Warga TPU Kebon Nanas Ogah Kembalikan Lahan ke Pemprov, Ngaku Punya Izin Lisan dari Yayasan
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com —
Sejumlah warga yang tinggal di atas lahan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kebon Nanas, Jatinegara, Jakarta Timur, mengaku telah memperoleh izin tinggal secara lisan dari pihak yayasan sejak puluhan tahun lalu. Mereka kini mempertanyakan dasar hukum pemerintah yang meminta mereka mengosongkan area tersebut.
Emo, salah satu warga, mengatakan sejak awal masyarakat setempat merasa mendapat persetujuan untuk menempati lahan tersebut dari pihak yayasan. Menurut dia, kesepakatan itu juga mencakup kesediaan warga untuk pergi apabila lahan kembali dibutuhkan oleh yayasan.
“Setahu kami itu milik yayasan dulu, dan kami diizinkan secara lisan untuk tinggal di situ. Kami pun sudah istilahnya ada perjanjian secara lisan, kalau memang yayasan mau pakai itu tanah, kami bersedia mengosongkan tanah itu,” ucap Emo di kantor Kecamatan Jatinegara, Senin (1/12/2025).
Namun, ia mengaku terkejut ketika menerima surat yang meminta warga mengembalikan lahan tersebut kepada pemerintah daerah.
“Nah, dan sekarang tiba-tiba kami dari pihak Pemerintah Daerah atau Pemprov, kami mendapatkan surat untuk mengembalikan lahan,” ujarnya.
“Mengembalikan lahannya ke siapa? Ya, kami enggak mau, karena seharusnya kami ini mengembalikannya ke pihak yayasan.”
Emo menambahkan, selama bertahun-tahun tidak pernah ada teguran dari pihak yayasan. Meski begitu, ia mengaku lupa nama yayasan tersebut.
“Sedangkan sampai dengan hari ini sudah sekian puluh tahun, pihak yayasan enggak pernah mengutak-atik atau menegur kami. Yayasannya kami lupa lagi waktu itu tuh ya. Nanti kami coba cek lagi lah gitu,” katanya.
Karena itu, warga meminta pemerintah membuktikan legalitas penguasaan lahan yang kini dikembalikan kepada Pemprov atau Pemkot.
“Kami berulang kali kemarin menyampaikan bahwa minta legalitas daripada kepemilikan tanah, yang awalnya dari yayasan ke Pemda,” katanya.
“Kami minta keterbukaan informasi kepada masyarakat bahwa tanah yang kami sekarang menjadikan tempat tinggal, ada bukti kepemilikan legalitas dari yayasan ke Pemda,” tambah dia.
Pemerintah Kota Jakarta Timur menyatakan telah menyiapkan langkah penertiban terhadap permukiman warga yang berdiri di atas
TPU Kebon Nanas
dan TPU Kober Rawa Bunga.
Upaya ini dilakukan untuk mengembalikan fungsi lahan sebagai area pemakaman yang selama bertahun-tahun berubah menjadi kawasan hunian padat.
Sekretaris Kota Jakarta Timur Eka Darmawan menegaskan, langkah yang ditempuh bukan penggusuran, melainkan pengembalian fungsi lahan.
“Kami tidak bilang menggusur tapi kami minta dikembalikan. Minta dikembalikan lahan (TPU) yang digunakan mereka,” ujar Eka dalam keterangannya, Jumat (21/11/2025).
Pemkot mencatat ada 280 kepala keluarga atau 517 jiwa yang tinggal dan membangun rumah di atas dua TPU tersebut. Sosialisasi akan dilakukan sebelum pengosongan, dengan tahapan SP1 hingga SP3 yang dijadwalkan dalam dua pekan.
Eka menyebut kebutuhan lahan pemakaman di DKI Jakarta, khususnya Jakarta Timur, kini berada dalam kondisi krisis.
“Karena selama ini kan mereka (warga) menempati lahan, dan belum memahami bahwa kebutuhan lahan (makam) yang ada di Provinsi DKI itu krisis. Terutama di Jakarta Timur,” kata Eka.
Keberadaan permukiman di atas TPU Kebon Nanas bukanlah hal baru. Ketua RT 015/RW 002 Cipinang Besar Selatan, Sumiati, menyebut kawasan itu telah dihuni sejak dekade 1980-an.
“Tahun 1980-an itu yang tinggal di atas pemakaman itu hanya satu kepala keluarga, tapi mulai banyak yang pindah ketika adanya penggusuran,” katanya.
Sebagian warga yang menghuni kawasan itu merupakan korban penggusuran di bantaran kali serta lahan yang sempat direncanakan menjadi kantor Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).
“Dulu sebelum ada KLH itu kan lapangan gitu, terus warga itu ada yang tinggal di pinggir kali di belakang kantor KLH tahun 1997 kena gusur gitu,” ucap Sumiati.
Warga terdampak ketika itu hanya menerima uang kerohiman sebesar Rp 600.000.
“Sementara kan uang segitu untuk ngontrak paling juga bertahan beberapa bulan gitu. Akhirnya mereka pindah lah tuh ke atas pemakaman Cina ini tahun 1997,” ujarnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Cipinang
-
/data/photo/2025/12/01/692d7f1bb88fa.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Warga TPU Kebon Nanas Ogah Kembalikan Lahan ke Pemprov, Ngaku Punya Izin Lisan dari Yayasan Megapolitan 1 Desember 2025
-

Kronologi Kebakaran Gudang Logistik RS Pengayoman Jaktim
Jakarta –
Pemadam kebakaran (damkar) mengungkap kronologi kebakaran gudang logistik di Rumah Sakit (RS) Pengayoman Cipinang, Jatinegara, Jakarta Timur (Jaktim). Mulanya, kebakaran diketahui oleh petugas kebersihan atau cleaning service.
“Kronologi Pak Raka (cleaning service) mencium dan melihat asap di gudang ATK (alat tulis kantor) lantai dua RS Pengayoman,” kata Kasie Operasi Sudin Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jaktim Abdul Wahid, Senin (1/12/2025).
Petugas damkar menerima laporan kebakaran sekitar pukul 07.20 WIB. Petugas kebersihan tersebut sempat berupaya memadamkan api menggunakan alat pemadam api ringan (APAR) sebelum petugas damkar tiba.
“Kemudian mencoba memadamkan api dengan menggunakan APAR dan hydrant gedung,” jelasnya.
Namun, usahanya belum membuahkan hasil. Sehingga pihak RS meminta bantuan damkar untuk memadamkan api.
Sebanyak 12 unit kemudian dikerahkan dengan 60 personel damkar. Petugas tiba di lokasi pukul 07.30 WIB dan langsung melakukan penadaman.
28 Pasien Dievakuasi
Sebelumnya, kebakaran di gudang logistik Rumah Sakit Pengayoman Cipinang, Jatinegara, Jaktim, padam. Ada 28 pasien yang dievakuasi karena kebakaran tersebut.
“Ada 28 pasien yang ada di situ dan sudah dievakuasi,” kata Kasubdit Kerjasama Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas), Rika Aprianti.
Kebakaran terjadi pukul 07.10 WIB di lantai 2 RS Pemasyarakatan Cipinang di gudang penyimpan alat kebersihan dan 1 ruang administrasi. Saat tanda alarm berbunyi, aparat RS Pengayoman langsung berkoordinasi dengan damkar, kepolisian, dan PLN.
Kebakaran di RS Pemasyarakatan Cipinang sudah teratasi sekitar pukul 07.40 WIB. Saat ini dilakukan proses pemulihan di RS Pengayoman.
(rdh/jbr)
-
/data/photo/2025/07/31/688af06cde921.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Warga Penghuni TPU Kebon Nanas Akan Direlokasi ke Rusun Terdekat Megapolitan 29 November 2025
Warga Penghuni TPU Kebon Nanas Akan Direlokasi ke Rusun Terdekat
Editor
JAKARTA, KOMPAS.com
– Pemerintah Kota Jakarta Timur sedang berupaya mencari rumah susun (rusun) terdekat sebagai hunian alternatif bagi warga yang akan direlokasi dari Taman Pemakaman Umum (TPU) Kebon Nanas, Jatinegara, Jakarta Timur.
“Kita berusaha semaksimal mungkin untuk mencari rusun yang paling dekat dengan lokasi tersebut,” kata Wali Kota
Jakarta
Timur Munjirin di Kantor Wali Kota Jakarta Timur, Jumat (28/11/2025).
Meski pemerintah daerah telah menyiapkan sejumlah rusun, sebagian warga mengeluhkan lokasi rusun yang ditawarkan, seperti Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Pulo Jahe dan Rawa Bebek.
Keluhan tersebut muncul karena dinilai terlalu jauh dari tempat tinggal dan aktivitas sehari-hari mereka saat ini.
Menanggapi keluhan tersebut, Munjirin menegaskan bahwa pihaknya terus berupaya mencari pilihan rumah susun yang paling dekat dengan area
TPU Kebon Nanas
agar proses relokasi tidak memberatkan warga.
“Semua orang pasti ingin yang paling dekat, tapi pemerintah daerah sudah menyiapkan sebaik mungkin,” tegas Munjirin.
Munjirin memastikan, proses penataan akan terus berjalan dengan mempertimbangkan kebutuhan warga serta kepentingan publik yang lebih luas, terutama terkait kebutuhan lahan pemakaman di Jakarta.
Sebelumnya, warga yang tinggal di TPU
Kebon Nanas
berharap dapat direlokasi ke rusun yang tak jauh dari tempat tinggalnya sekarang.
“Warga meminta direlokasi ke rusun terdekat. Apabila terjadi relokasi warga pasti minta di rusun yang tidak terlalu jauh,” kata Ketua RW 05 Cipinang Besar Selatan, Hesti Raharjo di Jakarta, Rabu (26/11/2026).
Warga yang sudah puluhan tahun bermukim di TPU Kebon Nanas tak ingin menempuh perjalanan jauh dari tempat tinggal barunya ke tempat kerja, sekolah ataupun kampus.
Sedangkan letak kedua rusun milik Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman DKI Jakarta itu dinilai jauh dari wilayah Kecamatan Jatinegara.
“Karena terkait dengan lokasi kerja orang tua, kemudian sekolah anak-anak. Tapi kita tidak tahu ke depannya untuk warga RW 05 apakah direlokasi ke rusun yang kosong,” ujar Hesti.
Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Timur memang sudah menyatakan akan membantu proses pemindahan sekolah anak-anak warga RW 05 yang terdampak penertiban TPU Kebon Nanas.
Namun, pihaknya belum mendapatkan informasi lebih lanjut terkait nasib warga yang memiliki pekerjaan di wilayah sekitar Kecamatan Jatinegara bila harus direlokasi ke Cakung.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berencana mengembalikan fungsi lahan di TPU Kebon Nanas dan TPU Kober Rawa Bunga yang sudah puluhan tahun digunakan untuk permukiman warga.
Lahan yang digunakan warga untuk permukiman itu akan dimanfaatkan untuk membuka petak makam baru sehingga diharapkan dapat mengatasi masalah krisis lahan makam di Jakarta.
Berdasarkan keterangan warga Kebon Nanas, Pemkot Jakarta Timur telah menyiapkan dua rumah susun sederhana sewa (rusunawa) sebagai lokasi relokasi, yakni Pulo Jahe dan Rawa Bebek.
Penertiban permukiman warga itu dilakukan mengingat 69 TPU yang merupakan aset Dinas Pertamanan dan Hutan Kota (Tamhut) DKI Jakarta sudah penuh atau hanya melayani pemakaman dengan metode tumpang.
Berdasarkan data awal, tercatat 280 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari 517 jiwa yang mendirikan bangunan pada lahan TPU Kebon Nanas dan TPU Kober Rawa Bunga.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/11/08/690f35abbbc51.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
8 Ayah Tiri Alvaro Tewas Diduga Bunuh Diri di Ruang Konseling Polres Jaksel Megapolitan
Ayah Tiri Alvaro Tewas Diduga Bunuh Diri di Ruang Konseling Polres Jaksel
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com —
Terduga penculik dan pembunuh
Alvaro Kiano Nugroho
, Alex Iskandar, tewas diduga bunuh diri di ruang konseling Mapolres Jakarta Selatan pada Minggu (23/11/2025) dini hari. Peristiwa itu terjadi sebelum Alex resmi ditahan sebagai tersangka.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Budi Hermanto menegaskan, tindakan bunuh diri tersebut tidak terjadi di ruang tahanan.
“Yang bersangkutan diduga bunuh diri dalam ruang konseling. Bukan di sel tahanan,” kata Budi kepada wartawan, Senin (24/11/2025).
Kapolres Jakarta Selatan Kombes Nicolas Ary Lilipaly menyampaikan, Alex mengakhiri hidupnya sesaat sebelum proses penahanan sebagai tersangka kasus penculikan Alvaro.
“Iya, untuk sementara satu tersangka, yang sudah ditetapkan jadi tersangka mau ditahan,” ujar Nicolas.
Sebelumnya,
Alvaro Kiano
Nugroho bocah berusia enam tahun yang hilang sejak Maret 2025, ditemukan dalam kondisi meninggal.
Kapolsek Pesanggrahan AKP Seala Syah Alam mengatakan polisi telah menangkap pelaku yang menyebabkan Alvaro hilang dan tewas.
“Alvaro sudah ditemukan dalam keadaan meninggal dunia, dan tersangka sudah diamankan,” kata Seala pada Minggu (23/11/2025).
Alvaro terakhir terlihat di Masjid Jami Al Muflihun, Bintaro, Pesanggrahan, pada Kamis (6/3/2025). Di hari yang sama, seorang pria yang mengaku sebagai ayah Alvaro datang ke masjid untuk mencari bocah tersebut.
Keterangan mengenai kehadiran pria itu baru diketahui keluarga tiga hari setelah Alvaro hilang. Tugimin, kakek Alvaro, mendapatkan informasi tersebut dari marbut masjid.
“Itu ada orang datang, ditanya sama marbut, ‘Pak, cari siapa?’ ‘Cari anak saya. Alvaro katanya kalau shalat di masjid sini.’ ‘Itu ada anaknya di atas.’ Kata marbut begitu,” ungkap Tugimin.
Setelah memberikan informasi itu, marbut kembali beraktivitas menyiapkan ibadah Maghrib dan tidak melihat lagi keberadaan pria tersebut.
Hingga malam hari, Alvaro tidak pulang. Tugimin awalnya tidak curiga karena cucunya kerap bermain bola pada malam hari. Namun, ketiadaan kabar membuatnya waswas.
“Saya sadar untuk mencari itu jam 21.30 WIB. ‘Kok cucu saya belum pulang? Ke mana?’. Saya bilang kayak begitu,” ujarnya.
Ia kemudian menyusuri lokasi terakhir Alvaro terlihat dan menanyakan teman-temannya, namun tidak menemukan petunjuk apa pun.
Tugimin menjelaskan, ayah kandung Alvaro sedang menjalani hukuman dalam kasus narkoba di Lapas Cipinang, sementara sang ibu bekerja di Malaysia. Ia menambahkan bahwa ibu Alvaro telah menikah kembali secara resmi.
“Ibu sama bapaknya itu sudah pisah dan ibunya sudah punya suami lagi. Secara resmi menikah di KUA Kecamatan Pesanggrahan,” kata Tugimin.
Pihak keluarga sempat menelusuri alamat lama keluarga ayah kandung Alvaro, namun mereka sudah pindah.
“Sudah. Saya sudah cek (ke alamat lama), tapi ternyata sudah pindah. Ternyata kepolisian dari Polres Jakarta Selatan itu sudah menemukan tempat alamatnya,” ujar dia.
Tugimin menambahkan bahwa polisi telah membawa kerabat ayah kandung Alvaro untuk ditunjukkan kepada marbut, tetapi ia bukan pria yang terlihat hari kejadian.
“Dan bahkan sampai, suami dari adik bapaknya Alvaro dibawa ke Jakarta untuk ditunjukkan kepada marbut, ternyata yang datang bukan itu,” lanjutnya.
Keluarga telah melaporkan hilangnya Alvaro kepada kepolisian sejak awal.
Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.
Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri.
Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.
Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Anda bisa simak website
Into the Light Indonesia
di bawah ini:
https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/layanan-konseling-psikolog-psikiater/.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/11/24/6923ef617eb64.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
2 Ayah Tiri Disebut Tewas Usai Jasad Alvaro Ditemukan Megapolitan
Ayah Tiri Disebut Tewas Usai Jasad Alvaro Ditemukan
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com —
Terduga pelaku penculikan Alvaro Kiano Nugroho dikabarkan meninggal. Informasi ini diterima nenek Alvaro, Sayem (53), bersamaan dengan kabar bahwa cucunya ditemukan tak bernyawa.
“Terus, saya tanya (ke polisi), ‘Ibu, enggak adanya itu bagaimana maksudnya? Saya enggak ngerti.’ Dijawab, ‘Enggak ada itu sudah meninggal, Alvaronya. Terus tersangka tadi jam 08.00 pagi itu juga katanya bunuh diri’,” ungkap Sayem kepada wartawan di rumah duka, Senin (24/11/2025).
Sayem dan suaminya kemudian ditunjukkan foto berisi batu nisan terduga pelaku, yang merupakan ayah tiri Alvaro, yakni Alex Iskandar.
Hingga kini, ia belum mendapatkan informasi lanjutan terkait detail meninggalnya terduga pelaku tersebut.
Sayem mengaku ingin meluapkan amarahnya terhadap pelaku yang diduga memilih mengakhiri hidup setelah ditangkap. Namun hal itu tidak mungkin dilakukan.
“Pengennya sih marah, tapi gimana ya, orang sudah enggak ada. Kami kan sudah enggak bisa ngomong ke dia lagi,” ujar dia.
Kapolres Jakarta Selatan Kombes Nicolas Ary Lilipaly sebelumnya mengungkapkan bahwa terduga penculik
Alvaro Kiano Nugroho
adalah ayah tiri korban, Alex Iskandar.
Ia juga mengonfirmasi keterangan keluarga Alvaro soal kematian Alex Iskandar.
“Yang diceritakan oleh keluarga korban Alvaro itu benar adanya. Karena itu penyampaian dari pihak kepolisian ke keluarga korban juga,” ucap Nicolas.
Menurut Nicolas, Alex sudah diperiksa sebagai tersangka dan segera ditahan. Namun, Alex tewas dalam masa penangkapan tersebut.
“Sudah diperiksa sebagai tersangka, dan mau ditahan. Karena masih masuk penangkapan. (Tewas) sudah di kantor Polres,” ucap Nicolas.
Untuk lebih jelasnya, kata Nicolas, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Budi Hermanto lewat konferensi pers.
“Tapi, untuk lebih jelasnya, nanti malam ya dengan Pak Kabid Humas (Polda Metro) karena data-datanya, Pak Kabid Humas yang bicara.
Sebelumnya,
Alvaro Kiano
Nugroho, bocah enam tahun yang hilang di Pesanggrahan, Jakarta Selatan, sejak Maret 2025, ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.
Kapolsek Pesanggrahan AKP Seala Syah Alam menyebut polisi telah menangkap orang yang menyebabkan Alvaro hilang dan tewas.
“Alvaro sudah ditemukan dalam keadaan meninggal dunia, dan tersangka sudah diamankan,” ujar Seala, Minggu (23/11/2025).
Alvaro terakhir terlihat di Masjid Jami Al Muflihun, Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, pada Kamis (6/3/2025). Pada hari kejadian, seorang pria yang mengaku sebagai ayah Alvaro datang ke masjid untuk mencari anak tersebut.
Informasi kedatangan pria itu baru diketahui kakek Alvaro, Tugimin, dari marbut masjid tiga hari setelah cucunya dinyatakan hilang.
“Itu ada orang datang, ditanya sama marbut, ‘Pak, cari siapa?’ ‘Cari anak saya. Alvaro katanya kalau shalat di masjid sini.’ ‘Itu ada anaknya di atas.’ Kata marbut begitu,” ungkap Tugimin.
Marbut tidak sempat memperhatikan pergerakan pria itu lebih lanjut karena sibuk menyiapkan buka puasa dan waktu salat Maghrib. Setelah Maghrib, Alvaro tidak kunjung pulang.
Tugimin belum langsung curiga karena cucunya biasa bermain sepak bola pada malam hari.
“Saya sadar untuk mencari itu jam 21.30 WIB. ‘Kok cucu saya belum pulang? Ke mana?’. Saya bilang kayak begitu,” ujarnya.
Sebagai pensiunan petugas pemadam kebakaran Lebak Bulus, Tugimin langsung menyusuri lokasi terakhir cucunya terlihat dan menanyai teman-teman bermain Alvaro, namun hasilnya nihil.
Diketahui, ayah kandung Alvaro sedang menjalani hukuman kasus narkoba di Lapas Cipinang, sementara ibunya bekerja di Malaysia.
“Ibu sama bapaknya itu sudah pisah dan ibunya sudah punya suami lagi. Secara resmi menikah di KUA Kecamatan Pesanggrahan,” tegas Tugimin.
Keluarga juga telah mendatangi alamat terakhir keluarga ayah kandung Alvaro, tetapi mereka diketahui sudah pindah. Arah keberadaan keluarga tersebut kemudian ditemukan polisi.
“Sudah. Saya sudah cek (ke alamat lama), tapi ternyata sudah pindah. Ternyata kepolisian dari Polres Jakarta Selatan itu sudah menemukan tempat alamatnya,” ujarnya.
“Dan bahkan sampai, suami dari adik bapaknya Alvaro dibawa ke Jakarta untuk ditunjukkan kepada marbut, ternyata yang datang bukan itu,” lanjutnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/07/31/688af05aab5bd.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kebingungan Warga TPU Kebon Nanas: Dapat Surat Pengosongan Rumah, tapi Ogah Direlokasi Megapolitan 24 November 2025
Kebingungan Warga TPU Kebon Nanas: Dapat Surat Pengosongan Rumah, tapi Ogah Direlokasi
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Sejumlah warga RT 015/RW 002 Cipinang Besar Selatan, Jatinegara, Jakarta Timur, mengaku bingung setelah menerima surat pengosongan rumah pada 19 November 2025.
Rumah-rumah mereka itu diketahui berdiri di atas lahan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kebon Nanas.
Sehari setelah menerima surat tersebut, warga langsung mengikuti sosialisasi dari Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Timur.
“Kalau dari RT sendiri sih sudah diinfokan (soal pengosongan rumah). Tanggapan warga, mereka dengan adanya sosialisasi itu ya sudah pasti kaget ya, karena itu tiba-tiba mendadak tanggal 19 (November) dapat surat, tanggal 20-nya ada sosialisasi,” ungkap Ketua RT 015/RW 002, Sumiati, saat dikonfirmasi, Minggu (23/11/2025).
Sebagai solusi,
Pemkot Jakarta Timur
menyiapkan dua Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) untuk relokasi, yakni di Pulo Jahe dan Rawa Bebek.
Namun sebagian besar warga menolak dengan alasan lokasi kedua rusunawa itu terlalu jauh dan harus membayar sewa bulanan yang dianggap memberatkan.
“Warga minta sebenarnya tidak mau dipindah ke rusun yang pertama itu kan jauh dan yang kedua juga mereka nanti akan selamanya sewa, bayar tiap bulan,” jelas Sumiati.
Ia menambahkan, warga justru menginginkan hunian dengan skema DP 0 persen agar bisa mencicil dan memiliki tempat tinggal secara permanen.
“Menurut mereka kalau yang DP 0 persen walaupun tiap bulan bayar dengan jangka waktu misalnya 15 tahun atau 20 tahun, nanti akan menjadi milik mereka, kalau rusun awal kan mereka akan bayar terus selamanya gitu dan mereka tidak bisa memiliki,” jelasnya.
Selain masalah biaya dan kepemilikan, warga juga memikirkan nasib anak-anak mereka yang selama ini sekolah di sekitar
TPU Kebon Nanas
.
“Mereka juga pasti punya anak-anak yang sekolah SD, SMP, SMA gitu di sekitaran (TPU Kebon Nanas) tempat tinggal mereka gitu, kalau misalnya dipindah kan udah pasti anak sekolahnya ini gimana,” jelas Sumiati.
Ia menuturkan, beberapa orangtua merasa resah jika pindah ke rusun yang jauh karena anak-anak mereka harus berangkat pukul 05.00 WIB untuk mengejar jam masuk sekolah pukul 06.30 WIB.
“Terus juga kalau misalnya jauh kan dipikir juga soal transportasi kalau anak-anak ini berangkat sementara kan mereka jauh, jadi kalau, masuk sekolahnya jam setengah tujuh paling tidak mereka jam lima harus sudah berangkat,” tuturnya.
Warga berharap Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung mendengar keluhan mereka terkait rencana relokasi.
Sumiati menyebut sebagian besar warga di lingkungannya memilih Pramono pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2024.
“Iya, memilih dan mereka itu 80 persen atau 90 persen itu memilih Pak Pramono Anung. Nah, kalau dengan adanya penggusuran ini saya harapkan juga sampai ke telinga gubernur ya,”
Di sisi lain, Ketua RW 002, Muhammad Yusuf, mengatakan warga bingung karena sebagian dari mereka mengaku memiliki bukti legalitas atas lahan yang ditempati meski berada di area makam.
Ia menyebut beberapa warga membeli lahan tersebut dari yayasan yang dahulu mengelola TPU.
“Di warga kami ada beberapa yang sudah terjadi transaksi jual beli yang sah pak, atas nama yayasan dan tanda tangan dari ahli waris (makam),” kata Yusuf saat dikonfirmasi, Minggu.
Menurut dia, pada 2018 warga juga mengikuti program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL). Beberapa bidang lahan bahkan disebut sudah memiliki Akta Jual Beli (AJB) dan sertifikat.
“Karena sudah terdaftar di BPN. Pengurusan PTSL teregister 2018, Kasi Pemerintah (Kelurahan) saat itu pun mengiyakan kalau itu bukan lahan Pemda,” ujar Yusuf.
Sekretaris Kota Jakarta Timur, Eka Darmawan, menegaskan bahwa langkah yang diambil Pemkot Jakarta Timur bukanlah penggusuran, melainkan pengembalian fungsi lahan pemakaman yang selama bertahun-tahun berubah menjadi kawasan hunian padat penduduk.
“Kami tidak bilang menggusur tapi kita minta dikembalikan. Minta dikembalikan lahan (TPU) yang digunakan mereka,” kata Sekretaris Kota Jakarta Timur, Eka Darmawan, dalam keterangannya pada Jumat (21/11/2025).
Berdasarkan pendataan, terdapat 280 kepala keluarga atau 517 jiwa yang tinggal di atas dua TPU, yakni Kebon Nanas dan Kober Rawa Bunga.
Proses pengosongan dilakukan secara berjenjang melalui SP1, SP2, dan SP3, dengan target dua minggu.
”
Deadline
-nya untuk pengosongan ini kira tahapannya dalam waktu dua minggu. Kita kasih SP 1, SP 2, dan SP 3 terlebih dahulu,” kata Eka.
Eka menjelaskan penertiban dilakukan karena kebutuhan lahan pemakaman di DKI Jakarta dalam kondisi kritis, terutama di Jakarta Timur.
“Karena selama ini kan mereka (warga) menempati lahan, dan belum memahami bahwa kebutuhan lahan (makam) yang ada di Provinsi DKI itu krisis. Terutama di Jakarta Timur,” ujar Eka.
(Penulis: Febryan Kevin Candra Kurniawan, Ruby Rachmadina)
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

/data/photo/2025/11/24/69246018d5c72.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/11/24/6924656fd2077.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)