kab/kota: Doha

  • Hamas dan Israel Sepakat Gencatan Senjata, Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya? – Halaman all

    Hamas dan Israel Sepakat Gencatan Senjata, Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hamas dan Israel akhirnya mencapai kata sepakat atas gencatan senjata di Gaza setelah 15 bulan berperang.

    Kesepakatan gencatan senjata ini akan mulai berlaku pada Minggu (19/1/2025) mendatang.

    Meski telah mencapai kata sepakat, namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan rincian akhir kesepakatan masih dalam tahap pengerjaan.

    Akan tetapi, Netanyahu berterima kasih kepada Presiden AS, Joe Biden karena telah “mempromosikan” kesepakatan itu.

    Lantas, apa yang akan terjadi selanjutnya setelah Hamas dan Israel damai?

    Setelah Hamas dan Israel sepakat untuk melaksanakan gencatan senjata, ada beberapa rencana pascaperang di Gaza.

    Rencana pascaperang di Gaza ini sempat diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken pada Selasa (14/1/2025) lalu.

    Dalam pernyataan publik terakhirnya sebagai Menteri Luar Negeri, Blinken berusaha membela kebijakan pemerintahan Biden terkait Gaza – sebuah kebijakan yang telah menuai kritik tajam dari sejumlah anggota parlemen Demokrat dan pejabat AS saat ini dan sebelumnya, serta organisasi hak asasi manusia yang mengatakan Israel melakukan genosida.

    Dalam pidatonya, diplomat tinggi AS itu mengakui adanya perpecahan mendalam atas kebijakan pemerintah di Gaza.

    “Saya berharap dapat berdiri di sini hari ini dan memberi tahu Anda dengan pasti bahwa kami telah mengambil setiap keputusan dengan benar. Saya tidak bisa,” kata Blinken, dikutip dari CNN.

    “Saya berharap dapat memberi tahu Anda bahwa para pemimpin di kawasan ini selalu mengutamakan kepentingan rakyatnya di atas kepentingan mereka sendiri.”

    “Namun, mereka tidak melakukannya,” lanjutnya.

    Blinken mengatakan rencana tersebut akan mengharuskan “semua pihak untuk mengumpulkan kemauan politik untuk membuat keputusan yang sulit, untuk membuat kompromi yang sulit”.

    Hal itu, ujar Blinken, termasuk reformasi dari Otoritas Palestina (PA) dan penerimaan oleh pemerintah Israel atas aturan PA atas negara Palestina yang bersatu.

    “Kami percaya bahwa Otoritas Palestina harus mengundang mitra internasional untuk membantu mendirikan dan menjalankan pemerintahan sementara yang bertanggung jawab atas sektor-sektor sipil utama di Gaza, seperti perbankan, air, energi, kesehatan, koordinasi sipil dengan Israel,” jelas Blinken.

    Blinken mengatakan bahwa pemerintahan sementara akan mencakup warga Palestina dari Gaza dan anggota PA.

    “Mereka akan menyerahkan tanggung jawab penuh kepada pemerintahan PA yang telah direformasi sepenuhnya segera setelah memungkinkan,” katanya.

    Tanpa menyebut nama negara tertentu, Blinken mengatakan bahwa “beberapa mitra AS telah menyatakan kesediaan mereka untuk menyumbangkan pasukan dan polisi untuk misi tersebut”.

    “Tetapi jika dan hanya jika disepakati bahwa Gaza dan Tepi Barat disatukan kembali di bawah PA yang direformasi sebagai bagian dari jalan menuju negara Palestina yang merdeka,” ujar Blinken.

    Blinken mengatakan bahwa jalur tersebut harus “terikat waktu” dan “berdasarkan kondisi,” dan mengatakan bahwa “prinsip-prinsip tersebut saling memperkuat”.

    “Terbatas waktu, karena tidak seorang pun akan percaya atau menerima proses yang tidak ada habisnya,” katanya.

    “Berdasarkan kondisi karena meskipun warga Palestina memiliki hak untuk menentukan nasib sendiri, hak tersebut disertai dengan tanggung jawab.”

    “Tidak seorang pun boleh mengharapkan Israel untuk menerima negara Palestina yang dipimpin oleh Hamas atau ekstremis lainnya,” ungkap Blinken.

    Diplomat tertinggi AS itu mengangkat prospek kesepakatan normalisasi Israel-Saudi yang sulit dipahami sebagai “peluang terbaik untuk mencapai tujuan yang telah lama dicari yakni integrasi Israel yang lebih besar di kawasan tersebut”.

    Blinken menyetujui ekstremisme pejabat sayap kanan Israel seperti Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich.

    “Israel harus meninggalkan mitos bahwa mereka dapat melakukan aneksasi de facto tanpa biaya dan konsekuensi bagi demokrasi Israel, kedudukannya, dan keamanannya.”

    “Kami sungguh berharap para pihak akan siap untuk membuat pilihan sulit di masa mendatang, namun, kenyataan yang tak terbantahkan adalah bahwa hingga saat ini, mereka gagal membuat keputusan sulit atau bertindak dengan cara yang membuat kesepakatan dan perdamaian jangka panjang semakin sulit dicapai,” lanjutnya.

    Pemerintah Israel, kata Blinken, secara sistematis telah merusak kapasitas dan legitimasi satu-satunya alternatif yang layak bagi Hamas, yakni Otoritas Palestina.

    Blinken mengungkapkan bahwa Israel terus menahan pendapatan pajak PA yang dikumpulkannya atas nama Palestina, dana yang merupakan milik Palestina dan yang dibutuhkan PA untuk membayar orang-orang yang menyediakan layanan penting.

    “Israel memperluas permukiman resmi dan menasionalisasi tanah dengan kecepatan lebih cepat daripada sebelumnya dalam satu dekade terakhir, sambil menutup mata terhadap pertumbuhan permukiman ilegal yang belum pernah terjadi sebelumnya.”

    “Serangan kekerasan oleh pemukim ekstremis terhadap warga sipil Palestina telah mencapai rekor tertinggi,” ungkap Blinken.

    Tangisan Warga Gaza

    Setelah Hamas dan Israel sepakat untuk melaksanakan gencatan senjata, warga di Jalur Gaza bersorak sambil menangis kegirangan.

    “Saya bahagia, ya, saya menangis, tetapi itu adalah air mata kebahagiaan,” kata salah seorang warga Gaza, Ghada, dikutip dari Middle East Monitor.

    “Kami terlahir kembali, dengan setiap jam penundaan, Israel melakukan pembantaian baru, saya harap semuanya segera berakhir,” lanjut Ghada.

    Para pemuda menabuh rebana, meniup terompet, dan menari di jalan di Khan Yunis di bagian selatan daerah kantong tersebut beberapa menit setelah mendengar berita tentang perjanjian yang dicapai di Ibu Kota Qatar, Doha.

    Kesepakatan tersebut, yang belum diumumkan secara resmi, menguraikan fase gencatan senjata awal selama enam minggu dan mencakup penarikan bertahap pasukan Israel dari Gaza.

    Kesepakatan itu juga mengatur pembebasan sandera yang ditahan Hamas dengan imbalan tahanan Palestina yang ditahan Israel, kata seorang pejabat yang diberi pengarahan mengenai negosiasi tersebut kepada Reuters.

    (Tribunnews.com/Whiesa)

  • Israel-Hamas Sepakat Gencatan Senjata, Alhamdulillah Ya Allah Trending di Medsos – Page 3

    Israel-Hamas Sepakat Gencatan Senjata, Alhamdulillah Ya Allah Trending di Medsos – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Kabar tentang Hamas dan Israel mencapai kesepakatan untuk gencatan senjata di Jalur Gaza disambut haru oleh masyarakat di Palestina.

    Berbagai unggahan video memperlihatkan warga Palestina berteriak “Allahu Akbar” dan sujud syukur di tengah jalan pun banyak dibagikan di platform media sosial (medsos) X—dulunya bernama Twitter. 

    Kesepakatan ini mencakup gencatan senjata awal selama enam minggu, penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza secara bertahap, dan pembebasan sandera yang diculik oleh Hamas sebagai imbalan atas pembebasan tahanan Palestina di Israel.

