kab/kota: Doha

  • Pertemuan Rahasia antara Amerika dan Hamas di Doha, Tersiar Bahas soal Sandera dan Perang Gaza – Halaman all

    Pertemuan Rahasia antara Amerika dan Hamas di Doha, Tersiar Bahas soal Sandera dan Perang Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemerintahan Presiden Donald Trump diam-diam mengadakan pembicaraan langsung dengan Hamas untuk membahas sandera Amerika yang ditahan oleh kelompok tersebut di Gaza.

    Pertemuan AS-Hamas berlangsung di ibu kota Qatar, Doha, dipimpin oleh utusan khusus Presiden Amerika Serikat, Adam Boehler, yang bertanggung jawab dalam urusan penyanderaan.

    Sumber diplomatik senior mengungkapkan informasi ini kepada Al Arabiya English pada Rabu (5/3/2025).

    Pembicaraan tersebut berfokus pada dua hal utama: pembebasan sandera Amerika yang masih ditahan di Gaza dan kemungkinan upaya untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung lama di wilayah tersebut.

    Pertemuan ini berfokus pada pembebasan sandera Amerika yang masih ditahan oleh Hamas, namun pembicaraan juga membahas kemungkinan kesepakatan yang lebih luas, termasuk gencatan senjata jangka panjang.

    Pertemuan rahasia Amerika dan Hamas di Doha ini pertama kali dilaporkan oleh Axios.

    Gedung Putih menyatakan Israel sudah diajak berkonsultasi mengenai masalah ini, meskipun tidak terlibat langsung dalam perundingan.

    Negosiasi langsung dengan Hamas tanpa persetujuan Israel adalah langkah yang belum pernah diambil oleh pemerintahan AS sebelumnya.

    Sementara itu, masih ada 59 sandera yang ditahan oleh Hamas di Gaza.

    Pasukan Pertahanan Israel mengonfirmasi bahwa 35 sandera telah tewas, sementara intelijen Israel meyakini bahwa 22 sandera lainnya masih hidup.

    Di antara sandera yang tersisa, terdapat lima warga Amerika, termasuk Edan Alexander yang berusia 21 tahun, yang diyakini masih hidup.

    Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, menegaskan dialog ini adalah bagian dari upaya Amerika untuk melindungi kepentingan rakyatnya, sebuah prinsip yang telah diterapkan Presiden Donald Trump dalam berbagai situasi sebelumnya.

    Utusan Gedung Putih untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, yang semula dijadwalkan untuk mengunjungi Doha guna bertemu Perdana Menteri Qatar terkait gencatan senjata, membatalkan perjalanannya setelah tidak ada kemajuan yang tercapai dalam pembicaraan.

    Pendekatan yang Berbeda antara Trump dan Biden

    Pendekatan yang diambil oleh pemerintahan Trump sangat berbeda dengan kebijakan yang dijalankan oleh Presiden Biden.

    Trump tidak hanya mengancam keras Hamas, tetapi juga mengusulkan kemungkinan “pengambilalihan” Gaza oleh AS.

    Gencatan senjata 42 hari, yang merupakan bagian dari fase pertama kesepakatan Gaza, berakhir pada Sabtu (1/3/2025) setelah para pihak gagal mencapai kesepakatan untuk memperpanjangnya.

    Meski pertempuran belum berlanjut, Israel menghentikan semua pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza, yang kini tengah menghadapi krisis kemanusiaan besar.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • AS dan Hamas Berunding Langsung soal Pembebasan Sandera di Gaza

    AS dan Hamas Berunding Langsung soal Pembebasan Sandera di Gaza

    Jakarta

    Amerika Serikat (AS) menggelar pembicaraan langsung dengan kelompok Hamas terkait pembebasan sandera yang ditahan di Gaza. Pihak Israel sudah diajak konsultasi mengenai pembicaraan dengan kelompok Hamas.

    Dilansir AFP, Gedung Putih mengonfirmasi bahwa seorang utusan AS berbicara langsung dengan Hamas untuk mengamankan sandera Amerika. Pemerintah AS merasa hal ini benar.

    “Israel telah diajak berkonsultasi mengenai masalah ini, dan lihat, dialog dan berbicara dengan orang-orang di seluruh dunia untuk melakukan apa yang menjadi kepentingan terbaik rakyat Amerika adalah sesuatu yang menurut Presiden benar,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengatakan kepada wartawan.

    Ia mengatakan pihaknya mengutus utusan sandera AS, Adam Boehler. “Dia memiliki wewenang untuk berbicara dengan siapa pun,” imbuhnya.

    “Ada nyawa orang Amerika yang dipertaruhkan,” lanjut dia.

    ADVERTISEMENT

    `;
    var mgScript = document.createElement(“script”);
    mgScript.innerHTML = `(function(w,q){w[q]=w[q]||[];w[q].push([“_mgc.load”])})(window,”_mgq”);`;
    adSlot.appendChild(mgScript);
    },
    function loadCreativeA() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    adSlot.innerHTML = “;

    console.log(“🔍 Checking googletag:”, typeof googletag !== “undefined” ? “✅ Defined” : “❌ Undefined”);

    if (typeof googletag !== “undefined” && googletag.apiReady) {
    console.log(“✅ Googletag ready. Displaying ad…”);
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    } else {
    console.log(“⚠️ Googletag not loaded. Loading GPT script…”);
    var gptScript = document.createElement(“script”);
    gptScript.src = “https://securepubads.g.doubleclick.net/tag/js/gpt.js”;
    gptScript.async = true;
    gptScript.onload = function () {
    console.log(“✅ GPT script loaded!”);
    window.googletag = window.googletag || { cmd: [] };
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.defineSlot(‘/4905536/detik_desktop/news/static_detail’, [[400, 250], [1, 1], [300, 250]], ‘div-gpt-ad-1708418866690-0’).addService(googletag.pubads());
    googletag.enableServices();
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    };
    document.body.appendChild(gptScript);
    }
    }
    ];

    var currentAdIndex = 0;
    var refreshInterval = null;
    var visibilityStartTime = null;
    var viewTimeThreshold = 30000;

