kab/kota: California

  • Diancam, Pembuat ChatGPT Tetap Tolak Ribuan Triliun dari Elon Musk

    Diancam, Pembuat ChatGPT Tetap Tolak Ribuan Triliun dari Elon Musk

    Jakarta

    Sekalipun sudah diancam, pembuat ChatGPT OpenAI tetap menolak tawaran akuisisi dari konsorsium yang dipimpin Elon Musk, yang nilainya mencapai USD 97,4 miliar atau sekitar Rp 1.592 triliun tersebut.

    Menurut dewan direksi OpenAI, startup tersebut tidak akan dijual dan tawaran lain ke depannya akan menjadi tidak jujur, demikian dikutip detikINET dari Reuters, Senin (17/2/2025).

    Ini adalah respon OpenAI terhadap “ancaman” Elon Musk yang menyebut akan memaksa untuk mengakuisisi OpenAI jika mereka tidak menyetop perubahan OpenAI menjadi perusahaan “for profit” atau perusahaan yang mencari keuntungan, dari yang sebelumnya merupakan perusahaan non profit.

    “OpenAI tidak akan dijual, dan dewan direksi sudah sepakat untuk menolak percobaan Musk terbaru untuk mendisrupsi kompetitornya. Jika ke depannya akan ada potensi reorganisasi di OpenAI maka tujuannya adalah memperkuat misi nonprofit kami dan memastikan AGI (artificial general intelligence) akan menguntungkan untuk manusia,” kata Chairman OpenAI Bret Taylor di X.

    Pernyataan Taylor ini kemudian dikomentari oleh Marc Toberoff, pengacara Musk. Menurutnya OpenAI akan mengontrol penuh perusahaan pencari keuntungan OpenAI, dan langkah tersebut hanya akan memperkaya beberapa dewan direksinya, bukan untuk kemanusiaan.

    OpenAI pada Desember lalu mengungkap rencananya untuk merombak struktur perusahaan, dan menyebut akan membuat perusahaan yang menguntungkan publik tersebut lebih mudah menggalang dana, serta menghilangkan pembatasan yang ada pada startup non profit.

    Langkah inilah, yang menurut Musk, akan berbahaya untuk publik. Untuk itulah ia berencana membeli OpenAI bersama konsorsium yang ia pimpin.

    “Jika Dewan Direksi OpenAI mau mempertahankan misinya untuk beramal (menjadi perusahaan non profit) dan menegosiasikan pencabutan tanda ‘dijual’ dari asetnya dengan menyetop konversi, Musk akan menarik tawarannya,” kata pengacara Musk Mark Toberoff saat mendaftarkan rencananya itu di pengadilan California, Amerika Serikat.

    Sebelumnya tawaran Musk itu sudah dimentahkan oleh CEO OpenAI Sam Altman. Alih-alih, Altman malah menawar untuk membeli X/Twitter.

    “Tidak terima kasih, tapi kami akan membeli Twitter senilai $9,74 miliar jika Anda mau,” kata Altman dalam postingannya di X.

    Tawaran USD 97 miliar yang diajukan Musk jauh lebih rendah dibandingkan valuasi OpenAI sebesar USD 157 miliar setelah putaran pendanaan terakhirnya pada Oktober 2024. Upaya Musk mengambil alih OpenAI didukung oleh xAI, serta beberapa pemodal seperti Baron Capital Group dan Valor Management.

    Musk dan Altman mendirikan OpenAI pada tahun 2015 sebagai perusahaan nirlaba. Namun hubungan Musk dengan Altman mulai memburuk setelah bos Tesla dan SpaceX itu meninggalkan direksi OpenAI pada tahun 2018.

    (asj/asj)

  • Daftar Tablet dan HP Samsung Galaxy yang bakal Terima Update One UI 7 – Page 3

    Daftar Tablet dan HP Samsung Galaxy yang bakal Terima Update One UI 7 – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Awal Desember lalu, Samsung mulai menguji sistem operasi One UI 7 melalui program Beta Galaxy S24 Series.

    Selanjutnya, pada 22 Januari lalu, Samsung secara resmi meluncurkan One UI 7 bersamaan dengan kehadiran Galaxy S25 series. Sayangnya sampai saat ini, Samsung belum juga menggulirkan versi stabil One UI 7 untuk pengguna smartphone dan tablet Samsung lainnya.

    Padahal, update software One UI 7 membawa desain yang lebih segar dan peningkatan di segmen pengalaman pengguna. Privasi dan keamanan pengguna juga ditingkatkan. Pun demikian dengan multitasking yang lebih halus, baterai lebih tahan lama, hingga opsi kustomisasi yang lebih luas.

    Dari segi tampilan, pengguna juga akan mendapatkan tampilan dan feel baru yang lebih modern. Deretan fitur baru juga hadir untuk mendukung tugas-tugas harian.

    One UI 7 sendiri disebut lebih lama hadir ke perangkat pendahulu dibandingkan biasanya. Padahal, ada banyak pengguna yang sudah menanti-nantikannya.

    Ada laporan yang menyebut sampai saat ini Samsung masih menguji dan mengoptimisasi software One UI 7 tersebut dan update One UI 7 bakal segera hadir dalam beberapa minggu mendatang.

