kab/kota: California

  • Thailand-Kamboja Masih Bertempur, Tapi di Dunia Maya

    Thailand-Kamboja Masih Bertempur, Tapi di Dunia Maya

    Jakarta

    Thailand dan Kamboja memang sudah sepakat melakukan gencatan senjata sekitar tiga minggu lalu. Namun, kedua negara masih berperang di dunia maya demi memenangkan simpati internasional dan menggalang dukungan di dalam negeri.

    Sejak rentetan roket kiriman Kamboja menghantam Thailand pada 24 Juli silam yang kemudian dibalas serangan udara Thailand, pasukan media sosial Kamboja serta saluran media berbahasa Inggris yang dikontrol negara, menyebar tudingan dan hasutan yang sebagian besar tidak sesuai fakta.

    Taktik ini berhasil karena masyarakat Thailand yang juga memiliki masalah kepercayaan pada pemerintahnya menjadi mudah terpecah. Selain itu, dunia internasional juga belum berpihak pada Thailand.

    Alhasil, sengketa perbatasan yang telah berlangsung selama seabad ini makin meruncing dalam strategi berbeda.

    Adu informasi di media sosial

    Dengan memanfaatkan teknologi, Kamboja seolah piawai mengolah informasi. Padahal sebagian besar informasi yang dibagikan di media sosial kerap merupakan misinformasi dan disinformasi.

    Misalnya, Kamboja melaporkan pesawat tempur F16 Thailand telah ditembak jatuh dengan mengunggah gambar sebuah pesawat yang terbakar jatuh dari langit. Namun foto itu berasal dari Ukraina yang juga tengah berperang dengan Rusia.

    Tuduhan lain yang tidak berdasar adalah Thailand disebut telah menjatuhkan gas beracun disertai gambar pesawat pengebom air yang menjatuhkan bahan pemadam kebakaran berwarna merah muda. Faktanya, gambar itu adalah situasi kebakaran hutan di California beberapa waktu lalu.

    Bangkok juga gagal menyampaikan argumennya bahwa Kamboja bertanggung jawab atas eskalasi konflik dengan Thailand setelah menyerang pertama kali menggunakan roket sehingga menewaskan beberapa warga sipil Thailand.

    “Persepsinya Kamboja tampil lebih gesit, lebih tegas, dan lebih mengerti media. Sedangkan, Thailand selalu selangkah di belakang,” kata Clare Patchimanon, dalam siniar Lembaga Penyiaran Publik Thailand, Media Pulse.

    Mantan pemimpin Kamboja Hun Sen secara rutin menulis di Facebook untuk menuduh Thailand melanggar gencatan senjata (Hun Sen/ Facebook)

    Kondisi ini merupakan dampak dari hubungan pemerintah dan militer Thailand yang tidak harmonis. Bukan rahasia lagi, pemerintah Thailand yang didominasi Partai Pheu Thai pimpinan miliarder Thaksin Shinawatra berseberangan dengan militer Thailand.

    Situasi ini makin buruk pada Juni lalu.

    Hun Sen, mantan pemimpin Kamboja dan teman lama Thaksin, membocorkan percakapan telepon pribadi yang dilakukannya dengan putri Thaksin yaitu Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra.

    Paetongtarn memohon kepada Hun Sen untuk membantu menyelesaikan problem di perbatasan dan mengeluh jenderal tentara Thailand yang memimpin pasukan di sana menentangnya.

    Jenderal yang dimaksud adalah Letnan Jenderal Boonsin Padklang, komandan Angkatan Darat ke-2 yang kini cukup populer di Thailand dan punya banyak penggemar karena nasionalismenya yang tinggi walau bertentangan dengan pemerintah.

    Bocornya percakapan itu menyebabkan kegemparan politik di Thailand. Hal ini kemudian mendorong Mahkamah Konstitusi memberhentikan Paetongtarn yang kemudian sangat melemahkan pemerintah ketika krisis perbatasan bereskalasi.

    Sementara itu, Hun Sen berada di atas angin. Secara teknis, ia telah menyerahkan kekuasaan kepada putranya, Hun Manet. Namun, pengaruhnya setelah berkuasa hampir 40 tahun masih kuat. Tentara, partai yang berkuasa, dan media masih berada di bawah kendalinya.

    Sejak awal, Hun Sen rutin mengunggah foto-foto dirinya mengenakan seragam, tentara atau sedang meneliti peta militer dengan keterangan bernada mengejek Thailand dalam bahasa Khmer dan Inggris di halaman Facebook-nya.

    “Hun Sen sangat cerdas,” kata Sebastian Strangio, penulis buku Hun Sen’s Cambodia yang berisi laporan tentang kepemimpinannya.

    “Dia telah menggunakan taktik asimetris untuk memperlebar perpecahan yang sudah ada di Thailand. Dan fakta bahwa Kamboja sangat pandai dalam memainkan peran sebagai korban telah memberinya senjata ampuh lain untuk melawan Thailand di arena internasional,” sambung Strangio.

    BBC/ Jonathan HeadSeorang ahli bahan peledak Thailand menunjukkan cara mendeteksi ranjau di dekat lokasi seorang tentara Thailand terluka akibat ranjau darat pada 9 Agustus

    Meski motifnya dalam bermusuhan dengan keluarga Shinawatra masih belum jelas, tampaknya ia sedang mempersiapkan konflik yang lebih besar di perbatasan.

    Para pejabat Thailand mengakui mereka kesulitan melawan strategi yang digunakan pihak Kamboja.

    “Ini sangat berbeda dengan perang informasi yang pernah terjadi sebelumnya,” ujar Russ Jalichandra, wakil menteri luar negeri Thailand, kepada BBC.

    “Apa yang kami katakan harus kredibel dan dapat dibuktikan. Itulah satu-satunya senjata yang dapat kita gunakan untuk bertarung dalam perang ini. Dan kita harus berpegang teguh pada hal itu meski kadang kita tidak cukup cepat.”

    Sejak kapan sengketa perbatasan berlangsung?

    Thailand selalu berkeras sengketa perbatasannya dengan Kamboja harus diselesaikan secara bilateral, tanpa campur tangan pihak luar. Salah satunya dengan menggunakan Komisi Perbatasan Bersama yang dibentuk kedua negara sejak 25 tahun lalu. Namun, Kamboja ingin sengketa tersebut dibawa ke tingkat internasional.

    Kamboja adalah negara pertama yang mengajukan konflik perbatasan ini ke Dewan Keamanan PBB bulan lalu. Kamboja juga telah meminta Mahkamah Internasional untuk memutuskan letak perbatasan tersebut. Hal ini menciptakan dilema pada Thailand.

    Sebab, Thailand tidak mengakui yurisdiksi Mahkamah Internasional seperti banyak negara lain. Selain itu, ada ingatan kolektif Thailand mengenai kekalahan dan penghinaan di Mahkamah Internasional berkaitan sengketa perbatasan.

    Baik Thailand maupun Kamboja telah merekam kenangan pahit tentang kehilangan wilayah.

    Di pihak Kamboja, kenangan itu mengenai Kerajaan Khmer yang dulunya kuat tapi menjadi miskin karena perang dan revolusi akibat ambisi kerajaan-kerajaan tetangganya yang lebih besar.

    Di pihak Thailand, kenangan pahit tersebut adalah ketika kerajaan itu dipaksa mengorbankan wilayah pada awal abad ke-20 untuk mencegah kekuasaan kolonial Prancis atau Inggris.

    Saat Thailand menyetujui perbatasan baru dengan Kamboja yang diduduki Prancis, mereka mengizinkan pembuat peta dari Prancis untuk menggambar peta.

    Namun ketika Kamboja menjadi negara merdeka pada 1953, pasukan Thailand menduduki kuil Khmer yang disebut Preah Vihear atau Khao Phra Viharn dalam bahasa Thailand. Lokasi kuil berada di puncak tebing yang menjadi penanda perbatasan.

    Cambodian Mine Action Centre (CMAC)Pejabat Kamboja menunjukkan apa yang mereka duga sebagai kerusakan di kuil Preah Vihear akibat penembakan yang dilakukan oleh tentara Thailand

    Pihak Thailand berargumen bahwa kartografer Prancis telah melakukan kesalahan dengan memindahkan perbatasan dari daerah aliran sungai sebagai garis pemisah yang telah disepakati dan menempatkan kuil tersebut di Kamboja.

    Mahkamah Internasiona memutuskan bahwa terlepas dari kekurangan peta tersebut, Thailand gagal membuktikan wilayah itu adalah milik mereka 50 tahun sebelumnya.

    Penguasa militer Thailand saat itu terkejut dengan hasil keputusan tersebut dan ingin menyerang Kamboja, Namun, para diplomat Thailand membujuknya untuk menerima putusan tersebut dengan berat hati.

    Sensitivitas Thailand atas kekalahan pada 1962 membuat negara itu secara politis tidak menerima peran Mahkamah Internasional dalam menyelesaikan sengketa perbatasan yang tersisa.

    Hal ini memungkinkan Hun Sen untuk menggambarkan Thailand sebagai negara yang menentang hukum internasional.

    Ranjau darat Kamboja

    Kini, Thailand melawan narasi Kamboja lebih efektif, yaitu penggunaan ranjau darat. Kedua negara adalah penandatangan Konvensi Ottawa yang melarang penggunaan ranjau anti-personel.

    Kamboja memiliki warisan traumatis sebagai salah satu negara yang paling banyak menggunakan ranjau darat di dunia. Jadi, tuduhan Thailand bahwa tentara Kamboja memasang ranjau anti-personel baru di sepanjang perbatasan, yang menyebabkan banyak tentara Thailand terluka, merupakan tuduhan yang janggal bagi pemerintah Kamboja.

    Awalnya, Kamboja menepis tuduhan tersebut, dengan mengatakan ranjau-ranjau itu adalah ranjau-ranjau tua yang tersisa dari perang saudara pada 1980-an.

    Pemerintah Thailand kemudian membawa sekelompok diplomat dan wartawan ke perbatasan untuk menunjukkan apa yang mereka temukan.

    Di atas sebuah meja di hutan, hanya beberapa ratus meter dari perbatasan, terdapat kumpulan amunisi yang menurut tim penjinak ranjau Thailand ditemukan dari area yang sebelumnya diduduki oleh pasukan Kamboja.

    Di antara amunisi-amunisi itu terdapat lusinan cakram plastik tebal berwarna hijau dengan diameter sebesar piring. Salah satunya adalah ranjau PMN-2 buatan Rusia yang mengandung sejumlah besar bahan peledak dan cukup untuk menyebabkan kerusakan anggota tubuh yang parah. Beberapa di antaranya terlihat masih baru dan belum pernah diletakkan.

    Hal ini mendorong Kamboja untuk menepis klaim Thailand sebagai tudingan yang tidak berdasar. Namun, BBC diperlihatkan ranjau-ranjau lain yang telah dipersenjatai dan dikubur baru-baru ini, bukan pada 1980-an.

    Atas hal ini, Thailand menyerukan tindakan terhadap Kamboja kepada para penandatangan Konvensi Ottawa lainnya. Thailand meminta negara-negara yang mendukung program-program penghapusan ranjau di Kamboja untuk berhenti mendanai program-program tersebut.

    Thailand berargumen bahwa penolakan Kamboja mengakui adanya ranjau darat atau penolakan menyetujui rencana penghapusan ranjau darat menunjukkan kurangnya itikad baik dalam menyelesaikan sengketa perbatasan.

    BBC/ Jonathan HeadRanjau PMN-2 buatan Rusia yang menurut militer Thailand baru-baru ini dipasang oleh tentara Kamboja

    Kamboja tak mau kalah. Mereka membalas dengan menuduh Thailand menggunakan amunisi tandan dan peluru fosfor putih. Meski tidak dilarang tapi dapat menimbulkan ancaman bagi non-kombatan; militer Thailand telah mengakui menggunakan amunisi tersebut tapi hanya untuk melawan sasaran militer.

    Kamboja juga telah mempublikasikan foto-foto yang menunjukkan kerusakan kuil Preah Vihear, sebuah Situs Warisan Dunia, akibat penembakan Thailandhal yang dibantah oleh militer Thailand.

    Tuduhan yang tak henti-hentinya dari kedua negara membuat upaya damai atas sengketa perbatasan mereka tidak mungkin terjadi.

    Hun Sen dan putranya telah diuntungkan secara politis karena dapat menggambarkan diri mereka sebagai pembela tanah Kamboja, tetapi konflik ini telah membuat tantangan politik yang dihadapi oleh pemerintah Thailand menjadi lebih buruk.

