kab/kota: Denpasar

  • Cuaca Ekstrem Mengintai, BMKG Peringatkan Risiko Banjir dan Longsor di Sejumlah Daerah
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        12 September 2025

    Cuaca Ekstrem Mengintai, BMKG Peringatkan Risiko Banjir dan Longsor di Sejumlah Daerah Nasional 12 September 2025

    Cuaca Ekstrem Mengintai, BMKG Peringatkan Risiko Banjir dan Longsor di Sejumlah Daerah
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan risiko banjir dan tanah longsor di tengah potensi cuaca ekstrem di sejumlah wilayah Indonesia selama sepekan ke depan.
    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, dinamika atmosfer saat ini cukup kompleks dan dapat meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi di berbagai daerah.
    “Dinamika atmosfer saat ini memicu potensi hujan lebat hingga sangat lebat, disertai angin kencang yang perlu diwaspadai masyarakat maupun pemerintah daerah. Cuaca ekstrem ini dapat meningkatkan risiko banjir, longsor, maupun gelombang tinggi,” ujar Dwikorita, dalam keterangan pers, Jumat (12/9/2025).
    Dwikorita menuturkan, terdapat sejumlah faktor atmosfer yang memicu kondisi ini.
    Fase Dipole Mode Index (DMI) negatif (-1,27) dan anomali Outgoing Longwave Radiation (OLR) bernilai negatif yang mendukung pembentukan awan hujan.
    “Keadaan ini diperkuat oleh aktivitas Madden–Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, Rossby ekuator, serta gelombang atmosfer frekuensi rendah yang sedang aktif,” ucap dia.
    Tak hanya itu, bibit siklon tropis 93S di Samudra Hindia barat Bengkulu juga menciptakan konvergensi dan konfluensi angin, sementara pola siklonik di Kalimantan Utara turun memperbesar peluang hujan.
    Banjir dan longsor yang melanda Bali pada 9–10 September 2025 memperlihatkan dampak hidrometeorologi basah yang luar biasa.
    Laporan BNPB mencatat bencana terjadi di tujuh kabupaten/kota dengan lebih dari 120 titik banjir.
    Kota Denpasar menjadi wilayah dengan jumlah titik terbanyak, mencapai 81, disusul Gianyar 14 titik, Badung 12 titik, Tabanan 8 titik, Karangasem dan Jembrana masing-masing 4 titik, serta Klungkung di Kecamatan Dawan.
    “Curah hujan harian ekstrem yang menjadi pemicu utama banjir besar tersebut. Di Jembrana, curah hujan tercatat mencapai 385,5 mm dalam satu hari, disusul Tampak Siring 373,8 mm,” tutur dia.
    Kemudian Karangasem 316,6 mm, Klungkung 296 mm, dan Abiansemal 284,6 mm.
    Bahkan, beberapa titik lain seperti Denpasar Barat, Petang, Kerambitan, dan Padangbai juga mencatat curah hujan di atas 200 mm per hari.
    Padahal, secara klimatologis, hujan di atas 150 mm/hari sudah dikategorikan ekstrem.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Gibran Turun ke Posko Pengungsi Banjir Bali, Minta Anak hingga Lansia Diprioritaskan
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        12 September 2025

    Gibran Turun ke Posko Pengungsi Banjir Bali, Minta Anak hingga Lansia Diprioritaskan Nasional 12 September 2025