    Dalam konferensi pers di Doha, Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani mengatakan, gencatan senjata Hamas-Israel akan mulai berlaku pada Minggu, 19 Januari 2025.

    Kabar ini langsung disambut dengan rasa syukur dan harapan oleh warganet di X Twitter. Pantauan tim Tekno Liputan6.com, Kamis (16/1/2025), banyak pengguna platform X Twitter mengungkapkan rasa syukur mereka atas kabar Israel dan Hamas gencatan senjata.

    Buktinya, keyword “Alhamdulillah Ya Allah” langsung trending topic di Twitter secara global, termasuk di Indonesia. Kata kunci terkait, seperti “Gaza”, “Palestina”, dan “Allahu Akbar” juga trending di medsos tersebut.

    Berikut beberapa unggahan warganet terkait kabar gencatan senjata antara Israel dan Hamas:

    Akun @e**** di platform X mencuit, “ALHAMDULILAH. Perjanjian gencatan senjata telah fix dan disepakati. Ya Allah aku terharu dan menangis melihat warga Gaza yang tumpah ke jalan dan merayakannya.”

    “Gencatan senjata di Gaza, Alhamdulillah! Ya Allah berikanlah surga bagi para syuhada. Saya harap orang-orang Palestina tidak akan kecewa & tidak akan mengalami kerugian atau kesulitan lagi. Insya Allah kalian akan melihat pembebasan juga. Ya Allah buatlah setan-setan itu membayar semuanya,” kata @b**** di Twitter.

    Pengguna X dengan akun @i**** menulis, “Alhamdulillah Ya Allah… sebarkan berita gembira ini…Semoga saudara kita di Palestina bulan Ramadhan ini bisa berpuasa dan beribadah dengan tenang dan aman… aamiin.”

    “Alhamdulillah Ya Allah ahirnya gencatan senjata di Gaza telah disepakati. Ribuan Warga  Palestina memenuhi jalan-jalan di Gaza untuk merayakan gencatan senjata,ikut merasakan kebahagiaan mereka. #Palestine,” ucap @R****.

    “Alhamdulillah ya Allah, Alhamdulillah, terima kasih untuk tetap bertahan, Annas. Ya Allah, makan sahur sambil mewek,” tulis @r**** di medsos milik Elon Musk tersebut.

  • Israel-Hamas Damai, AS dan Qatar Umumkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza, Kesepakatan 3 Fase

    Israel-Hamas Damai, AS dan Qatar Umumkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza, Kesepakatan 3 Fase

    GELORA.CO – Amerika Serikat dan Qatar Umumkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza Setelah 15 Bulan Genosida.

    Kesepakatan tiga fase ini akan berlaku dalam beberapa hari ke depan dan akan membebaskan puluhan tahanan Israel dengan imbalan ratusan tahanan Palestina.

    Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani dan Presiden AS Joe Biden mengonfirmasi pada akhir 15 Januari bahwa gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan telah dicapai antara Hamas dan Israel.

    Kesepakatan tiga fase tersebut diharapkan mulai berlaku pada hari Minggu, 19 Januari, pada waktu yang tidak ditentukan. Perdana Menteri Qatar mengatakan ketentuan tersebut mencakup “mekanisme untuk menindaklanjuti penerapan perjanjian gencatan senjata dan pelanggaran apa pun yang mungkin terjadi.”

    “Hari ini, setelah berbulan-bulan diplomasi intensif oleh Amerika Serikat, bersama dengan Mesir dan Qatar, Israel dan Hamas telah mencapai kesepakatan gencatan senjata dan penyanderaan. Kesepakatan ini akan menghentikan pertempuran di Gaza, menyalurkan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan bagi warga sipil Palestina, dan menyatukan kembali para sandera dengan keluarga mereka setelah lebih dari 15 bulan ditawan,” kata Biden dalam pidatonya di Gedung Putih.

    Sebelumnya pada hari Rabu, Hamas menyetujui persyaratan yang diajukan oleh Kairo dan Doha. 

    “Perjanjian gencatan senjata adalah buah dari keteguhan legendaris rakyat Palestina kita yang hebat dan perlawanan gagah berani kita di Jalur Gaza selama lebih dari 15 bulan. Perjanjian untuk menghentikan agresi di Gaza adalah sebuah pencapaian bagi rakyat kita, perlawanan kita, bangsa kita, dan orang-orang bebas di dunia. Ini adalah titik balik dalam konflik dengan musuh, dalam perjalanan untuk mencapai tujuan rakyat kita untuk pembebasan dan kepulangan,” kata kelompok perlawanan Palestina tersebut.

    Kendati demikian, pejabat Israel belum meratifikasi persetujuan mereka terhadap kesepakatan gencatan senjata. ” Perdana menteri hanya akan berbicara kepada publik ketika kesepakatan telah tuntas dan ditutup,” kata sumber dari kantor Benjamin Netanyahu kepada media Israel.

    Kabinet keamanan dan pemerintahan penuh Israel diperkirakan akan memberikan suara pada kerangka kesepakatan besok siang. Setelah itu, Mahkamah Agung Israel akan memiliki waktu 24 jam untuk mengizinkan banding.

    “Kesepakatan yang akan disampaikan kepada pemerintah itu buruk dan berbahaya bagi keamanan nasional Israel… Perjanjian ini merusak banyak pencapaian perang, di mana para pahlawan bangsa ini mempertaruhkan nyawa mereka,” Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich mengumumkan pada Rabu malam.

    “Syarat yang jelas bagi kami untuk tetap berada di pemerintahan adalah kepastian mutlak untuk kembali berperang” dalam “skala penuh” hingga “kemenangan penuh,” pejabat supremasi Yahudi itu menambahkan.

    Tahap pertama kesepakatan ini akan melibatkan penarikan pasukan Israel dari beberapa wilayah Gaza, termasuk perlintasan Rafah di selatan dan beberapa bagian Koridor Philadelphia di sepanjang perbatasan Mesir. Penarikan pasukan ini akan dimulai setelah 34 tawanan Israel ditukar dengan ratusan tawanan Palestina pada minggu pertama.

    Menurut Al Mayadeen , ketentuan kesepakatan itu juga menyerukan Israel untuk secara bertahap menarik diri dari Koridor Netzarim, tempat tentara Israel telah membangun “ zona pemusnahan .”

    Ratusan truk bantuan kemanusiaan juga diperkirakan akan memasuki Jalur Gaza setiap hari setelah gencatan senjata diberlakukan. “Dengan kesepakatan ini, saya tegaskan pentingnya mempercepat masuknya bantuan kemanusiaan yang mendesak bagi warga Gaza untuk menghadapi situasi kemanusiaan yang mengerikan saat ini tanpa hambatan apa pun,” kata Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi melalui media sosial.

    Selama 15 bulan terakhir, Israel secara konsisten mencegah masuknya makanan, air, dan obat-obatan untuk membantu warga Gaza. Tentara penjajah juga secara sistematis menghancurkan sistem perawatan kesehatan di daerah kantong itu .

    Hingga pertengahan Januari, Kementerian Kesehatan Palestina telah mendokumentasikan lebih dari 46.000 kematian di Gaza. Akan tetapi, studi ilmiah menunjukkan jumlah korban tewas yang jauh lebih besar akibat kebijakan pemusnahan Israel, serangan terus-menerus terhadap petugas tanggap darurat, dan penggunaan senjata yang “mengubah” makhluk hidup menjadi uap.

  • Israel-Hamas Damai, AS dan Qatar Umumkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza, Kesepakatan 3 Fase – Halaman all

    Israel-Hamas Damai, AS dan Qatar Umumkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza, Kesepakatan 3 Fase – Halaman all

    Israel-Hamas Damai, AS dan Qatar Umumkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza Setelah 15 Bulan Genosida, Kesepakatan 3 Fase

    TRIBUNNEWS.COM- Amerika Serikat dan Qatar Umumkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza Setelah 15 Bulan Genosida.

    Kesepakatan tiga fase ini akan berlaku dalam beberapa hari ke depan dan akan membebaskan puluhan tahanan Israel dengan imbalan ratusan tahanan Palestina.

    Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani dan Presiden AS Joe Biden mengonfirmasi pada akhir 15 Januari bahwa gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan telah dicapai antara Hamas dan Israel.