    function refreshAd() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;

    currentAdIndex = (currentAdIndex + 1) % ads.length;
    adSlot.innerHTML = “”; // Clear previous ad content
    ads[currentAdIndex](); // Load the appropriate ad

    console.log(“🔄 Ad refreshed:”, currentAdIndex === 0 ? “Creative B” : “Creative A”);
    }

    var observer = new IntersectionObserver(function(entries) {
    entries.forEach(function(entry) {
    if (entry.isIntersecting) {
    if (!visibilityStartTime) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    console.log(“👀 Iklan mulai terlihat, menunggu 30 detik…”);

    setTimeout(function () {
    if (visibilityStartTime && (new Date().getTime() – visibilityStartTime >= viewTimeThreshold)) {
    console.log(“✅ Iklan terlihat 30 detik! Memulai refresh…”);
    refreshAd();
    if (!refreshInterval) {
    refreshInterval = setInterval(refreshAd, 30000);
    }
    }
    }, viewTimeThreshold);
    }
    } else {
    console.log(“❌ Iklan keluar dari layar, reset timer.”);
    visibilityStartTime = null;
    if (refreshInterval) {
    clearInterval(refreshInterval);
    refreshInterval = null;
    }
    }
    });
    }, { threshold: 0.5 });

    document.addEventListener(“DOMContentLoaded”, function() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (adSlot) {
    ads[currentAdIndex](); // Load the first ad
    observer.observe(adSlot);
    }
    });

    Sementara itu, Pejabat Hamas membenarkan bahwa pihaknya memang mengadakan pembicaraan langsung dengan utusan AS mengenai pembebasan sandera yang ditahan di Gaza.

    “Beberapa komunikasi terjadi antara Hamas dan berbagai saluran komunikasi Amerika, yang terakhir dengan utusan AS dan membahas masalah tahanan Israel yang memiliki kewarganegaraan Amerika, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal,” kata seorang pejabat Hamas yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.

    Pejabat senior Hamas yang kedua mengatakan telah terjadi “dua pertemuan langsung antara Hamas dan pejabat AS di Doha dalam beberapa hari terakhir.”

  • Ihhh… Pasangan Ini Duduk Sebelah Mayat di Pesawat

    Ihhh… Pasangan Ini Duduk Sebelah Mayat di Pesawat

    Melbourne

    Pasangan suami-istri asal Australia mengkritik maskapai penerbangan Qatar Airways setelah mereka harus duduk di sebelah mayat yang terbungkus selimut dalam penerbangan jarak jauh.

    Penumpang bernama Mitchell Ring itu, seperti dilansir AFP, Rabu (26/2/2025), menuturkan bahwa insiden ini terjadi dalam penerbangan 14 jam dari Melbourne, Australia menuju ke Doha, Qatar pekan lalu.

    Dia menyebut salah satu penumpang, berjenis kelamin perempuan, meninggal di tengah penerbangan.

    “Mereka (para awak pesawat-red) berupaya mendorongnya (penumpang yang meninggal-red) menuju kelas bisnis, tapi dia wanita yang cukup besar dan mereka tidak bisa membawanya melewati lorong,” tutur Ring saat berbicara jaringan berita Australia, Nine News, pekan ini.

    “Mereka tampak agak frustrasi, lalu mereka hanya melihat ke arah saya dan melihat kursi kosong di samping saya,” ucapnya.

    Ring dan istrinya, Jennifer Colin, harus duduk di sebelah mayat itu saat pesawat mengudara ke Venesia, atau selama empat jam, meskipun ada kursi-kursi lainnya yang kosong.

    “Mereka mengatakan, ‘Bisakah Anda bergeser, tolong’, dan saya hanya berkata, ‘Iya, tidak masalah’. Kemudian mereka menempatkan wanita itu di kursi yang ia duduki. Ada beberapa kursi kosong di sekitar yang bisa saya lihat,” kata Ring.

    Lihat juga Video: Qatar Airways Turbulensi saat Menuju Irlandia, 12 Orang Terluka

    Ring mengatakan dirinya juga harus menunggu di samping jenazah penumpang itu bahkan setelah pesawat mendarat.

    “Para petugas ambulans dan polisi masuk, dan petugas ambulans mulai menarik selimut dari wanita itu. Itu tidak menyenangkan,” ucapnya.

    Maskapai Qatar Airways, dalam pernyataan kepada media lokal Australia, menyampaikan pemintaan maaf “atas ketidaknyamanan atau penderitaan yang mungkin ditimbulkan oleh insiden ini”.

    “Yang pertama dan terpenting, pikiran kami tertuju pada keluarga penumpang yang meninggal dunia dalam penerbangan kami,” sebut pernyataan itu.

    Lihat juga Video: Qatar Airways Turbulensi saat Menuju Irlandia, 12 Orang Terluka

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Bos Investree Buronan Interpol Nonton Balapan di Qatar, OJK Buka Suara

    Bos Investree Buronan Interpol Nonton Balapan di Qatar, OJK Buka Suara

    Jakarta

    Otoritas Jasa Keuangan (OJK) buka suara soal Founder & Eks CEO PT Investree Radhika Jaya (Investree) Adrian Gunadi yang masih berkeliaran bebas di luar negeri. Foto Adrian di gelaran E1 Series Doha GP 2025 bersama CEO JTA International Holding Amir Ali Salemizadeh, tersebar di internet.

    Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar memastikan Adrian yang kini masuk daftar pencarian orang (DPO) masih terus diburu oleh aparat penegak hukum. Meskipun Mahendra enggan berkomentar banyak soal hal itu.

    “Sedang dalam, jadi mungkin saya tidak mengomentari karena sedang dalam proses,” katanya saat ditemui di Kompleks Parlemen DPR RI, Jakarta Pusat, Selasa (25/2/2025).

    Mahendra juga menegaskan status Adrian kini sudah masuk red notice interpol. Februari 2025 lalu OJK memang telah mengajukan permohonan red notice terhadap Adrian kepada interpol.

    “Sudah, sudah (red notice). Tapi saya tidak lebih jauh lagi karena sedang dalam pelaksanaan,” tegasnya.

