kab/kota: Dukuh

  • LRT Jabodebek Hadirkan Beragam Pilihan Pembayaran: KMT, Tapcash, Flazz, Brizzi, JakCard, LinkAja – Halaman all

    LRT Jabodebek Hadirkan Beragam Pilihan Pembayaran: KMT, Tapcash, Flazz, Brizzi, JakCard, LinkAja – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – LRT Jabodebek menghadirkan beragam pilihan pembayaran yang dapat memenuhi berbagai preferensi pengguna, mulai dari kartu hingga pembayaran digital.

    Ini merupakan upaya untuk memberikan pengalaman perjalanan yang nyaman dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

    Pengguna LRT Jabodebek dapat melakukan pembayaran menggunakan berbagai jenis kartu, seperti Kartu Multi Trip (KMT), kartu uang elektronik dari bank seperti e-Money, Tapcash, Flazz, Brizzi, dan JakCard.

    Selain itu, pengguna yang lebih menyukai pembayaran digital juga dapat menggunakan aplikasi Access by KAI dan LinkAja.

    Dengan pilihan yang beragam ini, setiap pengguna dapat memilih metode pembayaran yang paling nyaman dan praktis.

    “Kami memahami bahwa setiap pengguna memiliki kebutuhan dan preferensi yang berbeda. Oleh karena itu, kami menyediakan berbagai opsi pembayaran untuk memastikan beragam pengguna dapat menikmati perjalanan dengan mudah dan tanpa hambatan,” ujar Executive Vice President LRT Jabodebek, Mochamad Purnomosidi, dikutip dari siaran pers KAI, Jumat (17/1/2025).

    Perlu diketahui, untuk menggunakan layanan LRT Jabodebek, saldo minimum yang harus tersedia di kartu adalah Rp10.000.

    Sedangkan pengguna aplikasi LinkAja diharapkan memastikan saldo minimum sebesar Rp 20.000 untuk dapat melakukan pembayaran perjalanan LRT Jabodebek dengan lancar.

    Nantinya, pengisian saldo kartu dapat dilakukan di loket stasiun untuk KMT, serta melalui berbagai kanal lainnya seperti mobile banking, minimarket, dan ATM untuk kartu uang elektronik bank.

    Beberapa stasiun LRT Jabodebek juga menyediakan layanan pengisian saldo, termasuk di Stasiun Jatimulya, Bekasi Barat, Cikunir 1, Jatibening Baru, Halim, TMII, Cawang, Pancoran bank bjb, Harjamukti, Cikoko, Kuningan, dan Dukuh Atas BNI.

    Tarif Perjalanan LRT Jabodebek

    Tarif perjalanan LRT Jabodebek menggunakan sistem berbasis jarak tempuh.

    Pada jam sibuk (Peak Hour), tarif dasar dimulai dari Rp 5.000 dengan kenaikan Rp 700 per kilometer, dan tarif maksimum sebesar Rp 20.000.

    Sementara itu, pada jam non-sibuk (Off-Peak Hour), tarif maksimum hanya Rp 10.000.

    Sabtu, Minggu, dan hari libur nasional juga diberlakukan tarif Off-Peak Hour untuk memberikan perjalanan yang lebih terjangkau bagi masyarakat.

    Sepanjang tahun 2024, sejumlah 96 persen pengguna LRT Jabodebek memilih menggunakan KMT dan kartu uang elektronik sebagai metode pembayaran utama mereka.

    Sementara itu, pembayaran digital melalui aplikasi seperti Access by KAI dan LinkAja mencatatkan kontribusi sebesar 4 persen. 

    LRT Jabodebek juga memberikan solusi untuk kendala teknis terkait pembayaran, petugas Passenger Service di stasiun siap membantu menyelesaikan kendala tersebut.

    “Keberagaman pilihan pembayaran adalah salah satu upaya kami untuk memberikan pengalaman perjalanan yang menyenangkan bagi semua pengguna. Dengan berbagai opsi yang tersedia, kami berharap setiap orang dapat menikmati layanan LRT Jabodebek dengan lebih mudah,” papar Purnomosidi.

