kab/kota: Davao

  • Dimakzulkan DPR, Siapa Sara Duterte? Anak Mantan Presiden Filipina yang Jadi Wapres, Miliki Banyak Skandal

    Dimakzulkan DPR, Siapa Sara Duterte? Anak Mantan Presiden Filipina yang Jadi Wapres, Miliki Banyak Skandal

    PIKIRAN RAKYAT – Wakil Presiden Filipina Sara Duterte dimakzulkan oleh DPR pada hari Rabu, 5 Februari 2025, setelah lebih dari jumlah anggota legislatif yang dibutuhkan di mana banyak dari mereka adalah sekutu presiden yang berseteru dengannya, menandatangani petisi untuk mencopotnya dari jabatan.

    Sekretaris Jenderal DPR Reginald Velasco mengatakan dalam rapat pleno majelis rendah Kongres bahwa sedikitnya 215 anggota parlemen telah menandatangani petisi untuk memakzulkan Duterte, lebih dari cukup bagi DPR yang berkuasa untuk memakzulkannya.

    Dengan dukungan yang cukup dari anggota DPR, pengaduan pemakzulan diperintahkan untuk disampaikan ke Senat, yang akan berfungsi sebagai pengadilan pemakzulan yang akan mengadili wakil presiden, putri mantan Presiden Rodrigo Duterte.

    Wakil presiden, yang tidak segera bereaksi terhadap langkah DPR untuk memakzulkannya, dan ayahnya telah berselisih secara politik dengan Presiden Ferdinand Marcos Jr. dan kubunya, termasuk mayoritas legislator DPR.

    Siapa Itu Sara Duterte?

    Sara Zimmerman Duterte, yang dikenal sebagai Inday Sara, adalah wakil presiden Filipina ke-15 dan yang termuda yang terpilih untuk jabatan tersebut.

    Lahir pada tanggal 31 Mei 1978, di Kota Davao, ia adalah putri dari mantan presiden Rodrigo Duterte dan mantan istrinya, Elizabeth Zimmerman. Ia menikah dengan pengacara Manases Reyes Carpio, dan memiliki tiga orang anak.

    Duterte menyelesaikan gelar dalam terapi pernapasan di San Pedro College di Kota Davao sebelum ia menekuni hukum di San Beda College dan kemudian di San Sebastian College-Recoletos, keduanya di Manila. Ia lulus ujian advokat pada tahun 2005​​, dan memulai karier politiknya segera setelah itu.

    Pada tahun 2007, ia terpilih sebagai wakil wali kota Kota Davao, bekerja bersama ayahnya, yang telah lama menjabat sebagai wali kota. Pada tahun 2010, ia menggantikan ayahnya, yang telah mencapai batas masa jabatannya sebagai wali kota, dan menjabat hingga tahun 2013, ketika Duterte yang lebih tua diizinkan untuk mencalonkan diri sebagai wali kota lagi.

    Masa jabatan pertamanya sebagai wali kota sangat diingat karena ia memukul seorang sheriff, yang sedang memberikan perintah pembongkaran terhadap para pemukim informal meskipun ia meminta perpanjangan batas waktu selama dua jam.

    Setelah satu masa jabatan sebagai kepala eksekutif daerah, Sara Duterte berfokus pada praktik swasta sebagai pengacara, dan kemudian menjabat sebagai wali kota lagi dari tahun 2016 hingga 2022, saat ayahnya menjabat sebagai presiden Filipina.​

    Dalam survei menjelang tahun pemilihan 2022, ia merupakan calon presiden potensial yang disukai oleh sebagian besar pemilih, sehingga mengecewakan ayahnya ketika ia memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai wakil presiden dari mantan senator Ferdinand Marcos Jr.

    Konflik dengan Presiden

    Wakil presiden, yang dianggap sebagai calon presiden setelah masa jabatan Marcos berakhir pada tahun 2028, telah menghadapi setidaknya empat pengaduan pemakzulan oleh beberapa legislator dan kelompok aktivis sayap kiri atas berbagai isu.

    Itu termasuk ancaman pembunuhan yang dibuatnya terhadap presiden, istrinya, dan Ketua DPR Martin Romualdez tahun lalu, penyimpangan dalam penggunaan dana intelijen kantornya, dan kegagalannya untuk melawan agresi Tiongkok di Laut Cina Selatan yang disengketakan.

    Dalam pengaduan pemakzulan terbaru, wakil presiden dituduh melanggar konstitusi, mengkhianati kepercayaan publik, korupsi, dan kejahatan tinggi lainnya, dan ditandatangani oleh 215 legislator yang akan dikirim ke Senat untuk diadili.

    Upaya untuk memakzulkan wakil presiden mungkin terhambat oleh kurangnya waktu. Pemakzulan DPR dilakukan pada hari terakhir sidang kongres sebelum kampanye dimulai untuk pemilihan paruh waktu pada bulan Mei yang akan memilih legislator baru untuk DPR dan Senat. Sidang khusus dapat diadakan untuk memungkinkan Senat membawa Duterte ke pengadilan cepat.

    Masalah hukum wakil presiden tersebut terungkap dengan latar belakang perseteruan politiknya yang semakin sengit dengan presiden dan sekutunya. Ia mengatakan dalam konferensi pers daring pada tanggal 23 November bahwa ia telah menyewa seorang pembunuh untuk membunuh Marcos, istrinya, dan Ketua DPR Martin Romualdez jika ia terbunuh, ancaman yang ia peringatkan bukanlah lelucon.

    Dia kemudian mengatakan bahwa dia tidak mengancamnya, tetapi menyatakan kekhawatirannya terhadap keselamatannya sendiri.

    Skandal Sara Duterte

    DPR telah menyelidiki dugaan penyalahgunaan dana rahasia dan intelijen sebesar jutaan dollar yang diterima oleh kantor Duterte sebagai wakil presiden dan menteri pendidikan. Dia telah meninggalkan jabatan pendidikan tersebut setelah perbedaan politiknya dengan Marcos semakin dalam.

    Dia menolak untuk menanggapi pertanyaan secara rinci dalam sidang yang disiarkan di televisi tahun lalu. Duterte juga memprotes dengan keras ketika kepala stafnya, Zuleika Lopez, diperintahkan ditahan sementara karena diduga menghalangi penyelidikan. Lopez telah dibebaskan dari tahanan rumah sakit.

    Duterte menuduh Marcos, istrinya, dan Romualdez melakukan korupsi, kepemimpinan yang lemah, dan berupaya membungkamnya karena spekulasi bahwa ia akan mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2028.

    Tahun lalu, Biro Investigasi Nasional memanggil Duterte untuk menghadapi penyidik ​​terkait ancamannya terhadap mereka.

    Polisi, militer, dan penasihat keamanan nasional segera meningkatkan keamanan keluarga Marcos setelah ancaman tersebut.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Seteru Panjang Wapres vs Presiden Filipina hingga Ancaman Pembunuhan

    Seteru Panjang Wapres vs Presiden Filipina hingga Ancaman Pembunuhan

    Manila

    Perseteruan antara Wakil Presiden Filipina Sara Duterte dengan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr atau Bongbong semakin memanas. Sara Duterte melontarkan ancaman pembunuhan Marcos Jr setelah perseteruan yang memanas menjelang Pemilu sela tahun depan.

    Sebagai informasi, Sara merupakan putri dari mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Sementara, Marcos Jr merupakan putra mantan diktator Filipina Ferdinand Marcos.

    Dua keluarga ini berkoalisi pada Pemilu Filipina tahun 2022. Bongbong Marcos maju sebagai capres, sementara Sara Duterte maju sebagai cawapres. Presiden dan Wapres Filipina dipilih secara terpisah.

    Koalisi dua keluarga ini pun meraih kemenangan besar di Pemilu Filipina. Namun, hubungan kedua keluarga berkuasa ini retak seiring berjalannya waktu. Keretakan dalam aliansi dua keluarga itu dimulai ketika Marcos Jr menyimpang dari kebijakan antinarkoba dan kebijakan luar negeri Rodrigo Duterte.

