kab/kota: Dubai

  • PIS Siap Hadapi Gejolak Global Imbas Tarif Trump

    PIS Siap Hadapi Gejolak Global Imbas Tarif Trump

    Jakarta

    PT Pertamina International Shipping (PIS) menegaskan kesiapannya dalam menghadapi ketidakpastian global imbas kebijakan tarif tinggi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kepada puluhan negara dunia. Diketahui, Indonesia sendiri dikenakan tarif sebesar 32% oleh Negeri Paman Sam tersebut.

    Direktur Perencanaan Bisnis PIS Eka Suhendra menilai, ketidakpastian global imbas kebijakan Trump hanya bersifat temporer atau sementara. Kendati berdampak pada biaya pengiriman, ia menilai dampak kebijakan tersebut takkan pengaruhi pertumbuhan PIS.

    “Jadi, mungkin seperti yang Anda lihat, 3-4 tahun terakhir ini PIS mulai membuka bisnis lain di luar Indonesia agar kemampuan kami untuk memastikan ketahanan energi di Indonesia semakin hari semakin kuat,” kata Eka dalam acara Media Briefing Indonesia Maritime Week 2025 di Kaum Restoran, Jakarta, Rabu (30/4/2025).

    Saat ini, Eka mengatakan PIS memiliki 62 rute internasional. Selain itu, PIS juga telah melakukan ekspansi dengan membangun kantor cabang di luar negeri, yakni Singapura, Dubai, hingga London yang tengah berproses.

    “Semoga kita akan memiliki kapal lain di bagian lain dunia. Jadi, kami dapat mencakup seluruh dunia pasokan dan permintaan kapal secara global,” ungkapnya.

    Ke depan, Eka menyebut PIS tidak hanya fokus pada pengelolaan terminal serta pengangkutan LPG dan Bahan Bakar Minyak (BBM), melainkan juga menjangkau bisnis kargo yang mengangkut beberapa komoditas baru seperti dry bulk, amonia, petrokimia, hingga CO2.

    “Kami telah membuat beberapa kolaborasi di negara Barat dan Timur, untuk memastikan bahwa ketika saatnya tiba (memperluas bisnis), perusahaan kami akan siap untuk bisnis baru ini,” tegasnya.

    Eka menambahkan, meningkatnya tensi geopolitik sebelumnya telah dihadapi PIS, seperti yang terjadi antara Ukraina dan Rusia. Kala itu, PIS terpaksa meningkatkan biaya operasional pengirimannya untuk rute luar negeri.

    Di sisi biaya impor, Eka juga tak menampik ketegangan global berdampak pada ongkos pengiriman. Adapun saat ini, diketahui Indonesia masih menjadi importir minyak mentah dari AS dan beberapa negara Arab.

    Namun, Eka optimis hal tersebut dapat dimitigasi dengan baik. Ia pun menilai, ketidakpastian global hanya bersifat sementara.

    “Kami telah menghadapi tantangan ini beberapa tahun yang lalu. Dan kami percaya bahwa untuk membuat perusahaan yang kuat dalam pelayaran, kita perlu memaksimalkan pasar itu sendiri. Jadi, kami percaya bahwa tingkat biaya yang saat ini tidak terbayarkan bagi kami, ini hanya musiman,” pungkasnya.

    (kil/kil)

  • GITEX Asia 2025: Kebangkitan Teknologi Asia Tenggara

    GITEX Asia 2025: Kebangkitan Teknologi Asia Tenggara

    Bisnis.com, SINGAPURA – Perkembangan ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara telah mampu memikat investor global untuk melirik kawasan ini, baik sebagai basis produksi maupun hub untuk investasi.

    Kehadiran kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) telah membuka peluang-peluang baru untuk kebangkitan teknologi Asia Tenggara lewat hadirnya perusahaan-perusahaan rintisan (startup) maupun adaptasi regulasi yang dilakukan pemerintah di kawasan ini.

    Bisnis.com, berkesempatan untuk mewawancarai Executive Vice President Dubai World Trade Centre (DWTC) Trixie LohMirmand di sela-sela GITEX Asia 2025 x Ai Everything Singapore, yang diselenggarakan di Marina Bay Sands Expo & Convention Centre, Singapura, Kamis (24/4/2025). Berikut petikannya.

    Apa yang anda lihat dari potensi pasar Asia Tenggara, terutama untuk pertumbuhan bisnis dan investasi teknologi di kawasan ini?

    Asia Tenggara memiliki peran penting sebagai hub inovasi dan AI. Saat anda berselancar di search engine atau AI, Asia Tenggara menduduki peringkat atas. Ini kemudian menimbulkan rasa ingin tahu dan ketertarikan.

    Apalagi ada keinginan yang sangat kuat dari pemerintah untuk transformasi khususnya dalam hal ekonomi dari AI. Anda bisa melihat itu di Thailand dan Filipina, di mana banyak peningkatan pemanfaatan AI untuk sektor pertanian dan perkebunan, serta otomatisasi. Di Indonesia, peningkatan pemanfaatan AI dilakukan pada sektor usaha kecil dan menengah, serta industri manufaktur. Singapura bahkan telah mengalokasikan 500 juta dolar dalam roadmap AI mereka.

    Di kawasan ini juga banyak talenta digital yang terus bertumbuh dan dikembangkan. Ini tidak hanya untuk bagaimana menggunakan AI, tetapi juga bagaimana membangun AI, lewat berbagai unikorn yang ada di wilayah ini.

    Jadi dengan beberapa hal ini, kita dapat melihat bahwa kawasan ini kini tengah bangkit. AI telah memberikan daya saing kompetisi bagi kawasan ini. Oleh karena itu, ini adalah momentum yang tepat bagi pemerintah di kawasan ini untuk menyesuaikan aturan guna beradaptasi dengan perubahan teknologi yang saat ini terjadi di berbagai belahan dunia.

    Thailand menurut saya merupakan negara dengan daya tarik turis yang amat besar. Salah pariwisata yang tengah berkembang adalah wisata kesehatan. Pemanfaatan AI di sektor ini dapat memberikan transformasi dalam diagnosa, produktivitas, dan efisiensi, juga termasuk pelatihan bagi profesional di bidang kesehatan.

    GITEX Asia yang akan hadir di Thailand pada tahun ini akan memberikan dampak signifikan dalam mengakselerasi kemampuan dan meningkatkan industri ini, baik adaptasi dan pengembangan teknologi terutama dalam hal pemanfaatan AI.

     

    Apa yang membuat anda melakukan ekspansi ke Asia Tenggara?

    Misi GITEX adalah untuk memperluas koneksi komunitas global. Mereka [komunitas teknologi] di mana pun mereka berada, dapat mendapatkan peluang dan kesempatan untuk berhubungan. Seperti saya katakan sebelumnya, bahwa AI memiliki daya tarik, mengundang ketertarikan untuk berkolaborasi.

    Ini tidak hanya untuk memahami apa yang sedang terjadi di perkembangan teknologi saat ini, tetapi juga bagaimana regulasi di sektor ini saat ini. Hal ini lantaran di berbagai negara, aturan dalam hal pemanfaatan AI berbeda-beda. Padahal di sisi lain, apabila seseorang ingin membuat produk, harapan mereka tentu saja dapat dijual dan diekspor secara global.

    Oleh karena itu, kami memutuskan untuk menggelar GITEX di kawasan ini. Hal ini dapat menjadi peluang berbagai perusahaan untuk mencari peluang kerja sama baru, baik dengan pemerintah maupun swasta.

    Dengan melihat situasi global saat ini, bagaimana hal ini akan memengaruhi kolaborasi tersebut?

    Saya kira AI tidak akan terpengaruh oleh risiko-risiko tersebut. Hal ini dapat dilihat bahwa teknologi telah menjadi bagian dari agenda untuk negara, kawasan, maupun ekonomi di berbagai belahan dunia.

    AI telah menjadi modal besar. Setiap wilayah ingin menjadi peringkat atas dalam hal ini. Setiap orang ingin berhubungan dan bergerak maju untuk mengembangkan ini. Oleh karena itu, kami menghadirkan wadah ini untuk berkolaborasi dan bekerja sama.

    Jadi saat anda berkompetisi, Anda juga tetap memerlukan kerja sama, terutama dari mereka yang telah berada di garis depan. Kolaborasi dalam hal ini saya kira akan terus dilakukan untuk menumbuhkkembangkan AI di masing-masing negara.

     

    Selain kolaborasi, apa yang Anda harapkan dengan menghadirkan GITEX di Singapura, Thailand, dan Vietnam?

    Kami ingin menciptakan adanya peluang untuk mereka yang fokus di bidang teknologi, terutama AI, agar dapat menjalin kerja sama dan meningkatkan bisnisnya. Wilayah ini, Asia Tenggara, memiliki energi dan kekuatan.

    Populasi sangat banyak, pemerintahan juga tengah berubah untuk beradaptasi. Pemerintah di kawasan ini menjadi lebih ramah dan terbuka untuk investasi guna mengejar dengan apa yang tengah terjadi baik di Eropa maupun Amerika.

    Ini mendasari kami untuk hadir di Singapura sebagai hub dari kawasan ini. Vietnam, dengan populasi yang besar juga memiliki kapasitas untuk mengembangkan, dengan dukungan pemerintah mereka,  guna meningkatkan kemampuan ekonomi digital mereka.

    Dengan anda melihat berbagai aspek ini, inilah yang memikat investor global, perusahaan global, maupun peneliti teknologi. Mereka akan amat tertarik dengan kawasan ini yang didukung oleh generasi muda. Apalagi, pengembangan ekosistem AI juga amat membutuhkan peran dari talenta muda ini.

     

    Apakah akan ada sesi khusus pengumuman investasi dalam GITEX Vietnam 2026?

    Apa yang akan kami lakukan di Vietnam mirip seperti apa yang kami lakukan di Singapura dan di lokasi-lokasi lainnya di belahan dunia. Di Vietnam, kami tidak hanya menghadirkan perusahaan-perusahaan teknologi, tetapi juga para peneliti.

    Hal ini karena di Vietnam, ada banyak penelitian yang tengah dikembangkan, manufaktur juga tengah berkembang. Apalagi, produksi semikonduktor saat ini juga tengah diintegrasikan dengan AI. Selain itu ada juga pembahasan lain seperti teknologi finansial, keberlanjutan, teknologi pertanian, dan kesehatan. Di sini Anda dapat melihat bahwa AI telah menjadi pilar yang amat penting bagi strategi transformasi yang dilakukan oleh Vietnam.

    GITEX Vietnam akan dilakukan pada Pekan Inovasi dan Investasi Vietnam. Jadi dapat anda bayangkan ini akan menjadi momentum bagi investor, peneliti, dan pabrikan, untuk hadir di sana dan mendapatkan peluang.

    Saya juga amat optimistis, di GITEX Vietnam, akan ada pengumuman perubahan regulasi, serta adanya kerja sama baru selama event tersebut, bagaimana Vietnam akan bekerja sama di tingkat global.

     

    Selain Vietnam, daerah mana yang akan menjadi lokasi penyelenggaraan GITEX selanjutnya?

    Kami selalu terbuka kepada masyarakat global untuk berkolaborasi dengan ambisi dan komitmen untuk meningkatkan ekosistem [digital] mereka. Misi kami adalah untuk memastikan terciptanya peluang bagi semua orang untuk mengembangkan dan bekerja sama dengan berbagai pihak.

     

    Apakah ada rencana untuk menyelenggarakan di Indonesia?

    Kami harapkan, kami bisa hadir di Indonesia.

     

    Pewawancara: Lukas Hendra T.M

  • XPANCEO Bidik Komersialisasi pada 2030

    XPANCEO Bidik Komersialisasi pada 2030

    Bisnis.com, SINGAPURA – Perusahaan rintisan (startup) yang berbasis di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), XPANCEO, membidik untuk bisa masuk ke pasar secara komersial pada 2030.

    Hal itu diungkapkan oleh Communication Manager XPANCEO Tatiana Feoktistova pada ajang GITEX Asia 2025 x Ai Everything Singapore di Marina Bay Sands, Singapura, Jumat (25/4/2025).

    Dia mengungkapkan bahwa pihaknya saat ini memang terus melakukan pengembangan atas produk-produk unggulan mereka, terutama lensa kontak pintar yang transparan dan amat ringan, dengan transmisi data nirkabel. Produk ini juga memiliki kemampuan augmented reality.

    “Saat ini kami terus melakukan pengembangan. Kami harapkan dalam dua hingga lima tahun ke depan, produk kami bisa berada di pasar. [Komersial 2030] ya,” katanya saat ditemui sejumlah media asal Asia Tenggara di sela-sela ajang tersebut.

    Kendati demikian, Tatiana mengungkapkan bahwa pihaknya belum memiliki rencana khusus terkait pasar perdana yang bakal merasakan produk terobosan ini. Pemilihan pasar untuk peluncuran produk, imbuhnya, amat tergantung dari strategi dan penerimaan konsumen, termasuk dukungan dari pemerintah dan otoritas kesehatan setempat. “Saat ini kami masih berfokus kepada pengembangan produk unggulan kami.”

    Perusahaan spesialis deep tech ini telah mengumpulkan lebih dari US$40 juta pada putaran pendanaan formal pertama atau seed round. Tatiana menyebut bahwa untuk pembangunan fasilitas laboratorium dan pengembangan yang berlokasi Dubai saja, telah menyerap anggaran sekitar US$6 juta.

    Sebelumnya, Founder and Managing Director XPANCEO Roman Axelrod mengungkapkan bahwa pihaknya amat ingin tahu mengenai edisi perdana di Singapura ini. Dia mengatakan bahwa setelah berpartisipasi dalam GITEX Global di Dubai, UEA sebanyak dua kali, pihaknya telah melihat betapa kuatnya platform ini dalam menyatukan inovasi paling ambisius dan para pelopor industri.

    “Kedua kalinya, pengalamannya sangat berharga, jadi tentu saja, kami sangat ingin melihat bagaimana acara ini akan berkembang di Asia. Kami menantikan energi dari acara pertama di kawasan yang membentuk masa depan inovasi global,” katanya.

  • Di Dubai, Menkomdigi Pamer RI Punya AI Center Sampai ke Indonesia Timur Papua

    Di Dubai, Menkomdigi Pamer RI Punya AI Center Sampai ke Indonesia Timur Papua

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid memamerkan penetrasi kecerdasan buatan (AI) yang berjalan secara cepat dan luas hingga ke wilayahj Indonesia Timur, Papua.

    Meutya menyampaikan pencapaian tersebut di depan perwakilan para petinggi teknologi yang tengah berkumpul di acara forum internasional “Machines Can See 2025” 

    Dia mengatakan sebagai bagian dari semangat inklusivitas, Indonesia membangun pusat keunggulan AI di beberapa kota, termasuk Bandung, Surabaya, dan Papua. 

    “Menjadikan pusat keunggulan AI di Papua sangat penting bagi orang Indonesia untuk menunjukkan bahwa AI, bahwa kami percaya inklusivitas sangat penting ketika kita berbicara tentang AI,” kata Meutya dikutip Jumat (25/4/2025). 

    Diketahui, AI Center di Papua akan dibangun oleh PT Indosat Tbk. (ISAT) untuk memberdayakan manusia dan upaya demokratisasi AI. Dengan AI Center, Indosat berharap masyarakat di Indonesia Timur dapat merasakan pengalaman yang sama dengan masyarakat yang berada di Jakarta dan Surabaya.

    Di sisi lain, Meutya menyebut Indonesia sedang berada dalam fase yang sangat strategis secara demografis, digital, dan geopolitik. 

    Dengan lebih dari 212 juta pengguna internet aktif dan status sebagai negara berpenduduk keempat terbanyak di dunia, Indonesia berkomitmen untuk menjadi bagian aktif dalam membentuk masa depan teknologi global.

    Meutya juga menggarisbawahi kesamaan pendekatan yang dibangun Indonesia bersama negara-negara BRICS dalam menciptakan ekosistem AI yang bertanggung jawab. 

    Fokus utamanya mencakup kesetaraan akses, penguatan perspektif global selatan, dan pemanfaatan AI untuk menjawab tantangan nyata masyarakat.

    “Inisiatif Indonesia dengan dialog BRICS semakin mencakup isu-isu seperti menjembatani kesenjangan digital, memajukan solusi pedesaan yang cerdas, dan menjaga kedaulatan data, seperti pemantauan bencana berbasis AI, pertanian cerdas, dan diagnostik kesehatan jarak jauh,” ucap Meutya.

    Meutya mengatakan pemerintah tengah menyiapkan pelelangan spektrum frekuensi 2,6 dan 3,5 gigahertz (GHz) serta memperluas jaringan serat optik dan kabel bawah laut untuk mengakselerasi digital RI.

    Langkah lain yang sedang ditempuh termasuk konsolidasi industri telekomunikasi dan pengembangan pusat data nasional berlatensi rendah untuk mendukung integrasi kecerdasan buatan (AI) yang optimal.

    Sebab, pada bidang infrastruktur digital, politikus Partai Golkar ini menyebut tantangan besar dalam menghubungkan 17.000 pulau Indonesia secara merata. 

    “Ini sebuah kemajuan, tetapi tetap mengingatkan kita tentang skala tantangan untuk membangun konektivitas yang cepat dan andal di 17.000 pulau di Indonesia,” kata Meutya.

    Isu diaspora digital juga menjadi perhatian, Meutya menyampaikan sekitar delapan juta warga negara Indonesia kini tinggal di luar negeri, termasuk 20.000 di antaranya yang bekerja di Silicon Valley.

    Lebih lanjut, Meutya menjelaskan bahwa pendidikan, ketahanan pangan dan penyediaan layanan publik menjadi tiga aspek yang mendapat perhatian besar dari pemerintah Indonesia. 

  • Dapatkan Dana dari UEA dan Clean Rivers, Banyuwangi Bangun Dua SPA Terminal Sampah Berkapasitas 50 Ton

    Dapatkan Dana dari UEA dan Clean Rivers, Banyuwangi Bangun Dua SPA Terminal Sampah Berkapasitas 50 Ton

    Liputan6.com, Banyuwangi – Perluasan program pengelolaan sampah sirkular di Banyuwangi akan segera dilaksanakan. Mendapat dukungan dari Clean Rivers dan Pemerintah Uni Emirat Arab (UAE), dua Stasiun Peralihan Antara (SPA) dengan kapasitas masing-masing 50 ton per hari bakal dibangun di kabupaten ini.

    Sebelumnya, telah ditandatanganan perjanjian pendanaan proyek itu antara Pemerintah UAE, Clean Rivers, dan pelaksana program Banyuwangi Hijau saat World Governments Summit 2025 di Dubai pada 12 Februari lalu. Penandatanganan itu disaksikan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

    SPA sendiri merupakan fasilitas pendukung dalam sistem pengelolaan sampah yang berfungsi sebagai titik pengumpul sementara antara asal sampah dan fasilitas pengolahan akhir. SPA akan menjadi tempat pengolahan awal sampah, seperti pengumpulan, pemilahan dasar, dan pengolahan awal. Tujuannya untuk mengurangi volume dan meningkatkan efisiensi transportasi. Hadirnya SPA membuat sampah yang dikirim ke Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) dan Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R) lebih terpilah. 

    Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menjelaskan tim dari UAE dan Clean Rivers yang telah berkomitmen mendanai program pengelolaan sampah sirkular ini akan datang ke Banyuwangi bulan depan. “Mereka akan melihat langsung kesiapan dan komitmen daerah pada project pembangunan SPA. Rencananya, pembangunan konstruksi SPA akan dimulai segera setelah kunjungan tersebut,” kata Ipuk, Selasa (22/4/2025).

    Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Dwi Handayani mengatakan bahwa pemkab telah menyiapkan lokasi lahan untuk pembangunan SPA. SPA akan berperan sebagai terminal pendukung fasilitas TPST dan TPS3R. Kehadirannya akan membuat pengolahan sampah di Banyuwangi lebih efisien. “SPA ini masing-masing berkapasitas menampung 50 ton sampah per hari. Angka ini sekitar produksi sampah dari 850 ribu warga,” kata Yani, panggilan akrabnya.

  • BSI jadi bank syariah pertama di dunia luncurkan Muslim Consumption Index

    BSI jadi bank syariah pertama di dunia luncurkan Muslim Consumption Index

    Chief Economist BSI Banjaran Surya Indrastomo (kiri) memaparkan rencana pelaksanaan BSI Global Islamic Finance Summit 2025 dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (23/4/2025). ANTARA/Uyu Septiyati Liman.

    BSI jadi bank syariah pertama di dunia luncurkan Muslim Consumption Index
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Kamis, 24 April 2025 – 09:58 WIB

    Elshinta.com – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) menjadi bank syariah pertama di dunia yang meluncurkan indeks konsumsi masyarakat Muslim melalui BSI Muslim Consumption Index yang akan dirilis dalam gelaran BSI Global Islamic Finance Summit (GIFS) 2025.

    Chief Economist BSI Banjaran Surya Indrastomo menyatakan bahwa peluncuran indeks tersebut merupakan inovasi perseroan untuk mendukung pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia.

    “Belum ada bank syariah manapun di luar (negeri) yang mengeluarkan indeks ini,” kata Banjaran dalam Press Conference BSI Global Islamic Finance Summit 2025, yang dikutip di Jakarta, Kamis.

    Ia mengatakan pengembangan BSI Muslim Consumption Index juga bertujuan untuk melengkapi informasi mengenai tren ekonomi dan keuangan syariah yang telah banyak dikaji oleh berbagai institusi, akademisi, maupun lembaga riset di dunia.

    Salah satu indeks ekonomi dan keuangan syariah yang sering digunakan adalah State of the Global Islamic Economy (SGIE) Report yang dirilis oleh DinarStandard, lembaga riset yang berbasis di Dubai, Uni Emirat Arab.

    Indonesia saat ini menduduki peringkat ke-3 sebagai negara dengan ekonomi syariah terbesar di dunia, menurut SGIE Report 2023/2024.

    Penilaian dalam laporan tersebut berdasarkan enam Global Islamic Economy Indicator (GIEI), yakni keuangan syariah, makanan dan minuman halal, tren berbusana santun atau modest fashion, kosmetik dan farmasi halal, pariwisata ramah Muslim, serta media dan rekreasi.

    “Tetapi, what is missing (apa yang terlewatkan dalam laporan indeks SGIE tersebut) adalah kalau kita berbicara mengenai ekonomi di negara yang berbasis Muslim sebetulnya dasar utamanya adalah konsumsi dari Muslim itu sendiri,” ucap Banjaran.

    Ia menuturkan pihaknya mengembangkan BSI Muslim Consumption Index berdasarkan data real transaction dengan mengacu pada high-frequency big data yang dimiliki BSI untuk memberi gambaran mengenai bermacam tren konsumsi masyarakat Muslim di Indonesia.

    Ia mengatakan indeks tersebut juga diharapkan dapat memberikan sudut pandang baru bagi para pembuat kebijakan, mengingat konsumsi rumah tangga berkontribusi sekitar 54 persen terhadap perekonomian nasional pada 2024.

    “(BSI Muslim Consumption Index) ini akan keluar (dirilis) secara bulanan. Media outlet-nya nanti bisa melalui official channel BSI,” ujar Banjaran.

    BSI Global Islamic Finance Summit 2025 akan dihelat pada 29 April 2025 di Jakarta.

    Sumber : Antara

  • Menkomdigi Tegaskan Masa Depan AI Milik Semua Negara, Bukan Segelintir – Page 3

    Menkomdigi Tegaskan Masa Depan AI Milik Semua Negara, Bukan Segelintir – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Menteri Komdigi (Komunikasi dan Digital) Meutya Hafid menyatakan pandangannya tentang masa depan AI atau kecerdasan buatan dalam forum teknologi global Machines Can See 2025 di Dubai.

    Dalam kesempatan itu, Menkomdigi menyatakan kalau masa depan AI bukan hak istimewa segelintir, tapi warisan bersama umat manusia. Untuk itu, ia menyerukan perlunya membangun ekosistem AI yang etis, inklusif, dan mencerminkan keberagaman dunia.

    “Teknologi harus mencerminkan keberagaman dunia, bukan hanya prioritas segelintir orang,” tutur Menkomdigi dalam event tersebut seperti dikutip dari siaran pers yang diterima, Kamis (24/4/2025).

    Dengan lebih dari 212 juta pengguna internet dan populasi keempat terbesar di dunia, Indonesia menempatkan diri sebagai aktor kunci dalam percaturan digital global. Meutya menyebut posisi Indonesia saat ini sangat strategis—secara demografis, digital, dan geopolitik.

    Lebih lanjut, Meutya menyoroti pendekatan kolaboratif Indonesia dengan negara-negara BRICS dalam membangun ekosistem AI yang bertanggung jawab.

    Fokus kerja sama ini mencakup kesetaraan akses digital, penguatan perspektif global selatan, serta pemanfaatan AI untuk menjawab kebutuhan nyata masyarakat, seperti pertanian cerdas, pemantauan bencana, hingga diagnostik kesehatan jarak jauh.

    Program-program berbasis AI telah disiapkan, termasuk aplikasi untuk ketahanan pangan, sistem perlindungan sosial, serta layanan kesehatan gratis untuk publik.

    “Keamanan pangan menjadi perhatian Presiden Prabowo, terutama di tengah situasi geopolitik saat ini. Dan juga pendidikan merupakan keyakinan mendasar yang dipegang teguh Indonesia, karena dengan AI, kita percaya bahwa AI tidak hanya itu, mereka yang merancang dan mengatur AI harus lebih pintar dari AI itu sendiri,” tuturnya lebih lanjut.

  • Vietnam Ditunjuk jadi Tuan Rumah GITEX 2026, Ekosistem Teknologi Berkembang Pesat

    Vietnam Ditunjuk jadi Tuan Rumah GITEX 2026, Ekosistem Teknologi Berkembang Pesat

    Bisnis.com, SINGAPORE – Vietnam bakal menjadi tuan rumah untuk salah satu ajang teknologi pada Oktober 2026. Pengumuman tersebut disampaikan di sela-sela ajang GITEX Asia 2025 x Ai Everything Singapore di Marina Bay Sands, Singapura, Kamis (24/4/2025).

    Untuk mewujudkan GITEX Vietnam, Dubai World Trade Centre (DWTC) dan KAOUN International bekerja sama dengan Vietnam National Innovation Center (NIC). Rencananya, GITEX Vietnam akan digelar pada 1-2 Oktober 2026.

    Pemilihan Vietnam bukan tanpa sebab. Ekosistem teknologi Vietnam dipandang tengah berkembang pesat dan siap memasuki babak baru kolaborasi dan inovasi lintas benua. 

    Vietnam juga dinilai telah menjadi katalisator yang semakin penting dalam kemunculan teknologi di Asia Tenggara yang  mengkonsolidasikan statusnya sebagai pusat teknologi regional yang dinamis dan pemimpin rantai pasokan global.

    Selain itu, Strategi Nasional Pengembangan Ekonomi Digital dan Masyarakat Digital Vietnam yang berorientasi masa depan bertujuan untuk memposisikan negara ini a.l sebagai pusat teknologi informasi dan keamanan jaringan regional yang terkemuka pada 2030, memprioritaskan kemajuan dalam infrastruktur kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), keamanan siber, internet berkecepatan tinggi, dan pusat data hijau.

    Deputy Director Vietnam National Innovation Center (NIC) Kim Ngoc Thanh Nga mengatakan bahwa kedatangan GITEX ke Vietnam menandai tonggak transformatif bagi ekosistem teknologi, inovasi, dan investasi digital negara ini.

    Dia memandang bahwa dengan keahliannya dalam menjembatani kesenjangan digital dan membentuk narasi teknologi global, ekspansi GITEX ke Vietnam tidak diragukan lagi akan berfungsi sebagai katalisator yang kuat untuk kemajuan sosial-ekonomi di tingkat lokal, regional, dan internasional. 

    “Kami menyambut peluang luar biasa untuk membangun masa depan yang berlandaskan inovasi, kolaborasi, dan konektivitas global,” katanya, Kamis (24/4/2025).

    Adapun, GITEX Vietnam akan berfungsi sebagai acara utama selama Pekan Inovasi Nasional Vietnam. Hal ini sekaligus akan mendorong ekosistem nasional menuju potensi ekonomi digital negara ini yang diproyeksi mencapai US$200 miliar pada 2030.

    Kim Ngoc Thanh Nga  menambahkan bahwa pihaknya antusias dengan prospek mengadakan percakapan yang bermakna, menjalin kemitraan baru, memamerkan peluang investasi bersama, dan memperdalam pemahaman tentang teknologi yang sedang berkembang bersama mitra dan teman global. 

    “GITEX Vietnam akan menjadi platform utama bagi komunitas teknologi, perusahaan rintisan, dan investasi untuk terhubung, bertukar wawasan, dan mendorong masa depan ekonomi berbasis AI.”

    Sementara itu, EVP DWTC Trixie LohMirmand mengatakan bahwa GITEX Vietnam akan menjadi titik balik dalam transisi digital Vietnam dan negara-negara berkembang Asia Tenggara yang sedang bangkit. 

    Dia mengatakan ajang tersebut akan menyoroti dan memperkuat pencapaian, kebijakan progresif, talenta, infrastruktur yang sedang berkembang, dan aspirasi yang tumbuh dari ekonomi muda yang teguh dan ambisius kepada seluruh dunia. 

    “GITEX akan mengangkat ekosistem regional yang dinamis dan sangat termotivasi ke dalam jagat teknologi internasional,” kata Trixie

    Memang, GITEX terus menawarkan akses tak tertandingi ke pasar, modal, talenta, relasi, dan peluang baru – kemungkinan yang hanya dapat dihadirkan oleh merek terbesar di dunia. Sepanjang perjalanannya yang gemilang selama 45 tahun, keterlibatan dan ekspansi internasional telah menjadi identik dengan merek yang kini menggelar pameran di tujuh negara dan empat wilayah secara global, termasuk Jerman, Maroko, Nigeria, Singapura, Thailand, Uni Emirat Arab (UEA), dan Vietnam.

  • Menkomdigi Prioritaskan Lelang 2,6 GHz dan 3,5 GHz untuk Akselerasi Digital

    Menkomdigi Prioritaskan Lelang 2,6 GHz dan 3,5 GHz untuk Akselerasi Digital

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), Meutya Hafid, mengatakan pemerintah tengah menyiapkan pelelangan spektrum frekuensi 2,6 dan 3,5 gigahertz (GHz) serta memperluas jaringan serat optik dan kabel bawah laut untuk mengakselerasi digital RI.

    Langkah lain yang sedang ditempuh termasuk konsolidasi industri telekomunikasi dan pengembangan pusat data nasional berlatensi rendah untuk mendukung integrasi kecerdasan buatan (AI) yang optimal.

    Sebab, pada bidang infrastruktur digital, politikus Partai Golkar ini menyebut tantangan besar dalam menghubungkan 17.000 pulau Indonesia secara merata. 

    “Ini sebuah kemajuan, tetapi tetap mengingatkan kita tentang skala tantangan untuk membangun konektivitas yang cepat dan andal di 17.000 pulau di Indonesia,” kata Meutya dalam forum internasional “Machines Can See 2025” yang berlangsung di Dubai, Uni Emirat Arab, Rabu (23/4/2025).

    Isu diaspora digital juga menjadi perhatian, Meutya menyampaikan sekitar delapan juta warga negara Indonesia kini tinggal di luar negeri, termasuk 20.000 di antaranya yang bekerja di Silicon Valley.

    Sebagai bagian dari semangat inklusivitas, Indonesia juga tengah membangun pusat keunggulan AI di beberapa kota, termasuk Bandung, Surabaya, dan Papua. 

    “Menjadikan pusat keunggulan AI di Papua sangat penting bagi orang Indonesia untuk menunjukkan bahwa AI, bahwa kami percaya inklusivitas sangat penting ketika kita berbicara tentang AI,” ujarnya.

    Di sisi lain, Meutya menyebut Indonesia sedang berada dalam fase yang sangat strategis secara demografis, digital, dan geopolitik. 

    Dengan lebih dari 212 juta pengguna internet aktif dan status sebagai negara berpenduduk keempat terbanyak di dunia, Indonesia berkomitmen untuk menjadi bagian aktif dalam membentuk masa depan teknologi global.

    Meutya juga menggarisbawahi kesamaan pendekatan yang dibangun Indonesia bersama negara-negara BRICS dalam menciptakan ekosistem AI yang bertanggung jawab. 

    Fokus utamanya mencakup kesetaraan akses, penguatan perspektif global selatan, dan pemanfaatan AI untuk menjawab tantangan nyata masyarakat.

    “Inisiatif Indonesia dengan dialog BRICS semakin mencakup isu-isu seperti menjembatani kesenjangan digital, memajukan solusi pedesaan yang cerdas, dan menjaga kedaulatan data, seperti pemantauan bencana berbasis AI, pertanian cerdas, dan diagnostik kesehatan jarak jauh,” ucap Meutya.

    Lebih lanjut, Meutya menjelaskan bahwa pendidikan, ketahanan pangan dan penyediaan layanan publik menjadi tiga aspek yang mendapat perhatian besar dari pemerintah Indonesia. 

    Oleh karenanya, pemerintah membangun aplikasi AI untuk ketahanan pangan, sistem perlindungan sosial yang akan diluncurkan pada Agustus 2025 dan layanan pemeriksaan kesehatan gratis sebagai bentuk pelayanan publik serta mempersiapkan sembilan juta talenta digital pada tahun 2030.

    “Dan juga pendidikan merupakan keyakinan mendasar yang dipegang teguh Indonesia, karena dengan AI, kita percaya bahwa AI tidak hanya itu, mereka yang merancang dan mengatur AI harus lebih pintar dari AI itu sendiri,” tuturnya.

    Adapun, dalam kesempatan yang sama mantan Ketua Komisi 1 DPR RI ini menyampaikan masa depan AI bukan hak istimewa segelintir negara, tapi warisan bersama umat manusia

    Meutya menyerukan perlunya membangun ekosistem AI yang etis, inklusif, dan mencerminkan keberagaman dunia.

    “Teknologi harus mencerminkan keberagaman dunia, bukan hanya prioritas segelintir orang,” pungkasnya.

  • BSI bank syariah pertama di dunia luncurkan Muslim Consumption Index

    BSI bank syariah pertama di dunia luncurkan Muslim Consumption Index

    Jakarta (ANTARA) – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) menjadi bank syariah pertama di dunia yang meluncurkan indeks konsumsi masyarakat Muslim melalui BSI Muslim Consumption Index yang akan dirilis dalam gelaran BSI Global Islamic Finance Summit (GIFS) 2025.

    Chief Economist BSI Banjaran Surya Indrastomo menyatakan bahwa peluncuran indeks tersebut merupakan inovasi perseroan untuk mendukung pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia.

    “Belum ada bank syariah manapun di luar (negeri) yang mengeluarkan indeks ini,” kata Banjaran dalam Press Conference BSI Global Islamic Finance Summit 2025, yang dikutip di Jakarta, Kamis.

    Ia mengatakan pengembangan BSI Muslim Consumption Index juga bertujuan untuk melengkapi informasi mengenai tren ekonomi dan keuangan syariah yang telah banyak dikaji oleh berbagai institusi, akademisi, maupun lembaga riset di dunia.

    Salah satu indeks ekonomi dan keuangan syariah yang sering digunakan adalah State of the Global Islamic Economy (SGIE) Report yang dirilis oleh DinarStandard, lembaga riset yang berbasis di Dubai, Uni Emirat Arab.

    Indonesia saat ini menduduki peringkat ke-3 sebagai negara dengan ekonomi syariah terbesar di dunia, menurut SGIE Report 2023/2024.

    Penilaian dalam laporan tersebut berdasarkan enam Global Islamic Economy Indicator (GIEI), yakni keuangan syariah, makanan dan minuman halal, tren berbusana santun atau modest fashion, kosmetik dan farmasi halal, pariwisata ramah Muslim, serta media dan rekreasi.

    “Tetapi, what is missing (apa yang terlewatkan dalam laporan indeks SGIE tersebut) adalah kalau kita berbicara mengenai ekonomi di negara yang berbasis Muslim sebetulnya dasar utamanya adalah konsumsi dari Muslim itu sendiri,” ucap Banjaran.

    Ia menuturkan pihaknya mengembangkan BSI Muslim Consumption Index berdasarkan data real transaction dengan mengacu pada high-frequency big data yang dimiliki BSI untuk memberi gambaran mengenai bermacam tren konsumsi masyarakat Muslim di Indonesia.

    Ia mengatakan indeks tersebut juga diharapkan dapat memberikan sudut pandang baru bagi para pembuat kebijakan, mengingat konsumsi rumah tangga berkontribusi sekitar 54 persen terhadap perekonomian nasional pada 2024.

    “(BSI Muslim Consumption Index) ini akan keluar (dirilis) secara bulanan. Media outlet-nya nanti bisa melalui official channel BSI,” ujar Banjaran.

    BSI Global Islamic Finance Summit 2025 akan dihelat pada 29 April 2025 di Jakarta.

    Pewarta: Uyu Septiyati Liman
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025