    Kesepakatan tiga fase tersebut diharapkan mulai berlaku pada hari Minggu, 19 Januari, pada waktu yang tidak ditentukan. Perdana Menteri Qatar mengatakan ketentuan tersebut mencakup “mekanisme untuk menindaklanjuti penerapan perjanjian gencatan senjata dan pelanggaran apa pun yang mungkin terjadi.”

    “Hari ini, setelah berbulan-bulan diplomasi intensif oleh Amerika Serikat, bersama dengan Mesir dan Qatar, Israel dan Hamas telah mencapai kesepakatan gencatan senjata dan penyanderaan. Kesepakatan ini akan menghentikan pertempuran di Gaza, menyalurkan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan bagi warga sipil Palestina, dan menyatukan kembali para sandera dengan keluarga mereka setelah lebih dari 15 bulan ditawan,” kata Biden dalam pidatonya di Gedung Putih.

    Sebelumnya pada hari Rabu, Hamas menyetujui persyaratan yang diajukan oleh Kairo dan Doha. 

    “Perjanjian gencatan senjata adalah buah dari keteguhan legendaris rakyat Palestina kita yang hebat dan perlawanan gagah berani kita di Jalur Gaza selama lebih dari 15 bulan. Perjanjian untuk menghentikan agresi di Gaza adalah sebuah pencapaian bagi rakyat kita, perlawanan kita, bangsa kita, dan orang-orang bebas di dunia. Ini adalah titik balik dalam konflik dengan musuh, dalam perjalanan untuk mencapai tujuan rakyat kita untuk pembebasan dan kepulangan,” kata kelompok perlawanan Palestina tersebut.

    Kendati demikian, pejabat Israel belum meratifikasi persetujuan mereka terhadap kesepakatan gencatan senjata. ” Perdana menteri hanya akan berbicara kepada publik ketika kesepakatan telah tuntas dan ditutup,” kata sumber dari kantor Benjamin Netanyahu kepada media Israel.

    Kabinet keamanan dan pemerintahan penuh Israel diperkirakan akan memberikan suara pada kerangka kesepakatan besok siang. Setelah itu, Mahkamah Agung Israel akan memiliki waktu 24 jam untuk mengizinkan banding.

    “Kesepakatan yang akan disampaikan kepada pemerintah itu buruk dan berbahaya bagi keamanan nasional Israel… Perjanjian ini merusak banyak pencapaian perang, di mana para pahlawan bangsa ini mempertaruhkan nyawa mereka,” Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich mengumumkan pada Rabu malam.

    “Syarat yang jelas bagi kami untuk tetap berada di pemerintahan adalah kepastian mutlak untuk kembali berperang” dalam “skala penuh” hingga “kemenangan penuh,” pejabat supremasi Yahudi itu menambahkan.

    Tahap pertama kesepakatan ini akan melibatkan penarikan pasukan Israel dari beberapa wilayah Gaza, termasuk perlintasan Rafah di selatan dan beberapa bagian Koridor Philadelphia di sepanjang perbatasan Mesir. Penarikan pasukan ini akan dimulai setelah 34 tawanan Israel ditukar dengan ratusan tawanan Palestina pada minggu pertama.

    Menurut Al Mayadeen , ketentuan kesepakatan itu juga menyerukan Israel untuk secara bertahap menarik diri dari Koridor Netzarim, tempat tentara Israel telah membangun “ zona pemusnahan .”

    Ratusan truk bantuan kemanusiaan juga diperkirakan akan memasuki Jalur Gaza setiap hari setelah gencatan senjata diberlakukan. “Dengan kesepakatan ini, saya tegaskan pentingnya mempercepat masuknya bantuan kemanusiaan yang mendesak bagi warga Gaza untuk menghadapi situasi kemanusiaan yang mengerikan saat ini tanpa hambatan apa pun,” kata Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi melalui media sosial.

    Selama 15 bulan terakhir, Israel secara konsisten mencegah masuknya makanan, air, dan obat-obatan untuk membantu warga Gaza. Tentara penjajah juga secara sistematis menghancurkan sistem perawatan kesehatan di daerah kantong itu .

    Hingga pertengahan Januari, Kementerian Kesehatan Palestina telah mendokumentasikan lebih dari 46.000 kematian di Gaza. Akan tetapi, studi ilmiah menunjukkan jumlah korban tewas yang jauh lebih besar akibat kebijakan pemusnahan Israel, serangan terus-menerus terhadap petugas tanggap darurat, dan penggunaan senjata yang “mengubah” makhluk hidup menjadi uap.

    SUMBER: THE CRADLE

  • Alhamdulillah Ya Allah Palestina Bebas

    Alhamdulillah Ya Allah Palestina Bebas

    Jakarta

    Israel dan Hamas telah mencapai kesepakatan gencatan senjata, menandai akhir dari serangkaian pertempuran yang panjang dan menyakitkan di Jalur Gaza. Kesepakatan ini disambut dengan perasaan haru dan harapan oleh banyak netizen di seluruh dunia.

    Konflik antara Israel dan Hamas telah berlangsung selama bertahun-tahun, dengan eskalasi yang terjadi pada Oktober 2023 ketika Hamas meluncurkan serangan ke Israel, yang menyebabkan Israel merespons dengan serangan militer yang intens ke Jalur Gaza. Pertempuran ini telah menyebabkan ribuan korban jiwa dan menggusur puluhan ribu warga Palestina dari rumah mereka.

    Gencatan senjata ini, yang disepakati setelah perundingan maraton di Doha, Qatar, pada tanggal 15 Januari 2025, dirancang untuk memberikan kedamaian sementara dan kesempatan bagi bantuan kemanusiaan untuk memasuki wilayah yang terkena dampak.

    “Kesepakatan itu akan mulai berlaku pada 19 Januari,” ujar Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman dilansir Reuters, Kamis (16/1/2025).

    Di media sosial, terutama di platform seperti X (sebelumnya Twitter), reaksi terhadap gencatan senjata ini sangat positif, dengan banyak pengguna mengekspresikan rasa syukur dan harapan untuk masa depan yang lebih damai. Ungkapan “Alhamdulillah Ya Allah” menjadi trending, mencerminkan harapan banyak orang untuk kemerdekaan dan kedamaian yang sejati bagi Palestina.

    “ALHAMDULILAH Perjanjian gencatan senjata telah fix dan disepakati. 😭😭 Ya Allah aku terharu dan menangis melihat warga Gaza yang tumpah ke jalan dan merayakannya. 😭😭,” ungkap @erlanishere.

    “Alhamdulillah ya Allah bangun tidur mendapatkan kabar gembira, ceasefire now. Alhamdulillah Alhamdulillah Alhamdulillah ya Allah. But I will never stop talking about Palestine until it is free🇵🇸🍉,” ucap @meimey99.

    “Alhamdulillah Ya Allah awalnya buka X cuma mau ngeluh aja, ternyata liat berita Ya Allah gencatan senjata disetujui😭 Allahuakbar terima kasih Ya Allah😭,” kata @Kookoocrunchi.

    “alhamdulillah ya Allah, semoga rakyat palestine selalu diberi kemudahan menghadapi semuanya 😭🙏🏻 hasbunallah wa ni’mal wakil ni’mal maula wa ni’man nasir,” doa @kukiesc.

    “Alhamdulillah, atas izin Allah. Biarkan rakyat Palestina merayakan, tapi dunia nggak boleh lengah. Zionist makhluk culas, mereka akan terus membantai. Semangat terus menjaga Palestina sampai merdeka,” kata @haruruday.

    (afr/afr)

  • Jadwal Pertukaran Tahanan antara Hamas dan Israel: Sinwar Beri Lampu Hijau, Hamas-PIJ Sepakat – Halaman all

    Jadwal Pertukaran Tahanan antara Hamas dan Israel: Sinwar Beri Lampu Hijau, Hamas-PIJ Sepakat – Halaman all

    Jadwal Pertukaran Tahanan antara Hamas dan Israel: Sinwar Beri Lampu Hijau, Hamas-PIJ Sepakat Gencatan Senjata dengan Israel

    TRIBUNNEWS.COM – Negosiasi gencatan senjata Gaza di Doha, Qatar dilaporkan mengalami terobosan positif, Rabu (15/1/2025).

