kab/kota: California

  • AS Makin Chaos, Trump Turunkan Pasukan Khusus Hadapi Demo Imigran

    AS Makin Chaos, Trump Turunkan Pasukan Khusus Hadapi Demo Imigran

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memerintahkan pengerahan 2.000 personel Garda Nasional ke Los Angeles sebagai respons atas aksi unjuk rasa terkait kebijakan imigrasi yang tengah memanas di kota tersebut.

    Pengumuman itu disampaikan Gedung Putih pada Sabtu malam (waktu AS), di tengah terus berlanjutnya bentrokan antara demonstran dan agen federal yang sedang melakukan operasi penegakan hukum imigrasi di Los Angeles. Sejauh ini, aksi tersebut telah berujung pada lebih dari 100 penangkapan.

    “Dalam beberapa hari terakhir, massa yang brutal telah menyerang petugas ICE (Imigrasi dan Bea Cukai AS) serta agen penegak hukum federal yang tengah menjalankan operasi deportasi di Los Angeles, California,” ujar Juru Bicara Gedung Putih Karoline Leavitt, dalam pernyataan resminya dikutip CNBC International, Minggu (8/6/2025).

    Leavitt juga mengatakan, Trump memutuskan untuk memfederalisasi sebagian Garda Nasional California, yang biasanya berada di bawah kewenangan Gubernur Gavin Newsom. Secara hukum, Presiden AS memang memiliki kewenangan tersebut dalam kondisi tertentu.

    Namun, keputusan Trump langsung menuai kritik dari Newsom. Ia bilang langkah tersebut sengaja memprovokasi dan justru akan memperburuk ketegangan.

    “Otoritas di Los Angeles memiliki akses penuh terhadap dukungan penegakan hukum kapan pun dibutuhkan,” tulis Newsom melalui platform X. “Kami terus berkoordinasi dengan pemerintah kota dan kabupaten, dan saat ini tidak ada kebutuhan yang belum terpenuhi.”

    “Ini adalah misi yang salah dan akan mengikis kepercayaan publik,” tegas Newsom.

    Di sisi lain, Gedung Putih tidak menunjukkan tanda-tanda akan meredakan situasi. Bahkan Menteri Pertahanan Pete Hegseth mengancam akan mengerahkan Marinir AS untuk memperkuat pasukan Garda Nasional.

    “Jika kekerasan terus berlanjut, Marinir aktif di Camp Pendleton juga akan dikerahkan, mereka saat ini dalam status siaga tinggi,” tulis Hegseth di X.

    Trump sendiri turut berkomentar lewat media sosial, “Jika Gubernur Gavin ‘Newscum’ California dan Wali Kota Los Angeles Karen Bass tidak bisa menjalankan tugas mereka (yang semua orang tahu mereka tidak bisa), maka Pemerintah Federal akan turun tangan dan menyelesaikan masalah kerusuhan dan penjarahan, seperti seharusnya!!!”

    Di tengah panasnya situasi, Trump justru terlihat menghadiri pertandingan Ultimate Fighting Championship (UFC) di Prudential Center, Newark, New Jersey, Sabtu malam. Gedung Putih juga merilis memo resmi dari Presiden kepada Menteri Pertahanan, Jaksa Agung, dan Menteri Keamanan Dalam Negeri.

    “Jika aksi protes atau kekerasan secara langsung menghambat pelaksanaan hukum, maka hal itu merupakan bentuk pemberontakan terhadap otoritas Pemerintah Amerika Serikat,” bunyi memo tersebut.

    Foto: REUTERS/Daniel Cole
    FILE PHOTO: A police officer uses stun grenades as they approach the protesters gathered around the Los Angeles Federal Building following multiple detentions by Immigration and Customs Enforcement (ICE), in downtown Los Angeles, California, U.S., June 6, 2025. REUTERS/Daniel Cole

    “Dengan mempertimbangkan insiden-insiden ini serta ancaman kekerasan yang kredibel, berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada saya sebagai Presiden, saya memanggil anggota dan unit Garda Nasional untuk bergabung dalam layanan federal.”

    Sementara itu, Wakil Presiden JD Vance juga turut mengomentari aksi protes tersebut dengan menyebut para demonstran sebagai “pemberontak”.

    “Pemberontak yang membawa bendera asing menyerang petugas penegakan imigrasi, sementara sebagian pemimpin politik AS justru menganggap penegakan perbatasan adalah tindakan jahat,” tulis Vance.

    Di sisi lain, David Huerta, pemimpin serikat buruh SEIU California, dilaporkan mengalami luka saat ditangkap pada Jumat lalu saat memantau aksi protes. Departemen Keamanan Dalam Negeri AS menuduh Huerta telah menghalangi petugas federal.

    (haa/haa)

  • Trump Kerahkan 2.000 Pasukan Garda Nasional Buat Atasi Demo Soal Imigrasi

    Trump Kerahkan 2.000 Pasukan Garda Nasional Buat Atasi Demo Soal Imigrasi

    Washington DC

    Aksi protes terhadap kebijakan imigrasi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Los Angeles pecah. Trump pun mengerahkan 2.000 pasukan Garda Nasional untuk meredam demonstrasi ini.

    Dilansir AFP, Minggu (8/6/2025), pasukan ini dikerahkan pada Sabtu (7/8). Gedung Putih menyebut ini sebagai langkah untuk meredakan “pelanggaran hukum,” setelah protes yang terkadang disertai kekerasan meletus atas penggerebekan penegakan hukum imigrasi.