    Gibran Turun ke Posko Pengungsi Banjir Bali, Minta Anak hingga Lansia Diprioritaskan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Wakil Presiden (Wapres) RI Gibran Rakabuming menyambangi korban terdampak banjir di Kota Denpasar, Bali, Jumat (12/09/2025).
    Dalam kunjungannya ke Posko Pengungsi di Banjar Tohpati dan Banjar Sedana Mertha, Gibran menekankan pentingnya perlindungan khusus bagi kelompok rentan.
    Gibran menekankan, bayi, anak-anak, lansia, ibu hamil, hingga ibu menyusui harus mendapatkan perhatian lebih dalam pemenuhan kebutuhan dasar maupun layanan kesehatan.
    “Saya berpesan agar bayi, anak-anak, lansia, ibu hamil, ibu menyusui, nanti tolong diprioritaskan,” tegas Gibran saat berdialog dengan perangkat daerah.
    Gibran menegaskan, Presiden RI Prabowo Subianto memberikan arahan agar pemerintah benar-benar hadir memberikan perlindungan nyata bagi kelompok masyarakat yang paling membutuhkan.
    Selain kebutuhan darurat, ia juga menyoroti keberlanjutan layanan pendidikan dan fasilitas publik.
    Dia meminta agar sekolah-sekolah segera diperbaiki sehingga anak-anak tetap bisa bersekolah meski berada di situasi pascabencana.
    “Pastikan nanti hari Senin kegiatan belajar mengajar bisa berjalan. Jadi adik-adik nanti tetap sekolah, ya. Dan untuk fasilitas umum serta bangunan pemerintah yang rusak, mohon segera diperbaiki kembali agar pelayanan publik tidak terhenti,” pesan Gibran.
    Saat mengunjungi posko, Gibran turut menyapa para pengungsi sambil duduk berdialog bersama para korban banjir.
    Saat berdialog dengan warga, Gibran juga menyampaikan empati atas kondisi yang mereka alami.
    Menurutnya, kehadiran negara bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan mendesak, tetapi juga menjamin perlindungan berkelanjutan, terutama bagi kelompok rentan.
    Di kunjungannya ini, Wapres RI hadir didampingi Kepala BNPB Suharyanto, Wakil Gubernur Bali I Nyoman Giri Prasta, Pangdam IX Udayana Mayjen TNI Piek Budyakto, dan Kapolda Bali Irjen Pol. Daniel Adityajaya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 18 Korban Meninggal, 163 Titik Masih Terendam

    18 Korban Meninggal, 163 Titik Masih Terendam

    DENPASAR – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali mencatat setidaknya hingga pukul 06.00 WITA jumlah korban yang ditemukan meninggal dunia akibat banjir besar di Bali mencapai 18 orang.

    “Total meninggal dunia 18 orang, dari Kota Denpasar 12, Kabupaten Gianyar tiga, Kabupaten Jembrana dua, dan Kabupaten Badung satu orang,” kata Kepala Pelaksana BPBD Bali I Gede Agung Teja Bhusana Yadnya, dikutip ANTARA, Jumat 12 September.

    Di luar 18 korban dari seluruh Bali itu, kata dia, masih ada dua korban lainnya yang masuk daftar pencarian tim SAR gabungan.

    Dari rangkuman BPBD Bali, lanjutnya, hingga hari ketiga pagi terhitung sejak banjir besar melanda Bali, terutama Denpasar, Badung, Gianyar, dan Buleleng, pada Rabu (10/9) dini hari, kejadian yang tercatat adalah banjir 163 titik, tanah longsor 64 titik, pohon tumbang 35 titik, jembatan putus dua titik, jalan rusak tiga titik, dan tembok jebol 21 titik.

    Adapun bencana banjir tersebar paling banyak di ibu kota Provinsi Bali yaitu Denpasar dengan 81 titik, disusul 15 titik di Kabupaten Gianyar, 12 titik di Kabupaten Badung, 28 titik di Kabupaten Tabanan, 23 titik di Kabupaten Jembrana, dan empat titik di Kabupaten Karangasem

    Kemudian tanah longsor yang terjadi paling banyak di Tabanan dengan 43 titik, pohon tumbang paling banyak di Tabanan 17 titik, jalan rusak di Bangli dua titik, dan tembok jebol paling banyak di Karangasem 11 titik.

    Dari data laporan sementara ini Agung Teja memperkirakan kerugian atas kerusakan 514 unit bangunan mencapai Rp28.915.360.000.

    “Dengan rincian Kota Denpasar 474 los, kios, dan ruko bangunan rusak di Jalan Sulawesi dan Pasar Kumbasari senilai Rp25.537.360.000, Bangli tiga bangunan rusak dengan estimasi kerusakan Rp292.000.000,” ucapnya.

    Selanjutnya di Tabanan ditemukan 29 bangunan rusak dengan estimasi kerugian Rp3.086.000.000, Karangasem enam bangunan rusak dengan nilai kerusakan masih dalam proses penghitungan, dan Gianyar ada bangunan rusak dengan nilai kerusakan yang masih dalam proses penghitungan.

    Selama tiga hari terakhir, lanjutnya, pemerintah juga membentuk posko-posko pengungsian yang berangsur berkurang pengungsinya karena kondisi yang membaik.

    Adapun posko pengungsian hingga saat ini ada di Denpasar dengan 186 pengungsi tersebar di enam pos dan di Jembrana 250 pengungsi tersebar di dua pos.

  • Tim SAR Ditpolairud Polda Bali temukan empat perempuan korban banjir

    Tim SAR Ditpolairud Polda Bali temukan empat perempuan korban banjir

    Jakarta (ANTARA) – Tim SAR Direktorat Kepolisian Perairan dan Udara (Ditpolairud) Polda Bali berhasil menemukan empat korban banjir berjenis kelamin perempuan di Tanah Kilap, Mangrove, Denpasar Selatan.

    Ditpolairud Polda Bali Kombes Pol. Nurodin dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa keempat korban tersebut ditemukan dalam keadaan meninggal dunia pada Kamis (11/9) sekitar pukul 09.00 WIB.

    Nurodin mengatakan bahwa keempat korban tersebut sebelumnya dinyatakan hilang.

    Selanjutnya, keempat korban dibawa ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof. Ngurah Denpasar, Bali, untuk proses identifikasi.

    “Pencarian terhadap beberapa korban yang belum ditemukan masih terus kami lakukan melibatkan tim gabungan,” ungkap Nurodin.

    Hingga Kamis (11/9) malam, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan total korban meninggal akibat banjir di Bali bertambah dari 14 orang menjadi 16 orang dan semuanya sudah dievakuasi oleh tim petugas gabungan

    BNPB mengkonfirmasi rincian korban meninggal meliputi 10 orang di Kota Denpasar, dua orang di Kabupaten Jembrana, tiga orang di Kabupaten Gianyar dan satu orang di Kabupaten Badung.

    Proses pencarian korban hilang masih berlangsung dengan melibatkan sedikitnya 125 personel gabungan di sejumlah titik yang diduga menjadi tempat keberadaan terakhir korban.

    Bencana hidrometeorologi basah itu terjadi setelah Bali diguyur hujan berintensitas deras yang diperparah oleh adanya gangguan gelombang ekuatorial Rossby lebih dari 24 jam sejak Selasa (9/10) pagi, sebagaimana dilaporkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

    BNPB melaporkan dalam peristiwa kebencanaan ini ada sebanyak 562 orang warga mengungsi di sejumlah titik pengungsian sementara. Para penyintas itu memanfaatkan posko dan sejumlah fasilitas umum seperti sekolah, balai desa, mushola, dan banjar sebagai lokasi pengungsian.

    Pewarta: Nadia Putri Rahmani
    Editor: Agus Setiawan
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Data BPBD Bali: Korban Meninggal Akibat Banjir 18 Orang, Total Kerugian Rp 20 Miliar

    Data BPBD Bali: Korban Meninggal Akibat Banjir 18 Orang, Total Kerugian Rp 20 Miliar

    Dari data laporan sementara, Agung Teja memperkirakan kerugian atas kerusakan 514 unit bangunan mencapai Rp 28.915.360.000.

    “Dengan rincian Kota Denpasar 474 los, kios, dan ruko bangunan rusak di Jalan Sulawesi dan Pasar Kumbasari senilai Rp25.537.360.000, Bangli tiga bangunan rusak dengan estimasi kerusakan Rp292.000.000,” ucapnya.

    Selanjutnya di Tabanan ditemukan 29 bangunan rusak dengan estimasi kerugian Rp3.086.000.000, Karangasem enam bangunan rusak dengan nilai kerusakan masih dalam proses penghitungan, dan Gianyar ada bangunan rusak dengan nilai kerusakan yang masih dalam proses penghitungan.

    Selama tiga hari terakhir, lanjutnya, pemerintah juga membentuk posko-posko pengungsian yang berangsur berkurang pengungsinya karena kondisi yang membaik.

