kab/kota: Colorado

  • Kisah Penganut Agama di India Jalani Ritual Puasa Sampai Wafat

    Kisah Penganut Agama di India Jalani Ritual Puasa Sampai Wafat

    Jakarta

    Selang tiga pekan setelah didiagnosis mengidap kanker serviks, Sayar Devi Modi yang berusia 88 tahun memutuskan untuk tidak berobat. Sebaliknya, ia memilih berpuasa sampai wafat.

    “Laporan biopsinya keluar pada 25 Juni, yang menunjukkan kankernya menyebar. Pada 13 Juli 2024, ia berdoa dan makan sup. Keesokan harinya ia menelepon kami dan memberi tahu kami tentang niatnya untuk melakukan santhara,” kenang cucu Sayar, Pranay Modi.

    Santhara, juga dikenal sebagai sallekhana, adalah praktik sejumlah pengikut agama Jain yang mengharuskan mereka pantang makan dan minum serta menerima kematian.

    Praktik tersebut bukanlah hal yang umum dilakukan penganut Jain. Laporan media India memperkirakan hanya sebagian kecil penganut Jain, sekitar 200 hingga 500 orang setiap tahun yang memilih meninggal dunia dengan cara ini.

    Beberapa kalangan menentang praktik tersebut karena serupa dengan aksi bunuh diri. Bahkan petisi yang mendesak agar praktik santhara dilarang sedang menunggu putusan Mahkamah Agung India.

    Jainisme

    Para penganut Jain menganggap Mahavira, seorang pengajar yang hidup pada abad ke-6 Sebelum Masehi, sebagai pendiri agama Jain modern. (Getty Images)

    Antikekerasan merupakan inti Jainisme, sebuah agama yang berusia setidaknya 2.500 tahun.

    Dalam agama Jain, tidak ada Tuhan. Namun, para penganut Jain percaya pada jiwa yang murni, permanen, individual, dan mahatahu.

    Hampir semua penganut Jain adalah vegetarian. Agama tersebut juga menekankan pada nilai-nilai moral dan melepaskan kenyamanan duniawi.

    Ada sekitar lima juta penganut Jain di India, dan mereka sering kali berpendidikan tinggi dan banyak yang relatif kaya. Pusat Penelitian Pew yang berbasis di AS mengatakan sepertiga orang dewasa Jain memiliki gelar universitas, dibandingkan dengan 9% dari populasi umum India.

    Pemuka agama Jain sering kali dihormati di tengah masyarakat India.

    BBC

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Perdana Menteri Narendra Modi bahkan meminta berkat, dan memposting di X untuk meratapi meninggalnya seorang pemuka agama Jain, yaitu Acharya Shri Vidyasagar Ji Maharaj. Modi menyebut kematian Acharya sebagai “kehilangan besar bagi negara”.

    Acharya meninggal pada usia 77 tahun, setelah tiga hari berpuasa. Pemakamannya dihadiri oleh ribuan orang.

    Umat Jain berpendapat bahwa proses mengakhiri hidup melalui puasa tidak dapat dibandingkan dengan eutanasia atau bunuh diri menggunakan bantuan.

    “Sallekhana atau santhara berbeda dari bunuh diri dengan bantuan karena tidak memerlukan bantuan dokter dan tidak melakukan penyuntikan apa pun yang dapat mematikan,” kata Steven M. Vose, asisten profesor dan pakar Jainisme di Universitas Colorado-Denver, kepada BBC.

    Bukti historis dari praktik iniyang dijelaskan oleh Prof. Vose sebagai “melepaskan tubuh” atau “membiarkan tubuh layu”sudah ada sejak abad ke-6.

    Merayakan hidup

    Pranay ModiSayar Devi berbaring di sofa dengan dikelilingi keluarganya saat menjelang ajal.

    Kepercayaan pada karma, jiwa, kelahiran kembali, dan keselamatan adalah elemen kunci santhara.

    Beberapa penganut Jain seperti Sayar Devi memilih kematian ini ketika mereka menyadari kematian sudah dekat atau setelah didiagnosis dengan penyakit yang tidak dapat disembuhkan.

    Dalam video yang diambil selama puasa, Sayar Devi mengenakan kain sari putih dan menutupi mulutnya dengan kain persegi.

    “Dia tenang, sadar, dan berbicara sampai akhir,” kenang cucu Sayar, Pranay Modi.

    Pranay mengatakan selama puasa terakhir neneknya, rumah leluhur mereka di Kabridham di India tampak meriah karena banyak orang hadir.

    “Saat itu rumah tidak tampak seperti tempat kematian. Anggota keluarga, saudara, teman, tetangga, dan banyak orang asing datang dan menerima berkat dari nenek.”

    Bahkan selama hari-hari terakhir, Sayar mengerahkan energi untuk melakukan doa Jain yang berlangsung selama 48 menit.

    “Saya yakin dia akan sangat kesakitan setelah berhenti berobat. Namun, dia tidak mengeluh tentang apa pun. Dia tampak berseri-seri dan damai,” kata Modi.

    Anak-anak, cucu, dan cicit Sayar Devi menyaksikan saat sang nenek pergi selamanya.

    “Sangat sulit bagi saya untuk menyaksikan kematiannya dengan cara ini,” kata Pranay.

    “Tetapi saya tahu dia akan berada di tempat yang lebih baik. Kami menghormati keputusannya,” imbuhnya.

    Saat-saat akhir

    Getty ImagesPenganut Jain yang meninggal setelah menjalani ritual santhara dikremasi dalam posisi duduk.

    Santhara mungkin tidak selalu menghasilkan akhir yang tenang.

    Prof Miki Chase mengerjakan disertasi doktoralnya tentang topik ini dan telah menyaksikan puluhan puasa yang berakhir dengan kematian.

    “Seorang pria yang didiagnosis menderita kanker tahap akhir menjalani santhara dan merasa sangat kesakitan. Jadi meskipun keluarganya bangga dengan sumpahnya dan mendukungnya, mereka juga tersiksa melihatnya menderita,” kata Chase, asisten profesor dalam Studi Jain, Universitas Wisconsin-Madison.

    Dalam kasus lain, Chase melihat seorang perempuan yang didiagnosis menderita kanker tahap akhir menjadi jauh lebih tenang setelah ia mulai berpuasa.

    “Menantu perempuannya mengatakan kepada saya bahwa mereka merasa tanggung jawab sebagai keluarga untuk menyemangatinya dan menjaga tekadnya tetap kuat, jadi mereka akan menyanyikan lagu-lagu rohani untuknya.”

    Prof Vose meyakini perasaan tersiksa melihat anggota keluarga yang meninggal dunia tidak dapat dihindari.

    “Tidak menyenangkan melihat seseorang meninggal karena kelaparan dan saat-saat terakhir bisa sangat mengerikan. Orang tersebut mungkin meminta makanan atau air saat tubuhnya berjuang untuk menyelamatkan diri, yang mungkin tidak diberikan, tetapi ini biasanya dianggap sebagai bagian dari akhir,” katanya.

    Biksu-biksu Digambar (yang mengembara tanpa busana) meninggal dengan cara ini dan foto-fotonya beredar di media sosial. Foto-foto tersebut memperlihatkan pipi mereka cekung dan tulang rusuk menonjoljelas menandakan kondisi kelaparan dan dehidrasi.

    Mayoritas penganut Jain yang memilih praktik santhara diyakini perempuan.

    Prof Vose percaya hal itu terjadi karena perempuan dianggap lebih saleh, serta kemampuan mereka untuk hidup lebih lama dari pria.

    Prof Chase mengatakan masyarakat melihat santhara sebagai “pencapaian spiritual yang luar biasa”.

    Landasan teologi

    Kamal Jain”Dengan berpuasa dan menerima kematian, seseorang dapat membersihkan tubuh dan jiwa serta mengurangi karma buruk, untuk kehidupan spiritual yang lebih baik di kelahiran berikutnya,” jelas biksu Maharaj Ji.

    Shri Prakash Chand Maharaj Ji (lahir 1929) adalah salah satu biksu Jain paling senior dari sekte Svetambarayang berarti berpakaian putih.

    Ia memasuki kehidupan biara pada 1945. Ayah dan adik laki-lakinya juga adalah biksu dan menjalani santhara.

    “Saya tidak sedih melihat ayah dan saudara laki-laki saya. Saya benar-benar terpisah. Saya tidak merasa menjadi yatim piatu atau akan ada kekosongan dalam hidup saya.”

    Pria berusia 95 tahun itu tinggal di sebuah biara di Kota Gohana di India utara. Ia tidak menggunakan telepon atau laptop dan berbicara kepada BBC melalui muridnya, Ashish Jain.

    “Konsep kematian yang indah sebagai akhir yang sempurna untuk kehidupan ini dan awal yang ideal untuk kehidupan berikutnya didasarkan pada prinsip-prinsip filosofis, spiritual, dan agama saya,” katanya kepada BBC.

    Biksu itu mengatakan santhara melibatkan banyak tahap dan tidak bisa tiba-tiba atau impulsif.

    Seseorang yang ingin menjalani praktik santhara harus mendapat izin dari keluarga dan bimbingan dari guru spiritual seperti Maharaj Ji.

    Tahap pertama santhara adalah merenungkan dan menerima semua dosa dan kesalahan masa lalu. Setelah itu, orang tersebut perlu meminta pengampunan.

    “Dengan berpuasa dan menerima kematian, seseorang dapat membersihkan tubuh dan jiwa serta mengurangi karma buruk, untuk kehidupan spiritual yang lebih baik di kelahiran berikutnya,” jelas Maharaj Ji.

    “Pada akhirnya, hal itu akan berpuncak pada pembebasan jiwa dari siklus kelahiran dan kematian.”

    Gugatan hukum

    Pada 2015, Pengadilan Tinggi di Negara Bagian Rajasthan di India melarang praktik tersebut, tetapi putusan tersebut kemudian ditangguhkan oleh Mahkamah Agung.

    Mantan pegawai negeri sipil, DR Mehta, adalah salah satu penggugat yang ingin melestarikan tradisi santhara.

    “Umat Jain melihat ini sebagai bentuk kematian terbaik. Ini adalah penerimaan kematian yang sadar, damai, dan bermartabat. Pemurnian spiritual dan kedamaian abadi adalah motif utamanya,” kata Mehta, yang pernah menduduki jabatan seperti wakil kepala bank sentral India dan ketua badan pengawas pasar saham.

    Penentangan terhadap praktik tersebut kembali terjadi setelah kematian seorang bocah perempuan berusia 13 tahun dari Hyderabad pada 2016. Dia meninggal setelah berpuasa selama 68 hari. Namun, semua santhara berikutnya dalam beberapa tahun terakhir dijalani orang lanjut usia.

    Getty ImagesTeks tertua soal santhara dapat ditemukan di kompleks kuil Shravanabelagola di Karnataka.

    Maharaj Ji memulai proses sanlekhana pada 2016, yang merupakan praktik pendahulu sebelum melakukan santhara.

    Awalnya ia membatasi makanannya menjadi 10 jenis dan sekarang ia bertahan hidup hanya dengan dua jenis makanan, air, dan obat-obatan. Namun, ia masih tetap aktif.

    “Ia tidak terlihat sakit atau lemah. Ia selalu bahagia. Ia tidak banyak bicara,” kata muridnya, Ashish Jain.

    Maharaj Ji percaya bahwa gaya hidupnya yang sederhana telah membantunya untuk mencapai kemajuan secara spiritual.

    “Jiwa dan pikiran batin saya merasa sangat bahagia. Saya dalam keadaan bahagia.”

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Kiamat Mobil Listrik, Tandanya Sudah Kencang Muncul di AS

    Kiamat Mobil Listrik, Tandanya Sudah Kencang Muncul di AS

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintahan Donald Trump mulai mengambil langkah konkrit untuk menghambat pengembangan industri mobil listrik (EV) di Amerika Serikat (AS).

    Trump memang telah mencabut mandat kendaraan listrik era Joe Biden. Sejak kampanye, ia memang menyerukan dukungan terhadap energi fosil.

    Namun, ia sempat melunak saat mendapat dukungan dari CEO Tesla Elon Musk. Ia kala itu mengatakan mau tak mau harus mendukung EV.

    Setelah dilantik, ternyata Trump tak gentar membawa ‘kiamat’ industri mobil listrik. Terbaru, pemerintahan Trump dilaporkan menutup beberapa stasiun pengisian daya (charging station) EV di AS.

    Lembaga Layanan Umum (GSA) yang mengatur bangunan yang dimiliki pemerintah, dilaporkan akan menutup seluruh jaringan charging station EV, menurut laporan The Verge, dikutip dari Tech Crunch, Senin (24/2/2025).