    Lantas, smartphone dan tablet Galaxy apa saja yang akan mendapatkan update One UI 7 ini?

    Inilah saat Samsung secara resmi mengumumkan jajaran Galaxy S25 terbarunya kepada para hadirin yang antusias di San Jose, California. Samsung menyuntikkan kecerdasan buatan ke dalam jajaran smartphone Galaxy berikutnya.

  • WNI di AS Cemas Akan Isu Deportasi Massal Trump

    WNI di AS Cemas Akan Isu Deportasi Massal Trump

    Jakarta

    Diaspora Indonesia dan warga negara Indonesia di Amerika Serikat (AS) mengungkap “kecemasan dan kekhawatiran” mereka, usai Presiden AS Donald Trump memasukkan 4.276 WNI ke dalam daftar untuk segera dideportasi dari negara itu.

    Ginokkon Aseando, WNI yang bermukim di Queens, New York, AS, mengatakan perintah deportasi ini paling utama untuk mereka yang “tidak bersurat” dan memiliki “catatan kriminal”.

    Sementara itu, Sinta Penyami Storms, pendiri komunitas diaspora Indonesia, Gapura Philadelphia yang mengedukasi warga negara Indonesia (WNI) mengenai hak-hak mereka di mata regulasi AS mengaku sudah lama mendengar kabar perintah deportasi kepada sejumlah WNI.

    Lebih dari 4.000 WNI tersebut menerima final order removal atau perintah akhir pemindahan.

    Mereka dilaporkan tidak memiliki izin legal untuk tinggal sehingga harus angkat kaki dari negara tersebut.

    Final order removal ini umumnya diberikan kepada mereka yang memiliki catatan kriminal, pelanggaran imigrasi, serta status legal yang kadaluarsa.

    ‘Saat inagurasi, langsung terjadi kepanikan, orang-orang histeris’

    Sinta Penyami Storms, 47, diaspora Indonesia di Philadelphia yang sudah menjadi warga negara AS mengaku setelah Trump resmi kembali menjabat presiden AS, “terjadi kepanikan” di kalangan WNI di AS.

    “Pada saat inaugurasi [Trump] itu langsung terjadi kepanikan, orang-orang histeris gitu,” kata Sinta, kepada wartawan Johanes Hutabarat yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Jumat (07/02).

    “Kepanikan” dan “histeria” ini cukup beralasan, menurut Sinta, sebab saat itu makin banyak polisi imigrasi berkeliaran di Philadelphia Selatan.

    Ini kontras dengan apa yang terjadi sebelum inaugurasi Trump pada awal Januari silam.

    “Jadi situasinya memang banyak kecemasan dan kekhawatiran,” kata dia.

    Getty ImagesPetugas ICE Philadelphia melakukan operasi penegakan hukum di tempat pencucian mobil dan menangkap tujuh orang pada 28 Januari 2025 di Philadelphia, Pennsylvania.

    “Kalau dibilang ketakutan ya mungkin ada juga, tapi lebih banyak cemas,” tutur Sinta.

    “Apakah saya aman kalau saya berangkat kerja, apakah saya aman kalau saya mengantarkan anak saya sekolah, atau mungkin pergi berbelanja,” ujarnya kemudian.

    Sita bilang hal serupa juga dialami WNI yang tinggal di wilayah lain, seperti Chicago di wilayah Barat Tengah, hingga California di pesisir Barat.

    Umumnya, kata Sinta, kecemasan dan ketakutan dirasakan mereka yang masa tinggalnya sudah kadaluarsa.

    Salah satu dari tujuh imigran yang ditangkap oleh petugas ICE Philadelphia dalam operasi penegakan hukum di tempat pencucian mobil pada 28 Januari 2025. (Getty Images)

    Lebih lanjut, Sinta mengungkapkan kabar perintah deportasi kepada sejumlah WNI sudah lama tersiar, utamanya terhadap mereka yang mencari suaka akibat Peristiwa 1998.

    “Perintah deportasi itu ada yang sudah lama sekali.”

    “Mereka datang dengan asylum karena kerusuhan dan turunnya Suharto dan lain-lain. Jadi yang dijadikan target adalah orang-orang yang seperti itu,” jelas Sinta.

    “Kalau perintah deportasi yang akhir-akhir ini mungkin enggak terlalu banyak.”

    Getty ImagesPenindakan petugas ICE Philadelphia terhadap imigran pada 28 Januari 2025 silam. Sebanyak delapan imigran gelap ditangkap.

    Sinta mengatakan para petugas Immigration and Customs Enforcement (ICE) sejauh ini cenderung melakukan penindakan kepada para imigran asal negara-negara Amerika Latin.

    Menurut Sinta, wilayah yang paling rentan bagi para imigran adalah di negara bagian Floridayang baru-baru ini mengeluarkan beleid menyasar para imigran.

    Aturan yang diteken Gubernur Ron DeSantis pada Februari 2025 ini mengatur peningkatan hukuman dan penolakan pembayaran jaminan bagi imigran yang ditindak dan kedapatan tak memegang dokumen resmi.

    Kebijakan ini juga mengatur hukuman mati bagi imigran yang tak memiliki dokumen valid dan tertangkap melakukan tindak pidana pembunuhan tingkat pertama dan pemerkosaan anak.

