Warga Kritik Gaji DPR Rp65 Juta: Apakah Setimpal dengan Kinerja?
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Kritik terhadap gaji anggota DPR RI, sebesar Rp 65 juta per bulan terus berdatangan dari masyarakat, meski lembaga legislatif itu telah menghentikan tunjangan perumahan.
Publik menilai, kinerja DPR tak sebanding dengan penghasilan yang bisa mencapai puluhan juta rupiah per bulan.
Hasna (27), warga Jagakarsa, Jakarta Selatan, menilai gaji anggota DPR seharusnya tidak jauh berbeda dengan pegawai negeri sipil (PNS).
Menurutnya, angka Rp 65 juta terlalu tinggi dan justru membuat DPR kehilangan empati pada masyarakat.
“Masih ketinggian, harusnya samain saja kayak PNS Jakarta di posisi perencana,
around
Rp 20 juta lah, itu masih masuk akal,” ujar Hasna, Sabtu (6/9/2025).
Senada dengan Hasna, Fitroh (24), warga Bandung, Jawa Barat, menilai kesenjangan gaji DPR dengan upah minimum regional (UMR) masyarakat terlalu jauh.
“Kesenjangan gaji yang besar antara DPR dengan UMR pekerja ini mencerminkan adanya ketidaksetaraan ekonomi yang signifikan di masyarakat,” katanya.
Sementara itu, Dhela (26), warga Bandung lainnya, menilai gaji besar hanya bisa diterima bila kinerja DPR benar-benar terasa manfaatnya bagi publik.
“Dengan tanggung jawab DPR yang menyangkut kehidupan orang banyak, angka Rp 65 juta sebenarnya bisa dianggap layak asal kerja mereka benar-benar terasa dampaknya bagi masyarakat,” ujar Dhela.
Namun, ia menegaskan kinerja DPR saat ini belum mencerminkan tanggung jawab tersebut.
“Sayangnya, publik yang seharusnya merasakan
feedback
dari kerja DPR, justru tidak merasakannya,” kata Dhela.
Setelah sepekan diguncang aksi mahasiswa dengan 17+8 Tuntutan Rakyat, DPR RI akhirnya mengumumkan perubahan skema tunjangan dan fasilitas, menetapkan gaji bersih anggota dewan sebesar Rp 65,5 juta per bulan. Namun, keputusan itu tetap menuai kritik.
Laras (42), warga Semarang, menilai kondisi tersebut memprihatinkan.
“Gajinya, rakyatnya masih susah malah mereka pada liburan,” kata Laras.
Dedi (41), warga Depok, juga menganggap penghapusan tunjangan rumah belum cukup.
“Kalau dibandingkan dengan UMR kita, itu jauh banget. Jadi walaupun ada penghapusan tunjangan rumah, tetap saja gaji mereka masih tinggi banget,” ujar Dedi.
Sementara itu, Nur Aisyah (29), warga Bekasi, menilai langkah DPR memang menunjukkan itikad baik, tapi belum cukup untuk mengembalikan kepercayaan publik.
“Ya bagus sih ada pemotongan. Minimal ada itikad baik lah dari mereka. Tapi apakah itu bikin warga jadi percaya? Belum tentu. Karena gaji Rp 65 juta itu masih besar sekali,” kata Nur.
DPR resmi menghentikan tunjangan perumahan untuk anggota dewan sebesar Rp50 juta per bulan, terhitung sejak 31 Agustus 2025.
Hal tersebut diungkapkan Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad dalam konferensi pers menanggapi 17+8 Tuntutan Rakyat, pada Jumat (5/9/2025).
“Satu, DPR RI menyepakati menghentikan pemberian tunjangan perumahan untuk anggota DPR terhitung sejak 31 Agustus 2025,” ujar Dasco di Ruang Abdul Muis, Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (5/9/2025).
Lembaga legislatif itu juga akan memangkas tunjangan dan fasilitas anggota DPR setelah evaluasi meliputi biaya langganan, daya listrik, jasa telepon, komunikasi intensif, dan transportasi.