    Berikut jejak perseteruan panjang keluarga Duterte versus Bongbong Marcos:

    Putra Duterte Desak Marcos Jr Mundur

    Putra mantan Presiden Rodrigo Duterte mendesak Marcos Jr mundur dari jabatan Presiden Filipina. Dilansir Reuters, kritikan keras untuk Marcos Jr itu dilontarkan Sebastian Duterte yang menjabat Wali Kota Davao pada Januari 2024.

    Davao sendiri merupakan kota terpadat ketiga di Filipina. Sebelum Sebastian, Sara dan Rodrigo Duterte juga pernah menjadi Wali Kota Davao.

    Dalam sebuah forum kepemimpinan, Sebastian menuduh Marcos Jr telah membahayakan warga Fiipina dengan mengizinkan orang-orang Amerika Serikat (AS) masuk. Kritik itu merujuk pada perluasan akses bagi AS terhadap pangkalan-pangkalan militer Filipina, termasuk beberapa yang dekat dengan wilayah Taiwan.

    Pemerintahan Duterte sebelumnya lebih dekat dengan China. Sebastian juga menentang keputusan Marcos Jr untuk memulai kembali perundingan perdamaian dengan kelompok pemberontak komunis.

    Dia menyebut Marcos Jr tidak tahu apa-apa soal penderitaan masyarakat Filipina yang tinggal di area-area yang dulunya basis kelompok pemberontak.

    “Anda malas dan Anda kurang peduli dengan orang lain. Itulah sebabnya kami tidak senang,” ujar Sebastian dalam kritikan ke Marcos Jr.

    Memburuknya hubungan kedua keluarga ini diduga dipicu upaya memperkuat basis dukungan menjelang pemilu sela Senat dan pemilu kongres tahun depan.

    Keluarga Duterte juga menentang rencana amendemen konstitusi dengan menyebut upaya itu didorong oleh agenda untuk mengubah sistem politik dan menghapus batasan masa jabatan, termasuk batasan masa jabatan presiden, yang saat ini hanya bisa menjabat satu periode selama masa jabatan 6 tahun.

    “Dia (Marcos Jr) mengutamakan politik, menjaga diri mereka sendiri… Daripada berfokus pada pekerjaannya. Pak Presiden, jika tidak ada rasa cinta dan aspirasi terhadap bangsa, mundurlah,” cetus Sebastian dalam acara tersebut.

    Duterte Tuduh Marcos Jr Pecandu Narkoba

    Rodrigo Duterte juga menuding Marcos Jr pencandu narkoba. Dia menuding Marcos Jr akan mengubah konstitusi demi menambah masa jabatan presiden Filipina.

    Dilansir Associated Press, dalam pidatonya yang dipenuhi sumpah serapah pada Minggu (28/1/2024) malam, Duterte menuduh Marcos berencana mengamandemen konstitusi dengan mencabut batasan masa jabatan.

    Duterte memperingatkan hal tersebut bisa menyebabkan Marcos Jr digulingkan seperti ayahnya, Ferdinand Marcos, yang dikenal sebagai diktator. Duterte juga menuduh Marcos Jr sebagai pecandu narkoba.

    “Anda, militer, Anda tahu ini, kami punya Presiden yang pecandu narkoba,” kata Duterte saat pidato di wilayah selatan kota Davao.

    Badan Pemberantasan Narkoba Filipina membantah tudingan itu. Mereka mengatakan Marcos Jr tidak pernah ada dalam daftar yang disebut Duterte.

    Pada tahun 2021, juru bicara Marcos menunjukkan dua laporan dari rumah sakit swasta dan laboratorium kepolisian nasional yang menyebutkan Marcos Jr negatif menggunakan kokain dan sabu.

    Marcos Jr Balas Ejek Duterte Terpengaruh Obat Keras

    Marcos Jr tertawa mendengar tudingan Duterte soal isu mengubah masa jabatan presiden dan pecandu narkoba. Marcos Jr menyebut tudingan itu dilontarkan Duterte karena efek fentanil.

    “Saya pikir itu karena fentanil,” kata Marcos dilansir Associated Press, Selasa (30/1/2024).

    Fentanil merupakan salah satu obat pereda nyeri. Marcos menuding Duterte terlalu lama menggunakan fentanil.

    “Fentanil adalah obat pereda nyeri terkuat yang bisa Anda beli, setelah lima, enam tahun, hal itu pasti berdampak padanya, itulah mengapa menurut saya inilah yang terjadi,” ucapnya.

    Marcos mengatakan dia tidak akan membenarkan tuduhan tersebut dengan memberikan jawaban. Dia menyebut Duterte terlalu lama menggunakan fentanil.

    Duterte memang pernah mengakui penggunaan fentanil pada tahun 2016. Duterte saat itu mengatakan pernah menggunakan fentanil untuk meringankan rasa sakit cedera akibat kecelakaan sepeda motor. Pengacara Duterte, Salvador Panelo, mengatakan Duterte telah berhenti mengonsumsi fentanil sebelum menjadi presiden pada tahun 2016.

    Ketua Parlemen Filipina Martin Romualdez juga membantah tudingan Duterte. Dia menyebut Duterte menuduh Marcos Jr tanpa memberikan bukti apa pun.

    Sepupu Marcos Jr ini mengatakan konstitusi diamandemen hanya untuk menghapus pembatasan investasi asing. Romualdez buka suara karena pidato Duterte yang menuding dirinya menyuap pejabat lokal untuk mengamandemen konstitusi tahun 1987 guna menghapus batasan masa jabatan sehingga mereka dapat memperpanjang masa jabatan mereka.

    Sara Duterte Mundur dari Menteri Pendidikan

    Keretakan antara dua keluarga itu semakin jelas terlihat saat Sara Duterte mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kepala Badan Antipemberontakan. Dilansir Associated Press, Sara Duterte tetap menjadi Wakil Presiden meski mundur dari jabatan menteri.

    Sekretaris Komunikasi Cheloy Garafil mengatakan pengunduran diri itu telah diterima oleh Marcos Jr dan berlaku efektif pada 19 Juli 2024. Sara Duterte yang berusia 46 tahun tidak menyebutkan alasan pengunduran dirinya.

    Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

  • Seteru Panjang Wapres vs Presiden Filipina hingga Ancaman Pembunuhan

    Jejak Perseteruan Panas Keluarga Duterte Vs Presiden Filipina

    Manila

    Situasi politik di Filipina semakin memanas setelah Wakil Presiden Sara Duterte melontarkan ancaman pembunuhan ke Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr atau Bongbong Marcos. Ancaman pembunuhan ini merupakan hal terbaru dari perseteruan panas dua keluarga paling berkuasa di Filipina saat ini.

    Sebagai informasi, Sara merupakan putri dari mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Sementara, Marcos merupakan putra mantan diktator Filipina Ferdinand Marcos.

    Dua keluarga ini kemudian berkoalisi pada Pemilu Filipina tahun 2022. Bongbong Marcos maju sebagai capres. Sementara Sara Duterte maju sebagai cawapres. Presiden dan Wapres Filipina dipilih secara terpisah.

    Koalisi dua keluarga ini pun meraih kemenangan besar di Pemilu Filipina. Namun, hubungan dua keluarga ini retak seiring berjalannya waktu. Keretakan dalam aliansi dua keluarga itu dimulai ketika Marcos Jr menyimpang dari kebijakan antinarkoba dan kebijakan luar negeri Rodrigo Duterte.

    Berikut jejak perseteruan keluarga Duterte versus Bongbong Marcos:

    Anak Duterte Desak Bongbong Marcos Mundur

    Anak laki-laki mantan Presiden Rodrigo Duterte mendesak Bongbong Marcos untuk mengundurkan diri dari jabatan Presiden Filipina. Putra Duterte menyebut Bongbong Marcos sebagai pemimpin yang malas dan tidak peduli dengan orang lain.

