Cuti Bersama 18 Agustus, Ojol Beralih ke “Food Delivery” demi Bertahan
Tim Redaksi
DEPOK, KOMPAS.com
– Sejumlah pengemudi ojek
online
(ojol) khawatir cuti bersama 18 Agustus 2025 untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80 bakal menyebabkan orderan menjadi sepi.
Untuk mengakali hal tersebut, para pengemudi memutar otak agar tetap mendapatkan penghasilan, salah satunya dengan berburu orderan makanan.
Rais (25), pengemudi ojol yang sehari-hari mangkal di stasiun Depok, mengaku sudah terbiasa mengubah rute mangkal saat libur panjang.
“Kalau hari kerja ramai penumpang, tapi kalau libur panjang sepi banget. Jadi saya biasanya pindah nyari orderan
food
,” ujar Rais, Selasa (12/8/2025).
Rais mengaku biasa berpindah mangkal ke area yang ramai restoran atau pusat perbelanjaan.
“Biasanya saya mangkal di mal, karena banyak yang pesan makanan,” tambahnya.
Dedi (32), rekan Rais yang juga mangkal di Stasiun Depok, punya strategi serupa. Menurut dia, memanfaatkan momen makan siang atau sore di area kuliner bisa membantu menambal penghasilan saat sepi penumpang.
“Kuncinya cari titik yang potensi order makanannya tinggi. Misalnya pas jam makan siang saya pindah ke pusat kuliner. Malamnya bisa ke area kafe. Jadi enggak nungguin penumpang di stasiun doang,” kata Dedi.
Sementara itu, Bukhori (56), mengakui penurunan pesanan saat cuti bersama terasa signifikan. Bukhori bahkan pernah sama sekali tidak dapat penumpang selama berjam-jam.
“Wah, itu luar biasa
anyep-
nya. Kalau hari biasa ramai dari pagi sampai malam, tapi pas libur nasional, benar-benar sepi,” kata Bukhori.
“Pernah sampai duduk tiga jam, enggak bunyi (aplikasi). Akhirnya pulang. Udah dua kali ngalamin begitu,” tambah dia.
Diketahui, pemerintah menetapkan cuti bersama pada 18 Agustus 2025 melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri yang ditandatangani oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar, Menteri Ketenagakerjaan Yassierli, dan Menteri PANRB Rini Widyantini pada 7 Agustus 2025.
Keputusan ini merupakan revisi dari SKB sebelumnya, yakni SKB No. 1017/2024, Nomor 2/2024, dan Nomor 2/2024, yang mengatur hari libur nasional dan cuti bersama tahun 2025.
Hal ini mengacu pada Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan Nomor 2/MEN/XII/2016 yang menyatakan bahwa cuti bersama di sektor swasta bersifat fakultatif atau pilihan.
Pemberlakuan cuti bersama sepenuhnya menjadi kewenangan perusahaan masing-masing, tanpa mengurangi hak cuti tahunan maupun memengaruhi pembayaran gaji karyawan.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Depok
-
/data/photo/2020/02/10/5e411542cfa4f.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Cuti Bersama 18 Agustus, Ojol Beralih ke "Food Delivery" demi Bertahan Megapolitan 12 Agustus 2025
-
/data/photo/2025/07/01/6863a87038e6e.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Cuti Bersama 18 Agustus 2025, Ojol: "Anyep" Luar Biasa Megapolitan 12 Agustus 2025
Cuti Bersama 18 Agustus 2025, Ojol: “Anyep” Luar Biasa
Tim Redaksi
DEPOK, KOMPAS.com
– Cuti bersama peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80 pada 18 Agustus 2025 menuai keluhan dari sejumlah pekerja harian, seperti ojek
online
(ojol).
Sejumlah pengemudi ojol khawatir, momen libur panjang yang terhitung sejak 16 Agustus 2025 menyebabkan orderan turun drastis.
Bukhori (56), salah satu pengemudi ojol yang biasa mangkal di Stasiun Depok mengaku pendapatannya turun tajam setiap kali libur nasional atau cuti bersama.
“Wah, itu luar biasa
anyep-
nya. Kalau hari biasa ramai dari pagi sampai malam, tapi pas libur nasional (dan cuti bersama), benar-benar sepi,” kata Bukhori saat ditemui
Kompas.com
, Selasa (12/8/2025).
Menurut dia, momen libur panjang menyebabkan pesanan turun signifikan. Bahkan, Bukhori pernah tiga jam menunggu tanpa ada satu pun pesanan masuk.