Kini, besaran gaji atau take home pay setiap anggota DPR menurun setelah keputusan tersebut, dari yang semula lebih dari Rp104 juta sekarang menjadi sekitar Rp65 juta.
Dalam konferensi pers tersebut, Dasco juga melampirkan gaji dan tunjangan terbaru anggota DPR. Berikut Daftarnya:
Gaji Pokok dan Tunjangan Jabatan
Tunjangan Konstitusional
Total Bruto: Rp74.210.680
Pajak PPH 15 persen: Rp8.614.950
Take Home Pay: Rp65.595.730.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Depok
-
/data/photo/2025/08/29/68b1117add933.png?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
8 Warga Kritik Gaji DPR Rp65 Juta: Apakah Setimpal dengan Kinerja? Megapolitan
-
/data/photo/2025/03/22/67de1671ed8c3.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Gaji Bersih DPR Senilai Rp 65 Juta, Warga: Memprihatinkan Megapolitan 6 September 2025
Gaji Bersih DPR Senilai Rp 65 Juta, Warga: Memprihatinkan
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Setelah sepekan diguncang aksi demonstrasi mahasiswa yang membawa 17+8 tuntutan, DPR RI akhirnya mengumumkan perubahan skema tunjangan dan fasilitas anggota dewan.
Dengan kebijakan baru ini, gaji bersih anggota DPR ditetapkan sebesar Rp 65,5 juta per bulan.
Namun, keputusan tersebut tetap menuai kritik dari masyarakat karena dinilai gaji yang diterima masih terlalu besar.
Laras (42), warga Semarang, mengaku prihatin dengan kondisi tersebut.
“Memprihatinkan sih DPR-nya, gajinya, rakyatnya masih susah malah mereka pada liburan,” kata Laras saat ditemui
Kompas.com
, Sabtu (6/9/2025).
Menurutnya, nominal Rp 65 juta sangat timpang dengan kehidupan masyarakat kecil yang masih banyak hidup di bawah upah minimum.
“Ya, harus diturunkan kan sih, soalnya kan masyarakatnya masih kekurangan. Masih di bawah UMR lah, banyak gitu,” ujarnya.
Dedi (41), warga Depok, juga menilai penghapusan tunjangan rumah belum membuat dirinya lega.
Ia menyebut gaji bersih anggota DPR tetap terlalu besar jika dibandingkan dengan pendapatan rata-rata masyarakat.
“Menurut saya sih masih terlalu besar ya. Kalau dibandingkan dengan UMR kita, itu jauh banget. Jadi walaupun ada penghapusan tunjangan rumah, tapi tetap saja gaji mereka masih tinggi banget,” kata Dedi.
Sementara itu, Nur Aisyah (29), warga Bekasi, menyoroti hal serupa.
Ia menganggap langkah DPR memang menunjukkan itikad baik, tetapi belum cukup untuk mengembalikan kepercayaan publik.
“Ya bagus sih ada pemotongan. Minimal ada itikad baik lah dari mereka. Tapi apakah itu bikin warga jadi percaya? Belum tentu. Karena gaji Rp 65 juta itu masih besar sekali,” kata Nur.
Sebagai catatan, penghapusan tunjangan rumah merupakan salah satu dari empat poin tuntutan masyarakat yang dipenuhi DPR RI empat dari total tuntutan 17+8 yang disuarakan publik dengan batas waktu hingga Jumat (5/9/2025).
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/02/05/67a340cc59f45.png?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Gaji DPR Masih Rp 65 Juta Usai Tunjangan Rumah Dihapus, Publik: Terlalu Besar, Belum Puas! Megapolitan 6 September 2025
Gaji DPR Masih Rp 65 Juta Usai Tunjangan Rumah Dihapus, Publik: Terlalu Besar, Belum Puas!
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Penghapusan tunjangan rumah anggota DPR RI yang membuat gaji bersih atau take home pay mereka kini sekitar Rp 65 juta menuai beragam respons dari masyarakat.
DPR RI sebelumnya menyetujui empat dari total 17+8 tuntutan warga yang disampaikan dengan batas waktu hingga Jumat (5/9/2025).
Namun, keputusan itu dinilai masih jauh dari harapan publik. Banyak warga beranggapan langkah tersebut belum menyentuh persoalan pokok yang selama ini disuarakan.