    Adapun posko pengungsian hingga saat ini ada di Denpasar dengan 186 pengungsi tersebar di enam pos dan di Jembrana 250 pengungsi tersebar di dua pos.

  • Polisi Hentikan Laporan Perzinahan 2 Mantan ASN di Buleleng yang Diduga Selingkuh, Pengacara Desak SK Pemecatan Dicabut
                
                    
                        
                            Denpasar
                        
                        12 September 2025

    Polisi Hentikan Laporan Perzinahan 2 Mantan ASN di Buleleng yang Diduga Selingkuh, Pengacara Desak SK Pemecatan Dicabut Denpasar 12 September 2025

    Polisi Hentikan Laporan Perzinahan 2 Mantan ASN di Buleleng yang Diduga Selingkuh, Pengacara Desak SK Pemecatan Dicabut
    Tim Redaksi
    BULELENG, KOMPAS.com
    – Penyidik Polres Buleleng resmi menghentikan penyelidikan terhadap laporan dugaan perzinahan yang melibatkan dua mantan aparatur sipil negara (ASN) Pemerintah Kabupaten Buleleng, Bali.
    Kasus ini melibatkan dua ASN berinisial GA dan WA yang diduga menjalin hubungan terlarang.
    Kuasa hukum kedua mantan ASN tersebut, Wayan Sudarma, mendesak agar surat keputusan (SK) pemecatan terhadap kliennya segera dicabut.
    Desakan ini muncul setelah pihak kepolisian menghentikan penyelidikan terkait dugaan perzinahan yang menghebohkan publik tersebut.
    “Rencananya kami akan beraudiensi dengan pimpinan DPRD dan mendesak dewan untuk menggelar dengar pendapat dengan bupati terkait SK pemecatan,” ujar Sudarma, saat dikonfirmasi pada Jumat (12/9/2025).
    Sudarma mengapresiasi langkah Polres Buleleng yang memberikan kepastian hukum dengan menghentikan laporan dugaan perzinahan.
    Namun, ia menekankan bahwa penyelesaian kasus tidak boleh berhenti di situ.
    “Kami harap kepastian hukum tidak sebatas pada ada atau tidaknya dugaan perzinahan, tetapi juga terhadap dugaan pencemaran nama baik melalui akun Facebook sebagaimana yang dilaporkan klien kami,” ujarnya.
    Menurut Sudarma, kepastian atas laporan pencemaran nama baik sangat penting agar kasus ini menjadi jelas dan tidak menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat.
    Kasus ini bermula dari laporan seorang perempuan berinisial LW terhadap suaminya, GA, yang dituduh menjalin hubungan di luar nikah dengan WA.
    Keduanya merupakan ASN yang bertugas di Sekretariat DPRD Kabupaten Buleleng.
    Laporan dugaan perzinahan tersebut dilayangkan oleh istri GA ke Polres Buleleng pada 5 Juni 2025.
    Perkembangan kasus semakin ramai setelah unggahan di media sosial Facebook pada 9 Juli 2025 yang memuat wajah dan nama GA serta WA, disertai tudingan perselingkuhan.
    Merasa dirugikan, GA kemudian melaporkan balik istrinya, LW, atas dugaan pencemaran nama baik.
    Langkah serupa diambil oleh WA yang juga melayangkan laporan pencemaran nama baik pada 13 Juli 2025.
    Tak lama setelah itu, GA dan WA dipecat dari status ASN mereka setelah viralnya dugaan hubungan perselingkuhan.
    Keduanya diberhentikan melalui SK Bupati Buleleng tertanggal 21 Juli 2025.
    Mereka kemudian menggugat Pemkab Buleleng atas pemberhentian tersebut ke PTUN Denpasar, namun gugatan berakhir dicabut karena tidak lengkapnya administrasi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kisah Perempuan Tangguh di Tengah Banjir Denpasar

    Kisah Perempuan Tangguh di Tengah Banjir Denpasar

    Liputan6.com, Jakarta Rabu dini hari, air mulai naik di kawasan Pulau Biak II nomor 11, Denpasar. Hujan deras yang mengguyur sejak malam sebelumnya membuat debit sungai meluap, merendam permukiman hingga ketinggian air mencapai dua meter.

    Jalan Pulau Biak merupakan salah satu wilayah yang terdampak air bah cukup parah, selain dari 231 titik banjir lain yang ada di Bali.

    Dalam hitungan jam, kontrakan dan indekos yang biasanya menjadi tempat tinggal nyaman berubah menjadi genangan besar penuh lumpur.

    Hari berganti, suasana Kamis pagi kemarin tampak kacau. Warga bergegas menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi. Kendaraan yang terparkir di halaman direndam oleh air bah.

    Pengungsi didominasi anak-anak dan wanita. Sementara para lelaki, bertahan di tengah rendaman banjir.

    Sekira pukul 10.00 hari itu, banjir mulai surut dengan intensitas hujan yang rendah. Warga mulai menyelamatkan apa saja yang masih bisa diambil dari rumah mereka.

    Kursi, kasur, lemari, bahkan alat dapur dikeluarkan ke halaman atau pinggir jalan. Semuanya basah kuyup, beberapa bahkan sudah tidak bisa dipakai lagi.

    Warga terlihat sibuk mengangkat barang, mencari benda yang bisa diselamatkan, dan membersihkannya dari lumuran lumpur.

    Ari Ardani (47), perempuan pemilik lahan dan indekos bertutur, terdapat sekitar 50 kepala keluarga (KK) yang menghuni kawasan itu.

    “Kos-kosan ini semua ada sekitar 47 rumah. Kalau sama yang di depan, ada 50-an orang tinggal di sini. Semuanya terdampak,” kata Ari, Kamis (11/09/2025).

    Bagi Ari, banjir kali ini adalah yang terparah dalam hidupnya. Ia masih ingat, pernah juga mengalami banjir pada 12 tahun lalu, tetapi tidak sampai menggenangi kamar, apalagi mencapai atap rumah. Kali ini, air naik begitu cepat hingga melampaui kepala orang dewasa.

    “Ini adalah banjir yang terparah untuk tahun ini. Pernah banjir sekitar 12 tahun lalu, itu enggak sampai naik ke kamar. Tapi hari ini sampai di atas kepala,” cerita Ari.

    Saat kejadian, Ari sedang berjualan di Pasar Badung. Air sudah mulai masuk ke pasar, membuatnya cemas. Ia segera menelepons anak dan suaminya di rumah.

    Dari ujung telepon, keluarganya panik memberi kabar bahwa air terus naik. Waktu itu masih pukul dua dini hari.

    “Di Pasar Badung itu udah naik airnya, terus saya telepon anak saya, suami saya. Mereka kaget, katanya, air udah naik, Bu. Itu jam 2 pagi,” kenangnya.

    Perbesar

    Kondisi rumah warga usai banjir terjang Denpasar… Selengkapnya

    Ia pun mencoba pulang. Namun perjalanan menuju rumah penuh rintangan. Motor terpaksa ditinggal jauh dari rumah, lalu ia melanjutkan dengan berjalan kaki di tengah air setinggi dada orang dewasa.

    “Saya harus taruh motor jauh dari rumah, jalan kaki ke sini. Di jalan raya air sudah segini (dada orang dewasa). Arus deras sekali,” ujarnya.

    Ketika akhirnya tiba di depan rumah, Ari sempat diliputi ketakutan. Membuka pintu bisa membuat lumpur dan kotoran masuk semakin banyak. Tetapi yang terpenting baginya hanya satu: bertemu keluarga.

    “Pokoknya saya berusaha biar ketemu sama suami, sama anak saya. Udah enggak enak hati. Saya harus melawan arus. Astungkara saya bisa sampai di rumah,” kata Ari.

    Syukurlah, keluarga Ari berhasil menyelamatkan diri dengan naik ke bangunan tingkat yang belum rampung. Namun, harta benda dan usahanya luluh lantak diterjang banjir.

    Ari bukan sekadar pemilik indekos. Ia juga seorang pengusaha kue yang sudah 10 tahun berjualan di Pasar Badung. Dari usaha inilah ia menopang keluarganya, terutama karena suaminya sakit-sakitan.

    Namun, banjir kali ini memporak-porandakan semua peralatan dan bahan yang ia miliki.

    “Motor saya mati, elektronik saya habis. Rice cooker tiga rusak, kulkas dua enggak bisa dipakai lagi. Blender, semua alat kue, bahan kue habis. Usaha yang saya rintis juga hancur lebur,” katanya.

    Ari menjual berbagai macam kue basah, bolu, dan jajanan pasar yang biasa dibutuhkan masyarakat Bali untuk acara adat. Kini, semua tidak bisa lagi ia produksi.

    “Itu usaha kue saya sudah 10 tahun. Karena saya tulang punggung keluarga, suami sakit-sakitan. Saya punya anak dua, masih kecil, dua lagi sudah kerja untuk dirinya sendiri. Saya nanggung semuanya,” ujarnya lirih.

    Meski terpukul, Ari berusaha tetap tabah. “Saya menata lagi dari nol. Dari nol, saya tidak mau nyerah. Harus tetap senang-senang, karena anak-anak masih butuh ibu,” tegasnya.

    Perbesar

    Kondisi rumah warga usai banjir terjang Denpasar… Selengkapnya

    Di kontrakan yang sama, Ibu Aldo (57) juga menanggung kerugian besar. Usaha herbal dan alat terapi yang ia jalani sejak 2013 luluh lantak diterjang banjir.

    “Herbal sama alat terapi semuanya hancur. Stok susu kambing, berapa karton, semua enggak bisa dijual. Kerugian di atas Rp 100 juta. Belum laptop, elektronik lain. Semua habis,” ujarnya.

    Ironisnya, sebelum banjir, Aldo baru saja datang dari Jawa dengan membawa stok baru. Ia berniat melengkapi persediaan agar anak-anaknya tidak kekurangan. Namun, semua yang disimpannya kini rusak.

    “Ini terparah. Pernah banjir besar dulu, tapi tidak separah ini. Semua hancur,” tambahnya.

    Saat ditemui, ia sibuk membersihkan rumah yang penuh lumpur. Kardus-kardus susu kambing harus dibongkar satu per satu, sementara alat-alat terapi tergeletak rusak.

    “Yang paling dibutuhkan sekarang makan, baju, air bersih. Bajunya enggak ada yang kering. Semua basah,” katanya.

    Teteh Tarini (53), perantau asal Cimahi, Jawa Barat, sudah 15 tahun tinggal di Bali dan 10 tahun menetap di kontrakan Pulau Biak. Ia menggeluti usaha pembuatan korden. Namun, banjir kali ini membuat semua hasil kerjanya rusak.

    “Ini yang paling parah. Kalau dulu enggak sampai separah ini. Air mulai naik jam 3 pagi, deras sekali,” ujarnya.

    Meski usaha dan rumahnya terdampak, Tarini masih berusaha membantu tetangganya. Ia bersama teman-teman membagikan nasi bungkus.

    “Alhamdulillah kalau makanan enggak kekurangan. Tapi yang dibutuhkan sekarang selimut, air minum, air bersih. Anak-anak kecil kasihan, semua kerendam, kasur dan selimut juga basah,” katanya.

    Hingga hari kedua pascabanjir, warga masih mengandalkan bantuan dari sesama. Ada yang membawakan makanan, ada pula yang sekadar membantu membersihkan lumpur.

    Di antara puing-puing dan barang rusak, terlihat ikatan kuat antarwarga. “Teman-teman ada yang datang ke sini bawain makan. Saya bagi-bagiin, dikasih 100 bungkus. Ada 50 lebih orang di sini. Sisanya saya bagikan ke warga lain,” kata Ari.

    Perbesar

    Kondisi rumah warga usai banjir terjang Denpasar… Selengkapnya

    Meskipun banyak yang kehilangan mata pencaharian, semangat gotong royong menjadi penguat. Saling berbagi dan menolong membuat mereka masih bisa bertahan di tengah keterpurukan.

    Ia berharap bantuan pemerintah dapat segera diberikan secara merata terhadap masyarakat yang terdampak banjir di Bali.

    “Harapan saya ada bantuan dari pemerintah. Terus cepat ada petugas kebersihan ke sini. Kita nggak mungkin begini terus. Kalau petugasnya nggak gercep, makin parah masalah di sini,” ujarnya.

    Meski banyak kehilangan, warga sepakat bahwa keselamatan keluarga jauh lebih berharga. Bagi Ari, kebersamaan dengan suami dan anaknya menjadi penguat untuk kembali bangkit.

    “Anak saya senang, bapaknya juga senang karena bisa berkumpul lagi. Usaha hancur masih bisa dicari, tapi keluarga itu yang utama,” tuturnya.

    Kisah Ari, Aldo, dan Tarini hanyalah sebagian dari ratusan cerita warga Denpasar yang terdampak banjir. Mereka adalah pelaku UMKM yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi keluarga, bahkan penopang ekonomi lokal.

  • Data BPBD Bali: Korban Meninggal Akibat Banjir 18 Orang, Total Kerugian Rp 20 Miliar

    Analisis Akar Masalah Banjir Terbesar Sepanjang Sejarah Bali

    Liputan6.com, Bali – Banjir yang melanda Bali 9-10 September 2025 kemarin, menjadi catatan terburuk dalam sejarah banjir di Bali. Data yang dikutip dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut, sepanjang 2009 hingga Oktober 2022 tercatat ada 29 kejadian banjir di Bali. Dari rentang tahun itu, 2018 menjadi tahun dengan jumlah banjir terbanyak. Tahun 2009 menjadi yang terendah, dengan hanya 2 kejadian banjir. Meski begitu banjir menyebabkan lebih dari 100 rumah terendam. 

    Dari rentetan sejarah banjir Bali tersebut, banjir 9-10 September kemarin menjadi yang terburuk. Mengingat bukan hanya berimbas pada kerugian materi, tetapi juga memakan korban jiwa yang tidak sedikit.

    Data BNPB per Kamis (11/9/2025), pukul 11.00 WIB, jumlah korban meninggal dalam bencana banjir di Provinsi Bali bertambah menjadi 14 orang, dan dua di antaranya masih hilang.

    “Data sementara per Kamis, 11 September 2025, pukul 11.00 WIB, total korban meninggal dunia yang sudah ditemukan berjumlah 14 jiwa dan yang masih dalam pencarian sebanyak 2 warga,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari kepada wartawan, Kamis (11/9/2025).

    Rincian korban meninggal, di Kota Denpasar sebanyak 8 orang, Kabupaten Jembrana 2 orang, Kabupaten Gianyar 3 orang, dan Kabupaten Badung 1 orang.

    “Korban yang hilang sebanyak dua jiwa teridentifikasi di Kota Denpasar,” lanjutnya.

    Sementara itu, sejumlah warga mengungsi di beberapa titik pos pengungsian. BPBD Provinsi Bali menginformasikan 562 warga mengungsi, dengan rincian 327 warga di Kabupaten Jembrana dan 235 warga di Kota Denpasar.

    Fasilitas umum, seperti sekolah, balai desa, musala dan banjar dimanfaatkan sebagai pos pengungsian sementara.

    Petugas gabungan masih melakukan upaya tanggap darurat seperti pencarian korban dan pengendalian banjir dan longsor yang berdampak kepada masyarakat.

    “BNPB memberikan bantuan berupa selimut 200 lembar, matras 200 lembar, sembako 300 paket, tenda keluarga 50 unit dan tenda pengungsi 2 unit. Sedangkan untuk penanganan banjir, BNPB membantu perahu karet dan mesin 1 unit dan pompa air 3 unit,” tutur Abdul Muhari.

    Sementara itu, Wakil Gubernur Bali I Nyoman Giri Prasta bicara tentang banjir besar yang melanda Denpasar, Badung, Gianyar, dan Jembrana pada Rabu (10/9/2025). Dia mengutip pernyataan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengenai tingginya curah hujan.

    Giri Prasta sekaligus mengajak semua pihak berbenah agar banjir tidak terjadi lagi di kemudian hari.

    “BNPB sudah menyampaikan air hujan yang semestinya turun untuk sebulan, ini turunnya itu hanya satu setengah hari, ini luar biasa memang, tapi kita tidak akan pernah menyalahkan siapa-siapa, mari kita berbenah dan segala sesuatu itu akan kita perbaiki dengan baik,” ujar Giri, Kamis (11/9/2025).