    GSA dilaporkan mengoperasikan ratusan charging station EV dengan total 8.000 colokan. Fasilitas itu dibangun untuk mengisi daya mobil listrik milik pemerintah dan pegawai negeri sipil (PNS).

    Sumber dalam mengatakan kepada The Verge bahwa pegawai pemerintah menerima perintah untuk menutup charging station EV milik pemerintah. Beberapa kantor regional dikatakan sudah menutup charging station di gedung mereka.

    Awal pekan ini, Radio Publik Colorado menerima email yang menyatakan charging station di Denver Federal Center akan ditutup.

    Lebih luas, pemerintahan Trump sudah memangkas beberapa lembaga pemerintahan dalam upaya efisiensi yang dipimpin Elon Musk. Pemerintah juga menarik dukungan untuk energi berkelanjutan, termasuk program infrastruktur pengisian daya EV.

    (fab/fab)

  • 7 Tanda Usus Kotor yang Jangan Dianggap Sepele, Begini Bahayanya

    7 Tanda Usus Kotor yang Jangan Dianggap Sepele, Begini Bahayanya

    Jakarta

    Usus kerap disebut sebagai otak kedua bagi tubuh. Penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan antara otak dan usus.

    Usus akan mengirimkan sinyal ke otak, dan otak akan memutuskan apa yang harus dilakukan. Jika usus tidak sehat, hal itu dapat mempengaruhi seluruh tubuh.

    “Usus yang sehat biasanya berfungsi dengan baik jika Anda buang air besar satu hingga dua kali sehari, dengan kondisi feses yang bagus dan mudah dikeluarkan,” jelas dokter naturopati di Naturopathic Wellness Center di Boulder, Colorado, Rosia Parrish, ND.

    Menurutnya, buang air besar normal setiap hari ditandai dengan nihilnya gejala diare, sembelit, dan feses yang encer. Tanda-tanda lain dari usus yang sehat termasuk bebas dari gejala rektal seperti wasir, gejala perut kembung, hingga nyeri perut.

    “Dengan sistem pencernaan yang berfungsi dengan baik, Anda tidak akan bereaksi terhadap makanan atau faktor eksternal, seperti stres atau faktor lingkungan,” kata Dr Parrish yang dikutip dari Everyday Health.

    “Anda juga tidak mudah mengalami kondisi lain, seperti gangguan kulit, autoimun, respons peradangan, dan masalah kesehatan lainnya,” sambungnya.

    Maka dari itu, Dr Parrish menjelaskan beberapa tanda usus yang kotor yang dapat muncul di seluruh tubuh. Apa saja?

    1. Rasa Tidak Nyaman di Perut

    Ketika perut sering mengalami kondisi seperti kembung, diare, sembelit, dan nyeri perut, ini bisa menjadi tanda dari sindrom iritasi usus besar atau irritable bowel syndrome (IBS). Itu adalah kondisi umum yang mempengaruhi usus besar.

    Studi menunjukkan ketidakseimbangan bakteri usus yang disebut disbiosis, dapat berperan dalam terjadinya IBS.

    2. Mudah Kelelahan

    Sebuah penelitian menemukan orang dengan sindrom kelelahan kronis mungkin memiliki ketidakseimbangan dalam mikrobioma usus, yang terdiri dari bakteri, mikroorganisme, jamur, dan virus yang ada di saluran pencernaan.

    Para peneliti juga melihat hampir setengah dari orang yang kelelahan juga mengalami IBS.

    3. Nafsu Makan Meningkat

    Keinginan untuk makan yang meningkat dapat menyebabkan banyak bakteri jahat di dalam usus. Hal ini bisa menjadi tanda usus kotor.

    Penelitian menunjukkan gula tambahan, khususnya sirup jagung fruktosa tinggi dapat mengurangi jumlah bakteri baik yang ada di dalam usus.

    Ketidakseimbangan ini yang dapat memicu keinginan untuk mengonsumsi gula dan memperburuk disbiosis, yang merupakan kondisi ketidakseimbangan mikroorganisme yang ada di dalam usus.

    4. Iritasi Kulit

    Ternyata munculnya masalah pada kulit bisa menjadi tanda usus kotor. Penelitian menunjukkan hubungan antara usus kotor dengan masalah kulit, misalnya seperti eksim, jerawat, hingga psoriasis.

    Sebuah tinjuan studi menjelaskan bahwa mikrobioma usus mempengaruhi kulit melalui mekanisme imun yang komplesks.

    5. Kenaikan Berat Badan

    Kenaikan berat badan yang tidak disengaja juga dapat menjadi salah satu tanda usus kotor. Penelitian menemukan perbedaan dalam mikrobioma usus orang kurus dan gemuk.

    Studi menunjukkan pola makan ala Barat yang tinggi lemak dan karbohidrat olahan dapat meningkatkan bakteri usus yang berdampak pada obesitas.

    6. Kondisi Autoimun

    Sebuah studi menjelaskan bahwa bakteri usus tertentu, yang disebut Bacteroides fragilis, menghasilkan protein yang dapat memicu timbulnya kondisi autoimun. Misalnya seperti rheumatoid arthritis, kolitis ulseratif, dan multiple sclerosis.

    7. Masalah Suasana Hati

    Studi menunjukkan adanya hubungan antara usus dan otak. Karena hubungan antara otak dan usus itu, mikrobioma dapat berperan penting pada kesehatan mental.

    Mikrobioma mempengaruhi cara merespons stres dan dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon. Sebuah studi menemukan bahwa gangguan usus dan peradangan pada sistem saraf pusat dapat menjadi penyebab potensial kecemasan dan depresi.

    (sao/naf)

  • Profil dan 10 Fakta Ashley St Clair, Penulis yang Mengaku Punya Anak Ke-13 Elon Musk

    Profil dan 10 Fakta Ashley St Clair, Penulis yang Mengaku Punya Anak Ke-13 Elon Musk

    Jakarta, Beritasatu.com – Ashley St. Clair, seorang penulis dan influencer konservatif berusia 26 tahun, baru-baru ini mengklaim bahwa ia telah melahirkan anak ke-13 dari miliarder teknologi Elon Musk. Ia mengumumkan kabar tersebut melalui unggahan di platform X, lima bulan setelah kelahiran anaknya.

    Dengan kelahiran ini, Musk kini memiliki 13 anak dari empat wanita berbeda. CEO Tesla, SpaceX, dan pemilik X ini memang dikenal sebagai sosok yang vokal tentang pentingnya peningkatan angka kelahiran dan bahaya penurunan populasi.

    Lalu, siapa sebenarnya Ashley St. Clair? Berikut profil singkat dan 10 fakta menarik tentang Ashley St.Clair.

    Profil Ashley St. Clair

    Ashley St. Clair lahir di Florida dan besar di Colorado. Ia dikenal sebagai figur konservatif dengan lebih dari satu juta pengikut di X. Namanya mulai mencuat di dunia politik sayap kanan Amerika setelah ia menulis buku anak-anak berjudul Elephants Are Not Birds, yang secara terang-terangan menolak konsep identitas gender.

    Selain itu, St. Clair pernah bekerja sebagai penulis untuk The Babylon Bee, sebuah situs satir konservatif. Ia juga kerap muncul di Fox News dan berbagai podcast untuk membahas isu-isu sosial, termasuk penurunan angka kelahiran di negara-negara maju.

    Elon Musk diklaim telah memiliki anak ke-13 dari Ashley StClair (kiri). – (NY Post/DOK)

    10 Fakta tentang Ashley St. Clair

    1. Punya Hubungan dengan Tokoh Sayap Kanan

    St. Clair pernah dikaitkan dengan tokoh-tokoh sayap kanan ekstrem dan menuai kontroversi akibat pandangan politiknya.

    2. Menjaga Privasi Selama Kehamilan

    Ia merahasiakan kehamilannya dan jarang tampil di depan kamera dalam beberapa bulan terakhir. Bahkan, saat menghadiri pesta malam pemilu Donald Trump di Mar-a-Lago, ia sudah melahirkan namun tetap menjaga privasi soal anaknya.

    3. Sangat Peduli dengan Keamanan

    Seorang penghuni apartemen mewahnya di Manhattan mengungkapkan bahwa St. Clair sangat berhati-hati dalam hal keamanan. Ia bahkan memasang kamera ring doorbell sendiri, meskipun gedungnya sudah memiliki sistem keamanan ketat.

    4. Dikenal sebagai Penulis Buku Anak-Anak

    Buku Elephants Are Not Birds yang ditulisnya diterbitkan oleh Brave Books. Buku ini menentang konsep identitas gender dan sering disebut sebagai kritik terhadap penerimaan transgender.

    5. Pernah Bekerja untuk The Babylon Bee

    St. Clair adalah salah satu penulis di The Babylon Bee, sebuah situs satir konservatif. Namun, ia kemudian mundur dari posisinya sebagai duta Turning Point USA, organisasi konservatif pemuda, pada 2019.

    6. Sering Muncul di Media Konservatif

    Ia kerap diundang sebagai pembicara di Fox News, berbagai podcast, dan acara daring untuk membahas isu-isu sosial dan politik.

    7. Tinggal di Apartemen Mewah di Manhattan

    Sekitar setahun lalu, ia pindah ke apartemen mewah di dekat City Hall, Manhattan, dengan biaya sewa yang diperkirakan antara 12.000 hingga 15.000 dolar AS per bulan.

    8. Salah Satu Pemilik Tesla Cybertruck Pertama

    Menurut seorang penghuni apartemennya, St. Clair adalah orang pertama yang ia kenal yang memiliki Tesla Cybertruck, mobil listrik futuristik buatan perusahaan Elon Musk.

    9. Pernah Mengkritik Kebijakan Imigrasi AS

    Pada 2023, ia mengunggah video di X yang menunjukkan penerbangan Delta Airlines dari Phoenix ke New York City dipenuhi oleh migran yang baru saja dibebaskan dari pusat penahanan. Ia mengkritik penggunaan dana pajak untuk transportasi mereka dan mempertanyakan apakah mereka telah menjalani pemeriksaan medis.

    10. Tetap Aktif di Media Sosial Meski Kontroversial

    Elon Musk sebelumnya sudah memiliki 12 anak dari tiga wanita. – (Google/-)

    Meski sering menuai kritik, St. Clair tetap aktif di X dan mempertahankan pengikutnya yang loyal. Ia dikenal vokal dalam menyuarakan pandangan konservatif, termasuk tentang keluarga, gender, dan politik Amerika.

    Sejauh ini, Elon Musk belum mengonfirmasi maupun membantah klaim St. Clair bahwa ia adalah ayah dari anaknya. Namun, kabar ini menambah daftar panjang kehidupan pribadi Musk yang selalu menarik perhatian publik. Sama menariknya dengan profil dan 10 fakta Ashley St. Clair.

  • Bukan Hanya Flu Biasa, Kasus Flu Burung di AS pada Manusia dan Unggas Kembali Meningkat

    Bukan Hanya Flu Biasa, Kasus Flu Burung di AS pada Manusia dan Unggas Kembali Meningkat

    PIKIRAN RAKYAT – Di Amerika Serikat, kasus flu burung pada manusia kembali meningkat. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengonfirmasi adanya rawat inap ketiga akibat virus ini. Seorang wanita di Wyoming dirawat di rumah sakit di Colorado setelah mengalami gejala mirip flu.

    Pasien tersebut juga memiliki kondisi kesehatan yang dapat membuat orang lebih rentan terhadap penyakit, menurut departemen kesehatan Wyoming. Dia kemungkinan terpapar virus H5N1 melalui kontak langsung dengan kawanan unggas yang terinfeksi di rumahnya.

    “Staf kami telah menindaklanjuti dengan orang lain yang melakukan kontak dengan kawanan dan pasien, dan akan terus bekerja dengan para ahli negara bagian dan nasional untuk memantau situasi dengan saksama di Wyoming,” kata Dr. Alexia Harrist, pejabat kesehatan negara bagian Wyoming, dalam sebuah pernyataan.

    Kasus B3.13

    Tidak jelas berapa banyak orang di Colorado yang mungkin telah terpapar kasus flu burung saat bepergian di negara bagian tersebut. Seorang juru bicara departemen kesehatan Colorado tidak segera menanggapi permintaan komentar.

    Pasien tersebut adalah penduduk Platte County di Wyoming, menurut departemen kesehatan negara bagian tersebut. Wyoming Livestock Board baru-baru ini mengonfirmasi tiga kawanan ternak di halaman belakang terinfeksi virus, termasuk di Platte County.

    Kawanan ternak tersebut terinfeksi oleh B3.13, menurut dokter hewan negara bagian Hallie Hasel kepada CBS News. Tidak jelas apakah pasien flu burung manusia di Colorado juga terinfeksi oleh B3.13.

    Seorang juru bicara CDC, yang biasanya mempelajari dan mengurutkan kasus flu burung yang mengkhawatirkan, tidak segera menanggapi permintaan komentar.

    Para ahli kesehatan mengira bahwa jenis B3.13 mungkin tidak terlalu parah bagi orang yang terinfeksi. Itu berbeda dari jenis D1.1 yang menjadi penyebab kematian akibat flu burung di Louisiana bulan lalu dan rawat inap seorang anak di Kanada tahun lalu.

    Rawat inap pertama flu burung di AS dilaporkan di Missouri tahun lalu, jatuh sakit karena B3.13, tetapi pejabat kesehatan saat itu mengatakan orang tersebut kemungkinan dirawat di rumah sakit karena alasan lain dan secara kebetulan dinyatakan positif terkena virus tersebut.

    Rawat inap tersebut terjadi beberapa hari setelah kasus flu burung juga dikonfirmasi pada orang-orang di Nevada dan Ohio. Pasien Nevada tersebut tidak dirawat di rumah sakit dan hanya mengalami gejala ringan. Departemen kesehatan Ohio belum mengomentari status kasus flu burung, meskipun telah diminta berulang kali.

    Kasus D1.1

    Departemen kesehatan dan pertanian juga mengumumkan penarikan kembali makanan hewan peliharaan mentah lainnya yang terkait dengan penyebaran virus ke kucing di Oregon, dan penularan kedua virus D1.1 dari burung ke sapi di Arizona.

    Sebelum kasus wanita di Wyoming, telah ada 68 kasus flu burung pada manusia yang dikonfirmasi oleh CDC. Sebagian besar terkait dengan paparan langsung terhadap hewan yang sakit, meskipun sejauh ini para penyelidik belum dapat mengidentifikasi sumber untuk tiga kasus.

    Peningkatan kasus flu burung terjadi di tengah lonjakan influenza musiman yang sedang berlangsung yang mencapai rekor tertinggi di seluruh negeri di ruang gawat darurat dan rumah sakit, di atas puncak yang terlihat selama pandemi flu babi 2009.

    Data dari laboratorium pengujian menunjukkan bahwa varian musiman virus yang biasa menjadi pendorong lonjakan tersebut.

    CDC mengatakan bahwa jenis virus musiman tersebut telah mendorong tingkat influenza ke beberapa puncak tertinggi dalam beberapa tahun, menandai musim tingkat keparahan tinggi pertama yang dinyatakan oleh badan tersebut sejak tahun 2017.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Trump Kembali Bikin Polemik, Minta Pakai Sedotan Plastik

    Trump Kembali Bikin Polemik, Minta Pakai Sedotan Plastik

    Jakarta

    Lagi-lagi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membuat kebijakan berpolemik. Donald Trump menyerukan rakyatnya untuk kembali menggunakan sedotan plastik.

    Dirangkum detikcom, Senin (10/2/2025), Trump memerintahkan rakyatnya untuk kembali menggunakan sedotan plastik. Dia akan meneken beleid untuk mengakhiri kebijakan pendahulunya, Joe Biden, yang mendorong penggunaan sedotan yang lebih ramah lingkungan.

    “Saya akan menandatangani perintah eksekutif pekan depan, mengakhiri dorongan konyol dari Biden untuk menggunakan sedotan kertas yang tidak ada gunanya. KEMBALI KE PLASTIK,” cuit Donald Trump di akun X-nya, 8 Februari 2025.

    Dilansir BBC, Joe Biden sempat mengeluarkan kebijakan saat dia masih menjabat sebagai Presiden AS. Pada musim panas lalu, Biden memperkenalkan skema untuk mengakhiri penggunaan plastik sekali pakai di lingkungan pemerintahan, targetnya adalah pemerintahan bebas plastik sekali pakai pada 2035.

    Biden ingin mengurangi polusi plastik di AS. Plastik membutuhkan waktu lama untuk terurai. Plastik juga dapat membahayakan lingkungan dan hewan-hewan.

    Donald Trump Pernah Kampanyekan Sedotan Plastik

    Foto: Donald Trump (Getty Images via AFP/CHIP SOMODEVILLA)

    Saat itu, pemerintahan Biden mengatakan bahwa mereka mendukung “tujuan untuk mengakhiri polusi plastik pada tahun 2040,” dengan menambahkan bahwa “polusi plastik berdampak negatif pada lingkungan dan kesehatan masyarakat.”

    California adalah negara bagian pertama yang sepenuhnya melarang sedotan plastik pada tahun 2019, diikuti oleh negara bagian lain seperti New York, Washington DC, dan Colorado.

    Kembali ke Trump tapi mundur tahun 2019 silam, saat itu sedotan plastik juga menjadi alat kampanye Trump di Pilpres AS. Sedotan itu dijual $15 untuk 10 batang. Sedotan plastik menjadi simbol perlawanan terhadap narasi kubu liberal, musuh kubu Trump.

    Di Negeri Paman Sam, pendukung kesadaran soal kelestarian lingkungan biasanya adalah kubu liberal, termasuk kampanye gaya hidup ramah lingkungan.

    Saat itu, manajer kampanye Donald Trump yakni Brad Parscale, mencuit di Twitter (sekarang X), “Making straws great again (jadikan sedotan plastik berjaya lagi).”

    Lihat juga Video ‘Donald Trump Perintahkan Setop Produksi Koin Penny AS’:

    Halaman 2 dari 2

    (whn/whn)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Perintah Donald Trump: Kembali Pakai Sedotan Plastik!

    Perintah Donald Trump: Kembali Pakai Sedotan Plastik!

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyerukan rakyatnya untuk kembali menggunakan sedotan plastik. Dia akan meneken beleid untuk mengakhiri kebijakan pendahulunya, Joe Biden, yang mendorong penggunaan sedotan yang lebih ramah lingkungan.

    “Saya akan menandatangani perintah eksekutif pekan depan, mengakhiri dorongan konyol dari Biden untuk menggunakan sedotan kertas yang tidak ada gunanya. KEMBALI KE PLASTIK,” cuit Donald Trump di akun X-nya, 8 Februari 2025, diakses detikcom pada Senin (10/2/2025).

    Dilansir BBC, Joe Biden sempat mengeluarkan kebijakan saat dia masih menjabat sebagai Presiden AS. Pada musim panas lalu, Biden memperkenalkan skema untuk mengakhiri penggunaan plastik sekali pakai di lingkungan pemerintahan, targetnya adalah pemerintahan bebas plastik sekali pakai pada 2035.

    Biden ingin mengurangi polusi plastik di AS. Plastik membutuhkan waktu lama untuk terurai. Plastik juga dapat membahayakan lingkungan dan hewan-hewan.

    Saat itu, pemerintahan Biden mengatakan bahwa mereka mendukung “tujuan untuk mengakhiri polusi plastik pada tahun 2040,” dengan menambahkan bahwa “polusi plastik berdampak negatif pada lingkungan dan kesehatan masyarakat.”

    California adalah negara bagian pertama yang sepenuhnya melarang sedotan plastik pada tahun 2019, diikuti oleh negara bagian lain seperti New York, Washington DC, dan Colorado.

    Kembali ke Trump tapi mundur tahun 2019 silam, saat itu sedotan plastik juga menjadi alat kampanye Trump di Pilpres AS. Sedotan itu dijual $15 untuk 10 batang. Sedotan plastik menjadi simbol perlawanan terhadap narasi kubu liberal, musuh kubu Trump. Di Negeri Paman Sam, pendukung kesadaran soal kelestarian lingkungan biasanya adalah kubu liberal, termasuk kampanye gaya hidup ramah lingkungan.

    Saat itu, manajer kampanye Donald Trump yakni Brad Parscale, mencuit di Twitter (sekarang X), “Making straws great again (jadikan sedotan plastik berjaya lagi).”

    Saksikan juga Sosok: Rumah Anak Bumi, dari Ridwan Manantik untuk Anak Negeri

    Saksikan juga Blak-blakan: Menguak Rahasia Untung Kilang Minyak Paling ‘Rumit’ Se-Indonesia

    (dnu/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Kerak Bumi Terkelupas dan Tenggelam di Bawah Pegunungan Sierra Nevada California

    Kerak Bumi Terkelupas dan Tenggelam di Bawah Pegunungan Sierra Nevada California

    Bisnis.com, JAKARTA – Peneliti mengungkapkan di bawah pegunungan Sierra Nevada California, kerak bumi terkelupas.

    Proses ini, yang disebut dengan tenggelamnya litosfer, tidak perlu dikhawatirkan. Faktanya, mungkin itulah asal mula terbentuknya benua.

    Sebuah studi baru menemukan bahwa proses ini sedang terjadi saat ini di bawah Sierra Nevada. Di bawah bagian selatan pegunungan, litosfer bagian atas mantel bumi dan sebagian kerak bumi telah terkelupas dan tenggelam ke dalam mantel yang lebih dalam, menurut penelitian baru.

    Litosfer di bawah Sierra tengah saat ini sedang terkelupas, sementara prosesnya belum sampai ke ujung utara pegunungan.

    Anda mungkin sedang memancing di Sierras, dan mungkin ada lapisan besar yang terkelupas di bawah Anda dan Anda bahkan tidak menyadarinya,” kata Vera Schulte-Pelkum, ahli geosains di Universitas Colorado Boulder dilansir dari livescience.

    Tidak ada tanda-tanda di permukaan bahwa pengelupasan ini terjadi. Namun para peneliti sebelumnya telah memperhatikan gempa bumi yang sangat dalam di bawah Pegunungan Sierra, dengan gempa berkekuatan 1,9 hingga 3,2 skala richter yang terjadi di kedalaman lebih dari 25 mil (40 kilometer).

    Anehnya, kata Schulte-Pelkum, karena batuan pada kedalaman tersebut biasanya hangat dan bertekanan, yang berarti batuan tersebut cenderung berubah bentuk tanpa pecah dan melepaskan gelombang seismik.

    Schulte-Pelkum dan rekan penulisnya, seismolog Universitas California San Diego Deborah Kilb, mengamati catatan gempa di wilayah tersebut dari tahun 1985 hingga 2023. Mereka menggunakan gelombang dari gempa bumi tersebut untuk mengumpulkan informasi tentang kerak dalam dan mantel atas di bawah pegunungan.

    Mereka menyempurnakan pengukuran yang disebut anisotropi, yang mengungkapkan perbedaan cara gelombang merambat bergantung pada arah datangnya. Hal ini dapat mengungkap informasi tentang orientasi batuan.

    Hasilnya menunjukkan adanya lapisan dengan kedalaman antara 25 dan 43 mil (40 hingga 70 km) di mana bebatuannya terlepas dari kerak bumi di atasnya. Di Sierra selatan, dekat Taman Nasional Sequoia, lapisan ini telah hilang, dan di Sierra utara, di sekitar Danau Tahoe, lapisan ini tidak terkelupas. Namun di Sierra tengah, di bawah Taman Nasional Yosemite, lapisan tersebut secara aktif turun ke dalam mantel.

    apsPenelitian sebelumnya telah mengisyaratkan bahwa pengelupasan ini mungkin terjadi di bawah Sierra selatan 3 juta atau 4 juta tahun yang lalu, kata Schulte-Pelkum. “Sekarang, kami berkata, ‘Saya pikir hal ini masih terjadi,’” katanya, “jadi kami menangkap kejadian tersebut.”

    Para peneliti melaporkan temuan mereka pada bulan Desember di jurnal Geophysical Research Letters. Proses pembentukan kerak benua yang sama mungkin terjadi di tempat lain di dunia, kata Schulte-Pelkum, termasuk di Selandia Baru, di dataran tinggi Anatolia di Turki, dan di Pegunungan Carpathian di Eropa Timur.

    “Kita bisa mencarinya di sejumlah tempat lain di mana orang-orang berpendapat bahwa mungkin dulu litosfernya lebih tebal dan sekarang sudah terkelupas,” katanya.

  • Cerita Budi Wongso Jadi Pemandu Wisata di Kawasan Pecinan Glodok, Berawal Dari Senang Bantu Orang – Halaman all

    Cerita Budi Wongso Jadi Pemandu Wisata di Kawasan Pecinan Glodok, Berawal Dari Senang Bantu Orang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Lahir dan besar di kawasan Glodok, Jakarta Barat membuat Budi Wongso, seorang pemandu wisata lokal beretnis Tionghoa punya nilai jual lebih untuk ia tawarkan bagi wisatawan mancanegara yang hendak menjelajahi Pecinan Glodok. 

    Ia memulai karir sebagai pemandu wisata secara mandiri sejak 2016 silam. 

    Mulanya, tak ada niat sama sekali bagi Budi untuk menjadi pemandu wisata.

    Latar belakang dan pengalaman menjadi pemandu wisata pun tak dimiliki sebelumnya.

    Semua hanya bermodalkan niat ingin membantu yang tumbuh di dalam dirinya serta ketertarikannya dalam bersosialisasi dengan banyak orang. 

    Saat bertemu dengan Budi, ia baru saja selesai melakukan sembahyang menyambut Tahun Baru Imlek di Vihara Dhama Jaya Toasebio kawasan Tamansari, Glodok, Jakarta Barat, Rabu (29/1/2025). 

    Ia mengenakan baju merah, senada dengan lilin dan lentera di vihara. Rambutnya bergaya comb over.

    “Sebenarnya awal-awal mungkin 2016-an tidak berminat untuk jadi seorang tour guide,” ujar Budi berbagi cerita dengan Tribunnews.com.

    Diawali pertemuannya dengan wisatawan asing yang tampak kebingungan, menjadi jalan bagi Budi untuk terus bergelut di dunia pemandu wisata lokal hingga saat ini. 

    “Enggak sengaja ada turis datang, saya coba bantu. Mereka senang, jadi saya juga senang bisa bantu orang. Saya tinggal di sini, apa sih yang bisa saya bantu di Glodok,” ujar Budi.

    “Ya mungkin jalannya seperti itu. Ketemu turis satu-satu, lama-lama akhirnya mereka bilang ‘kenapa kamu enggak bikin, karena kamu bisa, kamu bikin sendiri’. Jadi akhirnya sampai sekarang saya senang ketemu orang, bantu orang,” sambungnya.

    Saat berbincang dengan Tribun, Budi juga menunjukkan sebuah tautan yang ia gunakan untuk promosi. 

    Tampak di dalamnya beberapa testimoni wisatawan yang pernah menggunakan jasanya. 

    Rata-rata berasal dari negara Eropa seperti Jerman, Prancis, hingga Swiss.

    Namun, ada pula yang dari Lombok, Brunei Darussalam, hingga Colorado. 

    Budi biasanya mengajak wisatawan untuk menikmati jajanan khas di pecinan, menjelajahi tempat-tempat bersejarah, hingga menyaksikan perayaan Tahun Baru Cina dan Cap Go Meh.

    Selain itu, ia juga memasukkan beberapa tempat makan yang dikelola warga lokal dalam rangkaian destinasinya.

    “Buat saya, pertama kita bantu turisnya, kedua tenant di sini. Kadang-kadang ada tenant di sini yang mungkin kurang orang tahu. Saya bawa ke sana,” jelasnya.

    “Yang penting asal dia punya produk kualitas bagus, saya ajak ke sana, selama ini tamu yang saya bawa semuanya bilang bagus,” Budi menambahkan. 

    Berharap Bantuan Pemerintah

    Menjadi pemandu wisata mandiri tentu juga tidak gampang buat Budi.

    Saingan bermodal besar tentu tak sedikit.

    Hingga saat ini, perjuangannya untuk terus dapat bersaing masih terus diupayakan. 

    Ia pernah ikut program pemerintah untuk pembiayaan modal kerja, tapi ditolak.

    “Saya pernah coba cari bantuan dana. Kan ada KUR (Kredit Usaha Rakyat) ya. Tapi gini KUR itu meminta bahwa ia melihat banyak (testimoni jasa). Nah kita kan baru mulai, tapi (minta) reviewnya sudah 5 bintang. Mereka gak mau,” tuturnya. 

    “Jadi mereka yang melihat cuma statistik. Jadi itu memperlambat kita punya usaha,” tambahnya. 

    Besar harapan Budi terhadap pemerintah untuk dapat menengok lebih jauh lagi terhadap pihak-pihak seperti dirinya dalam hal melakukan usaha pemandu wisata mandiri.

    Dengan begitu, selain jasanya, tempat-tempat wisata yang jadi destinasi juga akan terdampak dari sisi kualitas atas semakin banyaknya wisatawan yang bekunjung. 

    “Harapannya, enggak cuma statistik. Tapi boleh bank atau pemerintah tau dari UMKM, ada pihak yang mau survei. Lihat nih kalau ada permintaan seperti local guide,” ucapnya. 

  • Perintah Eksekutif Trump Buka Jalan bagi Kebijakan Anti-Muslim di AS

    Perintah Eksekutif Trump Buka Jalan bagi Kebijakan Anti-Muslim di AS

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kebijakan imigrasi Presiden AS Donald Trump berpotensi memberi dampak luas terhadap etnis keagamaan, termasuk umat Islam. Mahasiswa dari negara mayoritas Muslim dan yang pro-Palestina akan makin sulit masuk ke Amerika Serikat.

    Pendukung hak-hak sipil di Amerika Serikat telah membunyikan alarm atas perintah eksekutif atau perintah eksekutif yang ditandatangani oleh Presiden Donald Trump pada Senin lalu, terkait pembatasan perjalanan orang asing ke AS.

    Menurut mereka, perintah eksekutif itu meletakkan dasar untuk larangan perjalanan yang turut menargetkan negara-negara mayoritas Muslim. Termasuk warga negara asing yang sudah berada di AS secara legal dan menindak mahasiswa internasional yang mengadvokasi hak-hak Palestina.

    Seorang pengacara di International Refugee Assistance Project (IRAP) AS Deepa Alagesan mengatakan, perintah eksekutif yang menciptakan tatanan baru di AS tersebut “lebih besar dan lebih buruk” daripada larangan perjalanan “xenofobia” yang diberlakukan Trump di beberapa negara mayoritas Muslim pada 2017 selama masa jabatan pertamanya.

    “Bagian terburuk dari kebijakan itu ya sekarang, sebab tidak hanya melarang orang-orang di luar AS memasuki AS, tetapi juga menggunakan alasan yang sama sebagai dasar untuk mengeluarkan orang dari AS,” kata Alagesan kepada Al Jazeera, dilansir pada Minggu (26/1/2025).

    Perintah eksekutif itu menurut mereka mengarahkan pejabat pemerintah untuk menyusun daftar negara-negara “di mana pemeriksaan dan penyaringan informasi diperketat, membuat penangguhan sebagian atau penuh pada akses masuk warga negara dari negara-negara tersebut”.

    Tidak hanya itu, perintah eksekutif itu diperkirakan IRAP juga memuat jalan pemerintah AS untuk mengidentifikasi jumlah warga negara yang memasuki AS dari negara-negara muslim pada 2021 – selama masa kepresidenan Joe Biden – dan mengumpulkan informasi “relevan” tentang “tindakan dan aktivitas” mereka.

    Gedung Putih kemudian memerintahkan “langkah-langkah segera” untuk mendeportasi warga asing dari negara-negara yang menjadi objek pemberlakuan “setiap kali muncul informasi hasil identifikasi yang akan mendukung pengecualian atau pemindahan”.

    Perintah eksekutif Trump itu juga mengatakan bahwa pemerintah harus memastikan warga negara asing, termasuk mereka yang berada di AS, “tidak memiliki sikap bermusuhan” terhadap warga, budaya atau pemerintah Amerika dan “tidak mengadvokasi, membantu, atau mendukung teroris asing yang ditunjuk”.

    Alagesan memperingatkan bahwa dekrit itu, yang dijuluki “Melindungi Amerika Serikat dari Teroris Asing dan Keamanan Nasional Lainnya dan Ancaman Keamanan Publik”, dapat menimbulkan lebih banyak kerugian pada keluarga imigran daripada pembatasan perjalanan 2017, yang secara kolektif dikenal sebagai “larangan Muslim”.

    Dia mengatakan bahasa perintah yang tidak jelas itu “menakutkan” karena tampaknya memberi lembaga AS wewenang luas untuk merekomendasikan tindakan terhadap orang-orang yang ingin ditargetkan oleh pemerintah.

    “Pada intinya, itu hanya metode lain untuk mengeluarkan orang, untuk memecah keluarga, untuk menghasut ketakutan, untuk memastikan bahwa orang-orang tahu bahwa mereka tidak diterima dan bahwa pemerintah akan membawa kekuatannya untuk melawan mereka,” kata Alagesan.

    Selain IRAP, Komite Anti-Diskriminasi Amerika-Arab (ADC) juga mengecam perintah eksekutif Trump itu. Mereka menganggap, dekrit itu lebih buruk dari “larangan Muslim” 2017 dengan memberi pemerintah “keleluasaan yang lebih luas untuk menggunakan pengecualian ideologis” untuk menolak visa dan mengeluarkan orang dari AS.

    “ADC menyerukan kepada pemerintahan Trump untuk berhenti menstigmatisasi dan menargetkan seluruh komunitas, yang hanya menabur perpecahan,” kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.

    “Janji Amerika tentang kebebasan berbicara dan berekspresi – prinsip yang telah lama disoroti oleh Presiden Trump sendiri – sekarang sangat bertentangan dengan perintah eksekutif barunya.”

    Dewan Urusan Publik Muslim juga memperingatkan dalam sebuah pernyataan bahwa meningkatkan langkah-langkah pemeriksaan untuk negara-negara tertentu berisiko “berfungsi sebagai larangan Muslim secara de facto dengan kedok protokol keamanan”.

    Maryam Jamshidi, seorang profesor di University of Colorado Law School, mengatakan perintah itu tampaknya menghidupkan kembali larangan perjalanan dari masa jabatan pertama Trump, sambil mendorong agenda sayap kanan dalam perang budaya yang lebih luas.

    Bagian dari dekrit itu juga secara khusus menargetkan warga Palestina dan pendukung hak-hak Palestina, ucap Jamshidi.

    “Sayap kanan memiliki investasi kuat dalam melanjutkan gagasan ini bahwa orang asing, orang-orang kulit hitam, coklat, Muslim – bukan Yahudi-Kristen kulit putih, secara efektif – mengancam ‘orang Amerika sejati’.”

    Banyak politisi sayap kanan – termasuk wakil presiden Trump saat ini, JD Vance – telah menganut teori konspirasi “great replacement”, yang berpendapat bahwa ada upaya untuk mengganti orang Amerika keturunan asli dengan imigran.

    Jamshidi juga mengatakan sebetulnya masih belum jelas mekanisme bagaimana perintah itu akan mendeportasi orang. Ia mencatat bahwa belum ada penetapan regulasi khusus, apakah undang-undang imigrasi yang menjadi acuan perintah eksekutif itu memberi wewenang administrasi untuk memindahkan warga negara asing.

    Dekrit itu bergantung pada bagian dari Undang-Undang Imigrasi dan Kewarganegaraan yang memberi presiden kekuasaan untuk membatasi masuk ke AS untuk “kelas orang asing apapun” – tetapi tidak untuk memindahkan orang yang sudah ada di negara itu.

    Tetapi dia memperingatkan bahwa perintah itu dapat mengarah pada pengawasan lebih lanjut terhadap orang-orang dari negara-negara mayoritas muslim dan menghalangi kegiatan politik – terutama solidaritas Palestina – yang dapat dianggap bertentangan dengan pedoman pemerintah.

    Jamshidi turut memperingatkan bahwa perintah eksekutif ini bisa mengarahkan pejabat AS untuk membuat rekomendasi untuk “melindungi” warga negara dari warga negara asing “yang berpidato atau menyerukan kekerasan sektarian, penggulingan atau penggantian budaya di AS, atau yang memberikan bantuan, advokasi, atau dukungan untuk teroris asing”.

    Jamshidi mengatakan bahasa itu “tentu saja tentang warga negara asing, termasuk mahasiswa asing yang berpartisipasi dalam advokasi Palestina”.

    Dengan politisi pro-Israel sering menyebut aktivis kampus “pro-Hamas”, Jamshidi mengatakan dekrit Trump dapat digunakan untuk menargetkan pendukung hak-hak Palestina yang berada di AS dengan visa pelajar.

    Baik Trump dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio sebelumnya telah menyerukan deportasi siswa internasional.

    Ketika protes solidaritas Palestina melanda universitas-universitas di negara itu setelah pecahnya perang di Gaza, pendukung Israel, terutama Partai Republik, menggambarkan demonstran mahasiswa sebagai ancaman terhadap keselamatan kampus.

    Dima Khalidi, direktur kelompok advokasi Palestine Legal, mengatakan “jelas” bahwa perintah eksekutif Trump baru-baru ini dibuat untuk secara khusus menargetkan pendukung hak-hak Palestina.

    “Kita harus menghubungkannya dengan tatanan ini dengan pemaksaan ideologis yang lebih luas yang terjadi dan bagian dari pembersihan yang lebih besar yang tampaknya sangat ingin dilakukan Trump,” kata Khalidi kepada Al Jazeera.

    (luc/luc)