Dedi (41), warga Depok, menilai nominal Rp 65 juta per bulan masih terlalu besar jika dibandingkan dengan penghasilan rata-rata masyarakat. Ia menyebut penghapusan tunjangan rumah hanya sebatas simbolis dan tidak menjawab tuntutan riil warga.
“Menurut saya sih masih terlalu besar ya. Kalau dibandingkan dengan UMR kita, itu jauh banget. Jadi walaupun ada penghapusan tunjangan rumah, tapi tetap saja gaji mereka masih tinggi banget. Saya pribadi belum merasa puas,” kata Dedi kepada Kompas.com, Sabtu (6/9/2025).
Ia menambahkan, kebijakan ini hanya terlihat simbolis dan belum menyelesaikan persoalan utama yang menjadi tuntutan publik.
“Kalau menurut saya ini pencitraan aja ya. Selama 17+8 tuntutan itu belum dipenuhi, ya tetap aja belum ada perubahan,” ujarnya.
Senada, Nur Aisyah (29), warga Bekasi, menilai pemangkasan fasilitas memang bisa dianggap sebagai langkah kecil yang positif.
Meski demikian, ia menegaskan kepercayaan publik belum akan pulih selama tuntutan lain belum dipenuhi.
“Tapi apakah itu bikin warga jadi percaya? Belum tentu. Karena gaji Rp 65 juta itu masih besar sekali. Saya rasa warga belum akan puas kalau tuntutan yang lain belum dituntaskan,” kata Nur.
Nur juga mengingatkan agar DPR tidak menganggap kritik warga selesai hanya karena satu fasilitas dipotong.
Menurutnya, masih banyak persoalan yang harus dijawab agar masyarakat benar-benar merasakan perubahan.
“Patut diapresiasi karena mereka mau dengar suara masyarakat. Tapi jangan berhenti di sini. Kritik masyarakat itu masih banyak, dan DPRD harus berani menjawab semuanya, bukan cuma potong tunjangan rumah,” ungkapnya.
Sementara itu, Laras (42), warga Semarang, menilai besarnya gaji anggota DPR tidak sebanding dengan kondisi rakyat kecil yang masih banyak hidup di bawah standar kelayakan.
Ia berharap DPR berani mengevaluasi kembali besaran gaji yang diterima anggotanya agar lebih berpihak kepada masyarakat.
“Semoga bisa diturunkan lagi lah untuk gaji DPR-nya, kasihannya rakyat-rakyat biasa, gitu,” tutur Laras.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/09/06/68bbdcd27383d.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kawasan Monas Masih Jadi Destinasi Favorit Saat Long Weekend Megapolitan 6 September 2025
Kawasan Monas Masih Jadi Destinasi Favorit Saat Long Weekend
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, dipadati pengunjung pada momen libur panjang Maulid Nabi Muhammad SAW, Sabtu (6/9/2025).
Berdasarkan pantauan
Kompas.com,
sejak siang hari arus pengunjung terus berdatangan.
Mereka datang bersama sanak keluarga untuk menghabiskan waktu libur di ikon kota Jakarta tersebut.
Sejumlah pengunjung tampak memanfaatkan layanan Kereta Wisata (Kerwis) Monas. Ada pula yang memilih berkeliling kawasan, duduk santai, hingga sibuk mengabadikan momen lewat kamera ponsel.
Tak sedikit yang mengantre di pelataran pintu masuk tugu. Puluhan orang menunggu giliran untuk naik ke dalam Monas.
Dari kejauhan, terdengar suara petugas memanggil nomor antrean dengan pengeras suara.
“Dua puluh satu, dua puluh dua…” begitu suara petugas memanggil wisatawan secara bergantian.
Sesekali bunyi lonceng dan klakson kereta Api yang keluar masuk Stasiun Gambir ikut terdengar jelas hingga kawasan Monas.
Salah satu pengunjung, Nur Aisyah (29), datang bersama suami dan anaknya dari Bekasi. Ia mengaku sengaja memilih Monas karena dekat sekaligus murah meriah.
“Kalau ke sini kan gampang, dekat dari rumah dan anak juga senang naik kereta keliling Monas. Liburan nggak harus jauh-jauh,” kata Nur saat ditemui di area Monas, Sabtu (6/9/2025).
Hal serupa diungkapkan oleh Dedi (41), warga Depok yang datang bersama istri dan kedua anaknya.
“Libur panjang gini kami pilih ke Monas karena ikonnya Jakarta. Anak-anak bisa main, orang tua bisa foto-foto. Kebetulan tadi juga sempat antre mau naik ke atas tugu,” ujar dia.
Pengalaman berbeda diceritakan Laras (42), warga Semarang, yang datang bersama orangtua dan anaknya.
Ia menempuh perjalanan sekitar enam jam menggunakan mobil pribadi untuk sampai ke Jakarta.
“Habis mengunjungi keluarga terus mampir sekalian ke sini (Monas) mau coba lihat-lihat sini,” kata Laras
Ia menyebut, ayahnya sudah lama berkeinginan mengunjungi Monas.
“Bapak pengin karena kan biasanya lihat di TV-TV,” ujar Laras.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Gara-gara iPhone Warga, Damkar Depok Diminta Kuras Kolam Ikan
Depok –
iPhone 15 Pro Max milik warga di Villa Graha Madani, Sawangan, Depok jatuh ke dalam kolam sedalam 2 meter. Warga tersebut meminta bantuan Damkar.
Dilihat dari akun Instagram @depokfirerescue113, petugas Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Depok UPT Bojongsari turun ke dalam kolam di Villa Graha Madani, Jalan Raya Pahlawan RT 07 RW 07 Kelurahan Kedaung, Kecamatan Sawangan, Kota Depok.
Peristiwa ini terjadi pada Jumat, 5 September 2025. Dua orang petugas Damkar terlihat turun ke dalam kolam ikan tersebut untuk mencari iPhone yang terjatuh.
Tidak hanya itu, petugas juga terlihat menguras air kolam dengan kedalaman 2 meter. Satu unit pompa air dikerahkan untuk menyedot air dari dalam kolam.
“Masih dalam proses pengurasan kolam tersebut, diperkirakan kedalaman kolam 2 meter,” ujar seorang petugas dalam video yang diunggah Instagram @depokfirerescue113, dilihat detikcom, Sabtu (6/9/2025).
“Petugas dengan hati-hati dan berhasil menemukan HP tersebut dengan kondisi hidup lalu dikembalikan ke pemiliknya,” tulis Damkar Depok.
(mei/dhn)
-

Sabtu, Samsat Keliling buka di 8 wilayah Detabek
Jakarta (ANTARA) – Subdit Registrasi dan Identifikasi (Regident) Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya menyediakan layanan sistem administrasi manunggal satu atap (Samsat) Keliling di 8 wilayah Depok, Tangerang, dan Bekasi (Detabek) pada Sabtu.
Dalam Samsat Keliling masyarakat dapat mendapatkan sejumlah manfaat seperti, layanan pengesahan STNK setiap tahun, pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Santunan Wajib Dana Kecelakaan Lalu-lintas (SWDKLLJ).
Samsat keliling biasanya tersebar di beberapa daerah agar masyarakat mudah untuk menjangkau dan tak perlu untuk mendatangi kantor pusat.
Berikut wilayah layanan Samsat Keliling di Detabek sesuai info akun X (dulu Twitter) resmi TMC Polda Metro Jaya @tmcpoldametro:
1. Kota Tangerang di Alun-Alun Cibodas dan Apartemen Ayodya Tangerang pukul 08.00-12.00 WIB
2. Serpong di halaman parkir Samsat Serpong pukul 08.00-11.30 WIB dan ITC BSD pukul 13.00-15.00 WIB
3. Ciledug di halaman kantor Samsat dan Fresh Market Green Lake City Cipondoh pukul 09.00–12.00 WIB
4. Ciputat di halaman kantor Samsat dan Kantor Kelurahan Pondok Betung pukul 09.00-12.00 WIB
5. Kelapa Dua di halaman GTwon House pukul 08.00-12.00 WIB
6. Kota Bekasi di kantor Kecamatan Bekasi Barat pukul 09.00-11.00 WIB
7. Depok di halaman parkir Samsat Depok 08.00-12.00 WIB
8. Cinere di kantor Kelurahan Berahan pukul 08.00-11.00 WIB
Masyarakat diminta membawa beberapa persyaratan untuk melakukan pembayaran pajak kendaraan anda, seperti KTP asli pemilik kendaraan, BPKB, dan STNK, masing-masing disertai fotokopi, pemohon juga tidak memiliki tunggakan pajak kendaraan bermotor lebih dari satu tahun.
