kab/kota: Cengkareng

  • 44 Puskesmas di Jakarta Targetkan Miliki Layanan Psikolog untuk Warga pada 2025 Ini – Page 3

    44 Puskesmas di Jakarta Targetkan Miliki Layanan Psikolog untuk Warga pada 2025 Ini – Page 3

    Tercatat per 20 Juni 2025, layanan psikologi telah tersedia di 38 puskesmas di DKI Jakarta, mencakup wilayah Jakarta Pusat, Utara, Barat, Selatan, Timur, hingga Kepulauan Seribu.

    Tahun ini, Dinkes Jakarta menargetkan seluruh 44 puskesmas kecamatan di Jakarta memiliki tenaga psikolog.

    “Kami menargetkan akhir tahun ini seluruh puskesmas kecamatan sudah memiliki psikolog. Jadi, layanan ini akan semakin dekat dengan masyarakat,” tutur Ani.

    Berikut puskesmas yang sudah dilengkapi tenaga psikolog di DKI Jakarta:

    – Jakarta Pusat: PKM Gambir, Menteng, Sawah Besar, Senen, Tanah Abang, Johar Baru, Kemayoran, Cempaka Putih

    – Jakarta Utara: PKM Cilincing, Kelapa Gading, Koja, Penjaringan, Pademangan

    – Jakarta Barat: PKM Taman Sari, Tambora, Cengkareng, Kembangan, Kebon Jeruk, Kalideres

    – Jakarta Selatan: PKM Tebet, Setiabudi, Mampang Prapatan, Kebayoran Lama, Kebayoran Baru, Cilandak, Pancoran, Pasar Minggu, Pesanggrahan

    – Jakarta Timur: PKM Matraman, Jatinegara, Kramat Jati, Pasar Rebo, Duren Sawit, Ciracas, Pulogadung, Cakung

    – Kepulauan Seribu: PKM Seribu Selatan, PKM Seribu Utara

     

  • Masjid Apung dari Botol Plastik di Kali Cengkareng Dibangun Berbulan-bulan
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        10 Agustus 2025

    Masjid Apung dari Botol Plastik di Kali Cengkareng Dibangun Berbulan-bulan Megapolitan 10 Agustus 2025

    Masjid Apung dari Botol Plastik di Kali Cengkareng Dibangun Berbulan-bulan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Pembuatan masjid apung dari botol plastik bekas di Kali Cengkareng, Jakarta Barat, memakan waktu berbulan-bulan. 
    Bangunan ini dirakit oleh petugas Unit Pengelolaan Sampah (UPS) Badan Air Kecamatan Cengkareng yang sehari-hari menangani pengumpulan dan pengolahan sampah di sungai.
    “Ini semua bahannya kita kumpulin. Sehabis ngangkutin sampah, kita pilah. Untuk waktunya sendiri saya tidak tahu pasti, yang jelas sampailah tiga bulan,” ujar salah satu petugas UPS, Haidir (bukan nama sebenarnya) di lokasi, Minggu (10/8/2025).
    Proses pembuatan masjid apung dimulai dengan mengumpulkan dan memilah botol plastik sesuai ukuran, bentuk, dan warna agar susunannya rapi dan kuat.
    Botol-botol tersebut kemudian dicuci bersih, dikeringkan, dan diberi penutup agar tetap mengapung saat dirakit.
    Masjid apung berukuran 6×4 meter ini berdiri di atas
    trash barrier
    atau alat penahan sampah di sungai, dan nantinya akan dilepas mengapung sepenuhnya di air.
    Bangunan ini memiliki pilar lowong menyerupai masjid asli, dengan dinding berwarna hijau dan atap oranye yang menyerupai genting yang semuanya berbahan botol bekas.
    Masjid apung juga dirancang agar kuat dan stabil di atas air. Haidir memperkirakan, bangunan ini mampu menampung hingga 20 orang tanpa terasa goyangan.
    “Kurang lebih bisa mencapai 20 orang,” kata dia.
    Masjid apung ini belum rampung sepenuhnya dan masih dalam tahap penyempurnaan.
    Proses perakitan dilakukan secara bertahap oleh tim UPS di sela waktu senggang setelah mengumpulkan sampah.
    Nantinya, masjid ini akan dipersiapkan untuk mengikuti lomba antar-tim UPS Badan Air dari 42 kecamatan di Jakarta, serta satu tim khusus untuk segmen Sungai Ciliwung.
    Lomba tersebut direncanakan digelar pada 27–28 September 2025.
    Haidir berharap karya ini bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap pengelolaan sampah plastik dan menyadari bahwa sampah plastik dapat dimanfaatkan kembali menjadi sesuatu yang berguna.
    “Nanti diperagain bisa mengapung atau tidak di atas air. Nanti ada alat
    speed boat
    -nya supaya bisa tampil di atas air,” ungkap Haidir.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Menilik Masjid Apung di Kali Cengkareng, dari Limbah Jadi Rumah Ibadah
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        10 Agustus 2025

    Menilik Masjid Apung di Kali Cengkareng, dari Limbah Jadi Rumah Ibadah Megapolitan 10 Agustus 2025

    Menilik Masjid Apung di Kali Cengkareng, dari Limbah Jadi Rumah Ibadah
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Di tengah tenangnya Kali Cengkareng Drain, Jakarta Barat, sebuah pemandangan tak biasa mencuri perhatian pada Minggu (10/8/2025).
    Dua petugas Unit Pengelolaan Sampah (UPS) Badan Air Kecamatan Cengkareng tampak sibuk membuka terpal biru yang menutupi bangunan unik di tepian sungai sepanjang 2,95 kilometer itu.
    Begitu terpal tersingkap, fasad menyerupai masjid perlahan terlihat, berdiri tenang di atas permukaan air.
    Bangunan itu bukan dari kayu, batu bata, atau beton, melainkan dari ratusan botol plastik bekas yang tersusun rapi.
    Masjid apung ini lahir dari tangan-tangan telaten petugas UPS Cengkareng yang sehari-hari bergelut dengan tumpukan sampah sungai.
    Alih-alih dibuang, botol-botol plastik yang mereka kumpulkan diubah menjadi karya penuh makna, memadukan fungsi tempat ibadah, edukasi lingkungan, dan estetika.
    “Semua bahan plastiknya kami kumpulkan dari hasil pilah sampah di sungai. Kami pastikan botol-botolnya punya corak dan warna yang sama, supaya rapi,” ujar salah satu petugas Haidir (bukan nama sebenarnya) saat berbincang dengan
    Kompas.com
    , Minggu.
    Bangunan berukuran 6×4 meter ini didominasi warna hijau di area dinding, sementara atapnya melengkung indah dari botol oranye yang menyerupai genting.
    Bangunan ini sekilas tampak seperti masjid pada umumnya. Meski berbahan plastik, pilar-pilarnya dibuat lowong, menyerupai pilar masjid sungguhan.
    Belum lagi empat kubah berwarna emas lengkap dengan ornamen menyerupai bulan sabit di puncaknya, dipasang di tiga sudut luar dan satu di bagian tengah, layaknya kubah masjid tradisional.
    Saat
    Kompas.com
    mencoba menapaki bangunan itu, tak terasa ada guncangan. 
    Haidir menjelaskan, masjid apung ini dirakit di atas
    trash barrier
    atau alat penahan sampah di sungai. Nantinya, masjid apung tersebut akan dilepas untuk mengapung sepenuhnya di perairan.
    Konstruksinya ringan namun kokoh, bisa menampung hingga 20 orang.
    “Kurang lebih bisa mencapai 20 orang,” kata dia.
    proses pembuatan masjid apung ini tentu tak instan. Tak semua botol bisa digunakan. Petugas harus memilah botol sesuai ukuran, bentuk, dan warna.
    Botol yang sudah dipilih kemudian dicuci bersih, dikeringkan, dan diberi penutup rapat agar tetap mengapung.
    Dibutuhkan waktu berminggu-minggu, hingga menyusunnya menjadi struktur bangunan yang kuat dan tahan goyangan arus air.
    “Ini semua bahannya kita kumpulin. Sehabis ngangkutin sampah, kita pilah. Untuk waktunya sendiri saya tidak tahu pasti, yang jelas sampai lah tiga bulan,” kata Haidir. 
    “Tapi teman teman juga bikinnya kala senggang setelah pekerjaan mungutin sampah beres, langsung bikin perahunya,” lanjut dia.
    Saat siang hari, pantulan sinar matahari membuat botol-botol plastik berkilau.
    Menjelang sore, cahaya yang menembus plastik hijau menciptakan nuansa lembut di permukaan air. Tak jarang, warga sekitar singgah untuk melihat lebih dekat atau berfoto.
    Dari kejauhan, masjid ini tampak seperti bangunan permanen di dermaga. Padahal, masjid itu mengapung sepenuhnya di air.
    Namun, pengerjaan masjid belum rampung. Petugas masih perlu waktu untuk menyempurnakan bangunan, sebelum nantinya masjid apung ini dipersiapkan untuk lomba antar-tim UPS Badan Air.
    Tahun ini, 42 kecamatan di Jakarta plus satu tim khusus untuk area segmen Sungai Ciliwung ikut berpartisipasi dalam acara tersebut. 
    Rencananya, karya-karya kreatif ini akan diarak dan dipamerkan dalam acara yang kemungkinan besar digelar pada 27–28 September 2025.
    Bagi Haidir dan rekan-rekannya, masjid apung bukan hanya proyek untuk lomba. Bangunan ini adalah bukti bahwa sampah plastik yang selama ini dianggap masalah bisa menjadi sumber karya yang bermanfaat.
    “Kalau orang lihat, semoga mereka jadi sadar, plastik itu bisa dipakai lagi, enggak cuma jadi sampah,” kata Haidir.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Presiden Peru Boluarte Tiba di Indonesia Jelang Bertemu Prabowo

    Presiden Peru Boluarte Tiba di Indonesia Jelang Bertemu Prabowo

    Jakarta

    Presiden Republik Peru Dina Boluarte melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia. Boluarte dijadwalkan bertemu Presiden Prabowo Subianto di Istana Merdeka, Jakarta, besok.

    Boluarte tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, Minggu (10/8/2025) sore. Kedatangan Boluarte disambut hangat para pejabat dan penampilan tarian daerah.

    Terlihat Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso dan Gubernur Banten Andra Soni menyambut ketibaan Boluarte. Mereka tampak sempat berbincang ringan.

    Presiden Republik Peru Dina Boluarte saat tiba di Indonesia. (YouTube/Sekretariat Presiden)

    Diketahui, Prabowo sempat mengundang Boluarte berkunjung ke Indonesia. Undangan itu disampaikannya saat mengunjungi Peru pada akhir tahun lalu.

    “Ini adalah kunjungan resmi pertama saya sebagai Presiden Republik Indonesia ke Peru. Dan ini adalah momentum yang baik untuk mempererat hubungan ini,” kata Prabowo melalui keterangan tertulis yang disampaikan Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden, Jumat (15/11/2024).

    (fca/gbr)

  • Kronologi Maling Motor di Jakbar Lepaskan Senpi saat Disergap, Berakhir Tewas usai Diamuk Massa – Page 3

    Kronologi Maling Motor di Jakbar Lepaskan Senpi saat Disergap, Berakhir Tewas usai Diamuk Massa – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Seorang terduga maling motor berinisial S (37), tewas setelah dihakimi warga usai kepergok mencuri sebuah motor yang terpakir di Rusunawa Daan Mogot, Tower 1, Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat, Kamis, 7 Agustus 2025 sore.

     

    Kasubdit Penmas Polda Metro Jaya, AKBP Reonald Simanjuntak menerangkan, pihak kepolisian telah memeriksa tiga orang saksi untuk mengungkap kasus ini. Adapun, mereka adalah Ketua RT dan sekuriti setempat, serta seorang warga.

    Menurut kesaksian mereka, awalnya ada orang mencurigakan yang bukan penghuni masuk ke area rusun. Diduga ia hendak mencuri sepeda motor matic.

    “Ketua RT setempat mendapat laporan warga bahwa pelaku sudah keluar dari area rusuh lalu kembali untuk mengambil motor honda beat,” kata Reonald dalam keterangan tertulis, Minggu (10/8/2025).

    Saat dimintai identitas, bukannya menjawab, S malah kabur sambil menembak ke udara. Seorang satpam, T, mencoba menghadang, namun S malah mengarahkan pistol ke arah sekuriti tersebut.

    “Pelaku menondongkan senjata dan kembali menembak ke udara sebelum melarikan diri,” ucap dia.

     

  • Masjid Apung dari Botol Plastik di Kali Cengkareng Dibangun Berbulan-bulan
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        10 Agustus 2025

    Cerita Masjid Apung di Kali Cengkareng, Menyulap Hasil Pilah untuk Ibadah Megapolitan 9 Agustus 2025

    Cerita Masjid Apung di Kali Cengkareng, Menyulap Hasil Pilah untuk Ibadah
    Editor
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Enam pria nampak sibuk membangun sebuah struktur terapung di tepi aliran Kali Cengkareng Drain, Cengkareng, Jakarta Barat, Kamis (7/8/2025) sore.
    Pemandangan yang jarang terlihat, lantaran biasanya orang-orang itu hanya bekerja membersihkan aliran kali dari sampah.
    Selebihnya, di hari-hari biasa, hanya akan terlihat para pemancing yang tak bosan mengamati aliran sungai.
    Enam orang itu merangkai botol-botol bekas buangan warga ibu kota.
    Satu orang sibuk di sisi kanan struktur bangunan seperti sebuah perahu, satu di sisi kiri, satu di depan, satu di belakang, dan dua fokus ke bagian atap.
    Dari pakaian mereka, jelas terlihat pekerjaan membersihkan kali sudah mereka rampungkan terlebih dahulu.
    Tak lelah usai merampungkan pekerjaan utamanya, mereka bahu-membahu merangkai sebuah struktur mengapung yang cukup untuk menampung hingga 20 orang.
    Botol-botol bekas itu diikatkan satu dengan yang lain, ditempel di sana-sini, dirangkai menjadi sebuah struktur lalu dibubuhi warna-warni, hijau dan kuning, warna keteduhan.
    Perahu itu sebagian besar terbuat dari botol-botol bekas yang dikumpulkan dari aliran sungai hingga dari pemilahan sampah di wilayah Cengkareng.
    Dari kejauhan, struktur itu terlihat tak lebih dari perahu warna-warni. Namun, dari dekat, perahu itu bukan perahu biasa, melainkan perahu masjid.
    Perahu yang diberi bentuk masjid dengan tiga kubah.
    Meskipun belum selesai dibuat, bentuk masjid dari perahu itu tak bisa tertutupi lagi, sudah kelihatan jelas.
    Lebih dekat lagi, ke dalam hati orang-orang yang membuatnya, masjid apung itu adalah rupa dari puisi cinta lingkungan dan cinta Tuhan yang tak mereka ucapkan dalam kata-kata, tetapi dalam aksi nyata.
    Sebuah upaya artistik untuk mengingatkan diri mereka dan umat akan pentingnya ibadah dan menjaga lingkungan.
    Proposisi itu bisa dimaknai dalam konteks hubungan antara aliran kali dan Jakarta yang kerap berwujud banjir.
    Aliran kali, Jakarta dan banjir memang hampir tak terpisahkan, entah sampai kapan.
    Kali ini, enam orang dari daratan Jakarta itu mendatangi kali dan memberinya hadiah indah, yakni perahu masjid yang terbuat dari sampah-sampah botol yang dikumpulkan dari alirannya.
    Secara bersamaan, mereka membersihkan kali, mendaur ulang sampahnya dan memuliakan Yang Maha Kuasa. Perahu itu semacam bukti warna-warni tentang betapa ibadah bisa teringat dari barang-barang buangan sekali pun, botol bekas.
    Perahu itu juga simbol bahwa mencintai Yang Maha Kuasa adalah mencintai lingkungan, begitu juga sebaliknya.
    Romantisasi inilah yang mesti dipahami dan direnungkan oleh setiap warga ibu kota, tanpa terkecuali.
    Sebagaimana dikutip dari
    Antara,
    enam orang itu adalah Petugas Unit Penganan Sampah (UPS) Badan Air Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat.
    Sehari-hari mereka bekerja membersihkan sungai. Kali ini, mereka diberi ruang untuk membuat karya perahu unik.
    Perahu dengan ide kreatif itu rencananya akan diikutkan dalam Festival Cinta Lingkungan 2025 yang bakal digelar pada 28 September mendatang di aliran Kanal Banjir Barat, Tambora, Jakarta Barat.
    Festival itu akan diikuti oleh 42 kecamatan se-Jakarta, tentu dengan ide unik karya perahunya masing-masing.
    Pengawas UPS Badan Air Kecamatan Cengkareng, Donal Aldiansyah (43) mengaku, ide perahu masjid didapatkan timnya melalui tukar pikiran yang cukup panjang.
    Kebetulan, tak jauh dari lokasi perahu itu dibuat, di dekat pintu air Kali Cengkareng Drain, ada sebuah masjid.
    Masjid itulah yang kemudian menginspirasi mereka membuat perahu masjid atau masjid apung.
    Masjid apung ala UPS Badan Air Kecamatan Cengkareng itu berukuran 6×4 meter. Masjid apung itu berdiri di atas 3.558 botol bekas, yang terdiri dari botol mineral 1 liter hingga galon air.
    Botol-botol itu diperoleh dari program sampah pilah, hasil pengerukan saluran air, hingga sumbangan warga.
    Tak berlebihan jika dikatakan bahwa dengan digunakannya botol-botol hasil pengerukan kali, masjid apung itu bisa menjadi pengingat masih banyak oknum, pendosa ekologis, yang kerap membuang sampah ke badan kali.
    Selain itu, dengan digunakannya botol-botol sumbangan warga, masjid apung itu juga menjadi penanda niat baik sistem sosial dalam mendukung pengurangan sampah di ibu kota melalui pemilahan atau penggunaan kembali.
    Menurut Donal, usai Festival Cinta Lingkungan rampung digelar, masjid apung itu akan dipasangi mesin agar bisa berlayar di aliran Kanal Banjir Barat layaknya kapal motor.
    Selain itu, Donal dan kawan-kawan juga berniat untuk menggunakan masjid apung dari ribuan botol bekas itu sebagai tempat ibadah saat bekerja di area bantaran kali.
    Pembangunan perahu masjid itu memakan waktu hampir empat bulan, yang dimulai sejak bulan Maret 2025 dengan target rampung awal September 2025, tepat H-14 sebelum Festival Cinta Lingkungan (Cilung) dimulai.
    Kendati demikian, ia memastikan pengerjaan masjid apung dilakukan setelah para petugas menyelesaikan tugas utamanya yakni membersihkan aliran kali dari sampah.
    Donal dan kawan-kawan paham betul, bagian mereka adalah membersihkan aliran kali dari sampah.
    Masjid apung yang mereka bangun hanyalah warna-warni, hasil tukar pikiran selama mereka bekerja seharian penuh.
    Barang kali upaya itu bisa mengetuk hati orang-orang untuk kembali mencintai lingkungan sebagaimana mencintai Yang Maha Kuasa.
    Tak ubahnya memutus romansa beracun antara aliran kali dengan warga Jakarta, mencegah lahirnya buah hati yang tak pernah diinginkan namun selalu datang, banjir pun penyakit.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Masjid apung, seni mengingat ibadah dari botol bekas

    Masjid apung, seni mengingat ibadah dari botol bekas

    Sejumlah petugas Unit Penanganan Sampah (UPS) Badan Air Kecamatan Cengkareng membuat masjid apung di tepi Kali Cengkareng Drain, Jakarta Barat, Kamis (7/8/2025). ANTARA/Risky Syukur

    Masjid apung, seni mengingat ibadah dari botol bekas
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Sabtu, 09 Agustus 2025 – 10:45 WIB

    Elshinta.com – Enam orang pria nampak sibuk membangun sebuah struktur terapung di tepi aliran Kali Cengkareng Drain, Cengkareng, Jakarta Barat, sore itu.

    Pemandangan yang jarang terlihat, lantaran biasanya orang-orang itu hanya bekerja membersihkan aliran kali dari sampah. Selebihnya, di hari-hari biasa, hanya akan terlihat para pemancing yang tak bosan mengamati aliran sungai.

    Enam orang itu merangkai botol-botol bekas buangan warga ibu kota. Satu orang sibuk di sisi kanan struktur bangunan seperti sebuah perahu, satu di sisi kiri, satu di depan, satu di belakang, dan dua fokus ke bagian atap.

    Dari pakaian mereka, jelas terlihat pekerjaan membersihkan kali sudah mereka rampungkan terlebih dahulu.

    Tak lelah usai merampungkan pekerjaan utamanya, mereka bahu-membahu merangkai sebuah struktur mengapung yang cukup untuk menampung hingga 20 orang.

    Botol-botol bekas itu diikatkan satu dengan yang lain, ditempel di sana-sini, dirangkai menjadi sebuah struktur lalu dibubuhi warna-warni, hijau dan kuning, warna keteduhan.

    Perahu itu sebagian besar terbuat dari botol-botol bekas yang dikumpulkan dari aliran sungai hingga dari pemilahan sampah di wilayah Cengkareng.

    Dari kejauhan, struktur itu terlihat tak lebih dari perahu warna-warni. Namun dari dekat, perahu itu bukan perahu biasa, melainkan perahu masjid. Perahu yang diberi bentuk masjid dengan tiga kubah.

    Meskipun belum selesai dibuat, bentuk masjid dari perahu itu tak bisa tertutupi lagi, sudah kelihatan jelas.

    Lebih dekat lagi, ke dalam hati orang-orang yang membuatnya, masjid apung itu adalah rupa dari puisi cinta lingkungan dan cinta Tuhan yang tak mereka ucapkan dalam kata-kata, namun dalam aksi nyata. Sebuah upaya artistik untuk mengingatkan diri mereka dan umat akan pentingnya ibadah dan menjaga lingkungan.

    Proposisi itu bisa dimaknai dalam konteks hubungan antara aliran kali dan Jakarta yang kerap berwujud banjir. Aliran kali, Jakarta dan banjir memang hampir tak terpisahkan, entah sampai kapan.

    Kali ini, enam orang dari daratan Jakarta itu mendatangi kali dan memberinya hadiah indah, yakni perahu masjid yang terbuat dari sampah-sampah botol yang dikumpulkan dari alirannya. 

    Secara bersamaan, mereka membersihkan kali, mendaur ulang sampahnya dan memuliakan Yang Maha Kuasa. Perahu itu semacam bukti warna-warni tentang betapa ibadah bisa teringat dari barang-barang buangan sekali pun, botol bekas.

    Lebih jauh, perahu itu juga simbol bahwa mencintai Yang Maha Kuasa adalah mencintai lingkungan, begitu juga sebaliknya. Romantisasi inilah yang mesti dipahami dan direnungkan oleh setiap warga ibu kota, tanpa terkecuali.

    Enam orang itu adalah Petugas Unit Penganan Sampah (UPS) Badan Air Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat. Sehari-hari mereka bekerja membersihkan sungai. Kali ini, mereka diberi ruang untuk membuat karya perahu unik.

    Perahu dengan ide kreatif itu rencananya akan diikutkan dalam Festival Cinta Lingkungan 2025 yang bakal digelar pada 28 September mendatang di aliran Kanal Banjir Barat, Tambora, Jakarta Barat.

    Festival itu akan diikuti oleh 42 kecamatan se-Jakarta, tentu dengan ide unik karya perahunya masing-masing.

    Pengawas UPS Badan Air Kecamatan Cengkareng, Donal Aldiansyah (43) mengaku, ide perahu masjid didapatkan timnya melalui tukar pikiran yang cukup panjang.

    Kebetulan, tak jauh dari lokasi perahu itu dibuat, di dekat pintu air Kali Cengkareng Drain, ada sebuah masjid. Masjid itulah yang kemudian menginspirasi mereka membuat perahu masjid atau masjid apung.

    Masjid apung ala UPS Badan Air Kecamatan Cengkareng itu berukuran 6×4 meter. Masjid apung itu berdiri di atas 3.558 botol bekas, yang terdiri dari botol mineral 1 liter hingga galon air.

    Botol-botol itu diperoleh dari program sampah pilah, hasil pengerukan saluran air, hingga sumbangan warga.

    Tak berlebihan jika dikatakan bahwa dengan digunakannya botol-botol hasil pengerukan kali, masjid apung itu bisa menjadi pengingat masih banyak oknum, pendosa ekologis, yang kerap membuang sampah ke badan kali.

    Selain itu, dengan digunakannya botol-botol sumbangan warga, masjid apung itu juga menjadi penanda niat baik sistem sosial dalam mendukung pengurangan sampah di ibu kota melalui pemilahan atau penggunaan kembali.

    Menurut Donal, usai Festival Cinta Lingkungan rampung digelar, masjid apung itu akan dipasangi mesin agar bisa berlayar di aliran Kanal Banjir Barat layaknya kapal motor.

    Selain itu, Donal dan kawan-kawan juga berniat untuk menggunakan masjid apung dari ribuan botol bekas itu sebagai tempat ibadah saat bekerja di area bantaran kali.

    Pembangunan perahu masjid itu memakan waktu hampir empat bulan, yang dimulai sejak bulan Maret 2025 dengan target rampung awal September 2025, tepat H-14 sebelum Festival Cinta Lingkungan (Cilung) dimulai.

    Kendati demikian, ia memastikan pengerjaan masjid apung dilakukan setelah para petugas menyelesaikan tugas utamanya yakni membersihkan aliran kali dari sampah.

    Donal dan kawan-kawan paham betul, bagian mereka adalah membersihkan aliran kali dari sampah. Masjid apung yang mereka bangun hanyalah warna-warni, hasil tukar pikiran selama mereka bekerja seharian penuh.

    Barang kali upaya itu bisa mengetuk hati orang-orang untuk kembali mencintai lingkungan sebagaimana mencintai Yang Maha Kuasa. Dengan ikhtiar ini diharapkan  akan memutus romansa aliran kali dengan warga Jakarta, yakni mencegah  yang tak pernah diinginkan,  di antaranya banjir yang dapat memicu penyakit dan penderitaan.

    Sumber : Antara

  • Masjid apung,  seni mengingat ibadah dari botol bekas

    Masjid apung, seni mengingat ibadah dari botol bekas

    Jakarta (ANTARA) – Enam orang pria nampak sibuk membangun sebuah struktur terapung di tepi aliran Kali Cengkareng Drain, Cengkareng, Jakarta Barat, sore itu.

    Pemandangan yang jarang terlihat, lantaran biasanya orang-orang itu hanya bekerja membersihkan aliran kali dari sampah. Selebihnya, di hari-hari biasa, hanya akan terlihat para pemancing yang tak bosan mengamati aliran sungai.

    Enam orang itu merangkai botol-botol bekas buangan warga ibu kota. Satu orang sibuk di sisi kanan struktur bangunan seperti sebuah perahu, satu di sisi kiri, satu di depan, satu di belakang, dan dua fokus ke bagian atap.

    Dari pakaian mereka, jelas terlihat pekerjaan membersihkan kali sudah mereka rampungkan terlebih dahulu.

    Tak lelah usai merampungkan pekerjaan utamanya, mereka bahu-membahu merangkai sebuah struktur mengapung yang cukup untuk menampung hingga 20 orang.

    Botol-botol bekas itu diikatkan satu dengan yang lain, ditempel di sana-sini, dirangkai menjadi sebuah struktur lalu dibubuhi warna-warni, hijau dan kuning, warna keteduhan.

    Perahu itu sebagian besar terbuat dari botol-botol bekas yang dikumpulkan dari aliran sungai hingga dari pemilahan sampah di wilayah Cengkareng.

    Dari kejauhan, struktur itu terlihat tak lebih dari perahu warna-warni. Namun dari dekat, perahu itu bukan perahu biasa, melainkan perahu masjid. Perahu yang diberi bentuk masjid dengan tiga kubah.

    Meskipun belum selesai dibuat, bentuk masjid dari perahu itu tak bisa tertutupi lagi, sudah kelihatan jelas.

    Lebih dekat lagi, ke dalam hati orang-orang yang membuatnya, masjid apung itu adalah rupa dari puisi cinta lingkungan dan cinta Tuhan yang tak mereka ucapkan dalam kata-kata, namun dalam aksi nyata. Sebuah upaya artistik untuk mengingatkan diri mereka dan umat akan pentingnya ibadah dan menjaga lingkungan.

    Proposisi itu bisa dimaknai dalam konteks hubungan antara aliran kali dan Jakarta yang kerap berwujud banjir. Aliran kali, Jakarta dan banjir memang hampir tak terpisahkan, entah sampai kapan.

    Kali ini, enam orang dari daratan Jakarta itu mendatangi kali dan memberinya hadiah indah, yakni perahu masjid yang terbuat dari sampah-sampah botol yang dikumpulkan dari alirannya.

    Secara bersamaan, mereka membersihkan kali, mendaur ulang sampahnya dan memuliakan Yang Maha Kuasa. Perahu itu semacam bukti warna-warni tentang betapa ibadah bisa teringat dari barang-barang buangan sekali pun, botol bekas.

    Lebih jauh, perahu itu juga simbol bahwa mencintai Yang Maha Kuasa adalah mencintai lingkungan, begitu juga sebaliknya. Romantisasi inilah yang mesti dipahami dan direnungkan oleh setiap warga ibu kota, tanpa terkecuali.

    Enam orang itu adalah Petugas Unit Penganan Sampah (UPS) Badan Air Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat. Sehari-hari mereka bekerja membersihkan sungai. Kali ini, mereka diberi ruang untuk membuat karya perahu unik.

    Perahu dengan ide kreatif itu rencananya akan diikutkan dalam Festival Cinta Lingkungan 2025 yang bakal digelar pada 28 September mendatang di aliran Kanal Banjir Barat, Tambora, Jakarta Barat.

    Festival itu akan diikuti oleh 42 kecamatan se-Jakarta, tentu dengan ide unik karya perahunya masing-masing.

    Pengawas UPS Badan Air Kecamatan Cengkareng, Donal Aldiansyah (43) mengaku, ide perahu masjid didapatkan timnya melalui tukar pikiran yang cukup panjang.

    Kebetulan, tak jauh dari lokasi perahu itu dibuat, di dekat pintu air Kali Cengkareng Drain, ada sebuah masjid. Masjid itulah yang kemudian menginspirasi mereka membuat perahu masjid atau masjid apung.

    Masjid apung ala UPS Badan Air Kecamatan Cengkareng itu berukuran 6×4 meter. Masjid apung itu berdiri di atas 3.558 botol bekas, yang terdiri dari botol mineral 1 liter hingga galon air.

    Botol-botol itu diperoleh dari program sampah pilah, hasil pengerukan saluran air, hingga sumbangan warga.

    Tak berlebihan jika dikatakan bahwa dengan digunakannya botol-botol hasil pengerukan kali, masjid apung itu bisa menjadi pengingat masih banyak oknum, pendosa ekologis, yang kerap membuang sampah ke badan kali.

    Selain itu, dengan digunakannya botol-botol sumbangan warga, masjid apung itu juga menjadi penanda niat baik sistem sosial dalam mendukung pengurangan sampah di ibu kota melalui pemilahan atau penggunaan kembali.

    Menurut Donal, usai Festival Cinta Lingkungan rampung digelar, masjid apung itu akan dipasangi mesin agar bisa berlayar di aliran Kanal Banjir Barat layaknya kapal motor.

    Selain itu, Donal dan kawan-kawan juga berniat untuk menggunakan masjid apung dari ribuan botol bekas itu sebagai tempat ibadah saat bekerja di area bantaran kali.

    Pembangunan perahu masjid itu memakan waktu hampir empat bulan, yang dimulai sejak bulan Maret 2025 dengan target rampung awal September 2025, tepat H-14 sebelum Festival Cinta Lingkungan (Cilung) dimulai.

    Kendati demikian, ia memastikan pengerjaan masjid apung dilakukan setelah para petugas menyelesaikan tugas utamanya yakni membersihkan aliran kali dari sampah.

    Donal dan kawan-kawan paham betul, bagian mereka adalah membersihkan aliran kali dari sampah. Masjid apung yang mereka bangun hanyalah warna-warni, hasil tukar pikiran selama mereka bekerja seharian penuh.

    Editor: Slamet Hadi Purnomo
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Helikopter Nggak Boleh Asal Mendarat, Ada Aturannya!

    Helikopter Nggak Boleh Asal Mendarat, Ada Aturannya!

    Jakarta

    Dimensi atau ukuran helikopter umumnya lebih kecil dibandingkan pesawat penumpang. Meski tergolong kompak, namun kendaraan tersebut tak boleh mendarat di sembarang tempat. Sebab, ada aturan mengenai pembuatan helipad atau titik pendaratan.

    Ari Nurwanda selaku Chief Comercial Officer atau CCO Whitesky Aviation mengatakan, membuat helipad tak boleh dilakukan asal-asalan. Bahkan, ketika ada lapangan luas, kita tak bisa serta merta membuat titik pendaratan.

    “Begini, aviasi itu kan highly regulated. Regulasi itu diterbitkan oleh regulator. Jadi setiap kegiatan harus comply dengan regulasi. Jadi bagaimana persiapannya itu juga sudah diatur. Bagaimana kondisi landing area-nya sudah diatur,” ujar Ari Nurwanda saat ditemui di Cengkareng, Jakarta Barat.

    Helipad Helikopter di Jakarta Barat. (Foto: Septian Farhan Nurhuda/detik.com)

    Aturan membuat helipad dan pendaratan helikopter tertulis dengan jelas di Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 32 Tahun 2021. Lokasi helipad harus bebas dari hambatan seperti gedung tinggi, kabel listrik, dan menara komunikasi. Selain itu, permukaan helipad harus datar dan punya luas yang cukup.

    “Jadi semuanya itu kita harus comply dengan regulasi yang sudah ditetapkan. Jadi ketentuan kita adalah ketentuan pemerintah. Kita mengikuti,” ungkapnya.

    Sebagai penyedia layanan helikopter, ketika ada konsumen yang melakukan sewa, pihaknya akan memetakan dulu rutenya, termasuk lokasi pendaratan. Sehingga, dia dan timnya bisa menentukan, apakah memungkinkan dibuat helipad atau tidak.

    “Memang ada proses kalau titik itu custom, kita lihat dulu. Kita analisa dulu, kita koordinasi. Di situ ada danger area atau nggak, setting-nya bagaimana. Ketika semua sudah clear sesuai dengan aturannya, kita laksanakan. Tapi kalau nggak, kita nggak berani,” kata Ari.

    (sfn/sfn)

  • Kriminal kemarin, pencurian motor hingga pelaku penusukan ditangkap

    Kriminal kemarin, pencurian motor hingga pelaku penusukan ditangkap

    Jakarta (ANTARA) – Sejumlah peristiwa hukum dan kriminal terjadi di Jakarta pada Kamis (7/8), mulai dari pencuri yang meletuskan senjata api (senpi) untuk membubarkan massa hingga pelaku peristiwa penusukan ditangkap.

    Berikut lima berita pilihan untuk menemani aktivitas Anda pagi hari ini:

    Pencuri motor di Cengkareng letuskan senpi untuk bubarkan massa

    Jakarta (ANTARA) – Seorang pria pencuri sepeda motor di wilayah Rusun Daan Mogot Pesakih, Cengkareng, Jakarta Barat, meletuskan senjata api (senpi) untuk menakuti-nakuti dan membubarkan massa yang hendak menangkapnya pada Kamis sore.

    Selengkapnya

    Mata elang beli aplikasi untuk lacak nomor kendaraan tunggak angsuran

    Jakarta (ANTARA) – Mata elang (debt collector) berinisial VMA yang menganiaya korban di Kelapa Gading, Jakarta Utara, mengaku membeli aplikasi untuk melacak nomor polisi kendaraan yang menunggak angsuran kredit.

    “Dari hasil pemeriksaan, mereka membeli sebuah aplikasi,” kata Kepala Unit Reserse Kriminal (Kanit Reskrim) Polsek Kelapa Gading AKP Kiki Tanlim di Jakarta Utara, Kamis.

    Selanjutnya

    Massa desak Mahkamah Agung bebaskan Ngarijan Salim

    Jakarta (ANTARA) – Koalisi Masyarakat Pemerhati Hukum Indonesia menggelar unjuk rasa di depan Gedung Mahkamah Agung (MA), Jakarta Pusat, untuk mendesak pembebasan Ngarijan Salim, lansia berumur 82 tahun yang terjerat kasus dugaan penggelapan pajak.

    Selengkapnya

    Keluarga korban teriaki penabrak sebagai pembunuh di ruang sidang

    Jakarta (ANTARA) – Keluarga korban tabrak lari tidak bisa membendung amarahnya dan meneriaki terdakwa wanita berinisial IVS (65) sebagai pembunuh saat di ruang sidang Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Utara, Kamis.

    Selanjutnya

    Pelaku penusukan di toilet SPBU di Jakut ditangkap

    Jakarta (ANTARA) – Petugas Kepolisian menangkap pelaku penusukan berinisial RJT (37) terhadap korban berinisial DEL (20) di dalam toilet SPBU Muara Baru, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, pada Minggu (3/8) sekitar pukul 07.30 WIB.

    Selengkapnya

    Pewarta: Khaerul Izan
    Editor: Rr. Cornea Khairany
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.