    Lalu apa sebenarnya yang menyebabkan banjir parah di Bali? Pengamat Tata Kota Universitas Udayana Putu Rumawan Salain, saat dihubungi Tim Regional Liputan6.com, Kamis (11/9/2025) mengatakan, banjir saat ini bisa dibilang sebagai banjir yang terbesar dan terparah yang pernah terjadi di Bali, dengan memakan korban jiwa terbanyak dan hampir seluruh wilayah Bali mengalaminya.

    “Ini sebagai dampak dari perencanaan, tapi semua itu kan tingkah polah manusia, yang melakukan kegiatan di atas bumi. Jadi ini adalah sebagai peringatan kepada kita untuk mencermati dan tunduk kepada tata ruang yang sudah dirancang,” katanya.

     

  • Tim SAR Evakuasi 1 Lagi Jenazah dari Ruko Ambruk Akibat Banjir di Bali

    Tim SAR Evakuasi 1 Lagi Jenazah dari Ruko Ambruk Akibat Banjir di Bali

    Jakarta

    Tim SAR gabungan mengevakuasi satu lagi korban ruko roboh akibat diterjang banjir di Jalan Sulawesi, Denpasar, Bali. Jasad korban bernama Maimunah (75) ditemukan sekitar 50 meter dari reruntuhan belakang toko kain tersebut.

    “Malam hari ini pukul 21.33 Wita, jenazah Ibu Hajah Maimunah ditemukan,” kata Danrem 163/Wira Satya, Brigjen TNI Ida I Dewa Agung Hadi Saputra, seusai mengevakuasi korban di Jalan Sulawesi, Denpasar, seperti dilansir detikBali, Kamis (11/9/2025).

    Hadi menjelaskan tim gabungan TNI dan Basarnas membutuhkan waktu lebih dari 12 jam untuk mengeruk bangunan roboh tersebut hingga menemukan jenazah Maimunah. Menurutnya, jasad perempuan lanjut usia (lansia) itu ditemukan dengan tangan menghadap ke atas.

    Ia memastikan Maimunah adalah korban ruko roboh terakhir akibat banjir di Jalan Sulawesi. Berdasarkan informasi yang dihimpun di lapangan, satu lagi korban ruko roboh yang dilaporkan hilang sebelumnya sudah ditemukan sore tadi di sekitar Dam Estuari.

    Berdasarkan data per Kamis (11/9) pukul 11.00 Wita, BNPB mencatat total korban meninggal dunia akibat banjir hebat di Bali berjumlah 14 jiwa. Dengan ditemukannya jenazah Maimunah dan satu lagi korban lainnya di Dam Estuari, maka jumlah korban tewas akibat banjir di Bali menjadi 16 jiwa.

    Para korban itu tersebar di beberapa titik di Bali. Adapun, rincian korban meninggal di Kota Denpasar sebanyak 10 jiwa, Kabupaten Jembrana (2), Gianyar (3), dan Badung (1). Namun demikian, data ini merupakan data sementara yang masih dalam tahap sinkronisasi oleh Basarnas maupun BPBD.

    Baca selengkapnya di sini

    (lir/lir)

  • Video Kondisi Terkini Banjir di Denpasar: Jalan Rusak-Bangunan Penuh Lumpur

    Video Kondisi Terkini Banjir di Denpasar: Jalan Rusak-Bangunan Penuh Lumpur

    Video Kondisi Terkini Banjir di Denpasar: Jalan Rusak-Bangunan Penuh Lumpur

    Video: Prabowo Akan Seleksi Guru Terbaik untuk Pendidikan Jarak Jauh

    113 Views | Kamis, 11 Sep 2025 21:59 WIB

    Rumah-rumah warga, pertokoan hingga infrastruktur jalan menjadi paling terdampak dari bencana banjir di Kota Denpasar, Bali. Tercatat ada 81 titik banjir di Denpasar dan berikut kondisinya hari ini, Kamis (11/10).

    I Nyoman Adhisthaya Sawitra – 20DETIK