Gerai Samsat Keliling ini hanya melayani pembayaran pajak kendaraan bermotor (PKB) tahunan, sedangkan untuk pembayaran pajak kendaraan lima tahunan dan ganti plat nomor kendaraan pemohon harus datang langsung ke kantor Samsat terdekat.
Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Syaiful Hakim
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-

Di Atas Rata-rata Dunia, Ongkos Transportasi Jadi Beban Rakyat RI
Jakarta –
Masyarakat Indonesia memiliki pengeluaran transportasi di atas rata-rata. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengungkapkan pengeluaran transportasi mencapai 12,46% dari total biaya hidup masyarakat di Indonesia.
Menurut Dirjen Integrasi Transportasi dan Multimoda (Ditjen Intram) Kemenhub Risal Wasal, standar idealnya pengeluaran untuk transportasi tidak lebih 10% dari total biaya hidup, sesuai standar Bank Dunia di 2023.
Menurutnya, integrasi tarif dan sistem pembayaran pada transportasi umum multimoda dapat jadi solusinya. Integrasi pembayaran transportasi publik adalah kunci untuk menekan biaya, meningkatkan efisiensi, dan memperluas jangkauan integrasi transportasi berkelanjutan.
“Biaya sebesar itu tentu menjadi beban bagi masyarakat. Dengan adanya integrasi tarif dan sistem pembayaran terpusat, beban itu bisa ditekan,” jelas Risal dalam keterangan resminya, Rabu (3/9/2025).
Saat ini integrasi tarif antar moda transportasi dicontohkan Risal sudah diterapkan di Jakarta pada layanan Transjakarta, MRT Jakarta, dan LRT Jakarta. Tarif maksimum ditetapkan Rp 10.000 untuk perjalanan lintas moda dalam tiga jam.
Ke depan, pihaknya akan memperluas integrasi semacam ini dengan menghubungkan moda lain di bawah PT Kereta Api Indonesia, seperti KAI Commuter dan LRT Jabodebek.
“Langkah integrasi tarif ini menjadi pondasi menuju konsep yang lebih luas, yakni Mobility as a Service (MaaS). Dalam konsep ini, berbagai moda transportasi dapat direncanakan, dipesan, dan dibayar dalam satu platform terintegrasi. Dengan begitu, masyarakat akan menikmati perjalanan yang lebih mudah, murah, dan efisien,” tegas Risal.
Selain faktor biaya, tantangan menekan pengeluaran masyarakat bisa muncul dari tingginya mobilitas masyarakat. Di Jabodetabek saja, pergerakan harian mencapai lebih dari 75 juta perjalanan. Tanpa integrasi yang baik, arus mobilitas sebesar ini sulit dikelola secara efektif dan justru menambah beban biaya maupun waktu tempuh bagi masyarakat.