    Terkait itu, pemimpin Hamas di Gaza Muhammad Sinwar, disebut-sebut menyetujui kesepakatan yang diusulkan – kata laporan Axios mengutip pejabat Israel.

    Muhammad Sinwar, adik dari mendiang kepala politbiro Hamas Yahya Sinwar, yang disebut-sebut memimpin kelompok tersebut sekarang, “memberikan tanggapan positif,” pejabat lainnya menambahkan.

    “Ada optimisme bahwa kesepakatan dapat dicapai paling lambat besok,” kata laporan itu.

    Lembaga Penyiaran Publik Israel, Kan juga melaporkan bahwa Hamas memberikan lampu hijau.

    Anggota gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ) atau Brigade Al-Quds mengacungkan senjatanya, berparade di jalan-jalan Kota Gaza pada 5 Januari 2022. (Mahmud ham / AFP)

    Hamas-PIJ Sepakat Gencatan Senjata

    Dalam laporan lain, dua sumber Palestina yang dekat dengan negosiasi Doha mengonfirmasi kalau dua kelompok pembebasan Palestina, Hamas dan Jihad Islam Palestina (PIJ) telah menyetujui kesepakatan gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan.
     
    Sebuah sumber mengatakan kepada Agence France-Presse (AFP) kalau “Hamas dan PIJ memberi tahu para mediator tentang persetujuan mereka terhadap rancangan akhir perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan.”

    Sumber lain menambahkan, “Hamas menyampaikan tanggapan positifnya kepada Israel melalui mediator setelah mencapai kesepakatan pada semua poin dan rincian.”

    Perkembangan ini menandai langkah signifikan menuju penyelesaian ketegangan, dengan implementasi sekarang bergantung pada langkah prosedural akhir.

    Gambar yang diambil dari video selebaran yang dirilis oleh Kantor Media Hamas menunjukkan seorang sandera melambaikan tangan di samping anggota Brigade Al-Qassam sebelum diserahkan kepada pejabat dari Komite Palang Merah Internasional di Gaza pada 24 November 2023, menjelang pemindahannya ke Israel. Setelah 48 hari baku tembak dan pemboman yang merenggut ribuan nyawa, sandera pertama yang dibebaskan berdasarkan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas diserahkan pada 24 November, kata kedua belah pihak, hampir tujuh minggu setelah mereka ditangkap. (Photo by Alex MITA / HAMAS MEDIA OFFICE / AFP) (AFP/ALEX MITA)

    Jadwal Pertukaran Tahanan antara Hamas dan Israel

    Sementara itu, channel 12 Israel melaporkan kalau gelombang pertama pembebasan tawanan Israel oleh Hamas akan dilakukan pada hari Minggu, 19 Januari 2025.

    Beberapa sumber mengatakan kesepakatan hampir ditandatangani dan kemungkinan akan diumumkan secara resmi paling lambat besok, Kamis (16/1/2025).
     
    Laporan itu mengatakan bahwa kesepakatan tersebut serupa dengan yang diusulkan pada 27 Mei 2024, dan tawanan pertama yang akan dibebaskan adalah anak-anak dan wanita non-kombatan.

    Hari pertama: Tiga tawanan akan dibebaskan

    Hari ketujuh: Empat tawanan akan dibebaskan

    Hari ke 14 : Tiga dirilis (prioritas untuk wanita)

    Hari ke 21: Tiga dirilis

    Hari ke 28 : Tiga dirilis

    Hari ke 35: Tiga dirilis

    Pada saat itu, 19 tawanan akan dibebaskan dari 33 tawanan.

    Tahap pertama akan berlangsung selama 42 hari, dan 14 orang sisanya dari total 33 tawanan akan dibebaskan pada minggu terakhir tahap pertama, dan sebagian besarnya akan meliputi anak-anak, wanita, tentara wanita, berusia 50 tahun ke atas, pria yang sakit dan terluka.

    Personel Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas, dalam sebuah parade militer di Jalur Gaza. (khaberni/tangkap layar)

    Apa yang akan Didapat Hamas Sebagai Balasannya?

    1.000 tahanan Palestina akan dibebaskan dari penjara, mereka yang (diduga) didakwa melakukan pembunuhan akan dibebaskan ke Gaza, Qatar, atau Turki
    Para pejuang yang ditangkap dari pasukan operasi khusus Hamas (Nukhba) tidak akan dibebaskan pada tahap pertama
    Militer Israel akan mundur dari Koridor Netzarim
    Bantuan kemanusiaan akan ditingkatkan menjadi 600 truk per hari
    Penduduk Jalur Gaza utara akan dapat kembali ke rumah mereka mulai tanggal 22 Januari
    Sebagian besar pasukan Israel akan mundur dari Koridor Philadelphia

     

    (oln/RNTV/*)

  • Perjanjian Gencatan Senjata di Gaza Sudah Tercapai, Pengumuman Resmi Ditunda Gegara Netanyahu Curang – Halaman all

    Perjanjian Gencatan Senjata di Gaza Sudah Tercapai, Pengumuman Resmi Ditunda Gegara Netanyahu Curang – Halaman all

    Perjanjian Gencatan Senjata Sudah Tercapai, Tapi Pengumuman Resmi Ditunda Gegara Netanyahu

    TRIBUNNEWS.COM – Sejumlah laporan yang diterima dari ibu kota Qatar, Doha, menunjukkan bahwa perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza telah tercapai, khaberni melaporkan, Rabu (15/1/2025).

    Meski demikian, pengumuman resmi tercapainya kesepakatan gencatan senjata di Gaza tersebut tertunda.

    Sebuah narasumber utama dalam kelompok pembebasan Palestina, Hamas, mengaitkan penundaan pengumuman resmi “Sampai tercapainya kesepakatan mengenai mekanisme penerapan gencatan tersebut.”

    Pihak Hamas mengatakan kalau Perdana Menteri pemerintah pendudukan Israel, Benjamin Netanyahu, mencoba mencurangi perjanjian tersebut dan menghalanginya di saat-saat terakhir.

    Manuver itu dilakukan Netanyahu dengan meminta agar tahanan berstatus militer Israel ditambahkan ke dalam daftar 33 tahanan yang akan dibebaskan pada fase pertama. 

    Dari draft pertukaran sandera demi gencatan senjata yang sudah disepakati, disebutkan kalau kategori tahanan yang diklasifikasikan secara khusus, termasuk mereka yang merupakan anggota militer, dijadwalkan akan dibebaskan pada tahap-tahap berikut pertukaran sandera.

    Fase-fase ini menjadi syarat dari pendudukan Israel untuk membebaskan seribu tahanan pada tahap pertama, menurut surat kabar Al-Arabi Al-Jadeed.

    Sumber Hamas, mengungkapkan kalau delegasi perundingan Israel mencoba mempersulit perundingan, dengan mengklaim kalau mereka menginginkan pada tahap pertama pertukaran sandera untuk membebaskan semua kategori tahanan Israel, termasuk warga sipil, personel militer, pria dan wanita.

    Menurut perjanjian tersebut, tahap pertama adalah Hamas membebaskan 33 tahanan Israel, termasuk anak-anak, wanita, tentara wanita, orang tua, dan orang sakit.

    Sumber Hamas tersebut juga mengungkapkan, kategori tentara Israel yang ditangkap berseragam militer pada 7 Oktober 2023, termasuk sejumlah petugas dari Dinas Keamanan Umum, “Shin Bet,” dan petugas dari Unit Intelijen Israel 8200, akan dibebaskan pada tahap berikutnya dalam pertukaran.

    Fase berikut pertukaran sandera juga akan membebaskan mereka yang berkategori sebagai petinggi militer Israel.

    “Draft kesepakatan mencatat bahwa kategori-kategori sandera ini akan ditangani dalam transaksi dalam kunci khusus yang akan disepakati pada saat itu,” kata laporan Khaberni.

