kab/kota: Duren Sawit

  • Polisi ringkus adik yang tusuk kakaknya hingga tewas di Jatinegara

    Polisi ringkus adik yang tusuk kakaknya hingga tewas di Jatinegara

    Jakarta (ANTARA) – Polisi menangkap pelaku penusukan pria berinisial DS (47) yang meninggal dunia akibat penusukan oleh adik kandungnya sendiri inisial B (44) di kawasan Cipinang Besar Selatan, Jatinegara, Jakarta Timur pada Jumat (18/7) malam.

    “Iya pelaku penusukan sudah ditangkap di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat,” kata Kapolsek Jatinegara Kompol Samsono saat dikonfirmasi di Jakarta, Minggu.

    Samsono menyebut, saat ini penyelidikan kasus dan motif pelaku ditangani oleh Polda Metro Jaya.

    “Hasil pemeriksaan dan motif sekarang kasus ditarik ke Polda Metro Jaya,” ucap Samsono.

    Sebelumnya diberitakan, seorang pria berinisial DS (47) meninggal dunia usai mengalami sejumlah luka akibat penusukan yang dilakukan oleh adik kandungnya sendiri inisial B (44) di kawasan Cipinang Besar Selatan, Jatinegara, Jakarta Timur pada Jumat (18/7) malam.

    Polsek Jatinegara menerima laporan dari keluarga korban pada Sabtu (19/7) pukul 07.06 WIB. Korban dirawat di RS Duren Sawit karena mengalami luka sobek di bagian leher, lengan, dan telapak tangan.

    Berdasarkan catatan Kepolisian, baik korban maupun pelaku diketahui merupakan residivis kasus tindak pidana narkoba.

    Korban pernah diproses hukum di Polsek Jatinegara, sedangkan pelaku diproses oleh Polres Metro Jakarta Timur.

    Kini, jenazah telah dimakamkan di TPU Prumpung dan polisi masih memburu pelaku yang diketahui sempat tinggal di rumah sekitar lokasi kejadian.

    Pewarta: Siti Nurhaliza
    Editor: Alviansyah Pasaribu
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Seorang pria tewas usai ditusuk adik kandung di Jatinegara

    Seorang pria tewas usai ditusuk adik kandung di Jatinegara

    Jakarta (ANTARA) – Seorang pria berinisial DS (47) meninggal dunia usai mengalami sejumlah luka akibat penusukan yang dilakukan oleh adik kandungnya sendiri inisial B di kawasan Cipinang Besar Selatan, Jatinegara, Jakarta Timur pada Jumat (18/7) malam.

    “Polsek Jatinegara menerima laporan dari keluarga Korban bahwa DS telah meninggal dunia pada Sabtu pukul 07.06 WIB,” kata Kapolsek Jatinegara Kompol Samsono di Jakarta, Sabtu.

    Dia mengatakan korban yang mengalami luka sobek di bagian leher, lengan, dan telapak tangan sempat mendapat perawatan di RS Duren Sawit.

    Peristiwa penusukan terjadi pada Jumat (18/7) pukul 18.15 WIB di samping Pos Polisi Kebon Nanas, Kampung Jembatan, Kelurahan Cipinang Besar Selatan, Kecamatan Jatinegara.

    Pelaku diketahui adik kandung korban inisial B yang langsung melarikan diri usai kejadian.

    “Setelah kejadian Gabungan Personil Reskrim Polsek Jatinegara bersama Resmob Polres Metro Jaktim berupaya melakukan penangkapan, namun pelaku sudah melarikan diri dan sampai saat ini masih dilakukan pencarian,” ujarnya.

    Berdasarkan catatan Kepolisian, baik korban maupun pelaku diketahui merupakan residivis kasus tindak pidana narkoba. Korban pernah diproses hukum di Polsek Jatinegara, sedangkan pelaku diproses oleh Polres Metro Jakarta Timur.

    Kini, jenazah telah dimakamkan di TPU Prumpung dan polisi masih memburu pelaku yang diketahui sempat tinggal di rumah sekitar lokasi kejadian.

