kab/kota: California

  • Trump Menang Lagi, Senat Loloskan RUU Kontroversial ‘Utang’ Rp53.000 T

    Trump Menang Lagi, Senat Loloskan RUU Kontroversial ‘Utang’ Rp53.000 T

    Jakarta, CNBC Indonesia – Senat Amerika Serikat meloloskan rancangan undang-undang (RUU) besar-besaran soal pajak dan belanja yang diusulkan Presiden Donald Trump pada Selasa (1/7/2025) dengan selisih suara tipis.

    RUU ini berpotensi mengubah lanskap fiskal dan sosial negara, dengan pemangkasan besar-besaran pada program bantuan sosial, perpanjangan pemotongan pajak, peningkatan belanja militer dan imigrasi, sekaligus menambah utang nasional sebesar US$3,3 triliun atau sekitar Rp53.000 triliun.

    RUU ini disahkan dengan suara 51-50 di Senat, setelah Wakil Presiden JD Vance menggunakan hak suaranya untuk memecah kebuntuan. Tiga senator Partai Republik-Thom Tillis (North Carolina), Susan Collins (Maine), dan Rand Paul (Kentucky)-bergabung dengan seluruh 47 senator Demokrat untuk menolak RUU tersebut.

    Setelah disahkan di Senat, RUU kini menuju DPR untuk disetujui secara final. Namun, sejumlah anggota DPR dari Partai Republik telah menyuarakan penolakan terhadap beberapa ketentuan dalam versi Senat.

    Presiden Trump menyatakan keinginannya untuk menandatangani RUU ini menjadi undang-undang sebelum Hari Kemerdekaan AS, 4 Juli. Ketua DPR Mike Johnson mengatakan pihaknya akan berupaya mengejar tenggat itu.

    “Ini adalah RUU yang hebat. Semua pihak akan mendapat manfaat,” kata Trump dalam sebuah acara di Florida, dilansir Reuters. “Saya pikir RUU ini akan berjalan mulus di DPR.”

    RUU ini memperpanjang pemotongan pajak dari 2017, menambah insentif pajak baru untuk pendapatan dari uang tip dan lembur, dan meningkatkan anggaran untuk militer dan penegakan imigrasi.

    Namun, di sisi lain, RUU ini juga memangkas sekitar US$930 miliar dari anggaran Medicaid dan bantuan makanan bagi warga berpenghasilan rendah serta mencabut sebagian besar insentif energi hijau warisan Presiden Joe Biden.

    RUU tersebut juga menaikkan batas utang pemerintah federal sebesar US$5 triliun, suatu langkah yang dinilai penting agar negara tidak gagal bayar, namun menimbulkan kekhawatiran tentang arah kebijakan fiskal jangka panjang AS.

    Menurut Kantor Anggaran Kongres (CBO), versi Senat akan menambah sekitar US$800 miliar lebih banyak utang dibandingkan versi RUU yang sebelumnya disahkan di DPR pada Mei lalu dengan hanya dua suara kelebihan.

    Salah satu drama utama dalam pengesahan RUU ini terjadi saat Senator Lisa Murkowski (Alaska) menyatakan akan menolak jika tak ada perubahan signifikan. Untuk mengamankan suaranya, versi final RUU memasukkan dua ketentuan khusus: tambahan dana bantuan pangan untuk Alaska dan negara bagian lain, serta US$50 miliar untuk membantu rumah sakit pedesaan menghadapi dampak pemotongan Medicaid.

    “Ini adalah proses yang buruk – perlombaan panik untuk memenuhi tenggat buatan yang menguji semua batas lembaga ini,” kata Murkowski dalam pernyataannya. “RUU ini masih perlu banyak perbaikan lintas kamar dan belum siap untuk meja Presiden.”

    Namun, kelompok konservatif garis keras seperti House Freedom Caucus tetap menentang biaya besar dalam RUU ini.

    “Ada banyak yang khawatir,” ujar anggota DPR Chip Roy dari Texas. Kelompoknya menyoroti beban utang dan pemangkasan Medicaid sebagai titik keberatan utama.

    Sementara itu, anggota DPR dari negara bagian dengan pajak tinggi seperti New York, New Jersey, dan California juga mengancam akan menarik dukungan kecuali ketentuan pemotongan pajak lokal (SALT) diperbesar.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • China Makin Ganas, Amerika di Ambang Kekalahan Mutlak

    China Makin Ganas, Amerika di Ambang Kekalahan Mutlak

    Jakarta, CNBC Indonesia – China makin ganas mengembangkan sistem kecerdasan buatan (AI), dalam perlombaan sengit dengan Amerika Serikat (AS) dalam mendominasi teknologi tersebut.

    Terbaru, Baidu mengumumkan gebrakan baru. Raksasa China yang digadang-gadang sebagai ‘Google ala China’ tersebut membuka akses secara bertahap terhadap model bahasa besar (LLM) miliknya, ERNIE, untuk dunia.

    Pada Maret lalu, Baidu mengklaim bahwa model ERNIE X1 terbarunya memiliki performa setara dengan DeepSeek R1, namun dengan harga hanya setengahnya.

