Langgar Izin Tinggal, Imigrasi Cirebon Deportasi 2 WNA Asal Thailand dan China
Tim Redaksi
CIREBON, KOMPAS.com
– Petugas Kantor Imigrasi Kelas I TPI Cirebon mengamankan dua warga negara asing (WNA) asal Thailand dan China yang diduga melanggar izin tinggal di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
Kepala Seksi Intelijen Imigrasi Kelas I TPI Cirebon, Deny Haryadi menjelaskan, tindakan pengamanan terhadap kedua WNA tersebut dilakukan setelah petugas menerima informasi mengenai aktivitas mereka yang diduga tidak sesuai dengan izin tinggal yang dimiliki.
“Proses pendeportasian ini dilakukan sesuai prosedur dan peraturan yang berlaku. Kami berkomitmen menegakkan hukum keimigrasian serta menjaga ketertiban dan kedaulatan negara,” ujar Deny dalam konferensi pers di kantor Imigrasi pada Kamis (9/10/2025) siang.
Deny menjelaskan, WNA pertama yang diamankan adalah CS (49) asal Thailand.
CS ditangkap setelah tim Intelijen dan Penindakan Keimigrasian (Inteldakim) melakukan pengawasan di salah satu proyek pembangunan pabrik di Majalengka.
Saat ditemukan, CS sedang memasang alat dan mengajarkan cara mengoperasikan mesin kepada pekerja pabrik.
Setelah diperiksa, diketahui bahwa CS masuk ke Indonesia menggunakan Visa Kunjungan Saat Kedatangan (VKSK) atau Visa on Arrival (VoA), yang tidak sesuai dengan aktivitasnya.
Sementara itu, WNA berinisial HH (43) asal China, diamankan tim Inteldakim di lokasi berbeda namun dalam kegiatan pengawasan yang sama.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, HH merupakan tenaga kerja asing pemegang Izin Tinggal Terbatas (ITAS) dengan jabatan sebagai Research & Development Manager.
Namun, petugas menemukan bahwa kegiatan yang dilakukan HH tidak sesuai dengan izin tinggal yang dimiliki.
Kedua WNA tersebut dinyatakan melanggar Pasal 75 ayat (1) juncto Pasal 122 huruf (a) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.
Saat ini, keduanya ditempatkan di ruang detensi Kantor Imigrasi Cirebon untuk menjalani proses tindakan administratif keimigrasian dan akan segera dideportasi.
Pihak Imigrasi juga mengapresiasi peran masyarakat yang memberikan informasi terkait keberadaan dan aktivitas WNA di wilayah Majalengka.
Selain dua WNA ini, sejak awal tahun hingga Oktober ini, Imigrasi Kelas I TPI Cirebon telah memberikan tindakan administratif keimigrasian terhadap 20 WNA yang melanggar aturan, yang tersebar di beberapa wilayah sesuai tempat masing-masing.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Cirebon
-
/data/photo/2025/10/09/68e7904269560.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Langgar Izin Tinggal, Imigrasi Cirebon Deportasi 2 WNA Asal Thailand dan China Bandung 9 Oktober 2025
-

Kronologi Dentuman Keras di Langit Tegal hingga Temuan Batu Hitam Diduga Meteor, Siap Dijual
GELORA.CO – Geger sebongkah batu yang diduga meteor jatuh di pekarangan warga Desa Jatilaba, Kecamatan Margasari, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.
Dilansir dari laman NASA, Meteor adalah saat meteoroid memasuki atmosfer Bumi (atau planet lain, seperti Mars) dengan kecepatan tinggi dan terbakar, berbentuk bola api atau “bintang jatuh”.
Sementara meteoroid merupakan batuan yang masih berada di luar angkasa.
Ukuran meteoroid bervariasi, mulai dari butiran debu hingga asteroid kecil.
Suara dentuman keras menggema di langit Desa Jatilaba, Kecamatan Margasari, Tegal, Minggu petang (5/10/2025).
Tak hanya sekali, suara itu terdengar lima kali berturut-turut dari arah utara, mengejutkan warga yang tengah bersiap malam.
Di tengah kehebohan itu, Wasroni (40), seorang warga setempat, menemukan sesuatu yang tak biasa sebuah batu hitam pekat.
Beratnya sekitar 3 kilogram, tergeletak tak jauh dari rumahnya.
Batu misterius itu diduga kuat berasal dari langit sebuah meteor yang jatuh ke bumi.
“Awalnya dengar ada suara dentuman sampai lima kali. Sumbernya dari arah utara, getarannya cukup terasa,” kata Wasroni kepada wartawan di kediamannya, dilansir dari Kompas.com, Selasa (7/10/2025).
Dengar Suara Ledakan Seperti Bom, Ada Api di Langit
Tak lama setelah itu, terdengar suara seperti ledakan bom yang membuat Wasroni keluar rumah karena penasaran.
Di dekat lokasi, seorang bocah bernama Ibnu (11), tetangganya, memanggil Wasroni dan mengaku melihat sebuah benda bercahaya jatuh dari langit.
“Saya lihat seperti api di langit, lalu warnanya berubah jadi putih waktu mau sampai tanah,” kata Ibnu.
Ibnu mendekati lokasi jatuhnya benda itu dan melihat ada asap tipis keluar dari lubang tanah.
“Pas saya dekati, tanahnya berlubang dan batunya masih hangat. Saya pegang sendiri, nggak takut,” ujar Ibnu.
Penampakan Batu Diduga Meteor Siap Dijual
Setelah mengambil batu tersebut, Wasroni kemudian membawanya ke rumah.
Batu itu berwarna hitam pekat, permukaannya kasar, dan berat sekitar tiga kilogram.
Tak lama kemudian, warga berdatangan karena penasaran ingin melihat langsung batu misterius itu.
“Banyak yang datang malam itu. Ada yang foto, ada juga yang bilang mau beli kalau itu benar batu meteor,” kata Wasroni.
Ia mengaku bersedia menjualnya jika ada kolektor atau pihak yang ingin meneliti batu tersebut.
Kata Kepala Desa Jatilaba
Sementara itu, Kepala Desa Jatilaba, Jumadi, membenarkan adanya penemuan batu misterius oleh warganya.
“Benar, warga kami menemukan benda yang diduga batu meteor. Suaranya memang terdengar keras sekali waktu itu,” kata Jumadi.
Meski belum ada pihak resmi yang meneliti, Jumadi juga menduga kuat batu tersebut adalah meteor.
“Tapi benar kami menduga kuat itu batu meteor. Karena waktu itu banyak warga yang juga mendengar suara dentuman atau ledakan dari berbagai daerah, termasuk Brebes, Pemalang, bahkan Cirebon,” ucapnya.
Sebelumnya, Fenomena dentuman dan kilatan cahaya di langit ini sempat menghebohkan masyarakat di pantura barat Jawa Tengah pada Minggu petang usai Maghrib.
Media sosial pun ramai membahas suara ledakan dan cahaya terang di langit.
Bagi warga Desa Jatilaba, peristiwa ini menjadi pengalaman langka yang tak akan dilupakan.
“Semoga batu ini membawa keberkahan, bukan pertanda buruk,” pungkas Jumadi.
-

Heboh! Warga Tegal Temukan Batu Hitam Diduga Meteor, Begini Penampakannya
GELORA.CO – Warga Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, dihebohkan dengan penemuan batu hitam diduga meteor. Bongkahan batu yang diperkirakan seberat 3 kg itu ditemukan di pekarangan rumah Wasroni (41), warga Desa Jatilaba, Kecamatan Margasari, Kabupaten Tegal, Minggu (5/10/2025) malam.
Peristiwa itu bertepatan dengan meteor jatuh di laut Jawa yang menggegerkan warga Cirebon, Jawa Barat hingga Tegal, Jawa Tengah.
Wasroni menuturkan, penemuan batu yang diduga meteor ini, berawal saat dirinya mendengar ledakan keras mirip suara bom. “Ada suara dentuman sampai lima kali. Sumbernya dari arah utara, getarannya terasa,” katanya kepada awak media, Rabu (8/10/2025).
Wasroni kemudian keluar mencari sumber suara tersebut. Tak lama kemudian, seorang anak tetangganya, Ibnu (11) berteriak memanggilnya. Bocah itu melihat batu bercahaya dari langit jatuh di pekarangan rumahnya. “Pas saya dekati, tanahnya berlubang dan batunya masih hangat. Saya pegang sendiri, nggak takut,” kata Ibnu.
Wasroni kemudian mengamankan batu itu ke dalam rumah. Warnanya hitam pekat dengan permukaan agak kasar dan beratnya sekitar tiga kilogram.
Tak pelak, penemuan batu diduga meteor itu tersebar luas hingga banyak warga berdatangan ke rumah Wasroni karena penasaran ingin melihat wujud batu yang jatuh dari langit tersebut. “Banyak yang datang malam itu. Ada yang foto, ada juga yang bilang mau beli kalau itu benar batu meteor,” ujar Wasroni.
Kini, batu tersebut masih disimpan Wasroni. Dia juga tidak menutup kemungkinan untuk menjual batu tersebut jika ada kolektor.
Kepala Desa Jatilaba, Jumadi mengatakan, batu diduga meteor itu ditemukan di pekarangan rumah warga. “Warga kami menemukan benda yang diduga batu meteor. Waktu itu, memang terdengar suara keras sekali,” ucapnya.
Dia mengemukakan, hingga kini belum ada pihak dari lembaga resmi seperti LAPAN atau BMKG yang datang untuk memeriksa batu tersebut. “Tapi kami menduga kuat itu meteor, karena banyak warga yang juga mendengar suara ledakan dari berbagai daerah, termasuk Brebes, Pemalang, bahkan Cirebon,” ujarnya.
Sebelumnya, viral di media sosial rekaman video benda menyerupai bola api jatuh di wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Bahkan, keberadaan benda itu juga disertai suara dentuman yang keras.
Sementara itu, video amatir yang diunggah sejumlah warga menunjukkan cahaya putih keoranyean melintas cepat di langit Cirebon, sebelum menghilang dan diikuti suara dentuman.
“Tak lama kemudian dentuman keras terdengar hingga tanah bergetar, membuat warga panik dan berbondong-bondong keluar rumah untuk mencari,” tulis akun X @Banyulangit__1.
Beberapa warga di Kecamatan Lemahabang dan sekitar Tol Ciperna mengaku sempat melihat bola api besar sebelum ledakan terdengar. Sejumlah pengguna media sosial pun meyakini bahwa benda tersebut meteor yang terbakar saat memasuki atmosfer.
“Meteor terlihat di langit Tegal, Brebes, dan akhirnya jatuh di wilayah Cirebon,” tulis akun @MurtadhaOne1.
Profesor riset astronomi dan astrofisika dari BRIN, Prof Thomas Djamaluddin mengatakan, meteor yang melintas di langit Cirebon, Jawa Barat pada Minggu (5/10/2025) jauh di laut Jawa.
Menurut Thomas, peristiwa itu terjadi pada pukul 18.35-18.39 WIB. Kemudian, terdeteksi BMKG karena meteor berukuran besar mengeluarkan gelombang kejut ketika memasuki atmosfer.
“Ketika memasuki atmosfer yang lebih rendah menimbulkan gelombang kejut berupa suara dentuman dan terdeteksi oleh BMKG Cirebon pukul 18.39.12 WIB. Meteor jatuh di laut Jawa,” tulis Thomas dalam akun Instagram @t_djamal, dikutip Senin (6/10/2025).
-

Gempa M 6,6 Guncang Papua Nugini, Warga Panik Berhamburan
Jakarta –
Gempa magnitudo (M) 6,6 melanda dekat kota Lae, Papua Nugini. Gempa tersebut membuat para pelayat di stadion ketakutan, tetapi tidak ada kerusakan yang dilaporkan.
Dilansir Reuters, Selasa (7/10/2025), Survei Geologi AS (USGS) melaporkan pusat gempa berada 26 km (16 mil) dari Lae, yang berpenduduk lebih dari 76.000 jiwa. Gempa juga terasa di ibu kota Port Moresby, menurut media sosial.
Seorang pejabat pemerintah Papua Nugini, Malum Nalu, mengatakan gempa “sangat dahsyat” itu terjadi sekitar pukul 21.00 waktu setempat, ketika ia berada di stadion Lae bersama ratusan orang lainnya untuk menghadiri upacara penghormatan terakhir untuk mendiang gubernur provinsi Morobe.
Tentara sedang mengangkat peti jenazah Luther Wenge untuk dibawa ke rumah duka ketika gempa terjadi. “Terdengar suara gemuruh besar seperti pesawat terbang di atas kepala, lalu bangunan itu berguncang hebat selama sekitar tiga menit,” kata Nalu kepada Reuters melalui telepon.
“Ada ratusan orang di dalam, tempat itu penuh sesak. Orang-orang bergegas keluar dari pintu keluar dan wakil perdana menteri mengimbau agar tetap tenang.”
Papua Nugini terletak di sepanjang Cincin Api Pasifik, wilayah yang dikenal sering mengalami gempa bumi. Seorang pejabat kepolisian kota Lae, Mildred Ongige, juga menggambarkan gempa bumi tersebut “sangat dahsyat”.
Namun, kedua pejabat tersebut mengatakan mereka belum memiliki detail kerusakan apa pun. Saksi lain, yang menolak disebutkan namanya, mengatakan gempa bumi tersebut telah membangkitkan takhayul di kalangan penduduk setempat.
Beberapa menteri pemerintah berada di Lae menjelang pemakaman kenegaraan yang dijadwalkan di Wenge pada Rabu (8/10). Peringatan tsunami tidak dikeluarkan setelah gempa bumi, yang melanda pada kedalaman 99,4 km, kata USGS dalam peringatan terbarunya.
Pada bulan Maret tahun lalu, tiga orang tewas dan lebih dari 1.000 rumah hancur setelah gempa bumi M 6,7 melanda provinsi Sepik Timur yang terpencil di utara.
Tonton juga video “Warga soal Meteor Jatuh di Cirebon: Kaca Rumah Getar, Dikira Gempa” di sini:
Halaman 2 dari 2
(rfs/rfs)
-

Tradisi panjang jimat keraton Kasepuhan sambut Maulid Nabi Muhammad SAW
Sabtu, 6 September 2025 10:53 WIB
Sejumlah abdi dalem menyalakan lampion saat tradisi Panjang Jimat di Keraton Kasepuhan, Cirebon, Jawa Barat, Jumat (5/9/2025). Tradisi Panjang Jimat digelar Keraton Kasepuhan dengan menggelar doa bersama dan pembacaan kitab Barzanji untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/YU
Sejumlah abdi dalem membawa sesaji saat tradisi Panjang Jimat di Keraton Kasepuhan, Cirebon, Jawa Barat, Jumat (5/9/2025). Tradisi Panjang Jimat digelar Keraton Kasepuhan dengan menggelar doa bersama dan pembacaan kitab Barzanji untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/YU
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-

BRIN Ungkap Alasan Meteor Jatuh di Cirebon Timbul Suara Dentuman Keras
Jakarta, CNBC Indonesia – Akhir pekan lalu warga Cirebon mendadak heboh karena ada suara dentuman keras yang seolah menghantam bumi. Suara dentuman terdengar di wilayah Kuningan dan Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, pada Minggu (5/10/2025) malam.
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin, menyebut dentuman itu disebabkan oleh meteor berukuran cukup besar yang melintas di langit.
“Berdasarkan fakta-fakta, saya menyimpulkan fenomena dentuman di Cirebon dan sekitarnya adalah meteor cukup besar yg melintas dari arah barat daya di selatan Jawa terus ke wilayah Kuningan dan Kabupaten Cirebon sekitar pukul 18.35 – 18.39 WIB,” ujar Thomas dikutip dari blog pribadinya, Selasa (7/10/2025).
Thomas menjelaskan, ketika meteor memasuki lapisan atmosfer yang lebih rendah dan padat di atas Kuningan dan Cirebon, muncul gelombang kejut yang terdengar sebagai suara dentuman keras.
Gelombang tersebut juga terdeteksi oleh sensor BMKG Cirebon pada pukul 18.39 WIB di Astanajapura.
“Diduga meteor itu jatuh di Laut Jawa,” ujarnya.
Sebelumnya, warga di wilayah Kuningan dan Cirebon melaporkan mendengar dentuman keras disertai getaran pada Minggu malam. Beberapa rekaman CCTV dan video amatir juga memperlihatkan bola api terang meluncur di langit sebelum suara keras terdengar.
Thomas kemudian membandingkan dengan kejadian meteor Bone 2009. Dari segi ukuran, meteor di Cirebon hanya sekitar 3-5 meter. Namun cukup menimbulkan gelombang kejut.
Sementara meteor Bone yang jatuh di Sulawesi Selatan pada 2009, menimbulkan dentuman keras yang terdengar sampai jarak 10 kilometer dan kaca jendela rumah warga bergetar.
“Meteor Bone ditaksir oleh peneliti NASA ukurannya sekitar 10 kilometer. Saya memperkirakan ukuran meteor Cirebon sekitar 3-5 meter.” pungkasnya.
(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5371745/original/096382900_1759718735-Screenshot_2025-10-06_093927.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Analisis BRIN Terkait Meteor Jatuh di Cirebon
Liputan6.com, Jakarta Peneliti bidang astronomi (astrofisika) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Rhorom Priyatikanto mengatakan, fenomena adanya benda langit bercahaya disertai dentuman yang terlihat di langit Cirebon adalah meteor.
Menurut Rhorom,, ciri dentuman atau ledakan meteor biasanya berlangsung singkat, jauh lebih singkat dari aktivitas vulkanik.
“Aktivitas kegempaan juga punya pola getaran yang berbeda,” ujar Rhorom kepada Liputan6, Bandung, Senin (6/10/2025).
Rhorom menyebutkan perbedaan antara benda langit dan sampah antariksa. Jika adanya sampah antariksa yang biasanya serpihan ataupun potongan satelit berukuran besar akan jatuh, kemungkinan besar terpantau.
Pantauan adanya sampah antariksa yang hendak menuju Bumi, dapat terdeteksi dengan sistem pemantauan orbit yang dimiliki oleh BRIN.
“Kalau meteor, kami tidak punya sistem dan jaringan untuk memantaunya secara langsung. Untuk benda yang lebih besar ukurannya dan tinggi risiko bahayanya, kami berusaha cek update dari jejaring internasional seperti IAWN dan CNEOS NASA,” beber Rhorom.
Berdasarkan video yang beredar dan rekaman getaran yang terukur di salah satu Stasiun BMKG, otoritasnya cukup yakin bahwa itu merupakan meteor jatuh. Ukurannya cukup besar hingga menghasilkan dentuman di langit dan bola api (fireball).
Namun, Rhorom menegaskan tidak ada rencana dan sumber daya untuk melakukan survei ke Laut Jawa sebagai titik terakhir jatuhnya meteor yang terlihat dan terpantau di Cirebon.
“Meteor yang biasanya punya kadar metal tinggi tidak bisa bertahan lama di laut. Sulit pula mencari batu di laut,” tukas Rhorom.
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5371645/original/088532700_1759711770-meteor_jatuh.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Fakta-fakta Meteor Besar Jatuh dan Bunyi Dentuman Keras di Cirebon
Kepala Tim Kerja Prakiraan, Data, dan Informasi BMKG Kertajati, Muhammad Syifaul Fuad menganalisa dari sisi meteorologi, suara dentuman dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti sambaran petir, aktivitas gempa bumi atau peristiwa longsor.
Namun, kata dia, kondisi cuaca di wilayah Cirebon dan sekitarnya saat kejadian dinyatakan cerah berawan.
“Biasanya suara ledakan atau getaran bisa muncul dari awan konvektif akibat sambaran petir. Berdasarkan citra satelit, tidak ada indikasi awan konvektif di sekitar wilayah Cirebon saat kejadian,” kata Syifaul Fuad. Dikutip dari Antara.
Fuad menegaskan hingga kini pihaknya belum mencatat, adanya aktivitas cuaca ekstrem atau fenomena meteorologis yang signifikan di wilayah tersebut.
Selain itu, dia menyampaikan hasil pantauan pun belum menunjukkan adanya aktivitas getaran yang signifikan di wilayah Cirebon.
Pada dasarnya, kata dia, fenomena yang berkaitan dengan meteor merupakan kewenangan lembaga yang membidangi antariksa.
“Terkait fenomena meteor atau benda antariksa merupakan kewenangan lembaga yang membidanginya seperti BRIN,” tuturnya.
-

Kronologi Meteor Jatuh di Cirebon, Begini Penjelasan Lengkap BRIN
Jakarta, CNBC Indonesia – Meteor disebut jadi objek yang membuat dentuman keras dan cahaya terang di sekitaran Cirebon dan Kuningan pada hari Minggu (5/10/2025). Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa BRIN Thomas Djamaluddin menjelaskan analisis itu berasal dari sejumlah data dan kesaksian.
Dia mengatakan objek itu melintasi wilayah Kuningan dan Kabupaten Cirebon arah barat daya pada pukul 18:35-18:39 WIB, Minggu (5/10/2025).
“Ketika memasuki atmosfer yg lebih rendah menimbulkan gelombang kejut berupa suara dentuman dan terdeteksi oleh BMKG Cirebon pk 18.39.12 WIB. Meteor jatuh di laut Jawa,” kata Thomas kepada CNBC Indonesia, Senin (6/10/2025).
Dia mengatakan terdengar dentuman keras di Kuningan dan Kabupaten Cirebon. Selain itu saksi dan rekaman CCTV juga merekam bola api yang meluncur pada 18:35 WIB.
BMKG Cirebon juga mendeteksi adanya getaran pada pukul 18:39:12 WIB.
Thomas mengatakan meteor itu berukuran cukup besar. Namun tak berbahaya kecuali potensi gelombang besar di sekitar titik jatuhnya.
“Tidak berbahaya, kecuali sekitar titik jatuh berpotensi ada gelombang besar,” ujarnya.
Thomas juga mengatakan tidak bisa menelusuri secara rinci soal asal, dampak dan usia meteor. Sebab data yang dimiliki sangat terbatas.
“Informasi yang bisa disimpulkan bahwa itu batuan antariksa yg orbitnya berpapasan dengan bumi. Batuan antariksa itu sisa pembentukan tata surya,” kata Thomas.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
-

Sederet Fakta Dentuman Keras di Cirebon Diduga Adanya Meteor Jatuh
Bisnis.com, JAKARTA – Sebuah benda asing yang memiliki warna terang disertai dentuman keras terlihat di langit wilayah Cirebon, Jawa Barat pada Minggu (5/10/2025) malam WIB.
Warga mengatakan bola api tersebut melintas dengan cepat, sebelum akhirnya menghilang. Setelah itu terdengar suara dentuman keras.
Meskipun belum dapat dikonfirmasi secara resmi, namun pihak Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menduga bahwa itu adalah meteor.
Diduga meteor jatuh di Laut Jawa
Peneliti BRIN Thomas Jamalludin mengatakan analisis berdasarkan kesaksian, disimpulkan fenomena itu merupakan meteor yang cukup besar yang melintas wilayah tersebut.
“Saya menyimpulkan itu adalah meteor cukup besar yang melintas memasuki wilayah Kuningan – Kabupaten Cirebon dari arah barat daya sekitar pukul 18.35 – 18.39,” ujarnya saat dikonfirmasi Bisnis.
Dia mengatakan berdasarkan kesaksian warga telah terjadi adanya dentuman yang terdengar di wilayah Kuningan dan Kabupaten Cirebon, terdeteksi adanya getaran oleh BMKG Cirebon (ACJM) pada pukul 18:39:12 WIB, dan ada yang menyaksikan bola api yang meluncur dan ada rekaman CCTV pukul 18:35 WIB.
Menurut Thomas, ketika memasuki atmosfer yang lebih rendah meteor bisa menimbulkan gelombang kejut berupa suara dentuman dan terdeteksi oleh BMKG Cirebon pukul 18.39.12 WIB.
“Meteor jatuh di laut Jawa,” tambahnya.
Bukan dari hujan meteor
Thomas mengatakan bahwa meteor yang jatuh tersebut bukan berasal dari hujan meteor.
“Karena ini ukuran cukup besar sehingga menimbulkan gelombang kejut,” ujarnya pada Bisnis.
Pada bulan Oktober 2025 ini, tepatnya pada 5-8 Oktober memang tengah muncul fenomena hujan meteor draconid.
Hujan meteor Draconid berasal dari puing-puing yang mengikuti komet 21P Giacobini-Zinner yang terbakar di atmosfer Bumi.
Meteor-meteor ini berasal dari dekat kepala rasi bintang Draco si naga di langit utara dan hujan meteor ini dapat menghasilkan hingga 10 meteor per jam.
BMKG kumpulkan data
Di sisi lain, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Kertajati masih mengumpulkan data terkait suara dentuman keras disertai bola api terang yang diduga meteor tersebut.
Kepala Tim Kerja Prakiraan, Data, dan Informasi BMKG Kertajati Muhammad Syifaul Fuad menjelaskan dari sisi meteorologi, suara dentuman dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti sambaran petir, aktivitas gempa bumi atau peristiwa longsor.
Namun, kata dia, kondisi cuaca di wilayah Cirebon dan sekitarnya saat kejadian dinyatakan cerah berawan.
“Biasanya suara ledakan atau getaran bisa muncul dari awan konvektif akibat sambaran petir. Berdasarkan citra satelit, tidak ada indikasi awan konvektif di sekitar wilayah Cirebon saat kejadian,” ujarnya dikutip dari Antaranews, Senin.
Fuad menegaskan hingga kini pihaknya belum mencatat adanya aktivitas cuaca ekstrem atau fenomena meteorologis yang signifikan di wilayah tersebut.