kab/kota: Duren Sawit

  • DKI kemarin, dugaan malapraktik lalu rekayasa lalin zikir kebangsaan

    DKI kemarin, dugaan malapraktik lalu rekayasa lalin zikir kebangsaan

    Jakarta (ANTARA) – Sejumlah berita peristiwa di wilayah DKI Jakarta pada Sabtu (9/8) antara lain diplomasi melalui kegiatan bersepeda, dugaan malapraktik di rumah sakit wilayah Duren Sawit, hingga rekayasa lalin saat Zikir Kebangsaan dan Ikrar Bela Negara malam nanti.

    Berikut rangkumannya:​​​​​​​

    1. Pemprov DKI dorong diplomasi publik lewat kegiatan bersepeda

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mendorong diplomasi publik dalam interaksi yang hangat dan baik antara pejabat pemerintah Indonesia dengan perwakilan asing di ibu kota lewat kegiatan bersepeda bernama Jakarta Diplomatic Cycling.

    “Kegiatan positif seperti bersepeda bersama ini perlu diteruskan. Melalui kegiatan ini, kita dapat memperkuat diplomasi publik dengan pendekatan yang inklusif dan santai,” kata Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung saat menyambut para peserta Jakarta Diplomatic Cycling di Balai Kota DKI Jakarta, Sabtu.

    Baca selengkapnya di sini

    2. Diduga malapraktik, Pemkot Jaktim periksa RS di Duren Sawit

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Kota Jakarta Timur (Pemkot Jaktim) memeriksa salah satu rumah sakit (RS) di Duren Sawit karena diduga malapraktik terhadap pasien H (26).

    “Kami sudah meminta klarifikasi dari RS yang bersangkutan. Rumah sakit tersebut membuat kronologis dan audit medis yang ditujukan ke Sudin, Dinas Kesehatan dan Kementerian Kesehatan,” kata Kepala Suku Dinas (Sudin) Kesehatan Jakarta Timur Herwin Meifendy saat dikonfirmasi di Jakarta, Sabtu.

    Baca selengkapnya di sini

    3. Taman Bendera Pusaka dinilai jadi simbol ruang hijau-kebanggaan

    Jakarta (ANTARA) – Anggota Komisi D DPRD DKI Pantas Nainggolan menilai bahwa pembangunan Taman Bendera Pusaka bukan sekadar menambah ruang terbuka hijau, tetapi menghadirkan ikon baru tentang sejarah dan kebanggaan Jakarta.

    “Pemulihan ruang terbuka hijau menjadi kunci membangun Jakarta yang berkelanjutan. Taman Bendera Pusaka akan menjadi simbol komitmen itu, sekaligus mengingatkan generasi mendatang pada sejarah kemerdekaan,” kata Pantas di Jakarta, Sabtu.

    Baca selengkapnya di sini

    4. Ada Zikir dan Ikrar Bela Negara besok, Dishub siapkan rekayasa lalin

    Jakarta (ANTARA) – Dinas Perhubungan DKI Jakarta melakukan rekayasa lalu lintas di sekitar Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat pada Minggu (10/8) besok terkait penyelenggaraan Kegiatan Zikir Kebangsaan dan Ikrar Bela Negara di lokasi tersebut.

    “Kegiatan Zikir Kebangsaan dan Ikrar Bela Negara diselenggarakan di Masjid Istiqlal Kota Administrasi Jakarta Pusat pada hari Minggu pukul 19.00 WIB s.d selesai tanggal 10 Agustus 2025,” kata Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo dalam keterangan di Jakarta, Sabtu.

    Baca selengkapnya di sini

    5. Jakarta Utara terpilih jadi Kota Layak Anak kategori utama 2025

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Utara terpilih meraih penghargaan Kota Layak Anak (KLA) Tingkat Utama 2025 dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) RI.

    “Alhamdulillah, Jakarta Utara kembali mempertahankan penghargaan KLA 2025 dengan tingkat Utama,” kata Asisten Kesejahteraan Rakyat (Asminra) Sekretaris Kota Jakarta Utara, Muhammad Andri di Jakarta, Sabtu.

    Baca selengkapnya di sini

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Minggu, SIM Keliling hanya di Jaktim dan Jakbar

    Minggu, SIM Keliling hanya di Jaktim dan Jakbar

    Jakarta (ANTARA) – Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Metro Jaya masih menyediakan layanan Surat Izin Mengemudi (SIM) Keliling pada hari Minggu ini di dua wilayah mulai pukul 08.00-12.00 WIB.

    Polda Metro Jaya melalui akun X @tmcpoldametro menyampaikan gerai SIM untuk membantu warga dalam memperpanjang masa berlaku syarat legal berkendara itu hanya tersedia di Jakarta Timur yakni di Jalan Raden Mas Intan samping McD Duren Sawit dan Jakarta Barat di Jalan Panjang samping Indomaret Kebon Jeruk.

    Sementara gerai SIM di wilayah lain Kota Administrasi Jakarta tak ada pelayanan.

    Masyarakat harus menyiapkan dan melengkapi persyaratan yang dibutuhkan dan biaya administrasi sebelum mendatangi lokasi perpanjangan dokumen SIM.

    Persyaratan yang dibutuhkan yakni, fotokopi KTP yang masih berlaku, SIM lama yang asli dan masih berlaku, bukti pemeriksaan kesehatan, serta bukti tes psikologi melalui aplikasi Simpel Pol.

    Layanan mobil SIM keliling ini hanya dapat memperpanjang SIM yang masih berlaku untuk golongan tertentu, yakni SIM A dan SIM C.

    Adapun bagi SIM yang telah habis masa berlakunya bahkan sehari saja, pemilik SIM harus membuat permohonan SIM baru di tempat yang telah ditentukan oleh kepolisian.

    Untuk biaya perpanjangan, sesuai dengan PP Nomor 76 Tahun 2020 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku untuk Polri adalah Rp80.000 untuk perpanjangan SIM A dan Rp75.000 untuk perpanjangan SIM C.

    Selain biaya tersebut, pemohon juga perlu membayar biaya tambahan lainnya yakni tes psikologi, biaya tes kesehatan melalui aplikasi Simpel Pol.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Pemkot Jaktim periksa RS di Duren Sawit karena diduga malapraktik

    Pemkot Jaktim periksa RS di Duren Sawit karena diduga malapraktik

    Ilustrasi – Petugas menyiapkan alat Radioterapi Linear Accelerator, (LINAC) Elekta Versa HD di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/aww/am.

    Pemkot Jaktim periksa RS di Duren Sawit karena diduga malapraktik
    Dalam Negeri   
    Editor: Widodo   
    Sabtu, 09 Agustus 2025 – 20:43 WIB

    Elshinta.com – Pemerintah Kota Jakarta Timur (Pemkot Jaktim) memeriksa salah satu rumah sakit (RS) di Duren Sawit karena diduga malapraktik terhadap pasien H (26).

    “Kami sudah meminta klarifikasi dari RS yang bersangkutan. Rumah sakit tersebut membuat kronologis dan audit medis yang ditujukan ke Sudin, Dinas Kesehatan dan Kementerian Kesehatan,” kata Kepala Suku Dinas (Sudin) Kesehatan Jakarta Timur Herwin Meifendy saat dikonfirmasi di Jakarta, Sabtu.

    Selain itu, Herwin menyebut, terkait sanksi atau tindak lanjut dari pihaknya saat ini masih menunggu hasil pemeriksaan yang tengah berlangsung.

    “Masih menunggu pemeriksaan lebih lanjut, saat ini masih berproses, itu saja dulu,” ujar Herwin.

    Sudin Kesehatan Jakarta Timur juga telah meminta rumah sakit untuk segera menyelesaikan permasalahan dengan pasien terkait dugaan malapraktik tersebut.

    “Kami juga meminta pihak rumah sakit menyelesaikan dengan pihak pasien tersebut terkait permasalahannya,” ucap Herwin.

    Adapun Manajemen RS Islam di kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur (Jaktim), memberikan klarifikasi terkait informasi viral dugaan malapraktik terhadap pasien berinisial H (26).

    Kepala Bagian Umum RS Islam di kawasan Jakarta Timur, Sulaiman Sultan Pangeran mengatakan pihaknya dan perwakilan dari pasien telah bersepakat menyelesaikan masalah terkait secara kekeluargaan.

    Keputusan damai itu diambil berdasarkan kesepakatan pihak rumah sakit yang sudah melakukan komunikasi dan mediasi dengan kuasa hukum pasien dalam mencari penyelesaian terbaik.

    Sebelumnya, viral di media sosial seorang pasien berinisial H (26) menjalani perawatan pada salah satu rumah sakit di Duren Sawit, Jakarta Timur dan diduga menjadi korban malapraktik.

    Pasien H harus kehilangan empat jari tangan kirinya usai diamputasi. Peristiwa ini terjadi pada Selasa (6/5), tak lama setelah pasien melahirkan.

    Pasien akhirnya dirujuk ke RS Polri Kramat Jati dan diantar pihak rumah sakit menggunakan ambulans.

    Sumber : Antara

  • Kasus Dugaan Malapraktik di RS Duren Sawit Diklaim Berakhir Damai
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        8 Agustus 2025

    Kasus Dugaan Malapraktik di RS Duren Sawit Diklaim Berakhir Damai Megapolitan 8 Agustus 2025

    Kasus Dugaan Malapraktik di RS Duren Sawit Diklaim Berakhir Damai
    Tim Redaksi

    JAKARTA, KOMPAS.com

    – Kasus dugaan malapraktik yang dialami H (26) di sebuah rumah sakit di Duren Sawit, Jakarta Timur, diselesaikan secara kekeluargaan.
    Kepala bagian umum rumah sakit, Sulaiman Sultan Pangeran, mengatakan pihaknya telah bertemu dengan tim kuasa hukum H pada Kamis (7/8/2025).
    “Dalam pertemuan telah dicapai komitmen bersama untuk damai dan penyelesaian secara kekeluargaan atas ketidaknyamanan yang terjadi selama masa perawatan,” ucap Sultan saat dikonfirmasi, Jumat (8/8/2025).
    Meski begitu, Sultan mengklaim pihak rumah sakit mengutamakan keselamatan pasien.
    “Pasien sebagai prioritas utama dalam pelayanan. Kami menghormati hak setiap pasien dan terbuka terhadap saran atau masukan,” jelasnya.
    Sebelumnya, seorang pasien berinisial H yang menjalani perawatan di salah satu rumah sakit di Pondok Kopi, Duren Sawit, Jakarta Timur, diduga menjadi korban malapraktik.
    Akibatnya, H harus kehilangan empat jari tangan kirinya akibat diamputasi. Peristiwa ini terjadi pada Selasa (6/5/2025), tak lama setelah pasien melahirkan.
    Kuasa hukum korban, Novi Delia, menyampaikan kliennya mengalami sesak napas beberapa jam setelah proses persalinan dan langsung mendapatkan penanganan medis.
    “Selang beberapa jam lahiran, pasien mengalami sesak nafas, diagnosanya karena shocked setelah lahiran, itu langsung dimasukkan ke ICU,” ucap Novi.
    Saat pasien dalam kondisi setengah sadar, pihak keluarga diminta menandatangani persetujuan untuk pemasangan ventilator.
    Keesokan harinya, pasien mulai sadar. Namun, H mengeluhkan rasa sakit pada tangan kirinya, tepat di bekas lokasi pemasangan infus.
    “Tantenya saat itu melihat, korban mengeluhkan juga nih tangannya sakit, karena bekas infus sudah dicabut, di sana, di bekas infusan itu, ada titik merah dan tangan mulai membengkak,” ungkap Novi.
    Keluarga pasien sempat menanyakan kondisi tersebut kepada perawat yang berjaga.
    Namun, mereka hanya mendapat penjelasan singkat bahwa pembengkakan tersebut biasa terjadi akibat masalah pada pembuluh darah, dan dokter akan memberikan keterangan lebih lanjut.
    “Selang beberapa hari, tangannya ini makin lama, makin membesar dan menjadi pembusukan, pada tanggal 8 Mei membusuk,” ujarnya.
    Karena tak kunjung mendapat penanganan serius, keluarga memutuskan merujuk pasien ke RS Polri Kramat Jati. Pihak rumah sakit di Duren Sawit itu disebut mengantar pasien menggunakan ambulans.
    “Dari rumah sakit Polri itu, korban diantar memang oleh rumah sakit sebelumnya dengan ambulans diantar dengan diagnosa, tangannya ini diamputasi sampai pergelangan,” jelas Novi.
    Namun, tim medis di RS Polri Kramat Jati berupaya mempertahankan pergelangan tangan korban agar tidak diamputasi sepenuhnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kasus Dugaan Malapraktik di RS Duren Sawit Diklaim Berakhir Damai
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        8 Agustus 2025

    Pasien RS di Duren Sawit Korban Dugaan Malapraktik Trauma Usai 4 Jari Diamputasi Megapolitan 7 Agustus 2025

    Pasien RS di Duren Sawit Korban Dugaan Malapraktik Trauma Usai 4 Jari Diamputasi
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – H (26), pasien diduga korban malapraktik salah satu rumah sakit di Duren Sawit, Jakarta Timur, trauma setelah kehilangan empat jari tangan kirinya usai melahirkan.
    “Masihlah, karena selain rasa sakit fisik yang dialami dia, ada juga kesedihan. Gimana ya, tangan kita awalnya utuh, tiba-tiba sekarang begini (hilang jarinya),” kata kuasa hukum korban, Novi Delia, saat dikonfirmasi, Kamis (7/8/2025).
    Novi menjelaskan, pihaknya telah dua kali melayangkan somasi kepada pihak rumah sakit. Pihak korban dan rumah sakit pun telah bertemu usai dua kali somasi dilayangkan.
    “Habis dari somasi kedua itulah terjadi pertemuan. Dia mengundang kami untuk bertemu, hasil pertemuan itu mereka ada iktikad baik,” jelas Novi. 
    Dalam pertemuan itulah, lanjut Novi, pihak rumah sakit meminta agar kasus dugaan malapraktik ini diselesaikan secara kekeluargaan.
    “Mereka (rumah sakit) minta untuk diselesaikan secara musyawarah,” ungkap Novi.
    Novi menjelaskan, kliennya belum melaporkan dugaan malapraktik ini ke polisi karena masih menunggu pertanggungjawaban pihak rumah sakit.
    “Harus tanggung jawablah rumah sakit, korban sudah kehilangan jarinya,” ucap Novi.
    Hingga berita ini ditulis,
    Kompas.com
    masih berupaya menghubungi pihak rumah sakit untuk meminta konfirmasi, namun belum mendapat jawaban.
    Sebelumnya, seorang pasien berinisial H yang menjalani perawatan di salah satu rumah sakit di daerah Pondok Kopi, Duren Sawit, Jakarta Timur, diduga menjadi korban malapraktik.
    Akibatnya, H harus kehilangan empat jari tangan kirinya akibat diamputasi. Peristiwa ini terjadi pada Selasa (6/5/2025), tak lama setelah pasien melahirkan.
    Kuasa hukum korban, Novi Delia, menyampaikan, kliennya mengalami sesak napas beberapa jam setelah proses persalinan dan langsung mendapatkan penanganan medis.
    Kuasa hukum korban, Novi Delia, menyampaikan kliennya mengalami sesak napas beberapa jam setelah proses persalinan dan langsung mendapatkan penanganan medis.
    “Selang beberapa jam lahiran, pasien mengalami sesak nafas, diagnosanya karena shocked setelah lahiran, itu langsung dimasukkan ke ICU,” ucap Novi.
    Saat pasien dalam kondisi setengah sadar, pihak keluarga diminta menandatangani persetujuan untuk pemasangan ventilator.
    Keesokan harinya, pasien mulai sadar. Namun, A mengeluhkan rasa sakit pada tangan kirinya, tepat di bekas lokasi pemasangan infus.
    “Tantenya saat itu melihat, korban mengeluhkan juga nih tangannya sakit, karena bekas infus sudah dicabut, di sana, di bekas infusan itu, ada titik merah dan tangan mulai membengkak,” ungkap Novi.
    Keluarga pasien sempat menanyakan kondisi tersebut kepada perawat yang berjaga.
    Namun, mereka hanya mendapat penjelasan singkat bahwa pembengkakan tersebut biasa terjadi akibat masalah pada pembuluh darah, dan dokter akan memberikan keterangan lebih lanjut.
    “Selang beberapa hari, tangannya ini makin lama, makin membesar dan menjadi pembusukan, pada tanggal 8 Mei membusuk,” ujarnya.
    Karena tak kunjung mendapat penanganan serius, keluarga memutuskan merujuk pasien ke RS Polri Kramat Jati. Pihak rumah sakit di Duren Sawit itu disebut mengantar pasien menggunakan ambulans.
    “Dari rumah sakit Polri itu, korban diantar memang oleh rumah sakit sebelumnya dengan ambulans diantar dengan diagnosa, tangannya ini diamputasi sampai pergelangan,” jelas Novi.
    Namun, tim medis di RS Polri Kramat Jati berupaya mempertahankan pergelangan tangan korban agar tidak diamputasi sepenuhnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kasus Dugaan Malapraktik di RS Duren Sawit Diklaim Berakhir Damai
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        8 Agustus 2025

    RS Duren Sawit Minta Dugaan Malapraktik Pasien yang Diamputasi Diselesaikan Kekeluargaan Megapolitan 7 Agustus 2025

    RS Duren Sawit Minta Dugaan Malapraktik Pasien yang Diamputasi Diselesaikan Kekeluargaan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Pihak rumah sakit di Duren Sawit, Jakarta Timur, meminta agar kasus dugaan malapraktik yang melibatkan pasien berinisial H (26) diselesaikan secara damai. 
    Kuasa hukum korban, Novi Delia, menjelaskan, pihaknya telah dua kali melayangkan somasi kepada pihak rumah sakit. Pihak korban dan rumah sakit pun telah bertemu usai dua kali melayangkan somasi.
    “Habis dari somasi kedua itulah terjadi pertemuan. Dia mengundang kami untuk bertemu, hasil pertemuan itu mereka ada iktikad baik,” jelas Novi saat dikonfirmasi, Kamis (7/8/2025).
    Dalam pertemuan itulah, lanjut Novi, pihak rumah sakit meminta agar kasus dugaan malapraktik ini diselesaikan secara kekeluargaan.
    “Mereka (Rumah Sakit) minta untuk diselesaikan secara musyawarah,” ungkap Novi.
    Novi menjelaskan, kliennya belum melaporkan dugaan malapraktik ini ke polisi karena masih menunggu pertanggungjawaban pihak rumah sakit.
    Apalagi, akibat dugaan malapraktik ini, H kehilangan empat jarinya yang diamputasi usai melahirkan.
    “Harus tanggung jawablah rumah sakit, korban sudah kehilangan jarinya,” ucap Novi.
    Hingga berita ini ditulis,
    Kompas.com
     masih berupaya menghubungi pihak rumah sakit untuk meminta konfirmasi, namun belum mendapat jawaban.
    Sebelumnya, seorang pasien berinisial H yang menjalani perawatan di salah satu rumah sakit di daerah Pondok Kopi, Duren Sawit, Jakarta Timur, diduga menjadi korban malapraktik.
    Akibatnya, H harus kehilangan empat jari tangan kirinya akibat diamputasi. Peristiwa ini terjadi pada Selasa (6/5/2025), tak lama setelah pasien melahirkan.
    Kuasa hukum korban, Novi Delia, menyampaikan, kliennya mengalami sesak napas beberapa jam setelah proses persalinan dan langsung mendapatkan penanganan medis.
    Kuasa hukum korban, Novi Delia, menyampaikan kliennya mengalami sesak napas beberapa jam setelah proses persalinan dan langsung mendapatkan penanganan medis.
    “Selang beberapa jam lahiran, pasien mengalami sesak nafas, diagnosanya karena
    shocked
    setelah lahiran, itu langsung dimasukkan ke ICU,” ucap Novi.
    Saat pasien dalam kondisi setengah sadar, pihak keluarga diminta menandatangani persetujuan untuk pemasangan ventilator.
    Keesokan harinya, pasien mulai sadar. Namun, A mengeluhkan rasa sakit pada tangan kirinya, tepat di bekas lokasi pemasangan infus.
    “Tantenya saat itu melihat, korban mengeluhkan juga nih tangannya sakit, karena bekas infus sudah dicabut, di sana, di bekas infusan itu, ada titik merah dan tangan mulai membengkak,” ungkap Novi.
    Keluarga pasien sempat menanyakan kondisi tersebut kepada perawat yang berjaga.
    Namun, mereka hanya mendapat penjelasan singkat bahwa pembengkakan tersebut biasa terjadi akibat masalah pada pembuluh darah, dan dokter akan memberikan keterangan lebih lanjut.
    “Selang beberapa hari, tangannya ini makin lama, makin membesar dan menjadi pembusukan, pada tanggal 8 Mei membusuk,” ujarnya.
    Karena tak kunjung mendapat penanganan serius, keluarga memutuskan merujuk pasien ke RS Polri Kramat Jati. Pihak rumah sakit di Duren Sawit itu disebut mengantar pasien menggunakan ambulans.
    “Dari rumah sakit Polri itu, korban diantar memang oleh rumah sakit sebelumnya dengan ambulans diantar dengan diagnosa, tangannya ini diamputasi sampai pergelangan,” jelas Novi.
    Namun, tim medis di RS Polri Kramat Jati berupaya mempertahankan pergelangan tangan korban agar tidak diamputasi sepenuhnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kasus Dugaan Malapraktik di RS Duren Sawit Diklaim Berakhir Damai
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        8 Agustus 2025

    Sebelum Diamputasi, Jari Pasien RS di Duren Sawit Bengkak Selama 3 Hari Megapolitan 7 Agustus 2025

    Sebelum Diamputasi, Jari Pasien RS di Duren Sawit Bengkak Selama 3 Hari
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Seorang pasien berinisial H (26), yang dirawat di salah satu rumah sakit di wilayah Duren Sawit, Jakarta Timur, diduga menjadi korban malapraktik hingga harus kehilangan empat jari tangan kirinya. Peristiwa itu terjadi pada Selasa (6/5/2025).
    Kuasa hukum korban, Novi Delia, menjelaskan sebelum amputasi dilakukan, jari-jari tangan korban sempat mengalami pembengkakan dan pembusukan setelah tiga hari dirawat di rumah sakit.
    Novi mengungkapkan, keluarga pasien sempat mempertanyakan kondisi tersebut kepada perawat yang bertugas.
    Namun, mereka hanya mendapat penjelasan pembengkakan itu merupakan hal biasa akibat masalah pada pembuluh darah.
    “Selang beberapa hari, tangannya ini makin lama, makin membesar dan menjadi pembusukan, pada 8 Mei membusuk,” ungkapnya.
    Setelah kondisi memburuk, pihak rumah sakit merujuk pasien untuk menjalani pemeriksaan CT scan di sebuah fasilitas kesehatan di Cempaka Putih. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya sumbatan pada pembuluh darah di tangan korban.
    “Cuma dilihat kalau ada penyumbatan, itu saja. Mereka enggak ada tindakan lain, hanya dikasih obat anti nyeri,” tuturnya.
    Karena tidak kunjung mendapat penanganan yang memadai, keluarga akhirnya memutuskan merujuk korban ke RS Polri Kramat Jati. Proses pemindahan dilakukan menggunakan ambulans dari rumah sakit sebelumnya.
    “Dari rumah sakit Polri itu, korban diantar memang oleh rumah Pondok Kopi, Duren Sawit. Itu dengan ambulans diantar, diagnosa awal tangannya ini diamputasi sampai pergelangan,” jelas Novi.
    Namun, dokter di RS Polri berupaya meminimalkan amputasi agar tidak sampai pergelangan tangan.
    “Iya, jari-jarinya. Nah, itulah yang diminimalisir, sama dokter itu, hanya ada yang satu ruas, ada yang dua ruas, hanya kelingking yang utuh,” ujarnya.
    Hingga berita ini ditulis,
    Kompas.com
    masih berupaya menghubungi pihak rumah sakit untuk meminta konfirmasi, namun belum mendapat tanggapan.
    Sebelumnya, Novi Delia menyampaikan bahwa kliennya mengalami sesak napas beberapa jam setelah proses persalinan dan langsung mendapatkan penanganan medis.
    “Selang beberapa jam lahiran, pasien mengalami sesak nafas, diagnosanya karena
    shocked
    setelah lahiran, itu langsung dimasukkan ke ICU,” ucap Novi.
    Saat pasien dalam kondisi setengah sadar, pihak keluarga diminta menandatangani persetujuan untuk pemasangan ventilator. Keesokan harinya, pasien mulai sadar.
    Namun, H mengeluhkan rasa sakit pada tangan kirinya, tepat di bekas lokasi pemasangan infus.
    “Tantenya saat itu melihat, korban mengeluhkan juga nih tangannya sakit, karena bekas infus sudah dicabut. Di sana, di bekas infusan itu, ada titik merah dan tangan mulai membengkak,” ungkap Novi.
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Adu Layangan di Senja BKT: Tempat Pria Dewasa Lepas Penat dan Sembuhkan Rindu Masa Lalu
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        7 Agustus 2025

    Adu Layangan di Senja BKT: Tempat Pria Dewasa Lepas Penat dan Sembuhkan Rindu Masa Lalu Megapolitan 7 Agustus 2025

    Adu Layangan di Senja BKT: Tempat Pria Dewasa Lepas Penat dan Sembuhkan Rindu Masa Lalu
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Suasana di atas Jembatan Banjir Kanal Timur (BKT), Duren Sawit, Jakarta Timur, selalu ramai orang-orang yang membawa benang gelasan dan layangan pada sore hari.
    Mereka bukan anak-anak, melainkan orang dewasa yang mencuri waktu untuk kembali ke kenangan masa kecil, yakni bermain layangan.
    Dari atas jembatan, mereka saling mengadu layangan di tengah langit terbuka.
    Rohmad (40), warga Buaran, Jakarta Timur, mengaku bahwa dirinya sengaja bermain layangan di kawasan BKT untuk melepas penat usai seharian bekerja.
    Ia mengaku baru pertama kali ikut bermain layangan di BKT. Sebelumnya, ia hanya menjadi penonton setiap kali berangkat atau pulang kerja.
    Menurut Rohmad, bermain layangan juga menjadi semacam “balas dendam masa kecil” yang belum terpenuhi.
    Ia mengenang masa kecilnya yang serba terbatas. Saat itu, ia hanya mampu membeli satu layangan. Permainan pun harus berhenti jika tali putus atau layangannya hilang.
    “Dulu waktu kecil cuma satu, kalau putus ya kita cari, kejar-kejar layangan. Kalau di sini beli empat layangan buat diadu, kalau habis ya pulang,” ucap Rohmad.
    Meski mengejar layangan adalah bagian dari keseruan, Rohmad mengaku tetap kesal jika layangan langsung putus setelah baru saja diterbangkan.
    “Waktu kecil mah, ngejar-ngejar seru saja, tapi kadang jengkel juga, baru naikin putus, layangan cuma satu. Kalau sekarang kan bisa beberapa lah beli,” katanya.
    Ridwan (20), warga Penggilingan, Jakarta Timur, mengaku lebih suka bermain layang-layang di kawasan BKT karena suasananya ramai dan aman.
    Ia menilai risiko jatuh ke kanal lebih kecil dibanding bermain di pinggir jalan yang rawan tertabrak kendaraan.
    “Ya, karena banyak main jadi ngadunya enak juga. Di sini juga enggak membahayakan karena kalau jatuh ke air. Kalau di jalan bahayanya kena kendaraan,” ungkap Ridwan.
    Meski biasanya hanya bermain saat akhir pekan, kali ini Ridwan menyempatkan diri bermain layangan sepulang kerja karena tengah pulang lebih awal.
    “Kalau biasanya hari libur Sabtu atau Minggu, nah ini baru main pas pulang kerja. Kebetulan tadi kerja bisa balik cepat, jadi mampir sebentar ngadu layangan,” ujarnya.
    Dalam sekali bermain, Ridwan biasanya membeli empat hingga lima layangan. Jika semua sudah habis, ia pun memutuskan untuk pulang.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Adu Layangan di Senja BKT: Tempat Pria Dewasa Lepas Penat dan Sembuhkan Rindu Masa Lalu
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        7 Agustus 2025

    Main Layangan di BKT, Cara Orang Dewasa Lepas Penat di Tengah Kesibukan Megapolitan 6 Agustus 2025

    Main Layangan di BKT, Cara Orang Dewasa Lepas Penat di Tengah Kesibukan
    Tim Redaksi
     
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Bermain layangan di kawasan Banjir Kanal Timur (BKT), Duren Sawit, Jakarta Timur, menjadi cara Rohmad (40), warga Buaran, melepas penat usai seharian bekerja.
    Rohmad mengaku baru pertama kali ikut bermain layangan di BKT. Sebelumnya ia hanya menjadi penonton setiap kali berangkat atau pulang kerja.
    “Enggak sih, ini baru pertama, kalau kerja atau pulang hanya melihat saja,” ungkap Rohmad saat ditemui, Selasa (5/8/2025).
    Berdasarkan pemantauan Kompas.com dari lokasi, sejumlah orang terlihat bermain layangan di beberapa titik sepanjang BKT.
    Keramaian terlihat di sekitar Jembatan Jalan Sawah Barat Dalam 1. Di lokasi tersebut tampak banyak warga bermain layangan, sebagian di antaranya mengajak anak-anak mereka.
    Beberapa pedagang layangan juga terlihat menjajakan dagangannya di sekitar area jembatan, menambah suasana khas sore hari di lokasi tersebut.
    Tidak hanya di sekitar jembatan, aktivitas bermain layangan juga tampak di bawah jembatan dan di sepanjang aliran kanal BKT.
    Menurut dia, bermain layangan juga menjadi semacam “balas dendam masa kecil” karena dulu ia hanya mampu membeli satu layangan.
    Kini, ia bisa membeli beberapa layangan untuk diadu.
    “Dulu waktu kecil cuma satu, kalau putus ya kita cari kejar-kejar layangan, kalau di sini beli empat layangan buat diadu, kalau habis ya pulang,” ucap Rohmad.
    Ia menambahkan bahwa terakhir kali bermain layangan saat pulang kampung ke Bandung. Sejak tinggal di Jakarta, ia jarang punya waktu atau kesempatan untuk itu.
    Hal senada disampaikan Ridwan (20), warga Penggilingan. Dia mengaku bermain layangan menjadi hiburan melepas stres setelah bekerja seharian di kantor.
    “Iya iseng, kalau dibilang sering enggak juga ya paling sebulan 2-3 kali main. Iya hiburan saja, hobi juga ini karena ya buat ngilangin stres kerjaan,” jelas Ridwan.
    Dia memilih kawasan BKT karena lokasinya ramai dan aman untuk bermain layangan. 
    “Ya karena banyak main, jadi ngadunya enak juga. Di sini juga enggak membahayakan karena kalau jatuh ke air, kalau di jalan bahayanya kena kendaraan,” kaya Ridwan.
    Ridwan menyebut kali ini pengalaman pertamanya bermain layangan sepulang kerja.
    “Kalau biasanya hari libur Sabtu atau Minggu, nah ini baru main pas pulang kerja. Kebetulan tadi kerja bisa balik cepat jadi mampir sebentar ngadu layangan,” ungkapnya.
    Ia menjelaskan bahwa ia hanya membawa benang dari rumah, sedangkan layangan dibeli langsung di lokasi.
    “Benang bawa sendiri, ini beli empat sampai lima layangan buat diadu, kalau habis pulang, sudah putus dua,” jelasnya.
     
     
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Senggolan di Jalan, Pengemudi Mitsubishi Pajero Sport Keluarkan Benda Mirip Senjata Api di Pondok Kopi

    Senggolan di Jalan, Pengemudi Mitsubishi Pajero Sport Keluarkan Benda Mirip Senjata Api di Pondok Kopi

    JAKARTA – Dua pengemudi mobil dan motor terlibat cek-cok mulut akibat bersenggolan di kawasan Banjir Kanal Timur (BKT), Pondok Kopi, Duren Sawit, Jakarta Timur.

    Kejadian itu terekam kamera amatir warga yang melintas dan diunggah akun Instagram @kabar.jaktim. Dari rekaman tersebut terlihat sejumlah warga mencoba melerai kedua pengemudi yang berselisih.

    “Sudah-sudah, bubar saja sudah,” ucap perekam video sambil berusaha memisahkan keributan tersebut.

    Dalam narasi video disebutkan bahwa pengemudi mobil diduga mengeluarkan senjata api jenis shotgun saat terjadi keributan.

    “Pengemudi mobil mengeluarkan senjata diduga shotgun di Jembatan BKT Pondok Kopi, Duren Sawit Jakarta Timur,” tulis keterangan video yang diunggah @kabar.jaktim.

    Narasi video juga menjelaskan, kejadian bermula ketika sepeda motor menabrak bagian belakang mobil Mitsubishi Pajero Sport. Namun, pengendara motor menolak disalahkan sehingga terjadi adu mulut.

    Menanggapi kejadian tersebut, Kapolsek Duren Sawit AKP Sutikno mengatakan, pihaknya belum dapat memastikan identitas kedua pengendara yang terlibat cekcok tersebut.

    “Kita sudah cek TKP, lebih jauh kita lakukan penyelidikan, siapa itu pemilik (shotgun) ya,” kata Kompol Sutikno saat dikonfirmasi, Senin, 4 Agustus 2025.

    Lebih lanjut Kompol Sutikno mengatakan, sampai saat ini belum ada pihak yang melaporkan kejadian tersebut secara resmi ke Polsek Duren Sawit.

    “Sampai saat ini yang bersangkutan, para pihak ini enggak ada yang buat laporan, jadi kami melakukan penyelidikan saja,” katanya.