kab/kota: California

  • Polisi Tangkap Ratusan Mahasiswa Demonstran Pro-Palestina di New York

    Polisi Tangkap Ratusan Mahasiswa Demonstran Pro-Palestina di New York

    New York City

    Sekitar 300 orang ditahan pihak kepolisian di Columbia University dan City college di New York. Sementara itu, bentrokan antara kelompok pengunjuk rasa yang berseteru pecah di Los Angeles, Amerika Serikat (AS).

    Pada Rabu (01/05), pihak kepolisian mendapat panggilan dari sejumlah perguruan tinggi di Amerika Serikat menyusul gelombang aksi protes mahasiswa pro-Palestina.

    Aksi demonstrasi ini dilakukan oleh mahasiswa untuk memprotes dukungan akademik dan pemerintah di tengah gempuran serangan Israel terhadap Gaza.

    Berdasarkan klaim data dari Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas, lebih dari 34.500 orang di wilayah Palestina tewas sejak awal operasi militer Israel.

    Merespons aksi demonstrasi ini, Israel menudingnya sebagai contoh antisemitisme dari universitas-universitas di Amerika. Tuduhan Israel ini kemudian dibantah oleh sejumlah kelompok mahasiswa.

    Perkemahan mahasiswa pro-Palestina merupakan aksi demonstrasi paling luas dan berkepanjangan, yang mengguncang sejumlah kampus di Amerika Serikat sejak aksi protes menentang perang Vietnam pada tahun 1960-an dan 1970-an.

    Polisi bubarkan demonstran di Columbia University

    Pada Selasa (30/04) malam waktu setempat, polisi New York membubarkan demonstrasi yang telah melumpuhkan aktivitas di Columbia University selama hampir dua minggu. Dalam pembubaran itu, polisi menangkap puluhan orang.

    Dia mengklaim bahwa pendudukan gedung perkuliahan itu dipimpin oleh “sejumlah oknum yang tidak berafiliasi dengan pihak kampus.” Namun, dia tidak memberikan bukti untuk pernyataan ini.

    Shafik juga meminta kepolisian untuk tetap berjaga di kampus setidaknya sampai tanggal 17 Mei demi “memastikan perkemahan tidak didirikan lagi.”

    Acara wisuda Columbia University biasanya digelar di alun-alun pusat kampus, tempat di mana perkemahan demonstran didirikan. Wisuda kampus ini sendiri direncanakan berlangsung pada 15 Mei.

    Pada Rabu (01/05), Wali Kota New York, Eric Adams, turut menuding bahwa aksi massa pro-Palestina bukanlah mahasiswa. Menurutnya, demonstran tersebut merupakan para penghasut profesional. Namun, dia tidak memberikan bukti terkait hal ini.

    “Setelah saya mengetahui adanya oknum dari luar yang ikut dalam insiden ini. Seperti yang disebutkan dalam surat permintaan pihak Columbia kepada kepolisian New York, jelas bahwa kami harus mengambil tindakan yang tepat, karena divisi intelijen kami mengidentifikasi bahwa demonstran adalah profesional yang terlatih,” kata Eric Adams dalam acara CBS Morning.

    Bentrok antar pengunjuk rasa di UCLA

    Pada Rabu (01/05), pihak University of California, Los Angeles (UCLA) turut memanggil pihak kepolisian. Saat itu, dua kelompok pengunjuk rasa yang saling bermusuhan bentrok di dalam kampus.

    Dalam sebuah rekaman yang telah diverifikasi kantor berita Reuters, para demonstran yang saling berseteru itu terlihat menggunakan tongkat dan galah untuk menyerang sebuah tenda yang didirikan oleh para massa aksi pro-Palestina.

    Rektor UCLA Gene Block menyebut bahwa orang-orang yang “tidak berafiliasi dengan kampus kami” terlibat dalam insiden tersebut. Hanya saja, dia tidak memberikan bukti atas klaimnya tersebut.

    Pihak kepolisian Los Angeles kemudian mengonfirmasi bahwa mereka datang karena merespons permintaan dari pihak kampus untuk memulihkan ketertiban “lantaran adanya sejumlah tindak kekerasan terhadap perkemahan di kampus mereka.”

    Katy Yaroslavsky, seorang anggota dewan Los Angeles yang daerah pilihannya mencakup kampus UCLA, mengatakan bahwa situasi sudah tidak terkendali.

    “Setiap orang punya hak untuk bebas berbicara dan melakukan protes, tapi situasi di kampus UCLA sudah tidak terkendali dan tidak aman,” ujar dia di akun media sosial.

    Penangkapan di sejumlah kampus di seluruh Amerika Serikat

    Penangkapan telah terjadi di sejumlah kampus di Amerika Serikat dalam beberapa hari terakhir.

    Dalam sebuah rekaman yang diunggah pada Selasa (30/04), pihak kepolisian terlibat dalam bentrokan dengan para aksi massa pro-Palestina di City College of New York. Petugas terlihat menjatuhkan pengunjuk rasa ke tanah.

    Selain itu, petugas juga menurunkan bendera Palestina yang dikibarkan pada tiang bendera kampus, dan menggantinya dengan bendera Amerika.

    Pada hari yang sama di Northern Arizona University, polisi anti huru-hara berpakaian lengkap, menangkap sekitar 20 orang karena dianggap masuk tanpa izin. Satu orang dijatuhkan ke tanah.

    Polisi juga membubarkan perkemahan pro-Palestina di Tulane University, New Orleans pada Rabu (01/05). Setidaknya enam orang ditangkap, dan pihak kampus juga menskors tujuh mahasiswa.

    Sementara itu, Brown University di negara bagian East Coast, Rhode Island, membuat kesepakatan dengan aksi massa pro-Palestina. Pihak pengunjuk rasa bakal menutup perkemahan mereka dengan imbalan para administrator akan mengadakan pemungutan suara pada Oktober guna mempertimbangkan untuk melepaskan diri dari Israel.

    mh/pkp/hp (AP, AFP, Reuters)

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kisah Perselisihan Guru Olahraga vs Kepala Sekolah Pakai AI

    Kisah Perselisihan Guru Olahraga vs Kepala Sekolah Pakai AI

    Jakarta

    Seorang pria bernama Dazhon Darien ditangkap oleh kepolisian Baltimore, AS, karena dituduh membuat rekaman suara menggunakan AI yang meniru suara orang lain.

    Darien adalah mantan direktur atletik di Pikesville High School. Ia ditangkap saat akan naik pesawat tujuan Houston, Texas. Pihak keamanan bandara mengetahui ada surat perintah penangkapan terhadap Darien saat mengecek surat izin membawa senjata apinya.

    Ia ditangkap atas tuduhan membuat rekaman suara palsu menggunakan AI, yang meniru suara kepala sekolah di bekas tempat kerjanya, yaitu Eric Eiswert, demikian dikutip detikINET dari Techspot, Selasa (30/4/2024).

    Rekaman suara yang dimaksud ini pada Januari 2024 lalu sempat tersebar di berbagai media sosial. Yaitu berisi rekaman yang suaranya mirip Eiswert yang sedang berdialog dengan orang lain.

    Eiswert menyebutkan sejumlah hal rasis dalam rekaman tersebut, misalnya siswa dari kalangan African-American terlalu bodoh saat mengerjakan ujian, berbagai komentar yang menghina komunitas Yahudi, dan soal dua pegawai di sekolah yang semestinya tidak direkrut.

    Akibat rekaman yang diduga dibuat menggunakan AI tersebut Eiswert sempat dinonaktifkan dari posisinya. Ia menerima banyak ancaman dan dibully di dunia maya. Pihak sekolah pun menjadi sasaran kemarahan banyak anggota komunitas.

    Eiswert membela diri, menurutnya rekaman suara itu dibuat oleh Darien menggunakan AI sebagai aksi balas dendam kepadanya, setelah kontraknya tak diperpanjang karena dianggap punya performa kerja yang buruk. Darien juga dituding menggelapkan dana sekolah, serta memutus kontrak pelatih tanpa seizin sekolah.

    Darien, menurut Eiswert, adalah sosok yang paham teknologi dan mengetahui cara memakai bermacam software berbasis AI.

    “(Darien) paham teknologi dan dipercaya sudah biasa menggunakan AI,” kata Eiswert ke polisi.

    Kemudian polisi menyelidiki Darien dan menemukan bukti bahwa Darien beberapa kali mengakses jaringan komputer sekolah dari Desember hingga Januari untuk mencari “OpenAI tools”. Darien juga punya beberapa akun OpenAI berbayar.

    Rekaman suara Eiswert pun dianalisa forensik oleh FBI, yang kemudian menemukan bahwa rekaman tersebut mengandung konten yang dibuat oleh AI. Analisa forensik ini dilakukan oleh ahli forensik dan prosesor dari Universitas California, yang akhirnya memastikan kalau rekaman tersebut adalah hasil manipulasi AI.

    (asj/afr)

  • Aksi Pro-Palestina Marak di Kampus Elite AS, Iran Bilang Gini

    Aksi Pro-Palestina Marak di Kampus Elite AS, Iran Bilang Gini

    Teheran

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran, Hossein Amir-Abdollahian, mengecam penindakan keras terhadap para demonstran pro-Palestina dalam aksi protes yang marak dan meluas di kampus-kampus elite Amerika Serikat (AS). Amir-Abdollahian bahkan mendesak Washington untuk segera menghentikan dukungan terhadap Israel.

    Seperti dilansir Press TV, Jumat (26/4/2024), kecaman Amir-Abdollahian itu disampaikan dalam pernyataan via media sosial X pada Kamis (25/4) waktu setempat. Dia menyebut polisi AS telah melakukan “penindasan dan perlakuan kasar” terhadap para profesor dan mahasiswa yang memprotes perang Israel di Jalur Gaza.

    “Penindasan dan perlakuan kasar oleh polisi dan pasukan keamanan Amerika terhadap para profesor dan mahasiswa, yang memprotes genosida dan kejahatan perang rezim Israel, di berbagai universitas sangat mengkhawatirkan dan dibenci oleh opini publik dunia,” sebut Amir-Abdollahian dalam komentarnya.

    “Penindasan ini sejalan dengan berlanjutnya dukungan penuh Washington terhadap rezim Israel, dan secara jelas menunjukkan standar ganda dan perilaku kontradiktif pemerintah Amerika terhadap kebebasan berekspresi,” ujarnya.

    Amir-Abdollahian kemudian menyinggung soal apa yang disebutnya sebagai “genosida terhadap puluhan ribu perempuan dan anak-anak Palestina, terutama setelah ditemukannya kuburan massal orang-orang sakit dan terluka serta staf medis di area sekitar Rumah Sakit Nasser di Jalur Gaza”.

    “Gelombang rasa jijik secara global terhadap rezim Israel dan para pendukungnya tidak bisa disembunyikan,” ucapnya.

    “Gedung Putih harus segera berhenti mendukung kejahatan perang rezim Israel, dan dimintai pertanggungjawaban,” cetus Amir-Abdollahian.

    Kepolisian AS dilaporkan menangkap ratusan demonstran pro-Palestina di berbagai lokasi, saat aksi memprotes perang Israel di Jalur Gaza semakin meningkat di kampus-kampus AS.

    Dalam penindakan keras terbaru, sekitar 108 penangkapan dilakukan di Emerson College di Boston. Sebelumnya sedikitnya 93 orang ditangkap atas tuduhan masuk tanpa izin di University of Southern California (USC) di Los Angeles.

    Para demonstran dan polisi juga terlibat bentrokan di Universitas Texas di Austin, dengan sekitar 34 orang ditangkap di sana.

    Universitas-universitas di berbagai wilayah AS tengah menjadi lokasi aksi pro-Palestina, dengan semakin banyak mahasiswa yang melakukan walkout dari ruang kuliah atau berusaha mendirikan perkemahan untuk memprotes operasi militer Israel di Jalur Gaza.

    AS telah memberikan dukungan militer dan intelijen secara maksimal terhadap Israel sejak 7 Oktober ketika perang berkecamuk di Jalur Gaza usai serangan mematikan Hamas. Washington juga menggunakan hak veto terhadap beberapa resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyerukan gencatan senjata di Jalur Gaza.

    Dalam aksinya, para demonstran pro-Palestina di AS menyerukan gencatan senjata dan menuntut pihak universitas untuk melepaskan aset atau melakukan divestasi dari perusahaan-perusahaan yang memiliki hubungan dengan Israel. Mereka juga berupaya menekan pemerintah AS untuk mengendalikan serangan Israel terhadap warga sipil Palestina.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kesaksian Mahasiswa Indonesia Soal Protes Perang Gaza di Kampus AS

    Kesaksian Mahasiswa Indonesia Soal Protes Perang Gaza di Kampus AS

    Jakarta

    Kepolisian Amerika Serikat (AS) telah menangkap ratusan pengunjuk rasa di berbagai lokasi di Amerika, seiring demonstrasi menentang perang di Gaza meluas di kampus-kampus elite dan universitas.

    Sejumlah mahasiswa Indonesia turut dalam aksi demonstrasi tersebut. Salah satu di antara mereka merasa berkewajiban untuk membela Palestina, sementara yang lain memilih untuk tidak terlibat secara langsung karena statusnya sebagai mahasiswa internasional penerima beasiswa.

    Seorang mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh studi di New York mengungkapkan sejumlah kawan mahasiswa dan dosen di kampusnya ditahan oleh aparat kepolisian.

    Perempuan tersebut yang meminta BBC untuk tidak mengungkap namanya dengan alasan keamanan mengungkapkan alasan mengapa dia turut dalam aksi demonstrasi, kendati berisiko terhadap dirinya yang berstatus sebagai mahasiswa internasional.

    “Yang membuat aku ikut dalam aksi, mungkin karena aku sendiri banyak belajar tentang apa yang terjadi di Palestina sekarang dan sudah melihat banyak human rights violations yang terjadi di Palestina,” ujarnya, Jumat (26/04).

    “[Saya] merasa punya personal obligation untuk amplify perubahan dalam bentuk protes ini,” katanya kemudian.

    Baru-baru ini, sekitar 108 penangkapan dilakukan di Emerson College, kata polisi Boston kepada mitra BBC AS, CBS News. Sebelumnya, 93 orang di Universitas Southern California (USC) di Los Angeles ditahan atas tuduhan masuk tanpa izin.

    Para pengunjuk rasa dan polisi juga bentrok di Universitas Texas di Austin. Pihak berwenang menyebut 34 orang telah ditangkap.

    Universitas-universitas di Amerika telah menyaksikan semakin banyak mahasiswa keluar dari kelas atau mencoba mendirikan tenda-tenda sebagai bentuk solidaritas terhadap tenda-tenda pengungsian yang ada di Palestina untuk memprotes aksi militer Israel di Gaza.

    Penangkapan terbaru ini menyusul penangkapan-penangkapan sebelumnya di Universitas Columbia, Yale dan New York.

    ‘Human chain’ untuk melindungi mahasiswa yang akan ditangkap

    Sejumlah mahasiswa asal Indonesia turut dalam aksi demonstrasi membela Palestina dan menentang perang di Gaza dalam gelombang demonstrasi mahasiswa baru-baru ini di AS.

    Salah satu dari merekayang menolak mengungkap identitasnya atas alasan keamananmengatakan ia sempat turut dalam demonstrasi dan protes di New York setelah penangkapan mahasiswa terjadi di salah satu kampus lain.

    “Salah satu [demonstrasi] yang terbesar, mungkin yang terjadi di kampusku, ada encampment, ketika para protester membangun tenda-tenda dan tenda-tenda ini sebagai bentuk solidaritas tenda-tenda pengungsian yang ada di Palestina,” ujarnya.

    Ketika dia datang, akunya, banyak orang yang telah berkumpul di sekitar tenda-tenda sambil melakukan orasi. Pada saat yang sama, pihak pengamanan kampus tampak berjaga di sekitar lokasi demonstrasi.

    ReutersMahasiswa di New York terus melakukan protes di tenda-tenda, sebagai solidaritas terhadap pengungsi Palestina di Gaza.

    “Satpam kampus ini kemudian membatasi orang-orang yang bukan organizer atau mereka-mereka yang bukan dari kampus enggak boleh lewat ke area tenda-tenda dan tidak bisa melakukan aksi protes di area tenda,” terangnya.

    Dia kemudian menjelaskan bahwa di seberang area tenda-tenda yang didirikan peserta demonstrasi, ada demonstrasi tandingan yang dilakukan oleh sejumlah orang pro-Israel yang membawa bendera Israel.

    “Saya kebetulan tidak sampai malam, karena ternyata setelah malam hari situasi semakin memanas dan kebetulan waktu itu dosen-dosen sudah ikut terlibat.”

    “Kemudian mereka membangun human chain, bergandengan tangan, untuk melindungi mahasiswa yang waktu itu posisinya sudah diancam akan ada penangkapan oleh polisi kalau tidak bubar,” kata dia.

    ReutersKepolisian New York berjaga di sekitar lokasi demonstrasi mendukung Israel di luar kampus Universitas Columbia, di tengah protes mahasiswa yang mendukung Palestina, 25 April 2024.

    Akan tetapi, situasi makin memanas sehingga kepolisian setempat mengeluarkan tembakan gas paper spray. Dalam insiden itu sekitar 120 orang, baik mahasiswa dan dosen, ditangkap pihak berwenang.

    Penangkapan itu tidak menyurutkan niat untuk melakukan demonstrasi membela Palestina. Hingga Kamis (25/04) demonstrasi terus berlangsung

    “Sampai hari ini demonstrasi terus berlangsung tiap hari dan dilakukan di beberapa titik di sekitar kampus dan sekitar kota NYC,” akunya.

    Dia menegaskan, keterlibatan dalam demonstrasi tersebut karena dia merasa terpanggil untuk membuat perubahan atas apa yang terjadi terhadap warga Palestina.

    “Rasanya aku punya personal obligation sebagai orang yang cukup privilege, dalam artian tidak terefek langsung dari konfliknya atau genosidanya. [Saya] merasa punya personal obligation untuk amplify perubahan dalam bentuk protes ini,” katanya.

    Kendati begitu, sejumlah mahasiswa Indonesia yang lain memilih untuk tidak terlibat secara langsung karena statusnya sebagai mahasiswa internasional penerima beasiswa.

    Mahasiswa Indonesia di Universitas New York, Nafasya Ramadini Maura, berkata penangkapan yang dilakukan terhadap pendemo baru-baru ini membuatnya harus berpikir dua kali untuk mengikuti aksi demonstrasi.

    “Memang semuanya bentuk protes, sebagai bentuk tuntutan justice untuk Palestina, tapi kalau sebagai stance mahasiswa internasional, aku menilai masih ada cara lain untuk menyuarakan ini,” jelas Nafasya, yang menempuh studi public relations and corporate communication di Universitas New York sejak 2023 silam.

    ‘Bebaskan Palestina’

    Sementara itu, penangkapan di USC, Los Angeles dilakukan ketika para mahasiswa berkumpul di Taman Alumni tempat upacara wisuda di universitas tersebut dijadwalkan berlangsung bulan depan.

    Petugas polisi yang mengenakan perlengkapan antihuru-hara membersihkan perkemahan pro-Palestina di pusat kampus, mencegah para demonstran berkumpul.

    Siswa mendapat peringatan 10 menit dari helikopter polisi untuk membubarkan diri. Mereka yang menolak, ditangkap atas tuduhan masuk tanpa izin.

    Protes tersebut awalnya dilaporkan berlangsung damai, namun kemudian berubah memanas dengan kehadiran polisi yang terus berlanjut.

    Ketika polisi mencoba menahan seorang perempuan, pengunjuk rasa melemparkan botol air ke arah mereka dan meneriakkan, “Lepaskan dia!”

    ReutersPolisi menangkap seorang pengunjuk rasa pro-Palestina di kampus USC di Los Angeles, California, pada 25 April 2024, seperti terlihat dalam tangkapan layar yang diperoleh dari sebuah video.

    Para pengunjuk rasa berkumpul di sekitar aparat polisi, menenggelamkan peringatan polisi dengan nyanyian “bebaskan Palestina”.

    Para pelajar, beberapa di antaranya mengenakan kaffiyeh, memegang tanda “zona pembebasan”, sambil menabuh genderang.

    Di tempat lain di negara itu, polisi Boston mengatakan kepada CBS bahwa tiga petugas terluka dalam demonstrasi di kota itu salah satunya dalam kondisi serius.

    Tidak ada pengunjuk rasa yang terluka, tambah polisi.

    Para siswa dikatakan telah berkemah sejak Minggu, diduga mengabaikan peringatan untuk pergi.

    Emerson College belum mengomentari penangkapan tersebut. Dalam pernyataan sebelumnya, mereka mengatakan mereka mendukung hak untuk melakukan demonstrasi damai sambil mendesak para aktivis untuk mematuhi hukum.

    EPAMahasiswa dan anggota masyarakat dalam solidaritas pro-Palestina di USC, Los Angeles, California, pada 24 April 2024

    Kekacauan di Universitas Texas

    Sebelumnya, terjadi kekacauan di kampus Universitas Texas di Austin ketika ratusan polisi lokal dan negara bagian menunggang kuda sambil memegang pentungan, membubarkan pengunjuk rasa.

    Gubernur Greg Abbott mengerahkan Garda Nasional untuk menghentikan para demonstran yang bergerak melintasi kampus, dengan mengatakan, mereka “pantas dipenjara”.

    Rekaman video yang diunggah di media sosial menunjukkan petugas mendorong ke arah kerumunan, sambil memperingatkan para demonstran melalui pengeras suara untuk meninggalkan lokasi atau menghadapi penangkapan.

    “Saya perintahkan Anda atas nama rakyat negara bagian Texas untuk membubarkan diri,” demikian bunyi pengumuman tersebut.

    Sebanyak 34 orang ditangkap, kata para pejabat.

    Seorang fotografer Fox News 7 Austin terlihat terjatuh ke tanah dengan kameranya saat dikepung oleh polisi anti huru hara. Outlet media AS tersebut kemudian mengonfirmasi bahwa juru kameranya telah ditangkap.

    Pengunjuk rasa lainnya terlihat dikepung oleh polisi anti huru hara. Namun segera setelah itu sekitar 300 demonstran berkumpul kembali, duduk di rumput di bawah menara jam ikonik sekolah dan meneriakkan “bebaskan Palestina”.

    Dinodai dugaan antisemitisme

    Gelombang demonstrasi mahasiswa dinodai oleh dugaan insiden antisemitisme, yang dikecam oleh Gedung Putih.

    Demonstrasi serta perdebatan sengit mengenai perang Israel-Gaza dan kebebasan berpendapat telah mengguncang kampus-kampus AS sejak serangan Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober, yang memicu serangan balik Israel. Perang di Gaza terus berkecamuk hingga kini.

    Di AS, terjadi pelonjakan insiden antisemitisme dan Islamofobia sejak saat itu, menurut sejumlah mahasiswa dari kedua pihak.

    Ketika ditanya tentang demonstrasi pada Senin (22/04), Presiden AS Joe Biden mengatakan dia mengutuk “demonstrasi antisemitisme” serta “mereka yang tidak memahami apa yang terjadi dengan rakyat Palestina”.

    Gerakan protes ini menjadi sorotan pekan lalu setelah polisi Kota New York dipanggil ke Universitas Columbia dan menangkap lebih dari 100 demonstran.

    Getty ImagesDemonstrasi mahasiswa menentang perang di Gaza di Universitas New York

    Demonstrasi telah meluas sejak saat itu. Selain NYU dan Yale, mahasiswa yang berdemonstrasi telah mendirikan kemah-kemah di Universitas California di Berkeley, Institut Teknologi Massachusetts (MIT), Universitas Michigan, Emerson College, dan Tufts.

    Seperti kawan-kawan mereka di universitas lain, para pengunjuk rasa di NYU menyerukan institusi pendidikan mereka untuk melepaskan sokongan “finansial dan dana abadi terhadap produsen senjata dan perusahaan yang berkepentingan dengan pendudukan Israel”.

    Seorang mahasiswa, Alejandro Tanon, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa AS berada pada “momen kritis”, menyamakan protes tersebut dengan demonstrasi bersejarah menentang Perang Vietnam dan apartheid di Afrika Selatan.

    “Kami mendukung Palestina dan kami mendukung pembebasan semua orang,” kata seorang pengunjuk rasa kepada mitra BBC di AS, CBS News.

    Sementara itu, seseorang yang berdiri di seberang jalan lokasi demonstrasi menentang perang di Palestina digelar, sambil mengibarkan bendera Israel berkata: “Ada satu sisi di sini dan satu sisi sejarah. Sisi yang benar ada di sini.”

    NYU mengungkapkan sekitar 50 orang terlibat dalam aksi demonstrasi di luar kampus tersebut. Mereka menggambarkan protes tersebut tidak sah dan mengganggu aktivitas perkuliahan.

    Polisi mulai menangkap mereka pada Senin (22/04) malam; jumlah pasti mereka yang ditahan hingga kini belum diketahui.

    Beberapa jam sebelumnya, hampir 50 pengunjuk rasa ditangkap di Universitas Yale di New Haven, Connecticut. Pihak berwenang mengatakan ratusan orang telah berkumpul; banyak dari mereka menolak seruan untuk membubarkan demonstrasi.

    EPASiswa mendengarkan pembicara pada protes di Emerson College

    Pada Senin (22/04), kepala Universitas Columbia, Dr Minouche Shafik, meminta mahasiswa untuk menjauh dari kampus, dengan alasan adanya insiden “perilaku yang mengintimidasi dan melecehkan”. Sebagai gantinya, kelas diadakan secara virtual.

    Dr Shafik mengatakan ketegangan di kampus telah “dieksploitasi dan diamplifikasi oleh individu-individu yang tidak berafiliasi dengan Columbia yang datang ke kampus dengan agenda mereka sendiri”.

    Pihak berwenang di NYU juga menyatakan bahwa pengunjuk rasa yang tidak memiliki hubungan dengan universitas telah bermunculan.

    Mereka melaporkan adanya insiden antisemitisme pada Senin (22/04) hari pertama hari raya Paskah Yahudi dan menjadi lembaga terbaru yang melaporkan hal tersebut.

    Video terbaru yang diunggah di dunia maya menunjukkan beberapa pengunjuk rasa di dekat Univesitas Columbia menyatakan dukungannya akan serangan Hamas terhadap Israel, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.

    Anggota Kongres dari Partai Demokrat, Kathy Manning, yang mengunjungi Universitas Columbia pada Senin, mengatakan dia melihat pengunjuk rasa di sana menyerukan kehancuran Israel.

    Chabad, kelompok Hasid di Universitas Columbia mengatakan mahasiswa Yahudi diteriaki dan dijadikan sasaran retorika yang merugikan mereka.

    Sementara itu, seorang rabi yang terafiliasi dengan universitas tersebut dilaporkan memperingatkan mahasiswa Yahudi untuk menghindari kampus sampai situasinya membaik.

    Anggota kelompok pendemo yang memberikan pernyataan publik telah membantah tudingan antisemitisme yang ditujukan kepada mereka, dengan alasan bahwa kritik mereka ditujukan untuk negara Israel dan para pendukungnya.

    Mahasiswa yang tergabung dalam kelompok Columbia Students for Justice in Palestine bilang mereka “dengan tegas menolak segala kebencian dan kefanatikan” dan mengkritik “individu yang tidak mewakili kami”.

    EPAMahasiswa yang berkemah di MIT

    Dalam sebuah pernyataan, Dr Shafik mengatakan sebuah kelompok kerja telah dibentuk di Columbia untuk “mencoba membawa krisis ini ke sebuah resolusi”.

    Pekan lalu, Dr Shafik memberikan kesaksian di hadapan komite kongres mengenai upaya Columbia untuk mengatasi antisemitisme.

    Dia menghadapi tekanan dari berbagai pihak, termasuk kemungkinan kecaman dari senat universitas atas penangkapan massal di kampus yang terjadi sehari setelah kesaksiannya.

    Sekelompok anggota parlemen federal, yang dipimpin oleh Perwakilan Partai Republik di New York, Elise Stefanik, juga telah menandatangani surat yang memintanya untuk mundur karena “kegagalan dalam mengakhiri gerombolan mahasiswa dan agitator yang menyerukan tindakan terorisme terhadap mahasiswa Yahudi” .

    EPADemonstrasi mahasiswa mendukung Palestina di Universitas Cambridge, pada 22 April 2024.

    Partai Demokrat juga telah meminta Columbia untuk memastikan bahwa pelajar Yahudi merasa aman dan diterima.

    Staf kampus bahkan bersikap kritis terhadap penanganan protes tersebut.

    Dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke BBC pada Senin (22/04) malam, Knight First Amendment Institute di Columbia menyerukan “koreksi arah yang mendesak” dan mengatakan pihak berwenang di luar negeri hanya boleh terlibat ketika ada “bahaya yang jelas dan nyata” terhadap orang atau properti.

    Serangan terhadap Israel spada tanggal 7 Oktober menyebabkan sekitar 1.200 warga Israel dan orang asing sebagian besar warga sipil terbunuh dan 253 lainnya disandera di Gaza, menurut penghitungan Israel.

    Israel menanggapinya dengan melancarkan perang paling intens yang pernah terjadi di Gaza, dengan tujuan menghancurkan Hamas dan membebaskan para sandera.

    Lebih dari 34.000 warga Palestina di Gaza kebanyakan dari mereka adalah anak-anak dan perempuan tewas dalam konflik tersebut, kata kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah tersebut.

    Mayoritas warga Amerika kini tidak menyetujui tindakan Israel di Gaza, menurut survei Gallup baru-baru ini, setelah terjadi pergeseran opini sejak pecahnya konflik saat ini.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Demo Protes Perang Gaza Meluas di Kampus Elite AS, Ratusan Pedemo Ditangkap

    Demo Protes Perang Gaza Meluas di Kampus Elite AS, Ratusan Pedemo Ditangkap

    Washington DC

    Kepolisian Amerika Serikat (AS) telah menangkap ratusan pengunjuk rasa di berbagai lokasi di Amerika, seiring demonstrasi menentang perang di Gaza meluas di kampus-kampus elite dan universitas.

    Sekitar 108 penangkapan dilakukan di Emerson College, kata polisi Boston kepada mitra BBC AS, CBS News.

    Sebelumnya, 93 orang di Universitas Southern California (USC) di Los Angeles ditahan atas tuduhan masuk tanpa izin. Para pengunjuk rasa dan polisi juga bentrok di Universitas Texas di Austin. Pihak berwenang menyebut 34 orang telah ditangkap.

    Universitas-universitas di Amerika telah menyaksikan semakin banyak mahasiswa yang keluar dari kelas atau mencoba mendirikan perkemahan untuk memprotes aksi militer Israel di Gaza.

    Penangkapan terbaru ini menyusul penangkapan-penangkapan sebelumnya di Universitas Columbia, Yale dan New York.

    Kepolisian membubarkan aksi mahasiswa di Universitas New York (NYU) pada Senin (22/4) malam dan melakukan sejumlah penangkapan.

    Belasan mahasiswa di Yale ditahan pada hari sebelumnya, sementara Universitas Columbia membatalkan kelas tatap muka imbas dari demonstrasi di kampus tersebut.

    ‘Bebaskan Palestina’

    Penangkapan di USC, Los Angeles dilakukan ketika para mahasiswa berkumpul di Taman Alumni tempat upacara wisuda di universitas tersebut dijadwalkan berlangsung bulan depan.

    Petugas polisi yang mengenakan perlengkapan antihuru-hara membersihkan perkemahan pro-Palestina di pusat kampus, mencegah para demonstran berkumpul.

    Siswa mendapat peringatan 10 menit dari helikopter polisi untuk membubarkan diri. Mereka yang menolak, ditangkap atas tuduhan masuk tanpa izin.

    Protes tersebut awalnya dilaporkan berlangsung damai, namun kemudian berubah memanas dengan kehadiran polisi yang terus berlanjut.

    Ketika polisi mencoba menahan seorang perempuan, pengunjuk rasa melemparkan botol air ke arah mereka dan meneriakkan, “Lepaskan dia!”

    ReutersPolisi menangkap seorang pengunjuk rasa pro-Palestina di kampus USC di Los Angeles, California, pada 25 April 2024, seperti terlihat dalam tangkapan layar yang diperoleh dari sebuah video.

    Para pengunjuk rasa berkumpul di sekitar aparat polisi, menenggelamkan peringatan polisi dengan nyanyian “bebaskan Palestina”.

    Para pelajar, beberapa di antaranya mengenakan kaffiyeh, memegang tanda “zona pembebasan”, sambil menabuh genderang.

    Di tempat lain di negara itu, polisi Boston mengatakan kepada CBS bahwa tiga petugas terluka dalam demonstrasi di kota itu salah satunya dalam kondisi serius.

    Tidak ada pengunjuk rasa yang terluka, tambah polisi.

    Para siswa dikatakan telah berkemah sejak Minggu, diduga mengabaikan peringatan untuk pergi.

    Emerson College belum mengomentari penangkapan tersebut. Dalam pernyataan sebelumnya, mereka mengatakan mereka mendukung hak untuk melakukan demonstrasi damai sambil mendesak para aktivis untuk mematuhi hukum.

    EPAMahasiswa dan anggota masyarakat dalam solidaritas pro-Palestina di USC, Los Angeles, California, pada 24 April 2024

    Kekacauan di Universitas Texas

    Sebelumnya, terjadi kekacauan di kampus Universitas Texas di Austin ketika ratusan polisi lokal dan negara bagian menunggang kuda sambil memegang pentungan, membubarkan pengunjuk rasa.

    Gubernur Greg Abbott mengerahkan Garda Nasional untuk menghentikan para demonstran yang bergerak melintasi kampus, dengan mengatakan, mereka “pantas dipenjara”.

    Rekaman video yang diunggah di media sosial menunjukkan petugas mendorong ke arah kerumunan, sambil memperingatkan para demonstran melalui pengeras suara untuk meninggalkan lokasi atau menghadapi penangkapan.

    “Saya perintahkan Anda atas nama rakyat negara bagian Texas untuk membubarkan diri,” demikian bunyi pengumuman tersebut.

    Sebanyak 34 orang ditangkap, kata para pejabat.

    Seorang fotografer Fox News 7 Austin terlihat terjatuh ke tanah dengan kameranya saat dikepung oleh polisi anti huru hara. Outlet media AS tersebut kemudian mengonfirmasi bahwa juru kameranya telah ditangkap.

    Pengunjuk rasa lainnya terlihat dikepung oleh polisi anti huru hara. Namun segera setelah itu sekitar 300 demonstran berkumpul kembali, duduk di rumput di bawah menara jam ikonik sekolah dan meneriakkan “bebaskan Palestina”.

    Dinodai dugaan antisemitisme

    Gelombang demonstrasi mahasiswa dinodai oleh dugaan insiden antisemitisme, yang dikecam oleh Gedung Putih.

    Demonstrasi serta perdebatan sengit mengenai perang Israel-Gaza dan kebebasan berpendapat telah mengguncang kampus-kampus AS sejak serangan Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober, yang memicu serangan balik Israel. Perang di Gaza terus berkecamuk hingga kini.

    Di AS, terjadi pelonjakan insiden antisemitisme dan Islamofobia sejak saat itu, menurut sejumlah mahasiswa dari kedua pihak.

    Ketika ditanya tentang demonstrasi pada Senin (22/4), Presiden AS Joe Biden mengatakan dia mengutuk “demonstrasi antisemitisme” serta “mereka yang tidak memahami apa yang terjadi dengan rakyat Palestina”.

    Gerakan protes ini menjadi sorotan pekan lalu setelah polisi Kota New York dipanggil ke Universitas Columbia dan menangkap lebih dari 100 demonstran.

    Getty ImagesDemonstrasi mahasiswa menentang perang di Gaza di Universitas New York

    Demonstrasi telah meluas sejak saat itu. Selain NYU dan Yale, mahasiswa yang berdemonstrasi telah mendirikan kemah-kemah di Universitas California di Berkeley, Institut Teknologi Massachusetts (MIT), Universitas Michigan, Emerson College, dan Tufts.

    Seperti kawan-kawan mereka di universitas lain, para pengunjuk rasa di NYU menyerukan institusi pendidikan mereka untuk mengungkap dan melepaskan sokongan “finansial dan dana abadi dari produsen senjata dan perusahaan yang berkepentingan dengan pendudukan Israel”.

    Seorang mahasiswa, Alejandro Tanon, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa AS berada pada “momen kritis”, menyamakan protes tersebut dengan demonstrasi bersejarah menentang Perang Vietnam dan apartheid di Afrika Selatan.

    “Kami mendukung Palestina dan kami mendukung pembebasan semua orang,” kata seorang pengunjuk rasa kepada mitra BBC di AS, CBS News.

    Sementara itu, seseorang yang berdiri di seberang jalan lokasi demonstrasi menentang perang di Palestina digelar, sambil mengibarkan bendera Israel berkata: “Ada satu sisi di sini dan satu sisi sejarah. Sisi yang benar ada di sini.”

    NYU mengungkapkan sekitar 50 orang terlibat dalam aksi demonstrasi di luar kampus tersebut. Mereka menggambarkan protes tersebut tidak sah dan mengganggu aktivitas perkuliahan.

    Polisi mulai menangkap mereka pada Senin (22/04) malam; jumlah pasti mereka yang ditahan hingga kini belum diketahui.

    Beberapa jam sebelumnya, hampir 50 pengunjuk rasa ditangkap di Universitas Yale di New Haven, Connecticut. Pihak berwenang mengatakan ratusan orang telah berkumpul; banyak dari mereka menolak seruan untuk membubarkan demonstrasi.

    EPASiswa mendengarkan pembicara pada protes di Emerson College

    Pada Senin (22/04), kepala Universitas Columbia, Dr Minouche Shafik, meminta mahasiswa untuk menjauh dari kampus, dengan alasan adanya insiden “perilaku yang mengintimidasi dan melecehkan”. Sebagai gantinya, kelas diadakan secara virtual.

    Dr Shafik mengatakan ketegangan di kampus telah “dieksploitasi dan diamplifikasi oleh individu-individu yang tidak berafiliasi dengan Columbia yang datang ke kampus dengan agenda mereka sendiri”.

    Pihak berwenang di NYU juga menyatakan bahwa pengunjuk rasa yang tidak memiliki hubungan dengan universitas telah bermunculan.

    Mereka melaporkan adanya insiden antisemitisme pada Senin (22/04) hari pertama hari raya Paskah Yahudi dan menjadi lembaga terbaru yang melaporkan hal tersebut.

    Video terbaru yang diunggah di dunia maya menunjukkan beberapa pengunjuk rasa di dekat Univesitas Columbia menyatakan dukungannya akan serangan Hamas terhadap Israel, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.

    Anggota Kongres dari Partai Demokrat, Kathy Manning, yang mengunjungi Universitas Columbia pada Senin, mengatakan dia melihat pengunjuk rasa di sana menyerukan kehancuran Israel.

    Chabad, kelompok Hasid di Universitas Columbia mengatakan mahasiswa Yahudi diteriaki dan dijadikan sasaran retorika yang merugikan mereka.

    Sementara itu, seorang rabi yang terafiliasi dengan universitas tersebut dilaporkan memperingatkan mahasiswa Yahudi untuk menghindari kampus sampai situasinya membaik.

    Anggota kelompok yang melukan demonsgtrasi yang memberikan pernyataan publik telah membantah tudingan antisemitisme yang ditujukan kepada mereka, dengan alasan bahwa kritik mereka ditujukan untuk negara Israel dan para pendukungnya.

    Mahasiswa yang tergabung dalam kelompok Columbia Students for Justice in Palestine bilang mereka “dengan tegas menolak segala kebencian dan kefanatikan” dan mengkritik “individu yang tidak mewakili kami”.

    EPAMahasiswa yang berkemah di MIT

    Dalam sebuah pernyataan, Dr Shafik mengatakan sebuah kelompok kerja telah dibentuk di Columbia untuk “mencoba membawa krisis ini ke sebuah resolusi”.

    Pekan lalu, Dr Shafik memberikan kesaksian di hadapan komite kongres mengenai upaya Columbia untuk mengatasi antisemitisme.

    Dia menghadapi tekanan dari berbagai pihak, termasuk kemungkinan kecaman dari senat universitas atas penangkapan massal di kampus yang terjadi sehari setelah kesaksiannya.

    Sekelompok anggota parlemen federal, yang dipimpin oleh Perwakilan Partai Republik di New York, Elise Stefanik, juga telah menandatangani surat yang memintanya untuk mundur karena “kegagalan dalam mengakhiri gerombolan mahasiswa dan agitator yang menyerukan tindakan terorisme terhadap mahasiswa Yahudi” .

    EPADemonstrasi mahasiswa mendukung Palestina di Universitas Cambridge, pada 22 April 2024.

    Partai Demokrat juga telah meminta Columbia untuk memastikan bahwa pelajar Yahudi merasa aman dan diterima.

    Staf kampus bahkan bersikap kritis terhadap penanganan protes tersebut.

    Dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke BBC pada Senin (22/04) malam, Knight First Amendment Institute di Columbia menyerukan “koreksi arah yang mendesak” dan mengatakan pihak berwenang di luar negeri hanya boleh terlibat ketika ada “bahaya yang jelas dan nyata” terhadap orang atau properti.

    Serangan terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober menyebabkan sekitar 1.200 warga Israel dan orang asing sebagian besar warga sipil terbunuh dan 253 lainnya disandera di Gaza, menurut penghitungan Israel.

    Israel menanggapinya dengan melancarkan perang paling intens yang pernah terjadi di Gaza, dengan tujuan menghancurkan Hamas dan membebaskan para sandera.

    Lebih dari 34.000 warga Palestina di Gaza kebanyakan dari mereka adalah anak-anak dan perempuan tewas dalam konflik tersebut, kata kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah tersebut.

    Mayoritas warga Amerika kini tidak menyetujui tindakan Israel di Gaza, menurut survei Gallup baru-baru ini, setelah terjadi pergeseran opini sejak pecahnya konflik saat ini.

    (haf/haf)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Gadis 14 Tahun Dinobatkan sebagai Olahragawan Aksi Terbaik

    Gadis 14 Tahun Dinobatkan sebagai Olahragawan Aksi Terbaik

    Semoga kita semua sehat dan masih semangat menjalani semua tanggung jawab pekan ini. Untuk menambah semangat Anda, kami sudah merangkumkan sejumlah informasi pilihan dari berbagai negara, sebagai bekal asupan informasi Anda.

    Dunia Hari Ini edisi 23 April 2024 akan kita awali dari Australia.

    Olahragawan terbaik berusia empat belas tahun

    Saat Novak Djokovic dan Aitana Bonmati mendapat anugerah olahragawan terbaik dunia dan olahragawan terbaik tahun ini di Laureus Awards, Arisa Trew yang berusia 14 tahun dari Gold Coast, Australia, sangat gembira dinobatkan sebagai olahragawan aksi terbaik tahun ini dalam sebuah upacara di Madrid.

    Arisa mendapat kehormatan atas prestasi ketika menjadi skater perempuan pertama yang mendaratkan 720, sebuah trik yang melibatkan dua rotasi penuh di udara, dalam sebuah kompetisi.

    Dia melakukan gerakan ikonik tersebut, yang pertama kali berhasil dilakukan oleh pemain skate board Tony Hawk pada tahun 1985, di X Games di California pada bulan Juli tahun lalu — dan Hawk ada di sana dan bertepuk tangan untuk Trew saat gadis itu mengukir sejarah.

    “Saya sangat mengagumi Tony Hawk,” katanya saat menerima penghargaan Laureus dari legenda sepak bola Prancis Patrice Evra.

    Dua pria dituduh menjadi mata-mata China

    Polisi Inggris telah mendakwa dua pria dengan tuduhan menjadi mata-mata untuk China, termasuk satu orang yang dilaporkan bekerja sebagai peneliti di parlemen Inggris untuk politisi terkemuka di Partai Konservatif yang berkuasa.

    Seluruh Eropa semakin mencemaskan dugaan aktivitas spionase China, sementara Inggris menjadi semakin vokal mengenai kekhawatirannya dalam beberapa bulan terakhir.

    Kedua pria tersebut, berusia 32 dan 29 tahun, didakwa memberikan informasi yang merugikan kepada China dan dianggap melanggar Undang-Undang Rahasia Resmi, dan akan hadir di pengadilan pada hari Jumat pekan ini.

    “Ini merupakan penyelidikan yang sangat kompleks terhadap tuduhan yang sangat serius,” kata Dominic Murphy, kepala Komando Kontra Terorisme.

    Kedutaan Besar China di London mengatakan tuduhan bahwa China berusaha mencuri rahasia Inggris adalah “sepenuhnya dibuat-buat”.

    Banjir melanda provinsi Guangdong

    Banjir telah menggenangi beberapa kota di Delta Sungai Pearl yang padat penduduk di China selatan setelah curah hujan tinggi yang memecahkan rekor, sehingga memicu kekhawatiran terhadap banjir besar yang disebabkan oleh peristiwa cuaca ekstrem.

    Pada hari Senin (22/04), tim penyelamat berperahu di provinsi Guangdong yang dilanda banjir di China berlomba untuk mengevakuasi penduduk yang terjebak, membawa beberapa orang lanjut usia dari rumah mereka dan mengerahkan helikopter untuk menyelamatkan penduduk desa yang terjebak tanah longsor.

    Peristiwa cuaca tersebut menyebabkan 36 rumah roboh dan 48 rumah rusak parah.

    Provinsi yang pernah dijuluki sebagai “pusat pabrik dunia” ini rentan terhadap banjir di musim panas.

    Sejak Kamis pekan lalu, Guangdong dilanda curah hujan yang luar biasa deras, berkelanjutan, dan meluas. Badai petir diperkirakan akan kembali terjadi di wilayah tersebut akhir pekan ini.

    Tiada bukti ratusan anggota badan pengungsi Palestina adalah teroris

    Hal ini tercantum di dalam laporan setebal 48 halaman, yang dirilis pada hari Senin (22/04).

    Laporan itu juga menemukan bahwa badan tersebut memiliki struktur yang kuat untuk memastikan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip netralitas kemanusiaan meskipun masih terdapat permasalahan.

    PBB menunjuk mantan Menteri Luar Negeri Perancis Catherine Colonna untuk memimpin peninjauan terhadap netralitas UNRWA pada bulan Februari setelah Israel menuduh bahwa 12 staf UNRWA ikut serta dalam serangan 7 Oktober yang dipimpin Hamas, yang memicu perang Gaza.

    Laporan hasil peninjauan tersebut mengatakan Israel telah membuat klaim publik bahwa “sejumlah besar” staf UNRWA adalah anggota “organisasi teroris”.

    “Namun, Israel belum memberikan bukti pendukung mengenai hal ini,” katanya.

  • Misteri Gunung Shasta, Disebut Sarang Alien, hingga Tempat Aliran Sesat

    Misteri Gunung Shasta, Disebut Sarang Alien, hingga Tempat Aliran Sesat

    Jakarta

    Pernahkah kalian mendengar tentang Gunung Shasta? Gunung yang sangat indah di California Utara, Amerika Serikat ini menyimpan banyak misteri. Ada banyak julukan bagi gunung ini, mulai dari sarang UFO dan alien, peradaban yang telah lama hilang, makhluk aneh dari dunia lain, hingga tempat aliran sesat.

    Mengapa Gunung Shasta Istimewa?

    Gunung Shasta adalah stratovolcano atau gunung berapi gabungan, yang mencapai ketinggian 4.322 meter. Seperti gunung berapi lain dari jenis ini, gunung berapi tersebut memiliki bentuk kerucut yang lebih klasik, yang dibentuk oleh empat kerucut gunung berapi berbeda yang saling tumpang tindih. Hal ini menjadikannya landmark yang mencolok dan mudah terlihat, lengkap dengan permukaannya yang tertutup salju, serta merupakan lokasi ideal bagi pendaki gunung, pendaki, berkemah, dan pemain ski.

    Namun tempat ini juga telah lama menjadi tujuan wisata bagi pengunjung yang bertujuan spiritual dan mencari liburan yang tidak biasa. Setiap tahun, ribuan orang mengunjungi gunung ini dengan harapan dapat berkomunikasi dengan sesuatu di luar Bumi.

    Ada pemandu wisata dan tempat tertentu di gunung tersebut yang didedikasikan untuk meditasi dan aktivitas spiritual lainnya. Banyak juga sumber bacaan yang menawarkan berbagai teks berkaitan dengan metafisika tentang penyembuhan, getaran alam, kristal alami, penampakan malaikat, dan sebagainya, banyak di antaranya mengklaim memiliki hubungan dengan Gunung Shasta.

    Dianggap Tempat Suci

    Meskipun ada berbagai konspirasi modern yang terkait dengan Gunung Shasta, gunung ini telah lama menjadi situs suci bagi banyak suku pribumi. Masyarakat adat mempunyai klaim lama atas gunung tersebut dan sejarahnya. Artefak yang ditemukan di wilayah tersebut menunjukkan bahwa manusia telah tinggal di wilayah tersebut setidaknya selama 9.000 tahun, menjadikannya salah satu wilayah yang paling lama dihuni di negara ini.

    Suku -suku yang tinggal di sekitar gunung saat ini antara lain suku Shasta, Wintu, Achomawi, Atsugewi, Moduc, dan Klamath. Menurut cerita tradisional mereka, gunung tersebut dihuni oleh berbagai makhluk halus dan penjaga. Salah satunya adalah arwah Chief Skell yang konon turun ke puncak gunung dari surga. Selama konfliknya dengan roh primordial lain dari ‘Dunia Bawah’, Chief Skell menyebabkan berbagai letusan di lereng gunung dan sekitarnya.

    Tokoh adat terkemuka lainnya, seperti G’mokumk yang berarti Sang Pencipta, konon tinggal di gunung tersebut. Menurut masyarakat Moduc, tulang belulang nenek moyang mereka yang telah lama meninggal dikuburkan di gunung tersebut. Mereka juga percaya bahwa makhluk yang dikenal sebagai matah kagmi atau kaki besar, menghuni dan melindungi hutan di sekitarnya. Ada kemungkinan legenda kuno ini dan tempat-tempat keramat yang terkait mengilhami beberapa kepercayaan kontemporer tentang gunung tersebut.

    Kota Cahaya yang Hilang

    Salah satu cerita terkini tentang Gunung Shasta adalah bahwa gunung ini adalah rumah bagi kota bernama Telos yang berada di bawah tanah dan sangat maju. Telos dijuluki sebagai Kota Cahaya yang dihuni oleh suku Lemurian. Orang-orang ini merupakan keturunan manusia atau makhluk humanoid yang pernah hidup di benua Lemuria yang hilang .

    Jika kalian mengira penamaan Lemuria berasal dari hewan bernama ‘lemur’, kalian benar. Menurut catatan di abad ke-19, pernah ada daratan luas yang lenyap ditelan perairan Samudra Hindia. Jika memang ada, daratan ini, Lemuria akan membantu menjelaskan mengapa fosil lemur ditemukan di Madagaskar dan India, namun tidak ditemukan di tempat lain di Afrika atau Timur Tengah.a

    Menurut mereka yang percaya, suku Lemurian kini meringkuk di bawah Gunung Shasta, benua yang tenggelam tersebut tidak hilang di bawah Samudra Hindia melainkan hilang di Pasifik ribuan tahun yang lalu. Mereka yang selamat dari bencana tersebut tinggal di bawah gunung tempat mereka membangun Kota Cahaya. Sejak saat itu, orang-orang mengaku melihat orang Lemurian berkeliaran di sekitar area tersebut. Konon mereka memiliki tinggi 2,1 meter, berambut panjang, dan mengenakan jubah putih serta sandal.

    Mereka juga dikatakan memiliki kemampuan psikis dan kekuatan super yang memungkinkan mereka bergerak melintasi ruang dan waktu. Terdengar seperti dongeng, namun menurut sebuah penelitian yang didanai pemerintah, 89% pengunjung gunung yang melakukan ziarah datang untuk beribadah atau berkomunikasi dengan makhluk yang hidup di bawah gunung.

    Roswell di Lereng Gunung

    Selain sebagai rumah bagi peradaban yang telah lama hilang, gunung ini juga disebut-sebut merupakan tempat pertemuan alien. Pada 12 Februari 2020, Gunung Shasta menjadi fokus perhatian internasional ketika orang-orang ramai memotret penampakan sesuatu diduga UFO raksasa yang menjulang di atas puncaknya.

    Namun jika diamati lebih dekat, UFO tersebut ternyata adalah awan lentikular. Awan ini sering kali terbentuk di lereng gunung dan bentuknya mirip UFO. Bagaimanapun, peristiwa ini tetap merupakan fenomena yang sangat duniawi dan bukan merupakan kunjungan dari planet lain.

    Selama beberapa dekade, sejumlah pengunjung gunung tersebut melaporkan berbagai pengalaman, penampakan, dan perjumpaan dengan makhluk luar angkasa. Kemungkinan besar gunung tersebut juga merupakan tempat kelahiran ‘agama’ UFO pertama, yakni aliran sesat ‘I AM Activity’ yang muncul tahun 1930an.

    Gerakan teosofis yang menggabungkan mistisisme dan spiritualisme dengan metafisika ini didirikan oleh Guy W Ballard dan istrinya Edna Anne Wheeler Ballard, dan menjadi landasan bagi banyak agama New Age abad ke-20 lainnya. Pada intinya, aliran sesat ini memadukan agama Kristen dan mistisisme dengan nasionalisme. Meski akhirnya tidak dikenal, gerakan tersebut masih ada hingga saat ini.

    Selain itu, masih banyak lagi keanehan dan cerita fantasi terkait dengan Gunung Shasta, termasuk misteri lubang setinggi 18 meter yang menghilang yang mungkin diciptakan oleh orang-orang yang mencari Telos.

    Namun fakta bahwa gunung ini merupakan tempat berkumpulnya banyak klaim spiritual dan teori konspirasi yang berbeda, menunjukkan bahwa Gunung Shasta tak hanya memiliki pemandangan menakjubkan tetapi juga merupakan sebuah demonstrasi bagaimana New Ageisme menyatukan semua hal tersebut tanpa mempedulikan keaslian, fakta, atau legitimasinya.

    (rns/rns)

  • Kamera Digital Terbesar di Dunia Siap Ungkap Rahasia Alam Semesta

    Kamera Digital Terbesar di Dunia Siap Ungkap Rahasia Alam Semesta

    Jakarta

    Ilmuwan dan engineer di SLAC National Accelerator Laboratory akhirnya selesai merakit kamera digital terbesar di dunia. Kamera ini dirancang untuk membuka tabir misteri alam semesta.

    Kamera bernama Legacy Survey of Space and Time (LSST) itu memiliki resolusi 3.200 megapiksel atau lebih dari 3,2 miliar piksel. Tidak hanya resolusinya yang besar, ukurannya pun bikin menganga karena memiliki bobot sekitar 3.000 kg atau setara dengan satu mobil.

    Setelah selesai dirakit, kamera ini akan dipasangkan dengan Teleskop Simunyi Survey yang berada di Observatorium Vera C. Rubin di Chile. Teleskop besar ini tidak kalah canggih karena bisa berputar 180 derajat hanya dalam 20 detik.

    Dengan lensa depan yang lebarnya 1,5 meter, kamera LSST akan menangkap eksposur berdurasi 15 detik setiap 20 detik. Kamera ini juga bisa menangkap seluruh langit malam yang dapat dilihat setiap tiga hingga empat hari sekali.

    Kamera LSST bisa menemukan 20 miliar bintang dan galaksi baru dalam satu dekade ke depan. Saking besarnya, untuk menampilkan gambar yang diambil kamera LSST dalam resolusi penuh membutuhkan ratusan televisi UHD.

    Kamera LSST diharapkan dapat menangkap langit di belahan Bumi selatan dengan lebih detail. Temuan dari observasi ini diharapkan bisa mengungkap misteri tata surya seperti dark energy dan dark matter.

    “Data yang dikumpulkan oleh kamera LSST dan Rubin akan sangat inovatif. Ini akan memungkinkan studi yang sangat tajam mengenai perluasan alam semesta dan energi gelap,” kata Aaron Roodman, Profesor SLAC dan Deputy Director and Camera Program Lead Rubin Observatory, seperti dikutip dari Space, Kamis (11/4/2024).

    “Survei LSST akan memungkinkan kami melihat miliaran galaksi, perkiraan 17 miliar bintang di galaksi kita, Bima Sakti dan jutaan objek tata surya lainnya,” sambungnya.

    Setelah perakitan selesai, tugas ilmuwan berikutnya adalah membawa kamera LSST dari fasilitas SLAC di Menlo Park, California menuju Observatorium Vera C Rubin di puncak Cerro Pachón di Pegunungan Andes di ketinggian 2.713 meter. Proses pemasangan kamera ke teleskop diperkirakan akan selesai tahun ini.

    Kamera LSST diperkirakan akan mulai mengambil foto pertamanya pada awal tahun 2025. Publik akan bisa menikmati foto yang diambil kamera ini pada tahun 2027.

    (vmp/agt)

  • Dua Proyek Besar Gagal, Apple PHK 600 Karyawan

    Dua Proyek Besar Gagal, Apple PHK 600 Karyawan

    Jakarta

    Apple memiliki dua proyek besar yang berujung kegagalan, yakni Apple Car dan pembuatan microLED internal. Kegagalan ini pun berdampak terhadap diberhentikannya lebih dari 600 karyawan Apple.

    Hal ini pun diketahui karena sebuah aturan di California, Amerika, mengharuskan perusahaan untuk memberitahukan kepada karyawannya dan perwakilan negara bagian selama 60 hari sebelum PHK massal dilakukan.

    Seperti diberitakan Phone Arena, Sabtu (6/4/2024) Apple belum lama ini telah memutuskan untuk menghentikan proyek Apple Car sebuah mobil listrik tanpa pengemudi yang telah dikerjakannya selama satu dekade. Dalam proyek ini Apple diyakini telah menggelontorkan lebih dari USD 10 miliar untuk Apple Car.

    Saat proyek Apple Car diberhentikan diketahui ada 2 ribu karyawan yang terlibat, beberapa di antaranya pun dikirim untuk bekerja bersama dengan John Giannandrea dan tim kecerdasan buatan (AI) Apple.

    Sementara beberapa karyawan lainnya diberi waktu 90 hari untuk melamar posisi pekerjaan yang terbuka di Apple, namun sayangnya beberapa dari mereka tidak memiliki pengalaman bekerja di luar industri otomotif. Akibatnya, para pekerja ini harus mengucapkan selamat tinggal kepada Apple.

    Proyek gagal Apple lainnya di mana pada bulan lalu Apple memutuskan untuk menghentikan pekerjaan membuat layar microLED internal, proyek lain yang dimulai oleh raksasa teknologi ini, dan menghabiskan miliaran dolar, tetapi tidak dapat mencapai garis finish.

    Rencana dari proyek tersebut adalah untuk menggunakan layar microLED pada model Apple Ultra Watch yang akan datang dan pada akhirnya menggunakan layar pada iPhone. Layar ini akan menghasilkan warna yang lebih cerah dan akurat, lebih hemat energi, dan tidak seperti panel OLED, tidak ada risiko layar terbakar.

    Meskipun Apple tidak akan membuat layar microLED sendiri untuk perangkatnya, bukan berarti Apple menyerah pada layar ini. Sebaliknya, Apple mungkin akan mencari sumbernya dari pemasok.

    Apple membeli perusahaan microLED LuxVue pada tahun 2014 dan mirip dengan proyek Apple Car, tampaknya Apple memberikan proyek tersebut sekitar satu dekade sebelum akhirnya menyerah.

    Pada tahun 2015, Apple diyakini sedang mengerjakan produksi layar microLED di fasilitas rahasia di Taiwan. Pada saat itu, layar diperuntukkan untuk iPhone dan sekitar 50 insinyur ditugaskan untuk proyek tersebut.

    (jsn/fay)

  • Danau Ajaib Muncul Lagi Setelah Menghilang 130 Tahun

    Danau Ajaib Muncul Lagi Setelah Menghilang 130 Tahun

    Jakarta

    Dalam kasus reklamasi lingkungan yang luar biasa, Danau Tulare yang dulunya merupakan perairan tawar terbesar di sebelah barat Sungai Mississippi, telah muncul kembali di Lembah San Joaquin California, Amerika Serikat. Danau ini telah menghilang 130 tahun yang lalu.

    Kemunculan kembali danau ini, yang dipicu oleh serangkaian sungai di atmosfer California pada tahun 2023, menandai momen penting tidak hanya bagi lanskap alam tetapi juga bagi komunitas pribumi, satwa liar, dan pekerja pertanian di wilayah tersebut.

    Signifikansi sejarah

    Vivian Underhill, mantan peneliti pascadoktoral di Northeastern University, telah mempelajari secara ekstensif hilang dan kembalinya danau secara tak terduga.

    Underhill menyoroti pentingnya sejarah danau tersebut, dengan menyatakan bahwa danau tersebut merupakan jalur air penting yang memungkinkan kapal uap membawa pasokan pertanian melintasi wilayah yang sekarang merupakan lanskap gersang.

    Danau Tulare, atau Pa’ashi dalam bahasa lokal yang dikenal oleh penduduk asli Tachi Yokut, sebagian besar berasal dari pencairan salju dari pegunungan Sierra Nevada. Danau ini menciptakan ekosistem yang besar dan dinamis di daerah yang menerima curah hujan minimal.

    Underhill mencatat bahwa ini bukan satu-satunya saat danau itu kembali sejak tahun 1800-an. “Itu terjadi di tahun 80-an, terjadi sekali di tahun 60-an, dan beberapa kali di tahun 30-an,” ujarnya.

    Upaya reklamasi lahan

    Hilangnya Danau Tulare pada akhir abad ke-19 merupakan konsekuensi dari upaya reklamasi lahan yang dilakukan negara bagian California, yang bertujuan untuk mengubah lahan publik dan adat menjadi lahan pertanian pribadi.

    Proses ini melibatkan pengeringan danau untuk mengairi lahan kering di sekitarnya, yang secara mendasar mengubah lanskap dan ekologi kawasan tersebut.

    Underhill menggambarkan transformasi ini sebagai proyek kolonial pemukim yang memiliki dampak jangka panjang terhadap komunitas adat dan habitat alami di wilayah tersebut.

    Perubahan transformatif

    Namun, kembalinya Danau Tulare baru-baru ini telah membawa sejumlah perubahan lingkungan dan sosial. Munculnya kembali air telah menyebabkan pendinginan suhu lokal dan kembalinya beragam satwa liar, termasuk spesies yang dianggap rentan atau terancam punah.

    Burung, ikan, dan amfibi yang bermigrasi merupakan penerima manfaat penting dari kembalinya danau tersebut, sehingga menyoroti pentingnya keberlanjutan ekologis kawasan tersebut.

    Underhill menjelaskan, Danau Tulare pernah menjadi bagian dari Jalur Terbang Pasifik, dan merupakan tempat persinggahan penting bagi burung-burung yang bermigrasi.

    “Hilangnya habitat tersebut telah menjadi masalah besar dalam konservasi burung dan keanekaragaman burung,” kata Underhill.

    “Sesuatu yang terus membuat saya takjub adalah, burung-burung tahu bagaimana menemukan danau itu lagi. Sepertinya mereka selalu mencarinya,” sambungnya.

    Dampak Danau Tulare terhadap manusia

    Dampak kembalinya danau terhadap manusia sangat kompleks dan beragam. Bagi suku Tachi Yokut, kemunculan kembali Pa’ashi merupakan revitalisasi spiritual dan budaya yang mendalam, memungkinkan mereka untuk terhubung kembali dengan praktik tradisional.

    Sebaliknya, komunitas pertanian menghadapi tantangan. Para petani menerapkan langkah-langkah pencegahan banjir untuk melindungi lahan pertanian, seringkali dengan mengorbankan komunitas pekerja di sekitarnya yang menderita akibat banjir dan pengungsian.

    Berkah atau kutukan?

    Underhill menekankan sifat beragam dari kembalinya Danau Tulare, mengakui kerugian pribadi dan harta benda yang diderita banyak orang, dan menunjukkan kebangkitan ekologi dan budaya yang diwakilinya. Kembalinya danau ini dilihat bukan hanya sebagai akibat dari bencana banjir tetapi juga sebagai pengingat akan keadaan sejarah dan alam kawasan tersebut.

    “Sebagian besar liputan media arus utama berfokus pada hal-hal yang menyebabkan banjir di danau ini: peralatan pertanian, tanaman pangan, perusahaan susu, dan rumah. Mereka menggambarkan air ini sebagai bencana banjir yang telah menghancurkan tanaman dan peralatan bernilai jutaan dolar. Tapi ini bukan hanya air banjir. Ini adalah danau yang kembali,” kata Underhill.

    Restorasi ekologi Danau Tulare

    Ketika upaya untuk mengeringkan danau terus berlanjut, Underhill menyarankan evaluasi ulang praktik pengelolaan lahan sehubungan dengan perubahan iklim, dan menganjurkan pelestarian danau sebagai bagian dari strategi ekologi dan ekonomi yang lebih luas.

    Underhill mencatat bahwa ahli biologi ikan dan ilmuwan perairan juga berpendapat bahwa danau tersebut harus dipulihkan sebagai habitat dan sebagai bagian dari gerakan menuju pengelolaan Pribumi.

    “Mengakui Pa’ashi sebagai pusat ekosistem lanskap ini akan mengubah pengertian umum lembah ini: bukan lagi wilayah pertanian produktif yang memberi makan negara (dengan harga yang sangat mahal). Membiarkan Pa’ashi tetap tinggal dapat memulihkan hubungan Lembah Tengah dengan air, berfungsi sebagai penyimpanan air, perlindungan terhadap banjir, dan perubahan besar dalam restorasi ekologi,” jelasnya.

    (rns/fay)