    (Tribunnews.com/Latifah)

  • 9
                    
                        Puluhan Siswa SD Keracunan Usai Santap Makan Bergizi Gratis, BGN: Ini Jadi Bahan Evaluasi
                        Nasional

    9 Puluhan Siswa SD Keracunan Usai Santap Makan Bergizi Gratis, BGN: Ini Jadi Bahan Evaluasi Nasional

    Puluhan Siswa SD Keracunan Usai Santap Makan Bergizi Gratis, BGN: Ini Jadi Bahan Evaluasi
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Usai insiden keracunan 40 orang penerima manfaat
    makan bergizi gratis
    di Sekolah Dasar (SD) Negeri Dukuh 03, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Kepala Badan Gizi Nasional (
    BGN
    )
    Dadan Hindayana
    memastikan insiden itu tidak akan terjadi lagi.
    “Ini menjadi bahan evaluasi agar lebih berhati-hati dalan mengolah makanan,” kata Danan kepada
    Kompas.com
    , Kamis (16/1/2025) malam.
    Ke depannya, Dadan berjanji akan menerapkan standar tinggi dalam pengolahan makanan agar hal serupa tak terulang lagi.
    “Standar tinggi tetap harus menjadi acuan,” ujarnya.
    Adapun keracunan terjadi pada 40 siswa yang memakan ayam marinasi dalam
    menu makan bergizi gratis
    .
    Namun, siswa yang keracunan tersebut sudah diobati dan kembali ceria. Bahkan, menu ayam marinasi tersebut sudah diganti dengan menu lainnya.
    “40 orang makan ayam yang dimarinasi. Setelah tahu ada yang mual, semua ayam ditarik dan diganti telur,” kata Dadan.
    “Yang mual-mual ditangani petugas dan diobati dan sudah ceria kembali,” ujarnya lagi.
    Dadan mengungkapkan, peristiwa keracunan itu bisa saja terjadi lantaran adanya ketidaksesuaian dalam teknis pengolahan menu.
    Kendati demikian, Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) bekerja cepat dengan langsung menarik menu tersebut.
    Dengan demikian, penerima manfaat lainnya tidak mengalami hal serupa seperti 40 siswa sebelumnya.
    “(Karena) Teknis pengolahan. Tapi menu ayam krispi itu ditarik untuk yang lain dan diganti telur rebus. Dan yang lain tidak mengalami seperti 40 orang,” kata Dadan.
    Sebelumnya, 40 siswa di Sekolah Dasar (SD) Negeri Dukuh 03, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah mengalami mual, muntah, dan pusing setelah mengonsumsi
    menu Makan Bergizi Gratis
    (MBG) pada Kamis, 16 Januari 2025.
    Mereka diduga mengalami keracunan akibat program makan bergizi gratis. Kepala Puskesmas Sukoharjo Kota, Kunari Mahanani mengonfirmasi kejadian itu. Tetapi, para siswa tidak sampai dirujuk ke rumah sakit.
    “Sudah kita tangani, obati, kita observasi hasilnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” kata Kunari.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 40 Siswa SDN Sukoharjo Keracunan Usai Santap MBG, Istana: Evaluasi Penting untuk BGN – Page 3

    40 Siswa SDN Sukoharjo Keracunan Usai Santap MBG, Istana: Evaluasi Penting untuk BGN – Page 3

    Sebelumnya, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengungkapkan sebanyak 40 siswa SDN Dukuh 03 Sukoharjo, Jawa Tengah, keracunan usai menyantap makan bergizi gratis (MBG). Mereka mual-mual usai memakan ayam krispi.

    “Sebanyak 40 orang makan ayam yang dimarinasi. Setelah tahu ada yang mual semua ayam ditarik dan diganti telur,” ujar Dadan kepada wartawan, Kamis (16/1/2025).

    Dadan menyebut puluhan siswa yang keracunan telah ditangani oleh tenaga medis. Kini semua siswa sudah dalam kondisi sehat. “Yang mual-mual ditangani petugas dan diobati, dan sudah ceria kembali,” kata Dadan.

    Menurut Dadan, ada kesalahan teknis pengolahan pada ayam krispi tersebut. Namun, ia belum bisa menjelaskan lebih lanjut dan masih melakukan pendalaman.

    Dadan melanjutkan, setelah kedapatan puluhan siswa mual-mual, menu ayam krispi ditarik dan diganti telur rebus.

    “Detail menyusul ya, tapi menu ayam krispi itu ditarik untuk yang lain dan diganti telur rebus, dan yang lain tidak mengalami seperti 40 orang,” kata Dadan.

  • Makan Bergizi Gratis Basi dan Tidak Matang, Temuan di Sukoharjo dan Nunukan
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        17 Januari 2025

    Makan Bergizi Gratis Basi dan Tidak Matang, Temuan di Sukoharjo dan Nunukan Regional 17 Januari 2025

    Makan Bergizi Gratis Basi dan Tidak Matang, Temuan di Sukoharjo dan Nunukan
    Editor
    JAKARTA, KOMPAS.com –  
    Pelaksanaan
    makan bergizi gratis
    (
    MBG
    ) tak selalu berjalan mulus. Menu makanan MBG yang tidak matang ditemukan di Sukoharjo, Jawa Tengah. Sementara, di Nunukan, Kalimantan Utara ditemukan makanannya sudah basi.
    Kejadian ini berlangsung di pekan yang sama.
    Badan Gizi Nasional (BGN) mengakui kejadian yang merugikan siswa itu. Kepala BGN Dadan Hindayana mengatakan, kemungkinan ada ketidaksesuaian dalam teknis pengolahan menu.
    Bagaimana kejadian lengkapnya?
    Puluhan murid dan sejumlah guru SDN 03 Nunukan Selatan, Nunukan, Kalimantan Utara, mengalami diare, diduga akibat menu MBG yang disajikan Senin (13/1/2025) lalu.
    Pihak sekolah menduga, kejadian tersebut karena ada lauk yang sudah basi dalam menu ayam kecap yang disajikan.
    Kepala Sekolah SDN 03 Nunukan Selatan, Hairuddin, mengatakan, pihak penyedia/dapur, mengolah makanannya dengan dua kali masak.
    Masakan pertama, dilakukan menjelang Subuh, dan diperuntukkan bagi anak anak sekolah pagi.
    Selanjutnya, masakan pukul 09.00 wita, untuk dibagikan kepada anak anak yang mendapat jatah jam sekolah siang.
    ‘’Kami, pihak sekolah menduga, menu pengantaran makan pagi yang tidak habis, dibagikan untuk menu pengantaran siang. Karena memang ada lauk yang basi, ada juga yang masih bagus,’’ ujar Hairudin, saat dihubungi, Kamis (16/1/2025).
    Dugaan tersebut, berdasarkan sejumlah pengakuan murid murid yang mengalami diare, yang menceritakan peristiwa tersebut ke orang tuanya.
    Meski begitu, tidak sedikit juga murid yang tidak terkena diare.
    ‘’Yang tidak mengalami diare, mungkin kebagian lauk yang bagus,’’ kata Hairuddin lagi.
    Gejala perut mual dan berak berak, baru dialami para murid dan beberapa guru, menjelang malam.
    Kondisi bersamaan tersebut, membuat kecurigaan akibat menu MBG menguat.
    ‘’Pihak sekolah sudah memanggil penanggung jawab dapur, pengawas, Bhabinsa dan perwakilan BGN kemarin. Kita rapatkan masalah ini,’’ imbuhnya.
    Dari pertemuan tersebut, pihak SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi), berjanji akan menjadikan peristiwa ini sebagai evaluasi dan memperbaiki pelayanan mereka.
    Sementara itu, puluhan siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri Dukuh 03, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah (Jateng), mengalami keracunan setelah mengkonsumsi menu MBG, pada Kamis (16/1/2025).
    Kepala Puskesmas Sukoharjo Kota Kunari Mahanani mengatakan, para siswa berjumlah sekitar 50 anak yang mengalami keracunan.
    “Yang terkena itu istilahnya cuma mual muntah dan pusing, tidak sampai dirujuk ke rumah sakit. Sudah kita tangani, obati, kita observasi hasilnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” kata Kurnari Mahanani, setelah pemeriksaan.
    Dikatannya, diduga penyebab keracunan karena makanan yang dikonsumsi kurang matang.
    Kurnari menjelaskan, pengelola Satuan Pelaksanaan Pemenuhan Gizi (SPPG) dari Kodim 0726 Sukoharjo, telah mengakui jika menu ayam kurang matang.
    “Biasanya kalau kurang matang kalau dari bau tidak, kalau dari bentuk tidak juga, istilahnya teksturnya agak gimana gitu, jadi anak langsung mengeluh sakit perut,” paparnya.
    Kepala SD Negeri Dukuh 03, Lilik Kurniasih, mengatakan keracunan terjadi pada Kamis (16/1/2025), 09.30 WIB.
    Adapun menu pada hari ini yakni nasi putih, ayam tepung, tumis wortel tahu, buah naga dan susu.
    “Ada yang merasa mual, pusing dan ada satu anak yang mutah,” kata Lilik Kurniasih.
    Selain itu, sejumlah anak yang keracunan tersebut merupakan siswa dari kelas 1 hingga 6.
    Setelah mengalami sejumlah gejala tersebut, pihak sekolah langsung menghubungi tim SPPG dan kesehatan dari Puskesmas Sukoharjo Kota. Serta dilakukan penarikan makanan yang tersisa.
    “Tadi langsung ditangani oleh petugas, dan langsung diberi obat. Alhamdulillah langsung tertangani,” ungkapnya.
    Kepala BGN Dadan Hindayana mengatakan, keracunan tersebut mungkin disebabkan ketidaksesuaian dalam teknis pengolahan menu.
    Kendati demikian, katanya, SPPG bertindak cepat mengganti menu ayam dengan telur rebus untuk mencegah makin banyaknya siswa jadi korban.
    Kepala Sekolah Hairuddin berharap, kasus ini menjadi perhatian serius semua pihak yang bertanggung jawab atas program nasional ini.
    ‘’Jangan sampai program yang bertujuan mulia, tercoreng akibat peristiwa yang seharusnya tidak perlu terjadi, seperti kejadian di SDN 03 Nunukan Selatan,’’ kata Hairuddin.
    (Penulis: Kiki Safitri, Ahmad Dzulviqor, Fristin Intan Sulistyowati I Editor: Robertus Bellarminus, Ferril Dennys, Sari Hardiyanto)
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Istana Tegaskan 40 Siswa yang Keracunan Makanan Program MBG Telah Membaik – Halaman all

    Istana Tegaskan 40 Siswa yang Keracunan Makanan Program MBG Telah Membaik – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Istana melalui Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi buka suara soal makanan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang bermasalah di Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Dukuh, Kecamatan/Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

    Menurut Hasan, 40 anak yang mengalami pusing dan muntah setelah makan ayam marinasi dari program MBG tersebut telah diobati.

    “Ada kejadian di salah satu sekolah yang dilayani oleh SPPG di Sukoharjo. 40 anak yang memakan ayam yang dimarinasi mengalami mual dan muntah-muntah. Anak-anak ini sudah ditangani dan diobati di puskesmas terdekat dan keadaannya sudah kembali membaik,” kata Hasan melalui keterangan tertulisnya, Kamis, (16/1/2025).

    Menurutnya berdasarkan SOP, apabila ada suatu kejadian dalam program MBG, maka pihak sekolah melapor ke Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG dan puskesmas.

    “(Kemudian) makanan langsung ditarik oleh SPPG dan kemudian diganti dengan menu lain,” katanya.

    SOP lainnya yang diterapkan oleh Badan Gizi Nasional (BGN) adalah bahwa di setiap SPPG harus menyimpan sampel makanan selama 2×24 jam.

    “Sehingga kalau ada kejadian yang tidak diinginkan, seperti yang terjadi di Sukoharjo, penyebabnya bisa dilacak dengan cermat,” katanya.

    Saat ini menurut dia sampel makanan yang disiapkan di SPPG tersebut sedang diperiksa oleh Dinas Kesehatan. Peristiwa yang terjadi di Sukoharjo tersebut kata Hasan akan menjadi evaluasi bagi BGN.

    “Kejadian semacam ini akan menjadi evaluasi yang amat penting bagi BGN untuk memperketat pelaksanaan SOP dalam setiap rantai proses penyiapan MBG. Sehingga kualitas dan kehigienisan makanan bisa terjamin,” pungkasnya.

  • Menu Ayam Program MBG di SD N 3 Dukuh Sukoharjo Langsung Ditarik, Buntut Siswa Alami Mual dan Pusing – Halaman all

    Menu Ayam Program MBG di SD N 3 Dukuh Sukoharjo Langsung Ditarik, Buntut Siswa Alami Mual dan Pusing – Halaman all

    Kepala Badan Gizi Nasional (BGN ) Dadan Hindayana menegaskan pihaknya langsung menarik menu makanan program MBG di SDN 3 Dukuh Sukoharjp

    Tayang: Jumat, 17 Januari 2025 00:33 WIB

    Tribunnews/Mario Christian Sumampow

    Ilustrasi menu program Makan Bergizi Gratis (MBG). 

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kepala Badan Gizi Nasional (BGN ) Dadan Hindayana menegaskan pihaknya langsung menarik menu makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Dukuh, Kecamatan/Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah yang diduga bermasalah.

    Makanan tersebut diduga menyebabkan setidaknya 40 siswa merasakan mual dan pusing.

    “Setelah tahu ada yang mual semua ayam ditarik,” kata Dadan kepada wartawan, Kamis, (16/1/2025).

    Pihaknya memastikan, bahwa peristiwa tersebut terjadi akibat teknik pengolahan ayam yang kurang baik.

    Sumber protein pada menu makanan tersebut kemudian diganti dengan telur .

    “ (Masalah) teknis pengolahan detilnya menyusul ya, tapi menu ayam krispi itu ditarik untuk yang lain dan diganti telur rebus,” katanya.

    Dadan mengatakan terdapat kurang lebih 40 siswa yang mengalami mual dan pusing. Para siswa tersebut langsung diperiksa dan diobati.

    Seusai ditangani kata dia, para siswa kondisinya membaik.

    “Yang mual-mual ditangani petugas dan diobati dan sudah ceria kembali,” pungkasnya.

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’1′,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Banyak Siswa Keracunan di Sukoharjo, Badan Gizi Nasional Ganti Menu Makan Bergizi Gratis

    Banyak Siswa Keracunan di Sukoharjo, Badan Gizi Nasional Ganti Menu Makan Bergizi Gratis

    Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana memastikan telah melakukan pertolongan pertama terhadap 40 siswa SDN Dukuh 03 Sukoharjo, Jawa Tengah yang keracunan usai menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG).

    Dia menyebut bahwa pihaknya telah menarik menu yang disajikan, yakni ayam untuk diganti telur rebus.

    “Setelah tahu ada yang mual semua ayam ditarik dan diganti telur,” ujarnya kepada wartawan melalui pesan teks, Kamis (16/1/2025).

    Selain menarik menu, Dadan melanjutkan setiap korban juga telah menerima penanganan oleh tenaga medis dan dipastikan semua siswa dalam kondisi sehat.

    “Yang mual-mual ditangani petugas dan diobati, dan sudah ceria kembali,” ucapnya.

    Meski begitu, Dadan mengaku belim mengetahui alasan keracunan tersebut. Entah adanya zat berbahaya atau kesalahan pengolahan dalam pembuatan ayam krispi. 

    Dadan menekankan bahwa instansinya masih melakukan pendalaman lebih lanjut untuk mengetahui alasan keracunan.

    “Detail menyusul ya. Tapi menu ayam krispi itu ditarik untuk yang lain dan diganti telur rebus, dan yang lain tidak mengalami seperti 40 orang,” tandas Dadan.

    Sebelumnya, sebanyak 40 siswa SDN Dukuh 03 Sukoharjo mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi menu MBG. Para siswa mengalami gejala mual, pusing usai menyantap menu MBG berupa ayam tepung krispi.

  • Enam Desa di Magetan Bakal Gelar Pilkades 2025, Berpotensi Bertambah

    Enam Desa di Magetan Bakal Gelar Pilkades 2025, Berpotensi Bertambah

    Magetan (beritajatim.com) – Enam desa di Magetan bakal menggelar pemilihan kepala desa (Pilkades) pada 2025 ini. Rencana ini muncul dalam rapst dengar pendapat (RDP) Komisi A DPRD Magetan bersama Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD), Kamis (16/1/2025).

    Kepala DPMD Magetan Eko Muryanto mengatakan, pihaknya memastikan enam desa bakal menggelar pilkades tahun ini. Lantaran posisi kades kosong.

    “Dari enam desa ini berpotensi bertambah. Anggaran sudah kami siapkan. Tadi kami juga sudah sampaikan ke DPRD. Namun, memang menunggu proses tahapan Pilkada yang belum usai. Kami menunggu bupati definitif dilantik,” katanya.

    Enam desa diantaranya, Desa Patihan Kecamatan Karangrejo, Desa Bangunasri Kecamatan Barat, Desa Dukuh Kecamatan Lembeyan, Desa Garon Kecamatan Kawedanan, Desa Soco Kecamatan Bendo, dan Desa Kiringan Kecamatan Takeran.

    Sementara, dua desa yang masih wacana yakni Desa Mategal Kecamatan Parang, karena kades mundur dan masih menunggu SK Pemberhentian, kemudian Desa Ngariboyo Kecamatan Ngariboyo yang saat ini menjalani proses hukum karena dugaan korupsi. Jika sudah inchracht, maka akan diproses untuk pilkades.

    Terpisah, Ketua Komisi A DPRD Magetan Gaguk Arif Sujatmiko mengatakan pihaknya sudah mendengarkan penjelasan dari DPMD terkait rencana Pilkades.

    “Memang diperkirakan ada delapan desa ya. Anggaran siap, dan harus menunggu dilantiknya Bupati definitif. Kemudian, apakah nanti e-voting maupun manual, menunggu perintah kepala daerah nanti ya,” katanya.

    Gaguk mengatakan tahapan akan berjalan sekitar empat bulan. Dia mengharap Pilkades bisa dilaksanakan pada September 2025.

    “Semoga tidak ada lagi yang bertambah ya. Saya harapkan kades-kades sehat wal afiat dan tidak ada perkara hukum, sehingga bisa memerintah sampai masa jabatannya berakhir,” pungkasnya. [fiq/suf]

  • Makan Bergizi Gratis Basi dan Tidak Matang, Temuan di Sukoharjo dan Nunukan
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        17 Januari 2025

    BGN Benarkan Ada Pelajar Keracunan Usai Mengonsumsi Makan Bergizi Gratis Nasional 16 Januari 2025

    BGN Benarkan Ada Pelajar Keracunan Usai Mengonsumsi Makan Bergizi Gratis
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Kepala Badan Gizi Nasional,
    Dadan Hindayana
    , mengonfirmasi adanya insiden keracunan yang melibatkan 40 orang akibat konsumsi ayam marinasi dalam program
    makan bergizi gratis
    (MBG).
    Dadan mengatakan, seluruh warga yang mengalami keracunan tersebut telah diobati dan kini dalam kondisi baik.
    “40 orang makan ayam yang dimarinasi. Setelah tahu ada yang mual, semua ayam ditarik dan diganti telur,” kata Dadan, saat dihubungi, pada Kamis (16/1/2025).
    Dadan mengindikasikan bahwa keracunan tersebut mungkin disebabkan oleh ketidaksesuaian dalam teknis pengolahan menu.
    Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) bertindak cepat dengan menarik menu ayam marinasi dan menggantinya dengan telur rebus untuk mencegah kejadian serupa pada penerima manfaat lainnya.
    “Teknis pengolahan. Tapi menu ayam krispi itu ditarik untuk yang lain dan diganti telur rebus. Dan yang lain tidak mengalami seperti 40 orang,” ujar dia.
    Sebelumnya, insiden ini terjadi pada Senin (13/1/2025), ketika puluhan murid dan beberapa guru dari SDN 03 Nunukan Selatan, Nunukan, Kalimantan Utara, mengalami diare yang diduga disebabkan oleh menu MBG.
    Kepala Sekolah SDN 03 Nunukan Selatan, Hairuddin, mengatakan, pihak sekolah menduga penyebabnya adalah lauk yang sudah basi dalam menu ayam kecap yang disajikan.
    “Kami menduga, menu pengantaran makan pagi yang tidak habis, dibagikan untuk menu pengantaran siang. Karena memang ada lauk yang basi, ada juga yang masih bagus,” ungkap Hairuddin.
    Di sisi lain, puluhan siswa di Sekolah Dasar (SD) Negeri Dukuh 03, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, juga mengalami mual, muntah, dan pusing setelah mengonsumsi menu MBG pada Kamis (16/1/2025).
    Mereka diduga mengalami keracunan akibat program tersebut.
    Kepala Puskesmas Sukoharjo Kota, Kunari Mahanani, mengonfirmasi kejadian itu, meskipun para siswa tidak sampai dirujuk ke rumah sakit.
    “Sudah kita tangani, obati, kita observasi hasilnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” ujar dia.
    Kejadian ini menyoroti pentingnya pengawasan dan kepatuhan terhadap standar keamanan pangan dalam program makan bergizi gratis, agar insiden serupa tidak terulang di masa mendatang.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Rangkuman Fakta Keracunan Massal Siswa SDN Dukuh Sukoharjo, MBG Ternyata Masih Tahap Uji Coba

    Rangkuman Fakta Keracunan Massal Siswa SDN Dukuh Sukoharjo, MBG Ternyata Masih Tahap Uji Coba

    TRIBUNJATIM.COM – Inilah rangkuman fakta keracunan massal siswa SDN Sukoharjo seusai menyantap Makan Bergizi Gratis (MBG).

    Siswa mengalami rasa mual setelah menyantap makanan tersebut.

    Keracunan massal ini terjadi di SDN 3 Sukoharjo. 

    Kejadian keracunan massal tepatnya di Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Dukuh, Kecamatan/Kabupaten Sukoharjo.

    Sebanyak 50 siswa mengalami mual, pusing dan muntah setelah menyantap Makan Bergizi Gratis (MBG). 

    MBG Masih Tahap Uji Coba

    Sebanyak 50 siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Dukuh, Kecamatan/Kabupaten Sukoharjo mengalami mual dan pusing. 

    Ini setelah menyantap makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG). 

    MBG ini diketahui masih dalam tahap uji coba.

    Mereka keracunan pada Kamis (16/1/2025).

    Insiden ini membuat para siswa mengeluhkan gejala seperti mual, pusing, dan muntah setelah menyantap makanan yang dibagikan di sekolah. 

    2. Setiap Kelas 2 Orang Mual dan Muntah

    Kepala Sekolah Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Dukuh, Lilik Kurniasih mengatakan peristiwa itu terjadi sekira pukul 10.30 WIB. 

    “Ada beberapa siswa, saya kurang tahu jumlahnya. Yang pasti setiap kelas dari kelas satu sampai kelas 6, setiap kelas 2 orang mengalami mual, pusing dan beberapa siswa muntah,” paparnya, Kamis (16/1/2025).

    Menurutnya, keracunan ini kemungkinan besar karena proses masaknya.

    “Isi makan bergizi gratis itu ada nasi, sayur cah wortel, tahu, ayam kentucky dan susu,” ujarnya. 

    3. Sudah Ditangani Puskesmas

    Lebih lanjut, mengetahui hal itu Kepala Sekolah SDN 03 Dukuh melapor ke puskesmas terdekat untuk dilakukan penanganan pertama.

    “Sudah koordinasi dengan puskemas dan SPPG. Kemudian diberikan obat, setelah ini sekolah dan Puskesmas Sukoharjo masih dalam pemantauan,” tandasnya. 

    Sementara itu, Kepala Puskesmas Sukoharjo, Kunari Mahanani mengatakan data yang ia terima ada kurang lebih 50 siswa yang mengalami keracunan.

    “Siswa yang mengalami mual, pusing dan muntah, sekitar 40 sampai 50 siswa-siswi,” singkatnya.

    Penampakan Makan Bergizi Gratis di Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Dukuh, Kecamatan/Kabupaten Sukoharjo. Siswa mengalami mual setelah menyantap makanan ini. (Tribun Solo/Anang Maruf)

    MBG Surabaya Dimulai Minggu Depan, Bahtiyar Rifai: Perhatikan Juga Pemerataan Distribusi Makanan

    Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Surabaya dijadwalkan baru mulai minggu depan, 13 Januari 2025. Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Bahtiyar Rifai akan terus berkoordinasi dengan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk memastikan kesiapan di lapangan.

    Pada tahap awal, program ini akan menyasar tiga sekolah di Kecamatan Wonocolo, yaitu PAUD Yasporbi, SD Taqoma, dan SMPN 13 Surabaya. Namun, Bahtiyar menyebut jumlah siswa yang akan menerima manfaat di tahap awal masih dalam proses pendataan.

    “Untuk jumlah siswa di tiga sekolah tersebut, kami belum menerima data pastinya. Namun, program ini akan berjalan secara bertahap, seiring dengan pelaksanaan di Kota dan Kabupaten lainnya,” jelas pimpinan DPRD ini.

    Legislator dari Fraksi Gerindra itu menyoroti peluang besar bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Surabaya melalui program ini. Menurutnya, UMKM bisa berpartisipasi sebagai penyedia makanan dengan mendaftar melalui link resmi yang disediakan oleh Badan Gizi Nasional.

    “Kami berharap UMKM dan warga sekitar bisa diberdayakan sesuai kriteria yang telah ditetapkan. Partisipasi mereka penting untuk menyukseskan program ini,” katanya. 

    Pendaftaran untuk menjadi penyedia makanan dalam program ini tidak dipungut biaya. Dengan total sasaran siswa di Surabaya mencapai 369.000 anak, pelaksanaan MBG membutuhkan perencanaan matang, terutama terkait anggaran dan distribusi. 

    “Pemberian makanan bergizi ini akan dilakukan secara bertahap, sesuai arahan Badan Gizi Nasional, termasuk dalam hal kebutuhan anggarannya,” jelas Bahtiyar.

    Perhatikan 2 Hal Penting

    Pemkot Surabaya diminta memperhatikan  dua hal penting dalam pelaksanaan MBG. Selain pemberdayaan UMKM lokal juga  pemerataan distribusi makanan. 

    Bahtiyar optimis bahwa jika dikelola dengan baik, MBG dapat memberikan dampak positif bagi siswa dan masyarakat secara luas. 

    “Kami ingin program ini berjalan menyeluruh di Surabaya, melibatkan semua pihak, dan benar-benar bermanfaat bagi anak-anak kita,” pungkasnya

    Berita Viral dan Berita Jatim lainnya

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com