kab/kota: California

  • Qualcomm Proyeksi Pendapatan di Bawah Ekspetasi Imbas Tarif Trump dan Peralihan Apple

    Qualcomm Proyeksi Pendapatan di Bawah Ekspetasi Imbas Tarif Trump dan Peralihan Apple

    Bisnis.com, JAKARTA — Perancang chip seluler, Qualcomm, memperkirakan pendapatan kuartal III/2025 yang tidak memenuhi ekspektasi imbas perang dagang yang dipicu oleh Presiden AS Donald Trump dan langkah Apple yang mulai mengadopsi chip buatannya sendiri.

    Chief Financial Officer Qualcomm, Akash Palkhivala mengatakan kepada analis setelah pengumuman hasil kinerja perusahaan, bahwa perkiraan kuartal ketiga Qualcomm mencerminkan dampak tarif “seperti yang berlaku saat ini.” 

    Namun, dia juga menekankan bahwa situasi ini dapat berubah dengan cepat seiring perkembangan tensi perdagangan AS-China.

    “Kami tidak melihat dampak material dan langsung yang signifikan – ada dampak [kebijakan tarif] langsung yang lebih kecil dan beberapa perubahan kecil dalam permintaan,(Sulit) bagi kami untuk memprediksinya,” kata Palkhivala dikutip dari Reuters, Kamis (1/5/2025). 

    Qualcomm memperkirakan pendapatan kuartal ketiga sedikit di bawah perkiraan Wall Street, dengan ekspektasi permintaan chip ponsel pintar yang lesu. 

    Selain itu, Apple, yang dikenal sebagai pelanggan terbesar Qualcomm, juga telah mulai memproduksi chip modemnya sendiri. 

    Para analis memperkirakan Apple akan membeli lebih sedikit modem dari Qualcomm seiring dengan diperkenalkannya chip buatan sendiri ke lebih banyak produknya.

    Saham Qualcomm, yang sebelumnya telah turun lebih dari 3% sepanjang tahun ini, kembali merosot 6% dalam perdagangan setelah penutupan pasar. 

    Para investor menunjukkan kekhawatiran terhadap gejolak perdagangan global.

    Saat ini, chip Qualcomm dikecualikan dari tarif tinggi yang diberlakukan Trump. Namun, perlambatan pertumbuhan ekonomi kemungkinan akan menekan permintaan. 

    Dalam pengajuan sekuritas pada Rabu, Qualcomm menyatakan ketidakpastian mengenai dampak tarif dan “tindakan terkait” lainnya terhadap bisnisnya.

    Analis Summit Insights Group, Kinngai Chan, berpendapat bahwa “ketidakpastian tarif pasti akan berdampak pada prospek pendapatan Qualcomm karena perusahaan ini terpapar pada pasar akhir ponsel pintar, IoT konsumen, dan otomotif.”

    Untuk kuartal fiskal saat ini, perusahaan yang berbasis di San Diego, California ini memperkirakan kisaran penjualan dengan titik tengah $10,3 miliar, di bawah perkiraan rata-rata analis sebesar $10,35 miliar, menurut data yang dikumpulkan oleh LSEG.

    Qualcomm (QCOM.O), merupakan pemasok chip modem terbesar di dunia yang menghubungkan ponsel pintar ke jaringan data nirkabel.

  • Ilmuwan Temukan 2 Spesies Baru Buaya, Sempat Disangka Buaya Amerika

    Ilmuwan Temukan 2 Spesies Baru Buaya, Sempat Disangka Buaya Amerika

    Jakarta

    Para peneliti telah mengidentifikasi dua spesies buaya baru yang hidup di pulau-pulau terpencil di Karibia, dan keduanya terancam punah, menurut sebuah studi baru.

    Reptil tersebut, yang sebelumnya dianggap sebagai buaya Amerika (Crocodylus acutus), secara terpisah menghuni Pulau Cozumel dan Atol Banco Chinchorro di lepas pantai Semenanjung Yucatán, Meksiko. Kedua populasi tersebut berjumlah sekitar 500 individu.

    Para ilmuwan mengidentifikasi spesies yang belum diberi nama tersebut saat mempelajari genetika buaya di pesisir Pasifik Meksiko, Amerika Tengah, dan Karibia.

    Tim tersebut menemukan perbedaan genetik yang mencolok antara populasi Cozumel dan Banco Chinchorro dengan spesies buaya Amerika lainnya, dan menyimpulkan bahwa buaya pulau tersebut merupakan spesies yang terpisah, menurut pernyataan yang dirilis oleh McGill University di Kanada.

    “Hasil ini benar-benar tak terduga,” kata penulis utama studi José Avila-Cervantes, yang melakukan penelitian genetika selama studi pascasarjananya di McGill University, seperti dikutip dari Science Alert, Rabu (30/4/2025).

    “Kami berasumsi Crocodylus acutus adalah spesies tunggal yang hidup dari Baja California hingga Venezuela dan di seluruh Karibia,” tambahnya.

    Temuan para peneliti tersebut akan muncul dalam jurnal Molecular Phylogenetics and Evolution edisi Juni mendatang. Penelitian ini pertama kali diterbitkan online pada 28 Maret.

    Buaya Amerika hidup di 18 negara, mulai dari ujung selatan Florida hingga Karibia dan Amerika Selatan bagian utara. Mereka hidup di sebagian wilayah yang sama dengan buaya Kuba (C. rhombifer) di Kuba dan buaya Morelet (C. moreletii) di Meksiko, Guatemala, dan Belize.

    Para peneliti mempelajari variasi di ketiga spesies tersebut saat mereka mengidentifikasi dua spesies baru di Cozumel dan Banco Chinchorro. Pekerjaan mereka meliputi penangkapan dan pelepasan buaya untuk mengambil sampel darah dan jaringan untuk analisis DNA.

    Tim tersebut juga menggunakan data genetik dari penelitian sebelumnya dan membandingkan perbedaan fisik antara buaya, menurut penelitian tersebut.

    Perbedaan fisik utama antara berbagai spesies adalah tengkorak mereka bervariasi dalam panjang dan bentuk. Misalnya, buaya Banco Chinchorro memiliki moncong yang lebih panjang dan lebih lebar dibandingkan dengan buaya di Pulau Cozumel.

    Penemuan dua spesies baru ini bisa jadi penting dari perspektif konservasi. Buaya di wilayah tersebut sudah terancam oleh berbagai aktivitas manusia, termasuk urbanisasi, polusi, dan pariwisata. Para peneliti menemukan bahwa populasi di Cozumel dan Banco Chinchorro tampak stabil, tetapi mereka rentan karena ukurannya yang kecil dan habitatnya yang terbatas.

    “Sekarang setelah kita mengenali buaya-buaya ini sebagai spesies yang berbeda, sangat penting untuk melindungi habitat mereka,” kata Hans Larsson, profesor biologi di McGill University dan peneliti utama studi tersebut.

    “Membatasi pembangunan lahan dan menerapkan strategi konservasi yang cermat di Cozumel dan Banco Chinchorro akan menjadi kunci untuk memastikan kelangsungan hidup mereka,” simpulnya.

    (rns/fay)

  • Sekolah Gratis Milik Orang Terkaya Dunia Tutup, Disebut Kehabisan Duit

    Sekolah Gratis Milik Orang Terkaya Dunia Tutup, Disebut Kehabisan Duit

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sekolah gratis yang didirikan oleh pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, dan istrinya Priscilla Chan, akan resmi ditutup. Padahal sekolah ini sempat disebut sebagai salah satu proyek ambisius pasangan tersebut di bidang pendidikan dan kesehatan.

    Sekolah bernama The Primary School itu dibuka pada 2016 di Bay Area, California, dekat dengan kantor pusat Meta.

    Lewat Chan Zuckerberg Initiative (CZI), sekolah digunakan untuk melayani keluarga berpenghasilan rendah, yang menggabungkan layanan pendidikan dan kesehatan sejak anak lahir hingga SMA.

    Zuckerberg adalah CEO di Meta, perusahaan induk Facebook, Instagram, dan WhatsApp. Menurut Forbes, Zuckerberg adalah orang terkaya ketiga di dunia setelah Elon Musk dan Jeff Bezos. Harta Zuckerberg melampaui US$191,9 miliar (Rp 3.209 triliun).

    Namun, pekan lalu pihak sekolah mengumumkan akan menghentikan operasionalnya pada akhir tahun ajaran 2025-2026.

    Dalam pernyataan resmi kepada ratusan keluarga yang terdaftar, pihak sekolah menyebut keputusan ini sebagai hal yang “sangat sulit”, namun tak menjelaskan secara terperinci alasan penutupan.

    Menurut laporan San Francisco Standard dan The New York Times, orang tua siswa diberitahu bahwa sekolah ditutup karena CZI menarik dukungannya. Perwakilan CZI membenarkan bahwa keputusan diambil oleh dewan direksi sekolah, namun enggan menjawab pertanyaan lanjutan mengenai kurangnya pendanaan.

    Meski begitu, CZI berjanji akan menyalurkan dana sebesar US$50 juta (sekitar Rp800 miliar) untuk mendukung komunitas dan keluarga yang terdampak penutupan tersebut.

    Carson Cook, manajer strategi dan pengembangan The Primary School, mengonfirmasi kepada CNN International bahwa pihak sekolah telah memulai pertemuan dengan para orang tua sejak Kamis lalu. Namun ia menolak mengomentari alasan dan waktu keputusan penutupan.

    “Kami ingin melakukan yang terbaik untuk memastikan bahwa setiap anak dan pengasuhnya mendapat dukungan,” kata Cook. “Dan saya rasa apa yang ingin kami sampaikan adalah bahwa hal itu tidak berubah.”

    Dikutip dari CNN, Rabu (30/4/2025), penutupan sekolah ini terjadi di tengah perubahan besar dalam fokus CZI, dan ketika Big Tech memposisikan diri di era Presiden Donald Trump.

    CZI juga diketahui tengah melakukan perombakan besar-besaran dalam prioritas filantropinya. Termasuk pemangkasan inisiatif keberagaman dan inklusi, baik internal maupun eksternal, sejak awal tahun ini. Langkah serupa sebelumnya juga diambil Meta, perusahaan yang dipimpin Zuckerberg.

    Chan dan Zuckerberg sendiri mendirikan CZI pada 2015 dengan misi besar: personalisasi pembelajaran, menyembuhkan penyakit, membangun komunitas, dan menghubungkan manusia. The Primary School menjadi salah satu proyek awal dari inisiatif ini.

    Kini, dengan perubahan fokus dan arah strategi CZI, impian pendidikan inklusif yang mereka bangun lewat sekolah gratis ini harus berakhir.

    (dem/dem)

  • Paparan di Produk Sehari-hari Ini Disebut Picu Masalah Jantung-Berakhir Fatal

    Paparan di Produk Sehari-hari Ini Disebut Picu Masalah Jantung-Berakhir Fatal

    Jakarta

    Bahan kimia sintetis yang disebut ftalat, banyak ditemukan dalam produk konsumen seperti wadah penyimpanan makanan, sampo, kosmetik, parfum, dan mainan anak-anak. Bahan ini belakangan dikaitkan dengan kontribusi lebih dari 10 persen pada semua kematian global akibat penyakit jantung pada 2018, khususnya di antara pria dan wanita berusia 55 hingga 64 tahun berdasarkan sebuah studi baru.

    “Ftalat berkontribusi terhadap peradangan dan peradangan sistemik di arteri koroner, yang dapat mempercepat penyakit yang ada dan menyebabkan kejadian akut termasuk kematian,” kata penulis senior dr Leonardo Trasande, profesor pediatri dan kesehatan masyarakat di Grossman School of Medicine, Universitas New York. Ia juga merupakan Direktur Divisi Pediatri Lingkungan dan Pusat Investigasi Bahaya Lingkungan di NYU Langone.

    “Ftalat diketahui mengganggu testosteron,” kata Trasande, seraya menambahkan bahwa pada pria, testosteron rendah merupakan prediktor penyakit kardiovaskular dewasa.

    Dalam penelitian sebelumnya, ftalat telah dikaitkan dengan masalah reproduksi, seperti malformasi genital dan testis yang tidak turun pada bayi laki-laki, serta jumlah sperma dan kadar testosteron lebih rendah pada pria dewasa. Penelitian juga telah mengaitkan ftalat dengan asma, obesitas pada anak, dan kanker.

    “Penelitian baru ini menggarisbawahi potensi beban kesehatan dan ekonomi yang sangat besar akibat paparan DEHP, yang sejalan dengan kekhawatiran yang ada tentang risikonya,” kata David Andrews, penjabat kepala sains di Environmental Working Group, sebuah organisasi konsumen yang memantau paparan ftalat dan bahan kimia lain dalam plastik, dalam sebuah email.

    American Chemistry Council, yang mewakili industri, menolak berkomentar tentang penelitian tersebut, tetapi memberi tahu CNN melalui email bahwa panel ftalat tinggi organisasi tersebut didedikasikan untuk mempromosikan manfaat ftalat tinggi seperti DINP dan DIDP.

    Sering disebut sebagai bahan kimia yang ada di mana-mana karena sangat umum ftalat ditambahkan ke produk konsumen seperti pipa PVC, lantai vinil, produk tahan hujan dan noda, tabung medis, selang taman, dan beberapa mainan anak-anak untuk membuat plastik lebih fleksibel dan lebih sulit pecah.

    Paparan umum lainnya berasal dari penggunaan ftalat dalam kemasan makanan, deterjen, pakaian, furnitur, dan plastik otomotif. Ftalat juga ditambahkan ke barang-barang perawatan pribadi seperti sampo, sabun, semprotan rambut, dan kosmetik untuk membuat wewangian bertahan lebih lama.

    “Orang-orang terpapar saat mereka menghirup udara yang terkontaminasi atau makan atau minum makanan yang bersentuhan dengan plastik,” menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS.

    Studi baru, yang diterbitkan Selasa di jurnal eBiomedicine, meneliti dampak satu ftalat Di(2-ethylhexyl)phthalate, atau DEHP, terhadap kematian global di 200 negara dan wilayah.

    Para peneliti menganalisis data kesehatan dan lingkungan dari lusinan survei populasi, yang mencakup sampel urine, mengandung produk pemecahan kimia yang ditinggalkan oleh DEHP, diketahui terkait dengan penyakit kardiovaskular.

    Di(2-ethylhexyl)phthalate juga telah dikaitkan dengan cacat lahir, kanker, dan gangguan reproduksi bagi pria, menurut proposisi 65 California, undang-undang yang mengharuskan perusahaan untuk mencantumkan label peringatan pada produk yang memberi tahu konsumen tentang kemungkinan efek kesehatan bahan kimia.

    Para peneliti membandingkan paparan tersebut dengan statistik kematian yang dikumpulkan oleh Institute for Health Metrics and Evaluation, sebuah kelompok penelitian AS yang mengumpulkan informasi medis global.

    Analisis tersebut menemukan paparan DEHP berkontribusi terhadap 368.764 kematian pada 2018 di antara pria dan wanita berusia 55 hingga 64 tahun secara global. Afrika menyumbang 30 persen kematian akibat penyakit jantung yang terkait dengan DEHP, sementara Asia Timur dan Timur Tengah menyumbang 25 persen kematian, menurut penelitian tersebut.

    Penelitian ini diyakini sebagai estimasi global pertama dari hasil kesehatan apa pun dari paparan DEHP, kata penulis utama studi Sara Hyman, seorang ilmuwan peneliti asosiasi di NYU Grossman School of Medicine.

    “Dengan menyoroti hubungan antara ftalat dan penyebab utama kematian di seluruh dunia, temuan kami menambah banyak bukti bahwa bahan kimia ini menghadirkan bahaya yang luar biasa bagi kesehatan manusia,” kata Hyman dalam sebuah pernyataan.

    Namun, keterbatasan penelitian ini berasal dari penggunaan rasio bahaya AS untuk memperkirakan kematian yang disebabkan oleh populasi di negara lain, kata Andrews dari EWG.

    “Meskipun penulis mengakui keterbatasan ini, hal itu mengasumsikan bahwa hubungan antara paparan DEHP dan penyakit kardiovaskular konsisten secara global,” katanya dalam sebuah email.

    (naf/kna)

  • Ilmuwan Genius Kelahiran Rusia Terancam Dideportasi AS

    Ilmuwan Genius Kelahiran Rusia Terancam Dideportasi AS

    Jakarta

    Kseniia Petrova adalah ilmuwan kelahiran Rusia yang sekarang melakukan riset penting di bidang kanker yaitu dalam teknologi alat deteksi. Namun Petrova saat ini ditahan di fasilitas imigrasi Lousiana dan ada kemungkinan dideportasi ke Rusia.

    Peneliti di Laboratorium Kirschner, Sekolah Kedokteran Harvard mengatakan mereka tidak bisa memakai mikroskop pendeteksi kanker unik tanpa Petrova yang mengembangkan skrip komputer untuk menganalisis gambarnya.

    Dr. William Trim, rekan kerja dan teman Petrova, mengatakan Petrova yang berusia 30 tahun memainkan peran tak tergantikan dalam proyek penelitian mereka. “Saya sangat yakin dialah satu-satunya cara kita dapat mencapai potensi sebenarnya dari mikroskop ini,” kata Trim yang dikutip detikINET dari MSNBC.

    Pada 16 Februari, Petrova ditahan Customs and Border Protection di Bandara Logan Boston setelah tiba dari Prancis dan gagal melaporkan sampel embrio katak yang akan digunakan dalam penelitian ilmiah di Harvard.

    Gregory Romanovsky, pengacara Petrova, mengatakan CBP biasanya mengeluarkan dua hukuman untuk pelanggaran tersebut yaitu penyitaan barang-barang dan denda $50 hingga $500. Namun pihak berwenang membatalkan visa pelajar J-1 milik Petrova dan mengirimnya ke pusat penahanan yang jaraknya ratusan kiloemeter

    Jubir Departemen Keamanan Dalam Negeri mengatakan Petrova ditahan secara sah setelah berbohong ke petugas federal tentang membawa zat-zat ke negara tersebut. Patrova ditahan di Pusat Pemasyarakatan Richwood di Louisiana dan berjuang melawan kemungkinan deportasi ke Rusia di mana dia mengatakan takut dianiaya atas protesnya terhadap perang di Ukraina.

    Akhir bulan lalu, 17 senator, yang dipimpin Adam Schiff dari California, menulis surat kepada Menteri Keamanan Dalam Negeri Kristi Noem untuk mendesaknya membebaskan Petrova. “Kami sangat prihatin tentang kemungkinan Petrova dapat menghadapi penganiayaan jika dideportasi ke Rusia,” bunyi surat itu.

    “Kami mendesak Pemerintah memastikan proses hukum yang wajar dalam kasusnya dan mengambil semua tindakan yang tepat dan diperlukan untuk memastikan dia tidak dideportasi ke Rusia,” tambah surat itu.

    Dalam beberapa minggu terakhir, pemerintahan Trump terus menargetkan mahasiswa internasional sebagai bagian dari tindakan keras di sektor imigrasi. Setidaknya 1.024 mahasiswa di 160 institusi telah dicabut visanya atau status hukumnya dihentikan sejak akhir Maret.

    Dr. Leon Peshkin, kepala ilmuwan peneliti di Departemen Biologi Sistem Harvard, mengatakan bahwa kebijakan pemerintahan Trump sudah membuat para ilmuwan internasional enggan datang ke Harvard.

    (fyk/rns)

  • Bukan Main! Ilmuwan Ungkap Biang Kerok Kasus Kanker Usus Melonjak di Usia Muda

    Bukan Main! Ilmuwan Ungkap Biang Kerok Kasus Kanker Usus Melonjak di Usia Muda

    Jakarta

    Kanker kolorektal atau kanker usus, yang dulunya dianggap sebagai penyakit pada orang dewasa yang lebih tua, kini meningkat di kalangan orang muda di sedikitnya 27 negara. Angka kejadiannya pada orang dewasa di bawah usia 50 tahun telah meningkat sekitar dua kali lipat setiap dekade selama 20 tahun terakhir.

    Jika tren ini terus berlanjut, kanker kolorektal diproyeksikan menjadi penyebab utama kematian terkait kanker di kalangan orang dewasa muda pada tahun 2030. Hingga saat ini, alasan pasti di balik lonjakan tersebut masih belum diketahui.

    Orang dewasa muda yang didiagnosis dengan kanker kolorektal sering kali tidak memiliki riwayat keluarga maupun faktor risiko yang diketahui, seperti obesitas atau hipertensi. Kondisi ini memicu spekulasi tentang potensi paparan lingkungan atau mikroba tersembunyi, sesuatu yang diselidiki secara langsung dalam studi baru ini.

    Studi yang dipimpin oleh Universitas California San Diego itu mengidentifikasi potensi penyebab mikroba di balik peningkatan yang mengkhawatirkan pada kasus kanker kolorektal dini, yakni racun bakteri yang disebut colibactin.

    Diproduksi oleh strain tertentu Escherichia coli yang hidup di usus besar dan rektum, colibactin adalah racun yang mampu mengubah DNA. Kini, para ilmuwan melaporkan bahwa paparan colibactin pada masa kanak-kanak meninggalkan jejak genetik khas pada DNA sel-sel usus besar yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker kolorektal sebelum usia 50 tahun.

    Studi baru yang dipublikasikan pada 23 April di Nature, menganalisis 981 genom kanker kolorektal dari pasien dengan penyakit yang muncul pada tahap awal maupun lanjut di 11 negara dengan tingkat risiko kanker kolorektal yang bervariasi.

    Temuan tersebut menunjukkan bahwa colibactin meninggalkan pola mutasi DNA spesifik yang 3,3 kali lebih umum pada kasus yang muncul pada tahap awal, khususnya pada orang dewasa di bawah usia 40 tahun, dibandingkan dengan mereka yang didiagnosis setelah usia 70 tahun.

    Pola mutasi ini juga sangat umum di negara-negara dengan insiden kasus tahap awal yang tinggi.

    “Pola mutasi ini merupakan semacam catatan sejarah dalam genom, dan pola ini menunjukkan paparan colibactin di awal kehidupan sebagai kekuatan pendorong di balik penyakit yang muncul lebih awal,” kata penulis utama studi Ludmil Alexandrov, profesor di Departemen Bioteknologi Shu Chien-Gene Lay dan Departemen Kedokteran Seluler dan Molekuler di UC San Diego.

    Meskipun penelitian sebelumnya, termasuk dari laboratorium Alexandrov, telah mengidentifikasi mutasi terkait colibactin pada sekitar 10 hingga 15 persen dari semua kasus kanker kolorektal, penelitian-penelitian tersebut berfokus pada kasus yang muncul di usia lanjut atau tidak membedakan antara penyakit yang muncul lebih awal dan lebih lambat.

    Sementara penelitian terbaru ini merupakan yang pertama kali menunjukkan peningkatan substansial mutasi terkait colibactin khusus pada kasus yang muncul di usia muda.

    “Ketika kami memulai proyek ini, kami tidak berencana untuk fokus pada kanker kolorektal yang muncul lebih awal,” kata salah satu penulis utama studi Marcos Díaz-Gay, mantan peneliti pascadoktoral di lab Alexandrov.

    “Tujuan awal kami adalah untuk meneliti pola kanker kolorektal global guna memahami mengapa beberapa negara memiliki tingkat yang jauh lebih tinggi daripada negara lain. Namun, saat kami meneliti data tersebut, salah satu temuan yang paling menarik dan mencolok adalah seberapa sering mutasi terkait colibactin muncul pada kasus yang muncul lebih awal.”

    Menurut analisis tim, efek merusak colibactin dimulai sejak dini. Dengan menghitung waktu molekuler dari setiap tanda mutasi yang diidentifikasi dalam penelitian ini, para peneliti menunjukkan bahwa mutasi terkait colibactin muncul pada tahap awal perkembangan tumor, konsisten dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa mutasi tersebut terjadi dalam 10 tahun pertama kehidupan.

    Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa mutasi terkait colibactin menyumbang sekitar 15 persen dari apa yang dikenal sebagai mutasi penggerak APC, beberapa perubahan genetik paling awal yang secara langsung mendorong perkembangan kanker, pada kasus kanker kolorektal.

    “Jika seseorang memperoleh salah satu mutasi pemicu ini saat mereka berusia 10 tahun,” Alexandrov menjelaskan.

    “Mereka bisa puluhan tahun lebih cepat terkena kanker kolorektal, dan mendapatkannya pada usia 40 tahun, bukan 60 tahun.”

    Dengan kata lain, bakteri penghasil colibactin mungkin diam-diam menjajah usus besar anak-anak, memicu perubahan molekuler dalam DNA mereka, dan berpotensi menyiapkan panggung bagi kanker kolorektal jauh sebelum gejala apa pun muncul.

    Alexandrov memperingatkan bahwa meskipun temuan mereka memberikan dukungan kuat untuk hipotesis ini, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menetapkan hubungan kausal.

    (suc/kna)

  • Aktivis Ini Ungkap Pentingnya Dorong Kapabilitas Perempuan

    Aktivis Ini Ungkap Pentingnya Dorong Kapabilitas Perempuan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sebuah lembaga filantropi perubahan iklim yang berbasis di San Fransisco California, Amerika Serikat, Climate Breakthrough telah mencatat ada dua orang perempuan Indonesia yang berhasil meraih Climate Breakthrough Award. Salah satunya adalah Gita Syahrani, aktivis lingkungan hidup Indonesia yang meraih Climate Breakthrough pada 2023.

    Hal ini membuktikan bahwa perempuan punya kontribusi dan sumbangsih besar dalam mendorong perubahan layaknya Raden Ajeng Kartini, sebagai pelopor emansipasi perempuan di Indonesia.

    Sebagai Head of Executive Board Koalisi Ekonomi Membumi (KEM), Gita sendiri menganggap bahwa perempuan punya suara dan berdaya sehingga sanggup mendorong perubahan sistemik. Untuk diketahui, Koalisi Ekonomi Membumi (KEM) adalah sebuah gerakan kolektif yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan inovasi basis-alam dengan membangun ekosistem investasi lestari yang mengedepankan kearifan lokal Indonesia. KEM masuk ke lima sektor utama yaitu, pangan, kecantikan dan personal care, kesehatan dan obat-obatan, hospitality, dan alternatif material.

    “Nah kalau dari sisi urgensi kalau menurut aku yang saat ini menekuni model ekonomi, yang benar-benar perlu dijadikan prioritas itu memperlihatkan bagaimana perempuan ini punya peran yang sangat penting dari sisi memperkuat rantai pasok pada perekonomian, skillsetnya dia yang bisa dikembangkan tapi saat ini masih banyak kendala,” ungkap Gita kepada CNBC Indonesia, Selasa (22/4/2025).

    Namun menurutnya, saat ini yang kerap menjadi salah satu kendala bagi perempuan wirausaha adalah mendapatkan financing dari perbankan meskipun mereka pemilik usaha tersebut.

    “Sebenarnya dari perbankan misalnya karena secara standar akses perbankan masih membutuhkan konsen dari suami padahal seringkali karena dianggap perempuan itu tugasnya bukan jadi pelaku usaha tapi untuk ngurus rumah gitu, konsen itu susah diberikan jadi agak miris gitu mereka yang jadi tulang punggung ekonominya padahal jadi yang punya gitu kan tapi akses perdanaan sulit,” rinci Gita.

    Apalagi saat ini juga ada data beberapa riset yang menjelaskan akses pengusaha perempuan terhadap mentorship lebih rendah dibandingkan pengusaha laki-laki. Oleh karena itu di KEM, hal seperti ini menjadi prioritas, apalagi peran perempuan dalam ekonomi ini bukan hanya satu-dua tapi memiliki efek berganda di dalam rantai pasok.

    “Kalau sampai kendala teratasi triple effect dari upaya perempuan itu gede banget sih. Jadi memang urgensinya gimana peran perempuan di dalam rantai pasok dan di dalam perekonomian tuh bener-bener dihargai,” jelas Gita.

    Oleh sebab itu lanjut Gita, dirinya bersama tim mencoba membantu peran perempuan dengan beragam cara termasuk akses pendanaan dan juga networking. Pasalnya menurut Gita banyak perempuan yang terkendala.

    Selain itu, Gita juga mendukung beragam upaya termasuk yang dilakukan oleh sektor swasta seperti program “Every U Does Good Heroes” tahun 2022 dari Unilever Indonesia. Pada program ini Unilever mengajak generasi muda Indonesia untuk bisa membawa perubahan bagi lingkungan dan masyarakat, untuk itu Unilever mencari pemuda atau local heroes. Sebagai mentor di dalam program, Gita turut membantu para pemuda yang baru memulai gerakannya dengan pendampingan seputar sociopreneurship secara intensif lebih dari dua bulan

    Pasalnya kegiatan seperti ini menumbuhkan semangat entrepreneurship dan memperkaya kapasitas local champion itu penting. Menurutnya, dari sisi yang kita hadapi juga sebetulnya kapasitas SDM di daerah ini butuh sekali banyak peningkatan, terutama dari sisi kapasitas secara teknis dan juga jaringan.

    “Jadi kalau dari sisi angle-nya itu adalah angle meningkatkan kapasitas sumber daya manusia, terutama di daerah, kegiatan seperti EUDG Heroes oleh Unilever sangat membantu,” kata Gita.

    Namun Gita juga berharap keterlibatan swasta juga bisa menyambungkan antara dampak yang mereka miliki di daerah-daerah di mana mereka beroperasi dengan model dari program local heroes yang dimiliki.

    (dpu/dpu)

  • Eno NTRL Pimpin Panggung Macbeth Studios Project

    Eno NTRL Pimpin Panggung Macbeth Studios Project

    JAKARTA – Sempat absen dari pasar Indonesia, Macbeth kembali hadir di Indonesia lewat pertunjukan bertajuk Macbeth Studios Project yang digelar di MBloc Live House, Jakarta Selatan pada Sabtu, 26 April malam.

    Untuk merayakan kembalinya merek asal California, Amerika Serikat yang didirikan pada tahun 2002 oleh Tom DeLonge dari Blink 182, pertunjukan ini menampilkan Eno NTRL, Oslo Ibrahim, David Beatt, Endah N Rhesa, dan Summerlane.

    Fian Asfianti selaku Sr. Brand Manager Macbeth Indonesia mengatakan, Macbeth Studios Project dibentuk sebagai upaya kolaboratif untuk menyatukan para artis dari seluruh dunia.

    “Acara ini bukan sekadar panggung konser. Ini adalah manifesto kami—untuk para pencipta dan pencinta musik generasi berikutnya,” kata Fian.

    “Dan dengan spirit #kickthenormal, kami rayakan kembalinya Macbeth lewat satu malam penuh energi dengan lintas genre, lintas generasi, satu frekuensi,” imbuhnya.

    Sebagai bagian dari selebrasi, Macbeth Indonesia juga memperkenalkan kolaborasi eksklusif pertamanya dengan musisi indonesia, Eno NTTL

    Kolaborasi tersebut tampak dalam siluet ikonik Eliot yang diberikan sentuhan baru dengan signature charm dan insole khusus dari Eno.

  • Sleeping Prince Saudi ‘Tidur’ Selama 20 Tahun, Bisakah Pasien Bangun dari Koma?

    Sleeping Prince Saudi ‘Tidur’ Selama 20 Tahun, Bisakah Pasien Bangun dari Koma?

    Jakarta

    Pangeran Al-Waleed bin Khaled bin Talal dari Arab Saudi, yang dikenal sebagai ‘Sleeping Prince’, memasuki usia 36 tahun pada 18 April 2025. Tahun ini juga menandai dua dekade Pangeran Arab ini dalam kondisi koma.

    Pangeran Al-Waleed bin Khaled bin Talal telah koma sejak tahun 2005 akibat mengalami perdarahan otak akibat kecelakaan mobil saat belajar di perguruan tinggi militer di London. Sejak saat itu, ia menggunakan ventilator dan berada di bawah pengawasan medis yang konstan.

    Saat ini, sang ‘Sleeping Prince’ dirawat di King Abdulaziz Medical City di Riyadh, di bawah perawatan tim medis spesialis. Meskipun para ahli menganggap pemulihan setelah koma yang berkepanjangan tidak mungkin terjadi, beberapa orang berharap bahwa terobosan medis di masa mendatang dapat membawa perubahan.

    Seseorang yang koma terkadang dapat terbangun setelah berbulan-bulan, bertahun-tahun, atau bahkan puluhan tahun setelah mereka pingsan. Salah satu kasus terlama adalah kasus Munira Abdulla, seorang wanita yang mengalami koma setelah kecelakaan mobil pada tahun 1991 dan terbangun 27 tahun kemudian.

    Namun, apa yang membuat seseorang terbangun dari koma, keadaan tidak sadarkan diri yang berkepanjangan?

    “Jawaban singkatnya adalah kita tidak benar-benar tahu,” kata Martin Monti, seorang profesor psikologi di Universitas California, Los Angeles (UCLA) yang mempelajari koma kepada Live Science.

    “Itulah sebabnya kita masih belum memiliki banyak intervensi untuk membantu orang pulih,” sambung dia.

    Next: Bagaimana koma bisa terjadi?

    Koma terjadi ketika otak terganggu, baik karena cedera, peradangan atau infeksi. Sebelum seseorang bangun dari koma, otaknya perlu pulih terlebih dahulu dengan menumbuhkan kembali neuron yang rusak atau memperluas jaringan otak lain untuk mengambil alih fungsi otak yang cedera.

    Namun, pemulihan jaringan otak ini saja tidak cukup karena koma memperlambat aktivitas otak. Jadi, dalam kondisi ini, jaringan otak tidak berkomunikasi seefisien biasanya. Otak mungkin memerlukan semacam dorongan awal untuk kembali bersemangat dan membuat seseorang bangun.

    “Semua orang mempercayainya, dan itu sangat, sangat masuk akal,” kata Monti tentang teori dorongan awal. “Namun, kami tidak memiliki data yang bagus tentangnya.”

    Jadi, apa yang berpotensi memicu lonjakan tersebut di otak? Salah satu caranya adalah, kata Monti, dokter menggunakan amantadine, obat yang diyakini dapat meningkatkan jumlah dopamin di otak. Selain itu cara lain seperti deep brain simulator sampai metode ultrasound terfokus bisa dilakukan untuk memulihkan kondisi otak pasien koma.

    Secara keseluruhan, bagaimana dan mengapa orang terbangun dari koma, baik dengan sendirinya atau dengan bantuan obat atau terapi, sebagian besar masih menjadi misteri. Dan seiring para ilmuwan semakin dekat untuk memecahkannya, mereka mungkin dapat membangunkan orang dari koma dengan lebih cepat.

  • Salip Jepang, California Catat Ekonomi Terbesar ke-4 di Dunia – Page 3

    Salip Jepang, California Catat Ekonomi Terbesar ke-4 di Dunia – Page 3

    Sebelumnya, CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon mengingatkan bahwa serangkaian tarif impor baru yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump berisiko mendongkrak harga barang domestik dan impor sehingga membebani ekonomi AS yang telah melambat.

    Dalam surat tahunannya kepada pemegang saham, Dimon membahas dampak dari tarif impor yang diumumkan Trump pada 2 April lalu.

    “Apa pun pendapat Anda tentang alasan yang sah untuk tarif yang baru diumumkan, dan, tentu saja, ada beberapa atau efek jangka panjang, baik atau buruk, kemungkinan besar akan ada efek jangka pendek yang penting,” kata Dimon, dikutip dari CNBC International, Selasa (8/4/2025).

    “Kita mungkin akan melihat hasil inflasi, tidak hanya pada barang impor tetapi juga pada harga domestik, karena biaya input meningkat dan permintaan meningkat pada produk domestik,” ungkapnya.

    “Apakah daftar tarif menyebabkan resesi atau tidak masih menjadi pertanyaan, tetapi itu akan memperlambat pertumbuhan,” lanjutnya.

    Dimon menjadi CEO pertama dari bank besar Wall Street yang secara terbuka membahas kebijakan tarif Trump yang luas saat pasar global jatuh.

    Meskipun bos raksasa perbankan itu sering menggunakan platformnya untuk menyoroti risiko geopolitik dan keuangan global, surat tahun ini datang pada momen pasar keuangan yang bergejolak.

    Saham telah jatuh bebas sejak pengumuman tarif impor Trump, menyebabkan minggu terburuk bagi ekuitas AS sejak pandemi Covid-19 pada 2020.