“Pernah sampai duduk tiga jam, enggak bunyi (aplikasi). Akhirnya pulang. Udah dua kali ngalamin begitu,” ujarnya.
Situasi ini seakan menjadi hal yang biasa di kalangan pengemudi ojol saat libur panjang. Ia pun membandingkan dengan situasi pada akhir pekan.
“Di libur hari Sabtu Minggu aja itu udah berbeda. Berbeda dari hari-hari biasa. Apalagi di libur-libur nasional seperti itu yang memang mutlak. (Libur) PNS doang aja Itu luar biasa. Artinya ordernya itu benar-benar sepi dah,” kata dia.
Meski demikian, Bukhori dan rekan-rekannya tetap memilih mangkal di stasiun dibandingkan mencari alternatif lain.
Hal senada disampaikan Rais (25),
driver
ojol lainnya. Menurut dia, saat libur panjang, pesanan penumpang justru menurun, sementara permintaan untuk layanan pesan-antar makanan sedikit naik.
“Kalau libur, orang banyak di rumah. Jadi jarang pesan buat pergi, paling order
food
. Tapi tetap aja, kalau libur panjang bikin rugi penghasilan,” tutur Rais.
Untuk menyiasati sepinya orderan, Rais biasanya berpindah mangkal ke area yang ramai restoran atau pusat perbelanjaan.
“Biasanya saya mangkal di mall, karena banyak yang pesan makanan. Kalau di stasiun pas libur panjang, sepi banget,” tambahnya.
Diketahui, pemerintah menetapkan cuti bersama pada 18 Agustus 2025 melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri yang ditandatangani oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar, Menteri Ketenagakerjaan Yassierli, dan Menteri PANRB Rini Widyantini pada 7 Agustus 2025.
Keputusan ini merupakan revisi dari SKB sebelumnya, yakni SKB No. 1017/2024, Nomor 2/2024, dan Nomor 2/2024, yang mengatur hari libur nasional dan cuti bersama tahun 2025.
Hal ini mengacu pada Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan Nomor 2/MEN/XII/2016 yang menyatakan bahwa cuti bersama di sektor swasta bersifat fakultatif atau pilihan.
Pemberlakuan cuti bersama sepenuhnya menjadi kewenangan perusahaan masing-masing, tanpa mengurangi hak cuti tahunan maupun memengaruhi pembayaran gaji karyawan.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/08/11/6899b43edbe3c.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Pria di Depok 4 Hari Hilang, Terakhir Pamit Kerja Pakai Baju Badut Megapolitan 11 Agustus 2025
Pria di Depok 4 Hari Hilang, Terakhir Pamit Kerja Pakai Baju Badut
Tim Redaksi
DEPOK, KOMPAS.com
– Seorang pria bernama Rahman (37), menghilang sejak Kamis (7/8/2025).
Dia terakhir pamit dari rumahnya di kawasan Cilodong, Depok, dengan menggunakan pakaian badut.
Hal itu diceritakan langsung oleh istri Rahman bernama Dewi (30). Menurut Dewi, terkahir berangkat kerja pada Kamis sekitar pukul 07.30 WIB tanpa gelagat aneh.
“Pergi kerja hari Kamis (7/8/2025) pagi, tanpa ada pertengkaran. Saat pamit juga baik-baik seperti biasanya,” ucap Dewi saat dihubungi Kompas.com, Senin.
Biasanya, Rahman setiap hari berangkat kerja dan baru pulang ke rumah pukul 22.00 WIB.
Namun, hingga hari ini Rahman belum pulang atau sekedar menghubungi istri dan anaknya.
“Dia kerjanya jadi badut, memang biasa keliling di daerah Cilodong,” ujar Dewi.
Dewi mengatakan, salah satu ciri suaminya berkulit sawo matang.
“Suami saya kayak yang di foto, tapi itu foto lama. Sekarang rambutnya agak tebal, kalau untuk tinggi badan saya kurang yakin berapanya,” ucap Dewi.
Dewi meminta orang yang menemukan segera menghubunginya ke nomor telepon 0895707070011.
Setelah suaminya menghilang, kondisi perekonomian keluarga Dewi memprihatinkan.
“Karena ayahnya enggak pulang, jadi susu anak enggak kebeli dan karena diare jadi butuh popok yang banyak,” lanjut dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/08/11/68998e871602d.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Peninggian Pagar Stasiun Cikini Baru 10 Meter, Penumpang Masih Nekat Melompat Megapolitan 11 Agustus 2025
Peninggian Pagar Stasiun Cikini Baru 10 Meter, Penumpang Masih Nekat Melompat
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Peninggian pagar pembatas jalur pedestrian di depan Stasiun Cikini, Jakarta Pusat, terus dikerjakan oleh pihak terkait.
Pantauan K
ompas.com
pada Senin (11/8/2025) pukul 15.00 WIB menunjukkan sejumlah pekerja masih memasang batang besi tambahan di bagian atas pagar lama, melakukan pengecatan ulang, hingga pengelasan di lokasi.
Pagar yang berada di Jalan Pengangsaan Timur ini ditinggikan untuk mencegah kebiasaan penumpang KRL dan pejalan kaki yang kerap menyeberang sembarangan atau melompati pagar pembatas.
Berdasarkan pantauan di lapangan, pekerja tampak sibuk mengelas besi tambahan langsung di tempat. Suara mesin las terdengar bersahutan di tengah lalu lalang kendaraan dan pejalan kaki.
Pagar lama yang kusam dicat ulang dengan warna hijau agar seragam dengan pagar baru. Pengecatan dilakukan manual menggunakan kuas.
Sebagian pagar baru sudah berdiri kokoh dan mengilap, meski sambungan logamnya masih terlihat jelas menandakan pekerjaan belum rampung.
Hingga sore hari, baru sekitar 10 meter pagar yang mencapai ketinggian baru. Di sisi utara dan selatan stasiun, pagar lama setinggi satu meter masih terpasang sehingga mudah dipanjat.
Di salah satu titik, terpasang spanduk bertuliskan “Dilarang Loncat”, namun pelanggaran tetap terjadi. Sejumlah warga terlihat masih melompati pagar dari arah pasar menuju stasiun maupun sebaliknya.
Joko (46), warga sekitar, mengatakan fenomena penumpang yang nekat melompati pagar sudah berlangsung lama.
“Dari dulu begitu. Banyak yang kalau sudah buru-buru, mereka nekat loncat,” ujarnya di trotoar dekat pintu masuk stasiun.
Ia menilai jalur resmi menuju stasiun terlalu memutar dan menyulitkan penumpang yang terburu-buru.
“Kalau lewat jalan resmi kan mesti jauh jalannya, nah orang malas,” katanya.
Sementara itu, Sri Lestari (38), warga lainnya, menilai peninggian pagar perlu dibarengi dengan pengawasan petugas.
“Kalau cuma pagar tinggi tapi enggak ada yang ngawasin, ya percuma. Tetap saja ada yang manjat,” ucapnya.
“Ngeri kalau sampai ada yang jatuh atau keseleo. Mending jalan sedikit jauh tapi aman,” tambah dia.
Rahmat (27), penumpang KRL tujuan Depok, mengaku masih memilih melompati pagar.
“Kereta sudah mau jalan, kalau muter lewat ujung jalan bisa ketinggalan. Jadi saya loncat saja, biar cepet,” ujarnya sambil tersenyum.
“Saya sih setuju ada pagar tinggi, tapi kalau akses resmi sejauh ini ya tetap milih loncat. Toh, beberapa belum ditinggikan,” kata dia lagi.
Manager Humas KAI Daop 1 Jakarta, Ixfan Hendriwintoko, sebelumnya menyatakan peninggian pagar pedestrian di Stasiun Cikini sudah dilakukan sejak Sabtu (9/8/2025).
Tinggi pagar dinaikkan dari satu meter menjadi 1,7 meter guna mencegah pelanggaran dan meningkatkan keselamatan.
“Aksi melompati pagar bukan hanya melanggar aturan, namun juga membahayakan keselamatan penumpang serta mengganggu kelancaran operasional di area stasiun,” ujar Ixfan dalam keterangan tertulis, Senin (11/8/2025).
Ia menegaskan, akses resmi menuju stasiun tersedia melalui pintu utara dan selatan yang terhubung dengan Halte Transjakarta.
Selain itu, penataan pagar juga bertujuan mencegah pedagang kaki lima dan kendaraan bermotor menggunakan trotoar secara ilegal.
Stasiun Cikini melayani 25.000–30.000 pengguna KRL per hari pada hari kerja, dan 11.000–15.000 orang per hari pada akhir pekan.
“Tingginya mobilitas ini membuat penataan akses penumpang sangat penting untuk mencegah potensi insiden dan memastikan kelancaran layanan,” kata Ixfan.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

/data/photo/2025/08/11/6899b10863a0e.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/08/11/6899a1460d826.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)