Dalam catatan detikcom, berdasarkan data BPS, jika dirinci berikut ini daerah-daerah yang memiliki besaran ongkos transportasi di atas rata-rata:
1. Bekasi: Rp 1,91 juta per bulan atau sekitar 14% dari total biaya hidup
2. Depok: Rp 1,80 juta per bulan atau sekitar 16,3% dari total biaya hidup
3. Surabaya: Rp 1,62 juta per bulan atau sekitar 13,6% dari total biaya hidup
4. Jakarta: Rp 1,59 juta per bulan atau sekitar 11,8% dari total biaya hidup
5. Bogor: Rp 1,23 juta per bulan atau sekitar 12,54% dari total biaya hidup
6. Batam: Rp 1,17 juta per bulan atau sekitar 12,8% dari total biaya hidup
7. Makassar: Rp 1,15 juta per bulan atau sekitar 11,52% dari total biaya hidup
8. Jayapura: Rp 1,12 juta per bulan atau sekitar 12,4% dari total biaya hidup
9. Balikpapan: Rp 981 ribu per bulan atau sekitar 11,51% dari total biaya hidup
10. Palembang: Rp 918 ribu per bulan atau sekitar 11% dari total biaya hidup
(acd/acd)
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1352034/original/001288900_1474458731-20160921-Pekerja-Jaringan-Pipa-Gas-PGN-Jakarta--Helmi-Afandi-05.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Proyek Pipa Gas Cisem Diperpanjang ke Bandung dan Yogyakarta, Swasta Bisa Ikut Tender – Page 3
Pengembangan jargas di wilayah Sleman membidik sektor rumah tangga, pelanggan kecil, dan komersial. Menurut Rosa, percepatan ini merupakan wujud komitmen PGN untuk menghadirkan manfaat gas bumi yang selalu tersedia 24 jam, hemat, praktis, dan ramah lingkungan bagi warga Yogyakarta.
Rosa berharap, dengan upaya PGN yang terus-menerus meningkatkan ketersediaan infrastruktur untuk mendekatkan akses warga dengan gas bumi melalui jargas, akan semakin meningkatkan minat warga Yogyakarta dan sekitarnya dalam memanfaatkan energi baik gas bumi PGN.
PGN turut menggandeng kontraktor PT Kian Santang Muliatama Tbk (KSM) untuk pengembangan jargas di Sleman. Kerja sama ini adalah bagian dari tahapan penyiapan infrastruktur jargas untuk memenuhi target tahun 2025 yang tersebar di beberapa wilayah kerja operasional PGN seperti di Medan, Dumai, Banyuasin, Musi Banyuasin, Batam, Cilegon, Tangerang, Tangerang Selatan, Jakarta, Bogor, Bekasi, Depok, Cibinong, Karawang, Cirebon, Semarang, Sleman, Gresik, & Surabaya.
-

Makin Banyak Warga Lalu Lalang Naik Angkutan Kereta, Ini Buktinya
Bisnis.com, JAKARTA — Masyarakat di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) semakin sering naik kereta sebagai pilihan transportasi umum, baik Commuter Line/KRL, LRT, maupun MRT.
Hal tersebut tercermin dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS), di mana jumlah penumpang kereta di Jawa dan non-Jawa termasuk kereta bandara, MRT, LRT, dan kereta cepat Whoosh, yang berangkat pada Juli 2025 mencapai 50,1 juta orang atau naik 9,85% dibanding bulan sebelumnya (month to month/MtM).
“Dari jumlah tersebut, sebagian besar adalah penumpang Jabodetabek yang merupakan penumpang pelaju [commuter], yaitu sebanyak 31,4 juta orang atau 62,67% dari total penumpang angkutan kereta,” tulis BPS dalam laporannya, dikutip pada Rabu (3/9/2025).
Peningkatan jumlah penumpang terjadi di wilayah/rute komuter Jabodetabek, Jawa non-Jabodetabek, kereta bandara, MRT, LRT, dan kereta cepat Whoosh masing-masing naik 11,33% MtM, 0,85%, 6,26%, 20,67%, 14,55%, dan 4,56%.
Secara bulanan, peningkatan tertinggi terjadi pada layanan MRT dengan jumlah penumpang melonjak dari 3,6 juta orang pada Juni 2025 menjadi 4,35 juta orang pada Juli 2025.
Sebaliknya di wilayah/rute non-Jawa justru mengalami penurunan penumpang sebesar 1,36% MtM, atau dari 655.000 orang pada Juni 2025 menjadi 646.100 orang pada Juli 2025.
Secara kumulatif, jumlah penumpang kereta selama Januari–Juli 2025 mencapai 311,9 juta orang atau naik 9,35% dibanding periode yang sama tahun 2024 (year on year/YoY).