    Trump mengambil alih kendali federal atas militer negara bagian California untuk mendorong tentara ke kota terbesar kedua di negara itu. Tentara ini akan berhadapan dengan demonstran. Ini adalah langkah langka yang menurut Gubernur Gavin Newsom “sengaja menghasut.”

    Perkembangan itu terjadi setelah dua hari konfrontasi. Agen federal sempat menembakkan granat kejut dan gas air mata ke arah kerumunan yang marah atas penangkapan puluhan migran di kota dengan populasi Latino yang besar.

    Rekaman menunjukkan sebuah mobil dibakar di persimpangan jalan yang ramai. Sementara dalam video yang beredar di media sosial seorang pria berhelm sepeda motor terlihat melemparkan batu ke arah kendaraan federal yang melaju kencang.

    Para pengunjuk rasa terlihat mengejek para petugas dan merekam mereka dengan ponsel mereka.

    “Presiden Trump telah menandatangani Nota Presiden yang mengerahkan 2.000 Garda Nasional untuk mengatasi pelanggaran hukum yang dibiarkan terus berlanjut,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt Sabtu (7/6) malam, menyalahkan apa yang disebutnya sebagai pemimpin Demokrat California yang “tidak bertanggung jawab”.

    “Pemerintahan Trump memiliki kebijakan toleransi nol terhadap tindak pidana dan kekerasan, terutama ketika kekerasan itu ditujukan kepada petugas penegak hukum yang berusaha melakukan tugas mereka.”

    Garda Nasional–militer cadangan–sering digunakan dalam bencana alam, seperti setelah kebakaran di LA, dan jarang digunakan dalam kasus kerusuhan sipil. Garda Nasional dikerahkan di Los Angeles setelah pembunuhan George Floyd pada tahun 2020.

    Newsom, yang sering menjadi lawan Trump dan musuh lama Partai Republik, menggunakan media sosial untuk mengecam perintah Gedung Putih itu. “Langkah itu sengaja dibuat untuk menghasut dan hanya akan meningkatkan ketegangan,” tulisnya di X, yang sebelumnya bernama Twitter.

    Tonton juga “Kian Panas, Trump Mau Cabut Kerja Sama dengan Perusahaan Elon Musk” di sini:

    (rdp/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kisah Ilmuwan Bantu China Jadi Negara Adidaya Usai Dideportasi AS

    Kisah Ilmuwan Bantu China Jadi Negara Adidaya Usai Dideportasi AS

    Jakarta

    Di Shanghai, China, berdiri sebuah museum dengan 70.000 artefak yang didedikasikan untuk satu orang: “ilmuwan rakyat” Qian Xuesen.

    Qian adalah bapak program luar angkasa dan rudal China.

    Penelitiannya membuat Beijing mampu mengembangkan roket yang meluncurkan satelit pertamanya ke luar angkasa, serta rudal-rudal lain yang menjadi bagian dari persenjataan nuklir China.

    Atas jasanya, ia dihormati sebagai pahlawan nasional.

    Namun di Amerika Serikat, tempat ia belajar dan bekerja selama lebih dari satu dekade, kontribusi penting Qian jarang diakui.

    Kisah Qian kembali disorot oleh media seperti New York Times dalam beberapa hari terakhir ini, di tengah kebijakan pengusiran imigran oleh Presiden AS Donald Trump.

    Pada 28 Mei, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, mengumumkan bahwa pemerintah akan “secara agresif mencabut” visa bagi pelajar China, termasuk mereka yang terkait dengan Partai Komunis atau yang belajar di “bidang-bidang yang sensitif.”

    Lalu, apakah AS akan kembali jatuh di lubang yang sama dengan menyingkirkan sosok-sosok jenius seperti ilmuwan China ini dan melakukan salah satu kesalahan terbesar dalam sejarah negara itu?

    Seorang bintang lahir

    Qian lahir pada 1911, saat China beralih dari dinasti kekaisaran ke sistem pemerintahan republik. Ayahnya mendirikan sistem pendidikan nasional China setelah bekerja di Jepang.

    Sejak kecil, Qian sudah menunjukkan bakat luar biasa. Ia lulus dengan peringkat tertinggi dari Universitas Jiao Tong di Shanghai dan meraih beasiswa untuk belajar di Massachusetts Institute of Technology (MIT), AS.

    Pada 1935, dia tiba di Boston. Qian mungkin menghadapi xenofobia dan rasisme, kata Chris Jespersen, profesor sejarah di University of North Georgia di AS.

    Namun, ada juga “harapan dan keyakinan bahwa China [sedang] mengalami perubahan yang signifikan.”

    Getty ImagesQian Xuesen bersama pengacaranya Grant Cooper di sidang deportasi pada November 1950.

    Dari MIT, Qian melanjutkan pendidikannya ke California Institute of Technology (Caltech) untuk belajar di bawah bimbingan salah seorang insinyur aeronautika paling berpengaruh saat itu, Theodore von Karman, kelahiran Hungaria.

    Di sana, Qian berbagi kantor dengan ilmuwan terkemuka lainnya, Frank Malina, anggota kunci dari kelompok kecil inovator yang dikenal sebagai “Suicide Squad.”

    Julukan itu diberikan karena percobaan mereka untuk membangun roket di kampus, dan juga beberapa eksperimen dengan bahan kimia mudah menguap yang berakhir sangat buruk, jelas Fraser Macdonald, penulis Escape from Earth: A Secret History of the Space Rocket.

    Namun, tidak ada yang benar-benar jadi korban, kata penulis itu.

    Baca juga:

    Suatu hari, Qian terlibat dalam sebuah diskusi tentang matematika yang rumit dengan Malina dan anggota kelompok lainnya. Tak lama kemudian ia menjadi bagian dari tim itu dan menghasilkan penelitian penting tentang propulsi roket.

    Saat itu, ilmu roket dianggap sebagia “pekerjaan orang aneh dan pemimpi,” kata Macdonald.

    “Tidak seorang pun menganggapnya [roket] dengan serius, dan tidak ada insinyur yang ahli matematika akan mempertaruhkan reputasinya dengan mengatakan ini adalah masa depan.”

    Namun semuanya berubah cepat ketika Perang Dunia II pecah (193945).

    Kelompok Suicide Squad menarik perhatian militer AS, yang kemudian mendanai penelitian pesawat jet, dengan memasang pendorong di sayap pesawat agar bisa lepas landas dari landasan yang pendek.

    Getty ImagesKarena kecerdasannya yang nyata, Qian memenangkan beasiswa untuk belajar di MIT.

    Pendanaan dari militer juga membantu pendirian Laboratorium Propulsi Jet (JPL) pada 1943, di bawah arahan Theodore von Karman.

    Qian, bersama dengan Frank Malina, berada di pusat proyek tersebut.

    Meskipun Qian adalah warga China, saat itu China adalah sekutu AS sehingga “tidak ada kecurigaan nyata terhadap ilmuwan China di pusat proyek luar angkasa Amerika,” kata Macdonald.

    Qian mendapat izin keamanan untuk bekerja pada proyek penelitian senjata rahasia dan bahkan menjabat di Dewan Penasihat Sains pemerintah AS.

    Menjelang perang berakhir, Qian menjadi ahli propulsi jet terkemuka di dunia dan dikirim bersama von Karman dalam misi ke Jerman dengan pangkat sementara letnan kolonel.

    Misinya adalah mewawancarai para insinyur Nazi, termasuk Werner von Braun, ilmuwan roket terkemuka Jerman. AS ingin mengetahui sejauh mana pengetahuan teknologi roket Jerman.

    Karier yang hancur

    Namun pada akhir dekade itu, karier cemerlang Qian di AS tiba-tiba hancur dan kehidupannya berantakan.

    Pada 1949, Mao Zedong mendeklarasikan berdirinya Republik Rakyat China. Dan dengan cepat, orang China dianggap sebagai “orang jahat,” kata Jespersen dari Universitas Georgia Utara.

    Seorang direktur baru di JPL mencurigai adanya jaringan mata-mata di laboratorium itu dan melaporkan beberapa staf itu ke FBI.

    “Semuanya orang China dan Yahudi,” jelas Macdonald.

    Era Perang Dingin antara AS dan Uni Soviet pun dimulai. Perburuan atas orang-orang yang dianggap komunis di era McCarthy semakin gencar.

    Dalam suasana ini, FBI menuduh Qian, Frank Malina, dan yang lainnya sebagai antek komunis dan menimbulkan ancaman terhadap keamanan nasional.

    Tuduhan ke Qian ini didasarkan pada dokumen Partai Komunis AS pada 1938 yang menunjukkan bahwa ia menghadiri sebuah pertemuan sosial, yang dicurigai FBI sebagai pertemuan Partai Komunis Pasadena.

    Getty ImagesTiga anggota “Suicide Squad”, William Pickering (kiri), Theodore von Krmn (tengah) dan Frank J. Malina (kanan), dalam foto pada1960.

    Meskipun Qian menyangkal menjadi anggota partai, sebuah studi baru menunjukkan bahwa ia bergabung sekitar waktu yang sama dengan Frank Malina, pada 1938. Namun, hal itu tidak serta merta menjadikannnya seorang Marxis.

    Saat itu, menjadi komunis adalah bentuk perlawanan terhadap rasisme, kata Macdonald. Mereka menentang fasisme dan segregasi, seperti memprotes pemisahan kolam renang umum di Pasadena.

    Deportasi

    Zuoyue Wang, profesor sejarah di California Polytechnic State University di AS, mengatakan tidak ada bukti bahwa Qian melakukan spionase untuk China atau menjadi agen intelijen saat berada di AS.

    Namun, Qian kehilangan izin keamanannya dan ditetapkan sebagai tahanan rumah. Rekan-rekannya di Caltech, termasuk Theodore von Karman, menulis surat kepada pemerintah untuk membela Qian, tetapi tidak berhasil.

    Pada 1955, setelah lima tahun menjalani tahanan rumah, Presiden Eisenhower memutuskan untuk mendeportasi Qian ke China.

    Ilmuwan itu pergi dengan kapal bersama istri dan dua anaknya yang lahir di AS, sambil mengatakan kepada wartawan bahwa ia bersumpah tidak akan pernah menginjakkan kaki di AS lagi.

    Dan ia menepati janjinya.

    “Ia adalah salah satu ilmuwan paling terkemuka di AS. Ia telah banyak berkontribusi dan bisa saja berkontribusi lebih banyak lagi bagi AS. Jadi, itu bukan hanya penghinaan, tetapi pengkhianatan,” kata jurnalis dan penulis Tianyu Fang.

    Getty ImagesQian Xuesen dianggap sebagai bapak program rudal nuklir dan antariksa China.

    Qian tiba di China sebagai pahlawan, tetapi tidak langsung diterima oleh Partai Komunis.

    Rekam jejaknya tidak sepenuhnya bersih. Istrinya adalah putri pemimpin Nasionalis, dan sebelum kejatuhannya, Qian hidup nyaman di AS. Bahkan, dia telah mengajukan permohonan kewarganegaraan Amerika.

    Ia baru resmi bergabung dengan Partai Komunis China pada 1958. Sejak itu berusaha tetap berada di sisi aman. Ia selamat dari pembersihan politik dan Revolusi Kebudayaan, kemudian memiliki karier yang luar biasa.

    Ketika ia tiba di China, pengetahuan tentang ilmu roket nyaris tak dikenal. Namun, 15 tahun kemudian, ia memimpin peluncuran satelit pertama China ke luar angkasa.

    Selama beberapa dekade, ia melatih generasi baru ilmuwan dan meletakkan dasar bagi Program Eksplorasi Bulan China.

    Ironisnya, program rudal yang dikembangkan Qian di China kemudian digunakan untuk menyerang ASseperti rudal Silkworm yang ditembakkan ke AS dalam Perang Teluk 1991 dan serangan terhadap kapal USS Mason pada 2016 oleh pemberontak Houthi di Yaman.

    Dengan mengambil langkah keras terhadap komunisme domestik, Macdonald berpendapat, AS telah mendeportasi “seseorang yang justru digunakan oleh salah satu musuh ideologisnya untuk mengembangkan program rudal dan antariksanya sendiri. Itu adalah kesalahan geopolitik yang luar biasa.”

    “Ada siklus yang aneh. AS mengusir orang yang ahli dan kemudian menjadi bumerang bagi mereka,” katanya.

    Mantan Sekretaris Angkatan Laut AS Dan Kimball, yang kemudian menjadi kepala perusahaan propulsi roket Aerojet, pernah menyebut deportasi Qian sebagai “hal terbodoh yang pernah dilakukan negara ini.”

    Getty ImagesMao memproklamasikan berdirinya Republik Rakyat China pada 1 Oktober 1949.

    Saat ini, sekali lagi terjadi ketegangan besar antara China dan AS. Kini bukan tentang ideologi, tetapi tentang perdagangan, keamanan teknologi dan, menurut Trump, dugaan kegagalan China dalam menangani Covid-19.

    Sebagian besar warga AS mungkin tak mengenal Qian atau perannya di program luar angkasa Amerika, tapi banyak warga dan mahasiswa China di AS yang mendengar kisahnya dan melihat kemiripannya dengan situasi saat ini.

    “Hubungan antara AS dan China telah memburuk sedemikian rupa sehingga mereka tahu bahwa mereka mungkin dicurigai seperti generasi Qian,” sang jurnalis membandingkan.

    Qian Xuesen tidak pernah menginjakkan kaki di Amerika Serikat lagi dan meninggal pada 2009. (Getty Images)

    Menurut Macdonald, kisah Qian merupakan peringatan ketika suatu rezim menyingkirkan pengetahuan.

    “Sejarah ilmu pengetahuan Amerika menunjukkan bahwa sains di AS dibangun oleh para pendatang… Namun di era konservatif seperti sekarang, sejarah itu semakin sulit untuk dirayakan.”

    Kontribusi JPL terhadap program luar angkasa AS, menurut Macdonald, sebagian besar diabaikan, jauh jika dibandingkan dengan kontribusi Wernher von Braun dan ilmuwan asal Jerman lainnya, yang secara diam-diam dibawa ke AS tak lama setelah von Karman dan Qian mengunjungi mereka.

    Braun adalah seorang Nazi dan prestasinya diakui oleh negara, sementara Qian dan ilmuwan lainnya dalam Suicide Squad tersingkirkan, kata Macdonald.

    “Fakta bahwa program luar angkasa AS pertama kali dirintis oleh kaum sosialis lokal entah Yahudi atau China adalah kisah yang sulit diterima oleh Amerika sendiri,” tutupnya.

    Kehidupan Qian berlangsung hampir satu abad. Selama periode ini, China bertransformasi dari negara lemah menjadi adikuasa di Bumi dan di luar angkasa.

    Qian adalah bagian dari transformasi itu. Namun kisahnya juga bisa menjadi kisah besar bagi Amerika jika saja tidak dikhianati.

    Pada tahun 2019, China berhasil mendaratkan wahananya di sisi terjauh Bulan. Lokasi pendaratannya di Kawah Von Karmandinamai dari insinyur aeronautika yang merupakan salah satu mentor Qian.

    Sebuah pengakuan, disengaja atau tidak, menunjukkan bahwa antikomunisme Amerika lah yang mendorong China menaklukkan luar angkasa.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Pesawat Pengendali Hama Jatuh di Meksiko, 3 Orang Tewas

    Pesawat Pengendali Hama Jatuh di Meksiko, 3 Orang Tewas

    Jakarta

    Sebuah pesawat kecil dari Guatemala yang digunakan untuk memerangi wabah larva pemakan daging, jatuh di Meksiko selatan pada hari Jumat (6/6) waktu setempat. Tiga orang tewas dalam insiden itu.

    Pesawat itu jatuh di negara bagian Chiapas, Meksiko selatan saat melepaskan lalat ulat steril untuk memerangi hama, yang telah mendorong Amerika Serikat untuk menangguhkan impor ternak dari Meksiko bulan lalu.

    Dua pilot Guatemala dan seorang awak Meksiko tewas dalam kecelakaan itu, kata otoritas penerbangan dilansir kantor berita AFP, Sabtu (7/6/2025).

    Meksiko dan Amerika Serikat bekerja sama untuk mencoba mengendalikan wabah lalat ulat, yang larvanya dapat membunuh ternak.

    Sebelumnya, pemerintahan Presiden Donald Trump mengeluh pada bulan April lalu, bahwa Meksiko membatasi pesawat yang dikontrak AS yang terlibat dalam upaya tersebut untuk beroperasi enam hari seminggu, bukan tujuh hari seminggu.

    Washington juga menuduh otoritas Meksiko mengenakan “bea masuk yang besar” pada suku cadang, peralatan, dan pengiriman lalat steril.

    Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum menyebut penangguhan impor ternak AS “tidak adil”, dan mengatakan ia berharap agar penangguhan itu segera dicabut.

    Lihat juga Video ‘Pesawat Jatuh di Permukiman Warga California AS, Ada Korban Tewas’:

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Peneliti Ungkap Rahasia Sekelompok Manusia yang Lenyap Tanpa Jejak

    Peneliti Ungkap Rahasia Sekelompok Manusia yang Lenyap Tanpa Jejak

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kelompok manusia yang pertama memasuki wilayah Amerika Selatan 6.000 tahun silam, tiba-tiba menghilang. Peneliti sampai saat ini tidak berhasil menemukan satupun keturunan manusia dari era prasejarah tersebut.

    Sebuah penelitian menyatakan manusia pertama di Amerika Selatan memasuki benua tersebut dengan menyeberangi “jembatan alami” di Amerika Tengah menuju area pegunungan utara Kolombia. Anehnya, jejak genetik penghuni pertama tersebut lenyap dari populasi manusia yang pernah tinggal di Amerika Selatan dalam 2.000 tahun terakhir.

    “Hilangnya jejak genetik populasi awal seperti ini sangat tidak biasa,” kata Andrea Casas-Vargas, penulis laporan penelitian tersebut.

    Ia dan tim peneliti melakukan analisis DNA terhadap sampel individu yang ditemukan di dataran tinggi Bogota, yang usianya berkisar antara 6.000 hingga 500 tahun lalu. Hasilnya adalah penemuan sekelompok manusia penduduk asli benua Amerika (atau penduduk benua Amerika sebelum kedatangan penjajah dari Eropa), pernah menghuni sebuah situs di dataran tinggi bernama Checua.

    “Hasil dari uji genetik menyatakan penduduk di Checua adalah populasi paling awal yang menyebar di Amerika Selatan,” kata Kim-Louise Krettek, penulis penelitian yang dikutip oleh IFL Science.

    Peneliti kemudian memastikan bahwa populasi di Checua tidak memiliki jejak genetik dari populasi penduduk asli di Amerika Utara, seperti peradaban Clovis atau Kepulauan Kanal California. Artinya, sisa manusia yang usianya diperkirakan mencapai 6.000 tahun tersebut adalah manusia yang paling pertama menyeberangi Amerika Tengah menuju Amerika Selatan. 

    Anehnya, peta genetik populasi tersebut tidak menyisakan jejak di populasi penduduk asli Amerika Selatan saat ini hingga ke 2.000 tahun lalu.

    “Kami tidak bisa menemukan keturunan penduduk pemburu-peramu di dataran tinggi Kolombia, gen mereka tidak diteruskan. Artinya, di area sekitar Bogota populasi mereka sepenuhnya digantikan oleh kelompok manusia lain.,” kata Krettek.

    Sejak kapan populasi purba tersebut lenyap sulit untuk dipastikan. Namun, hilangnya manusia pertama di Amerika Selatan tersebut berbarengan dengan kemunculan teknik keramik tanah liat yang dikenal sebagai Herrera, yang pertama kalinya muncul 3.000 tahun llau.

    Berbeda dengan populasi Checua, kelompok manusia dari kebudayaan Herrera telah melakukan aktivitas pertanian, terutama jagung yang kemudian menjadi cikal bakal kebudayaan Muisca.

    Jejak genetik dari kebudayaan Herrera, Muisca, hingga penduduk asli Amerika Selatan modern sudah tercatat dengan baik dan komplet. Contohnya, bahasa Chibchan yang dituturkan oleh kebudayaan tersebut masih digunakan oleh kelompok penduduk di bagian utara Kolombia.

    Penelitian baru ini menunjukkan bahwa penyebaran budaya penanaman jagung dan tembikar di Amerika Selatan melalui masa pergantian populasi, bukan difusi kebudayaan. Atau dengan kata lain, ada gelombang kedua migrasi manusia ke benua Amerika Selatan yang menggantikan seluruh populasi manusia yang hidup sebelumnya.

    (dem/dem)

  • Ancaman Bom Bekas Perang Dunia Masih Mengintai

    Ancaman Bom Bekas Perang Dunia Masih Mengintai

    Jakarta

    Lima belas pasangan telah menantikan momen spesial untuk mengucapkan janji pernikahan mereka. Namun, pernikahan yang seharusnya berlangsung di balai kota bersejarah Kln, Jerman, pada 4 Juni harus dibatalkan karena gedung tersebut berada tepat di tengah zona evakuasi. Untungnya, mereka tetap bisa menikah di balai kota distrik lain.

    Tiga bom peninggalan Perang Dunia II yang tidak meledak, adalah penyebab dilakukannya evakuasi tersebut. Sedikitnya 20.500 warga dalam radius satu kilometer persegi, harus diungsikan ke tempat aman. Evakuasi ini disebut yang terbesar sejak 1945. Tiga bom ditemukan saat persiapan pembangunan di Jembatan Deutz, Kln. Bom buatan Amerika Serikat (AS) ini terdiri dari satu bom seberat 450 kilogram dan dua bom seberat 900 kilogram.

    Ketiganya menggunakan sumbu pemicu tumbukan sehingga tidak bisa dipindahkan demi alasan keamanan. Oleh sebab itu, bom harus dijinakkan di lokasi, yang membuat beberapa distrik di kota Nordrhein-Westfalen, Jerman Barat, harus dievakuasi.

    Ribuan orang dievakuasi

    Sekitar 20.500 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka pada hari Rabu (04/06). Pasien satu rumah sakit dan dua panti wreda juga dievakuasi, di mana para pasien serta penghuni dipindahkan ke fasilitas lain. Hampir 60 hotel ditutup sementara dan tamu-tamunya dipindahkan ke tempat lain.

    Penjinakan bom adalah tugas yang sangat kompleks dan rumit, tapi Jerman sudah sangat terbiasa dengan hal ini. Tahun 2024 lalu, lebih dari 1.600 bom berhasil dijinakkan hanya di negara bagian Nordrhein-Westfalen saja. Saat proyek pembangunan terus berlangsung, seperti pemasangan kabel serat optik baru, renovasi jembatan, atau perbaikan jalan, penggalian sering kali menemukan bom yang belum meledak dari era tahun 1930-an dan 1940-an.

    Masalah serupa di Prancis, Belgia dan Polandia

    Kawasan metropolitan seperti Hamburg dan Berlin adalah target utama pengeboman Sekutu selama Perang Dunia II. Infrastruktur sipil juga menjadi sasaran, sehingga daerah-daerah ini sangat terpengaruh. Selain negara bagian Nordrhein-Westfalen, negara bagian Brandenburg juga sangat terkontaminasi bom peninggalan perang Dunia Kedua. Pada tahun 2024, tim penjinak bom menemukan 90 ranjau, 48.000 granat, 500 bom api, 450 bom seberat lebih dari 5 kilogram, dan sekitar 330.000 peluru artileri yang tidak meledak dari PD II.

    Masalah ini juga ada di negara tetangga seperti Prancis dan Belgia, terutama bom sisa dari Perang Dunia I di wilayah Verdun dan Somme. Tiga tahun lalu, kekeringan di Lembah Po, Italia, mengungkap sejumlah bom yang belum meledak. Di Inggris pada 2021, sebuah bom udara Jerman seberat 1.000 kilogram diledakkan secara terkendali di Exeter, dan lebih dari 250 bangunan mengalami kerusakan.

    Bahaya mematikan di Vietnam, Laos, dan Gaza

    Di Asia, situasinya juga mengkhawatirkan. Di Vietnam, Laos, dan Kamboja, orang-orang masih menjadi korban bom cluster buatan AS yang digunakan pada tahun 1960-an dan 1970-an. Menurut PBB, ada sekitar 80 juta bom yang belum meledak di Laos akibat 500.000 serangan AS yang dilakukan secara rahasia antara tahun 1964 hingga 1973.

    Masih banyak juga bom yang belum meledak dan mengancam keselamatan wargai di Suriah dan Irak. Namun, kedua negara ini belum memiliki sistem penjinakan bom yang memadai.

    PBB juga menyatakan bahwa bom yang belum meledak di wilayah Gaza, Palestina, telah menimbulkan bahaya mematikan, meskipun Israel terus melakukan pengeboman di wilayah tersebut.

    Seperempat wilayah Ukraina terkontaminasi

    Situasi di Ukraina pun sangat dramatis. Sejak invasi besar-besaran Rusia pada tahun 2022, sekitar seperempat wilayah Ukraina diduga tercemar ranjau, bom kluster, dan alat peledak lainnya.

    Lebih dari setengah juta alat peledak sudah berhasil dijinakkan, tapi jutaan lainnya masih tersisa. Konsekuensi kemanusiaan dan ekonomi sangat besar: Ratusan warga sipil meninggal, lahan pertanian luas menjadi tidak bisa digunakan, dan gagal panen semakin memperparah krisis ekonomi.

    Saat perang berakhir, penjinakan ranjau akan menjadi salah satu tugas utama selama bertahun-tahun ke depan.

    Jerman menanggung biaya terbesar

    Di Jerman, sebagian besar bom yang dijinakkan adalah peninggalan Perang Dunia II dan dibuat oleh Sekutu. Negara-negara bagian di Jerman menanggung sebagian besar biaya penjinakan bom ini. Jerman sendiri bertanggung jawab atas bom-bom buatannya dari era Kekaisaran Jerman (1871-1945). Upaya untuk membuat pemerintah bertanggung jawab atas semua bom yang belum meledak di Jerman sejauh ini belum berhasil. Tahun lalu, biaya penjinakan bom di negara bagian Nordrhein-Westfalen saja mencapai 20 juta euro (sekitar Rp320 miliar).

    Sementara biaya terus naik, teknologi penjinakan bom juga berkembang. Jika dulu pada tahun 1990-an petugas menggunakan tangan, palu, dan pahat, dan tang air, sekarang mereka memakai alat pemotong air bertekanan tinggi yang dapat memotong bom dari jarak aman dan menmbuat sumbu pemicunya tidak berfungsi.

    Para ahli memperkirakan, ada puluhan ribu bahan peledak yang belum meledak di Jerman, dengan total berat mencapai 100.000 ton.

    Meskipun teknik pendeteksian modern dan foto udara digital bisa mengurangi risiko, setiap operasi penjinakan bom adalah perlombaan melawan waktu. Semakin tua bom, semakin tinggi risiko korosi dan ledakan tidak terkendali. Menjinakkan bom yang lebih tua juga lebih sulit karena perubahan kimia dalam bom antara selongsong dan sumbu pemicunya.

    Penjinakan tiga bom di Kln bukan hanya soal gangguan pernikahan dan aktivitas warga, tapi juga menjadi pengingat nyata akan kehancuran perang — baik di Jerman, Prancis, Vietnam, Laos, Suriah, Ukraina, maupun Gaza.

    Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh Melisa Lolindu

    Editor: Agus Setiawan

    Tonton juga “Detik-detik Setelah Bom Meledak di Klinik California, FBI: Terorisme!” di sini:

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Umur Google Tinggal 5 Tahun Lagi, Begini Ramalan Pakar

    Umur Google Tinggal 5 Tahun Lagi, Begini Ramalan Pakar

    Jakarta, CNBC Indonesia – Google sudah bertahun-tahun mendominasi pencarian informasi di internet. Namun, kejayaan Google saat ini mulai tergerus dengan kehadiran layanan berbasis AI, serta media sosial populer seperti TikTok.

    Bahkan, diramalkan usia Google mendominasi pasar mesin pencari sisa 5 tahun lagi. Beberapa analis memperkirakan pangsa pasar Google Search terancam anjlok dari 90% menjadi di bawah 50% dalam 5 tahun ke depan.

    Penyebabnya adalah pergeseran perilaku pengguna yang kini lebih memilih AI chatbot untuk mencari informasi ketimbang mesin pencari tradisional, demikian dikutip dari Reuters, Senin (2/6/2025).

    Google sendiri meluncurkan serangkaian inovasi berbasis kecerdasan buatan (AI) di ajang tahunan Google I/O 2025, sebagai upaya terbaru mereka dalam mempertahankan eksistensi di tengah tekanan dari pemain baru seperti OpenAI dan Anthropic.

    Perusahaan asal Mountain View, California, itu mencoba unggul di pasar AI dengan memperkenalkan berbagai fitur baru berbasis AI, termasuk mode pencarian AI yang menggantikan hasil pencarian standar dengan jawaban langsung dari sistem.

    Perusahaan juga merilis paket langganan AI Ultra seharga US$249,99 per bulan. Paket ini menawarkan akses lebih luas ke fitur eksperimental seperti Project Mariner, ekstensi browser otomatisasi, serta Gemini Deep Think, model AI unggulan Google.

    Langkah ini menyusul tren serupa dari OpenAI dan Anthropic yang juga mulai memonetisasi layanan AI mereka lewat paket langganan premium di kisaran harga US$200 per bulan.

    Namun, besarnya biaya langganan menimbulkan pertanyaan, apakah pengguna bersedia membayar mahal untuk layanan yang sebelumnya disediakan Google secara gratis?

    CEO Alphabet, Sundar Pichai, menegaskan bahwa mereka kini fokus pada AI yang “personal dan proaktif.” Gemini, asisten AI andalan Google, kini memiliki lebih dari 400 juta pengguna aktif bulanan.

    Fitur-fitur canggih mulai dari menelepon toko secara otomatis, membuat soal latihan bagi pelajar, hingga menjawab pertanyaan dari kamera ponsel pun diperkenalkan.

    Investasi dalam AI menyumbang sebagian besar dari US$75 miliar belanja modal Alphabet yang diperkirakan tahun ini, sebuah peningkatan drastis dari US$52,5 miliar pada 2024 yang dilaporkan perusahaan.

    Di tengah investasi besar-besaran Google, faktanya sudah lebih banyak startup AI yang bermunculan dan mulai mengubah kebiasaan masyarakat dalam mendapat informasi di internet. 

    Google Disebut Tak Berguna

    Laporan The Verge berkolaborasi dengan tim Research dan Insights dari Vox Media serta Two Cents Insights beberapa saat lalu mengungkap adanya perubahan tren dalam cara netizen mencari informasi di tengah pesatnya perkembangan teknologi.

    Laporan tersebut menyimpulkan, kekuatan kini mulai beralih kembali ke tangan pengguna. Masyarakat makin mengutamakan komunitas yang memiliki nilai dan kredibilitas tinggi dalam menyerap informasi yang dapat dipercaya.

    “Teknologi warisan seperti Google dan platform sosial lainnya mulai kehilangan kepercayaan masyarakat. Banyak orang yang beralih ke chatbot AI dan komunitas kecil, serta platform semacam TikTok,” kata laporan The Verge.

    Kesimpulan yang didapat The Verge dan mitranya dihasilkan dari survey 2.000 pengguna internet di Amerika Serikat. Secara angka, 42% mengatakan mesin pencari seperti Google makin tak berguna.

    Sebanyak 66% mengatakan kualitas informasi di internet kian buruk dan sulit mencari sumber informasi yang bisa diandalkan. Sebanyak 55% memilih bertumpu pada komunitas mereka untuk mencari informasi terbaru, lebih dari platform pencarian seperti Google.

    Sementara itu, 52% telah beralih ke chatbot AI dan platform alternatif seperti TikTok untuk mencari informasi, ketimbang mengandalkan Google.

    Menurunnya tingkat kepercayaan pengguna internet terhadap Google tidak datang dari ruang hampa. Sebanyak 76% responden mengatakan lebih dari seperempat hasil pencarian mereka di Google ketika hendak belanja online menunjukkan konten bersponsor atau sengaja dipromosikan secara berbayar.

    Hanya 14% dari konten bersponsor tersebut yang dinilai benar-benar membantu pengalaman pencarian pengguna.

    Sebanyak 61% Gen Z dan 53% milenial mengatakan mereka menggunakan tool AI untuk menggantikan Google dalam mencari informasi terkait topik yang spesifik.

    Saat ini, sudah banyak tool AI yang beredar di pasaran dan bisa dijadikan alternatif pengganti mesin pencari Google. Selain Perplexity dan OpenAI yang populer, ada juga mesin pencari AI yang relatif belum banyak terdengar. Misalnya iAsk.Ai, Komo AI, Brave Search, Andi Search, hingga You.com.

    Kita tunggu saja bagaimana Google berupaya untuk mempertahankan dominasinya dalam beberapa tahun ke depan!

    (fab/fab)

  • Bos JPMorgan Sebut Musuh Terbesar AS Bukan China, Tapi Ini…

    Bos JPMorgan Sebut Musuh Terbesar AS Bukan China, Tapi Ini…

    Jakarta, CNBC Indonesia – CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon memberikan peringatan hubungan AS yang retak dengan China. Dia menyebut bahwa musuh terbesar AS bukan China, melainkan warganya sendiri. 

    “China adalah musuh potensial – mereka melakukan banyak hal dengan baik, mereka memiliki banyak masalah,” kata Dimon di Forum Ekonomi Nasional Reagan di Simi Valley, California, pada Jumat lalu seperti dikutip CNN. “Tetapi yang benar-benar saya khawatirkan adalah kita. Bisakah kita memperbaiki diri – nilai-nilai kita sendiri, kemampuan kita sendiri, manajemen kita sendiri.”

    Komentar Dimon muncul ketika tarif Presiden Donald Trump telah memicu perang dagang antara Amerika Serikat dan China, dua ekonomi terbesar di dunia. Kebijakan perdagangan Trump telah berubah-ubah melalui berbagai tingkat tarif hingga menimbulkan ketidakpastian ekonomi di seluruh dunia.

    Dimon juga memperingatkan bahwa China tidak akan melunak, apalagi setelah Trump mengklaim Beijing “benar-benar melanggar” perjanjian perdagangan terbarunya.

    “Mereka tidak takut, kawan. Gagasan bahwa mereka akan tunduk pada Amerika, saya tidak akan mempercayai hal itu,” kata Dimon.

    Dimon mengatakan dia setuju dengan CEO Berkshire Hathaway Warren Buffet bahwa Amerika “tangguh terhadap kenormalan” tetapi kali ini berbeda.

    “Kita harus bertindak bersama,” kata Dimon. “Kita harus melakukannya dengan sangat cepat.”

    Ia menambahkan bahwa Amerika Serikat memiliki masalah “salah urus”. Ia menyerukan perbaikan perizinan, regulasi, imigrasi, perpajakan, sekolah dalam kota, dan sistem perawatan kesehatan. Jika hal-hal tersebut diperbaiki, kata Dimon, negara tersebut dapat tumbuh 3% per tahun.

    “Apa yang Anda dengar hari ini di panggung adalah salah urus yang luar biasa. Salah urus di negara bagian, di kota, untuk pensiun … dan hal-hal itu akan membunuh kita,” kata Dimon, merujuk pada komentar yang dibuat oleh panelis sebelumnya di forum tersebut.

    Defisit pemerintah Amerika Serikat mencapai sekitar US$2 triliun pada tahun 2024, atau sekitar 7% dari produk domestik bruto, menurut laporan Juni 2024 oleh Congressional Budget Office. 

    (hsy/hsy)

  • Sinkhole Sedalam 7 Meter Telan Mobil-mobil yang Terparkir di California

    Sinkhole Sedalam 7 Meter Telan Mobil-mobil yang Terparkir di California

    Sebuah sinkhole terbuka lebar di sebuah lapangan parkir di California, Amerika Serikat. Lubang sedalam 7 meter itu menelan sejumlah mobil.

    Otoritas setempat mengatakan sinkhole tersebut muncul karena kesalahan penopang konstruksi. Sejumlah penghuni properti di sekitarnya pun diungsikan untuk menghindari bahaya.

  • Pesawat Jatuh di Teras Rumah di Jerman, 2 Orang Tewas

    Pesawat Jatuh di Teras Rumah di Jerman, 2 Orang Tewas

    Jakarta

    Sebuah pesawat kecil jatuh di teras sebuah rumah di Jerman barat pada hari Sabtu (31/5). Polisi mengatakan bahwa dua orang tewas dalam insiden itu.

    Kecelakaan itu terjadi di Korschenbroich, dekat kota Mönchengladbach dan tidak jauh dari perbatasan Belanda.

    Pesawat itu dilaporkan menabrak teras bangunan dan terjadi kebakaran. Polisi mengatakan dua orang tewas, dan salah satunya mungkin adalah pilot pesawat. Demikian dilaporkan kantor berita Jerman, dpa, dilansir The Associated Press dan Al Arabiya, Sabtu (31/5/2025).

    Tidak jelas apakah korban lainnya berada di pesawat atau di darat.

    Para pejabat kepolisian saat ini tidak memiliki informasi tentang penyebab kecelakaan itu.

    Lihat juga Video: Pesawat Jatuh di Permukiman Warga California AS, Ada Korban Tewas

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini