kab/kota: Demak

  • Buruh Jateng Tuntut Kenaikan UMP 2026 Jadi Rp 3 Juta untuk Kebutuhan Hidup Layak
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        5 November 2025

    Buruh Jateng Tuntut Kenaikan UMP 2026 Jadi Rp 3 Juta untuk Kebutuhan Hidup Layak Regional 5 November 2025

    Buruh Jateng Tuntut Kenaikan UMP 2026 Jadi Rp 3 Juta untuk Kebutuhan Hidup Layak
    Tim Redaksi
    SEMARANG, KOMPAS.com
    – Buruh yang tergabung dalam Dewan Pengupahan Jawa Tengah menuntut agar Upah Minimum Provinsi (UMP) pada tahun 2026 ditetapkan sebesar Rp 3.070.000.
    Angka ini dinilai sesuai dengan perhitungan
    Kebutuhan Hidup Layak
    (KHL), sementara UMP saat ini hanya sebesar Rp 2.169.000, yang dianggap masih jauh dari nilai layak dan tertinggal dibandingkan dengan provinsi lain.
    Anggota
    Dewan Pengupahan
    , Sodikin, yang berasal dari DPD Federasi Serikat Pekerja Kimia, Energi, dan Pertambangan (FSPKEP), menyatakan bahwa Kementerian Tenaga Kerja mengatur UMP Jawa Tengah seharusnya mencapai minimal 72 persen dari perhitungan KHL, yaitu sekitar Rp 2,8 juta.
    Namun, realitasnya UMP Jateng saat ini hanya Rp 2,1 juta.
    “Saat ini yang kami minta adalah 100 persen sesuai KHL untuk Jawa Tengah, Rp 3.070.000 UMP,” tutur Sodikin usai rapat di Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jawa Tengah, Rabu (5/11/2025).
    Namun, pada tahun 2025, hanya dua daerah di Jawa Tengah, yaitu Semarang dan Kabupaten Demak, yang Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)-nya melebihi angka ideal tersebut.
    “Ini menjadi catatan perbaikan untuk pemerintahan Luthfi-Yasin saat ini untuk mendukung kesejahteraan buruh dengan menetapkan UMP 2026 mendatang sesuai KHL,” ujar Tomo.
    Dia menambahkan bahwa jika aspirasi buruh tidak didengar dan keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang telah mengubah aturan pengupahan dalam Undang-Undang Cipta Kerja tidak dijalankan, maka mereka akan mendorong upaya diskresi.
    “Dalam satu peraturan itu ada diskresi. Kita mencoba agar Gubernur membuat diskresi penetapan UMP harus sesuai KHL Jawa Tengah. Jadi, intinya kita mencoba dilobi, aksi, tapi diskresi dari pemerintah bahwa Gubernur menetapkan UMP sesuai dengan KHL Jawa Tengah,” tegasnya.
    Rapat tersebut dihadiri oleh perwakilan dari unsur buruh, pengusaha, dan pemerintah daerah untuk membahas penentuan arah kebijakan pengupahan tahun 2026, sekaligus menyimak paparan dari Kementerian Ketenagakerjaan terkait uji publik Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) pengganti PP Nomor 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • MPR: Pemberdayaan perempuan sektor pertanian wujudkan ketahanan pangan

    MPR: Pemberdayaan perempuan sektor pertanian wujudkan ketahanan pangan

    Jakarta (ANTARA) – Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat menilai pemberdayaan perempuan melalui peningkatan keterampilan di sektor pertanian adalah langkah strategis untuk mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan.

    “Masalah yang kita hadapi ke depan adalah ketahanan pangan. Bagaimana kita dapat beraktivitas agar mampu memenuhi kebutuhan pangan mulai lingkup terkecil seperti keluarga, merupakan langkah yang penting,” kata Lestari dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.

    Hai itu disampaikannya saat membuka Bimbingan Teknis Pertanian Ramah Lingkungan bagi 48 perempuan dari Kabupaten Demak, Kudus, dan Jepara, bekerja sama dengan lembaga pemberdayaan masyarakat Inisiatif Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA) di Subang, Jawa Barat.

