Pengamat Militer: Kopassus Fokus Jaga Kedaulatan Negara, Bukan Urus Premanisme
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Pengamat militer dan Ketua Badan Pekerja Centra Initiative,
Al Araf
, menilai pernyataan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen
Kopassus
) Mayjen TNI Djon Afriandi terkait penindakan terhadap
premanisme
kurang tepat.
Araf mengatakan, Kopassus mestinya fokus menjaga kedaulatan negara dari konflik geopolitik sehingga tidak ikut mengurus premanisme.
“Pernyataan
Danjen Kopassus
kurang tepat. Itu yang pertama. Yang kedua, militer dan Kopassus fokus dalam menjaga kedaulatan negara, memerhatikan geopolitik tentang kemungkinan konflik di Laut China Selatan, sehingga semua kemampuan TNI harus bersiap menghadapi kemungkinan terburuk termasuk perang, bukan dengan mengurus persoalan premanisme,” kata Araf saat dihubungi, Minggu (27/4/2025).
Araf menjelaskan, aksi premanisme yang terjadi belakangan bersifat
individual crime responsibility
atau tanggung jawab kejahatan individu.
Menurutnya, mereka yang terlibat harus diproses sesuai mekanisme hukum untuk membuktikan apakah benar terlibat dalam aksi premanisme atau tidak.
“Sehingga mereka bisa diproses hukum oleh polisi, jaksa, dan oleh pengadilan. Militer dan Kopassus bukan bagian dari penegak hukum, sehingga salah dan keliru jika mereka terlibat dalam proses itu,” ujarnya.
Lebih lanjut, Araf mengatakan, penanganan premanisme dengan cara hukum pernah terjadi di era Orde Baru dengan mekanisme extrajudicial killing atau kasus penembakan misterius (Petrus).
Namun, kata dia, hal tersebut mengakibatkan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat.
“Ada yang bukan preman, dianggap preman, mati. Ada yang preman juga mungkin ditembak mati. Itu enggak boleh terjadi. Mereka warga negara Indonesia yang kalau mereka melakukan kejahatan harus diproses hukum. Dibuktikan di dalam proses hukum. Bukan ditembak,” ucap dia.
Sebelumnya, Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus) Mayjen TNI Djon Afriandi menegaskan bahwa segala bentuk aksi premanisme harus ditindak tegas, termasuk bila dilakukan oleh kelompok yang mengatasnamakan organisasi kemasyarakatan (
ormas
).
Meski demikian, Djon mengatakan, masyarakat juga harus membedakan antara ormas dan premanisme agar tidak terjadi generalisasi negatif terhadap semua ormas di Indonesia.
“Kita harus pisahkan.
Ormas
itu tidak semuanya preman, dan premanisme juga tidak semuanya tergabung di ormas,” kata Djon saat ditemui di Lapangan Ateng Sutresna, Cijantung, Jakarta Timur, Sabtu (26/4/2025).
Djon menambahkan, selama ormas bersifat positif dan mendukung kebijakan pemerintah serta menjaga ketertiban, maka keberadaannya tentu bermanfaat.
Namun, jika ormas justru mengganggu stabilitas dan ketertiban masyarakat, perlu dilakukan tindakan hukum yang tegas. “Kalau sudah menghambat, mengganggu stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat, berarti harus ditindak,” ujarnya.
Djon menekankan bahwa premanisme pada dasarnya merupakan tindakan yang merugikan masyarakat karena cenderung memaksakan kehendak dan mengambil hak orang lain secara paksa.
“
Premanisme
itu sudah pasti negatif. Mereka ingin penghasilan besar tanpa mau bekerja keras, dan biasanya memaksakan kepentingan pribadi atau kelompok dengan cara yang salah. Itu jelas salah,” ucapnya.
Danjen Kopassus mengatakan pentingnya peran aparat kepolisian dalam memberantas praktik premanisme.
Selain itu, masyarakat juga diajak untuk turut berpartisipasi melawan tindakan-tindakan yang merusak kehidupan sosial.
“Tugas menindak itu tentu ada pada kepolisian. Tapi, masyarakat juga harus berani melawan karena premanisme itu tidak baik dan tidak boleh dibiarkan,” imbuhnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Cijantung
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2511479/original/083800700_1543557195-20181130-Pasukan-Gabungan-Tallo10.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Danjen Kopassus: Ormas Ganggu Keamanan Harus Ditindak – Page 3
Liputan6.com, Jakarta – Komandan Jenderal (Danjen) Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD Mayjen TNI Djon Afriandi mengatakan bahwa kelompok oknum organisasi kemasyarakatan (ormas) yang mengganggu stabilitas keamanan dan ketertiban harus ditindak.
Danjen Kopassus memahami bahwa ormas dan premanisme merupakan dua hal yang berbeda dan harus dipisahkan. Namun, kegiatan-kegiatan kelompok ormas yang mengarah pada aksi premanisme harus dilawan.
“Nanti ada tugasnya polisi, kemudian akan melibatkan masyarakat untuk bisa melawan karena itu memang tidak baik,” kata Mayjen TNI Djon usai membuka acara Hari Gembira dengan 4.000 anak-anak di Markas Kopassus Cijantung, Jakarta, Sabtu (26/4) seperti dilansir Antara.
Mayjen TNI Djon mengatakan bahwa ormas yang ada saat ini tidak semuanya berisi preman. Begitu pula tidak semua preman tergabung ke dalam ormas.
Jika ormas-ormas melakukan kegiatan yang positif dan mendukung pemerintah, menurut dia, keberadaan ormas akan bermanfaat.
Namun, jika kegiatan kelompok-kelompok di dalam ormas tersebut berhubungan premanisme, lanjut dia, akan berdampak negatif.
Ia menganggap bahwa premanisme merupakan orang-orang yang tidak ingin kerja, tetapi harus punya pendapatan yang besar.
“Dia memaksakan kepentingan kelompoknya, perorangannya, dengan mengambil hak-hak orang lain,” katanya.
-

Ogah Kerja, Mau Pendapatan Besar!
GELORA.CO – Komandan Jenderal (Danjen) Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD Mayjen TNI, Djon Afriandi, meminta seluruh pihak melawan organisasi kemasyarakatan (ormas) pengganggu ketertiban. Afriandi memahami bahwa ormas dan premanisme itu berbeda.
“Nanti ada tugasnya polisi, kemudian akan melibatkan masyarakat untuk bisa melawan, karena itu memang tidak baik,” katanya usai membuka acara Hari Gembira dengan 4.000 anak-anak di Markas Kopassus Cijantung, Jakarta, Sabtu (26/4/2025).
Mayjen TNI Djon mengatakan bahwa ormas yang ada saat ini tidak semuanya berisi preman. Begitu pula tidak semua preman tergabung ke dalam ormas.
Jika ormas-ormas melakukan kegiatan yang positif dan mendukung pemerintah, menurut dia, keberadaan ormas akan bermanfaat.
Sebaliknya, kalau kegiatan kelompok-kelompok di dalam ormas tersebut berhubungan premanisme, lanjut dia, akan berdampak negatif.
Menurutnya, premanisme merupakan orang-orang yang tidak ingin kerja, tetapi harus punya pendapatan yang besar.
“Dia memaksakan kepentingan kelompoknya, perorangannya, dengan mengambil hak-hak orang lain,” tandasnya.
-
/data/photo/2024/03/08/65eaf99403f20.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kopassus Bakal Tindak Aksi Premanisme, Termasuk yang Mengatasnamakan Ormas Nasional 26 April 2025
Kopassus Bakal Tindak Aksi Premanisme, Termasuk yang Mengatasnamakan Ormas
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (
Danjen Kopassus
) Mayjen TNI
Djon Afriandi
menegaskan bahwa segala bentuk aksi
premanisme
harus ditindak tegas, termasuk jika dilakukan oleh kelompok yang mengatasnamakan organisasi kemasyarakatan (
ormas
).
Meski begitu, Djon menekankan, masyarakat juga harus membedakan antara ormas dan premanisme agar tidak terjadi generalisasi negatif terhadap semua ormas di Indonesia.
“Kita harus pisahkan.
Ormas
itu tidak semuanya preman, dan premanisme juga tidak semuanya tergabung di ormas,” kata Djon saat ditemui di Lapangan Ateng Sutresna, Cijantung, Jakarta Timur, Sabtu (26/4/2025).
Menurut Djon, selama ormas bersifat positif dan mendukung kebijakan pemerintah serta menjaga ketertiban, maka keberadaannya tentu bermanfaat.
Akan tetapi, jika ormas justru mengganggu stabilitas dan ketertiban masyarakat, perlu dilakukan tindakan hukum yang tegas.
“Kalau sudah menghambat, mengganggu stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat, berarti harus ditindak,” kata Danjen Kopassus.
Djon menambahkan bahwa premanisme pada dasarnya merupakan tindakan yang merugikan masyarakat karena cenderung memaksakan kehendak dan mengambil hak orang lain secara paksa.
“
Premanisme
itu sudah pasti negatif. Mereka ingin penghasilan besar tanpa mau bekerja keras, dan biasanya memaksakan kepentingan pribadi atau kelompok dengan cara yang salah. Itu jelas salah,” ucapnya.
Djon menekankan pentingnya peran aparat kepolisian dalam memberantas praktik premanisme. Tidak hanya itu, masyarakat juga diajak untuk turut berpartisipasi melawan tindakan-tindakan yang merusak kehidupan sosial.
“Tugas menindak itu tentu ada pada kepolisian. Tapi, masyarakat juga harus berani melawan karena premanisme itu tidak baik dan tidak boleh dibiarkan,” imbuhnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Danjen Kopassus Pimpin Sertijab Jajaran: Jaga Soliditas-Kekompakan
Jakarta –
Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus, Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Djon Afriandi, berpesan kepada jajarannya agar menjaga soliditas, kesetiaan dan kehormatan. Dia menekankan Kopassus adalah penjaga kedaulatan negara dan pelindung rakyat.
“Saya berpesan, jaga soliditas dan kekompakan. Jalin sinergi yang kuat dengan seluruh komponen bangsa, dan tanamkan nilai-nilai luhur dalam setiap gerak dan langkah Prajurit Kopassus, yaitu disiplin adalah nafas kita, kesetiaan adalah kebanggaan kita dan kehormatan adalah segalanya,” kata Djon dalam keterangan tertulis Penerangan Kopassus, Senin (21/4/2025).
Dia meminta jajaran untuk mengingat selalu bahwa tugas Kopassus adalah menjaga kedaulatan negara dan melindungi rakyat Indonesia.
Djon menekankan pesan ini saat upacara dan acara ramah tamah sertijab sejumlah pejabat strategis, yang dihadiri para pejabat utama Kopassus, dan Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Cabang BS Kopassus beserta jajaran.
Dalam prosesi ini, Danjen Kopassus memimpin sertijab untuk sejumlah jabatan seperti Komandan Grup 1, Grup 2, dan Satuan 81 Kopassus, serta Asisten Operasi (Asops), Asisten Personel (Aspers), Asisten Logistik (Aslog), dan Asisten Teritorial (Aster) Kopassus. Djon juga menyerahkan jabatan Dandenma Kopassus.
Upacara berlangsung di Lapangan Ahmad Kirang dan Gedung Halilintar Satuan 81 Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur (Jaktim).
(aud/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
/data/photo/2024/01/09/659d05dd3fbb1.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/04/26/680c59cf5a428.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)