    Pasukan Israel (IDF) dari divisi cadangan infanteri menyerbu ke sebuah pemukiman warga Palestina di Jalur Gaza dalam agresi militer yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023 silam. (rntv/tangkap layar)

    Jaminan Sepihak Penarikan Pasukan oleh Israel

    Sumber Hamas tersebut juga menunjukkan bahwa di antara mekanisme implementasi yang menghalangi pengumuman resmi kesepakatan perjanjian gencatan senjata tersebut adalah pelanggaran perjanjian penyerahan peta untuk proses penarikan pasukan yang akan menyertai tahapan implementasi oleh Israel (pembebasan tahanan Palestina).

    Sumber tersebut menambahkan, delegasi Israel berusaha untuk membenarkan hal ini dengan mengatakan kalau mereka sendiri yang akan menjamin terjadinya penarikan pasukan (IDF), termasuk tetap berada di lokasi-lokasi penting di Jalur Gaza sampai semua hak perjanjian diselesaikan.

    Jaminan sepihak dari Israel ini yang masih menjadi hambatan.

    Pembukaan Kembali Penyeberangan Rafah

    Dalam konteks yang sama, para pejabat dari Badan Intelijen Umum Mesir mengunjungi perbatasan Rafah antara Mesir dan Jalur Gaza, Selasa (14/1/2025).

    Kunjungan itu dilaporkan untuk menyiapkan laporan mengenai status dan persyaratan pembukaan kembali penyeberangan di perbatasan Mesir-Palestina tersebut.

    Dalam assesmentnya, para pejabat tersebut menginspeksi kelengkapan dokumen dan fisik dari perusahaan transportasi “Hala” yang terafiliasi dengan pengusaha Sinai, Ibrahim Al-Arjani.

    Perusahaan ini ditunjuk sebagai penyedia jasa angkutan di perbatasan.

    “Selain perusahaan itu, ada pula perusahaan lain milik Al-Arjani yang terkait dengan penyelenggaraan dan koordinasi proses masuknya bantuan, di untuk melakukan persiapan pada tahap selanjutnya,” kata laporan Khaberni.

    IDF berupaya menguasai setidaknya 4 wilayah besar. Salah satu yang paling menonjol adalah koridor Netzarim. (X/Twitter)

    Hamas Minta Rincian Penarikan Mundur Pasukan Israel

    Sebelumnya kemarin, Selasa, sebuah sumber yang mengetahui perundingan tidak langsung antara Hamas dan Israel mengungkapkan kalau Hamas telah memberikan persetujuannya terhadap rancangan perjanjian tersebut kepada para mediator sejak malam Senin-Selasa.

    “Ketika Hamas menyampaikan tanggapannya, Hamas meminta tanggapan dari Israel melalui mediator untuk memberikan peta dengan rincian yang jelas untuk seluruh wilayah geografis di Jalur Gaza di mana tentara pendudukan akan mundur, dengan menentukan waktu setiap penarikan,” kata laporan itu.

    Sumber tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, menambahkan:

     “Hamas khawatir Israel akan mengakali penarikan bertahap jika mediator tidak memiliki peta yang jelas yang dapat dijadikan acuan jika terjadi pelanggaran oleh Israel.”

    Dampak Suram Bagi Israel

    Peluang besar terciptanya gencatan senjata yang dilakukan lewat proses pertukaran sandera dan tahanan antara gerakan Hamas Palestina dan Israel disambut secara tidak antusias oleh sejumlah entitas Zionis.

    Analis Yossi Yehoshua dalam tulisannya di surat kabar Yedioth Ahronoth, menyatakan, kalau draft perjanjian gencatan senjata di Gaza sejatinya merugikan pihak Israel.

    Kerugian itu khususnya karena dengan begitu, target utama perang yaitu pembubaran Hamas, tidak tercapai.

    Ditambah, penarikan mundur pasukan Israel dari titik-titik simpul di Jalur Gaza, adalah puncak dari kesia-siaan agresi militer darat pasukan Israel yang telah berlangsung lebih dari 15 bulan dan menelan banyak korban dan biaya.

    “Hal ini tidak membebaskan kita dari menghadapi masa depan suram yang menanti kita di sisi lain, mengingat banyaknya kesenjangan (perbedaan dengan keinginan Israel) dalam perjanjian yang sedang dirancang,” kata Yossi, dikutip dari Khaberni, Selasa (14/1/2025).

    Berikut tulisan Yossi soal peluang gencatan di Gaza:

    Kita tidak perlu menutup-nutupi kenyataan yang ada. Perjanjian yang muncul ini berdampak buruk bagi Israel, namun Israel tidak punya pilihan selain menerimanya.

    Israel mempunyai kewajiban moral terhadap warga negaranya yang ditangkap dan tentara yang dibiarkan tanpa perlindungan.

    Lima belas bulan setelah dimulainya perang, tentara belum mampu membongkar kekuatan militer Hamas, dan kepemimpinan politik belum melakukan upaya untuk mencari alternatif pemerintahan di Gaza.

    Sebuah kesepakatan dicapai di mana kita membayar harga yang tinggi, yang seharusnya dibayar untuk kesepakatan yang komprehensif, dan bukan kesepakatan parsial yang setelah itu alat-alat tekanan yang bertujuan untuk memastikan tahap selanjutnya akan hilang.

    Pasukan Israel (IDF) dari divisi infanteri melakukan agresi militer darat ke Jalur Gaza. (khaberni/tangkap layar)

    Detail Draft Gencatan Senjata

    Berikut draf rancangan perjanjian gencatan senjata di Gaza, menurut apa yang diterbitkan oleh Hebrew Broadcasting Corporation:

    Tahap Pertama (42 hari):

    1. Penghentian sementara operasi militer timbal balik antara kedua pihak, dan penarikan pasukan Israel ke arah timur dan menjauh dari daerah berpenduduk ke daerah sepanjang perbatasan di seluruh wilayah Jalur Gaza, termasuk Lembah Gaza (poros Netzarim dan Alun-Alun Kuwait) .

    2. Penghentian sementara aktivitas udara (untuk tujuan militer dan pengintaian) di Jalur Gaza selama 10 jam setiap hari, dan 12 jam pada hari pembebasan korban penculikan dan tahanan.

    3. Pengembalian pengungsi ke daerah tempat tinggalnya, dan penarikan diri dari Lembah Gaza (poros Netzarim dan Alun-Alun Kuwait):

    • A. Pada hari ketujuh (setelah pembebasan 7 tahanan), pasukan Israel mundur sepenuhnya dari Jalan Al-Rashid ke arah timur ke Jalan Salah Al-Din, membongkar seluruh situs dan instalasi militer di daerah ini, dan mengembalikan para pengungsi ke daerah dan tempat tinggal mereka (tanpa membawa senjata selama kepulangan), dengan kebebasan bergerak warga di seluruh wilayah Jalur Gaza, dan masuknya bantuan kemanusiaan melalui Jalan Al-Rashid, dimulai dari hari pertama, tanpa hambatan.

    • B. Pada hari kedua puluh dua, pasukan Israel mundur dari pusat Jalur Gaza (terutama poros Netzarim dan poros Kuwait Square) di sebelah timur Jalan Salah al-Din ke daerah dekat perbatasan, dan situs serta instalasi militer sepenuhnya dihancurkan dan dibongkar, dan para pengungsi terus kembali ke tempat tinggal mereka (tanpa membawa senjata selama mereka kembali) di Jalur Gaza Utara, dengan kebebasan bergerak bagi penduduk di seluruh wilayah Jalur Gaza.

    • C. Mulai dari hari pertama, bantuan kemanusiaan, bahan bantuan dan bahan bakar dalam jumlah yang cukup dan intensif telah disalurkan (600 truk per hari, termasuk 50 truk bahan bakar, termasuk 300 untuk wilayah utara), termasuk bahan bakar yang dibutuhkan untuk mengoperasikan pembangkit listrik, perdagangan dan peralatan yang diperlukan untuk menghilangkan puing-puing dan merehabilitasi wilayah yang hancur. 

    Mengoperasikan rumah sakit, pusat kesehatan dan toko roti di seluruh wilayah Jalur Gaza, dan melanjutkannya di seluruh tahap perjanjian.

    4. Pertukaran sandera dan tawanan antara kedua belah pihak:

    A. Pada tahap pertama, Hamas membebaskan 33 tahanan Israel (hidup atau mati), termasuk wanita (warga sipil dan tentara wanita), anak-anak (di bawah usia 19 tahun selain tentara), orang tua (di atas usia 50 tahun), serta orang-orang yang terluka dan warga sipil yang sakit, dengan imbalan sejumlah tahanan di penjara dan pusat penahanan Israel, sesuai dengan ketentuan berikut:

    • Hamas membebaskan semua tahanan Israel yang masih hidup, termasuk perempuan dan anak-anak sipil (di bawah usia 19 tahun, bukan tentara). 

    Sebagai imbalannya, Israel membebaskan 30 anak-anak dan perempuan untuk setiap tahanan Israel yang dibebaskan, berdasarkan daftar yang diberikan oleh Hamas berdasarkan senioritas dalam tahanan.

    B. Hamas membebaskan semua tentara wanita Israel yang masih hidup.

    Sebagai imbalannya, Israel membebaskan 50 tahanan dari penjaranya untuk setiap tentara wanita Israel yang dibebaskan.

    5. Penjadwalan pertukaran korban penculikan dan tawanan antara kedua pihak pada tahap pertama:

    • Pada hari pertama perjanjian, Hamas membebaskan tiga sandera Israel (warga sipil).

    • Pada hari ketujuh perjanjian, Hamas kembali membebaskan empat sandera Israel (warga sipil).

    • Setelah itu, Hamas membebaskan lagi tiga sandera Israel setiap tujuh hari, dimulai dari perempuan (warga sipil dan tentara).

    Semua orang yang diculik akan dibebaskan hidup-hidup.

    • Pada minggu keenam, Hamas membebaskan seluruh tahanan sipil yang termasuk dalam fase ini. Sebagai imbalannya, Israel membebaskan sejumlah tahanan Palestina dari penjara sesuai dengan daftar yang disediakan oleh Hamas.

    • Pada hari ketujuh, Hamas mengirimkan informasi tentang jumlah warga Israel yang diculik dan akan dibebaskan pada tahap ini.

    • Pada minggu keenam (setelah pembebasan Hisham al-Sayyid dan Avra ​​​​Mengistu di antara total 33 penculik Israel setuju untuk dibebaskan pada tahap pertama perjanjian), Israel membebaskan 47 tahanan yang ditangkap kembali setelah kesepakatan.

    •  Jika jumlah korban penculikan Israel yang masih hidup yang dijadwalkan untuk dibebaskan tidak mencapai 33 orang, jumlah tersebut akan ditambah dengan jenazah dari kategori yang sama. Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan semua wanita dan anak-anak (di bawah usia 19 tahun) pada minggu keenam ditangkap dari Jalur Gaza setelah 7 Oktober 2023.

    • Proses pertukaran ini terkait dengan sejauh mana kepatuhan terhadap ketentuan perjanjian, termasuk penghentian operasi militer di kedua belah pihak, penarikan pasukan Israel, kembalinya pengungsi, dan masuknya bantuan kemanusiaan.

    • Tahanan Palestina yang dibebaskan tidak akan ditangkap lagi atas tuduhan yang sama seperti sebelumnya, dan Israel tidak akan mengambil inisiatif untuk menangkap kembali tahanan Palestina yang dibebaskan untuk menjalani sisa masa hukumannya.

    • Tahanan Palestina yang akan dibebaskan tidak diharuskan menandatangani dokumen apapun sebagai syarat pembebasan mereka.

    6. Pertukaran korban penculikan dan tahanan pada tahap pertama yang disebutkan di atas tidak akan dianggap sebagai dasar kriteria pertukaran pada tahap kedua.

    7. Selambat-lambatnya pada hari keenam belas, perundingan tidak langsung akan dimulai antara kedua pihak mengenai kesepakatan tentang syarat-syarat pelaksanaan perjanjian tahap kedua ini, termasuk yang berkaitan dengan kriteria pertukaran tawanan antara kedua belah pihak (tentara dan lain-lain).

    Kesepakatan mengenai hal ini harus dicapai sebelum akhir minggu kelima fase ini.

    8. Perserikatan Bangsa-Bangsa, badan-badannya dan organisasi internasional lainnya melanjutkan pekerjaan mereka dalam menyediakan layanan kemanusiaan di seluruh wilayah Jalur Gaza, dan akan terus melakukan hal tersebut sepanjang tahapan perjanjian.

    9. Memulai rehabilitasi infrastruktur (listrik, air, limbah, komunikasi, dan jalan) di seluruh wilayah Jalur Gaza, memperbolehkan penggunaan peralatan pertahanan sipil yang diperlukan, dan menghilangkan puing-puing, dan ini akan berlanjut di semua tahap perjanjian.

    10. Menyediakan perbekalan yang diperlukan untuk membangun tempat penampungan bagi para pengungsi yang kehilangan tempat tinggal selama perang (setidaknya 60.000 unit rumah sementara – karavan – dan 200.000 tenda).

    11. Setelah pembebasan seluruh tentara Israel, jumlah tentara yang terluka yang akan dipindahkan untuk perawatan medis melalui penyeberangan Rafah akan ditingkatkan, jumlah orang sakit dan terluka yang diizinkan menyeberang akan ditingkatkan, dan pembatasan terhadap pergerakan barang dan perdagangan akan dihilangkan.

    12. Mulai melaksanakan pengaturan dan rencana yang diperlukan untuk membangun kembali rumah, bangunan sipil, dan infrastruktur yang hancur akibat perang dan memberikan kompensasi kepada mereka yang terkena dampak, di bawah pengawasan sejumlah negara dan organisasi, termasuk Mesir, Qatar, dan PBB .

    13-Semua tindakan dalam fase ini, termasuk penghentian sementara operasi militer di kedua belah pihak, upaya pemberian bantuan dan perlindungan, penarikan pasukan, dll., akan berlanjut selama fase kedua seiring dengan berlanjutnya negosiasi mengenai syarat-syarat fase kedua dan pelaksanaannya.

    Tahap kedua (42 hari):

    14. Pengumuman kembalinya ketenangan berkelanjutan (penghentian permanen operasi militer dan semua aktivitas permusuhan) akan berlaku sebelum dimulainya pertukaran korban penculikan dan tahanan antara kedua pihak – semua pria Israel yang masih hidup (warga sipil dan tentara) – sebagai imbalan atas jumlah tahanan yang disepakati di penjara dan pusat penahanan Israel, Penarikan total pasukan Israel dari Jalur Gaza.

    Tahap ketiga (42 hari):

    15. Jenazah dan jenazah akan dipertukarkan antara kedua pihak setelah mereka ditemukan dan diidentifikasi.

    16. Melaksanakan rencana rekonstruksi Jalur Gaza selama jangka waktu 3 sampai 5 tahun, termasuk perumahan, bangunan sipil, dan infrastruktur sipil, dan memberikan kompensasi kepada semua yang terkena dampak, di bawah pengawasan sejumlah negara dan organisasi, termasuk Mesir, Qatar , dan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

    17. Membuka perlintasan dan memperbolehkan pergerakan orang dan barang.

     

    Penjamin perjanjian:

    Qatar, Mesir, Amerika Serikat

     

     

     

    (oln/khbrn/*)
     

     

     

  • Fahri Hamzah Ungkap Qatar Tambah Komitmen Bangun 6 Juta Rumah di Indonesia

    Fahri Hamzah Ungkap Qatar Tambah Komitmen Bangun 6 Juta Rumah di Indonesia

    Jakarta: Qatar menambah komitmennya dalam mendukung pembangunan perumahan di Indonesia. Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman, Fahri Hamzah, mengungkapkan bahwa pemerintah Qatar kini berencana membangun total 6 juta unit rumah di Indonesia. Komitmen ini merupakan kelanjutan dari perjanjian sebelumnya yang telah disepakati antara kedua negara.
     
    Semula, Qatar hanya berencana membangun 1 juta rumah berdasarkan nota kesepahaman (MoU) yang ditandatangani di Istana Merdeka. Namun, mereka memutuskan untuk menambah 5 juta unit rumah lagi, yang sepenuhnya berasal dari pemerintah Qatar. 
     
    “Jadi, total rumah yang akan mereka kerjakan adalah 6 juta rumah,” ujar Fahri Hamzah melalui unggahan di Instagram pribadinya, Rabu, 15 Januari 2025.

    Baca juga: Prabowo Larang Perumahan Dibangun di Persawahan, Fahri Hamzah Soroti Tingkah Perbankan

    Peran Pemerintah dan Semi-Government

    Fahri menjelaskan, perjanjian investasi awal untuk pembangunan 1 juta rumah melibatkan entitas semi-pemerintah Qatar. Sementara itu, tambahan 5 juta unit rumah sepenuhnya didukung oleh pemerintah Qatar. Hal ini menunjukkan komitmen besar Qatar dalam membantu memenuhi kebutuhan perumahan di Indonesia.
     
    Proyek ini tidak hanya akan menjadi solusi untuk mengatasi defisit perumahan di Indonesia tetapi juga memberikan peluang kerja yang besar bagi masyarakat lokal. “Tambahan 5 juta unit rumah itu berasal dari pemerintah Qatar,” tambah Fahri.

    Pertemuan di Doha Akan Bahas Skema Pembangunan

    Rencana pembangunan 6 juta rumah ini masih dalam tahap pembahasan. Fahri menyebutkan bahwa skema dan rincian proyek akan dibahas lebih lanjut dalam pertemuan bilateral yang dijadwalkan berlangsung di Doha pada akhir bulan ini.
     
    “Skema pembangunannya akan dibahas lebih lanjut dalam pertemuan di Doha pada akhir bulan ini,” jelas Fahri.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (DHI)

  • Hamas Belum Tanggapi Draf Gencatan Senjata, Tunggu Israel Kirim Peta Penarikan IDF dari Gaza – Halaman all

    Hamas Belum Tanggapi Draf Gencatan Senjata, Tunggu Israel Kirim Peta Penarikan IDF dari Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang pejabat Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) mengatakan gerakan tersebut belum menyampaikan tanggapannya terhadap draf akhir perjanjian gencatan senjata karena Israel belum menyerahkan peta wilayah di mana mereka akan menarik diri.

    Peta tersebut termasuk penarikan tentara Israel dari poros Netzarim untuk mengamankan kembalinya para pengungsi ke rumah mereka.

    Selain itu, termasuk penarikan dari poros Philadelphia di perbatasan dengan Mesir, penarikan dari Jabalia di Jalur Gaza utara dan Rafah di Jalur Gaza selatan.

    Hamas mengatakan telah melakukan serangkaian kontak dan konsultasi dengan para pemimpin faksi Palestina.

    Mereka juga memberikan informasi terkini kepada mereka mengenai kemajuan yang dicapai dalam negosiasi yang sedang berlangsung di Doha.

    Sementara itu, media Israel mengatakan militer Israel sedang membahas peta yang menunjukkan wilayah penarikan tentaranya.

    “Komando Selatan tentara pendudukan Israel membahas persiapan penarikan bertahap pasukan tentara dari Gaza,” lapor Otoritas Penyiaran Israel, Selasa (14/1/2025).

    Surat kabar itu menjelaskan rencana sedang dibuat untuk mengerahkan kembali tentara di sekitar Jalur Gaza dan secara bertahap menarik diri dari Netzarim dan Philadelphia, di selatan Jalur Gaza.

    Laporan tersebut menunjukkan infrastruktur telah dibangun di poros Netzarim, termasuk antena komunikasi, dan akan memakan waktu sekitar satu minggu untuk mengevakuasi daerah tersebut.

    “Sumber keamanan Israel mengkonfirmasi tentara pendudukan sedang bersiap untuk meninggalkan penyeberangan Rafah segera setelah mencapai kesepakatan,” kata laporan tersebut.

    Sebelumnya pada Sabtu (11/1/2025), surat kabar Israel Haaretz mengutip sumber yang mengatakan tentara pendudukan Israel telah menyetujui rencana untuk segera menarik pasukan dari sebagian besar wilayah Gaza seiring dengan kemajuan negosiasi tahanan.

    Sumber tersebut mengindikasikan tentara pendudukan Israel akan melaksanakan perjanjian apa pun yang diratifikasi oleh tingkat politik, bahkan jika perjanjian tersebut mencakup penarikan segera. 

    Mereka juga percaya ada kemungkinan untuk menarik pasukan dari poros Netzarim meskipun ada fasilitas yang dibangun di sana.

    Sebelumnya, sekutu Israel, pemerintah Amerika Serikat (AS), yakin bahwa perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas dapat dicapai pada minggu ini.

    Jumlah Korban di Jalur Gaza

    Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 46.645 jiwa dan 110.012 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Selasa (14/1/2025) menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.

    Sebelumnya, Israel mulai menyerang Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak pendirian Israel di Palestina pada 1948.

    Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 sandera Palestina pada akhir November 2023.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Sosok Mohammed Sinwar yang Membangun Kembali Hamas di Gaza: Lebih Misterius dari Yahya Sinwar – Halaman all

    Sosok Mohammed Sinwar yang Membangun Kembali Hamas di Gaza: Lebih Misterius dari Yahya Sinwar – Halaman all

    Sosok Muhammad Sinwar yang Membangun Kembali Hamas di Gaza, Lebih Misterius dari Yahya Sinwar

     
    TRIBUNNEWS.COM – Media Amerika Serikat (AS), The American Wall Street Journal melaporkan kalau Mohammed Sinwar, adik dari mantan ketua Gerakan Pembebasan Palestina, Hamas, mendiang Yahya Sinwar, sedang membangun kembali gerakan tersebut.

    Rekonstruksi kembali kekuatan Hamas ini dilakukan  dengan merekrut para petempur baru di Jalur Gaza.

    Laporan menyebut, tujuan rekonstruksi kembali gerakan Hamas ini guna menghadapi Israel dalam taktik perang atrisi (perang gesekan) dalam jangka panjang.

    Surat kabar tersebut melaporkan, gerakan Hamas mengalami pukulan hebat pada musim gugur lalu (Oktober 2024) setelah pembunuhan Yahya Sinwar.

    “Namun agresi Israel di Jalur Gaza juga menciptakan generasi pejuang baru dan memenuhi Gaza dengan persenjataan yang belum meledak sehingga perlawanan memproduksi ulang menjadi bom yang mereka gunakan di pertempuran yang sedang berlangsung di Jalur Gaza,” tulis laporan itu.

    Analis militer Israel, pensiunan Mayor Jenderal Israel Amir Afifi, menyatakan program rekrutmen petempur baru Hamas di bawah kepemimpinan Mohammed Sinwar ini membuat laju Hamas dalam membangun kembali kemampuannya lebih cepat dibandingkan laju pemusnahan pejuang Hamas oleh tentara Israel.

    Para petempur Brigade Al Qassam, sayap militer gerakan pembebasan Palestina, Hamas, di Jalur Gaza. Israel menyebut Hamas mampu memperbarui kekuatan militernya dengan merekrut puluhan ribu petempur baru. (khaberni/tangkap layar)

    “Kepemimpinan Mohammed Sinwar dan pertempuran yang sedang berlangsung  merupakan tantangan baru bagi Israel,” kata dia, dilansir Khaberni, Selasa (14/1/2025).

    Afifi menekankan kalau Mohammed Al-Sinwar “mengatur segalanya” dan bahwa dia “berfokus upaya untuk menghidupkan kembali Hamas.” 

    Dia mengatakan bahwa setelah pembunuhan Yahya Al-Sinwar, para pejabat gerakan Hamas di luar negeri memutuskan “untuk membentuk dewan kepemimpinan kolektif” untuk menunjuk pemimpin baru, namun para pejuang Hamas di Gaza tidak mematuhinya. 

    “Sekarang mereka secara mandiri bertempur di bawah kepemimpinan Si Sinwar Junior,” menurut mediator Arab yang terlibat dalam perundingan gencatan senjata dengan Israel.

    Surat kabar tersebut mengatakan bahwa Mohammed Al-Sinwar – yang berusia sekitar 50 tahun – dekat dengan kakak laki-lakinya, yang 10 tahun lebih tua darinya, bergabung dengan Hamas pada usia dini lewat Brigade Izz al-Din al-Qassam, sayap militer Hamas, di bawah komando Muhammad al-Deif.

    Yahya Sinwar (Kiri) dan Muhammad Sinwar (Kanan) (X/Twitter)

    Lebih Misterius

    Berbeda dari saudaranya Yahya Sinwar, yang dipenjara selama lebih dari dua dekade di Israel, Mohammed Sinwar tidak menghabiskan waktu lama di penjara pendudukan. 

    Dia juga lebih tidak dikenal dan teridentifikasi oleh Israel. 

    Sinwar Junior lebih banyak bekerja di belakang layar, yang membuatnya mendapat julukan “Manusia Bayangan.”

    Seorang pejabat senior Israel dari Komando Selatan tentara pendudukan mengatakan, “Kami bekerja keras untuk menemukannya,”.

    Laporan media AS tersebut, mengutip analis politik – menyatakan Mohammed Al-Sinwar sekarang adalah komandan militer tertinggi Hamas di Gaza, bersama dengan dengan Izz al-Din Haddad, komandan militer di Gaza utara.

    Menurut pejabat Israel, Mohammed al-Sinwar termasuk di antara mereka yang bertanggung jawab atas penculikan seorang tentara Israel pada tahun 2006.

    Penculikan tentara Israel ini akhirnya menyebabkan pembebasan saudaranya, Yahya Sinwar dalam kesepakatan pertukaran tahanan 5 tahun kemudian.

    Sebelum dimulainya agresi, Israel memperkirakan Hamas sebagai milisi akan memiliki hingga 30.000 pejuang yang didistribusikan di 24 batalyon dalam struktur yang mirip dengan tentara reguler. 

    Tentara pendudukan Israel saat ini mengklaim kalau mereka menghancurkan struktur terorganisir tersebut, membunuh sekitar 17.000 pejuang, dan menangkap ribuan lainnya.

    Penentu Keputusan Hamas Soal Draft Gencatan Senjata

    Situs web Israel, Walla melaporkan perkembangan negosiasi pertukaran tahanan dan sandera antara Gerakan Hamas dan Israel demi tercapainya kesepakatan gencatan di Gaza.

    Mengutip para pejabat Israel, laporan itu menyatakan kalau Israel dan para mediator (Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat) menyetujui rancangan terkait perundingan dengan gerakan Hamas.

    “Draf tersebut telah dikirim ke Hamas, dan tanggapannya diperkirakan akan diberikan dalam waktu 24 jam ke depan,” kata laporan itu dikutip Khaberni, Senin (13/1/2025).

    Menurut sumber tersebut, orang yang akan mengambil keputusan akhir atas rancangan tersebut adalah komandan sayap militer Hamas di Gaza, Mohammed Sinwar, dalam beberapa literatur menyebut dengan Muhammad al-Sanwar.

    Menurut situs Ibrani tersebut, pihak Israel sudah sangat fleksibel dalam beberapa hari terakhir mengenai sejumlah masalah dalam negosiasi tersebut.

    Para pejabat menambahkan, Israel menunggu tanggapan Hamas, setelah itu baru akan ditentukan apakah kesepakatan telah tercapai atau belum.

    Komandan Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas di Gaza, Muhammad al-Sanwar.

    Berada di Titik Kritis, Kesepakatan Israel-Hamas Hampir Final

    Negosiasi untuk gencatan senjata di Jalur Gaza dilaporkan berada pada titik “kritis”.

    Delegasi Israel tiba di ibu kota Qatar, Doha, pada Minggu (12/1/2025), dipimpin oleh Kepala Mossad, David Barnea.

    Seorang sumber senior di Hamas secara eksklusif mengatakan kepada situs berbahasa Arab milik The New Arab, Al-Araby Al-Jadeed, pada Sabtu bahwa hampir semua rincian dari “konsep akhir” kesepakatan gencatan senjata Gaza telah selesai.

    Sumber tersebut mengungkapkan bahwa para mediator kini bersiap mengumumkan kesepakatan gencatan senjata, setelah delegasi Israel yang dikirim oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tiba.

    Upaya gencatan senjata sebelumnya telah gagal, tetapi kali ini, sumber Palestina menunjukkan bahwa situasinya berbeda, dan kesepakatan gencatan senjata hampir siap.

    Sumber Palestina lainnya mengatakan kepada Al-Araby Al-Jadeed bahwa tim teknis dari negara-negara mediator, termasuk AS, Qatar, dan Mesir, serta kedua belah pihak, telah menyelesaikan persiapan kesepakatan tersebut.

    Mereka menambahkan bahwa kesepakatan itu akan dilaksanakan dalam 24 jam setelah Netanyahu menyetujuinya.

    Jejak asap terlihat setelah tembakan roket dari Jalur Gaza menuju Israel, pada 26 September 2024. (Foto oleh Abed Rahim Khatib/Flash90.)

    Utusan Donald Trump Hadir

    Pada Jumat (10/1/2025), Steve Witkoff, utusan Presiden Terpilih AS Donald Trump, tiba di Doha.

    Kunjungan tersebut bertujuan mempercepat proses negosiasi gencatan senjata.

    Witkoff bertemu dengan Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani.

    Setelah itu, ia bertemu dengan Netanyahu di Israel pada Sabtu.

    Faktor lain yang memperkuat kemungkinan tercapainya kesepakatan gencatan senjata kali ini adalah pertemuan yang akan datang antara Gal Hirsch, pejabat Israel yang bertanggung jawab atas negosiasi tawanan yang ditahan oleh Hamas, dengan Kepala Komite Internasional Palang Merah (ICRC), Mirjana Spoljaric Egger.

    Hamas dilaporkan akan membebaskan 33 tawanan Israel pada tahap awal perjanjian, sebagai imbalan pembebasan tahanan Palestina.

    Ada indikasi bahwa Trump ingin mengamankan kesepakatan gencatan senjata sebelum pelantikannya sebagai Presiden AS pada 20 Januari.

    Israel Mungkin Menarik Pasukan dari Koridor Philadelphia

    Meskipun rincian kesepakatan gencatan senjata masih dirahasiakan, Al-Araby Al-Jadeed melaporkan bahwa usulan gencatan senjata terbaru melibatkan penarikan pasukan Israel dari Koridor Philadelphia, yang memisahkan Jalur Gaza dari Mesir, pada hari-hari terakhir perjanjian tersebut.

    Netanyahu sebelumnya bersikeras untuk menguasai Koridor Philadelphia serta Persimpangan Netzarim di tengah Jalur Gaza.

    Hal ini yang menyebabkan gagalnya perundingan sebelumnya, yang memperpanjang Perang Gaza.

    Pada tahap awal perjanjian, pasukan Israel akan mundur sebagian dari Gaza, sementara pos pengamatan Israel di wilayah yang hancur akan tetap ada, menurut sumber yang berbicara kepada Al-Araby Al-Jadeed.

    Penarikan penuh pasukan Israel akan terjadi pada akhir perjanjian.

    Netanyahu Bicara dengan Biden

    Joe Biden diperkirakan menelepon PM Israel, Netanyahu bicarakan terkait Philadelphia pada Rabu (21/8/2024), malam (X/Twitter)

    Mengutip Al Jazeera, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara dengan Presiden AS Joe Biden pada Minggu.

    Netanyahu memberi tahu Biden tentang mandat yang telah dia berikan kepada tim negosiasi Israel, yang kini berada di Doha, untuk membahas gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan tawanan.

    Tim Israel diperkirakan akan tinggal setidaknya satu hari lagi di Doha untuk merampungkan rincian akhir kesepakatan potensial.

    Biden menekankan bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk gencatan senjata, meskipun pernyataan serupa telah disampaikan lebih dari setahun yang lalu.

    Serangan Israel Berlanjut

    Meski ada kemajuan dalam negosiasi gencatan senjata, Israel terus melancarkan serangan terhadap warga sipil di Jalur Gaza.

    Serangan udara Israel menewaskan delapan orang di sebuah sekolah yang menampung pengungsi di Jabalia, Gaza Utara, dilansir The New Arab.

    Setidaknya 46.565 orang tewas akibat serangan Israel, sebagian besar wanita dan anak-anak, dengan lebih dari 109.000 lainnya terluka.

    Wilayah tersebut mengalami kehancuran total akibat serangan, dan sebagian besar penduduk terpaksa mengungsi berkali-kali. Jumlah korban tewas yang sebenarnya diyakini lebih tinggi daripada angka resmi.

     

    (oln/khbrn/*)