    Pewarta: Luthfia Miranda Putri
    Editor: Alviansyah Pasaribu
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Pemkot Jaktim tanam ribuan cabai untuk wujudkan kemandirian pangan

    Pemkot Jaktim tanam ribuan cabai untuk wujudkan kemandirian pangan

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Timur menanam ribuan bibit cabai secara serentak di 10 kecamatan untuk mewujudkan kemandirian pangan di wilayahnya.

    “Hari ini bersama jajaran kita telah menanam sebanyak 3.000 bibit cabai secara serentak di 10 kecamatan se-Jakarta Timur untuk meningkatkan pangan mandiri,” kata Wali Kota Jakarta Timur Munjirin di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Rawa Jaya, Duren Sawit, Jakarta Timur, Jumat.

    Sebanyak 3.000 bibit tanaman cabai tersebut persembahan Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Pengembangan Benih. Tanaman tersebut ditanam oleh 1.000 peserta yang tersebar di 10 kecamatan Jakarta Timur.

    Selain itu, Pemkot Jakarta Timur juga menanam sebanyak delapan bibit tanaman produktif yang terdiri dari empat pohon mangga Irwin dan empat pohon alpukat cipedak persembahan dari Sudin KPKP Jakarta Timur.

    “Pohon produktif dan pelindung juga sebagai upaya mengedukasi masyarakat dalam meningkatkan pangan mandiri dan menciptakan lingkungan yang lebih hijau, sehat, serta berkelanjutan,” ujar Munjirin.

    Sementara itu, Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kota Jakarta Timur Essie Feransie Munjirin mengatakan, kegiatan dilakukan secara setentak di 280 titik se-Jakarta Timur.

    “Alhamdulillah kita telah mengikuti bersama penanaman cabai serentak DKI Jakarta. Dan Jakarta Timur telah menanam 3.000 bibit cabai di 10 kecamatan di 280 titik. Tadi juga kita lakukan panen sayuran dan aksi menanam pohon produktif,” kata Essie.

    Essie berharap, dengan adanya kegiatan ini dapat memberikan manfaat dan memotivasi seluruh warga, sekaligus menjadi pengingat pentingnya ketahanan pangan di Jakarta.

    “Sesuai yang diharapkan Ibu Gubernur dan Ibu Wakil Gubernur kita, agar tanaman yang telah ditanam dirawat bersama, sehingga dapat mendorong ketahanan pangan keluarga dan pelestarian lingkungan,” ucap Essie.

    Kegiatan bertema “Mewujudkan Keluarga Mandiri Pangan” tersebut dipimpin langsung Tenaga Ahli Tim Penggerak PKK DKI Jakarta Dewi Indriati Rano Karno di Taman Urban Farming Dahlia RW 07, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

    Kegiatan berlangsung secara hybrid di seluruh wilayah Jakarta dengan enam titik tanam utama mewakili lima kota dan satu kabupaten.

    Pewarta: Siti Nurhaliza
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Polisi tangkap puluhan remaja yang hendak tawuran

    Polisi tangkap puluhan remaja yang hendak tawuran

    Jakarta (ANTARA) – Kepolisian menangkap puluhan remaja yang membawa senjata tajam dan hendak melakukan tawuran di kawasan Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur, Rabu (16/7) sekitar pukul 03.30 WIB.

    “Kami telah mengamankan sebanyak 36 remaja, pemuda, yang akan melakukan tawuran,” kata Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Pol Nicolas Ary Lilipaly saat konferensi pers di Mapolsek Cipayung, Jakarta Timur, Kamis.

    Polres Jakarta Timur juga menyita sebanyak 27 senjata tajam jenis corbet dan celurit.

    Penangkapan dilakukan saat tim gabungan melakukan patroli siber dan langsung memantau akun sosial media. Lalu, dalam patroli tersebut ditemukan adanya peristiwa saling ejek antarkelompok remaja yang mengarah pada rencana tawuran.

    “Awalnya kami monitor akan melakukan tawuran di sekitar Condet wilayah Kramat Jati, tapi dilakukan patroli ke arah sana tidak ditemukan. Akhirnya mereka melakukan patroli ke arah Lubang Buaya Cipayung, Jakarta Timur,” ujar Nicolas.