    Inisiasi untuk memberikan pelatihan pertanian kepada masyarakat di Kabupaten Demak, Kudus, dan Jepara, serta sejumlah kabupaten lainnya, bekerjasama dengan IBEKA telah dilakukan Lestari sejak 2021.

    Melalui upaya tersebut, sekitar 600 orang dari berbagai kabupaten di tanah air telah mendapat pelatihan terkait penerapan pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

    Menurut Rerie, sapaan akrab Lestari, sejumlah alumni IBEKA dari Kabupaten Luwu, Sulawesi Tengah misalnya, sudah mampu menghasilkan pupuk organik secara mandiri untuk kebutuhan pertanian mereka.

    Para alumnus IBEKA dari Luwu saat ini mampu mengembangkan produksi pupuk organik secara komersial dan mereka menjadi penggerak pertanian berkelanjutan di daerahnya.

    Anggota Komisi X DPR RI itu mengatakan Pemberdayaan perempuan melalui pelatihan pertanian ramah lingkungan di IBEKA merupakan langkah strategis untuk mewujudkan pertanian yang berkelanjutan. Karena perempuan sejak masa lalu sudah ditempatkan sebagai penjaga kearifan lokal.

    Biasanya nilai-nilai penting seperti bagaimana melestarikan lingkungan dan hidup sehat misalnya, ditanamkan oleh perempuan kepada anaknya sejak kecil.

    Ia berharap, dengan memberikan pelatihan pertanian yang ramah lingkungan kepada para perempuan dapat mewujudkan pemberdayaan keluarga.

    Dengan keluarga sejahtera dan kemampuan bertani yang ramah lingkungan, tegas Rerie, dapat mendukung upaya pemerintah dalam mengakselerasi tercapainya ketahanan pangan yang berkelanjutan dan memperkokoh kemandirian bangsa dalam menghadapi tantangan di masa depan.

    Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
    Editor: Tasrief Tarmizi
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • 2 Anak Meninggal Dunia Imbas Banjir Semarang, Hanyut di Selokan yang Tertutup Genangan
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        31 Oktober 2025

    2 Anak Meninggal Dunia Imbas Banjir Semarang, Hanyut di Selokan yang Tertutup Genangan Regional 31 Oktober 2025

    2 Anak Meninggal Dunia Imbas Banjir Semarang, Hanyut di Selokan yang Tertutup Genangan
    Editor
    SEMARANG, KOMPAS.com
    — Banjir yang melanda Kota Semarang selama sepekan terakhir menelan korban jiwa.
    Dua anak meninggal dunia setelah hanyut di selokan yang tertutup genangan air hujan di kawasan Pedurungan, Semarang, Jawa Tengah.
    Korban pertama adalah Achmad Riefqie Arzan (7), murid kelas 1 MI Tarbiyatus Sibyan Tlogomulyo, yang hanyut di selokan tak jauh dari sekolahnya di Tlogomulyo, Pedurungan, pada Selasa (28/10/2025) sekitar pukul 11.00 WIB.
    Peristiwa nahas itu terjadi saat korban pulang sekolah di tengah hujan deras yang menyebabkan air selokan meluap.
    “Korban anak laki-laki siswa MI ditemukan dini hari tadi sejauh 2,5 kilometer dari titik lokasi hanyut,” kata seorang relawan Semarang, Siswanto, Kamis (30/10/2025).
    Riefqie ditemukan sudah tidak bernyawa di aliran Kali Kwaron, wilayah Alastua, Bangetayu Kulon, Kecamatan Genuk, pada Rabu sekitar pukul 03.00 dini hari.
    Putra pasangan Misbakhul Munir, warga Jamus Godo, Mranggen, Demak, itu sempat dilaporkan hilang sejak Selasa siang.
    Jenazah korban kemudian dimakamkan di tempat pemakaman umum desanya.
    Tragedi serupa juga menimpa Rahma Aurel (9), bocah perempuan yang hanyut di selokan kawasan Argomulyo Mukti Asri, Pedurungan, pada Selasa (28/10/2025) malam.
    Dalam rekaman CCTV, Rahma terlihat berjalan bersama ibunya di tengah hujan deras. Saat melangkah di depan ibunya, ia tak menyadari bahwa permukaan jalan yang dilaluinya merupakan selokan dalam yang tertutup air hujan.
    Rahma terperosok dan terseret arus deras menuju Sungai Gasem Semarang.
    Sang ibu yang berjalan di belakang sempat berusaha menyelamatkan anaknya dengan melompat ke selokan sambil berteriak minta tolong.
    Namun, derasnya arus membuat upaya itu gagal. Warga sekitar mendengar teriakan dan segera menolong sang ibu yang nyaris ikut hanyut.
    Tim SAR gabungan kemudian melakukan pencarian intensif selama dua hari. Jenazah Rahma ditemukan pada Kamis (30/10/2025) pukul 22.00 WIB, di area taman depan Masjid Al Mubarok, Jalan Lintang Trenggono, sekitar 5 kilometer dari lokasi kejadian.
    “Ternyata benar bahwa jenazah tersebut adalah Rahma Aurel yang dua hari ini kami cari,” kata Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Semarang, Budiono, Jumat (31/10/2025).
    Korban telah dievakuasi dan diserahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan.
    Atas kejadian ini, Budiono mengimbau masyarakat agar lebih waspada terhadap genangan air dan saluran terbuka saat hujan deras melanda.
    “Kami minta masyarakat tetap siaga terhadap potensi hujan lokal dan memperhatikan kondisi sekitar, terutama di wilayah dengan sistem drainase terbuka,” ujarnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Atasi Banjir Semarang-Demak, Pemprov Jateng Siapkan Sodetan dan 38 Pompa

    Atasi Banjir Semarang-Demak, Pemprov Jateng Siapkan Sodetan dan 38 Pompa

    Jakarta – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) serta Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana mempercepat penanganan banjir di kawasan pantura Semarang dan Demak.

    Upaya terpadu dilakukan melalui pembangunan sodetan dan pengoperasian puluhan pompa air di sejumlah titik rawan.

    “Ada dua titik banjir yang menjadi atensi kita, yaitu Kaligawe Semarang dan Sayung Demak,” ujar Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi dalam keterangan tertulis, Kamis (30/10/2025).

    Hal ini ia sampaikan saat melakukan peninjauan di lokasi Kolam Retensi Terboyo, Kota Semarang, hari ini.

    Ia menjelaskan, penanganan di wilayah Sayung dilakukan melalui pembangunan sodetan dari Sungai Dompo ke arah Kedompo yang dimulai dari kawasan pabrik Polytron. Sedangkan untuk wilayah Kaligawe, jumlah pompa ditingkatkan menjadi 38 unit untuk mempercepat penyurutan air dari Kaligawe ke Kolam Retensi Terboyo.

    “Kita pompa dari Kaligawe ke Terboyo. Kolam retensi Terboyo itu menampung hampir 6,7 juta meter kubik air,” ujarnya.

    Air dari kolam tersebut kemudian dialirkan menuju Sungai Dompo, Babon, hingga ke laut.

    “Ini sudah kita simulasikan dan hari ini kita eksekusi. Supaya wilayah Kaligawe bisa segera surut,” tegasnya.

    Selain memperkuat sistem pompa dan sodetan, Pemprov Jateng juga melanjutkan operasi modifikasi cuaca (TMC) untuk mengendalikan curah hujan. Luthfi menambahkan, proyek tanggul laut Semarang-Demak juga terus berjalan dan ditargetkan beroperasi pada pertengahan 2026.

    Data dari BBWS Pemali Juana mencatat total kapasitas pompa di empat titik utama penanganan banjir yakni Sringin, Terboyo, Tenggang, dan Pasar Waru mencapai 30.360 liter per detik. Fasilitas tersebut terdiri atas tujuh unit pompa eksisting, tiga floating pump, dan 28 mobile pump yang beroperasi siang malam.

    Kolam Retensi Terboyo menjadi titik krusial dalam sistem pengendalian banjir di wilayah timur Semarang. Dengan kapasitas hingga 6,7 juta meter kubik, kolam ini menampung limpasan dari Kaligawe sebelum dialirkan ke Sungai Dompo dan Babon.