    Namun saat di-check di situs interpol, nama Adrian belum tercantum di daftar red notice. Tercatat ada 11 Warga Negara Indonesia (WNI) yang masuk red notice interpol namun tidak tertera nama Adrian.

    Kasus pengejaran Adrian Gunadi ini bermula pada 2023 saat Investree diterpa isu gagal bayar. Walaupun sempat membantah, namun beberapa bulan berlalu sejak awal 2023, dalam catatan detikcom masuk pengaduan mengenai dana nasabah yang tidak kembali.

    Lalu pada awal 2024 di tengah semakin kencangnya kredit macet perusahaan, Adrian Gunadi mundur dari jabatannya sebagai Direktur Utama Investree. Kala itu kredit macet tercatat naik signifikan.

    Mengutip data yang tertera di situs resmi perusahaan, TWP90 yang mengukur tingkat wanprestasi 90 hari sejak tanggal jatuh tempo Investree mencapai 12,58%. Artinya ada 12,58% dana yang disalurkan gagal dibayarkan oleh nasabah selama 90 hari setelah jatuh tempo. Tercatat per 2 Januari 2024 total pinjaman outstanding Investree mencapai Rp 444,69 miliar.

    Semakin runyamnya keadaan Investree, OJK turun tangan untuk memeriksa kasus tersebut. Dugaan awalnya ternyata fraud di Investree, kemudian tak lama perusahaan terbukti gagal bayar.

    Pada 21 Oktober 2024, OJK resmi mencabut izin usaha Investree. Pencabutan ini diputuskan melalui Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor KEP-53/D.06/2024 tanggal 21 Oktober 2024.

    Perusahaan yang beralamat di AIA Central Lantai 21, Jalan Jend. Sudirman Kav. 48A, RT05/RW04, Karet Semanggi, Jakarta Selatan ini telah melanggar ekuitas minimum dan ketentuan lainnya sebagaimana diatur dalam POJK Nomor 10/POJK.05/2022 tentang Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (LPBBTI) sekaligus kinerja yang memburuk yang mengganggu operasional dan pelayanan kepada masyarakat.

    Tonton juga Video: Interpol Ungkap ‘Gerbang Favorit’ Buron Internasional Masuk ke RI

    (ily/rrd)

  • Tim Semar UGM Harumkan Nama Indonesia di Ajang Shell Eco Marathon Asia Pacific and Middle East 2025

    Tim Semar UGM Harumkan Nama Indonesia di Ajang Shell Eco Marathon Asia Pacific and Middle East 2025

    Liputan6.com, Yogyakarta Sirkuit Internasional Lusail Doha, Qatar pada pada 8-12 Februari 2025 menjadi saksi Tim Semar UGM meraih Juara II Kategori Prototype Battery Electric dalam ajang Shell Eco Marathon Asia Pacific and Middle East 2025. General Manager Tim Semar UGM, Hans Tobias Sihombing, mengatakan tim UGM membuat mobil prototipe yang digerakkan oleh motor listrik bertenaga baterai digunakan untuk menggerakkan mobil, termasuk klakson dan perangkat keamanan. “Keseluruhan total energi yang digunakan dalam percobaan akan dijadikan bahan perhitungan mileage yang berhasil ditempuh,” kata Hans dalam keterangan kepada wartawan, Kamis (20/2/2025).

    Hans menjelaskan dalam lomba paling prestisius dalam mobil hemat energi ini timnya harus melalui tiga tahap proses seleksi agar dapat bersaing dengan tim lain. Tahap pertama, Semar UGM melakukan pendaftaran formal dan administrasi, lalu menyerahkan dokumentasi teknis mengenai mobil prototipe yang akan dilombakan. “Tahap ini bertujuan untuk membuat panitia paham bahwa mobil kami sudah siap dan sesuai dengan regulasi mereka,” ujarnya sebagai GM Tim Semar UGM.

    Saat jalannya lomba, Hans mengatakan ada beberapa tantangan timnya selama persiapan dan perlombaan. Kondisi cuaca yang kering dan dingin, serta angin yang cukup kencang menambah beban bagi mobil prototipe. “Karakteristik treknya berbeda, jadi dia lebih berat untuk bisa mendapatkan kecepatan yang sama,” ujar Hans.

    Hans mengatakan usai meraih penghargaan internasional di Qatar timnya bersiap mengikuti kompetisi dalam waktu dekat, diantaranya Autonomous Programming Competition oleh Shell di Qatar. Tim Semar UGM menargetkan meraih prestasi yang lebih tinggi dengan melakukan persiapan dan mengevaluasi performa mobil mereka. “Kita ingin pencapaian prestasi maksimal ke depannya,” ujarnya.

  • Hamas Akan Serahkan 4 Jenazah Sandera Kamis dan Bebaskan 6 Sandera Hidup Israel Pada Sabtu – Halaman all

    Hamas Akan Serahkan 4 Jenazah Sandera Kamis dan Bebaskan 6 Sandera Hidup Israel Pada Sabtu – Halaman all

    Hamas Serahkan 4 Jasad Sandera Kamis dan 6 Sandera Hidup Israel Pada Sabtu

    TRIBUNNEWS.COM – Sumber-sumber informasi dari Israel dan Palestina, Selasa (18/2/2025) mengatakan upaya sedang dilakukan untuk terjadinya lebih banyak pembebasan tawanan Israel yang ditahan di Gaza minggu ini daripada yang tercantum dalam perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

    “Perdana Menteri Israel Benjamin “Netanyahu tengah melakukan upaya luar biasa” untuk membebaskan enam tawanan hidup dan empat jenazah lainnya minggu ini, sumber resmi Israel mengatakan kepada Agence France-Presse (AFP).

    Narasumber Palestina yang mengetahui negosiasi tersebut mengatakan para mediator tengah melakukan “upaya” untuk memastikan “jenazah sejumlah tawanan Israel (akan diserahkan) sebelum hari Jumat”.

    Upaya juga dilakukan agar Hamas menambah jumlah sandera hidup Israel  yang akan dibebaskan pada Sabtu (22/2/2025).

    Adapun Hamas mengonfirmasi kalau akan membebaskan tawanan Israel yang masih hidup – enam orang –  dalam putaran berikutnya pembebasan sandera pada tahap (fase) pertama gencatan senjata Gaza pada hari Sabtu.

    “Hamas juga akan menyerahkan jenazah empat sandera Israel pada hari Kamis (20/2/20205) mendatang – menurut pejabat senior Hamas Khalil Al-Hayya.

    Di antara keempat jenazah yang akan diserahkan, Hamas akan menyertakan keluarga Bibas.

    Al-Hayya mengatakan Hamas telah menunjukkan “komitmen serius terhadap perjanjian (gencatan senjata)” dan bahwa pemerintah Netanyahu hanya menunjukkan penundaan dan penghindaran.

    Seperti diketahui, sebelumnya kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas terus berlanjut pada Sabtu (15/2/2025) dengan dibebaskannya tiga sandera Israel, Dekel Chen, Sasha Trupanov, dan Yair Horn.

    Ini menandai kelompok keenam yang dibebaskan dalam tahap pertama gencatan senjata yang dimulai sejak 19 Januari 2025.

    PEMBEBASAN SANDERA ISRAEL – Tangkapan layar Telegram Quds News Network pada Sabtu (15/2/2025) menunjukkan pejuang Hamas membebaskan tiga sandera Israel. Setelah Hamas membebaskan tiga sandera, kini gantian Israel membebaskan 369 tahanan Palestina. (Telegram Quds News Network)

    Gencatan Senjata Hampir Gagal

    Pada awal minggu ini, juru bicara sayap bersenjata Hamas, Abu Obeida, sempat mengumumkan rencana penundaan pembebasan tiga sandera Israel yang dijadwalkan pada Sabtu.

    Hamas menuduh Israel melanggar kesepakatan yang ada.

    Menurut mereka, Israel telah menunda pemulangan warga Palestina ke Gaza Utara, melancarkan serangan di seluruh wilayah, serta menghalangi bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.

    Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan sedikitnya 92 warga Palestina tewas dan lebih dari 800 terluka akibat serangan Israel sejak gencatan senjata dimulai.

    Namun, penundaan itu dibatalkan setelah Israel mengancam akan melakukan serangan baru di Gaza.

    Para mediator berjanji untuk menghilangkan hambatan demi memastikan Israel mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk.

    Apa yang Tersisa dalam Fase Pertama Gencatan Senjata?

    Fase pertama gencatan senjata yang berlangsung selama enam minggu, kini menyisakan dua minggu lagi.

    Dalam fase ini, terdapat rencana penarikan bertahap pasukan Israel dari Gaza dan pemulangan warga Palestina yang mengungsi.

    Hamas berkomitmen untuk membebaskan total 33 sandera Israel, yang terdiri dari wanita, anak-anak, dan pria berusia di atas 50 tahun.

    Hingga saat ini, 24 sandera telah dibebaskan, yang mencakup 19 warga Israel dan 5 warga Thailand.

    Selain itu, pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza direncanakan meningkat menjadi 600 truk per hari, melebihi jumlah minimum 500 truk yang dibutuhkan untuk mengatasi krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.

    Apa yang Terjadi di Fase Kedua Gencatan Senjata?

    Sementara itu, negosiasi untuk fase kedua gencatan senjata mengalami sejumlah hambatan.

    Tim Israel kembali dari perundingan di Doha setelah hanya dua hari berada di sana.

    Fase kedua ini diharapkan mencakup pembebasan semua sandera yang tersisa, termasuk tentara pria Israel, serta potensi gencatan senjata permanen dan penarikan penuh pasukan Israel.

    Mantan Presiden AS Joe Biden mencatat bahwa fase ini akan mencakup pembebasan semua sandera yang masih hidup, diiringi dengan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza.

    Namun, Hamas menegaskan bahwa mereka tidak akan membebaskan sandera yang tersisa tanpa adanya jaminan gencatan senjata yang langgeng dan penarikan penuh Israel.

    Bagaimana dengan Tahap Ketiga?

    Tahap ketiga yang diperkirakan akan menjadi tahap akhir gencatan senjata akan melibatkan rekonstruksi Gaza dan pengembalian jenazah para sandera yang belum kembali.

    Kesepakatan ini mencakup penyediaan 600 truk berisi bantuan kemanusiaan setiap hari selama periode gencatan senjata, termasuk 50 truk bahan bakar dan 300 truk untuk wilayah utara Gaza.

    Meskipun demikian, terdapat perselisihan mengenai jumlah bantuan yang diperbolehkan masuk dan distribusi yang efektif kepada warga yang membutuhkan.

    Selain itu, penjarahan oleh geng-geng kriminal di Gaza semakin menjadi masalah yang harus dihadapi.

    Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya di Gaza?

    Masa depan Gaza masih sangat tidak jelas, terutama mengenai siapa yang akan mengelola wilayah tersebut jika gencatan senjata berhasil dicapai.

    Israel menegaskan bahwa mereka tidak akan mengakhiri perang dan membiarkan Hamas tetap berkuasa.

    Mereka juga menolak opsi pemerintahan Gaza oleh Otoritas Palestina, badan yang didukung oleh Barat.

    Masyarakat internasional berpendapat bahwa Gaza harus dikelola oleh rakyat Palestina, namun hingga saat ini belum ada upaya yang efektif untuk menemukan alternatif dari faksifaksi utama dalam masyarakat sipil atau kepemimpinan lokal.

    Dalam langkah yang cukup kontroversial, mantan Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana untuk membangun kembali Gaza dan mengubahnya menjadi resor pantai internasional.

    Namun, rencana ini mendapatkan penolakan dari negara-negara tetangga yang khawatir bahwa hal ini akan memicu ketidakstabilan regional.

     

    (oln/rntv/*)

  • Sambil Bebaskan Tiga Sandera Israel, Hamas Pamer Peralatan IDF yang Berhasil Disita – Halaman all

    Sambil Bebaskan Tiga Sandera Israel, Hamas Pamer Peralatan IDF yang Berhasil Disita – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hamas telah membebaskan tiga sandera Israel sesuai dengan kesepakatan gencatan senjata pada Sabtu (15/2/2025) siang waktu setempat.

    Ketiga sandera Israel tersebut adalah Iair Horn, Sagui Dekel-Chen dan Sasha (Alexander) Troufanov.

    Dikutip dari The Jerusalem Post, ada momen unik ketika Hamas membebaskan para sandera di Khan Younis, Gaza.

    Saat melakukan pembebasan sandera untuk diserahkan kepada Komite Palang Merah Internasional (ICRC), Hamas memamerkan peralatan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang berhasil mereka sita.

    Peralatan-peralatan yang berhasil Hamas sita dari IDF di antaranya adalah senjata hingga seragam.

    Para pasukan Hamas memamerkannya sambil mengenakan peralatan IDF tersebut.

    Yair Horn, Sagui Dekel-Chen dan Alexander Trufanov kini telah diserahkan kepada ICRC setelah dibebaskan oleh sayap militer kelompok Palestina.

    Pembebasan itu berlangsung tanpa insiden di tengah tindakan pengamanan ketat di hadapan puluhan pejuang dari kedua faksi.

    Sebanyak 369 warga Palestina yang ditahan di penjara Israel akan dibebaskan hari ini berdasarkan perjanjian gencatan senjata.

    Serah terima ini berbeda dari serah terima sebelumnya yang dilakukan oleh Hamas dan Jihad Islam Palestina.

    Dikutip dari Al Jazeera, salah satu serah terima sebelumnya dikritik karena suasananya yang intens, khususnya yang diadakan di dekat rumah Yahya Sinwar di Khan Younis.

    Faksi Palestina telah memilih lokasi ini lagi untuk mencoba menunjukkan bahwa mereka terkoordinasi dan memegang kendali atas penyerahan yang terorganisasi dengan baik.

    Ketiga tawanan yang dibebaskan hari ini tampak dalam kondisi fisik yang baik.

    Hal ini berbeda dengan kelompok tawanan yang dibebaskan minggu lalu, yang kondisi kesehatannya semakin memburuk karena kekurangan makanan dan obat-obatan akibat blokade Israel.

    Secara keseluruhan, serah terima tesebut merupakan salah satu serah terima yang paling lancar yang dilakukan sejauh ini sejak dimulainya gencatan senjata Gaza.

    Ketiga tawanan yang dibebaskan di Khan Younis kini dikawal oleh perwira militer dan intelijen ke Israel, menurut pernyataan militer.

    Pernyataan itu menambahkan bahwa mereka akan menjalani evaluasi medis awal setelah mereka memasuki Israel.

    Harapan Hamas Soal Gencatan Senjata

    Hamas mengharapkan dimulainya kembali pembicaraan tidak langsung dengan pendudukan Israel untuk fase baru gencatan senjata.

    Kelompok perlawanan Palestina itu mengantisipasi bahwa negosiasi tidak langsung dengan Israel akan dimulai awal minggu depan.

    “Kami memperkirakan fase kedua perundingan gencatan senjata akan dimulai awal minggu depan, dan para mediator terus berdiskusi mengenai masalah ini,” kata pejabat Hamas Taher al-Nunu, dikutip dari AFP.

    Sebuah sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut mengatakan bahwa para mediator telah memberi tahu Hamas tentang harapan mereka untuk memulai tahap negosiasi berikutnya di Doha minggu depan.

    Tahap awal gencatan senjata, yang ditengahi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat, mulai berlaku pada tanggal 19 Januari.

    Berdasarkan ketentuannya, pembicaraan untuk tahap kedua dijadwalkan akan dimulai pada tanggal 3 Februari.

    Tahap pertama, yang berlangsung selama 42 hari, melibatkan pembebasan 33 tawanan Israel sebagai ganti sekitar 1.900 tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel.

    Tahap selanjutnya diharapkan akan difokuskan pada pembebasan tawanan yang tersisa dan pembahasan tentang akhir perang yang lebih langgeng.

    Hamas telah berulang kali menyatakan kesiapannya untuk memasuki tahap kedua perundingan.

    Sementara Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengirim tim ke Doha pada tanggal 8 Februari untuk membahas rincian teknis perjanjian saat ini, tim tersebut tidak diberi wewenang untuk membahas tahap berikutnya. (*)

  • Israel Batalkan Cuti Tentara IDF Sebagai Persiapan Lanjutkan Perang Gaza, Netanyahu Manut Trump – Halaman all

    Israel Batalkan Cuti Tentara IDF Sebagai Persiapan Lanjutkan Perang Gaza, Netanyahu Manut Trump – Halaman all

    Israel Batalkan Cuti Tentara IDF Sebagai Persiapan Lanjutkan Perang Gaza

     
    TRIBUNNEWS.COM – Khaberni, mengutip media Israel mengungkapkan bahwa Komando Selatan Tentara Israel (IDF) membatalkan liburan para prajurit untuk bersiap di garis depan Jalur Gaza.

    Sumber media mengutip ini sebagai persiapan IDF untuk dimulainya kembali pertempuran di Jalur Gaza jika perjanjian gencatan senjata dan perdamaian gagal.

    Aksi IDF menyusul pengumuman Gerakan Perlawanan Palestina, melalui sayap militernya, Brigade Al-Qassam, yang menyatakan penundaan penyerahan tahanan Israel kepada tentara pendudukan hingga pemberitahuan lebih lanjut.

    Hamas menunda pembebasan berikutnya sandera Israel karena menilai Israel melakukan pelanggaran terhadap ketentuan perjanjian gencatan senjata.

    Pelanggaran tersebut, kata Hamas, termasuk berlanjutnya serangan terhadap wilayah di Jalur Gaza dan mencegah penduduk di utara mencapai tempat tinggal asal mereka.