    Dilansir Reuters, kritikan keras untuk Marcos Jr itu dilontarkan Sebastian Duterte yang kini menjadi Wali Kota Davao pada Januari 2024. Davao sendiri merupakan kota terpadat ketiga di Filipina.

    Dalam sebuah forum kepemimpinan, Sebastian menuduh Marcos Jr telah membahayakan warga Fiipina dengan mengizinkan orang-orang Amerika Serikat (AS) masuk. Kritik itu merujuk pada perluasan akses bagi AS terhadap pangkalan-pangkalan militer Filipina, termasuk beberapa yang dekat dengan wilayah Taiwan.

    Pemerintahan Duterte sebelumnya lebih memilih untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan China. Sebastian menentang keputusan Marcos Jr untuk memulai kembali perundingan perdamaian dengan kelompok pemberontak komunis.

    Dia menyebut Marcos Jr tidak tahu apa-apa soal penderitaan masyarakat Filipina yang tinggal di area-area yang dulunya basis kelompok pemberontak.

    “Anda malas dan Anda kurang peduli dengan orang lain. Itulah sebabnya kami tidak senang,” ujar Sebastian dalam kritikan ke Marcos Jr.

    Marcos Jr dan kantor kepresidenan Filipina saat itu tidak memberikan komentar untuk membalas kritik Sebastian. Memburuknya hubungan kedua keluarga ini diduga dipicu upaya memperkuat basis dukungan menjelang pemilu sela Senat dan pemilu kongres tahun depan.

    Sara Duterte juga sempat menghadiri aksi massa yang digelar pemerintah dan dihadiri Marcos Jr di Manila untuk menggalang dukungan bagi kampanye ‘Bagong Pilipinas’ atau Filipina Baru. Sara langsung terbang ke Davao untuk bergabung dengan ayah dan Sebastian dalam acara doa bersama untuk menentang upaya mengamandemen Konstitusi Filipina yang didukung Marcos Jr.

    Para penentang amandemen konstitusi, termasuk keluarga Duterte, menyebut upaya itu didorong oleh agenda untuk mengubah sistem politik dan menghapus batasan masa jabatan, termasuk batasan masa jabatan presiden, yang saat ini hanya bisa menjabat satu periode selama masa jabatan 6 tahun.

    “Dia (Marcos Jr) mengutamakan politik, menjaga diri mereka sendiri… Daripada berfokus pada pekerjaannya. Pak Presiden, jika tidak ada rasa cinta dan aspirasi terhadap bangsa, mundurlah,” cetus Sebastian dalam acara tersebut.

    Duterte Tuduh Marcos Jr Pecandu Narkoba

    Perselisihan antara Rodrigo Duterte dengan Ferdinand Marcos Jr semakin memanas saat Duterte menuding Marcos Jr pencandu narkoba. Dia menuding Marcos Jr akan mengubah konstitusi demi menambah masa jabatan presiden Filipina.

    Dilansir Associated Press, dalam pidatonya yang dipenuhi sumpah serapah pada Minggu (28/1/2024) malam, Duterte menuduh Marcos berencana mengamandemen konstitusi dengan mencabut batasan masa jabatan.

    Duterte memperingatkan hal tersebut bisa menyebabkan Marcos Jr digulingkan seperti ayahnya, Ferdinand Marcos, yang dikenal sebagai diktator. Duterte juga menuduh Marcos Jr sebagai pecandu narkoba.

    “Anda, militer, Anda tahu ini, kami punya Presiden yang pecandu narkoba,” kata Duterte saat pidato di wilayah selatan kota Davao.

    Badan Pemberantasan Narkoba Filipina pun membantah tudingan itu. Mereka mengatakan Marcos Jr tidak pernah ada dalam daftar tersebut, bertentangan dengan klaim Duterte.

    Pada tahun 2021 saat menjadi calon presiden, juru bicara Marcos menunjukkan dua laporan dari rumah sakit swasta dan laboratorium kepolisian nasional yang menyebutkan Marcos Jr negatif menggunakan kokain dan sabu.

    Marcos Jr Sebut Duterte Terpengaruh Obat Keras

    Marcos Jr tertawa mendengar tudingan Duterte soal isu mengubah masa jabatan presiden dan pecandu narkoba. Marcos Jr menyebut tudingan itu dilontarkan Duterte karena efek fentanil.

    “Saya pikir itu karena fentanil,” kata Marcos dilansir Associated Press, Selasa (30/1/2024).

    Sebagai informasi, fentanil merupakan salah satu obat pereda nyeri. Marcos menuding Duterte terlalu lama menggunakan fentanil.

    “Fentanil adalah obat pereda nyeri terkuat yang bisa Anda beli, setelah lima, enam tahun, hal itu pasti berdampak padanya, itulah mengapa menurut saya inilah yang terjadi,” ucapnya.

    Marcos mengatakan dia tidak akan membenarkan tuduhan tersebut dengan memberikan jawaban. Dia hanya menyebut Duterte terlalu lama menggunakan fentanil, opioid yang kuat.

    Tentang penggunaan fentanil ini pernah diakui Duterte pada tahun 2016. Duterte saat itu mengatakan pernah menggunakan fentanil untuk meringankan rasa sakit cedera akibat kecelakaan sepeda motor. Pengacara Duterte, Salvador Panelo, mengatakan Duterte telah berhenti mengonsumsi fentanil sebelum menjadi presiden pada tahun 2016.

    Ketua DPR Filipina Martin Romualdez juga membantah tudingan Duterte. Dia menyebut Duterte menuduh Marcos Jr, yang merupakan sepupunya, tanpa memberikan bukti apa pun.

    Dia mengatakan konstitusi diamandemen hanya untuk menghapus pembatasan investasi asing. Romualdez buka suara karena pidato Duterte yang menuding dirinya menyuap pejabat lokal untuk mengamandemen konstitusi tahun 1987 guna menghapus batasan masa jabatan sehingga mereka dapat memperpanjang masa jabatan mereka.

    Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

  • Kacau! Wapres Filipina Ancam Bunuh Presiden Bongbong dan Istrinya

    Kacau! Wapres Filipina Ancam Bunuh Presiden Bongbong dan Istrinya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Berita menghebohkan datang dari dunia politik Filipina. Bagaimana tidak, Wakil Presiden Filipina, Sara Duterte secara terbuka mengatakan bahwa ia akan membunuh Presiden Filipina Ferdinand ‘Bongbong’ Marcos Jr dan istrinya, Sabtu (22/11).

    Sara Duterte mengaku bahwa dirinya telah berbicara dengan seorang pembunuh bayaran dan menginstruksikan untuk membunuh Marcos, istrinya, dan Ketua DPR Filipina jika ia dibunuh.

    Melansir CBC News, ancaman publik yang terang-terangan ia paparkan tersebut bukanlah sebuah lelucon. Terkait hal ini, Sekretaris Eksekutif Lucas Bersamin pun tengah mengambil tindakan serius.

    Hal itu disampaikan Sara Duterte menanggapi seorang warganet yang memintanya untuk tetap aman. Dikatakan bahwa Sara Duterte berada di wilayah musuh saat dirinya berada di ruang bawah Kongres bersama kepala stafnya.

    Namun, Sara Duterte tak menyebutkan adanya dugaan ancaman terhadap dirinya. Melihat pernyataan Sara Duterte, Komando Keamanan Presiden segera meningkatkan keamanan Marcos dan mengatakan pihaknya menganggap ancaman wakil presiden sebagai masalah keamanan nasional.

    Foto: REUTERS/CZEASAR DANCEL
    FILE PHOTO: Davao City Mayor Sara Duterte-Carpio (L) and Ilocos Norte Governor Imee Marcos gestures during an alliance meeting with local political parties in Paranaque, Metro Manila in Philippines, August 13, 2018. Picture taken August 13, 2018. REUTERS/Czeasar Dancel/File Photo

    Pasukan keamanan mengatakan bahwa mereka telah berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum untuk mendeteksi, menghalangi, dan mempertahankan diri dari segala ancaman terhadap presiden dan keluarga presiden.

    Sebelumnya, Marcos mencalonkan diri bersama Duterte sebagai calon wakil presidennya dalam pemilihan umum Mei 2022 dan keduanya menang telak dalam kampanye yang menyerukan persatuan nasional.

    Namun, kedua pemimpin dan kubu mereka dengan cepat berselisih pendapat karena perbedaan-perbedaan utama, termasuk dalam pendekatan mereka terhadap tindakan agresif Tiongkok di Laut Cina Selatan yang disengketakan.

    Sara Duterte pun mengundurkan diri dari Kabinet Marcos pada bulan Juni sebagai menteri pendidikan dan kepala badan antipemberontakan.

    Seperti ayahnya yang sama-sama vokal, mantan Presiden Rodrigo Duterte, wakil presiden tersebut menjadi pengkritik vokal Marcos, istrinya Liza Araneta-Marcos dan Ketua DPR Martin Romualdez, sekutu dan sepupu presiden. Sara Duterte menuduh mereka melakukan korupsi, inkompetensi dan secara politik menganiaya keluarga Duterte dan para pendukung dekatnya.

    Kecaman terbarunya dipicu oleh keputusan anggota DPR yang bersekutu dengan Romualdez dan Marcos untuk menahan kepala stafnya, Zuleika Lopez, yang dituduh menghalangi penyelidikan kongres atas kemungkinan penyalahgunaan anggarannya sebagai wakil presiden dan menteri pendidikan.

    Lopez kemudian dipindahkan ke rumah sakit setelah jatuh sakit dan menangis ketika mendengar rencana untuk mengurungnya sementara di penjara wanita.

    Dalam konferensi pers daring, Sara Duterte yang marah menuduh Marcos tidak kompeten sebagai presiden dan pembohong, bersama istrinya dan ketua DPR dalam pernyataan penuh sumpah serapah.

    Ketika ditanya tentang kekhawatiran atas keamanannya, pengacara berusia 46 tahun itu mengisyaratkan ada rencana yang tidak disebutkan untuk membunuhnya.

    “Jangan khawatir tentang keamanan saya karena saya sudah berbicara dengan seseorang. Saya katakan ‘jika saya terbunuh, Anda akan membunuh BBM (Bongbong Marcos), Liza Araneta (istri presiden), dan Martin Romualdez (ketua DPR). Ini tidak main-main, tidak main-main,” kata wakil presiden itu.

    “Saya sudah memberi perintah, ‘Jika saya mati, jangan berhenti sebelum Anda membunuh mereka.’ Dan dia berkata, ya,” ungkap Sara.

    Berdasarkan hukum pidana Filipina, pernyataan publik semacam itu dapat merupakan kejahatan mengancam untuk melakukan kesalahan pada seseorang atau keluarganya dan dapat dihukum dengan hukuman penjara dan denda.

    Di tengah perpecahan politik, kepala militer Jenderal Romeo Brawner mengeluarkan pernyataan dengan jaminan bahwa Angkatan Bersenjata Filipina yang beranggotakan 160.000 orang akan tetap nonpartisan dengan rasa hormat yang sebesar-besarnya terhadap lembaga demokrasi dan otoritas sipil kami.

    “Kami menyerukan ketenangan dan tekad. Kami tegaskan kembali perlunya kita bersatu melawan mereka yang akan mencoba memutuskan ikatan kita sebagai orang Filipina,” kata Brawner.

    Wakil presiden tersebut adalah putri dari pendahulu Marcos, Rodrigo Duterte, yang tindakan keras antinarkoba yang ditegakkan oleh polisi saat ia menjadi wali kota dan kemudian sebagai presiden menyebabkan ribuan tersangka narkoba kelas teri tewas dalam pembunuhan yang telah diselidiki oleh Pengadilan Kriminal Internasional sebagai kemungkinan kejahatan terhadap kemanusiaan.

    Foto: Foto kolase Rodrigo Duterte sama Ferdinand Marcos Jr. (Dok. AP Photo)
    Foto kolase Rodrigo Duterte sama Ferdinand Marcos Jr. (Dok. AP Photo)

    Mantan presiden tersebut membantah telah mengizinkan pembunuhan di luar hukum berdasarkan tindakan kerasnya tetapi telah memberikan pernyataan yang saling bertentangan. Ia mengatakan kepada penyelidikan publik Senat Filipina bulan lalu bahwa ia telah memelihara pasukan pembunuh gangster untuk membunuh penjahat lain saat ia menjadi wali kota kota Davao selatan.

    (fsd/fsd)

  • Drama Terbaru Hwang In Yeop Curi Perhatian, Simak Profil dan Perjalanan Karier sang Aktor

    Drama Terbaru Hwang In Yeop Curi Perhatian, Simak Profil dan Perjalanan Karier sang Aktor

    Jakarta, Beritasatu.com – Aktris Korea Selatan, Hwang In Yeop, kembali mencuri perhatian para penggemarnya melalui drama terbaru berjudul Family by Choice.

    Drama ini merupakan adaptasi dari serial Tiongkok Go Ahead, yang populer pada 2020. Setelah satu tahun hiatus dari dunia akting, Hwang kembali memerankan karakter utama dalam kisah yang menyentuh mengenai persahabatan dan keluarga. 

    Selain drama terbarunya yang mencuri perhatian, tak sedikit para pencinta drama Korea (drakor) penasaran akan profil dan perjalanan karier sang aktor berusia 33 tahun itu.

    Profil Hwang In Yeop

    Hwang In Yeop lahir pada 19 Januari 1991 di Uijeongbu, Korea Selatan. Ia menempuh pendidikan di Nikkei Jin Kai International School dan melanjutkan studi di Women’s College of Davao di Filipina, mengambil jurusan fashion design. 

    Sebelum memasuki dunia akting, Hwang memulai kariernya sebagai model di bawah naungan YG KPlus, agensi yang juga menaungi banyak model dan selebritas ternama Korea. Dengan tinggi badan 185 centimeter dan penampilan karismatik, Hwang segera menarik perhatian di industri fesyen.

    Pada usia 27 tahun, ia memutuskan untuk memperluas kariernya ke bidang akting. Debutnya dimulai dengan web drama Why pada 2018. Hwang mulai dikenal luas setelah berperan dalam The Tale of Nokdu (2019) sebagai Park Dan Ho, seorang prajurit setia. 

    Puncak ketenaran Hwang terjadi saat ia membintangi True Beauty (2020),  ia memerankan Han Seo Jun, seorang siswa SMA yang berperan sebagai “bad boy” dengan hati yang baik.

    Meski usianya menginjak kepala tiga, Hwang In Yeop tetap sering mendapatkan peran sebagai siswa sekolah menengah. Pesona dan wajah awet mudanya membuatnya tetap dipercaya untuk memainkan karakter remaja. 

    Beberapa peran sekolah menengah yang pernah ia jalani, seperti Han Seo Jun di True Beauty dan karakter terbarunya, Kim San Ha di Family by Choice, semakin mengukuhkan citranya sebagai “aktor remaja” di mata penggemar.

    Drama-drama Hwang In Yeop

    Selain Family by Choice, Hwang In Yeop juga telah membintangi sejumlah drama sukses, antara lain:

    – The Tale of Nokdu (2019)

    – 18 Again (2020)

    – True Beauty (2020)

    – The Sound of Magic (2022)

    – Freshman (2021)

    – Why Her? (2022)

    Karya dan Penghargaan

    Selain sukses di dunia akting, Hwang In Yeop juga menunjukkan bakatnya di bidang musik dengan menyanyikan lagu untuk soundtrack True Beauty, yang semakin memperkuat popularitasnya. 

    Meskipun memulai karier aktingnya di usia yang lebih tua dibandingkan kebanyakan aktor pemula, Hwang berhasil meraih Brand Customer Loyalty Award 2021 untuk kategori best male rookie actor, sebuah pengakuan yang menegaskan keberadaannya di industri hiburan.

  • Mantan Presiden Filipina Duterte Maju dalam Pemilihan Wali Kota Davao

    Mantan Presiden Filipina Duterte Maju dalam Pemilihan Wali Kota Davao

    Manila

    Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte mendaftarkan diri sebagai calon wali Kota Davao. Pemilihan paruh waktu akan diadakan tahun depan.

    Dilansir AFP, Senin (7/10/2024), Davao adalah basis keluarga Duterte. Keputusannya untuk mencalonkan diri sebagai wali kota menyusul pertikaian publik yang sengit dengan keluarga Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr.

    “Saya ingin melayani Anda,” kata Duterte yang berusia 79 tahun kepada wartawan setelah menyerahkan dokumen pencalonannya di Kota Davao.

    Duterte merupakan ayah dari Wakil Presiden Filipina Sara Duterte. Presiden Filipina periode 2016-2022 itu sendiri juga pernah menjabat sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Davao.

    Pada pemilihan nanti, Duterte akan berpasanga dengan putranya sekaligus Wali Kota Davao saat ini, Sebastian Duterte. Dia mengatakan bahwa akan membuat Davao “lebih baik dari kemarin”.

    Keputusan mantan presiden tersebut untuk mencalonkan diri dipandang sebagai langkah untuk menggalang dukungan bagi putrinya, Sara, yang secara luas diperkirakan akan mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2028.

    Pemungutan suara paruh waktu tahun 2025 sangat penting bagi keluarga Duterte dan Marcos karena mereka berusaha untuk memperkuat basis dukungan mereka sebelum pemilihan tersebut.

    Pengadilan Kriminal Internasional sedang menyelidiki tuduhan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan selama perang melawan narkoba di bawah pemerintahan Duterte, yang terus berlanjut di bawah pemerintahan Marcos Jr.

    Dewan Perwakilan Rakyat juga sedang mengadakan sidang komite tentang pembunuhan dalam perang narkoba.

    Lebih dari 6.000 orang tewas dalam operasi antinarkoba di bawah Duterte, menurut data resmi yang dirilis oleh Filipina. Jaksa ICC memperkirakan jumlah korban tewas antara 12.000 hingga 30.000.

    Sementara Sara Duterte menghadapi ancaman pemakzulan di DPR, yang dipimpin oleh Ketua DPR Martin Romualdez, sepupu Marcos, yang juga diperkirakan akan mencalonkan diri pada tahun 2028.

    (lir/lir)

  • Siapa Apollo Quiboloy, Pendeta Filipina yang Dituduh Perdagangan Seks Anak?

    Siapa Apollo Quiboloy, Pendeta Filipina yang Dituduh Perdagangan Seks Anak?

    Jakarta

    Seorang pendeta Filipina berpengaruh yang dicari di Filipina dan AS karena diduga terlibat dalam perdagangan seks anak akhirnya menyerahkan diri, mengakhiri ketegangan selama dua pekan terakhir antara aparat polisi dan ribuan pengikutnya.

    Polisi berupaya menangkap Apollo Quiboloy yang mengaku sebagai “Anak yang ditunjuk Tuhan” dalam penggerebekan di kompleks gerejanya yang luas.

    Namun kericuhan terjadi antara ribuan pengikutnya dan polisi anti huru-hara, dengan salah satu anggota gereja meninggal dunia karena serangan jantung dalam penggerebekan tersebut.

    Quiboloy, pendeta Kerajaan Yesus Kristus (KOJC) yang mengeklaim punya tujuh juta pengikut, telah membantah semua tuduhan terhadapnya.

    Pada tahun 2021, Departemen Kehakiman AS mendakwa Quiboloy dengan perdagangan seks anak-anak, penipuan dan pemaksaan, serta penyelundupan uang tunai dalam jumlah besar.

    Biro Investigasi Federal AS (FBI) mengatakan ia memperdagangkan gadis dan perempuan dari Filipina ke AS. Di sana, mereka dipaksa untuk meminta uang untuk badan amal palsu.

    Getty ImagesApollo Quiboloy (ketiga dari kanan), pendeta Filipina dan pendiri gereja Kerajaan Yesus Kristus (KOJC) yang berbasis di Filipina, dan terdakwa lainnya (berbaju oranye) diperkenalkan kepada awak media selama konferensi pers yang dipimpin oleh Menteri Dalam Negeri Filipina Benjamin Abalos Jr. (kiri) di markas besar polisi nasional di Manila pada 9 September 2024.

    Saat semua ini terjadi, Quiboloy tengah naik daun dan mendapat popularitas nasional di bawah presiden Filipina saat itu, Rodrigo Duterte.

    Dia sempat menjabat sebagai penasihat spiritual Duterte, namun peruntungannya berubah saat Duterte lengser pada Juni 2022.

    Pihak berwenang Filipina segera mendakwanya dengan tuduhan pelecehan anak, pelecehan seksual, dan perdagangan manusia dan surat perintah penangkapan pun dikeluarkan untuknya.

    EPAKetegangan antara pasukan polisi dan pengikut Pendeta Apollo Quiboloy di Davao, Filipina pada 26 Agustus 2024.

    ‘Penyerahan diri secara damai’

    Selama dua pekan terakhir, ribuan polisi terlibat dalam ketegangan dengan para pengikut Quiboloy, saat mereka menyerbu kompleks KOJC seluas 30 hektare di Davao, Filipina.

    Dalam kompleks ini terdapat 40 bangunan, termasuk katedral, sekolah dan hanggar.

    Kepolisian Filipina meyakini Quiboloy bersembunyi di bunker bawah tanah berdasarkan suara detak jantung yang terdeteksi oleh peralatan pengawasan.

    Pada Minggu (08/09), Quiboloy akhirnya menyerahkan diri secara damai setelah diberi “ultimatum” 24 jam, kata Kolonel Jean Fajardo, juru bicara kepolisian nasional.

    Pengacara Quiboloy, Israelito Torreon, mengatakan kliennya menyerah “karena dia tidak ingin kekerasan tanpa hukum terus terjadi”.

    Ketegangan antara pasukan polisi dan pengikut Pendeta Apollo Quiboloy di Davao, Filipina pada 26 Agustus 2024. (EPA)

    Kepala polisi daerah, Brigjen Nicolas Torre, mengatakan penangkapan ini merupakan hasil “usaha bersama dari semua orang yang terlibat”.

    Quiboloy dan empat orang lainnya yang ditangkap bersamanya diterbangkan ke markas besar polisi nasional di ibu kota Manila, tempat mereka saat ini ditahan.

    Sebelum penangkapannya, Quiboloy mengatakan bahwa “iblis” berada di balik permasalahan hukumnya.

    Dia juga mengatakan bahwa dia tidak ingin FBI “mencampuri” kasusnya.

    Pendukung Apollo Quiboloy, pendiri gereja Kerajaan Yesus Kristus yang berbasis di Filipina mengadakan doa bersama di sebuah taman di Manila pada 4 Maret 2024. (Getty Images)

    Apa yang terjadi dua pekan lalu?

    Polisi menyerbu kompleks KOJC pada Sabtu (24/08) malam. Sejumlah laporan menyebutkan bahwa polisi sempat menggunakan gas air mata terhadap para pengikut Quiboloy.

    Juru bicara kepolisian Davao, Mayor Catherina dela Rey, mengatakan kepada Rappler bahwa para pendukung Quiboloy menjadi “sulit diatur dan melakukan kekerasan”.

    Mereka memblokade sebagian jalan raya utama untuk mengganggu akses lalu lintas menuju kompleks tersebut.

    Para pendukungnya berkukuh bahwa Quiboloy tidak bersalah dan menganggap tuduhan terhadap pendeta itu dibuat-buat.

    Para pendukungnya bersikukuh bahwa Quiboloy tidak bersalah (AFP via Getty Images)

    Seorang pendukungnya meninggal dunia di tengah penggerebekan polisi karena serangan jantung.

    Mayor dela Rey mengatakan pihaknya meyakini bahwa Quiboloy bersembunyi di sebuah bunker bawah tanah.

    Keyakinan itu berdasar pada peralatan yang disebut dapat mendeteksi kehadiran orang di balik tembok berdasarkan detak jantung mereka.

    KOJC mengeklaim memiliki tujuh juta pengikut. Quiboloy telah mengembangkan pelayanannya melalui televisi, radio, hingga media sosial.

    Dia juga memiliki pengaruh politik dan menjabat sebagai guru spiritual bagi mantan Presiden Rodrigo Duterte, yang keluarganya menguasai politik di Kota Davao.

    Baca juga:

    Sejak Duterte mengundurkan diri pada tahun 2022, pihak berwenang telah mengajukan tuntutan terhadap Quiboloy.

    Dia dituduh memperdagangkan para pengikutnya ke AS demi meminta sumbangan untuk kegiatan amal palsu.

    Dia juga diduga mewajibkan para pengikut perempuannya, beberapa di bawah umur, untuk berhubungan seks dengannya sebagai kewajiban agama.

    Dia menuding bahwa “setan” berada di balik kesengsaraan hukumnya. Dia kemudian mengatakan bahwa dia tidak ingin Biro Investigasi Federal AS “mencampuri” kasusnya.

    Pada April silam, Quiboloy mengatakan bahwa dia “melindungi” dirinya sendiri dengan bersembunyi dari pihak berwenang.

    “Saya tidak bersembunyi dari tuduhan itu karena saya bersalah. [Tuduhan] itu tidak benar. Saya hanya melindungi diri saya sendiri,” kata Quiboloy.

    Siapakah Apollo Quiboloy?

    Apollo Quiboloy adalah pemimpin Kerajaan Yesus Kristus, sebuah sekte Kristen yang mengklaim memiliki tujuh juta pengikut.

    Dia mengaku pernah mendengar Tuhan berbisik kepadanya, “Aku akan memanfaatkanmu” saat menghadiri sebuah acara yang diadakan oleh pendeta Amerika, Billy Graham, di Korea Selatan pada tahun 1973.

    Hal itu mendorongnya untuk mendirikan KOJC di Davao, Filipina pada tahun 1985.

    Quiboloy berkhotbah dari sebuah meja kaca dengan latar belakang foto-foto raksasa dari tanah miliknya di puncak bukit yang rimbun dan dia namai sebagai “Taman Eden yang Dipulihkan”

    Saat dia tidak berada di Davao, Quiboloy sering terlihat bepergian dengan jet pribadinya.

    Peningkatan popularitasnya serupa dengan Presiden Duterte. Dua-duanya sama-sama memulai di Davao, tempat Duterte menjabat sebagai wali kota.

    Malacanang Photo/HandoutRodrigo Duterte menjadi tamu dalam saluran SMNI milik Quiboloy sebelum dia lengser dari jabatannya sebagai presiden pada 2022

    Ketika Duterte terpilih sebagai presiden pada 2016, Quiboloy semakin populer pula. Namun popularitasnya mulai menurun ketika Duterte lengser dari jabatannya pada 2022.

    Di luar aliansinya dengan Duterte, Quiboloy juga mendapatkan pengaruh yang cukup besar dengan mendukung para politikus selama pemilu.

    Quiboloy adalah pendukung salah satu pendahulu Duterte, Gloria Arroyo.

    Ketika dia mendukung penerus pilihan Arroyo pada Pemilu 2010, Quiboloy mengaku melihat nama kandidat tersebut dalam sebuah visi yang menyertakan Presiden AS saat itu, Barack Obama.

    Menurut para analis, para pemimpin organisasi dan sekte agama di Filipina punya kekuatan politik ketika mengarahkan pengikutnya untuk memberi suara sebagai satu blok.

    Pemilu bisa menjadi sangat sengit sehingga beberapa kandidat percaya bahwa dukungan dari para pemimpin sekte seperti Quiboloy dapat mensukseskan atau justru menghancurkan kampanye mereka.

    “Politik di Filipina sangat berkaitan dengan moral. Oleh karena itu, para pemilih mencari dukungan dari para pemimpin agama mereka,” kata pakar politik Cleve Arguelles kepada BBC News.

    Apa saja tuduhan terhadap Quiboloy?

    Pada tahun 2021, Departemen Kehakiman AS mendakwa Quiboloy dengan tuduhan perdagangan seks anak-anak, penipuan dan pemaksaan, serta penyelundupan uang tunai dalam jumlah besar.

    FBI mengatakan bahwa Quiboloy memperdagangkan perempuan termasuk anak-anak dari Filipina ke AS. Mereka kemudian dipaksa untuk mengumpulkan uang untuk badan amal palsu.

    Dia juga mewajibkan para asisten pribadinya, yang disebut “pastorals”, untuk melakukan hubungan seks dengannya, kata FBI.

    Pada Januari 2022, FBI merilis poster buronan yang mencari informasi tentang keberadaan Quiboloy.

    Maret lalu, Kejaksaan Agung Filipina mengajukan dakwaan soal perdagangan manusia dan pelecehan seksual terhadap Quiboloy, karena dia diduga melecehkan seorang remaja perempuan pada tahun 2011.

    Pengadilan di Amerika Serikat dan Filipina telah mengeluarkan surat perintah penangkapannya.

    Baca juga:

    (ita/ita)

  • Filipina Tangkap Pendeta Apollo Quiboloy yang Diburu FBI Atas Kejahatan Seks

    Filipina Tangkap Pendeta Apollo Quiboloy yang Diburu FBI Atas Kejahatan Seks

    Manila

    Otoritas Filipina menangkap seorang pendeta berpengaruh, Apollo Quiboloy, yang dituduh melakukan penganiayaan seksual dan perdagangan seks. Penangkapan Quiboloy diwarnai pengepungan besar-besaran terhadap kompleks gereja yang dipimpin pastor yang merupakan teman lama mantan Presiden Rodrigo Duterte ini.

    Quiboloy yang berusia 74 tahun ini, seperti dilansir Reuters dan CNN, Senin (9/9/2024), merupakan pendiri gereja bernama Kingdom of Jesus Christ (KOJC) yang telah memproklamirkan diri sebagai “pemilik alam semesta” dan “anak yang ditunjuk Tuhan”.

    Dia didakwa atas rentetan dakwaan pelecehan anak dan penganiayaan seksual, serta perdagangan manusia. Quiboloy yang menjadi buronan selama tiga tahun ini, membantah semua tuduhan yang menjerat dirinya.

    “Apollo Quiboloy telah ditangkap,” ucap Menteri Dalam Negeri Filipina Benjamin Abalos Jr dalam pernyataan via Facebook pada Minggu (8/9) waktu setempat, tanpa menjelaskan secara spesifik soal bagaimana atau di mana Quiboloy berada usai ditangkap.

    Nama Quiboloy juga masuk dalam daftar buronan “paling dicari” oleh Biro Investigasi Federal (FBI) di Amerika Serikat (AS) atas rentetan tuduhan terpisah, mulai dari perdagangan seks hingga penyelundupan uang tunai dalam jumlah besar. Quiboloy sebelumnya juga membantah seluruh tuduhan itu.

    Penangkapan Quiboloy ini dilakukan oleh otoritas Filipina setelah melakukan pengepungan selama berminggu-minggu, yang diwarnai pertikaian antara para pendukung Quiboloy dengan personel kepolisian setempat, di sebuah kompleks di selatan negara tersebut yang menjadi tempat pastor itu bersembunyi.

    Kepolisian nasional Filipina, menurut laporan kantor berita Phillipine News Agency (PNA), telah menangkap Quiboloy bersama dengan empat pejabat gereja KOJC di kota Davao setelah mereka menyerahkan diri.

    Lebih dari 2.000 polisi dikerahkan sejak bulan lalu untuk menggeledah sebuah kompleks yang luas di kota Davao, yang dimiliki oleh KOJC, atas dugaan Quiboloy bersembunyi di dalam bunker yang ada di sana. Para pendukung Quiboloy sempat melemparkan bebatuan ke arah polisi dan memblokir jalan raya dengan membakar ban.

    Lihat juga Video ‘Presiden Yoon Suk Yeol Desak Penyelidikan Kejahatan Seks Deepfake di Korsel’:

    Juru bicara Kepolisian Nasional Filipina, Jean Fajardo, mengonfirmasi kepada wartawan setempat pada Minggu (8/9) bahwa Quiboloy telah ditangkap di dalam kompleks seluas 30 hektare tersebut, namun dia tidak memberikan rincian lebih lanjut.

    Fajardo hanya mengatakan bahwa Quiboloy dan empat pejabat KOJC lainnya menyerahkan diri setelah mendapat ultimatum 24 dari kepolisian.

    “Sekitar pukul 13.30 waktu setempat, dilakukan perundingan untuk mereka menyerahkan diri karena kami memberikan ultimatum 24 jam kepada mereka,” ucap Fajardo kepada wartawan setempat.

    Dilaporkan PNA bahwa Quiboloy dan empat terdakwa lainnya menyerahkan diri empat jam setelah polisi memberikan ultimatum tersebut.

    Fajardo, dalam pernyataannya, juga mengatakan bahwa Quiboloy dan empat terdakwa lainnya diangkut dengan pesawat militer ke Manila dari Davao pada Minggu (8/9) malam waktu setempat setelah menyerahkan diri. Kelimanya kini ditahan di fasilitas penahanan yang ada di markas besar Kepolisian Nasional Filipina.

    Sosok Quiboloy merupakan pengkhotbah yang memiliki jutaan pendukung di Filipina, di mana pemimpin gereja biasanya memiliki pengaruh besar dalam politik.

    Dia mendirikan KOJC sejak tahun 1985 silam dan menjadi terkenal ketika televangelisme menuai popularitas di Filipina, sebuah negara yang mayoritas penduduknya beragama Katolik dengan jutaan orang juga menganut sejumlah besar sekte Kristen.

    KOJC yang diklaim memiliki 7 juta jemaat di seluruh dunia, mengelola berbagai bisnis termasuk perguruan tinggi, resor hingga media di Filipina.

    Quiboloy juga dikenal sebagai pendukung dekat dan penasihat spiritual Duterte, yang saat masih menjabat Wali Kota Davao secara rutin muncul di jaringan media yang berhubungan dengan gereja yang dipimpin Quiboloy.

    Di AS, Quiboloy dijerat dakwaan yang diungkap ke publik sejak tahun 2021 lalu yang menuduh dirinya dan kaki tangannya menjalankan jaringan perdagangan seks yang memaksa anak-anak perempuan dan wanita muda berhubungan seks dengannya di bawah ancaman “kutukan abadi” selama hampir 15 tahun.

    Dia juga didakwa melakukan skema perdagangan tenaga kerja yang membawa anggota gerejanya di Filipina ke wilayah AS menggunakan visa palsu dan memaksa anggotanya itu meminta sumbangan untuk badan amal palsu yang berbasis di California. Quiboloy telah membantah tuduhan-tuduhan tersebut.

    Lihat juga Video ‘Presiden Yoon Suk Yeol Desak Penyelidikan Kejahatan Seks Deepfake di Korsel’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Gedung 5 Lantai Terbakar di Ibu Kota Filipina, 11 Orang Tewas

    Gedung 5 Lantai Terbakar di Ibu Kota Filipina, 11 Orang Tewas

    Manila

    Sebuah gedung lima lantai di kawasan pecinan di Manila, Filipina, dilanda kebakaran mematikan. Sedikitnya 11 orang tewas dalam kebakaran yang melalap gedung permukiman dan komersial tersebut.

    Seperti dilansir Reuters, Jumat (2/8/2024), kebakaran yang menyelimuti gedung di area distrik Binondo, Manila itu berhasil dipadamkan sekitar tiga jam setelah petugas pemadam kebakaran dikerahkan ke lokasi sekitar pukul 07.30 pagi waktu setempat.

    Penyebab kebakaran tersebut belum diketahui secara jelas.

    “Istri pemilik gedung itu termasuk di antara mereka yang tewas,” tutur seorang pejabat setempat, Nelson Ty, kepada stasiun radio DZRH.

    Dia menambahkan bahwa para pedagang setempat menggunakan gedung tersebut untuk menyimpan barang-barang mereka pada malam hari.

    Namun, sebut Ty, belum diketahui jelas apakah ada lebih banyak orang yang terjebak di dalam gedung saat kebakaran terjadi dan dikhawatirkan tewas.

    Filipina memiliki catatan buruk dalam menerapkan standar keselamatan kebakaran terhadap gedung-gedung, rumah dan perkantoran.

    Insiden kebakaran yang terjadi pada Agustus tahun lalu menghanguskan gedung permukiman dan gudang setempat hingga menewaskan sedikitnya 16 orang.

    Pada Mei 2023, kebakaran besar-besaran menghanguskan gedung Kantor Post Pusat yang bersejarah di ibu kota Filipina.

    Sementara tahun 2017 lalu, sedikitnya 37 agen call center dan seorang petugas keamanan tewas setelah kebakaran menghanguskan sebuah pusat perbelanjaan di kota Davao bagian selatan.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Saling Tuding Soal Pecandu Narkoba, Apakah Aliansi Marcos-Duterte Terputus?

    Saling Tuding Soal Pecandu Narkoba, Apakah Aliansi Marcos-Duterte Terputus?

    Manila

    Dua dinasti politik yang paling berpengaruh di Filipina, yaitu keluarga Duterte dan Marcos, saling melontarkan kritik dan diprediksi akan mengalami perpecahan. Namun, apakah mungkin hal itu terjadi dan apa risiko yang muncul jika mereka akhirnya ‘bercerai’?

    Dengan gaya yang bombastis, mantan Presiden Filipina yang terkenal dengan kebijakan perang melawan narkoba, Rodrigo Duterte, mengatakan kepada para pendukungnya Januari silam bahwa penggantinya, Ferdinand “Bongbong” Marcos Jr., adalah pecandu narkoba.

    Tidak berdiam diri, Marcos yang saat ini menjadi Presiden Filipina membalas dengan mengatakan bahwa Duterte melontarkan hinaan itu pasti di bawah pengaruh opioid atau obat pereda nyeri kategori narkotika.

    Saling balas ini disebut sebagai salah satu sinyal terkuat yang menunjukkan adanya keretakan dalam aliansi yang mengantarkan Marcos meraih kemenangan bersejarah pada pemilu 2022 lalu. Sekutu Marcos dalam pesta demokrasi itu adalah putri Rodrigo, Sara Duterte, yang kini menjabat sebagai wakil presiden.

    Sedari awal, para analis telah memprediksi terjadinya ‘perceraian’ di antara dua dinasti politik paling berkuasa di Filipina, Duterte dan Marcos.

    Tanda-tanda perpecahan semakin menguat di tengah perselisihan publik dan meningkatnya perbedaan pendapat antara dua dinasti ini mengenai agenda politik.

    Namun memutuskan untuk berpisah mungkin bukan pilihan bagi Marcos maupun Duterte, yang menjual diri kepada pemilih mereka sebagai “UniTeam”.

    Keretakan dalam aliansi

    Ayahnya, Rodrigo Duterte, menunjukkan ketidaksenangan dengan jelas atas keputusan Sara itu.

    Sara dipandang sebagai pewaris politik Duterte. Sebelum menjabat sebagai wakil presiden, Sara adalah Wali Kota Davao City, jabatan yang dipegang Duterte selama bertahun-tahun sebelum melangkah menjadi presiden pada tahun 2016.

    Aliansi Sara dengan Marcos, putra mantan diktator Filipina Ferdinand Marcos, tidak mengejutkan para analis.

    Kedua kandidat ini berisiko kalah jika saling bertarung satu sama lain karena dukungan akan terpecah. Pendukung Sara mayoritas berada di wilayah selatan Filipina, sedangkan dukungan Marcos terpusat di utara.

    Dengan berkoalisi, mereka telah menyatukan kubu masing-masing dan memenangkan suara mayoritas Filipina pada pemilu tahun 2022.

    Baca juga:

    Banyak pengamat memprediksi Sara Duterte akan mencalonkan diri sebagai presiden pada 2028 mendatang. Konstitusi Filipina melarang Marcos untuk mencalonkan diri untuk masa jabatan enam tahun yang kedua sebuah pembatasan yang coba dia hapus, tuduh Duterte.

    Marcos mengatakan dia mendukung reformasi hukum yang akan memudahkan peraturan bagi bisnis asing, menarik lebih banyak investasi dan lapangan kerja ke negara di Asia Tenggara yang berpenduduk 100 juta orang.

    Namun para pengkritiknya menuding upaya Marcus itu sebagai taktik “jahat” untuk melakukan perubahan politik yang memungkinkan dirinya mencalonkan diri lagi menjadi presiden.

    Batasan masa jabatan presiden yang diberlakukan sejak tahun 1986, setelah ayahnya Marcos digulingkan dari kekuasaan oleh protes rakyat, semakin menambah seruan protes.

    Keretakan ini berubah secara mengejutkan ketika Duterte (kiri) dan Marcos saling menuduh sebagai pecandu narkoba (Getty Images)

    Tapi ini bukan satu-satunya sumber perdebatan antara dua dinasti ini.

    Marcos melontarkan komentar-komentar yang tampaknya mengkritik perang Duterte terhadap narkoba, kebijakan yang telah merenggut ribuan nyawa dan membuatnya menjadi paria terbuang atau tersingkir dari komunitas internasional.

    Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan pembunuhan masih terus terjadi, walaupun polisi mengklaim jumlahnya telah berkurang pada masa pemerintahan presiden yang baru.

    Selain itu, Marcos juga mendukung Amerika, berbeda dengan gaya kepemimpinan Duterte saat memerintah yang dekat dengan Beijing.

    Marcos memberikan akses yang lebih luas ke pasukan Amerika atas pangkalan militer di Filipina. Marcos juga meningkatkan latihan militer tahunan antara dua negara dan menggunakan posisi strategis Filipina di Pasifik untuk menggalang dukungan, tidak hanya dari Washington tetapi juga Jepang.

    Baca juga:

    Hingga kini, Marcos juga belum mundur dari ‘permainan kucing-kucingan’ yang mematikan dengan China di perairan Laut China Selatan yang bersengketa.

    Di sisi lain, Rodrigo Duterte menolak untuk menyerukan kemenangan Filipina di pengadilan internasional terhadap klaim Beijing di Laut Cina Selatan selama masa jabatannya.

    Duterte berupaya menjalin hubungan yang lebih dekat dengan China, yang diduga sebagai respon terhadap kecaman dari negara-negara Barat atas perang narkoba yang dilakukannya.

    Ada juga pertengkaran kecil di antara dua kubu ini.

    Selain menjabat sebagai wapres, Sara Duterte juga ditunjuk menjadi menteri pendidikan di pemerintahan Marcos, meskipun secara terbuka dia mengatakan ingin menjadi menteri pertahanan.

    Sara mengatakan dia menerima keputusan itu untuk menghindari pembicaraan tentang dugaan adanya keretakan dalam koalisi.

    Sara juga diperiksa secara ketat oleh parlemen tahun lalu atas permintaannya untuk memberikan jutaan peso sebagai “dana rahasia” pengeluaran bersifat diskresi yang diperbolehkan oleh lembaga pemerintah.

    Sekutu Marcos kemudian memotong anggarannya, sebuah tindakan yang disebut memalukan sekaligus membuat marah.

    Permainan sinetron berisiko tinggi

    Melewati rangkaian perbedaan ini, keduanya masih menghindari saling menyerang secara langsung mungkin menandakan sebuah front persatuan untuk saat ini.

    Namun pihak-pihak lain dari kedua kubu ini jelas-jelas menginginkan keunggulan dalam menggaet opini publik, kata ilmuwan politik Cleve Arguelles, presiden perusahaan jajak pendapat WR Numero.

    Pada April lalu, setelah kedua pemimpin dinasti ini saling tuduh sebagai pecandu narkoba, Ibu Negara Liza Araneta-Marcos melakukan wawancara di YouTube.

    Liza mengatakan dirinya “terluka” karena Sara Duterte tidak melakukan intervensi ketika ayahnya menyebut presiden Marcos sebagai “pecandu”.

    Dalam balasan video singkatnya, Sara mengatakan “perasaan pribadi” ibu negara itu bukanlah bagian dari pekerjaannya.

    Liza Marcos, padahal, tidak pernah membahas politik secara terbuka. Wawancara mengejutkan ini adalah upaya untuk “mengalahkan Duterte dalam permainan mereka sendiri”, Arguelles menganalisis.

    Liza Marcos tidak bisa menandingi komentar Rodrigo Duterte yang menohok – dia terkenal karena pernyataannya yang seksis, mengutuk Paus Francis dan mantan presiden AS Barack Obama.

    Tapi, Liza bisa dan memang membangun sebuah karakter sinetron yang dicerca namun ditonton oleh jutaan orang Filipina yaitu Si pengkhianat.

    “Ibu negara mencoba menggunakan emosi dibandingkan membingkainya dengan cara lain. Kami punya dugaan pengkhianatan, keluarga telah disakiti,” kata Arguelles.

    “Ini seperti sinetron.”

    Sara Duterte (kiri) dan Liza Marcos (kanan) (Getty Images)

    Arguelles mengatakan gaya ini sangat berbeda dengan Rodrigo Duterte, yang merupakan “ahli… kritik publik”.

    Duterte secara rutin mengkritik Marcos karena menjadi pemimpin yang “lemah” sebuah pesan yang kini digaungkan oleh putranya Sebastian, Wali Kota Davao City, yang bahkan meminta presiden untuk mengundurkan diri.

    “Keluarga Marcos terpaksa merespons. Jika tidak, mereka akan tertinggal,” kata Arguelles.

    Bagi Sara Duterte, keluar dari aliansi dengan Marcos dapat menyebabkan dinastinya dikucilkan dari pemerintahan.

    Hal ini juga bisa menjerat ayahnya untuk dituntut di Filipina dan luar negeri atas tuduhan pembunuhan ratusan tersangka pengguna narkoba oleh polisi selama masa jabatannya.

    Selain itu, keputusan berisiko itu juga dapat merugikan peluang Sara mencalonkan diri pada pemilihan presiden tahun 2028. Para pemilih di Filipina tidak suka melihat presiden dan wakil presiden mereka bertengkar, kata Arguelles.

    Dua wakil presiden terakhir kalah dalam pencalonan mereka setelah berselisih dengan presiden yang mencalonkan diri bersama mereka.

    “Ada kebutuhan praktis bagi mereka untuk tetap bersatu,” tambahnya, setidaknya hingga pemilu paruh waktu pada 2026, yang akan menjadi referendum bagi petahana.

    Kedua belah pihak berharap untuk memenangkan parlemen dan badan-badan lokal, yang akan meningkatkan agenda politik masing-masing.

    “Jika mereka terpecah, mereka akan menjadi sangat rentan,” kata Arguelles.

    “Ini akan menjadi pertandingan bola bagi siapa pun.”

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini