kab/kota: Ciganjur

  • Yenny Wahid Sebut Wacana Muktamar Luar Biasa NU Upaya Pecah Belah

    Yenny Wahid Sebut Wacana Muktamar Luar Biasa NU Upaya Pecah Belah

    Jakarta, CNN Indonesia

    Putri Presiden ke-4 RI Abdurrachman Wahid (Gus Dur), Yenny Wahid, menolak wacana Muktamar Luar Biasa Nahldlatul Ulama (MLB NU). Ia menilai gerakan itu akan memecah-belah NU.

    “Saya tidak setuju dengan adanya wacana dan gerakan Muktamar Luar Biasa Nahldlatul Ulama. Apapun motif dan tujuan yang akan dicapai. Ini hanyalah sebuah hal yang hanya akan memecah belah NU,” kata Yenny di sela acara Haul ke-15 Gus Dur di Ciganjur, Jakarta, dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (22/12).

    Yenny menyatakan berkembangnya wacana MLB hanya membuat gusar pengurus dan warga NU. Menurutnya, gerakan ini tak mempertimbangkan persoalan nyata yang dihadapi warga NU.

    “Yang akan terjadi kasihan umat di bawah. Umat bingung melihat para elitenya bertengkar, bahkan mau saling menjatuhkan dan menjungkalkan,” ucapnya.

    Yenny pun berharap siapapun yang mendalangi gerakan MLB NU untuk mengurungkan niat.

    Ia menyatakan apabila kelompok yang mendorong MLB NU melihat ada persoalan di tubuh NU, sebaiknya diselesaikan dengan duduk bersama untuk mencari jalan keluar.

    Yenny pun khawatir kondisi ini justru dimanfaatkan dan ditunggangi oleh kelompok lain, sehingga makin memperburuk kondisi NU.

    “Jangan sampai kemudian malah NU disusupi kepentingan-kepentingan dari luar, apalagi kepentingan politik sempit. Tolong NU ini harus dijaga karomahnya, karomah para kiai. Semua pihak menahan diri agar NU tidak terpuruk lagi,” ujar dia.

    MLB NU rencananya digelar pada Januari 2025. Lokasi pelaksanaannya belum ditentukan. Namun diperkirakan akan digelar di Surabaya, Bangkalan, atau Cirebon.

    Salah satu agenda yang telah dilakukan ialah forum Pra MLB NU yang digelar di Surabaya hingga Jombang pada 17-21 Desember 2024.

    Salah satu hasil usulan yang muncul dalam forum itu adalah desakan kepada Sekjen PBNU Saifullah Yusuf alias Gus Ipul untuk mundur dari posisinya.

    Selain itu, forum Pra MLB juga telah menginventarisasi nama-nama tokoh kiai calon anggota Ahlul Halli wal Aqdi (AHWA) dan calon Ketua Umum PBNU baru yang nantinya akan diusulkan dalam forum MLB.

    “Sementara untuk calon Ketua Umum, ada beberapa nama dari internal PBNU saat ini, serta beberapa Ketua PWNU & Kader NU yang berkualitas secara keilmuan dan teruji dari pengalaman berorganisasinya, kecuali Ketua Umum saat ini,” kata Ketua Panitia Pelaksana Pra-MLB NU, Mas Maftuh melalui keterangan tertulisnya, Sabtu (21/12).

    (mnf/tsa)

    [Gambas:Video CNN]

  • Cerita Menag Kenang Perjalanan Spiritual dengan Gus Dur ke Makam Guru Para Wali Songo

    Cerita Menag Kenang Perjalanan Spiritual dengan Gus Dur ke Makam Guru Para Wali Songo

    Jakarta, Beritasatu.com – Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar memiliki perjalanan spiritual cukup bersejarah dengan mantan Presiden RI almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ketika ziarah ke makam guru para Wali Songo di Tosora, Sulawesi Selatan (Sulsel).

    “Nah di sini kita akan lihat, dahulu saya termasuk beberapa kali ikut mendampingi beliau menyejarahi makam-makam tertentu. Pengalaman itu ketika kami menziarahi gurunya Wali Songo, Syekh Jamaluddin di Tosora,” kata Nasaruddin Umar dalam pidatonya pada acara haul Gus Dur yang ke-15 di Ciganjur, Jakarta Selatan, Sabtu (22/12/2024) dilansir Antara.

    Menurut Menag Nasaruddin Umar, perjalanan spiritual bareng Gus Dur itu menempuh medan sulit untuk bisa menembus makam syekh guru para Wali Songo itu. Dengan medan cukup berat, dirinya bersama Gus Dur harus datang berkali-kali untuk mencapai makam tersebut.

    “Pertama kali ke sana tidak bisa tembus karena kita pinjam mobil sedan Profesor Masyihat. Batunya sebesar kepala, rusak itu mobil dan tidak bisa sampai,” kata dia.

    Sementara pada perjalanan kedua, kata Menag Nasaruddin Umar, menggunakan jeep dan akhirnya sampai ke makam itu. Pada saat itu, tidak ada yang mengenal syekh Jamaluddin. “Gus Dur pada waktu itu menyatakan inilah guru sejati dari para Wali Songo. Siapa yang memberitahu Gus Dur? Gus Dur tidak memberitahu,” tambah dia.

    Hingga pada akhirnya, makam tersebut banyak dikunjungi peziarah yang mengharapkan barokah syekh Jamaluddin yang dipercaya Gus Dur sebagai guru para Wali Songo yang terkenal dalam menebarkan Islam di Nusantara. “Belakangan kami ke Malaysia dan akhirnya banyak orang Malaysia juga mengunjungi makam guru Wali Songo syekh Jamaluddin di Tosora itu,” tutur dia.

    Dalam acara haul Gus Dur yang membahas makam guru Wali Songo, hadir Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifatul Fauzi, Menteri Sosial Saifullah Yusuf, serta Mahfud MD.

  • Gunakan Kekuasaan untuk Layani Masyarakat, Bukan Diri Sendiri

    Gunakan Kekuasaan untuk Layani Masyarakat, Bukan Diri Sendiri

    loading…

    Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid putri Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menyampaikan warisan penting dari ayahnya. Foto/SIDNOnews/ari sandita murti

    JAKARTA – Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid putri Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menyampaikan warisan penting dari ayahnya. Pesan tersebut adalah keberanian menggunakan kekuasaan untuk melayani masyarakat bukan diri sendiri.

    Hal itu disampaikan Yenny dalam gelaran Haul ke-15 Gus Dur di komplek Jalan Al Munawaroh, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Sabtu (21/12/2024) malam.

    “Salah satu warisan penting Gus Dur yang ingin saya sampaikan adalah keberaniannya menggunakan kekuasaan tuk melayani masyarakat, bukan tuk melayani dirinya sendiri,” ujar Yenny Wahid dalam sambutannya di lokasi, Sabtu (21/12/2024) malam.

    Adapun Yenny Wahid yang mewakili keluarga besar Gus Dur dalam gelaran Haul ke-15 Gus Dur itu mengawali sambutannya dengan sebuah tembang Jawa gubahan Sultan Agung Hanyokrokusumo di abad ke-15. Tembang itu berkisah tentang kewajiban manusia tuk mencari hakikat kehidupan dan hidup yang hakiki abadi.

    “Manusia punya kewajiban yang satu yaitu mengetahui hakikat ilmu. Hakikat ilmu itu terangkum dalam aksara dan asal mula aksara hanya satu yaitu alif. Alif inilah yang menjadi petunjuk yang memuat seluruh substansi kegaiban,” tuturnya.

    Yenny mengungkap, tembang tersebut mengingatkan dalam kehidupan manusia, secerdas apa pun manusia, sepintar apa pun manusia, seberkuasa apa pun, dan sekuat-kuatnya manusia, tetap hakikat kehidupan yang paling utama adalah untuk mencari jalan Ilahi. Itu ditujukan oleh alif yang menjadi petunjuk.

    “Saya berdiri bukan hanya sebagai anak ke-2 Gus Dur, tapi juga sebagai saksi hidup yang melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Gus Dur menjalani hidupnya dengan satu prinsip, yaitu menajamkan nurani dan membela yang lemah,” jelasnya.

    Yenny menjabarkan, banyak orang mengenang Gus Dur sebagai sosok yang tak bisa melihat secara fisik, tetapi nuraninya begitu tajam. Jauh lebih tajam daripada orang-orang yang memiliki penglihatan sempurna.

    Yenny menambahkan, dengan nuraninya itulah Gus Dur mampu melihat ketidakadilan, mampu mendengar jeritan hati rakyat kecil di tengah kebisingan kekuasaan. Salah satu warisan penting Gus Dur yang ingin dia sampaikan adalah keberaniannya menggunakan kekuasaan untuk melayani masyarakat, bukan untuk melayani dirinya sendiri.

    “Gus Dur memahami bahwa kekuasaan adalah amanah, bukan alat untuk memanipulasi ataupun merugikan rakyat. Kebijakan pemerintah atas rakyatnya harus didasarkan pada kemaslahatan yang ada di tengah masyarakat,” katanya.

    (cip)

  • Haul ke-15 Gus Dur, Menag Sampaikan Pesan Pentingnya Doakan Orang yang Sudah Wafat

    Haul ke-15 Gus Dur, Menag Sampaikan Pesan Pentingnya Doakan Orang yang Sudah Wafat

    loading…

    Menag Nasaruddin Umar menyampaikan pesannya pada Haul ke-15 KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di Komplek Jalan Al Munawaroh, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan tadi malam. Foto/SINDOnews/ari sandita murti

    JAKARTA – Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menyampaikan pesannya pada Haul ke-15 KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di Komplek Jalan Al Munawaroh, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Sabtu (21/12/2024) malam. Menag mengatakan, Gus Dur kerap mendoakan orang yang sudah wafat.

    Nasaruddin menceritakan tentang keteladanan Gus Dur dalam mendoakan seseorang. Salah satunya kala Gus Dur mendatangi makam Guru Walisongo, Syekh Jamaluddin Akbar al-Husaini atau Maulana Husain Jumadil Kubro di Desa Tosora, Kecamatan Majauleng, Kabupaten Wajo. Padahal, sejatinya kala itu masih banyak orang yang tak tahu tentang sosok Syekh Jamaluddin.

    “Gus Dur pada waktu itu menyatakan inilah guru sejati daripada Walisongo. Siapa yang memberitahu Gus Dur, Gus Dur tak memberitahu. Belakangan kami ke Malaysia dan akhir-akhir ini banyak orang Malaysia yang mengunjungi Tosora di Kabupaten Wajo itu, itu betul gurunya Walisongo,” ujarnya di lokasi, Sabtu (21/12/2024).

    Nasaruddin menerangkan, spirit orang wafat itu sebetulnya tak pernah benar-benar mati karena manusia itu wujud abadi, Tuhan itu wujud azali, dan alam semesta ini wujud Baharu. Sekali jadi manusia, tak pernah berhenti jadi manusia, sampai nanti akhir neraka itu.

    “Jadi kalau ada orang mengatakan mati dalam arti total itu sesungguhnya tak seperti itu kata Al-Qur’an, dia cuma pindah ke terminal berikutnya kok. Gus Dur sekarang ini sedang menikmati parcel yang dikirimkan oleh orang hidupnya. Doa yang kita panjatkan, kita doakan pada orang mati, kita baca dalam kitab-kitab kuning, jadi doa kita itu menjelma menjadi parcel yang menghibur orang yang sudah wafat,” katanya.

    Nasaruddin mengungkapkan, orang-orang yang tak pernah mendapatkan kiriman hidup, tak pernah dihaulkan sebagaimana dalam Haul ke-15 Gus Dur, itulah yang menderita karena harus mengantri pada hari Jumat sebagaimana kata Imam Al Ghazali. Pasalnya, pada hari Jumat, khotbah kedua ada doa yang wajib dibaca oleh para khatib, yang mana doa itu menjadi rebutan bagi orang-orang yang telah wafat.

    “Begitu kata-kata Wal Akhwat maupun yang sudah wafat, jadi artinya muslim laki-laki dan perempuan, mukmin laki-laki dan perempuan, baik masih hidup maupun sudah wafat, begitu yang wafat disebutkan, bagaikan anak ayam yang ditaburi dengan benih, rebutan mereka itu, ada mantan menteri, ada mantan gubernur,” bebernya.

    “Kenapa? Karena doanya khatib di khotbah kedua itu, itu yang ditunggu-tunggu oleh mereka-mereka yang tak pernah ada mendoakan. Tapi banyak orang santai di situ duduk, bapak ibu kenapa enggak ikut rebutan, saya tak perlu rebutan, anak saya di pondok pesantren, yang setiap habis salat 5 waktu dikirimkan saya surat Al Fatihah,” kata Nasaruddin.

    (cip)

  • Di Haul Ke-15 Gus Dur, Yenny Wahid Suarakan Pentingnya Reformasi Kepolisian Agar Tak Cepat “Main Dor”

    Di Haul Ke-15 Gus Dur, Yenny Wahid Suarakan Pentingnya Reformasi Kepolisian Agar Tak Cepat “Main Dor”

    Di Haul Ke-15 Gus Dur, Yenny Wahid Suarakan Pentingnya Reformasi Kepolisian Agar Tak Cepat “Main Dor”
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Putri Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur),
    Yenny Wahid
    mengatakan, aparat kepolisian perlu melakukan reformasi menyeluruh dalam lembaganya.
    Reformasi ini menurutnya penting untuk memastikan bahwa kepolisian tidak lagi “trigger happy” atau mudah menarik pelatuk pistol.
    “Tugas kita bersama adalah mengembalikan polisi dan semua lembaga negara pada fitrahnya: menjadi pelindung rakyat, bukan pelindung kepentingan segelintir orang,” ujar Yenny dalam sambutannya pada acara
    Haul ke-15 Gus Dur
    di Ciganjur, Sabtu (21/12/2024).
    Yenny mengungkapkan, salah satu keputusan terbesar Gus Dur dalam menegakkan demokrasi di Indonesia adalah memisahkan kepolisian dari Tentara Nasional Indonesia (TNI).
    Langkah ini, menurut Yenny, bukanlah keputusan yang mudah, mengingat pada masa Orde Baru, kepolisian dan TNI berada dalam satu komando, yang menciptakan potensi penyalahgunaan kekuasaan serta represi terhadap masyarakat.
    “Gus Dur dengan kejernihan pikirannya, memahami bahwa untuk mewujudkan negara yang benar-benar demokratis, kita harus memastikan bahwa kepolisian menjadi institusi sipil yang berfungsi untuk rakyat, bukan sebagai alat kekuasaan yang menindas,” tegasnya.
    Yenny juga memberikan apresiasi terhadap TNI yang telah belajar dari kesalahan masa lalu dan kini menerapkan disiplin diri yang kuat agar tidak terlibat dalam politik praktis.
    Bahkan, menurut Yenny, pemilihan Presiden Prabowo Subianto yang terpilih melalui mekanisme demokrasi adalah bukti bahwa TNI kini lebih berhati-hati dalam hal politik.
    Namun, fenomena yang berbeda terjadi pada aparat kepolisian. Polisi yang seharusnya melindungi rakyat justru kini menjadi ancaman bagi masyarakat.
    Yenny menyebutkan beberapa kasus kekerasan yang melibatkan kepolisian, seperti peristiwa di SMKN 4 Semarang, Jawa Tengah, serta pembunuhan seorang warga di Palangkaraya.
    “Mereka adalah contoh-contoh kecil dari para korban abuse of power dari aparat kepolisian,” ujarnya.
    Amnesty Internasional mencatat bahwa pada 2024 terdapat 116 kasus yang melibatkan polisi, dengan 29 di antaranya berupa pembunuhan di luar hukum dan 26 kasus lainnya terkait penyiksaan dan tindakan kejam. Selain itu, Kontras mencatat 645 kasus kekerasan yang melibatkan kepolisian.
    Yenny mengajak semua orang untuk merasakan sejenak apa yang dirasakan Gus Dur ketika ia melihat ketidakadilan, kebrutalan, serta masyarakat yang terabaikan dan tertindas.
    “Bayangkanlah sejenak bagaimana perasaan kita jika kita berada di posisi mereka yang selalu dipinggirkan—mereka yang suaranya tak didengar, yang hak-haknya diinjak-injak. Apakah kita akan diam begitu saja? Apakah kita akan membiarkan mereka terus berada dalam kesulitan?” tandasnya.

    Haul Ke-15 Gus Dur
    bertemakan “Menajamkan Nurani, Membela yang Lemah” dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional, di antaranya Menteri Agama Nasaruddin Umar, Wakil Ketua Umum PBNU Zulfa Mustofa, Zawawi Imron, Mahfud MD, KH Musthofa Bisri (Mustasyar PBNU), Menteri PPPA Arifatul Choiri Fauzi.
    Terlihat juga Gubernur DKI terpilih Pramono Anung dan Wakilnya Rano Karno, Wakil Bupati Cianjur terpilih Ramzi. Penyanyi Yuni Shara, Krisdayanti, Ketua KPU RI Afifuddin, mantan Menag Lukman Hakim Saifuddin, KH Husein Muhammad.
    Haul ke-15 Gus Dur diharapkan menjadi momen untuk menghidupkan kembali nilai-nilai perjuangan Gus Dur serta mempererat silaturahmi antar masyarakat dari berbagai latar belakang.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pembredelan Seni Yos Suprapto, Yenny Wahid: Negara Jangan Campur Tangan Tentukan Selera Seni Rakyat – Halaman all

    Pembredelan Seni Yos Suprapto, Yenny Wahid: Negara Jangan Campur Tangan Tentukan Selera Seni Rakyat – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid, putri dari almarhum Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, ikut menyoroti kasus pembredelan pameran karya seni pelukis asal Yogyakarta, Yos Suprapto yang belakangan terjadi.

    Menurutnya, negara tidak seharusnya campur tangan dalam menilai sebuah karya seni. Sebab setiap ekspresi seni punya tempatnya sendiri di masyarakat.

    “Apapun pendapat kita tentang sebuah karya seni itu adalah ekspresi yang selalu mengalir di masyarakat. Ada yang suka, ada yang tidak suka, nggak apa. Biarkan masyarakat yang menilai sendiri. Nggak perlu kemudian negara turun tangan melakukan pembredelan,” kata Yenny dalam konferensi pers di acara Haul ke-15 Gus Dur di Pondok Pesantren Ciganjur, Jakarta Selatan, Sabtu malam (21/12/2024).

    Yenny mengatakan rakyat sudah cukup cerdas untuk memberikan koreksi terhadap karya seni yang dianggap tidak pantas atau vulgar.  Sehingga negara dinilai tidak perlu menjadi penentu segala hal termasuk selera seni rakyat.

    “Masyarakat sudah mengerti kok kalau dinilai karyanya vulgar, yang lain yang akan melakukan koreksi. Masyarakat lain yang akan melakukan koreksi, tidak perlu negara menjadi penentu segalanya,” tegasnya.

    Dia pun berharap pembredelan karya seni seperti yang terjadi pada pameran Yos Suprapto tidak terulang di masa mendatang. Negara sudah semestinya menghargai semua ekspresi yang diutarakan masyarakat selama itu tidak melanggar hukum.

    “Saya berharap pembredelan yang baru saja terjadi tidak akan terjadi lagi ke depannya. Kita hargai semua ekspresi yang ada di masyarakat, selagi itu tidak melanggar hukum, maka itu harusnya diberi ruang di masyarakat kita,” pungkas Yenny.

    Sebagaimana diketahui belakangan terjadi pembredelan pameran tunggal atas karya seni dari Yos Suprapto yang bertema ‘Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan’. Pembredelan ini disinyalir karena muatan kritik sosial dalam karya seni yang akan dipamerkan.

    Lima lukisan Yos yang dibredel yakni berjudul Konoha I, Konoha II, Niscaya, Makan Malam, dan 2019. Kurator pameran, Suwarno Wisetrotomo menyebut lima karya Yos itu bernuansa vulgar hingga berisi makian sehingga dianggap tidak sesuai dengan tema pameran.

    Suwarno selaku kurator diduga meminta Yos untuk menurunkan lima dari 30 lukisan yang akan dipamerkan. Kelima lukisan tersebut diduga berkaitan dengan sosok mantan Presiden Joko Widodo.

    Namun, Yos Suprapto menolak permintaan itu. Penolakan tersebut berujung pada keputusan pembatalan pameran oleh pihak Galeri Nasional.

    Pameran yang telah disiapkan selama satu tahun itu terpaksa dibatalkan setelah pihak pengelola galeri memutuskan listrik dan mengunci akses menuju ruang utama pameran.

     

  • Yenny Wahid Cerita Gus Dur Tidak Pernah Gunakan Jabatan Demi Pertahankan Kekuasaan, Sindir Siapa? – Halaman all

    Yenny Wahid Cerita Gus Dur Tidak Pernah Gunakan Jabatan Demi Pertahankan Kekuasaan, Sindir Siapa? – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid, putri almarhum Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menyinggung ayahnya tidak pernah menggunakan jabatan untuk memperkaya diri, apalagi mempertahankan kekuasaan.

    “Ia (Gus Dur) tidak pernah menggunakan jabatannya untuk memperkaya diri atau sekedar mempertahankan kekuasaan. Semua yang beliau lakukan adalah demi kepentingan rakyat,” kata Yenny dalam sambutannya di acara Haul ke-15 Gus Dur di Pondok Pesantren Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Sabtu (21/12/2024).

    Semasa hidup Gus Dur menaikkan gaji seluruh pegawai negeri karena tahu rakyat kecil hidupnya susah. Menurutnya sikap tersebut harus menjadi pelajaran bagi semua pihak utamanya para pemimpin negeri.

    Terlebih saat ini rakyat sedang sulit, harga kebutuhan pokok melonjak, daya beli menurun, kelas menengah terdegradasi ke kelas bawah. 

    Sejumlah ekonom lanjutnya, juga menganalisis bahwa konsumsi domestik yang merupakan penopang terbesar laju ekonomi Indonesia, kini justru kembali terancam dengan rencana pemerintah menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12 persen.

    “Apakah ini bijak? Mari kita lihat negara lain. Singapura justru memberikan bantuan tunai kepada rakyatnya. Vietnam menurunkan pajaknya dan justru memperkecil jumlah pejabatnya. Namun Indonesia justru mengambil langkah sebaliknya,” katanya.

    Yenny berujar, jika saat ini Gus Dur masih hidup, dia meyakini ayahnya akan berdiri bersama rakyat kecil sembari lantang bersuara menyetop rencana pemerintah itu dan meminta adanya prioritas kesejahteraan rakyat, bukan hanya angka-angka di atas kertas.

    “Jika Gus Dur masih ada, saya yakin beliau akan berdiri bersama rakyat kecil dan mengatakan ‘Hentikan rencana ini. Prioritaskan kesejahteraan rakyat, bukan hanya angka – angka di atas kertas’,” ucapnya.

     

  • Ingatkan Semangat Gus Dur, Yenny Wahid Tolak Wacana Polisi di Bawah TNI dan Kementerian – Halaman all

    Ingatkan Semangat Gus Dur, Yenny Wahid Tolak Wacana Polisi di Bawah TNI dan Kementerian – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid, putri dari almarhum Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) secara tegas menyatakan tidak setuju dengan wacana institusi kepolisian berada di bawah TNI atau kementerian tertentu.

    Hal ini disampaikan Yenny dalam sambutan pada acara Haul ke-15 Gus Dur di Pondok Pesantren Ciganjur, Jakarta Selatan, Sabtu malam (21/12/2024).

    Ia mengungkit salah satu keputusan terbesar Gus Dur dalam menegakkan reformasi di Indonesia adalah memisahkan kepolisian dari TNI. Langkah Gus Dur itu ditempuh tidak mudah, mengingat pada masa Orde Baru, kepolisian dan TNI berada dalam satu komando yang membuat terciptanya potensi penyalahgunaan kekuasaan dan represi terhadap masyarakat.

    “Gus Dur dengan kejernihan pikirannya, memahami bahwa untuk mewujudkan negara yang benar-benar demokratis, kita harus memastikan bahwa kepolisian menjadi institusi sipil yang berfungsi untuk rakyat, bukan sebagai alat kekuasaan yang menindas,” kata Yenny.

    Ia menyatakan saat ini tugas semua pihak adalah mengembalikan polisi dan semua lembaga negara pada fitrahnya, yakni sebagai pelindung rakyat bukan pelindung segelintir orang untuk kepentingan kelompok.

    “Tugas kita bersama adalah mengembalikan polisi dan semua lembaga negara pada fitrahnya, menjadi pelindung rakyat, bukan pelindung kepentingan segelintir orang,” ujar Yenny.

    Aktivis Nahdlatul Ulama (NU) ini pun membandingkan beda nasib TNI dan kepolisian di era sekarang. Menurutnya TNI sudah banyak belajar dari kesalahan masa lalu dan menerapkan disiplin kuat agar tidak terlibat dalam poliitik praktis.

    Bahkan menurutnya Pilpres 2024 dan terpilihnya Prabowo Subianto sebagai presiden adalah cermin dari TNI yang kini lebih berhati – hati dalam persoalan politik.

    Tapi di sisi lain fenomena berbeda terjadi di tubuh kepolisian. Polisi yang seharusnya menjadi pelindung rakyat, kini justru menjadi ancaman. Terlebih beberapa waktu ke belakang terjadi sejumlah kasus yang melibatkan kepolisian. Misalnya, peristiwa di SMKN 4 Semarang dan pembunuhan seorang warga di Palangkaraya.

    Selain itu catatan Amnesty Internasional juga menunjukkan kekerasan aparat kepolisian di mana 116 kasus dengan 29 diantaranya berupa pembunuhan di luar hukum dan 26 kasus lainnya terkait penyiksaan dan tindakan kejam. Selain itu KontraS juga mencatat ada 645 kasus kekerasan yang melibatkan kepolisian.

    “Mereka adalah contoh-contoh kecil dari para korban abuse of power dari aparat kepolisian,” kata dia.

    “Bayangkanlah sejenak bagaimana perasaan kita jika kita berada di posisi mereka yang selalu dipinggirkan—mereka yang suaranya tak didengar, yang hak-haknya diinjak-injak. Apakah kita akan diam begitu saja? Apakah kita akan membiarkan mereka terus berada dalam kesulitan?” tandasnya.

    Dalam Haul ke-15 ini, turut hadir Menteri Agama Nasaruddin Umar, Wakil Ketua Umum PBNU KH Zulfa Mustofa, KH D Zawawi Imron, mantan Menko Polhukam Mahfud MD, KH Musthofa Bisri, Menteri PPPA Arifatul Choiri Fauzi dan wakilnya Veronica Tan, Gubernur DKI terpilih Pramono Anung dan Wakilnya Rano Karno, Wakil Bupati Cianjur terpilih Ramzi. 

    Kemudian turut hadir juga penyanyi Yuni Shara, Krisdayanti, Ketua KPU RI Mochammad Afifudin, mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, KH Husein Muhammad. 

     

     

  • Pramono Kenang Gus Dur Minta Megawati Masak Nasi Goreng

    Pramono Kenang Gus Dur Minta Megawati Masak Nasi Goreng

    Jakarta, CNN Indonesia

    Politikus PDI Perjuangan sekaligus Gubernur Jakarta terpilih Pramono Anung mengenang hubungan Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dengan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri pada 1999 hingga setelahnya.

    Pram bercerita Gus Dur adalah orang yang meminta langsung Megawati menjadi calon wakil presiden untuk mendampinginya pada 1999.

    Ia menyambung cerita yang pernah disampaikan Gubernur Jawa Timur terpilih Khofifah Indar terkait pencalonan Gus Dur sebagai presiden pada 1999. Saat itu, Pram mengaku menyiapkan berkas Megawati.

    “Saya ditugaskan oleh almarhum Pak Taufik (Kiemas) dan Bu Mega untuk menyiapkan. Jadi apa yang disampaikan oleh Bu Khofifah pada waktu itu saya ingin menyambungkan puzzle-nya, bahwa itu benar. Sepenuhnya adalah arahan dan permintaan Presiden Abdurrahman Wahid pada waktu itu,” kata Pramono saat Haul ke-15 Gus Dur di Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Sabtu (21/12) malam.

    Pram juga mengaku menjadi saksi pertemuan Gus Dur dan Megawati setelah adanya kondisi yang berseberangan.

    Saat itu, Pram menyampaikan pesan kepada Megawati bahwa Gus Dur ingin bertemu.

    “Gus Dur menyampaikan pengen ketemu Mba Mega dan pada waktu itu kemudian saya ke ibu. ‘Mba, Gus Dur pengen ketemu’. Terus kata Mba Mega coba kamu tanyakan apa yang jadi kepengen beliau,” kata Pramono.

    Pramono pun mengatakan bahwa Gus Dur ingin makan nasi goreng yang dibuat Megawati. Setelahnya, kedua tokoh itu bertemu.

    “Maka saya sampaikan ke Mbak Mega, Gus Dur pengen dimasakin nasi goreng yang dimasak oleh Mbak Mega sendiri dan saya menjadi saksi dimasak sendiri oleh ibu. Akhirnya bertemulah dengan Ibu Mega setelah sekian waktu Gus Dur tidak bertemu dengan Bu Mega,” kata Pramono.

    “Dan ini pertemuan Gus Dur menunjukkan begitu jembar hatinya Gus Dur, begitu luasnya Gus Dur,” imbuh dia.

    (yoa/fea)

    [Gambas:Video CNN]

  • Yenny Wahid Puji TNI Tak Cawe-cawe Pemilu: Polisi Justru Ancaman untuk Rakyat  – Halaman all

    Yenny Wahid Puji TNI Tak Cawe-cawe Pemilu: Polisi Justru Ancaman untuk Rakyat  – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fersianus Waku

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Zannuba Ariffah Chafsoh atau yang lebih dikenal dengan nama Yenny Wahid, memuji sikap TNI yang dianggap tidak cawe-cawe dalam Pemilu.

    Hal ini disampaikan Yenny dalam haul atau peringatan ke-15 wafatnya Presiden Keempat RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di Pondok Pesantren Ciganjur, Jakarta Selatan, Sabtu (21/12/2024).

    Sebaliknya, Yenny justru mengkritisi sikap aparat kepolisian yang justru menjadi ancaman bagi masyarakat.

    “Saat ini kita memberikan acungan jempol untuk TNI yang telah belajar dari kesalahan di masa lalu dan telah menerapkan disiplin diri yang sangat kuat untuk tidak lagi cawe-cawe dalam politik,” kata Yenny dalam sambutannya.

    “Bahkan, Presiden Prabowo Subianto terpilih melalui mekanisme demokrasi,” ujarnya menambahkan.

    Di sisi lain, Yenny mengkritisi kasus penembakan yang melibatkan beberapa oknum kepolisian.

    “Tetapi fenomena sebaliknya justru terjadi pada aparat kepolisian. Polisi yang seharusnya melindungi rakyat justru menjadi ancaman di masyarakat,” ucapnya.

    Dia mencontohkan kasus penembakan terhadap siswa SMK 4 Semarang, Gamma Rizkynata Oktafandy (17) oleh Aipda Robig Zaenudin.

    Kemudian, pembunuhan terhadap sopir ekspedisi bernama Budiman Arisandi hingga tewas oleh Brigadir Anton Kurniawan Setiyanto (AKS) di Palangkaraya.

    “Haryono, saksi pelapor yang saat ini malah dijadikan tersangka. Mereka adalah contoh-contoh kecil dari para korban abuse of power dari aparat kepolisian,” tegas Yenny.

    Yenny mengutip data Amnesty International yang mencatat terdapat 116 kasus kekerasan yang melibatkan polisi sepanjang tahun 2024.

    Dari data tersebut, kata dia, 29 kasus masuk kategori extrajudicial killing atau pembunuhan di luar hukum dan beberapa kasus di antaranya penyiksaan dan tindakan kejam.

    Sebagai polisi sipil, Yenny meminta kepolisian untuk untuk menjadi pelindung masyarakat seperti yang diperjuangkan Gus Dur.

    “Kita juga perlu mengingatkan aparat kepolisian untuk melakukan pembenahan secara menyeluruh dalam lembaganya agar tidak lagi terjangkit fenomena trigger happy atau terlalu mudah menarik pistol,” ungkapnya.

    Diketahui, Polda Jawa Tengah telah melakukan Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) alias dipecat terhadap Aipda Robig Zaenudin dan dijadikan tersangka.

    Demikian pula terhadap Brigadir Anton Kurniawan Setiyanto, telah dilakukan pemberhentian dari kepolisian.