    Sesampainya di lapangan sepak bola di kawasan Lubang Buaya, polisi menemukan sekelompok remaja sedang berkumpul.

    “Kami temukan sekitar 100 orang berkumpul dengan membawa sepeda motor yang kita amankan sebanyak 60 dan dua mobil. Kami melakukan penangkapan terhadap 36 orang, sisanya melarikan diri,” katanya.

    Penggagalan aksi ini merupakan hasil kerja tim gabungan dari Tim Presisi Direktorat (Dit) Samapta Polda Metro Jaya, Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Metro Jakarta Timur,m dan Polsek Cipayung.

    Sebanyak 36 orang tersebut dikenakan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 tentang larangan memasukkan, membuat, memiliki, membawa atau menggunakan senjata tajam tanpa hak.

    Pasal ini berkaitan dengan sanksi pidana bagi pelaku yang melanggar aturan tersebut dengan ancaman hukuman penjara paling lama sepuluh tahun.

    Sedangkan Pasal 55, 56, dan 53 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) berkaitan dengan tindak pidana yang dilakukan secara bersama-sama atau turut serta, serta delik aduan.

    “Mereka akan melakukan tawuran tapi tidak terjadi karena faktor dari eksternal. Untuk itu kami mengenakan dia pasal percobaan melakukan tindak pidana,” katanya.

    Polres Metro Jakarta Timur bersama Polda Metro Jaya juga secara rutin melakukan pemantauan terhadap akun-akun yang terindikasi berhubungan dengan tawuran.

    “Setiap hari memonitor akun-akun yang terkait dengan yang berbau tawuran. Kami selalu aktif memonitor pergerakan kelompok-kelompok tawuran ini khususnya yang ada di Jakarta Timur,” ujar Nicolas.

    Data yang dihimpun ANTARA menyebutkan, jumlah kasus tawuran di Jakarta Timur (Jaktim) mengalami peningkatan signifikan sepanjang 2024.

    Data dari Polres Metro Jakarta Timur bahkan mencatat tujuh kasus pada Juni, 12 kasus pada Juli dan meningkat menjadi 16 kasus pada Agustus 2024. Total mencapai 35 kasus dalam tiga bulan tersebut.

    Kawasan Duren Sawit menjadi salah satu titik rawan, dengan lima insiden tawuran terjadi antara November hingga awal Desember 2024. Adapun wilayah yang rawan tawuran antara lain Cakung, Pasar Rebo dan Jatinegara.

    Data itu juga menegaskan, seluruh kecamatan di Jaktim dapat dikategorikan sebagai zona merah tawuran karena tidak ada kecamatan yang bebas dari insiden tersebut. Namun, selama libur Lebaran 2025, terjadi penurunan kasus tawuran di wilayah tersebut.

    Pewarta: Siti Nurhaliza
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Polisi selidiki tawuran yang diduga tewaskan satu orang di Ciracas

    Polisi selidiki tawuran yang diduga tewaskan satu orang di Ciracas

    Ilustrasi – Puluhan kelompok remaja RW 01 dan RW 02 saat melakukan aksi tawuran di Jalan Basuki Rahmat, Kelurahan Cipinang Besar Utara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis dini hari (29/8/2024). ANTARA/HO-warga

    Polisi selidiki tawuran yang diduga tewaskan satu orang di Ciracas
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Kamis, 17 Juli 2025 – 10:08 WIB

    Elshinta.com – Polisi masih menyelidiki kasus tawuran antar kelompok remaja yang diduga menewaskan satu orang di Jalan Taruna Jaya, Kelurahan Cibubur, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, pada Sabtu (12/7) dini hari.

    “Anggota masih melakukan penyelidikan terkait kasus tawuran tersebut. Kami sudah periksa lima orang saksi,” kata Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Timur AKBP Dicky Fertoffan saat dikonfirmasi di Jakarta, Kamis.