    “Jadi saat ini, untuk orang-orang yang sebetulnya sangat berbahaya untuk tinggal di Florida,” kata Sinta.

    Dua WNI ditahan otoritas AS

    Ginokkon Aseando, WNI yang bermukim di Queens, New York, AS, mengatakan kewaspadaan WNI yang bermukim dan bekerja di AS memang hal yang umum dirasakan.

    Ia mencontohkan seorang temannya yang baru pindah ke AS selama satu tahun begitu sigap dalam mengurus izin perizinan tinggalnya, karena takut bermasalah di kemudian hari.

    Meski begitu, ia berpendapat para WNI yang tinggal di kota New York seperti dirinya, tak perlu merasa cemas. Sebab, New York adalah salah satu kota “sanctuary”.

    Status sanctuary ini memungkinkan administrasi kota bisa mengambil kebijakan yang tak tegak lurus dengan aturan pemerintah federal AS, salah satunya dalam hak keimigrasian.

    “Seharusnya sih aman kalau tidak melakukan kriminal,” kata Nando.

    Protes di New York terhadap kebijakan Presiden Donald Trump terkait imigran. (Getty Images)

    Kendati begitu, dia mengaku mendengar kabar dua WNI ditindak otoritas AS. Salah dari mereka bermukim di wilayah tempat dia tinggal di New York.

    “Setahu saya itu orang katanya sudah sempat daftar buat apply pergantian status imigrasi, tapi ditolak,” ujar pria yang akrab disapa Nando ini.

    “Pas laporan tahunan katanya ditangkap. Nah, kalau misalkan karena laporan tahunan ditangkap, seharusnya dia enggak akan dideportasi, cuma akan dirilis,” jelas Nando.

    Meski begitu, Nando mengaku tak tahu kondisi terkini warga yang ia ceritakan ditindak aparat setempat.

    Siapa saja yang masuk dalam daftar deportasi?

    Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha, membenarkan dua WNI ditahan oleh otoritas AS imbas dari kebijakan anti-imigran gelap Presiden Donald Trump.

    “Satu ditahan di Atlanta, Georgia, dan satu ditahan di New York,” kata Judha dalam konferensi pers, Jumat, (07/02).

    Kedua WNI ini adalah bagian dari 4.276 WNI yang tidak memiliki dokumen imigrasi yang sah dan berstatus belum dihukum.

    Judha menambahkan 4.276 orang ini merupakan bagian dari dari keseluruhan 1,4 juta orang yang masuk daftar final order removal.

    Judha menyebutkan contoh kasus WNI berinisial BK di New York yang ditangkap akhir Januari 2025 lalu.

    Getty ImagesSejumlah warga El Salvador yang dideportasi dari Amerika Serikat (AS) membawa barang-barang pribadi mereka saat tiba di kantor Imigrasi di San Salvadir, El Salvador, 12 Februari 2025.

    Ini terjadi saat BK melakukan pelaporan tahunan di kantor Immigration and Custom Enforcement (ICE).

    BK diketahui masuk daftar deportasi sejak 2009 silam.

    Selain itu, Judha mengungkap ada WNI lain, berinisial TRN yang ditahan di Atlanta, Georgia pada 29 Januari.

    “Saat ini hanya dua WNI yang kami dapat informasi ditahan. Kami akan terus monitor,” kata Judha kepada media, Kamis (13/02), di Jakarta

    Apa yang harus dilakukan ribuan WNI yang terancam dideportasi dari AS?

    Judha mengatakan WNI di AS yang masuk daftar ini bisa melapor ke perwakilan diplomatik Indonesia di negeri tersebut.

    Ia mengimbau agar para WNI mengetahui hak mereka sesuai hukum AS.

    Judha mengatakan perwakilan diplomatik Indonesia di AS bakal memberikan pendampingan hukum.

    Baca juga:

    Sebelum pengumuman daftar deportasi dari Kemenlu, Menteri Koordinator (Menko) bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, dan Imigrasi Yusril Ihza Mahendra juga sempat menyinggung perihal rencana Presiden AS Donald Trump yang akan melakukan deportasi besar-besaran para imigran.

    Ia mengatakan pemerintah Indonesia mengantisipasi kebijakan presiden baru AS tersebut.

    “Oleh karena kita harus bertindak melindungi warga negara kita yang ada di luar negeri. Saya kira itu normalnya kita akan lakukan,” kata Yusril, seperti dikutip dari detikcom.

    Apa yang sudah dilakukan pemerintah Indonesia?

    Akhir Januari lalu, pemerintah Indonesia juga berencana membentuk tim khusus untuk mengantisipasi isu deportasi WNI dari AS, pasca Trump terpilih.

    Menteri HAM Natalius Pigai mengatakan kementeriannya bakal bekerjasama dengan Kementerian Luar Negeri untuk memastikan perlindungan yang bisa diberikan para WNI yang terimbas deportasi.

    Ia sempat menyebut bahwa pada masa kampanye menjelang pemilihan presiden AS, pihaknya mendengar ada sejumlah WNI yang mengaku resah di negara itu.

    Salah satu penyebabnya karena mereka mengalami masalah dokumen imigrasi, katanya.

    “Misalnya saja ada yang menetap dengan bekal visa turis atau menggunakan modus pencari suaka politik, tetapi ternyata dokumennya palsu. Ini kejadiannya ada yang terkait WNI kita juga,” kata Pigai, seperti dikutip dari Antara.

    Apakah pemerintah Indonesia perlu mengakomodasi pemulangan ribuan WNI?

    Dengan kondisi ini, pengamat hubungan internasional Hikmahanto Juwana mengimbau pemerintah Indonesia perlu memastikan akomodasi para WNI sekiranya kebijakan deportasi sudah final dan siap dieksekusi pemerintahan Trump.

    “Siapa tahu mereka tidak punya uang. Kalau mereka tidak punya uang, ya kita bisa pick up mereka dalam satu pesawat untuk kembali ke Indonesia,” kata Hikmahanto kepada wartawan Johanes Hutabarat yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Jumat (14/02).

    Hikmahanto mengatakan kebijakan ini tak terhindarkan karena umumnya mereka yang masuk daftar tersebut “visanya expired ataukah mungkin mereka sudah tidak sesuai dengan izin tinggalnya.”

    Apa perbedaan kebijakan imigran pemerintahan Trump dan Biden?

    Hikmahanto mengatakan isu imigran yang mengalami masalah terkait dokumen keimigrasian ini sudah lama terdengar, namun menurutnya belum ditindak secara masif.

    Pergantian rezim di AS ikut mengubah kebijakan terkait imigran, katanya.

    Getty ImagesMereka yang masuk daftar deportasi ini adalah yang masa tinggalnya sudah kadaluarsa, mengalami masalah dokumen keimigrasian, dan punya catatan kriminal.

    Dia menilai pemerintahan Trump lebih keras dalam mengambil kebijakan bagi para imigran, dibanding Joe Biden.

    Dugaan Hikmawanto, AS di bawah Biden lebih kendur dalam menindak para imigran.

    Alasannya, menurutnya, kehadiran tenaga kerja para imigran ini memang dibutuhkan untuk mendongkrak kegiatan ekonomi di AS.

    “Banyak yang tahu tapi dianggap oleh pemerintah Amerika tidak terjadi, sehingga ya mereka enggak mengalami deportasi,” kata Hikmahanto.

    Berita ini akan diperbarui.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Isi Ancaman Elon Musk ke Pencipta ChatGPT yang Disebut Konyol

    Isi Ancaman Elon Musk ke Pencipta ChatGPT yang Disebut Konyol

    Jakarta, CNBC Indonesia – Elon Musk bersama sebuah konsorsium tiba-tiba menawar OpenAI senilai US$97,4 miliar (1.592 triliun). Namun dia siap menarik tawaran dengan satu syarat.

    Musk diketahui salah satu pendiri pembuat ChatGPT. Namun kemudian dia meninggalkannya karena tidak ingin OpenAI menjadi perusahaan yang mencari laba.

    Tak lama setelah Musk mundur, OpenAI mendirikan perusahaan nirlaba pada 2019. Perusahaan itu mendapatkan pendanaan miliaran dolar, yang disebut Musk telah melanggar misi awalnya tidak mementingkan kepentingan publik.

    Dalam pengajuan ke Pengadilan Distrik AS, Distrik Utara California, Musk juga mengajukan syarat OpenAI tidak lagi mencari untung agar dia menarik tawarannya.

    “Jika dewan direksi OpenAI mau mempertahankan misi lembaga amal dan memutuskan mencabut tanda ‘dijual’ dari asetnya dengan menghentikan konversi, Musk akan menarik tawaran,” kata pengajuan tersebut dikutip dari Reuters, Senin (17/2/2025).

    Reuters mengutip sumber mengatakan dewan direksi OpenAI telah mengetahui tawaran itu. Namun tawaran itu ditolak.

    CEO OpenAI, Sam Altman juga buka suara terkait hal itu. Tawaran yang diajukan disebutnya sebagai sesuatu yang konyol.

    Dia menegaskan OpenAI tidak akan dijual. Keputusan tersebut telah diambil oleh Dewan Direksi OpenAI.

    “OpenAI tidak untuk dijual, dewan direksi telah dengan suara bulat menolak upaya Musk mengganggu pesaingnya. Setiap reorganisasi potensial OpenAI akan memperkuat organisasi nirlaba kami dan misi untuk memastikan AGI memberi dampak pada seluruh umat manusia,” jelasnya dalam akun X, mengutip pernyataan Ketua OpenAI, Bret Taylor.

    Sejak mundur dari OpenAI, Musk diketahui kerap berselisih secara publik dengan Altman. Misalnya dia pernah menggugat Altman, OpenAI dan Microsoft yang menjadi penyokong terbesar perusahaan karena pelanggaran kontrak bulan Agustus 2024.

    Berikutnya, Musk juga meminta pengadilan federal mengeluarkan putusan pendahuluan memblokir OpenAI pada November. Permintaannya itu bertujuan agar perusahaan tidak beralih untuk mencari laba.

    (dem/dem)

  • Inti Bumi Berputar Makin Lambat, Kini Berubah Bentuk

    Inti Bumi Berputar Makin Lambat, Kini Berubah Bentuk

    Jakarta, CNBC Indonesia – Penelitian terbaru menemukan fakta bahwa permukaan inti dalam Bumi mengalami perubahan bentuk.

    Penelitian yang dipublikasikan pada 10 Februari di jurnal Nature ini mengamati gelombang gempa bumi yang telah melewati tepi inti bagian dalam, sedalam 5.150 kilometer.

    Penelitian ini menunjukkan bahwa, bahkan ketika inti telah berotasi ke posisi yang diamati sebelumnya, sering kali terdapat perbedaan yang tidak kentara.

    Perbedaan-perbedaan ini menunjukkan bahwa permukaan inti bagian dalam, meskipun padat, bisa sangat mudah berubah dalam waktu singkat.

    “Hal yang paling mungkin terjadi adalah aliran di inti luar mengaduk-aduk inti dalam yang terluar dan mengubah topografinya,” kata John Vidale, ketua penelitian dan ahli seismologi di University of Southern California Dornsife, dikutip dari alive Science, Kamis (13/2/2025).

    Inti luar Bumi adalah logam cair, sebagian besar besi dan nikel. Inti ini melindungi inti dalam yang padat, yang juga sebagian besar terdiri dari besi dan nikel.

    Setiap tahun, sedikit cairan inti luar mengkristal dan menambah inti dalam yang padat, yang tumbuh dengan kecepatan sekitar satu milimeter per tahun.

    Di perbatasan antara inti luar dan inti dalam, inti dalam melayang tepat di titik lelehnya. Ia berbentuk padat, tapi tidak kaku. Mungkin itulah sebabnya mengapa dalam studi baru, bentuknya tampak sedikit melebar, meskipun mencari tahu dimensi yang tepat dari perubahan bentuknya adalah sebuah tantangan.

    “Kami menduga gerakannya bisa mencapai ratusan meter, mungkin satu atau dua kilometer,” Vidale. “Dan kami tidak tahu seberapa luas. Bisa jadi ratusan kilometer,” imbuhnya.

    Dalam penelitian sebelumnya yang ditulis bersama oleh Vidale, ia dan para kolaboratornya menemukan bahwa inti bagian dalam Bumi tidak berputar dengan kecepatan yang konsisten.

    Inti Bumi berputar lebih cepat daripada bagian lain dari planet ini sampai sekitar tahun 2010, ketika ia mulai melambat. Sekarang, kata dia, rotasi inti Bumi tertinggal dari rotasi Bumi lainnya.

    Dari penelitian tersebut, para ilmuwan bisa mengetahui kapan titik yang sama pada inti melewati titik yang sama di Bumi antara tahun 1991 dan 2023.

    Untuk mengukur inti, mereka menggunakan pasangan gempa bumi yang berasal dari tempat yang sama di Kepulauan Sandwich Selatan, di Samudra Atlantik Selatan, dan menghasilkan gelombang yang menjalar melalui inti sebelum ditangkap oleh penerima di Amerika Selatan dan Utara.

    (dem/dem)

  • Teka-teki Hilangnya CEO Startup Farrel di Pantai Bantul, Tinggalkan 8 Surat Permintaan Maaf – Halaman all

    Teka-teki Hilangnya CEO Startup Farrel di Pantai Bantul, Tinggalkan 8 Surat Permintaan Maaf – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, Bantul – Pada Minggu, 9 Februari 2025, sekitar pukul 17.30 WIB, sebuah tas plastik berisi barang-barang pribadi ditemukan di Pantai Pandan Payung, Kalurahan Parangtritis, Bantul.

    Barang-barang tersebut termasuk handphone, dompet, jam tangan, sepatu, jumper, dan kaus.

    Penemuan ini memicu penyelidikan oleh aparat kepolisian dan Tim SAR, yang hingga kini belum menemukan pemilik asli barang-barang tersebut.

    Identitas Pemilik dan Surat Permintaan Maaf

    Tas plastik tersebut pertama kali ditemukan oleh Yasminah, seorang warga berusia 56 tahun dari Temanggung, Jawa Tengah.

    Saat memeriksa isi tas, Yasminah menemukan KTP atas nama Christopher Farrel Millenio Kusuma alias CFMK, 25 tahun, yang merupakan warga Gowongan, Jetis, Yogyakarta.

    Selain itu, terdapat delapan lembar surat yang ditujukan kepada anggota keluarganya, berisi pesan dan permintaan maaf.

    Menurut Kasi Humas Polres Bantul, AKP I Nengah Jeffry Prana Widnyana, pihaknya masih mencari pemilik barang tersebut.

    “Tim SAR Kabupaten Bantul masih melakukan pencarian. Sampai saat ini, keluarga CFMK belum membuat laporan resmi,” ungkap Jeffry saat dihubungi oleh Tribun Jogja pada Minggu, 16 Februari 2025.

    Keluarga Menyebutkan CFMK di Jakarta

    Keluarga CFMK sebelumnya menyebutkan bahwa pemuda tersebut berada di Jakarta.

    Namun, barang-barang yang ditemukan di pantai diduga merupakan milik CFMK yang hilang beberapa waktu lalu.

    Meski demikian, Tim SAR dan Polsek Kretek tetap melanjutkan pencarian untuk menemukan titik terang mengenai hilangnya CEO muda dari sebuah perusahaan startup yang telah beroperasi sejak 2018.

    CFMK dikenal sebagai CEO muda yang pernah diundang ke markas Google di Mountain View, California, pada tahun 2017.

    (TribunJogja.com/Neti Istimewa Rukmana)

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Ini Ancaman Elon Musk untuk Pembuat ChatGPT

    Ini Ancaman Elon Musk untuk Pembuat ChatGPT

    Jakarta

    Elon Musk tampaknya tak main-main dalam rencananya untuk mengakuisisi OpenAI, perusahaan di balik ChatGPT.

    Tawaran senilai USD 97,4 miliar atau sekitar Rp 1.592 triliun itu memang langsung ditolak mentah-mentah oleh CEO OpenAI Sam Altman. Namun kemudian Musk menyebut baru akan menyetop rencana akuisisinya itu jika OpenAI kembali menjadi perusahaan non profit.

    “Jika Dewan Direksi OpenAI mau mempertahankan misinya untuk beramal (menjadi perusahaan non profit) dan menegosiasikan pencabutan tanda ‘dijual’ dari asetnya dengan menyetop konversi, Musk akan menarik tawarannya,” kata pengacara Musk Mark Toberoff saat mendaftarkan rencananya itu di pengadilan California, Amerika Serikat.

    Seperti diketahui, Musk dan sejumlah investor mengajukan penawaran ke dewan direksi OpenAI untuk mengambil alih divisi non profit perusahaan AI tersebut, demikian dikutip detikINET dari The Guardian, Jumat (14/2/2025).

    OpenAI sejatinya dipimpin oleh dewan direksi non profit yang terikat pada tujuan awal mereka, yaitu membuat AI yang menguntungkan publik. Namun kini OpenAI menjadi perusahaan yang bisnisnya bertumbuh dengan cepat, dan pada 2024 lalu mengungkap rencananya untuk mengubah struktur perusahaannya secara formal.

    Hal ini membuat Musk dan startup AI-nya yang bernama xAI, bersama konsorsium investor mau mengakuisisi saham pengendali milik divisi non profit OpenAI, yang mengontrol anak perusahaannya yang mau diubah menjadi perusahaan pencari keuntungan.

    Rencana akuisisi ini menjadi babak baru dari perselisihan antara Musk dan Altman. Sebelumnya Musk pernah menggugat Altman karena rencana perubahan OpenAI menjadi perusahaan pencari keuntungan.

    Tawaran USD 97 miliar yang diajukan Musk jauh lebih rendah dibandingkan valuasi OpenAI sebesar USD 157 miliar setelah putaran pendanaan terakhirnya pada Oktober 2024. Upaya Musk mengambil alih OpenAI didukung oleh xAI, serta beberapa pemodal seperti Baron Capital Group dan Valor Management.

    Musk dan Altman mendirikan OpenAI pada tahun 2015 sebagai perusahaan nirlaba. Namun hubungan Musk dengan Altman mulai memburuk setelah bos Tesla dan SpaceX itu meninggalkan direksi OpenAI pada tahun 2018.

    Altman saat ini sedang berusaha mengubah struktur OpenAI dari perusahaan nirlaba (non-profit) menjadi for-profit. Langkah ini diprotes, sampai digugat oleh Musk karena dianggap meninggalkan misi pendiriannya untuk mengembangkan AI demi kepentingan umat manusia.

    (asj/asj)

  • Tanda-Tanda Kehancuran Tesla Mulai Terlihat, China Biang Keroknya

    Tanda-Tanda Kehancuran Tesla Mulai Terlihat, China Biang Keroknya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Negeri Tirai Bambu alias China terus melakukan pengembangan baru di sektor teknologi. Saat ini, perusahaan otomotif asal China yakni BYD mengumumkan rencana untuk mengembangkan teknologi kendaraan otonom dengan DeepSeek.

    Di lain sisi, saham perusahaan otomotif asal Amerika Serikat (AS) yakni Tesla terpantau menurun hingga 6% pada awal pekan ini.

    Harga saham Tesla telah merosot selama lima hari berturut-turut, turun hampir 17% dalam rentang waktu tersebut menjadi US$ 328,50 (Rp 6,2 jutaan), dan menghapus lebih dari US$ 200 miliar (Rp 3,2 triliun) kapitalisasi pasarnya, demikian dilansir dari CNBC Internasional, dikutip Minggu (16/2/2025).

    Adapun, DeepSeek yakni perusahaan AI yang sedang naik daun itu akan menawarkan sistem seperti Autopilot di hampir semua mobil baru BYD.

    Foto: via REUTERS/Tesla
    CEO Tesla dan pemilik X, Elon Musk, menaiki robotaxi Tesla pada acara peluncuran di Los Angeles, California, AS, 10 Oktober 2024. (Tesla/HO Via Reuters)

    Hal itu menambah kekhawatiran bahwa perusahaan milik Elon Musk bakal kian tertinggal di belakang pesaingnya.

    Selain itu juga muncul kecemasan di kalangan investor usai laporan yang menyebut Musk memimpin kelompok investor yang ingin mencaplok OpenAI.

    BYD, yang telah muncul sebagai saingan terberat Tesla di panggung mobil listrik dunia, mengatakan bahwa setidaknya 21 kendaraan model baru mereka akan dilengkapi dengan sistem mengemudi otomatis yang mencakup fitur untuk parkir otomatis dan navigasi di jalan raya.

    Tesla sendiri belum menawarkan robotaxi dan mobil listriknya saat ini membutuhkan pengemudi manusia untuk tetap berada di belakang kemudi untuk bisa menyetir atau mengerem kapan saja.

    Pada panggilan pendapatan Tesla bulan lalu, Musk mengatakan bahwa perusahaan ini bertujuan untuk meluncurkan “Sistem Pengemudi Mandiri Penuh Tanpa Pengawasan,” dan layanan berbagi tumpangan tanpa pengemudi di Austin, Texas, pada Juni 2025 mendatang.

    Sementara Waymo milik Alphabet telah mengoperasikan layanan robotaxi di Austin dan juga di beberapa bagian Phoenix, San Francisco.

    “Dalam pandangan kami, persaingan antara Waymo, Tesla, dan sejumlah pemain China merupakan pendorong utama dalam perjalanan menuju komersialisasi robotaksi,” tulis analis Morgan Stanley dalam sebuah catatan kepada klien setelah pengumuman BYD.

    (wur)

  • Teka-teki Hilangnya CEO Startup Farrel di Pantai Bantul, Tinggalkan 8 Surat Permintaan Maaf – Halaman all

    Sosok Farrel CEO Startup yang Hilang Misterius di Pantai Bantul, Pernah Diundang Google – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pendiri sekaligus CEO Startup kompresi data Kecilin, Christopher Farrel Millenio Kusuma, hilang misterius di Pantai Pandan Payung di Kretek, Bantul, Yogyakarta.

    Sebuah telepon seluler, dompet, pakaian berwarna hitam, dan delapan surat, semuanya dibungkus dalam kantong plastik putih ditemukan dan diserahkan ke Polsek Kretek​, Bantul, Yogyakarta pada 9 Februari 2025.

    “Informasi itu kemudian diketahui oleh Bhabinkamtibmas Parangtritis dan diteruskan ke sejumlah pihak, termasuk Polsek Kretek,” ujar Kasi Humas Polres Bantul, AKP I Nengah Jeffry Prana Widyana, kepada awak media, Senin (10/2/2025), dikutip dari Tribun Jogja.

    Keluarga pun mengkonfirmasi kebenaran bahwa barang tersebut milik korban.

    “Hasil klarifikasi dengan pihak keluarga bahwa CFMK telah pergi dan lost contact dengan keluarga sejak empat hari yang lalu,” ucap AKP I Nengah Jeffry Prana Widyana.

    Sosok Farrel

    Christopher Farrel Millenio Kusuma lahir pada 1 Januari 2000.

    Saat masih berusia 17 tahun, Farrel pernah memenuhi undangan dari perusahaan Google di Mountain View, California, Amerika Serikat.

    Farrel yang kala itu masih menjadi siswa SMA Negeri 8 Yogyakarta ini diundang Google karena penelitiannya tentang “Data Compression using EG and Neural Network Algorithm for Lossless Data”.

    “Berangkat ke sana karena proposal penelitian saya berjudul ‘Data Compression using EG and Neural Network Algorithm for Lossless Data’ lolos,” kata Farrel saat ditemui Kompas.com di SMA Negeri 8 Yogyakarta, Rabu (22/11/2017). 

    Ide penelitian yang membawanya ke Google berawal dari hal sepele. Farrel ingin mengunduh sebuah game, tetapi kuota data yang dimilikinya terbatas. Waktu itu, Farrel masih duduk di kelas 1 SMA.

    “Awalnya itu ingin men-download game, tapi kuota terbatas, padahal saya ingin sekali main game itu. Lalu kepikiran, bagaimana caranya mengecilkan game itu, biar bisa main,” tuturnya sembari tertawa.

    Dari keinginannya bermain gim tersebut, Farrel lalu mulai mencari di internet cara mengecilkan data. Dari pencariannya itu, ia menemukan data compression atau pemampatan data. 

    “Saya iseng-iseng mencari lalu riset dan ternyata, data compression belum begitu berkembang, ya lalu muncul ide untuk meneliti karena dampaknya luas juga,” ungkapnya.

    Perjuangan Farrel pun tak mudah, proposal penelitiannya sempat ditolak sebanyak 11 kali sejak tahun 2016.

    Sampai akhirnya, Google membuka lomba penelitian, ia mengajukan proposal, dan akhirnya penelitiannya diterima.

    Pada 15-20 Februari 2017, Farrel berada di Kantor Google Mountain View. Selama di sana, dirinya mempresentasikan penelitiannya di hadapan seluruh peserta dari sejumlah negara yang lolos.

    “Saya satu-satunya dari Indonesia, dan selama di sana itu presentasi, diskusi, sharing dengan orang-orang dari negara-negara lain yang lolos. Kami masing-masing didampingi satu mentor dari Google,” bebernya.

    Akhirnya, Farrel diminta Google untuk bergabung ke dalam sebuah proyek untuk bekerja selama enam hingga tujuh bulan.

    Lantaran masih berada di bangku sekolah, Farrel saat itu bekerja secara jarak jauh.

    Saat bergabung, salah satu yang dilakukannya ialah mengembangkan algoritma khusus kompresi pada Google Photos.

    Pada saat itu, Farrel juga bertemu dengan investor-investor besar dan tidak lama kemudian berdirilah Startup kompresi data bernama Kecilin. 

    Ia resmi menjadi pendiri dan CEO Kecilin saat usianya masih 18 tahun.

    Algoritma dari aplikasi Kecilin sebelumnya telah digunakan dalam produk B2B berupa Application Programming Interface (API) yang dapat digunakan oleh perusahaan yang mengalami permasalahan storage data yang membengkak, transfer data yang mahal dan juga lama. 

    Kemudian, Farrel berpikir untuk memperluas ke B2C dengan menghadirkan aplikasi Kecilin.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul: Misteri Keberadaan Pemilik Tas Berisi Dompet dan Surat Permintaan Maaf, Tim SAR Sisir Pantai Bantul.

    (Tribunnews.com/Deni)(TribunJogja.com/Neti Istimewa)

  • Teka-teki Hilangnya CEO Startup Farrel di Pantai Bantul, Tinggalkan 8 Surat Permintaan Maaf – Halaman all

    Profil Farrel, CEO Startup Hilang di Bantul: Pemimpin Termuda dan Pernah Bergabung dengan Google – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, BANTUL – Pendiri dan juga CEO Startup kompresi data Kecilin, Christopher Farrel Millenio Kusuma dikabarkan hilang.

    Kabar hilangnya Farrel CEO Startup ini diketahui setelah sejumlah barang-barang miliknya ditemukan di Pandan Payung di Kretek, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

    Adapun sejumlah barang yang ditemukan, yaitu telepon seluler, dompet, pakaian berwarna hitam, dan delapan surat.

    Semua barang dibungkus dalam kantong plastik berwarna putih.

    Aparat Polsek Krętek menerima sejumlah barang itu pada 9 Februari 2025.

    Yasminah (56), seorang warga Temanggung, Jawa Tengah, menemukan barang-barang itu pada Minggu (9/2/2025) sekitar pukul 17.30 WIB.

    “Informasi itu kemudian diketahui oleh Bhabinkamtibmas Parangtritis dan diteruskan ke sejumlah pihak, termasuk Polsek Kretek,” kata Kasi Humas Polres Bantul AKP I Nengah Jeffry Prana Widnyana.

    Menurut dia, aparat kepolisian sudah menyelidiki barang bukti tersebut. 

    Ternyata di kantong plastik ditemukan KTP atas nama Christopher Farrel Millennia Kusuma.

    Selain itu, ada delapan lembar surat yang ditujukan kepada delapan orang keluarga yang berisi pesan permintaan maaf.

    Pasca penemuan barang-barang itu, aparat kepolisian sudah mengkonfirmasi kepada pihak keluarga.

    “Hasil klarifikasi dengan pihak keluarga bahwa yang bersangkutan telah pergi dan lost contact dengan keluarga sejak empat hari yang lalu,” kata dia.

    Hingga kini, aparat kepolisian, Tim SAR, serta Babinsa masih melakukan pencarian Farrel CEO Startup di lokasi penemuan barang-barang itu.

    “Proses penyisiran masih terus dilakukan,” ujarnya.

    Profil Farrel CEO Startup

    Christopher Farrel Millenio Kusuma adalah pria kelahiran 1 Januari 2000. Ia menjadi pendiri sekaligus CEO Kecilin setelah sempat bekerja di markas Google di California, Amerika Serikat (AS).

    Farrel merupakan salah satu CEO termuda. Ia menjadi CEO startup kompresi data bernama Kecilin pada usia 18 tahun.

    Farrel CEO Startup diketahui pernah bekerja di Google selama tujuh bulan.

    Awal mula Farrel bekerja di Google saat temuannya soal algoritma kompresi game. 

    Ia pun melakukan riset soal implementasi ‘Machine Learning’ dan AI untuk kompresi data tersebut.

    Farrel kemudian dipanggil setelah karyanya tersebut ia kirim ke GitHub. GitHub merupakan manajemen project, sistem versioning code, sekaligus platform jaringan sosial bagi para developer seluruh dunia.

    Ia pergi ke markas Google di California, Amerika Serikat (AS) pada 14 Februari 2017. 

    Saat itu usianya masih 17 tahun dan berstatus pelajar.

    Setelah pertemuan akhirnya Google meminta Farrel bergabung selama tujuh bulan karena ada proyek yang hendak dilakukan, salah satunya mengembangkan algoritma khusus kompresi pada Google Photos.

    Pada saat itu, Farrel juga bertemu dengan investor-investor besar dan tidak lama kemudian berdirilah Startup kompresi data bernama Kecilin. Ia resmi menjadi pendiri dan CEO Kecilin saat usianya masih 18 tahun.

    Algoritma dari aplikasi Kecilin sebelumnya telah digunakan dalam produk B2B berupa Application Programming Interface(API) yang dapat digunakan oleh perusahaan yang mengalami permasalahan storage data yang membengkak, transfer data yang mahal dan juga lama. Kemudian, Farrel berpikir untuk memperluas ke B2C dengan menghadirkan aplikasi Kecilin.

    Setiap harinya, Kecilin mengkompres kurang lebih 115TB data. “Kalau dirupiahkan anggap saja 1GB Rp5.000, kita sudah hemat Rp 500 juta per bulan untuk orang-orang akses internet,” kata Farrel saat itu.