kab/kota: Dukuh

  • KCI Sebut Stasiun Karet Tak Langsung Ditutup, Butuh Kajian Lebih Lanjut

    KCI Sebut Stasiun Karet Tak Langsung Ditutup, Butuh Kajian Lebih Lanjut

    Jakarta

    KAI Commuter Indonesia selaku pengelola kereta Commuter Line Basoetta tujuan Bandara Soekarno-Hatta, menegaskan tidak langsung menutup operasional Stasiun Karet dalam waktu dekat. Rencana integrasi Stasiun Karet dengan Stasiun BNI City disebut masih membutuhkan pembahasan mendalam.

    “Masyarakat maupun penumpang pengguna KRL masih dapat berhenti dan turun di Stasiun Karet. Rencana penutupan operasional Stasiun Karet belum akan dilakukan dalam waktu dekat,” kata VP Corporate Secretary KAI Commuter Joni Martinus, dalam keterangannya, Jumat (3/1/2025).

    Dia mengatakan masih dibutuhkan pembahasan mendalam dengan regulator dan berbagai pihak terkait terkait integrasi Stasiun Karet dengan Stasiun BNI City sebagai bagian dari rencana peningkatan layanan kepada penumpang.

    Dia mengatakan saat ini KAI Commuter juga tengah meningkatkan kualitas fasilitas sarana dan prasarana untuk penumpang di Stasiun BNI City. Joni mengatakan peningkatan kualitas dilakukan dengan memperbaiki dan meningkatkan kenyamanan selasar bagi pejalan kaki agar terlindung dari sengatan sinar matahari maupun hujan saat menuju ke stasiun.

    Tak hanya itu, KAI juga tengah membangun area bagi pelaku usaha, sehingga dapat mendukung pelaku UMKM. Joni mengatakan wacana integrasi Stasiun Karet dengan Stasiun BNI City di Kawasan Dukuh Atas Jakarta atas pertimbangan faktor keselamatan dan memangkas waktu tempuh kereta Commuter Line Basoetta dari Manggarai menuju Bandara Soekarno-Hatta (Soetta).

    Dengan pemangkasan waktu tempuh dari yang sebelumnya mendekati 1 jam menjadi sekitar 40 menit, diharapkan ke depannya Commuter Line Basoetta dapat meningkatkan kapasitas angkut penumpang. Menurut Joni, hal itu dilakukan KAI Commuter dalam mengantisipasi peningkatan jumlah penumpang pesawat yang menggunakan kereta dari Bandara Soetta menuju pusat Kota Jakarta dan sebaliknya.

    Proyeksi peningkatan jumlah penumpang tersebut, tak lepas dari lokasi strategis Stasiun Manggarai sebagai titik awal keberangkatan maupun Stasiun BNI City. Sebab, kedua stasiun tersebut memiliki konektivitas dan terintegrasi dengan beragam moda transportasi lainnya, seperti: Bus Transjakarta, KRL, MRT, LRT, hingga JakLingko.

    “Perlu dipahami oleh semua pihak, bahwa keputusan yang diambil KCI bertujuan untuk mendukung pergerakan penumpang, baik itu berupa ketepatan waktu keberangkatan dan ketibaan, waktu tempuh yang tidak lama, serta keamanan dan kenyamanan bagi penumpang kami,” tutup Joni.

    (jbr/whn)

  • Masih Butuh Kajian, KAI Pastikan Stasiun Karet Tidak Langsung Ditutup

    Masih Butuh Kajian, KAI Pastikan Stasiun Karet Tidak Langsung Ditutup

    Jakarta, CNN Indonesia

    KAI Commuter selaku pengelola kereta Commuter Line Basoetta tujuan Bandara Soekarno-Hatta, memastikan operasional Stasiun Karet tidak akan tutup dalam waktu dekat.

    Pernyataan disampaikan terkait wacana yang disampaikan oleh Menteri BUMN Erick Thohir.

    VP Corporate Secretary KAI Commuter Joni Martinus memaparkan rencana pengintegrasian Stasiun Karet dengan Stasiun BNI City sebagai bagian dari rencana peningkatan layanan kepada penumpang, masih dalam proses kajian, serta membutuhkan pembahasan mendalam dengan regulator dan berbagai pihak terkait.

    “Masyarakat maupun penumpang pengguna KRL masih dapat berhenti dan turun di Stasiun Karet. Rencana penutupan operasional Stasiun Karet belum akan dilakukan dalam waktu dekat,” tegas Joni dalam pernyataan resminya Jumat (03/1).

    Selain masih membutuhkan pendalaman dengan sejumlah pihak, saat ini KAI Commuter juga tengah meningkatkan kualitas fasilitas sarana dan prasarana untuk penumpang di Stasiun BNI City.

    Di antaranya dengan memperbaiki dan meningkatkan kenyamanan selasar bagi pejalan kaki agar terlindung dari sengatan sinar matahari maupun hujan saat menuju ke stasiun. Tak hanya itu, KAI juga tengah membangun area bagi pelaku usaha, sehingga dapat mendukung pelaku UMKM.

    Wacana pengintegrasian Stasiun Karet dengan Stasiun BNI City, di Kawasan Dukuh Atas, Jakarta, sebenarnya mempertimbangkan faktor keselamatan  dan bertujuan untuk memangkas waktu tempuh kereta Commuter Line Basoetta dari Manggarai menuju Bandara Soekarno-Hatta.

    Dengan pemangkasan waktu tempuh dari yang sebelumnya mendekati 1 jam menjadi sekitar 40 menit, diharapkan ke depannya Commuter Line Basoetta dapat meningkatkan kapasitas angkut penumpang.

    Menurut Joni, hal itu dilakukan KAI Commuter dalam mengantisipasi peningkatan jumlah penumpang pesawat yang menggunakan kereta dari Bandara Soetta menuju pusat Kota Jakarta dan sebaliknya.

    Sesuai data yang terangkum, dari sekitar 56 juta penumpang Bandara Soekarno-Hatta setiap tahunnya, dalam setahun terakhir (2024) sebanyak 1,5 juta penumpang yang menuju bandara menggunakan Commuter Line Basoetta.

    Dengan peningkatan layanan Commuter Line Basoetta ini ditargetkan dapat melayani sekitar 20% atau 10 juta orang dari total pengguna pesawat di Bandara Soekarno-Hatta.

    Proyeksi peningkatan jumlah penumpang tersebut, tak lepas dari lokasi strategis Stasiun Manggarai sebagai titik awal keberangkatan maupun Stasiun BNI City. Sebab, kedua stasiun tersebut memiliki konektivitas dan terintegrasi dengan beragam moda transportasi lainnya, seperti: Bus Transjakarta, KRL, MRT, LRT, hingga JakLingko.

    “Perlu dipahami oleh semua pihak, bahwa keputusan yang diambil KCI bertujuan untuk mendukung pergerakan penumpang, baik itu berupa ketepatan waktu keberangkatan dan ketibaan, waktu tempuh yang tidak lama, serta keamanan dan kenyamanan bagi penumpang kami,” tutup Joni.

    (agt/agt)

  • Fakta Stasiun Karet yang Mau Ditutup: Diakses 2.000 Penumpang per Jam

    Fakta Stasiun Karet yang Mau Ditutup: Diakses 2.000 Penumpang per Jam

    Bisnis.com, JAKARTA – KAI Commuter menjelaskan bahwa rencana penutupan Stasiun Karet dilandasi oleh pertimbangan keselamatan penumpang dan kerentanan akses menuju Stasiun Karet yang memicu kemacetan.

    “Faktor keselamatan menjadi pertimbangan utama [penutupan Stasiun Karet] karena dengan rangkaian sebanyak 12 gerbong KRL tidak preipal di perlintasan [rangkaian KRL akan menutup perlintasan],” ujar VP Corporate Secretary KAI Commuter Joni Martinus dikutip dari Antara, Jumat (3/1/2025).

    Joni menjelaskan bahwa dalam 1 jam, pengguna KRL yang masuk ke Stasiun Karet mencapai hampir 2.000 penumpang, dengan waktu tunggu pemberangkatan selama 10 menit.

    Volume pergerakan penumpang tersebut, kata Joni, setidaknya membutuhkan kapasitas ruang tunggu sebanyak 330 orang. Sementara itu, kapasitas hall Stasiun Karet saat ini hanya dapat menampung sekitar 150 orang. Hal ini dinilai menimbulkan risiko terhadap keselamatan pengguna.

    “Belum lagi akses menuju pintu masuk Stasiun Karet rentan memicu kemacetan lantaran berada dekat perlintasan sebidang,” kata dia.

    Sementara itu, apabila Stasiun Karet digabung dengan Stasiun BNI City, Joni meyakini para penumpang dapat menikmati fasilitas dan layanan yang optimal dengan keamanan yang terjamin. Terlebih, lokasi stasiun BNI City di Dukuh Atas sudah terintegrasi dengan beragam moda transportasi lainnya.

    Dalam upaya mengurangi waktu tempuh perjalanan kereta, saat ini KAI Commuter bersama PT KAI (Persero) tengah melakukan pembahasan dan koordinasi bersama Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan atau DJKA, untuk mengintegrasikan operasional Stasiun Karet dengan Stasiun BNI City.

    Sebab, berdasarkan riset dan pengamatan faktual yang dilakukan, posisi Stasiun Karet hanya berjarak 350 meter dari Stasiun BNI City.

    “Pengguna Commuter Line akan terlayani lebih baik di Stasiun BNI City yang selama ini baru melayani rata-rata 2.408 orang atau sebanyak 100 orang pengguna per jam setiap hari. Sedangkan dari sisi kapasitas maksimal, Stasiun BNI City dapat menampung penumpang sebanyak 2.000 pengguna setiap jamnya,” kata Joni.

    Dihubungi terpisah, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan masih mengkaji rencana penutupan Stasiun Karet di Jakarta Pusat. 

    “Masih kami kaji (rencana penutupan Stasiun Karet),” kata Direktur Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kemenhub Risal Wasal, dikutip dari Antara.

    Meski begitu, Risal tidak memberikan keterangan lebih lanjut mengenai rencana penutupan stasiun tersebut. Dirinya hanya hanya menyebut bahwa keterangan lebih lanjut akan disampaikan melalui Humas DJKA Kemenhub.

    “Nanti dikabari humas [informasi lanjutan],” ujar Risal.

  • KCI tutup Stasiun Karet demi keselamatan pengguna

    KCI tutup Stasiun Karet demi keselamatan pengguna

    Penumpang menunggu kereta berhenti di Stasiun Karet, Jakarta, Kamis (2/1/2025). Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan rencana penutupan Stasiun Karet pada tahun ini lantaran dinilai berdekatan dengan Stasiun BNI City dan sebagai upaya efisiensi pengembangan ekosistem perkeretaapian agar lebih optimal. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/rwa.

    KCI tutup Stasiun Karet demi keselamatan pengguna
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Jumat, 03 Januari 2025 – 12:52 WIB

    Elshinta.com – VP Corporate Secretary KAI Commuter Joni Martinus mengatakan penutupan Stasiun Karet dilandasi oleh pertimbangan keselamatan penumpang dan kerentanan akses menuju Stasiun Karet yang memicu kemacetan.

    “Faktor keselamatan menjadi pertimbangan utama (penutupan Stasiun Karet) karena dengan rangkaian sebanyak 12 gerbong KRL tidak preipal di perlintasan (rangkaian KRL akan menutup perlintasan),” ujar Joni di Jakarta, Jumat (3/1).

    Joni menjelaskan bahwa dalam satu jam, pengguna commuter line yang masuk ke Stasiun Karet mencapai hampir 2 ribu penumpang, dengan waktu tunggu pemberangkatan selama 10 menit.

    Hal itu, lanjut dia, membutuhkan kapasitas ruang tunggu sebanyak 330 orang. Padahal, saat ini, hall Stasiun Karet hanya dapat menampung sekitar 150 orang, yang dinilai menimbulkan risiko terhadap keselamatan pengguna.

    “Belum lagi akses menuju pintu masuk Stasiun Karet rentan memicu kemacetan lantaran berada dekat perlintasan sebidang,” kata dia.

    Sedangkan, apabila Stasiun Karet digabung dengan BNI City, Joni meyakini para penumpang dapat menikmati fasilitas dan layanan yang optimal dengan keamanan yang terjamin.

    Terlebih, lokasi stasiun BNI City di Dukuh Atas sudah terintegrasi dengan beragam moda transportasi lainnya.

    Dalam upaya mengurangi waktu tempuh perjalanan kereta, saat ini KAI Commuter bersama PT KAI (Persero) tengah melakukan pembahasan dan koordinasi bersama Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan atau DJKA, untuk mengintegrasikan operasional Stasiun Karet dengan Stasiun BNI City.

    Sebab, berdasarkan riset dan pengamatan faktual yang dilakukan, posisi Stasiun Karet hanya berjarak 350 meter dari Stasiun BNI City.

    “Pengguna Commuter Line akan terlayani lebih baik di Stasiun BNI City yang selama ini baru melayani rata-rata 2.408 orang atau sebanyak 100 orang pengguna per jam setiap hari.

    Sedangkan dari sisi kapasitas maksimal, Stasiun BNI City dapat menampung penumpang sebanyak 2.000 pengguna setiap jamnya,” kata Joni.

    Sumber : Antara

  • DJKA Kemenhub Masih Kaji Rencana Penutupan Stasiun Karet

    DJKA Kemenhub Masih Kaji Rencana Penutupan Stasiun Karet

    Bisnis.com, JAKARTA – Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan masih mengkaji mengenai rencana penutupan Stasiun Karet, Jakarta Pusat.

    “Masih kami kaji [rencana penutupan Stasiun Karet],” kata Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Risal Wasal dilansir dari Antara, Jumat (3/1/2025).

    Meski begitu, Risal tidak memberikan keterangan lebih lanjut mengenai rencana penutupan stasiun tersebut.

    Dirinya hanya hanya menyebutkan bahwa keterangan lebih lanjut akan disampaikan melalui Humas DJKA Kemenhub.

    “Nanti dikabari humas” (informasi lanjutan),” kata Risal pula.

    Sebelumnya, VP Corporate Secretary KAI Commuter Joni Martinus mengatakan penutupan Stasiun Karet dilandasi oleh pertimbangan keselamatan penumpang dan kerentanan akses menuju Stasiun Karet yang memicu kemacetan.

    “Faktor keselamatan menjadi pertimbangan utama (penutupan Stasiun Karet) karena dengan rangkaian sebanyak 12 gerbong KRL tidak preipal di perlintasan (rangkaian KRL akan menutup perlintasan),” ujar Joni ketika dihubungi dari Jakarta, Jumat.

    Joni menjelaskan bahwa dalam satu jam, pengguna commuter line yang masuk ke Stasiun Karet mencapai hampir 2 ribu penumpang, dengan waktu tunggu pemberangkatan selama 10 menit.

    Hal itu, ujar dia pula, membutuhkan kapasitas ruang tunggu sebanyak 330 orang. Padahal, saat ini, Hall Stasiun Karet hanya dapat menampung sekitar 150 orang, yang dinilai menimbulkan risiko terhadap keselamatan pengguna.

    “Belum lagi akses menuju pintu masuk Stasiun Karet rentan memicu kemacetan lantaran berada dekat perlintasan sebidang,” kata dia.

    Sedangkan, apabila Stasiun Karet digabung dengan BNI City, Joni meyakini para penumpang dapat menikmati fasilitas dan layanan yang optimal dengan keamanan yang terjamin.

    Terlebih, lokasi Stasiun BNI City di Dukuh Atas sudah terintegrasi dengan beragam moda transportasi lainnya.

    Dalam upaya mengurangi waktu tempuh perjalanan kereta, saat ini KAI Commuter bersama PT KAI (Persero) tengah melakukan pembahasan dan koordinasi bersama DJKA Kemehub, untuk mengintegrasikan operasional Stasiun Karet dengan Stasiun BNI City.

    Sebab, berdasarkan riset dan pengamatan faktual yang dilakukan, posisi Stasiun Karet hanya berjarak 350 meter dari Stasiun BNI City.

    “Pengguna Commuter Line akan terlayani lebih baik di Stasiun BNI City yang selama ini baru melayani rata-rata 2.408 orang atau sebanyak 100 orang pengguna per jam setiap hari,” kata Joni pula.

    “Sedangkan dari sisi kapasitas maksimal, Stasiun BNI City dapat menampung penumpang sebanyak 2.000 pengguna setiap jamnya,” ujar Joni.

    Sebelumnya, marak pemberitaan mengenai rencana kemungkinan penutupan Stasiun Karet. Hal itu disampaikan Menteri BUMN Erick Thohir saat meninjau kereta bandara di Stasiun BNI Jakarta, Rabu (1/1).

  • Wahyudi Tewas Tertimpa Batu Besar di Kali, Hanya Bagian Kakinya yang Terlihat – Halaman all

    Wahyudi Tewas Tertimpa Batu Besar di Kali, Hanya Bagian Kakinya yang Terlihat – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, BATANG – Wahyudi (37), Seorang pencari rumput ditemukan tewas di Kali Petung, Dukuh Sikidang, Desa Donorejo, Kecamatan Limpung, Kabupaten Batang, Kamis (2/1/2024) pagi. 

    Tubuh Wahyudi tertimpa baru besar, hanya bagian kakinya saja terlihat saat ditemukan.

    Warga Dukuh Jetis, Desa Gumawang, Kecamatan Pecalungan, Batang ini dikabarkan belum pulang sejak keluar dari rumah untuk mencari rumput, sejak Rabu (1/1/2024) pukul 10.00.

    Kepala Desa Donorejo, Aminudin menjelaskan, korban ditemukan pada Kamis pukul 06.30 WIB.

    “Lokasi (kejadian) sebenarnya itu masuk wilayah Desa Tembok di sebelah timur Kali Petung. Awalnya belum diketahui siapa korban yang tertimpa batu. Terus ada warga yang mencari anggota keluarganya yang belum pulang dari kemarin (Rabu lalu–Red),” kata Aminudin.

    Dari informasi pihak kerabat, korban berangkat mengarit rumput menggunakan motor, pada Rabu pukul 10.00 WIB.

    Sepeda motor yang digunakan korban, Yamaha Vega ZR, juga ditemukan tidak jauh dari lokasi kejadian.

    Di dekat motor itu terdapat tumpukan rumput gajah yang sudah rapi terpotong-potong.

    Proses evakuasi yang dilakukan petugas kepolisian, TNI, BPBD dan potensi SAR, menggunakan cara manual, pada pukul 09.30 WIB.

    Setelah diangkat dari lokasi, jenazah korban langsung dibawa ke Rumah Sakit Limpung untuk dilakukan pemeriksaan. (din)

  • Jalan Jenderal Sudirman-Thamrin Masih Lengang Pagi Ini
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        3 Januari 2025

    Jalan Jenderal Sudirman-Thamrin Masih Lengang Pagi Ini Megapolitan 3 Januari 2025

    Jalan Jenderal Sudirman-Thamrin Masih Lengang Pagi Ini
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Sejumlah ruas jalan di Jakarta Pusat masih terpantau lengang dua hari setelah libur Tahun Baru 2025.
    Pengamatan Kompas.com, Jumat (3/1/2025) sekitar pukul 07.05 WIB, Jalan MH Thamrin terlihat lebih kosong dari biasanya. Biasanya, ruas jalan ini sering terjadi kemacetan.
    Namun, pagi ini tidak adanya kemacetan yang berarti. Suasana jalan juga tampak sunyi tanpa bunyi klakson yang sering terdengar saat kemacetan terjadi.
    Pagi ini, dari perbatasan Jalan Medan Merdeka Barat, menyusuri Jalan MH Thamrin menuju Bundaran Hotel Indonesia bisa ditempuh dalam waktu kurang dari lima menit menggunakan motor.
    Selain di jalan, suasana di Halte Transjakarta Monumen Nasional (Monas) juga masih tampak sepi. Antrean penumpang terjadi hanya di beberapa pintu menuju bus, tapi kondisi di dalam halte tidak sepadat hari biasanya.
    Tak hanya itu, lalu lintas di sekitar kawasan Stasiun Karet juga tampak tidak seramai biasanya. Kepadatan mulai terlihat ketika kendaraan sudah melewati lampu merah Jalan Penjernihan 1 dan memasuki arah Jalan Jenderal Sudirman.
    Sementara, lalu lintas di Jalan Jenderal Sudirman dari arah Gedung DPR RI masih tampak sepi, tidak menimbulkan kemacetan yang berkepanjangan.
    Begitu juga dengan lalu lintas di Jalan Jenderal Sudirman dari arah Dukuh Atas, jumlah kendaraan yang melintas terpantau tidak menyebabkan antrean.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Anak Kereta Murka Stasiun Karet Hendak Ditutup Pindah ke BNI City

    Anak Kereta Murka Stasiun Karet Hendak Ditutup Pindah ke BNI City

    Jakarta

    Rencana pemerintah untuk menutup Stasiun Karet dan memindahkan operasionalnya ke Stasiun BNI City menuai protes keras dari para pengguna KRL, khususnya yang kerap menggunakan Stasiun Karet.

    Kemarahan netizen tumpah ruah di media sosial. Berbagai platform seperti Twitter, Instagram, dan Facebook dibanjiri komentar bernada kekecewaan dan protes.

    “Bni city justru deketnya ke sudirman, pemerintah harusnya juga liat seberapa banyak orang yg lebih sering gunain stasiun bni sama karet. Banyak orang yg turun dan naik di karet, otomatis kalo ditutup pasti rutinitas mereka berubah dan jaraknya bisa lebih jauh,” terang @nightfuryyyy.

    “Apa yang mereka tau tentang KRL? Sehari-hari aja pake mobil pribadi atau dinas. Coba dulu rasain naik KRL di rush hour. Karet sepadet itu mau lu tutup stasiunnya. Mending yg lu tutup Stasiun KRL BNI City, gak guna soalnya. Org mau intergrasi ke MRT dr Sudirman juga bisa,” ujar @doiebluesky.

    “Mereka pikir dekat karena surveynya naik kendaraan kali ya. Gw jalan dari BNI city ke karet wangi parfum gw udah ilang di jalan,” kata @lehugalu.

    “aku bingung deh buat keputusan keputusan kaya gini mereka pernah beneran ngerasain naik krl nya dulu gak ya? atau jalan dari bni city ke karetnya? terus dasarnya tuh apa? kenapa ya kita tuh harus dpt pelayan publik yang hasil keputusannya selalu bodoh? kaya? researchnya mana???.” @whisperingwon.

    “Nggak kebayang itu sepenuh apa kalau semuanya dijadiin satu di st. Sudirman karena sejujurnya st. BNI City & st. Sudirman bukan alternatif yang baik buat penutupan st. Karet,” tutur @asongforthesun.

    Alasan Stadiun Karet Ditutup Pindah ke BNI City

    Foto: Rifkianto Nugroho

    Rencana penutupan Stasiun Karet telah diungkapkan oleh Menteri BUMN, Erick Thohir, sebagai bagian dari upaya optimalisasi kereta bandara yang diharapkan dapat menampung hingga 10 juta penumpang per tahun. Jarak yang terlalu dekat antara Stasiun Karet dengan BNI City disebut sebagai alasan utama.

    Awalnya Erick menjelaskan soal kinerja kereta bandara yang kurang optimal dalam hal mengangkut penumpang. Sejauh ini, kereta bandara hanya mengangkut sekitar 1,5 juta penumpang per tahun dari potensi 10 juta penumpang.

    Ia lantas menyebut perlunya perbaikan di ekosistem kereta api untuk melakukan optimalisasi. Salah satu yang dicontohkan adalah rencana penutupan Stasiun Karet karena terlalu dekat dengan stasiun KRL lainnya.

    “Ini yang tadi dibilang kan bagaimana membangun ekosistem seperti tadi. Mungkin di (Stasiun) Karet, ditutup,” katanya di Stasiun BNI City, Jakarta Pusat, Rabu (1/1/2024), seperti dikutip detikFinance.

    Sementara itu, Direktur Pengembangan Usaha dan Kelembagaan PT KAI, Rudi As Aturridha membenarkan soal rencana tersebut. Pasalnya stasiun Karet dinilai berdekatan dengan stasiun BNI City.

    “Stasiun karet ditutup karena sudah dekat sekali dengan BNI City. Jadi kalau orang yang mau ke Karet, dia tinggal jalan aja. Kan kita udah buat yang selasarnya sampai dengan ke BNI City, sehingga trafiknya pun akan lebih cepat,” sebut Rudi.

    Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan rencana penutupan operasional Stasiun Karet yang berlokasi di Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Salah satu alasannya adalah karena jarak Stasiun Karet terlalu dekat dengan Stasiun BNI City sehingga kurang efisien. Foto: Rifkianto Nugroho

    Sementara itu VP Corporate Communication KAI Commuter, Joni Martinus, mengatakan melalui optimalisasi Stasiun BNI City diharapkan perjalanan kereta bandara bisa menjadi lebih singkat, dari sebelumnya total 56 menit menjadi 40 menit. Dengan begitu layanan ini dapat menjadi pilihan utama calon penumpang pesawat dalam menuju atau pulang dari bandara.

    Terlebih mengingat stasiun yang berlokasi di Dukuh Atas tersebut saat ini sudah terintegrasi dengan beragam moda transportasi lainnya. Di mana stasiun yang juga melayani naik turun penumpang Commuter Line atau KRL telah terintegrasi dengan Transjakarta, MRT, LRT, hingga JakLingko.

    “Hal itu sebagai solusi dari kemacetan di jalan raya menuju bandara. Dengan integrasi moda transportasi yang bermuara di Stasiun BNI City, penumpang diharapkan dapat menghemat waktu lebih banyak sehingga bisa sampai ke bandara tepat waktu,” kata Joni dalam keterangan resminya, Kamis (2/1/2024).

    Dalam upaya mengurangi waktu tempuh perjalanan kereta, saat ini KAI Commuter bersama PT KAI (Persero) tengah melakukan pembahasan dan koordinasi bersama Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan atau DJKA, untuk mengintegrasikan operasional Stasiun Karet dengan Stasiun BNI City.

    Sebab berdasarkan riset dan pengamatan faktual yang dilakukan, posisi Stasiun Karet hanya berjarak 350 meter dari Stasiun BNI City.

    “Pengguna Commuter Line akan terlayani lebih baik di Stasiun BNI City yang selama ini melayani rata-rata 2.408 orang atau sebanyak 100 orang pengguna per jam setiap hari. Dari sisi kapasitas maksimal, Stasiun BNI City pun dapat menampung penumpang sebanyak 2.000 pengguna setiap jamnya,” terangnya.

    Selain dapat menyingkat waktu perjalanan kereta, keberadaan Stasiun Karet dinilai sudah tidak layak. Berdasarkan data KAI, dalam satu jam pengguna Commuter Line yang masuk ke stasiun mencapai hampir 2 ribu penumpang, dengan waktu tunggu pemberangkatan selama 10 menit.

    Hal itu tentunya membutuhkan kapasitas ruang tunggu sebanyak 330 orang. Padahal, saat ini hall Stasiun Karet hanya dapat menampung sekitar 150 orang, yang membuatnya lebih beresiko terhadap keselamatan pengguna. Belum lagi akses menuju pintu masuk Stasiun Karet rentan memicu kemacetan lantaran berada dekat perlintasan.

    “Jika digabung ke Stasiun BNI City, maka penumpang dapat menikmati fasilitas dan layanan yang optimal, dan tentunya lebih aman. KAI Commuter sebagai pengelola Commuter Line berkomitmen menjadikan safety atau keselamatan pengguna sebagai prioritas,” tegas Joni

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Stasiun Karet Nggak Jadi Ditutup, Bakal Digabung dengan BNI City”
    [Gambas:Video 20detik]
    (afr/afr)

  • Pengamat Setuju Stasiun Karet Ditutup untuk Realisasikan Konsep TOD
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        3 Januari 2025

    Pengamat Setuju Stasiun Karet Ditutup untuk Realisasikan Konsep TOD Megapolitan 3 Januari 2025

    Pengamat Setuju Stasiun Karet Ditutup untuk Realisasikan Konsep TOD
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (INSTRAN)
    Deddy Herlambang
    mendukung penutupan
    Stasiun Karet
    untuk mewujudkan konsep
    Transit Oriented Development
    (TOD).
    “Setuju (ditutup). Kita mikirnya ke depan, jangan hari ini saja. Jarak dari ketiga stasiun itu dekat dan masuk dalam jangkauan TOD, enggak masalah,” ujar Deddy saat diwawancarai
    Kompas.com
    pada Kamis malam (2/1/2024).
    TOD adalah pengembangan yang mengintegrasikan ruang kota.
    Konsep ini bertujuan menyatukan orang, kegiatan bangunan, dan ruang publik melalui konektivitas yang mudah.
    Hal ini termasuk kemudahan berjalan kaki atau bersepeda, serta akses dekat ke angkutan umum.
    Deddy mengungkapkan bahwa kawasan Dukuh Atas telah dipersiapkan menjadi kawasan TOD.
    Di kawasan ini, hanya ada satu titik simpul, yaitu Stasiun Sudirman, yang akan menjadi pusat transit.
    Untuk mencegah overload penumpang di Stasiun Sudirman, pemberhentian KRL akan dibagi ke stasiun berikutnya, seperti BNI City dan Karet.
    Akan tetapi, jarak antara Stasiun Sudirman, BNI City, dan Karet sangat dekat.
    “Untuk RITJ, konsep maksimal jalan kakinya 500 meter. Sebenarnya, jarak antara Stasiun Sudirman lama dan Stasiun Karet sudah 500 meter. Itu sudah masuk kawasan TOD,” jelas Deddy.
    Jika Stasiun Karet ditutup, Deddy menilai hal itu tidak masalah.
    Penumpang dari Stasiun Karet masih bisa berjalan kaki menuju Stasiun BNI City atau Sudirman karena jaraknya aman.
    Namun, dia mencatat bahwa masalah utama adalah masyarakat Indonesia cenderung malas berjalan kaki.
    “Masyarakat kita kan malas berjalan kaki. Jalan 200 meter saja terasa jauh. 500 meter juga dianggap jauh, sehingga mereka memilih naik ojol. Itu kan lucu,” kata Deddy.
    Deddy berharap ada perubahan ke depan agar masyarakat Indonesia lebih memanfaatkan angkutan umum.
    “Ada perubahan ke depan untuk mengedepankan angkutan umum, angkutan massal, dan non-motoris transportasi dengan berjalan kaki,” tegasnya.
    Dia juga mencontohkan negara tetangga, seperti Hongkong dan Jepang, di mana masyarakatnya terbiasa berjalan kaki.
    “Di Hongkong dan Tokyo, orang-orang berjalan kaki. Mereka turun di stasiun bawah tanah dan naik ke atas dengan berjalan kaki. Itu tidak masalah,” ujar Deddy.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Rencana Penutupan Stasiun Karet, Pengamat: Alasannya Tidak Tepat
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        3 Januari 2025

    Rencana Penutupan Stasiun Karet, Pengamat: Alasannya Tidak Tepat Megapolitan 3 Januari 2025

    Rencana Penutupan Stasiun Karet, Pengamat: Alasannya Tidak Tepat
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (INSTRAN)
    Deddy Herlambang
    menilai alasan
    Menteri BUMN
    Erick Tohir untuk menutup
    Stasiun Karet
    demi memaksimalkan Stasiun BNI City tidak tepat.
    “Sebenarnya, alasan menteri itu tidak tepat kalau untuk memaksimalkan Stasiun BNI City,” ujar Deddy saat diwawancarai
    Kompas.com
    , Kamis malam (2/1/2024).
    Deddy menyatakan bahwa jika Stasiun Karet ditutup, maka alasan yang lebih tepat adalah untuk merealisasikan
    Transit Oriented Development
    (TOD) di Dukuh Atas.
    Ia menjelaskan bahwa perencanaan Dukuh Atas sudah sesuai dengan Rencana Induk Transportasi Jabodetabek (RITJ).
    “Di Dukuh Atas itu harusnya hanya ada satu titik simpul. Jadi, yang jelas hanya ada Stasiun Sudirman,” ungkap Deddy.
    Ia menambahkan bahwa jarak antara Stasiun Sudirman dan Stasiun Karet tidak terlalu jauh.
    Dengan adanya Stasiun BNI City, jarak antar stasiun menjadi semakin dekat.
    Oleh karena itu, jika menerapkan TOD, penutupan Stasiun Karet seharusnya bisa dilakukan.
    “Kalau untuk RITJ, konsep maksimal jalan kakinya 500 meter. Sebenarnya, antara Stasiun Sudirman lama dengan Stasiun Karet sudah 500 meter, sudah masuk kawasan TOD,” kata Deddy.
    Deddy menjelaskan bahwa penerapan konsep TOD bertujuan untuk memaksimalkan penggunaan angkutan umum serta meningkatkan transportasi non-motoris seperti berjalan kaki dan bersepeda.
    Jika TOD di kawasan itu direalisasikan, titik simpulnya akan berada di Stasiun Sudirman.
    “Titik simpulnya ada di Stasiun Sudirman. Mengapa Stasiun Sudirman? Karena di sana akan terjadi HUB, yang merupakan proses transit besar,” terang Deddy.
    Namun, untuk mencegah terjadinya overload penumpang, penghentian KRL sebaiknya dilakukan di Stasiun BNI City.
    “Mengapa penghentian KRL itu di BNI City? Untuk mencegah overload. Sejak 2023, LRT Jabodebek beroperasi sehingga ada peningkatan volume penumpang. Karena sudah overload, makanya dipindah ke BNI City,” ucap Deddy.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.