    Upaya ini disinergikan dengan pengerjaan Sodetan Terboyo sepanjang 137 meter dan lebar 4 meter yang menyalurkan air dari Kaligawe menuju Kolam Retensi Unisula, lalu diteruskan ke Terboyo menggunakan pompa.

    Menurut Luthfi, seluruh langkah teknis ini telah disimulasikan bersama tim teknis PUPR dan BBWS agar penanganan banjir berjalan cepat dan tepat sasaran.

    “Kita sudah eksekusi di lapangan, semua sudah jalan. Yang penting air cepat keluar, jalan lancar, dan warga aman,” pungkas Luthfi.

    (prf/ega)

  • Banjir Pantura Semarang Belum Surut, Warga Sulit Cari Elpigi dan Air Minum

    Banjir Pantura Semarang Belum Surut, Warga Sulit Cari Elpigi dan Air Minum

    Jakarta

    Banjir di Jalan Kaligawe Pantura Semarang-Demak tak kunjung surut. Hal itu membuat warga terdampak banjir kesulitan membeli gas elpiji hingga air minum.

    Pantauan detikJateng di Jalan Kaligawe Raya, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, tampak seorang warga mengantar galon menggunakan motor di tengah genangan air. Ia mengantar galon untuk sebuah angkringan yang tetap buka meski terendam banjir.

    “Banjir gini jadinya air susah, gas susah, ini dapat galon saja diantarnya dari RSUP Dr Kariadi,” kata pemilik angkringan, Ayu (33) dilansir detikJateng, Kamis (30/10/2025).

    Ia mengaku kesulitan karena pendapatan di angkringannya pun menurun selama banjir. Namun, ia terpaksa tetap membuka angkringan dan toko kelontong demi mencari nafkah. “Pendapatannya menurun, tapi harganya semua naik, kemarin gas melon harganya Rp 30 ribu, dinego sampai Rp 25 ribu,” tuturnya.

    Kata dia, mencari air bersih pun sulit karena tak banyak yang mau mengirimkan galon di tengah banjir. Ia beruntung bisa mendapat galon karena kakaknya tersebut menjual galon isi ulang.

    Hal serupa dirasakan warga Tanggungrejo, Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Gayamsari, Ratno (40). Ia mengatakan harus berkeliling mencari gas melon.

    (rdp/idh)

  • Selat Muria Muncul Setelah Hilang 300 Tahun, Ini Kata Pakar Geologi

    Selat Muria Muncul Setelah Hilang 300 Tahun, Ini Kata Pakar Geologi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pada 2024 lalu, wilayah pesisir Utara Jawa Tengah dilanda banjir besar. Salah satu yang terparah terjadi di Demak dan Kudus.

    Hal ini sempat menghebohkan masyarakat dan memicu spekulasi kemunculan selat Muria yang sudah lama hilang.  Dulunya, selat Muria memisahkan Pulau Jawa dan Gunung Muria. Seiring perkembangan waktu, selat itu menjadi daratan sekitar 300 tahun lalu.

    Pakar Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eko Soebowo mengatakan penurunan tanah di wilayah tersebut mudah terjadi. Tak menutup kemungkinan Selat Muria bisa kembali muncul, namun penyebabnya bukan banjir.

    Eko menjelaskan penurunan permukaan tanah di wilayah Semarang, Demak, dan sekitarnya bervariasi dengan intensitas tertinggi mencapai 10 sentimeter per tahun, seperti yang terjadi di wilayah Semarang timur. Perbedaan ini tergantung dengan tipikal tanah di daerah masing-masing dan faktor pendukung penurunan tanah yang ada di wilayah tersebut.

    Faktor penurunan muka tanah terbagi menjadi dua, yakni faktor alami dan faktor antropogenik atau dampak aktivitas manusia.

    Faktor alamiah adalah aktivitas tektonik. Faktor ini tidak memiliki dampak yang terlalu besar, karena hanya menyebabkan penurunan sekitar beberapa milimeter.

    Faktor antropogenik atau ulah manusia menjadi kontributor terbesar. Beban infrastruktur tanah lunak bisa menyebabkan penurunan 1 sentimeter per tahun.

    Lalu, eksploitasi air tanah merupakan faktor dominan yang bisa menyebabkan penurunan hingga 7-8 sentimeter per tahun.

    Selain penurunan permukaan tanah, Eko menyebut kenaikan permukaan air laut akibat perubahan iklim juga bisa menyebabkan Selat Muria berpotensi muncul kembali.

    Selat Muria Muncul Bukan Gara-gara Banjir

    Eko menegaskan banjir bukan faktor penyebab kembalinya Selat Muria. Ia mengatakan banjir malah akan membuat daratan menjadi lebih tinggi.

    “Kalau soal banjir, justru malah banjir itu mengisi sedimentasi di daerah selat tersebut. Dari Muria, dari selatan Demak, selatan Semarang, semua sungai-sungainya kan bermuara di daerah pantura,” ujar Eko.

    “Itu kan membawa material, membuat pendangkalan. Tetapi banjir bukan menyebabkan terjadi selat lagi,” lanjutnya.

    Selain itu, banjir akan membawa sedimen ke wilayah terdampak dan hasilnya meningkatkan ketinggian daratan tersebut.

    Nah, seperti itu penjelasan dari pakar geologi BRIN. Semoga informasi ini bermanfaat!

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Pimpinan MPR: Tingkatkan literasi statistik demi kemajuan daerah

    Pimpinan MPR: Tingkatkan literasi statistik demi kemajuan daerah

    Jakarta (ANTARA) – Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mendorong anak muda dan masyarakat untuk meningkatkan literasi statistik agar mampu mempelajari sekaligus memaknai data Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai instrumen dalam membenahi pembangunan daerah.

    “Sosialisasi pada hari ini adalah awal untuk persiapan dimulainya Sensus Nasional 2026. Sensus ini merupakan kegiatan statistik dasar yang dilaksanakan setiap dekade, dan sensus 2026 nanti akan menjadi sebuah instrumen yang sangat strategis dalam menyusun kebijakan umum nasional dan daerah,” kata Lestari dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

    Hal itu disampaikannya dalam Sosialisasi Sensus Ekonomi 2026 dan Peningkatan Literasi Statistik Masyarakat di Kudus, Jawa Tengah

    Lestari mengungkapkan, dalam kurun waktu tertentu terjadi perubahan yang signifikan di daerah. Seperti lanskap politik, ekonomi, sosial, hingga alam.

    Maka, sensus nasional menjadi instrumen untuk memotret kondisi tersebut dan dapat menjadi pertimbangan pemerintah pusat dan daerah dalam mengambil kebijakan yang relevan dengan kondisi objektif daerah.

    “Kita melihat di dua dekade ini bahwa lanskap ekonomi, lanskap politik, bahkan lanskap alam sendiri, begitu banyak faktor menjadikan kita berada pada situasi yang berhadapan dengan berbagai macam tantangan,” ujarnya.

    Menurut Rerie, sapaan akrab Lestari, terjadi perubahan pola kehidupan masyarakat dan alam yang berdampak pada mata pencaharian masyarakat.

    Di Demak, semula masyarakat berprofesi sebagai nelayan dan petani tambak. Namun, karena terjadi perubahan maka perlu langkah strategis yang sesuai dengan kondisi kekinian yang dialami masyarakat.

    “Nah inilah gunanya sensus sehingga kita bisa memotret 10 tahun lalu, barangkali tercatat wilayah itu wilayahnya para nelayan. Pada 2026 masih ada tidak nelayan tersebut? Belum lagi dengan kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan membuka seluas-luasnya pemindahan pusat industri, maka banyak daerah yang beralih fungsi menjadi pabrik, dan jumlah petani menjadi berkurang. Mereka lebih suka bekerja di pabrik yang menurut mereka memiliki kepastian,” jelasnya.

    Ia menilai perlu peningkatan literasi bagi masyarakat dalam melihat dan mempelajari data BPS agar dapat turut serta berkontribusi dalam pembangunan daerah.

    “Saya kira temuan-temuan ini kita bandingkan apa yang kita miliki 10 tahun lalu dengan sekarang. Bagi mahasiswa, ini menarik untuk dilihat dan dipelajari. Dengan memahami data, dan kemudian memaknai data, kita bisa memiliki kemampuan, bukan sekadar menganalisa tapi juga bisa memberikan masukan-masukan penting,” tuturnya.

    Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
    Editor: Hisar Sitanggang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Bus PO Haryanto Terguling di Tol Batang, Oleng 3 Kali sebelum Tabrak Pembatas

    Bus PO Haryanto Terguling di Tol Batang, Oleng 3 Kali sebelum Tabrak Pembatas

    Jakarta

    Bus PO Haryanto terguling di ruas Tol Semarang-Batang, KM 354 jalur B, wilayah Desa Ponowareng, Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, pada Minggu (26/10) malam pukul 22.15 WIB. Sebelum terguling, bus AKAP dengan nomor polisi B 7394 VGA itu oleng sebanyak tiga kali dan menabrak pembatas jalan.

    Mengutip laman Korlantas Polri, berdasarkan laporan awal bus yang dikemudikan Ali Yudianto (36), warga Pati, sempat oleng dan selip sebelum akhirnya menabrak guardrail dan terguling di jalur satu. Polisi memastikan tidak ada kendaraan lain yang terlibat dalam kecelakaan ini.

    Hal itu dipertegas oleh pernyataan salah seorang penumpang asal Demak, Kasim (32), yang ketika itu dalam perjalanan ke Tangerang. Kasim bilang sempat tertidur sebelum kecelakaan yang menewaskan tiga orang dan melukai 20 orang itu terjadi.

    “Waktu kejadian itu saya tidur. Pas bus oleng, saya langsung bangun. Olengnya dua sampai tiga kali, baru nabrak (guardrail), terus terseret,” ujar Kasim, Senin (27/10/2025), seperti dikutip dari detikJateng.

    Kasim bisa selamat dari kecelakaan itu dengan cara berpegangan pada kursi untuk menyelamatkan diri saat bus terguling dan terseret. “Pas oleng saya langsung pegangan jok, udah gantung di jok aja. Penumpang lain pada jatuh ke bawah, ketimpa satu sama lain,” ungkapnya lagi.

    Sebagai catatan, kecelakaan bus tersebut terjadi dalam kondisi jalanan yang licin setelah diguyur hujan deras. Direktur Lalu Lintas Polda Jawa Tengah Kombes Pol M. Pratama Adhyasastra menyebut, pihaknya masih melakukan penyelidikan mendalam untuk memastikan penyebab pasti kecelakaan tunggal tersebut.

    “Kita akan dalami lagi teknis kendaraan terutama dari ban. Karena kalau hasil penelusuran awal, diduga kembangan ban kurang dari tiga milimeter. Itu nanti kita pastikan lagi apakah layak atau tidak,” kata Pratama.

    Selain itu polisi juga akan menelusuri faktor kecepatan dan kemungkinan kelalaian pengemudi. Menurut Pratama, bus kemungkinan melaju dengan kecepatan tinggi saat oleng dan terguling.

    “Kita akan minta keterangan dari sopir, berapa kecepatan dan persneling yang digunakan. Karena kalau di tol, itu pasti lebih dari 40 km/jam. Kita lihat reaksinya seperti apa, apakah karena human error, ngantuk, atau karena genangan air,” jelasnya lagi.

    Untuk memastikan hasil akhir, Ditlantas Polda Jateng akan memanggil ahli ban dan melakukan simulasi kinematika guna menentukan penyebab pasti kecelakaan. “Saya belum bisa simpulkan hari ini. Nanti setelah pemeriksaan teknis dan penyelidikan selesai, baru bisa kita pastikan penyebab utamanya,” bilang Pratama.

    Ban Aus Jalan Licin Jadi Kombinasi Maut

    Berdasarkan indikasi pemeriksaan awal, besar kemungkinan ban bus PO Haryanto tersebut sudah mulai botak alias aus. Indikator ban aus sebenarnya bisa dicek secara mandiri melalui logo segitiga yang ada pada pinggir atau dinding samping ban. Logo segitiga yang disebut TWI itu bisa menunjukkan tanda jika ban bus sudah aus.

    Segitiga tersebut dibuat untuk menunjukkan posisi TWI di telapak ban. Saat TWI sudah sejajar dengan permukaan telapak ban, itu menandakan bahwa ban sudah kehilangan ketebalan kembangannya dan perlu diganti.

    Ban yang aus dan jalanan licin bisa menjadi kombinasi maut penyebab kendaraan terguling. Dua kondisi itu bisa menimbulkan aquaplaning, yakni sebuah fenomena di mana ban mobil kehilangan traksi saat melewati genangan air dalam kecepatan tinggi.

    Senior Instructor SDCI (Safety Defensive Consultant Indonesia) Sony Susmana menjelaskan, saat kondisi jalanan basah dan licin, yang harus dilakukan pengemudi bus adalah menyesuaikan gaya berkendara, kurangi kecepatan, kurangi koreksi steer, dan kurangi manuver-manuver agresif yang bisa menimbulkan selip.

    “Artinya berkendara dengan defensive. Memang ban gundul, suspensi rusak, dan overload juga bisa menjadi faktor penyebab, tapi kecil persentasenya, kecuali selip karena ban pecah,” ungkap Sony kepada detikOto, Selasa (28/10/2025).

    PG-On Vehicle Test (OVT) Manager PT Gajah Tunggal Tbk. Zulpata Zainal juga pernah menekankan, bagaimana pentingnya ban dalam menghadapi kondisi aquaplaning. Walau ban sudah melewati berbagai uji pengetesan, termasuk diperuntukkan untuk kondisi jalan basah, pengemudi tetap harus mengecek kondisi ban saat menghadapi musim hujan.

    “Ulir atau pola kembangan pada ban adalah tempat mengalirnya air saat melewati genangan air. Jika ban tidak ada kembangannya atau sudah botak, maka risiko selip menjadi lebih besar. Walaupun ban tidak ada masa kedaluwarsa, ban harus tetap dirawat agar tetap awet dan tidak cepat botak dengan memperhatikan selalu tekanan anginnya,” ujar Zulpata.

    (lua/dry)

  • 16 Titik di Semarang Masih Terendam Banjir, Ketinggian Air Capai 60 Sentimeter
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        28 Oktober 2025

    16 Titik di Semarang Masih Terendam Banjir, Ketinggian Air Capai 60 Sentimeter Regional 28 Oktober 2025

    16 Titik di Semarang Masih Terendam Banjir, Ketinggian Air Capai 60 Sentimeter
    Tim Redaksi
    SEMARANG, KOMPAS.com
    – Sebanyak 16 lokasi di Kota Semarang, Jawa Tengah, masih terendam banjir hingga Selasa (28/10/2025), setelah hujan deras mengguyur wilayah tersebut sejak Rabu (22/10/2025).
    Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang, Endro Pudyo Martanto, mengatakan petugas masih bersiaga di lapangan untuk menangani genangan yang belum surut.
    “Hujan dengan intensitas tinggi yang berlangsung pada Selasa sore mengakibatkan beberapa titik tergenang dan beberapa kejadian bencana alam,” kata Endro saat dikonfirmasi.
    Untuk mempercepat penanganan banjir, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama BPBD Provinsi Jawa Tengah telah melakukan rekayasa cuaca atau modifikasi hujan.
    “Modifikasi cuaca mulai Sabtu, Minggu, dan Senin,” ujar Endro.
    Ia menyebut, ketinggian air bervariasi di setiap lokasi, antara 10 hingga 60 sentimeter.
    “Jalan Kaligawe 4 kurang lebih 45–60 sentimeter,” ungkapnya.
    Sementara itu, Kapolsek Genuk, Kompol Rismanto, mengatakan kondisi cuaca di Kota Semarang masih mendung dan hujan kembali turun di sejumlah titik.
    “Ini malah hujan lagi,” kata Rismanto.
    Ia mengimbau para pengguna jalan, terutama pengendara sepeda motor, agar berhati-hati saat melintas di kawasan Pantura Semarang-Demak yang masih tergenang.
    “Lalu lintas aman tapi tetap harus berhati-hati karena banyak jalan yang berlubang,” ujarnya.
    Rismanto menambahkan, kondisi jalan juga masih berlumpur dan beberapa median jalan berserakan akibat lama terendam air.
    “Utamakan keselamatan,” lanjutnya.
    Berikut 16 titik di Kota Semarang yang masih terendam banjir per Selasa (28/10/2025):
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Diguyur Hujan Lagi, Banjir Belum Surut dari Jalan Pantura Semarang-Demak Pagi ini
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        28 Oktober 2025

    Diguyur Hujan Lagi, Banjir Belum Surut dari Jalan Pantura Semarang-Demak Pagi ini Regional 28 Oktober 2025

    Diguyur Hujan Lagi, Banjir Belum Surut dari Jalan Pantura Semarang-Demak Pagi ini
    Tim Redaksi
    SEMARANG, KOMPAS.com
    – Jalan Raya Kaligawe atau Jalan Pantura Semarang-Demak, Jawa Tengah, hingga Selasa (28/10/2025) pagi masih tergenang air dengan ketinggian sekitar 10–20 sentimeter.
    Kendaraan pribadi sudah dapat melintas, meski kawasan tersebut kembali diguyur hujan sejak pukul 07.00 WIB.
    Kapolsek Genuk, Kompol Rismanto, mengatakan kondisi cuaca di Kota Semarang masih mendung dan hujan kembali turun di sejumlah titik.
    “Ini malah hujan lagi,” kata Rismanto.
    Ia mengimbau pengguna jalan, terutama pengendara sepeda motor, agar berhati-hati saat melintas di jalur Pantura Semarang-Demak.
    “Lalu lintas aman tapi tetap harus berhati-hati karena banyak jalan yang berlubang,” ujarnya.
    Selain itu, kondisi jalan masih berlumpur dan banyak median jalan yang berserakan setelah lama terendam banjir.
    “Utamakan keselamatan,” lanjutnya.
    Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng, mengatakan rekayasa cuaca menjadi langkah penting untuk mempercepat proses pengeringan di wilayah yang masih tergenang.
    “Ini terbukti membantu supaya hujan tidak terkonsentrasi di atas Kota Semarang saja,” kata Agustina saat meninjau lokasi banjir di Kecamatan Genuk.
    Ia mengapresiasi dukungan pemerintah pusat dan pemerintah provinsi yang telah membantu melalui program rekayasa cuaca.
    “Saat ini kita tidak hanya mengandalkan pompa, tapi juga rekayasa cuaca dari pusat,” ujarnya.
    Agustina mengingatkan masyarakat serta jajaran pemerintah untuk tetap siaga hingga Februari 2026 mendatang, karena curah hujan diperkirakan masih tinggi.
    “Tidak mungkin banjir hilang dalam sekejap, karena air kiriman dari wilayah atas masih besar. Tapi sedikit demi sedikit, dengan sinergi bersama, dampaknya bisa kita kurangi,” ucapnya.
    Menurut Agustina, pompa air menjadi faktor kunci dalam percepatan penanganan banjir. Namun di lapangan masih ditemukan sejumlah kendala teknis.
    “Kadang pompa harus melewati jalan besar, dan itu mengganggu aktivitas warga. Ada juga yang perlu izin lintas lembaga sampai harus dikomunikasikan dengan aparat. Tapi semua kita lakukan agar air bisa segera keluar dari wilayah tergenang,” ujarnya.
    Ia juga menyoroti pentingnya peran masyarakat dalam mendukung upaya teknis yang sedang berjalan.
    “Kalau ada saluran di depan rumah yang tertutup, atau trotoar yang tidak boleh dibongkar padahal jadi titik sumbatan, itu harus kita komunikasikan. Karena kalau tidak, wilayah lain yang akan terdampak,” tegasnya.
    Agustina menambahkan, seluruh jajaran pemerintah kota, mulai dari dinas hingga kelurahan, bersama relawan telah aktif mendirikan posko kesehatan, dapur umum, dan menyalurkan logistik bagi warga terdampak banjir.
    “Bantuan datang silih berganti, termasuk dari para donatur dan relawan. Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu masyarakat Genuk dan sekitarnya,” ujarnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.