Peningkatan jumlah penumpang terjadi di semua wilayah/rute komuter Jabodetabek, Jawa non-Jabodetabek, non-Jawa, kereta bandara, MRT, LRT, dan kereta cepat Whoosh masing-masing naik sebesar 6,11% YoY, 9,77%, 13,01%, 18,02%, 15,77%, 38,08%, dan 7,02%.
Dari seluruh perkembangan penumpang angkutan kereta pada Juli 2025, kenaikan jumlah penumpang tertinggi secara MtM maupun YoY berasal dari kereta bandara, MRT, dan LRT.
Secara tahunan kumulatif, Januari—Juli, penumpang kereta bandara meningkat sebesar 18,02% dibangindkan tahun lalu yang sebanyak 4,52 juta orang menjadi 5,33 juta orang.
Pada periode yang sama, jumlah penumpang MRT mencatat kenaikan dari 21,65 juta orang menjadi 25,06 juta orang atau meningkat 15,77% YoY.
Peningkatan tertinggi terjadi pada jumlah penumpang LRT Jabodebek—yang beroperasi sejak 2023—dari 13,8 juta penumpang menjadi 19,06 juta penumpang atau melesat 38,08%.
Secara umum, dalam kurun waktu dua tahun LRT Jabodebek telah melayani 43.696.661 pengguna. Pada tahun pertama operasional, jumlah pengguna mencapai 16.999.647 orang, lalu meningkat menjadi 26.697.014 orang pada tahun kedua, atau naik 57%.
Peningkatan juga terlihat dari rata-rata harian, baik hari kerja maupun akhir pekan. Rata-rata harian di hari kerja naik dari 54.640 pengguna di tahun pertama menjadi 90.931 pengguna di tahun kedua, meningkat 66,4%, sedangkan rata-rata harian akhir pekan naik dari 30.842 menjadi 40.599 pengguna, meningkat 31,6%.
-
/data/photo/2025/09/02/68b6d0ba85442.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Pernyataan Sikap BEM Se-UI Usai Polisi Tembakkan Gas Air Mata di Unisba dan Unpas Megapolitan 2 September 2025
Pernyataan Sikap BEM Se-UI Usai Polisi Tembakkan Gas Air Mata di Unisba dan Unpas
Tim Redaksi
DEPOK, KOMPAS.com –
Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Universitas Indonesia (UI) mengeluarkan pernyataan sikap terkait kondisi pemerintahan, termasuk insiden aparat kepolisian menembakkan gas air mata ke dalam kampus Universitas Islam Bandung (Unisba) dan Universitas Pasundan (Unpas).
Pernyataan sikap dihadiri lengkap oleh seluruh Ketua BEM Fakultas di UI, termasuk Ketua BEM UI Atan Zayyid Sulthan di Tugu Makara UI, Kota Depok, Selasa (2/9/2025).
Di awal penyampaian, Atan mengucapkan belasungkawa kepada sembilan korban meninggal dunia serta para korban luka akibat aksi demonstrasi di berbagai kota dan kabupaten di Indonesia.
Lalu, ia menyoroti insiden aparat kepolisian yang memasuki wilayah kampus di Bandung, Jawa Barat. Hal ini dianggap sebagai pelanggaran dari prinsip demokrasi dan perlindungan hak asasi manusia (HAM).
“Kami mengecam seluruh tindakan represif yang mengakibatkan korban bermunculan dan mengutuk keras tindakan aparat dalam melakukan penyerangan di lingkungan Universitas Islam Bandung dan Universitas Pasundan,” ujar Atap dalam orasinya.
Tak hanya itu, Aliansi BEM se-UI juga menyoroti kalimat yang diucapkan Presiden RI Prabowo Subianto dalam konferensi pers usai bertemu dengan ketua umum seluruh partai politik pada Minggu (31/8/2025).
Saat itu, presiden menyebut adanya dugaan tindakan makar dalam demo yang berlangsung pada pekan lalu.
“Pernyataan Presiden Prabowo Subianto mengenai dugaan makar harus dibuktikan dengan investigasi yang jelas, transparan, dan akuntabel,” tagas Atan.
Berikut lima poin lengkap pernyataan sikap yang disampaikan Aliansi BEM se-UI.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.