    Dicky menyebut, pihak kepolisian masih mengejar para pelaku tawuran. Polisi juga masih mengumpulkan keterangan dan bukti-bukti di lapangan.

    “Untuk pelaku masih dalam pengejaran oleh anggota kami,” ucap Dicky.

    Belum diketahui secara pasti penyebab dan kronologi lengkap peristiwa tawuran tersebut. Namun, pihak kepolisian berkomitmen untuk menindak tegas para pelaku yang terlibat demi menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah Ciracas.

    Adapun tawuran tersebut viral di sosial media Instagram @kabarcibubur24jam. Terlihat sejumlah remaja membawa senjata tajam jenis celurit.

    Mereka mengendarai sepeda motor secara perlahan, lalu menyerang kelompok lain. Dalam narasi video tersebut menyebutkan tawuran melibatkan kelompok remaja ini merupakan asal Kranggan, Bekasi dan kelompok dari salah satu gang di Jalan Taruna Jaya.

    “Aksi tawuran di Jalan Taruna Jaya Cibubur, Ciracas, Jakarta Timur, satu orang meninggal dunia, menurut informasi tawuran antara anak Kranggan dan anak salah satu gang di Jalan Taruna Jaya,” tulis keterangan video yang diunggah kabarcibubur24jam.

    Disebutkan pula bahwa korban yang tewas merupakan warga Cibubur yang bergabung dengan kelompok remaja dari Kranggan.

    “Satu orang meninggal dunia yang diduga anak gang Rukun Cibubur (gabung sama anak Kranggan saat tawuran ). Kejadian pada Sabtu pukul 03:35 WIB,” lanjut keterangan video.

    Melansir dari ANTARA, jumlah kasus tawuran di Jakarta Timur mengalami peningkatan signifikan sepanjang 2024.

    Data dari Polres Metro Jakarta Timur bahkan mencatat tujuh kasus pada Juni, 12 kasus pada Juli dan meningkat menjadi 16 kasus pada Agustus 2024, sehingga total mencapai 35 kasus dalam tiga bulan tersebut.

    Kawasan Duren Sawit menjadi salah satu titik rawan, dengan lima insiden tawuran terjadi antara November hingga awal Desember 2024. Adapun wilayah yang rawan tawuran antara lain Cakung, Pasar Rebo, dan Jatinegara.

    Sumber : Antara

  • Ada surat titipan pada bayi yang ditemukan di Cakung

    Ada surat titipan pada bayi yang ditemukan di Cakung

    Ilustrasi – Bayi. ANTARA/Asmussen/pri.

    Ada surat titipan pada bayi yang ditemukan di Cakung
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Rabu, 16 Juli 2025 – 10:28 WIB

    Elshinta.com – Terdapat surat titipan yang menyebutkan nama pemilik rumah pada bayi laki-laki yang ditemukan dalam keadaan hidup di depan rumah warga di Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur, pada Senin (14/7) malam.

    “Suratnya menyebut nama saya, intinya bilang titip sementara Pak H Tohir, minta agar bayi ini jangan dibawa ke panti asuhan. Katanya nanti akan diambil kembali,” kata pemilik rumah di Jalan Komarudin Ujung Krawang RT 06/05 bernama Tohir di Jakarta Timur, Rabu.

    Menurut Tohir, orang tua bayi tersebut masih warga sekitar karena dalam surat itu menyebutkan langsung nama dirinya.

    Tohir menceritakan, saat itu dirinya hendak mengaji bersama sang istri. Lalu, mereka mendengar suara seperti anak kucing.

    Setelah didengar lebih teliti, istrinya menyebut suara kucing tersebut mirip dengan tangisan bayi.

    “Terus pas saya buka pintu, enggak tahunya ada orok di sini (depan pintu rumahnya). Pas saya angkat bayi ini langsung diam dari nangisnya,” ujar Tohir.

    Tohir mengaku sempat menengok ke kanan dan kiri halaman rumahnya. Namun, tak ada orang yang mencurigakan atau tanda-tanda orang yang menyerahkan bayi tersebut.

    Akhirnya Tohir bersama sang istri membawa bayi itu ke rumah ketua RT untuk melaporkan penemuan bayi laki-laki tersebut.

    “Gerbang saya lihat itu masih tertutup juga, tidak ada susu, hanya ada surat saja di selimut bayi itu. Menurut saya sekitar 10-19 hari bayi itu,” tegasnya.

    Sementara itu, petugas Tim Reaksi Cepat Pelayanan, Pengawasan, dan Pengendalian Sosial (TRC P3S) Suku Dinas Sosial Jakarta Timur, Kurniawan mengatakan, usia bayi tersebut diperkirakan sekitar 10 hari karena tali pusarnya sudah putus.

    Kurniawan juga membenarkan dalam selimut bayi tersebut ada kertas berisi surat tanpa identitas orang tua dari bayi tersebut.

    “Saat ini kami sudah bawa ke Rumah Sakit Duren Sawit, jika sehat maka akan kami titipkan ke panti anak,” katanya.

    Sebelumnya, Kapolsek Cakung Kompol Widodo Saputro membenarkan hal tersebut dan masih menyelidiki pelaku yang membuang bayi tersebut.

    “Masih diselidiki kamera CCTV, saat ini telah ada lima orang saksi yang diperiksa,” kata Widodo saat dikonfirmasi di Jakarta, Selasa (15/7).

    Sumber : Antara

  • Bayi Laki-Laki Ditemukan di Depan Rumah Warga Cakung, Ada Sepucuk Surat Permohonan
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        15 Juli 2025

    Bayi Laki-Laki Ditemukan di Depan Rumah Warga Cakung, Ada Sepucuk Surat Permohonan Megapolitan 15 Juli 2025

    Bayi Laki-Laki Ditemukan di Depan Rumah Warga Cakung, Ada Sepucuk Surat Permohonan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Seorang bayi laki-laki diduga dibuang oleh orangtuanya di depan rumah warga di Jalan Pangeran Komarudin, Pulogebang, Cakung,
    Jakarta Timur
    , pada Senin (14/7/2025) malam.
    Saat ditemukan, bayi tersebut masih dalam keadaan terbalut kain disertai sepucuk surat.
    Surat itu berisi permohonan agar bayi dirawat untuk sementara waktu, dengan janji akan diambil kembali.

    Assalamu’alaikum. saya titip anak saya sementara, mohon maaf, minta tolong untuk dirawat. Nanti saya kembali lagi untuk saya ambil, mohon jangan titip di panti asuhan. Terima kasih Pak Haji,
    ” tulis surat yang ditinggalkan.
    Sementara itu, Kapolsek Cakung Kompol Widodo membenarkan peristiwa tersebut.
    “Unit reskrim melakukan pengecekan, ternyata benar ada bayi laki-laki berumur sekitar 10 hari dalam kondisi terbedong dan kondisi sehat,” ungkap Widodo saat dikonfirmasi, Selasa (15/7/2025).
    Ia menambahkan, saat ini bayi tersebut masih menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Duren Sawit, di bawah pengawasan Suku Dinas Sosial (Sudinsos) Jakarta Timur.
    Terkait kasus ini, polisi telah meminta keterangan dari sejumlah saksi dan menyita sejumlah barang bukti.
    “Kemudian untuk peristiwa ini sudah ada lima saksi yang dimintai keterangan, kemudian penyitaan terhadap barang bukti dan mencari rekam
    Closed Circuit Television
    (CCTV),” ucapnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ratusan Warga Pondok Kelapa Gelar Aksi Demo Tolak Penutupan TPS Secara Sepihak

    Ratusan Warga Pondok Kelapa Gelar Aksi Demo Tolak Penutupan TPS Secara Sepihak

    JAKARTA – Ratusan warga RW 13 Kelurahan Pondok Kelapa menggelar aksi unjukrasa menolak penutupan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang berada di Jalan Marinir Barat, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, Sabtu 12 Juli, pagi.

    Dalam aksinya, warga membentangkan spanduk sepanjang 2 meter yang bertuliskan penolakan penutupan TPS di lokasi tersebut.

    “Ini kegiatan warga untuk menormalisasi fungsi tps yang sudah berfungsi 30 tahun digunakan oleh warga. Jadi kalau ini dipagari seng, ditutup, ini tidak akan berfungsi dengan normal. Mengganggu proses pembuangan sampah oleh warga,” kata warga RW 13, Siswo Harsono kepada wartawan di lokasi.

    Selain menolak penutupan, warga juga mengaku resah lantaran sulit membuang sampah rumah tangga pada setiap harinya.

    Penutupan TPS itu dilakukan secara sepihak dengan menggunakan pagar seng sejak 1 Juli 2025. Padahal, lokasi tempat pembuangan sampah tersebut sudah ada sejak lebih dari 30 tahun lalu.

    “Warga minta ini harus normal, jangan ada pihak-pihak yang mengganggu, jangan ada pihak yang memagar. Jangan ada yang mengganggu proses pembuangan sampah,” ujarnya.

    Menurut Siswo, warga di RW 13 terdapat 8 RT dengan jumlah penduduk 650 KK. Seluruh warga RW 13 membuang sampah selama lebih dari 30 tahun di TPS tersebut.

    “TPS ini sudah lebih dari 30 tahun, selama ini warga buang sampah disini.

    Pengangkutan sampah dari (mobil) Dinas LH. Ini yang bangun Dinas LH, aset Pemprov,” ucapnya.

    Slamet, petugas angkut sampah warga RW 13 mengatakan, dirinya merasa terganggu saat proses pembuangan sampah di TPS lantaran adanya pemagaran sejak 1 Juli 2025.

    “Adanya pager-pager ini jadi kita merasa terganggu saat pengangkutan sampah warga ke mobil Dinas LH. Aktivitas pengangkutan sampah ke mobil juga jadi sulit, keluar masuk mobil dan gerobak juga sulit. Kalau pagar dibongkar pembuangan jadi lancar, leluasa,” ucap Slamet.

    Seperti diketahui, pengangkutan sampah di lingkungan warga RW 13 Kelurahan Pondok Kelapa dilakukan setiap hari oleh petugas gerobak sampah.

    “Sehari angkut minimum dua gerobak sampah tiap RT. Totalnya perhari 18 gerobak sampah dari seluruh RT. Harapannya mudah-mudahan RW 13 bisa selamanya buang sampah disini. Biar beroperasi lagi tempat pembuangan sampah ini, biar lancar,” tutup pria yang sudah 25 tahun jadi petugas angkut sampah tersebut.

  • Kebakaran di Rusun Klender Telah Padam, Identitas Korban Tewas Ternyata Lansia Usia 70 Tahun

    Kebakaran di Rusun Klender Telah Padam, Identitas Korban Tewas Ternyata Lansia Usia 70 Tahun

    JAKARTA – Identitas warga Rusun Klender yang tewas terbakar saat kobaran api melumat kediamannya berhasil teridentifikasi petugas pada Sabtu, 12 Juli 2025, pagi.

    “Korban diketahui bernama Asmini (70), wanita lanjut usia,” kata petugas piket Gulkarmat dalam keterangannya.

    Selanjutnya, jenazah korban dievakuasi menggunakan kantong jenazah milik Sudin Gulkarmat Jakarta Timur.

    Jenazah korban dimasukan ke dalam kantong jenazah dan dibawa ke rumah sakit terdekat guna proses lebih lanjut.

    Proses evakuasi dilakukan oleh petugas Gulkarmat dengan menggunakan mobil ambulan.

    Saat ini, sebanyak 65 personel petugas pemadam kebakaran Sudin Gulkarmat Jakarta Timur telah berhasil melakukan pemadaman api yang membakar lantai 4 Rusun Klender.

    “Proses pemadaman telah selesai. Total ada 13 unit mobil damkar yang dikerahkan,” ujarnya.

    Sekedar diketahui, Rusun Klender yang berada di Jalan Delima Raya, Kelurahan Malaka Sari, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, hangus terbakar api pada Sabtu, 12 Juli, dini hari. Api melumat habis lantai 4 Rusun tersebut.

  • Mbah Asmini dan Api yang Mengakhiri Kesendiriannya di Rusun Klender
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        12 Juli 2025

    Mbah Asmini dan Api yang Mengakhiri Kesendiriannya di Rusun Klender Megapolitan 12 Juli 2025

    Mbah Asmini dan Api yang Mengakhiri Kesendiriannya di Rusun Klender
    Tim Redaksi
     
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Asmini (73), lansia sebatang kara, menjadi satu-satunya korban tewas dalam kebakaran di Rumah Susun Klender Blok 60, Malaka Sari, Duren Sawit,
    Jakarta Timur
    , Sabtu (12/7/2025) dini hari.
    Korban ditemukan meninggal dunia setelah api membakar empat unit hunian di lantai empat rusun yang dibangun pada masa Presiden ke-2 RI, Soeharto, tersebut.
    Dony (37), pemilik bengkel sekaligus penghuni lantai tiga
    Rusun Klender
    Blok 60, tak menyangka dini hari yang tenang berubah menjadi kepanikan.
    Ketika hendak menutup bengkelnya di Jalan Dahlia, matanya menangkap nyala api yang mulai membesar dari rumah
    Mbah Asmini
    .
    Lidah api merambat cepat, diiringi kepulan asap pekat yang mengepul ke langit, memecah ketenangan dini hari itu.
    Dari tempatnya berdiri di Jalan Dahlia, Dony melihat korban sempat muncul di ambang pintu. Perempuan yang akrab disapa Ibu atau Mbah Asmini itu tampak membungkuk, seolah ingin mengambil sesuatu di dekat kakinya.
    Namun, alih-alih menjauh dari kobaran api, Mbah Asmini justru melangkah kembali masuk ke dalam rumahnya yang sudah mulai diselimuti asap.
    “Dia keluar itu kayak mencari sesuatu. Apakah mau ambil ember atau gimana, mau menyiram ke dalam kali ya, atau gimana kan. Cuma pas dia masuk, udah enggak keluar lagi,” kata Dony saat berbincang dengan Kompas.com, Sabtu (12/7/2025).
    Dony pun berteriak sekuat tenaga, mencoba membangunkan warga yang masih terlelap. Suara lantangnya menggema di antara lorong-lorong rusun, “Kebakaran! Kebakaran!”.
    Namun, raungan panik itu rupanya belum cukup untuk menyadarkan mereka dari tidur lelap di tengah malam.
    Tak tinggal diam, Dony segera lari ke pinggir jalan dan memberhentikan setiap pengendara yang melintas di Jalan Dahlia.
    Satu per satu warga mulai terbangun dan berhamburan keluar rumah, berlari menyelamatkan diri dengan wajah panik.
    Suasana rusun yang semula hening seketika berubah riuh oleh teriakan dan langkah tergesa. Di tengah kekacauan itu, Dony bergegas naik ke lantai tiga menuju unit tempat tinggalnya.
    Tanpa pikir panjang, ia mengambil selang air seadanya lalu kembali ke luar, menyemprotkan air ke arah api yang mulai merambat cepat ke bangunan lain di lantai empat.
    “Sempat menyiram saya. Cuma sepang saya kecil. Jadi enggak sanggup. Di rumah ada selang, enggak sanggup, akhirnya saya tinggalin,” ucap Dony.
    “Ya itu kurang tau juga saya (alasan Mbah Asimini kembali masuk ke rumah). Mungkin ya, disitulah tertimpa sama reruntuhan dan tewas,” tambah Dony.
    Pantauan
    Kompas.com
    , Rusun Klender Blok 60 memiliki bangunan setinggi sekitar 12 hingga 15 meter. Setiap lantai terdiri dari empat unit hunian, sehingga total terdapat 16 unit di Blok 60.
    Empat rumah yang terdampak akibat kebakaran ini seluruhnya berada di lantai empat. Tampak dari luar, kondisi lantai empat Blok 60 rusun tersebut mengalami kerusakan paling parah.
    Seluruh bagian atap hangus terbakar, menyisakan rangka baja dan kayu yang gosong serta genting yang ambruk.
    Jendela-jendela terlihat hangus dan kosong, tidak lagi berdaun maupun berjendela kaca.
    Beberapa bekas kobaran api masih terlihat jelas di dinding luar, dengan noda hitam arang membekas hingga ke bagian bawah.
    Kabel-kabel listrik terjuntai tak beraturan, sebagian tampak meleleh akibat suhu tinggi saat kebakaran.
    Akses tangga untuk keluar dan masuk yang berada di sisi bangunan juga terlihat dipenuhi puing-puing dan abu sisa kebakaran.
    Sementara itu, bagian lantai satu, dua, dan tiga, relatif tidak terdampak langsung, namun tetap menunjukkan tanda-tanda kerusakan ringan, seperti cipratan air dan jelaga.
    Hingga saat ini, garis polisi masih membentang di sekitar area lantai empat, menandai lokasi kejadian yang tengah diselidiki oleh pihak berwenang.
    Bagi warga Rusun Klender Blok 60, terutama yang telah lama menetap, sosok Mbah Asmini bukanlah wajah asing.
    Ia adalah bagian dari lanskap sehari-hari rusun, seorang nenek berusia 73 tahun yang menjalani hari-harinya dalam kesunyian, dengan tubuh yang kian ringkih dan langkah yang makin lambat dari waktu ke waktu.
    “Sudah nenek-nenek. Jalannya gimana sih. Iya sudah (renta) dan sudah ada penyakitnya juga,” ucap Dony.
    Mbah Asmini sudah tinggal di rusun itu selama puluhan tahun. Meski tak tahu pasti sejak kapan, tapi rasanya sudah selama rusun itu berdiri.
    Ia tinggal sendirian dua unit yang dijadikan satu pada lantai empat bangunan Blok 60. Mbah Asmini bertahan meski anak-anaknya berkali-kali mengajaknya pindah. Sementara sang suami telah lebih dulu meninggalkannya.
    “Anaknya lima, sudah berkeluarga semua, mencar,” kata Dony.
    Tetangga lainnya, Andi (57), yang tinggal di lantai satu Blok 60, juga masih lekat dengan gambaran keseharian Mbah Asmini.
    Setiap pagi, perempuan tua itu turun dari lantai empat menuju pasar kecil di sekitar rusun. Meski langkahnya pelan, ia tetap berusaha mandiri.
    “Dia kalau pagi, turun (dari lantai empat lewat tangga) ke pasar, beli makanan dan minuman. Makan Mie Joglo,” ungkap Andi.
    Setelah itu, ia akan duduk di balai warga yang berada di pekarangan rusun, menyantap makanannya dalam diam. Tak banyak kata, tak banyak interaksi. Hanya dirinya, makanan, dan sudut kecil yang selalu sama.
    “Nanti kalau sudah kenyang, dia naik lagi ke atas. Tapi ya gitu, timik-timik jalannya,” lanjut Andi.
    Selain ke pasar, Mbah Asmini juga masih rutin ke masjid setiap kali azan berkumandang. Meski fisiknya sudah lemah, semangatnya untuk beribadah tidak pernah padam.
    Anak-anaknya, kata Andi, sebenarnya beberapa kali mengajak tinggal bersama. Tapi Mbah Asmini selalu menolak.
    “Paling betah dua malam. Terus balik lagi. Enggak mau, pengin di sini,” kata Andi.
    Soal kebutuhan sehari-hari, tidak banyak yang tahu pasti. Namun, sesekali terlihat anaknya menitipkan makanan atau uang ke tetangga.
    Listrik, air, dan gas di unit Mbah Asmini sudah lama tak aktif. Semua aliran diputus karena ia sudah tak mampu mengurusnya.
    “Namanya orangtua, sudah pikun, masalah pembayaran-pembayaran sudah pikun. Jadi, diputus,” ujar Andi.
    Lalu, bagaimana ia menjalani malam tanpa penerangan?
    “Gelap. Rumahnya gelap kalau malam,” jawab Andi.
    “Sudah hampir setahun begitu,” tambah Andi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.