Gunung Sahari Selatan dan Harapan Mulya.

    Lalu Kebon Kosong, Kemayoran, Serdang, Sumur Batu, Utan Panjang, Cempaka Baru, Galur, Johar Baru, Kampung Rawa, Tanah Tinggi serta Cempaka Putih Barat dan Cempaka Putih Timur.

    Lalu Rawasari, Bungur, Kenari, Kramat, Kwitang, Paseban, Senen, Bali Mester, Cipinang, Jati dan Jatinegara Kaum.

    Selanjutnya, wilayah Pisangan Timur, Rawamangun, Kayu Manis, Kebon Manggis, Pal Meriam, Kayu Putih, Pulo Gadung, Cakung Barat, Cakung Timur, Jatinegara, Penggilingan dan Rawa Terate.

    Ujung Menteng, Cipinang Besar Selatan, Cipinang Muara, Kelapa Gading Barat, Kelapa Gading Timur, Pegangsaan Dua serta Rorotan. Selain itu Kebon Bawang, Koja Selatan, Koja Utara, Sungai Bambu, Tanjung Priok, Pademangan Timur dan Sunter Jaya.

    “Setelah pekerjaan PLN selesai, 1 jam kemudian IPA Pulogadung akan kembali beroperasi normal secara bertahap dan suplai air di pelanggan akan mulai normal maksimal di 48 jam setelahnya,” katanya.

    Karena itu, Arief mengimbau masyarakat yang terdampak untuk menampung air sebelum pekerjaan dimulai sebagai langkah antisipasi selama pasokan terganggu.

    Untuk menjaga kenyamanan pelanggan, PAM Jaya juga menyiapkan layanan mobil tangki air gratis bagi pelanggan rumah tangga serta untuk kondisi darurat seperti rumah sakit, tempat ibadah dan yayasan sosial.

    Layanan ini, kata Arief, dapat diakses melalui pusat panggilan (contact center) PAM Jaya di 1500 223.

    Sebagai bentuk pelayanan tambahan, delapan Kantor Area Bisnis (AB) PAM Jaya juga akan beroperasi pada Sabtu (1/11) dan Minggu (2/11) pukul 08.00-17.00 WIB untuk membantu pelanggan yang membutuhkan informasi dan layanan langsung.

    Yakni AB Senen, Klender, Pulomas, Gudang Air, Kelapa Gading, Dewa Ruci, Yos Sudarso dan Sunter.

    BUMD Provinsi DKI Jakarta tersebut selalu berupaya agar setiap pekerjaan yang berdampak pada pelanggan dapat dikelola dengan baik, terukur dan terkoordinasi.

    “Seluruh langkah ini kami lakukan untuk memastikan pasokan air tetap andal, serta pelanggan tetap mendapatkan layanan terbaik selama proses berlangsung,” katanya.

    Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Analisis Feses Purba Ungkap Penyakit Usus yang Dialami Manusia 1.300 Tahun Lalu

    Analisis Feses Purba Ungkap Penyakit Usus yang Dialami Manusia 1.300 Tahun Lalu

    Jakarta

    Para ilmuwan menganalisis kotoran manusia berusia 1.300 dari gua Dead Children di Meksiko. Mereka menemukan bahwa lebih dari 1000 tahun lalu, orang-orang sering mengalami infeksi usus yang parah.

    “Bekerja dengan sampel-sampel kuno ini seperti membuka kapsul waktu biologis yang masing-masing mengungkap wawasan tentang kesehatan manusia dan kehidupan sehari-hari, kata penulis utama studi, seorang asisten profesor kesehatan lingkungan di Indiana University, Drew Capone, dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Live Science.

    Bersama rekan-rekannya, Capone menggunakan teknik analisis molekuler untuk mempelajari 10 sampel feses kuno, atau yang disebut dengan paleofeces. Feses yang berada di sebuah gua di Lembah Rio Zape, Meksiko, tepat di utara kota Durango di Meksiko Barat Lau tersebut berasal dari tahun 725 hingga 920 M. Para peneliti menerbitkan temuan mereka di jurnal PLOS One pada 22 Oktober 2025.

    Pada akhir tahun 1950-an, para arkeolog menggali gua Dead Children dan menemukan fosil feses manusia dan non manusia, sisa-sisa tumbuhan, serta tulang hewan dan manusia dari tumpukan sampah besar. Gua ini digunakan oleh orang-orang dari budaya prasejarah Loma San Gabriel, yang mempraktikkan pertanian skala kecil, memproduksi keramik unik, tinggal di desa-desa kecil dan terkadang melakukan pengorbanan anak. Para arkeolog menamakan gua tersebut berdasarkan kerangka anak-anak yang ditemukan di sana.

    Penelitian terdahulu pada feses purba di gua tersebut menunjukkan adanya telur cacing tambang, cacing cambuk, dan cacing kremi. Hal tersebut menunjukkan bahwa orang-orang yang menaruh fesesnya di gua tersebut terinfeksi oleh berbagai parasit.

    Dalam studi baru, para ilmuwan menggunakan teknik molekuler mutakhir untuk mendeteksi mikroba tambahan dalam feses purba dari 10 peristiwa buang air besar yang berbeda. Tujuannya adalah memperluas pemahaman mereka tentang beban penyakit di antara masyarakat Loma.

    “Ada banyak potensi dalam penerapan metode molekuler modern untuk menginformasikan studi-studi di masa lalu.” kata rekan penulis studi, seorang profesor ilmu lingkungan di University of North Carolina di Chapel Hill, Joe Brown.

    Para peneliti mengekstraksi DNA dari 10 sampel feses manusia purba dan menggunakan reaksi berantai polimerasi (PCR) untuk mengamplifikasi DNA mikroba dalam feses. Setiap sampel setidaknya mengandung satu patogen atau mikroba usus. Dua yang paling umum adalah parasit usus Blastocystis yang menyebabkan masalah gastrointestinal dan beberapa galur bakteri E.coli yang ditemukan pada 70 persen sampel. Selain itu, ditemukan cacing kremi, Shigella dan Giardia, yang menyebabkan penyakit usus.

    Tingginya jumlah mikroba menunjukkan sanitasi yang buruk di antara budaya Loma San Gabriel di antara tahun 600-800 M. Hal ini mengakibatkan paparan limbah feses di lingkungan. Tim menambahkan, manusia kemungkinan besar menelan mikroba tersebut dari air minum, tanah, atau makanan yang terkontaminasi feses.

    Sementara gen-gen terkait patogen ini bertahan dalam paleofeces hingga 1.300 tahun, kemungkinan ada lebih banyak patogen dalam sampel-sampel yang telah membusuk dan tidak lagi terdeteksi.

    Meski demikian, analisis baru mengungkap, DNA patogen yang sebelumnya tidak ditemukan dalam paleofeces, termasuk Blastocytis dan Shigella.

    “Penerapan metode ini pada sampel purba lainnya menawarkan potensi untuk memperluas pemahaman kita tentang cara hidup masyarakat purba dan patogen yang mungkin memengaruhi kesehatan mereka,” tulis para peneliti.

    Halaman 2 dari 2

    (elk/kna)

  • Kotoran Manusia 1.300 Tahun Ditemukan, Peneliti Ungkap Fakta Ngeri

    Kotoran Manusia 1.300 Tahun Ditemukan, Peneliti Ungkap Fakta Ngeri

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pengetahuan soal kehidupan masa lampau bisa didapatkan dari penelitian benda-benda peninggalan purba. Bahkan, kotoran manusia di masa lampau juga bisa mengungkap fakta tak terduga soal kehidupan manusia.

    Studi yang dipublikasikan di jurnal PLOS One mengungkap hasil penelitian dari kotoran manusia berusia 1.300 tahun. Para ilmuwan menganalisa sampel yang diambil dari La Cueva de los Muertos Chiquitos atau ‘Gua Anak-anak yang Telah Meninggal’ di Meksiko.