    SIAP MASUK GAZA – Foto file yang diambil dari Khaberni, Rabu (12/2/2025) menunjukkan tank-tank pasukan Israel bersiap memasuki Gaza pada Oktober 2023 setelah Operasi Banjir Al-Aqsa terjadi. Israel bersiap memasuki Gaza lagi pada pertengahan Februari 2025 seiring mandeknya negosiasi gencatan senjata dengan Hamas.

    Ancaman Netanyahu, Ikuti Saran Trump

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, juga sudah mengeluarkan pernyataan terkait situasi kelanjutan negosiasi gencatan senjata di Gaza dengan Gerakan Hamas.

    Setelah melakukan rapat dengan kabinet perangnya, Rabu (12/2/2025), Netanyahu dan kabinet perangnya, merujuk laporan media Israel, akan mengikuti pernyataan Presiden Donald Trump.

    Trump menyebut, jika sandera Israel yang berada di tangan Hamas tidak dibebaskan pada Sabtu (15/2/2025), sesuai jadwal, maka akan tercipta ‘Hell on Earth’ di Gaza, merujuk pada penggunaan kekuatan militer kembali ke wilayah kantung Palestina tersebut.

    “Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Kabinet Perangnya mematuhi pernyataan Presiden AS Donald Trump mengenai pembebasan semua tahanan yang tersisa Sabtu depan,” tulis laporan media Israel dikutip Khaberni, Rabu.

    Pihak Israel juga menilai, seruan Trump soal pengusiran warga Gaza ke lokasi lain, merupakan visi revolusioner.

    “Jika Hamas tidak membebaskan tentara kami yang diculik paling lambat Sabtu sore, gencatan senjata akan berakhir dan tentara akan kembali bertempur,” ancam Netanyahu.

    SANDERA ISRAEL DIBEBASKAN – Foto ini diambil pada Minggu (9/2/2025) dari publikasi resmi Brigade Al-Qassam (sayap militer Hamas) pada Sabtu (8/2/2025), memperlihatkan tiga sandera Israel (kiri-kanan); Ohad Ben Ami, Eli Sharabi, Or Levy, berdiri dengan masing-masing diapit oleh dua anggota Brigade Al-Qassam selama pertukaran tahanan ke-5 pada Sabtu (8/2/2025) sebagai bagian dari implementasi perjanjian gencatan senjata Israel-Hamas di Jalur Gaza, dengan imbalan 183 tahanan Palestina. (Telegram Brigade Al-Qassam)

    Perintah Siaga

    Sebelumnya, Menteri Pertahanan Israel, Yisrael Katz telah memerintahkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk bersiap dengan kemungkinan mereka kembali menyerang Jalur Gaza.

    Instruksi tersebut muncul setelah juru bicara Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), Abu Ubaida mengatakan Hamas akan menunda pertukaran sandera pada Sabtu (15/2/2025) minggu ini karena Israel terus menerus melanggar perjanjian gencatan senjata.

    “Pengumuman Hamas untuk menghentikan pembebasan tahanan Israel merupakan pelanggaran total terhadap perjanjian gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan tahanan,” kata Yisrael Katz dalam sebuah pernyataan, Senin (10/2/2025).

    “Saya telah menginstruksikan tentara untuk bersiap pada tingkat kewaspadaan tertinggi terhadap kemungkinan skenario apa pun di Gaza, dan kami tidak akan membiarkan kembalinya kenyataan pada tanggal 7 Oktober,” lanjutnya.

    Sebelumnya, Abu Ubaida mengatakan Hamas memantau pelanggaran yang dilakukan oleh Israel dan telah dilaporkan kepada mediator Qatar, Mesir dan sekutu Israel, Amerika Serikat (AS).

    “Musuh (Israel) menunda pemulangan para pengungsi ke Jalur Gaza utara, dan menargetkan mereka dengan tembakan di berbagai wilayah di Jalur Gaza,” kata Abu Ubaida dalam pernyataannya di Telegram, Senin.

    Juru bicara tersebut juga menyebut pelanggaran lain yang dilakukan oleh Israel termasuk menghambat masuknya kebutuhan tempat berlindung seperti tenda, rumah prefabrikasi, bahan bakar, dan mesin pembersih puing untuk mengambil jenazah serta menghambat masuknya obat-obatan dan keperluan medis.

    “Penyerahan tahanan Zionis (Israel), yang dijadwalkan dibebaskan pada hari Sabtu, akan ditunda hingga pemberitahuan lebih lanjut. Pembebasan tahanan akan ditunda sampai pendudukan berkomitmen dan memberikan kompensasi atas minggu-minggu terakhir, secara retroaktif,” kata Abu Ubaida.

    Ia menegaskan Hamas berkomitmen terhadap ketentuan perjanjian gencatan senjata selama Israel juga mematuhinya.

    Sementara itu, kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menanggapi pengumuman Hamas dengan mengatakan Israel bersikeras mematuhi perjanjian gencatan senjata.

    “Netanyahu memulai konsultasi keamanan di hadapan Menteri Pertahanan, Luar Negeri, dan Keuangan, serta Anggota Knesset Aryeh Deri,” lapor Otoritas Penyiaran Israel.

    Selain itu, Otoritas Penyiaran Israel melaporkan delegasi Israel telah kembali dari Doha dan kabinet keamanan akan bertemu pada hari Selasa (11/2/2025) untuk membahas tahap kedua kesepakatan tersebut.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

      
     
     

     
     

  • 9 Update Perang Arab: Trump Ngamuk-Israel Rapat Darurat

    9 Update Perang Arab: Trump Ngamuk-Israel Rapat Darurat

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dinamika baru terus terjadi di wilayah Gaza, Palestina. Hal ini disebabkan panasnya kembali tensi antara Israel dan milisi penguasa wilayah itu, Hamas, menyusul pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang ingin mencaplok daerah pesisir Palestina itu.

    Perdamaian yang diharapkan terjadi setelah gencatan senjata pun terancam tak tercapai.

    Berikut sejumlah perkembangan terbarunya, Selasa (11/2/2025):

    1. Hamas Hentikan Pembebasan Sandera

    Hamas memutuskan untuk menghentikan pembebasan sandera Israel di Gaza hingga pemberitahuan lebih lanjut. Hal ini terjadi setelah Israel melanggar gencatan senjata pasca kematian tiga warga Gaza hari Minggu lalu.

    “Pembebasan sandera berikutnya… yang dijadwalkan Sabtu depan, 15 Februari 2025, akan ditunda hingga pemberitahuan lebih lanjut,” kata seorang juru bicara sayap bersenjata Hamas, Brigade Ezzedine al-Qassam, Abu Ubaida, dikutip AFP.

    “Pertukaran sandera-tahanan menunggu kepatuhan pendudukan (Israel) dan pemenuhan kewajiban minggu lalu secara retroaktif,” ujarnya.

    Pernyataan tersebut dikeluarkan pula di tengah rencana bertemunya para negosiator perdamaian Gaza dalam beberapa hari mendatang di Qatar untuk membahas penerapan fase pertama gencatan senjata selama 42 hari, serta kemungkinan fase berikutnya yang belum diselesaikan. Pembicaraan tentang fase kedua dimaksudkan untuk memulai hari ke-16 gencatan senjata, tetapi Israel menolak untuk mengirim negosiatornya ke Doha untuk itu.

    2. Israel Rapat Darurat

    Seorang pejabat Israel memberi tahu Reuters bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengadakan konsultasi keamanan setelah Hamas mengumumkan penangguhan pembebasan tawanan Gaza yang dijadwalkan pada hari Sabtu.

    Radio Angkatan Darat Israel melaporkan Netanyahu bertemu dengan pimpinan angkatan darat dan keamanan di hadapan Menteri Pertahanan Israel Katz, Menteri Luar Negeri Gideon Saar, dan Menteri Urusan Strategis Ron Dermer.

    Kabinet keamanan juga akan bertemu pada Selasa pagi, kata pejabat itu.

    3. Militer Israel Perkuat Kehadiran di Gaza

    Tentara Israel mengatakan akan “memperkuat secara signifikan” wilayah di sekitar Gaza setelah Hamas mengumumkan akan berhenti membebaskan tawanan Israel hingga pemberitahuan lebih lanjut atas pelanggaran gencatan senjata oleh Israel.

    “Sesuai dengan penilaian situasi, diputuskan untuk meningkatkan tingkat kesiapan dan menunda cuti bagi prajurit tempur dan unit operasional di Komando Selatan,” kata Tentara Israel dalam sebuah pernyataan.

    “Selain itu, diputuskan untuk memperkuat wilayah tersebut secara signifikan dengan pasukan tambahan untuk misi pertahanan.”

    4. Israel Mau ‘Ubah’ Demografi Tepi Barat

    Menurut kelompok hak asasi Israel B’Tselem, tentara Israel sedang melancarkan “perang habis-habisan terhadap rakyat Palestina”.

    “Sejak gencatan senjata dimulai di Gaza, Tepi Barat telah terbakar,” katanya dalam sebuah posting di X, mengacu pada perjanjian gencatan senjata yang menghentikan perang Israel yang menghancurkan di Gaza pada 19 Januari.

    Hal yang sama juga disampaikan Gubernur wilayah Tulkarem Palestina, Abdallah Kamil. Ia menyebut ada niatan untuk menggeser dominasi warga Palestina di wilayah tersebut.

    “Tujuan dari operasi ini bukan terkait keamanan tetapi politik,” kata Kamil.

    “Mereka menghancurkan segalanya,” katanya tentang militer Israel. “Mereka mencoba mengubah demografi wilayah tersebut.”

    5. Trump Ancam Hamas

    Presiden AS Donald Trump turun tangan setelah Hamas mengumumkan akan menangguhkan pembebasan tawanan. Ia menyebut akan ada tenggat waktu yang perlu ditetapkan sebelum memang perjanjian gencatan senjata batal.

    “Jika semua sandera Gaza tidak dikembalikan pada hari Sabtu pukul 12 siang, saya akan mengatakan batalkan gencatan senjata,” kata Trump. “Namun, itu terserah Israel.”

    6. Sikap Hamas atas Rencana Trump

    Anggota biro politik Hamas, Izzat Al Risheq, mengatakan pernyataan terbaru Trump tentang kepemilikan AS atas Gaza sebagai ‘tidak masuk akal’.

    “Pernyataan tersebut mencerminkan ketidaktahuan yang mendalam tentang Palestina dan wilayah tersebut. Pendekatan Trump terhadap perjuangan Palestina akan gagal,” tambahnya.

    7. Seruan Penangguhan Israel

    Para peserta konferensi yang diadakan di Oslo menyerukan penangguhan keanggotaan Israel di organisasi internasional. Konferensi tersebut, yang diselenggarakan oleh kelompok Free Speech, Jewish Voice, dan Lower the Arms, dan dihadiri oleh akademisi, tokoh politik, dan advokat hak asasi manusia dari 13 negara, menyerukan gerakan rakyat untuk meningkatkan tekanan mereka pada pemerintah Barat agar menegakkan hukum internasional di Palestina.

    Para peserta, termasuk European-Palestinian Initiative Against Apartheid and Colonial Settlement, juga menyerukan sanksi Eropa terhadap Israel jika gagal mengakhiri pendudukan ilegalnya di wilayah Palestina.

    Departemen Anti-Apartheid dari Organisasi Pembebasan Palestina berpartisipasi dalam konferensi tersebut, dengan kepala departemen Ramzi Rabah berbicara tentang situasi kemanusiaan yang mengerikan di Gaza dan tindakan Israel terhadap UNRWA.

    8. Potensi Perang Baru Israel-Hizbullah

    Potensi perang baru antara Israel dengan milisi Lebanon Hizbullah tidak dapat dihindari. Hal ini disampaikan analis politik Robert Inlakesh dalam sebuah kolom di Russia Today.

    Dalam pernyataannya, ia meramalkan bahwa perang baru yang mungkin muncul kembali antara keduanya akan berlangsung lebih parah. Hal ini disebabkan kegagalan Israel dan Hizbullah untuk mencapai tujuannya dalam perang yang berlangsung tahun lalu.

    “Pada akhir November, Israel gagal membuat kemajuan yang berarti di wilayah Lebanon selatan dan tidak mencapai tujuannya untuk mencapai wilayah Sungai Litani,” ungkapnya.

    “Sementara itu, Hizbullah tidak mampu menyamai tingkat kehancuran yang dilakukan Israel terhadap kota-kota Lebanon dengan menggunakan strategi rudal mereka, mereka juga bertempur dengan mata tertutup dan berdiri dengan satu kaki setelah pukulan yang dideritanya.”

    Inlakesh mengatakan meskipun kemenangan taktis Israel kini telah mengubah perang propaganda untuk membuat Hizbullah tampak seperti sedang sekarat, hal itu masih jauh dari kata kemenangan. Faktanya, Hizbullah masih memiliki pasukan darat yang tangguh sekitar 100.000 pejuang, kapasitas produksi senjata dalam negeri, dan amunisi yang melimpah, yang dipahami dengan baik oleh militer Israel.

    9. Presiden Iran Kecam Trump

    Presiden Iran Masoud Pezeshkian menuduh Presiden AS Donald Trump berusaha menggulingkan tapuk kekuasaan di Iran, saat negara itu menandai revolusi 1979 yang berhasil menggulingkan Shah bekingan Washington .

    “Trump berkata, ‘Kami ingin berunding’, dan (lalu) dia menandatangani sebuah memorandum berisi semua konspirasi untuk membuat revolusi kami bertekuk lutut,” kata Presiden Masoud Pezeshkian kepada kerumunan, merujuk pada penerapan kembali sanksi Trump terhadap Teheran awal bulan ini.

    “Kami tidak mencari perang,” katanya, sambil menambahkan bahwa Iran “tidak akan pernah tunduk kepada pihak asing”.

    Sambil meneriakkan slogan-slogan anti-AS dan anti-Israel, kerumunan terbentuk pada hari Senin di jalan-jalan Shiraz dan Bandar Abbas di Selatan, Rasht di Utara, Kermanshah dan Sanandaj di Barat, dan kota suci Mashhad di Timur.

    (luc/luc)

  • Syarat dari Netanyahu untuk Fase Kedua Kesepakatan Gaza, Usir Pemimpin Hamas dan Bubarkan Perlawanan – Halaman all

    Syarat dari Netanyahu untuk Fase Kedua Kesepakatan Gaza, Usir Pemimpin Hamas dan Bubarkan Perlawanan – Halaman all

    Syarat Netanyahu untuk Fase Kedua Kesepakatan Gaza, Usir Pemimpin Hamas dan Bubarkan Perlawanan

    TRIBUNNEWS.COM- Perdana Menteri Israel Benjamin akan menyampaikan tuntutannya untuk gencatan senjata Gaza tahap kedua kepada Kabinet Keamanan Israel, yang diperkirakan akan ditolak oleh Hamas, menurut laporan surat kabar Yedioth Ahronoth pada tanggal 10 Februari.

    Perang di Gaza berpotensi kembali terjadi jika Hamas menolak tuntutan perdana menteri Israel untuk tahap kedua.

    Syarat-syaratnya termasuk mengusir seluruh pimpinan Hamas dari Gaza, membubarkan sayap militer kelompok perlawanan tersebut, Brigade Qassam, dan menjamin pembebasan seluruh tawanan Israel yang ditahan di Gaza.

    Saat ini ada 76 tahanan Israel di Jalur Gaza, sementara ribuan warga Palestina masih ditahan di penjara Israel dalam kondisi yang buruk, dan banyak yang meninggal dalam tahanan. Harian berbahasa Ibrani itu menyatakan bahwa jika Hamas menyetujui persyaratan ini, perang di Gaza akan berakhir. 

    Laporan itu juga mengungkap bahwa Netanyahu membahas persyaratan gencatan senjata dengan Presiden AS Donald Trump dan utusan Asia Barat Steve Witkoff. Jika Hamas menolak tuntutan tersebut, Netanyahu dapat memperpanjang fase pertama gencatan senjata dan menghindari komitmen untuk mengakhiri perang atau menarik pasukan Israel sepenuhnya dari Gaza.

    Selain itu, Israel dapat terus memanipulasi masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.

    Sumber Palestina mengatakan kepada Al Mayadeen pada hari Senin bahwa “Hamas yakin bahwa Israel berencana untuk menggagalkan perjanjian gencatan senjata,” seraya menambahkan, “Pernyataan yang dikeluarkan oleh pihak Israel mengenai fase kedua perjanjian tersebut menunjukkan bahwa gencatan senjata permanen dan penyelesaian proses penarikan tidak akan tercapai.”

    Sumber tersebut juga menyatakan bahwa Israel “akan membayar harga yang mahal jika tidak mematuhi fase kedua.” 

    Sehari sebelumnya, Haaretz mengutip sumber Israel yang mengatakan bahwa Netanyahu bermaksud menyabotase tahap kedua kesepakatan pembebasan tahanan dan menggagalkan gencatan senjata Gaza. 

    “Ini hanya sandiwara,” kata salah satu sumber. “Netanyahu memberi isyarat dengan jelas bahwa dia tidak ingin pindah ke fase berikutnya. Dia mengirim tim [ke Doha] tanpa mandat dan tanpa kemampuan untuk melakukan apa pun.”

    Berdasarkan ketentuan perjanjian gencatan senjata, negosiasi mengenai pelaksanaan fase kedua kesepakatan itu seharusnya dimulai pada tanggal 3 Februari – hari ke-16 sejak gencatan senjata dimulai.

    Kesepakatan ini terdiri dari tahap awal 42 hari di mana 33 tawanan Israel akan dibebaskan dengan imbalan sekitar 1.900 tawanan Palestina. 

    Dua tahap 42 hari lagi diharapkan akan terjadi, di mana sisa tawanan Israel akan dibebaskan dengan imbalan sejumlah besar tawanan Palestina yang tidak ditentukan jumlahnya.

    Laporan itu muncul saat Presiden Trump bersikeras pada rencana untuk mengambil alih Gaza dan mengusir penduduknya. 

     

    SUMBER: THE CRADLE