    Langkah ini dipandang sebagai salah satu gebrakan terbesar China dalam balapan teknologi AI, menyusul popularitas DeepSeek yang sempat menggegerkan dunia Barat.

    Dengan ini, China tidak hanya memperkuat dominasi, tapi juga secara terang-terangan menantang dominasi AS di sektor AI.

    “Baidu sedang menyemai dunia dengan model AI buatan China,” ujar analis AI, Strasmore, dikutip dari CNBC Internasional, Senin (30/6/2025).

    Ia menambahkan bahwa perubahan cepat dalam dinamika biaya dan akses model AI akan mengubah peta industri secara drastis.

    Meskipun dampak yang ditimbulkan Baidu tak seheboh DeepSeek ketika pertama kali meluncur, tetapi langkah ini dikatakan bisa mengubah lanskap perlombaan AI dunia.

    “Ini bukan sekadar kisah AI dari China. Setiap kali perusahaan besar membuka sumber model yang kuat, hal itu meningkatkan standar untuk seluruh industri,” kata Sean Ren, profesor madya ilmu komputer di University of Southern California dan Peneliti AI Terbaik Tahun Ini dari Samsung.

    Ren mengatakan langkah Baidu memberi tekanan pada penyedia tertutup seperti OpenAI dan Anthropic untuk membenarkan API yang dibatasi dan harga premium.

    Pakar industri lainnya melihat Ernie yang open source berpotensi lebih mengganggu bagi pesaing AS dan China dalam hal harga.

    “Baidu baru saja melemparkan bom molotov ke dunia AI,” kata Alec Strasmore, pendiri konsultan AI Epic Loot.

    “OpenAI, Anthropic, DeepSeek, semua orang yang mengira mereka menjual sampanye terbaik akan menyadari bahwa Baidu memberikan sesuatu yang sama hebatnya,” kata Strasmore.

    Menurutnya, Baidu baru saja memberi pesan bagi semua startup dunia untuk berhenti membayar tool AI dengan harga tinggi.

    “Ini bukan kompetisi, ini adalah deklarasi perang terhadap harga,” kata Strasmore.

    CEO Baidu, Robin Li, menegaskan bahwa langkah ini dirancang untuk mempercepat inovasi global.

    “Kami ingin para pengembang bisa membangun aplikasi terbaik tanpa dibatasi oleh biaya dan alat,” ujarnya dalam forum teknologi April lalu di China.

    Meski sebagian pengamat di AS menilai gebrakan ini tak terlalu berdampak, karena minimnya pemahaman publik terhadap Baidu, namun dampaknya ke lanskap global dinilai serius.

    “Kabar Baidu menjadi open-source kemungkinan besar tidak akan berdampak besar,” kata Cliff Jurkiewicz, Wakil Presiden Strategi Global di Phenom, perusahaan AI untuk sektor SDM.

    “Kebanyakan orang di AS bahkan tidak tahu bahwa Baidu adalah perusahaan teknologi asal China,” imbuhnya.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • ChatGPT Ditinggal Ramai-Ramai, Pemiliknya Merasa Kemalingan

    ChatGPT Ditinggal Ramai-Ramai, Pemiliknya Merasa Kemalingan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perusahaan pencipta ChatGPT, OpenAI, sedang gelisah karena tiba-tiba banyak ditinggal oleh pegawainya. Pemicunya adalah tawaran upah menggiurkan dari para pesaing, terutama dari Meta.

    Meta dikabarkan menawarkan gaji selangit untuk pekerja yang ahli di bidang kecerdasan buatan. Bahkan, uang pindah yang ditawarkan disebut menembus US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,6 triliun.

    Dalam beberapa pekan terakhir, tawaran ini dilaporkan sukses menarik paling tidak delapan ahli AI dari OpenAI untuk pindah kerja ke Meta.

    Petinggi OpenAI mulai gelisah menyaksikan tren resign ini. Chie Research Officer OpenAI, Mark Chen, mengaku merasa seperti “rumahnya dibobol maling.”

    “Saya merasa seperti mulas-mulas, seperti ada orang yang membobol rumah dan mencuri sesuatu,” kata Chen dalam pesan di aplikasi Slack yang didapatkan oleh Wired.

    Chen kemudian menyatakan bahwa para petinggi OpenAI, termasuk dirinya dan CEO Sam Altman, sudah punya strategi untuk mencegah eksodus tersebut terjadi. 

    Ia mengaku bahwa para bos di OpenAI kini sangat “proaktif,” “Kami menghitung ulang upah, dan mencari cara kreatif untuk mengidentifikasi dan memberikan penghargaan kepada talenta teratas.”

    Meta Platforms diketahui agresif membajak peneliti OpenAI, perusahaan teknologi di balik aplikasi ChatGPT. Dalam sepekan terakhir, sudah 7 orang pegawai OpenAI pindah ke Meta.

    Meta adalah perusahaan induk dari Facebook, Instragram, dan WhatsApp. Mark Zuckerberg, CEO Meta dan pendiri Facebook, memang punya ambisi besar untuk mendorong pengembangan kecerdasan buatan.

    Laporan The Information yang dikutip Reuters menyatakan empat peneliti OpenAI bernama Shengjia Zhao, Jiahui Yu, Shuchao Bi dan Hongyu Ren telah setuju untuk pindah ke Meta. Sebelumnya, Wall Street Journal mengabarkan bahwa Meta telah merekrut tiga pegawai OpenAi yang bermarkas di Swiss, yaitu Lucas Beyer, Alexander Kolesnikov, dan Xiaohua Zhai

    Zuckerberg telah menyiapkan daftar insinyur dan peneliti AI untuk masuk ke perusahaannya. Laporan Wall Street Journal menyebutkan dia sendiri yang menghubungi tiap kandidat yang diinginkan, dikutip dari The Guardian, Minggu (29/6/2025).

    Beberapa nama dalam daftar itu berasal dari kampus terkemuka seperti lulusan baru PhD di University of California Berkeley dan Carnegie Melon. Adapula dari beberapa pesaing Meta termasuk OpenAI dan DeepMind dari Google.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Menguak Kegilaan Zuckerberg Tawari Pakar AI Duit Triliunan

    Menguak Kegilaan Zuckerberg Tawari Pakar AI Duit Triliunan

    Jakarta

    Ambisi besar Mark Zuckerberg di bidang AI atau kecerdasan buatan jadi perbincangan. CEO Meta dan pendiri Facebook itu dilaporkan menghabiskan waktu berbulan-bulan menyusun daftar engineer dan peneliti AI teratas di seluruh dunia, yang berpotensi direkrut.

    Area Silicon Valley disebut ramai dengan perbincangan selama berminggu-minggu tentang upaya CEO Meta untuk menarik bakat AI teratas, termasuk dengan menawarkan paket gaji hingga USD 100 juta atau di kisaran Rp 1,6 triliun bagi pakar AI terbaik.

    Menurut Wall Street Journal, Zuckerberg sendiri yang secara pribadi turun tangan dan menghubungi para kandidat yang dia inginkan.

    Meta, yang memiliki Facebook, Instagram, dan WhatsApp, bersaing di industri AI dengan rival berat seperti OpenAI, Google, Microsoft, dan Amazon. Namun Meta dinilai tertinggal sehingga Zuck pun gemas dan turun tangan.

    Awal bulan ini, Meta membayar USD 14 miliar untuk saham di Scale AI dan merekrut pendirinya, Alexandr Wang yang berusia 28 tahun, sebagai penanggung jawab tim superintelijen. Itu adalah laboratorium internal yang akan fokus pada upaya Meta mengembangkan sistem AI hipotetis yang lebih cerdas dari manusia.

    Orang-orang dalam daftar Zuckerberg termasuk lulusan baru dari program PhD terkemuka di kampus seperti University of California di Berkeley dan Carnegie Mellon. Banyak yang saat ini bekerja di pesaing AI Meta, termasuk OpenAI dan proyek DeepMind Google.

    Grup obrolan WhatsApp yang disebut Recruiting Party dibentuk untuk Zuck dan setidaknya dua eksekutif senior Meta lain guna membicarakan calon karyawan potensial. CEO Meta tersebut juga mencoba mencari kandidat secara pribadi dengan melihat-lihat makalah penelitian.

    Dikutip detikINET dari Guardian, upaya perekrutan langsung Zuckerberg memantik kemarahan CEO OpenAI Sam Altman, yang menyebut rumor bonus penandatanganan dan paket kompensasi yang ditawarkan Zuck sebagai hal yang gila.

    “Saya sangat senang bahwa, setidaknya sejauh ini, tidak ada orang terbaik kami yang memutuskan menerima tawaran itu,” kata Altman saat tampil di podcast Uncapped.

    (fyk/afr)

  • ChatGPT Ditinggal, Ternyata Ramai-Ramai Pindah ke Sini

    ChatGPT Ditinggal, Ternyata Ramai-Ramai Pindah ke Sini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Meta Platforms diketahui agresif membajak peneliti OpenAI, perusahaan teknologi di balik aplikasi ChatGPT. Dalam sepekan terakhir, sudah 7 orang pegawai OpenAI pindah ke Meta.

    Meta adalah perusahaan induk dari Facebook, Instragram, dan WhatsApp. Mark Zuckerberg, CEO Meta dan pendiri Facebook, memang punya ambisi besar untuk mendorong pengembangan kecerdasan buatan.

    Laporan The Information yang dikutip Reuters menyatakan empat peneliti OpenAI bernama Shengjia Zhao, Jiahui Yu, Shuchao Bi dan Hongyu Ren telah setuju untuk pindah ke Meta. Sebelumnya, Wall Street Journal mengabarkan bahwa Meta telah merekrut tiga pegawai OpenAi yang bermarkas di Swiss, yaitu Lucas Beyer, Alexander Kolesnikov, dan Xiaohua Zhai

    Meta dikabarkan berani menawarkan gaji bernilai jumbo hingga US$100 juta (Rp 1,6 triliun) ke pekerja di bidang AI.

    Zuckerberg telah menyiapkan daftar insinyur dan peneliti AI untuk masuk ke perusahaannya. Laporan Wall Street Journal menyebutkan dia sendiri yang menghubungi tiap kandidat yang diinginkan, dikutip dari The Guardian, Minggu (29/6/2025).

    Beberapa nama dalam daftar itu berasal dari kampus terkemuka seperti lulusan baru PhD di University of California Berkeley dan Carnegie Melon. Adapula dari beberapa pesaing Meta termasuk OpenAI dan DeepMind dari Google.

    Seorang pekerja yang direkrut buka suara setelah berbicara langsung dengan Zuckerberg. Dia mengatakan tujuan perusahaan untuk transfusi dari laboratorium AI terbaik di negara ini.

    Saking seriusnya mencari ahli AI terbaik, Zuckerberg dikabarkan membentuk WhatsApp group dengan dua eksekutif Meta. Grup tersebut dinamakan “Recruiting Party’ dan membicarakan soal calon karyawan yang potensial.

    CEO OpenAI Sam Altman mengonfirmasi laporan tersebut dalam podcast bersama saudaranya, Jack Altman, yang dipublikasikan pada Selasa (17/6) lalu.

    Altman mengatakan upaya Zuckerberg merekrut talenta-talenta terbaik OpenAI sejauh ini tidak berhasil. Alasannya sederhana. Ia mengatakan karyawan OpenAI optimistis dengan masa depan perusahaan.

    “[Meta] mulai menawarkan benefit jumbo untuk banyak orang di tim kami. Misalnya bonus penandatanganan sebesar US$100 juta, lebih dari itu juga [dalam] kompensasi per tahun. Saya sangat senang, setidaknya sejauh ini, tidak ada orang terbaik kami yang memutuskan untuk menerima tawarannya,” kata Altman dalam podcast tersebut, dikutip dari Tech Crunch, Kamis (19/6/2025).

    Lebih lanjut, Altman mengatakan ia percaya para karyawan OpenAI menolak tawaran Meta karena keyakinan mereka bahwa OpenAI memiliki peluang lebih besar dalam mencapai pengembangan Artificial General Intelligence (AGI).

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • RUU Pajak & Belanja Trump Lolos, Potensi Tambah Utang AS US,5 Triliun

    RUU Pajak & Belanja Trump Lolos, Potensi Tambah Utang AS US$4,5 Triliun

    Bisnis.com, JAKARTA – Senat AS, yang dikuasai Partai Republik, secara tipis menyetujui pembukaan debat atas Rancangan Undang-Undang atau RUU mengenai pemotongan pajak dan belanja pemerintah usulan Presiden Donald Trump pada Sabtu (28/6) malam waktu setempat.

    Dilansir dari Reuters, Minggu (29/6/2025), pemungutan suara dipenuhi drama politik, perpecahan internal, dan penundaan panjang akibat. Hasilnya, 51 banding 49 untuk membuka debat atas RUU setebal 940 halaman tersebut.

    Dua senator dari Partai Republik ikut bergabung dengan kubu Demokrat dalam menolak pembukaan debat. RUU ini mencakup pendanaan untuk berbagai prioritas utama Trump, mulai dari kebijakan imigrasi, pengamanan perbatasan, pemangkasan pajak, hingga peningkatan belanja militer.

    Melalui media sosial, Donald Trump menyambut langkah ini sebagai “kemenangan besar” atas RUU yang ia sebut “besar, indah, dan luar biasa.”

    Penundaan dan Permintaan Baca Ulang

    Setelah berjam-jam tertunda, para pemimpin Partai Republik dan Wakil Presiden JD Vance melakukan lobi tertutup guna membujuk para senator yang masih ragu untuk mendukung RUU tersebut.

    Namun, demikian, kubu Partai Demokrat meminta agar seluruh isi RUU dibacakan di lantai Senat—langkah prosedural yang bisa menunda dimulainya debat hingga Minggu sore.

    Demokrat menilai pemotongan pajak dalam RUU ini lebih menguntungkan kalangan kaya dengan mengorbankan program sosial untuk warga berpenghasilan rendah.

    “Senator Republik tengah berlomba meloloskan RUU radikal yang dirilis ke publik di tengah malam, berharap rakyat Amerika tidak menyadari isinya,” kata Pemimpin Minoritas Senat dari Partai Demokrat Chuck Schumer.

    Setelah pembacaan selesai, Senat akan menjalani debat hingga 20 jam, dilanjutkan dengan sesi amandemen maraton atau vote-a-rama, sebelum akhirnya dilakukan pemungutan suara final. Proses ini ditargetkan selesai pada Senin.

    Penolakan Internal dan Tekanan Trump

    Dua senator Republik, Thom Tillis dan Rand Paul, menolak pembukaan debat. Penolakan tersebut sempat membuat peluang pengesahan terlihat goyah.

    Trump mengecam Tillis, yang menentang pemangkasan program Medicaid untuk warga miskin karena dinilai akan berdampak buruk bagi negara bagian asalnya, North Carolina. Tillis sendiri akan maju dalam pemilu ulang tahun depan.

    “Sudah banyak orang menyatakan ingin menantang Senator Thom Tillis di pemilu pendahuluan. Saya akan bertemu mereka dalam beberapa minggu ke depan,” tulis Trump di media sosial.

    Rand Paul juga menolak RUU tersebut karena dinilai akan menaikkan batas pinjaman federal sebesar US$5 triliun, memperparah utang AS yang sudah mencapai US$36,2 triliun.

    “Apakah Rand Paul kembali memilih ‘TIDAK’ malam ini? Ada apa dengan orang ini???” cuit Trump.

    Negosiasi Tertutup dan Dukungan Kelompok Garis Keras

    Pemungutan suara sempat berada dalam ketidakpastian selama berjam-jam saat JD Vance, pemimpin mayoritas John Thune, dan sejumlah tokoh Republik lainnya mencoba meyakinkan para penolak. Tidak diketahui pasti kesepakatan apa saja yang ditawarkan untuk menarik dukungan.

    Senator garis keras seperti Rick Scott, Mike Lee, dan Cynthia Lummis yang semula ingin pemangkasan anggaran lebih dalam akhirnya mendukung RUU ini. Senator Ron Johnson yang awalnya menolak, kemudian juga membalikkan suara menjadi mendukung.

    Menurut seorang pejabat Gedung Putih, Trump memantau jalannya pemungutan suara dari Oval Office hingga larut malam.

    RUU besar ini akan memperpanjang pemotongan pajak pada 2017—capaian utama Trump di masa jabatan pertamanya—serta memotong pajak lainnya dan meningkatkan anggaran pertahanan serta keamanan perbatasan.

    Berdasarkan analisis Komite Pajak Gabungan (Joint Tax Committee) independen, ketentuan pajak dalam RUU ini akan mengurangi pendapatan pemerintah sebesar US$4,5 triliun dalam 10 tahun ke depan, memperbesar beban utang nasional.

    Kendati demikian, Gedung Putih mengklaim RUU ini akan memangkas defisit tahunan sebesar US$1,4 triliun.

    Perubahan Medicaid dan Pajak Daerah

    Sejumlah senator Republik dari negara bagian dengan wilayah rural menolak pemangkasan dana Medicaid bagi penyedia layanan kesehatan di pedesaan, termasuk rumah sakit kecil. RUU ini akhirnya merevisi kebijakan tersebut dengan menunda pemotongan dan menambahkan dana sebesar US$25 miliar bagi penyedia Medicaid rural mulai 2028 hingga 2032.

    RUU ini juga menaikkan batas potongan pajak negara bagian dan lokal (SALT cap) menjadi US$40.000 dengan penyesuaian inflasi tahunan 1% hingga 2029. Setelah itu, batasnya akan kembali ke level saat ini, yakni US$10.000. Bagi individu berpenghasilan di atas US$500.000 per tahun, batas ini secara bertahap akan dikurangi.

    Ketentuan ini menjadi perhatian serius bagi anggota DPR dari Partai Republik yang berasal dari negara bagian pesisir seperti New York, New Jersey, dan California, yang peran mereka penting dalam menjaga mayoritas tipis partai di DPR.

    Mekanisme Legislasi Khusus dan Risiko Gagal Bayar

    Partai Republik menggunakan manuver legislasi khusus untuk melewati ambang 60 suara yang biasanya dibutuhkan untuk meloloskan RUU di Senat yang beranggotakan 100 orang.

    Sementara itu, Demokrat bersiap mengajukan berbagai amandemen untuk membatalkan pemotongan anggaran pada program bantuan kesehatan pemerintah untuk lansia, warga miskin, dan penyandang disabilitas, serta bantuan pangan bagi keluarga berpenghasilan rendah.

    RUU ini juga mencakup kenaikan plafon utang pemerintah federal dalam jumlah besar untuk menghindari risiko gagal bayar utang negara dalam beberapa bulan ke depan.

    Jika RUU ini disahkan oleh Senat maka akan dikembalikan ke DPR untuk disahkan secara final sebelum ditandatangani Trump menjadi undang-undang. Versi awal RUU ini sebelumnya telah disetujui DPR bulan lalu.

  • Mark Zuckerberg Cari Ahli AI, Digaji hingga US0 Juta

    Mark Zuckerberg Cari Ahli AI, Digaji hingga US$100 Juta

    Jakarta, CNBC Indonesia — Raksasa media sosial, Meta tengah mencari ahli Artificial Intelligence. Bahkan perusahaan berani menawarkan gaji bernilai jumbo hingga US$100 juta (Rp 1,6 triliun).

    Bos Meta, Mark Zuckerberg telah menyiapkan daftar insinyur dan peneliti AI untuk masuk ke perusahaannya. Laporan Wall Street Journal menyebutkan dia sendiri yang menghubungi tiap kandidat yang diinginkan, dikutip dari The Guardian, Minggu (29/6/2025).

    Beberapa nama dalam daftar itu berasal dari kampus terkemuka seperti lulusan baru PhD di University of California Berkeley dan Carnegie Melon. Adapula dari beberapa pesaing Meya termasuk OpenAI dan DeepMind dari Google.

    Seorang rekrutan buka suara setelah berbicara langsung dengan Zuckerberg. Dia mengatakan tujuan perusahaan untuk transfusi dari laboratorium AI terbaik di negara ini.

    Saking seriusnya mencari ahli AI terbaik, Zuckerberg dikabarkan membentuk WhatsApp group dengan dua eksekutif Meta. Grup tersebut dinamakan “Recruiting Party’ dan membicarakan soal calon karyawan yang potensial.

    Wall Street Journal juga mengatakan pencarian Zuckerberg untuk posisi tersebut dengan membaca sejumlah makalah penelitian.

    Tawaran besar dari Meta terdengar hingga ke kuping CEO OpenAI Sam Altman. Dalam sebuah perbincangan di acara podcast Uncapped, dia mengklaim tak ada satupun pegawai OpenAI yang tergoda dengan tawaran jumbo dari Meta.

    “Saya pikir strategi besarnya kompensasi di depan dan itu alasan untuk seseorang bergabung, seperti sejauh mana mereka berfokus pada hal itu dan bukan pada pekerjaan dan misi, saya pikir tidak menciptakan budaya yang hebat,” tegasnya.

    (mkh/mkh)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Makin Canggih, Cara Baru Xi Jinping Awasi Warga China

    Makin Canggih, Cara Baru Xi Jinping Awasi Warga China

    Beijing

    Netizen di China diawasi ketat oleh pemerintah dan tampaknya, akan lebih ketat lagi. Saat ini, dengan pemeriksaan identitas wajib di setiap platform online, hampir mustahil bagi pengguna internet di Negeri Tirai Bambu itu untuk tetap anonim.

    Namun, dunia maya yang dimoderasi secara ketat ini akan menghadapi kontrol yang lebih ketat lagi dengan diperkenalkannya ID internet nasional yang dikeluarkan negara.

    Selama ini, individu menyerahkan informasi pribadi untuk pemeriksaan identitas secara terpisah di setiap platform. Nah, pemerintah kini berupaya memusatkan proses tersebut dengan menerbitkan ID virtual tunggal yang bisa dipakai mengakses berbagai aplikasi media sosial dan situs.

    Aturan untuk sistem baru tersebut, yang saat ini sukarela, dirilis akhir Mei dan akan diterapkan pertengahan Juli. Sistem ini katanya bertujuan untuk melindungi informasi identitas warga negara dan mendukung perkembangan ekonomi digital yang sehat dan teratur.

    Namun ahli khawatir kebijakan baru ini kian mengikis kebebasan berekspresi yang sudah terbatas, memaksa netizen melepas lebih banyak kendali pada negara. Sejak Xi Jinping berkuasa tahun 2012, China makin memperketat cengkeraman ruang digital.

    Ada pasukan sensor untuk menghapus unggahan, menangguhkan akun, dan membantu pihak berwenang mengidentifikasi kritikus, serta meredam perbedaan pendapat sebelum memperoleh dukungan.

    Saat konsultasi publik, proposal tersebut menghadapi reaksi keras dari profesor hukum, pakar HAM, dan pengguna internet. Namun, aturan yang difinalisasi sebagian besar tetap mirip dengan rancangannya.

    “Ini adalah sistem identitas terpadu yang dipimpin negara yang mampu memantau dan memblokir pengguna secara real time,” kata Xiao Qiang, peneliti kebebasan internet di University of California, Berkeley.

    “Sistem ini dapat langsung menghapus suara-suara yang tidak disukai dari internet, jadi ini lebih dari sekadar alat pengawasan, ini adalah infrastruktur totalitarianisme digital,” imbuhnya yang dikutip detikINET dari CNN, Jumat (27/6/2025).

    Xiao memperingatkan bahwa sistem terpusat yang menggunakan ID internet dapat mempermudah pemerintah untuk menghapus keberadaan pengguna di beberapa platform sekaligus.

    Shane Yi, peneliti di China Human Rights Defenders, sepakat. “Sistem ini memberi pemerintah kekuasaan lebih luas untuk melakukan apa yang mereka inginkan saat merasa perlu di internet, karena otoritas dapat melacak seluruh jejak digital pengguna dari titik nol,” katanya.

    Media pemerintah China menggembar-gemborkan sistem tersebut mampu mengurangi risiko kebocoran data pribadi. Menurut Xinhua, lebih dari enam juta orang telah mendaftar dari total netizen yang diperkirakan lebih dari satu miliar.

    Pejabat keamanan siber mengatakan ke Xinhua bahwa layanan ID internet sepenuhnya sukarela, tapi pemerintah mendorong berbagai industri dan sektor berintegrasi dengannya. “Tujuannya menyediakan sarana verifikasi identitas yang aman, nyaman, berwibawa, dan efisien bagi individu, untuk mendukung pengembangan ekonomi digital,” cetusnya.

    (fyk/hps)

  • Langkah Anthropic Latih AI Gunakan Buku Eksisting Diputuskan Legal Oleh Hakim di AS

    Langkah Anthropic Latih AI Gunakan Buku Eksisting Diputuskan Legal Oleh Hakim di AS

    Bisnis.com, JAKARTA — Hakim Distrik Federal untuk United States District Court, Northern District of California, William Alsup, memutuskan tindakan Anthropic melatih model AI-nya menggunakan buku yang sudah diterbitkan tanpa izin penulis adalah legal.

    Putusan ini merupakan pertama kalinya pengadilan mengakui klaim perusahaan AI bahwa doktrin fair use (penggunaan wajar) dapat membebaskan mereka dari kesalahan saat menggunakan materi berhak cipta untuk melatih large language model (LLM).

    Masalahnya, ini menjadi pukulan bagi para penulis, seniman, dan penerbit yang telah menggugat perusahaan seperti OpenAI, Meta, Midjourney, Google, dan lainnya. Walaupun tidak menjamin hakim lain akan mengikuti jejak Alsup, putusan ini membuka jalan bagi preseden hukum yang berpihak pada perusahaan teknologi dibandingkan para kreator.

    Mengutip TechCrunch, sebagian besar gugatan ini bergantung pada bagaimana hakim menafsirkan doktrin fair use, bagian dari hukum hak cipta yang terkenal rumit dan belum diperbarui sejak 1976 atau era sebelum internet, apalagi konsep pelatihan AI generatif.

    Sebagai informasi, putusan fair use biasanya mempertimbangkan untuk apa karya itu digunakan (seperti parodi atau pendidikan), apakah karya itu direproduksi untuk keuntungan komersial dan sejauh mana karya turunan tersebut bersifat transformatif dibandingkan karya aslinya.

    Adapun, perusahaan seperti Meta juga pernah menggunakan argumen fair use serupa untuk membela pelatihan AI pada materi berhak cipta. Namun sebelum putusan minggu ini, sikap pengadilan masih belum jelas.

    Dalam kasus Bartz v. Anthropic ini, kelompok penulis penggugat juga mempertanyakan cara Anthropic memperoleh dan menyimpan karya mereka.

    Menurut gugatan, Anthropic berusaha menciptakan semacam perpustakaan pusat berisi seluruh buku di dunia untuk disimpan secara permanen. Namun, jutaan buku berhak cipta itu diunduh secara gratis dari situs bajakan yang secara hukum jelas ilegal.

    Walaupun, hakim memutuskan pelatihan menggunakan materi itu tergolong fair use, pengadilan tetap akan menggelar persidangan terpisah terkait sifat dari perpustakaan pusat tersebut.

    “Kami akan menggelar persidangan terkait salinan bajakan yang digunakan untuk membuat perpustakaan pusat milik Anthropic dan kerugian yang ditimbulkannya,” tulis Hakim Alsup dalam putusannya, dikutip Selasa (24/6/2025).

    Dia menambahkan fakta bahwa Anthropic kemudian membeli salinan buku yang sebelumnya mereka curi dari internet tidak akan membebaskan mereka dari tanggung jawab atas pencurian tersebut. Namun, hal itu bisa memengaruhi besarnya ganti rugi yang ditetapkan oleh undang-undang.

  • Serangan ke Fasilitas Nuklir Iran dan Dampak Pada Lingkungan

    Serangan ke Fasilitas Nuklir Iran dan Dampak Pada Lingkungan

    Jakarta

    Penghancuran situs pengayaan uranium yang mendukung program nuklir Iran kemungkinan tidak akan menimbulkan konsekuensi lingkungan yang parah, demikian menurut beberapa pakar nuklir.

    Israel mengonfirmasi bahwa mereka menyerang salah satu fasilitas nuklir Iran di Isfahan pada Jumat (20/6) malam. Kemudian Amerika Serikat ikut menghantam situs nuklir Iran dengan bom dahsyat. Namun meskipun konflik tersebut mengkhawatirkan, para ahli nuklir menyebut radioaktivitas akibat serangan militer bukanlah masalah utama.

    “Ada banyak hal yang perlu dikhawatirkan dalam perang Iran-Israel, tetapi pelepasan radioaktivitas bukanlah salah satunya,” kata Lee Berstein, seorang profesor di departemen teknik nuklir di California University, Berkeley, dikutip dari ABC News.

    Uranium Tidak Cukup Radioaktif untuk Meluas

    Lokasi yang menjadi target sejauh ini di Iran berisi sentrifus yang berputar sangat cepat dan memisahkan serta memperkaya uranium ke tingkat yang lebih tinggi, kata Emily A. Caffrey, direktur Program Fisika Kesehatan di Alabama University di Birmingham.

    “Namun, aturan praktis untuk bahan radioaktif adalah, semakin panjang waktu paruhnya, semakin tidak berbahaya bahan tersebut dalam jangka pendek. Namun, bahkan bahan dengan waktu paruh yang panjang dapat berbahaya dalam jangka waktu yang lebih lama,” kata Berstein.

    Waktu paruh Uranium-235 lebih dari 700 juta tahun, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS. Terdapat kontaminasi radiologi dan kimia di fasilitas Natanz.

    “Bagian atas tanah dari pabrik pengayaan bahan bakar rusak setelah serangan militer pada 13 Juni,” kata Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi kepada Dewan Keamanan PBB pada Jumat (20/6).

    Fasilitas itu kemungkinan berisi tabung gas uranium heksafluorida yang terlepas ke lingkungan sebagai awan gas besar setelah terkena, kata Caffrey.

    Uranium heksafluorida merupakan risiko utama yang berasal dari lokasi pengayaan uranium. Gas tersebut merupakan hasil pemisahan uranium yang pada dasarnya merupakan ‘pendahulu’ bahan bakar nuklir.

    Namun, menurut Caffrey, awan gas tersebut tidak memiliki kemampuan untuk menyebabkan kontaminasi jangka panjang atau masalah radioaktif. “Itu hanya molekul gas yang besar dan berat, jadi tidak akan sampai terlalu jauh,” kata Caffrey.

    “Meskipun terjadi kerusakan di beberapa lokasi, termasuk Natanz, Isfahan dan Arak serta lokasi di Teheran, tidak ada lokasi aktivitas radiologi teridentifikasi di luar fasilitas,” kata Grossi.

    Tidak ada kebocoran radiasi yang dilaporkan di Natanz selama insiden sebelumnya ketika fasilitas tersebut mengalami kerusakan pada 2020 dan 2021.

    “Yang terakhir adalah serangan siber,” kata Angela Di Fulvio, profesor di University of Illinois Urbana Champaign dan direktur Program Keamanan Domestik dan Internasional Pengendalian Senjata.

    Seberapa jauh radiasi menyebar dari pelepasan tertentu, bergantung pada cuaca, terutama angin, juga hujan. Jika heksafluorida berinteraksi dengan air, ia dapat menghasilkan asam fluorida, yang menyebabkan beberapa masalah kimia tetapi bukan masalah radioaktif, kata Caffrey.

    “Banyak negara yang berbatasan dengan Teluk Persia tidak ingin air di Teluk terkontaminasi oleh awan partikel radioaktif yang tertiup angin dan melewati pantai,” kata John Erath, direktur kebijakan senior Pusat Pengendalian Senjata dan Non-Proliferasi.

    “Namun, uranium heksafluorida tampaknya dibatasi dalam fasilitas yang menjadi sasaran dan dapat dikelola dengan prosedur dan tindakan pencegahan keselamatan yang tepat,” kata Di Fulvio.

    Seiring berjalannya waktu, uranium heksafluorida yang bocor akan terdilusi dan menyebar keluar dari lingkungan.

    Bagaimana Paparan Uranium Pengaruhi Tubuh Manusia

    “Jika tertelan atau terhirup, gas uranium heksafluorida, yang masing-masing molekulnya memiliki enam atom fluorin, dapat menyebabkan kerusakan ginjal,” kata Caffrey.

    Atom yang dikombinasikan dengan logam berat dapat menjadi zat yang sangat beracun, tetapi biasanya dalam jumlah besar. Manusia perlu menghirup atau menyerapnya dalam jumlah besar ke dalam tubuh untuk melihat efeknya. Bahayanya bukanlah radioaktivitas melainkan logam berat.

    Kemungkinan Seperti Chernobyl

    Bencana nuklir tahun 1986 di Chernobyl kemungkinan tidak akan terulang, bahkan jika salah satu reaktor nuklir di Iran menjadi sasaran serangan militer, kata para ahli. Bencana Chernobyl merupakan peristiwa tak biasa yang merupakan akibat dari pembangkit listrik yang dirancang dengan sangat buruk.

    “Israel dan AS kemungkinan besar sangat sadar untuk menghindari reaktor nuklir karena potensi bencana yang dapat terjadi jika terkena dampak,” kata Erath.

    Reaktor nuklir kini dibangun dengan kokoh dan akan membutuhkan daya tembak yang besar, seperti bom penghancur bunker milik militer AS, untuk menyebabkan ledakan. Adapun salah satu faktor yang memperburuk bencana Chernobyl adalah cacat desain dalam reaktor nuklir yang meledak, dan desain tersebut tidak lagi digunakan.

    Menurut para ahli, menyerang reaktor nuklir Iran yang digunakan untuk menghasilkan tenaga nuklir, tidak akan melepaskan bahan radioaktif sebanyak Chernobyl. Sedangkan IAEA menyebutkan, reaktor Khondab sedang dalam pembangunan dan tidak mengandung bahan bakar atau bahan nuklir lainnya saat dihantam pada Kamis (19/6).

    “Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Bushehr, fasilitas berkapasitas 1.000 megawatt yang dibangun oleh Rusia, juga menjadi fokus perhatian akhir-akhir ini,” ujar Di Fulvio.

    Pengusiran bahan radioaktif dari Bushehr dapat terjadi melalui satu dari tiga cara: serangan langsung oleh roket atau rudal, kerusakan pada kolam air tempat bahan bakar bekas, atau bahan bakar nuklir radioaktif yang telah disingkirkan setelah menghasilkan listrik, disimpan untuk pendinginan, jika listrik yang dipasok ke pembangkit listrik terputus dan pembangkit listrik kehilangan semua sarana cadangan untuk menghasilkan listrik.

    Grossi memperingatkan bahwa fasilitas nuklir Bushehr mungkin akan terkena serangan, dan mengatakan bahwa ini akan menjadi lokasi nuklir di Iran yang dampak serangannya bisa sangat serius.

    “Itu adalah pembangkit listrik tenaga nuklir yang masih beroperasi dan menampung ribuan kilogram material nuklir,” kata Grossi.

    (rns/rns)