    Gue tersebut merupakan situs arkeologi yang menyingkap banyak fakta kehidupan. Salah satunya, para peneliti menemukan bukti ritual ‘pengorbanan anak’, termasuk sisa-sisa 17 anak di bawah umur yang dikuburkan secara kompleks.

    Terbaru, sampel kotoran manusia yang diambil dari gua tersebut menunjukkan fakta baru. Peneliti mengatakan orang-orang zaman itu kerap berhadapan dengan infeksi pencernaan yang mengerikan.

    “Bekerja dengan sampel-sampel kuno ini seperti membuka kapsul waktu biologis, yang masing-masing mengungkap wawasan tentang kesehatan manusia dan kehidupan sehari-hari,” ujar penulis utama studi Drew Capone, asisten profesor kesehatan lingkungan di Indiana University, dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Live Science, Kamis (23/10/2025).

    Capone dan timnya menggunakan teknik analisis molekuler untuk mempelajari 10 sampel feses kering purba, atau istilahnya ‘paleofeces’.

    Pada akhir 1950-an, para arkeolog menggali gua tersebut dan menemukan paleofeces manusia dan non-manusia, sisa-sisa tanaman, serta tulang hewan dan manusia dari tumpukan sampah besar.

    Gua itu digunakan oleh manusia pra-sejarah dalam budaya Loma San Gabriel. Mereka menjalankan aktivitas agrikultur skala kecil, memproduksi keramik yang uni, dan mempraktikkan ritual ‘pengorbanan anak’.

    Penelitian terdahulu terhadap paleofeces di gua tersebut mengungkap keberadaan telur cacing tambang, cacing cambuk, dan cacing kremi, yang menunjukkan orang-orang yang menaruh fesesnya di gua tersebut terinfeksi oleh berbagai parasit.

    Dalam studi baru ini, para ilmuwan menggunakan teknik molekuler mutakhir untuk mendeteksi mikroba tambahan dalam paleofeces dari 10 “peristiwa buang air besar yang berbeda”. Tujuannya memperluas pemahaman mereka tentang beban penyakit di antara masyarakat Loma.

    “Ada banyak potensi dalam penerapan metode molekuler modern untuk menginformasikan studi-studi di masa lalu,” ujar rekan penulis studi Joe Brown, seorang profesor ilmu lingkungan di University of North Carolina di Chapel Hill, dalam pernyataan tersebut.

    Para peneliti mengekstraksi DNA dari 10 sampel paleofeces dan kemudian menggunakan reaksi berantai polimerase (PCR) untuk mengamplifikasi DNA mikroba dalam feses.

    Setiap sampel mengandung setidaknya satu patogen atau mikroba usus, dan dua yang paling umum adalah parasit usus Blastocystis, yang dapat menyebabkan masalah gastrointestinal, dan beberapa galur bakteri E. coli, yang ditemukan pada 70% sampel.

    Cacing kremi, Shigella, dan Giardia, yang menyebabkan penyakit usus, juga teridentifikasi. Banyaknya mikroba yang ditemukan dalam paleofeces tersebut menunjukkan sanitasi yang buruk dalam kehidupan masyarakat Loma San Gabriel di era 600-800 Masehi.

    Peneliti mengatakan orang-orang pada era itu kemungkinan besar menelan mikroba melalui air minum, tanah, atau makanan yang terkontaminasi tinja.

    Meskipun gen-gen terkait patogen ini bertahan dalam paleofeces hingga 1.300 tahun, peneliti mengatakan kemungkinan terdapat lebih banyak patogen dalam sampel yang telah membusuk dan tidak lagi terdeteksi.

    Namun, analisis baru ini mengungkapkan DNA patogen yang sebelumnya tidak ditemukan dalam paleofeces, termasuk Blastocystis dan Shigella.

    “Penerapan metode ini pada sampel purba lainnya menawarkan potensi untuk memperluas pemahaman kita tentang cara hidup masyarakat purba dan patogen yang mungkin memengaruhi kesehatan mereka,” tulis para peneliti.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Seram! Kotoran dari 1.300 Tahun Lalu Bongkar Penyakit Zaman Kuno

    Seram! Kotoran dari 1.300 Tahun Lalu Bongkar Penyakit Zaman Kuno

    Jakarta

    Para ilmuwan berhasil menemukan fakta mencengangkan dari sisa kotoran manusia berusia 1.300 tahun yang ditemukan di Meksiko. Analisis terhadap “paleofeces” atau feses purba ini mengungkap bahwa manusia prasejarah ternyata sering menderita berbagai penyakit usus akibat infeksi parasit dan bakteri.

    Penelitian ini dilakukan di Gua Anak-Anak Mati (Cueva de los Niños Muertos) di Lembah Rio Zape, Meksiko Barat Laut, dan hasilnya baru saja dipublikasikan di jurnal ilmiah PLOS One pada Rabu (22/10/2025). Temuan tersebut memberikan gambaran nyata tentang kondisi kesehatan dan sanitasi masyarakat kuno dari budaya Loma San Gabriel yang hidup sekitar tahun 600-800 Masehi.

    Tim peneliti yang dipimpin oleh Drew Capone, asisten profesor kesehatan lingkungan dari Universitas Indiana, menyebut analisis kotoran kuno sebagai “kapsul waktu biologis”. Dari total 10 sampel yang diteliti, para ilmuwan berhasil mengekstraksi DNA mikroba menggunakan teknik reaksi berantai polimerase (PCR).

    Hasilnya mencengangkan: setiap sampel mengandung setidaknya satu patogen atau mikroba berbahaya. Yang paling sering ditemukan adalah parasit usus Blastocystis dan beberapa galur bakteri Escherichia coli (E. coli) – ditemukan pada 70% sampel. Selain itu, DNA dari Shigella, Giardia, dan cacing kremi juga berhasil diidentifikasi.

    “Temuan ini menunjukkan bagaimana paparan limbah dan kondisi sanitasi yang buruk berperan besar dalam penyebaran penyakit di masa itu,” kata Capone dalam laporan tersebut.

    Sanitasi Buruk Jadi Pemicu Utama

    Menurut tim, masyarakat Loma San Gabriel kemungkinan besar terinfeksi melalui air, tanah, atau makanan yang terkontaminasi feses. Mereka hidup dalam komunitas pertanian kecil, membuat keramik, dan memiliki praktik ritual yang melibatkan pengorbanan anak.

    “Jumlah mikroba yang tinggi dalam paleofeces menunjukkan betapa buruknya kondisi sanitasi saat itu,” ujar Joe Brown, profesor ilmu lingkungan dari University of North Carolina di Chapel Hill, yang juga terlibat dalam penelitian ini.

    Brown menambahkan bahwa penerapan metode molekuler modern pada sampel kuno membuka peluang besar untuk memahami kesehatan masyarakat masa lalu secara lebih mendalam. Bahkan, tim menemukan DNA patogen seperti Blastocystis dan Shigella yang sebelumnya tidak pernah terdeteksi di gua tersebut.

    Jejak Penyakit dari 1.300 Tahun Lalu

    Gua Anak-Anak Mati sendiri dinamai setelah penemuan kerangka anak-anak di akhir 1950-an. Situs ini digunakan oleh masyarakat Loma San Gabriel yang hidup dengan pertanian skala kecil dan pemukiman sederhana. Dalam penelitian sebelumnya, ditemukan juga telur cacing tambang, cacing cambuk, dan cacing kremi, memperkuat bukti tingginya tingkat infeksi parasit.

    Para ilmuwan menyimpulkan bahwa analisis DNA kuno semacam ini bukan hanya membuka kisah penyakit manusia masa lalu, tetapi juga membantu memahami evolusi patogen dan bagaimana lingkungan berperan dalam penyebaran penyakit.

    Peneliti berharap teknik analisis DNA dari feses purba ini bisa diterapkan pada sampel-sampel arkeologis lain di seluruh dunia. “Metode ini seperti membuka jendela ke masa lalu – memperlihatkan cara hidup, kebersihan, dan tantangan kesehatan manusia ribuan tahun lalu,” tulis tim dalam kesimpulan riset.

    Temuan ini juga menunjukkan betapa teknologi modern mampu menghidupkan kembali kisah biologi masa lalu, menjawab pertanyaan tentang bagaimana manusia prasejarah bertahan hidup di tengah ancaman penyakit yang kini bisa diidentifikasi lewat jejak DNA sekecil apa pun.

    (afr/afr)

  • Adu Banteng Jazz vs Motor di Kulon Progo, Warga Bantul Tewas di Tempat
                
                    
                        
                            Yogyakarta
                        
                        8 Oktober 2025

    Adu Banteng Jazz vs Motor di Kulon Progo, Warga Bantul Tewas di Tempat Yogyakarta 8 Oktober 2025

    Adu Banteng Jazz vs Motor di Kulon Progo, Warga Bantul Tewas di Tempat
    Tim Redaksi
    KULON PROGO, KOMPAS.com
    – Seorang pemotor berusia 23 tahun, NP, warga Kretek, Kabupaten Bantul, tewas dalam kecelakaan lalu lintas di Jalan Brosot-Nagung, Kapanewon Galur, Kabupaten Kulon Progo, pada Rabu (8/10/2025) sekitar pukul 13.30 WIB.
    Korban mengalami luka berat pada kepala dan dinyatakan meninggal dunia di lokasi kejadian.
    “Korban mengalami cedera kepala berat dan meninggal dunia di lokasi,” ungkap Iptu Sarjoko, Kasi Humas Polres Kulon Progo, melalui pesan singkat.
    Menurut informasi yang diperoleh, NP melaju menggunakan sepeda motor Honda Vario dengan nomor polisi AB 5718 ZB dari arah Bantul menuju Purworejo.
    Jalan yang dilaluinya merupakan jalan lebar dan mulus.
    Pada saat yang bersamaan, mobil Honda Jazz AB 1619 CR yang dikemudikan oleh IS (42), warga Galur, melaju dari arah berlawanan.

    Sesampainya di kawasan yang dikenal warga sebagai Ngrowo, mobil tersebut berbelok ke kanan.
    NP yang melaju kencang tidak dapat menghindari mobil tersebut, dan tabrakan pun tak terhindarkan.
    Akibatnya, pengendara sepeda motor terlempar ke aspal dan mengalami luka parah.
    Ia dinyatakan meninggal dunia di tempat kejadian perkara (TKP).
    Sementara itu, pengemudi mobil tidak mengalami luka dalam insiden tersebut.
    Pihak kepolisian telah melakukan olah tempat kejadian perkara dan mengamankan kedua kendaraan untuk keperluan penyelidikan lebih lanjut.
    “Kami masih mendalami penyebab pasti kecelakaan dan mengumpulkan keterangan dari saksi-saksi di sekitar lokasi,” kata Sarjoko.
    Warga setempat terlihat membersihkan bekas dan bercak darah korban di lokasi kejadian sebagai bentuk kepedulian terhadap insiden tragis ini.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ilmuwan UGM Umumkan Sapi Jenis Baru, Begini Tingkah Lakunya

    Ilmuwan UGM Umumkan Sapi Jenis Baru, Begini Tingkah Lakunya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sapi Gama atau Gagah dan Macho jadi rumpun sapi pedaging baru (Galur) di Indonesia. Sapi tersebut dikembangkan oleh Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada dan PT Widodo Makmur Perkasa Tbk. (WMPP).

    Penetapan Galur baru itu dilakukan oleh Kementerian Pertanian dalam Keputusan Menteri Pertanian RI No 840/Kpts/HK.150/M/09/2025.

    Butuh waktu lama untuk melakukan penelitian pada Sapi Gama. Ketua tim peneliti Ali Agus mengatakan waktu penelitian mencapai kurang lebih 13 tahun.

    Sapi Gama adalah hasil persilangan pejantan Belgian Blue dan sapi lokal. Dari persilangan itu menghasilkan sapi dengan keunggulan adaptif pada iklim tropik, berotot ganda dan daging kualitas premium.

    Bukan hanya itu, Gama minim kesulitan pada persalinan. Sebelumnya hal ini jadi tantangan pada sapi-sapi di Indonesia.

    “Kendala kita selama ini di Indonesia, Sapi-sapi kesulitan melahirkan, kemudian harus operasi sesar, sehingga ini banyak tantangan. Nah, kami tidak menyerah terhadap tantangan itu, kami melakukan pilihan-pilihan strategis,” kata Ali dikutip dari laman resmi UGM, Senin (6/10/2025).

    Bobot tubuh Gama agak sedikit lebih kecil dibandingkan anak Belgium Blue mencapai 40-60 kg. Namun Gama dengan 36 kg diyakini mudah besar asalkan bisa diberi pakan yang baik.

    Ali mengatakan Gama memiliki tulang kecil dan otot ganda. Menurutnya dalam 2,5 tahun sudah bisa dipotong dan mencapai bobot 700-800 kg.

    “Sehingga dalam umur 30 bulan atau 2,5 tahun, itu sudah layak untuk dipotong, dengan bobot mencapai 700-800 kg. Nah, sehingga kalau memotong sapi satu ekor ini, nah yang kelebihan lainnya karkasnya itu di atas 65 persen,” jelasnya.

    Sebagai informasi, karkas merupakan bagian tumbuh yang telah disembelih, dikuliti, dikeluarkan darah dan jeroan, kemudian dipisahkan bagian kaki, kepala, dan organ lain yang tidak bisa dimakan. Pada akhirnya menyisakan bagian yang siap olah.

    Tingkah Laku Sapi Gama

    Belgian Blue diketahui hidup di Belgia dengan wilayah beriklim dingin dan organ vitalnya relatif kecil. Karakteristik ini membuat sapi rentan pada stress panas di lingkungan Indonesia yang tropis.

    Peneliti dari Fakultas Peternakan UGM Tristianto Nugroho melakukan penelitian soal tingkah laku sapi persilangan Belguan Blue dan peranakan Ongole pada puncak musim kemarau. Sapi dibiarkan bergerak bebas dalam kandang bertipe open loose house.

    Dari hasil pengamatannya, ditemukan waktu berdiri dan berbaring relatif seimbang dengan 42% berdiri dilakukan untuk makan. Kemudian terlihat juga saat suhu udara mencapai puncak (pukul 10:00-11:00) sapi beberapa kali pindah dari berbaring ke berdiri.

    “Setelah makan pagi, sapi biasanya akan berbaring untuk mengunyah kembali makanannya. Namun, karena kondisi lantai kandang yang panas, sapi bisa merasa tidak nyaman dan kembali berdiri untuk mencari tempat yang lebih sejuk untuk berbaring,” jelasnya.

    Terkait hal itu, anggota peneliti Sapi Gama, Panjono mengatakan salah satu indikator penilaian adaptasi hewan memang melalui tingkah lakunya. Menurutnya, aspek adaptasi juga salah satu pertimbangan utama pada pengembangan sapi itu.

    Dia mengatakan Belgian Blue berada di iklim dingin dengan produktivitas daging lebih tinggi. Namun sapi lokal memiliki produktivitas rendah, sementara memiliki adaptasi lingkungan Indonesia.

    Persilangan yang dilakukan timnya agar genetik Belgian Blue tidak sepenuhnya menjadi komplementer. Namun bisa lebih stabil dan dapat dikembangkan di masyarakat.

    “Lewat penelitian ini, harapannya Sapi GAMA dapat segera memiliki performa yang stabil sehingga dapat diterima dan dikembangkan di masyarakat,” ujarnya.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]