    Konflik ini telah memicu permusuhan yang intens antara kubu nasionalis Thailand dan Kamboja. Ratusan ribu pekerja migran Kamboja telah meninggalkan Thailand, yang akan memukul perekonomian Kamboja yang sudah mengalami kesulitan.

    “Kedua belah pihak menggambarkan perbatasan sebagai garis pemisah yang sakral di antara negara mereka,” kata Strangio.

    “Simbolisme ini sangat penting. Hal ini menyangkut pertanyaan yang sangat dalam tentang identitas nasional, dan ini adalah sesuatu yang tidak dapat ditawar-tawar lagi oleh kedua belah pihak saat ini.”

    Read more about the Thai-Cambodia dispute

    (ita/ita)

  • 8.100 Starlink Telah Mengorbit per Agustus 2025, Satu Roket Bawa 24 Satelit

    8.100 Starlink Telah Mengorbit per Agustus 2025, Satu Roket Bawa 24 Satelit

    Bisnis.com, JAKARTA — SpaceX, perusahaan dirgantara luar angkasa milik Elon Musk, mencatat sebanyak 8.100 satelit Starlink telah mengorbit di ketinggian 500 kilometer di atas permukaan bumi hingga Agustus 2025.

    SpaceX baru saja meluncurkan 24 satelit internet Starlink ke orbit rendah pekan ini. Peluncuran dilakukan menggunakan roket Falcon 9 dari Vandenberg Space Force Base, California, Amerika Serikat.

    Misi kali ini menjadi penerbangan Falcon 9 ke-100 untuk tahun 2025, sekaligus misi ke-103 bagi SpaceX tahun ini, termasuk tiga penerbangan uji sub-orbital Starship—roket yang diproyeksikan membawa manusia ke Bulan dan Mars. Dalam waktu sekitar 9 menit setelah lepas landas dari Space Launch Complex 4 East, roket berhasil mencapai orbit awalnya dan diperkirakan akan melepas 24 satelit Starlink (Group 17-5) sekitar 50 menit kemudian.

    Space melaporkan dengan tambahan 24 satelit terbaru, kini jumlah satelit aktif di konstelasi Starlink telah mencapai lebih dari 8.100 unit, memperluas cakupan internet global SpaceX. Sejak 2018, total satelit Starlink yang telah diluncurkan mencapai lebih dari 9.400 unit.

    Sebelumnya, Starlink juga berencana mengeluarkan produk “komunitas” baru yang memungkinkan banyak pelanggan berbagi akses ke layanan melalui terminal tunggal berbentuk piringan dengan harga sewa yang lebih murah. 

    Produk tersebut diberi nama Starlink Community, mereka telah mengunggah detail produk tersebut pada halaman dukungan. Website untuk program Starlink Community juga sudah dibuat, walaupun tampak belum berfungsi sepenuhnya untuk saat ini. 

    Disebutkan juga dalam laman tersebut, bahwa harga yang dipatok untuk paket Starlink Community adalah sebesar US$60 atau sekitar Rp970.000 per bulan, lebih murah dari paket Residential Lite seharga US$80 atau sekitar Rp1,29 juta per bulan (kurs: Rp16.233).

    Gagasan layanan internet komunitas terdistribusi sebenarnya bukan hal baru dalam bidang penyediaan internet satelit. OneWeb sudah melakukan hal serupa, dan pada Mei lalu, Starlink juga menyarankan pada pengecer dan pemasang layanannya agar pemilik sistem utama dapat memperoleh komisi untuk setiap pelanggan.

    Dilansir ISPreview (15/8/2025), saat ini, belum diketahui secara pasti jenis antena parabola apa yang akan dikirimkan Starlink untuk keperluan tersebut.

    Belum diketahui juga apakah host sistem utama nantinya akan dilengkapi router yang lebih canggih untuk membantu pendistribusian sinyal Wi-Fi ke area yang lebih luas. 

    Kapasitas yang akan dikelola pun juga belum disebutkan, tetapi hal yang pasti adalah setiap pelanggan tetap membutuhkan router mereka sendiri untuk dapat terhubung ke Starlink Community.

  • Ga Ngaku Salah Ketahuan Intip Anak di YouTube, Google Bagi-Bagi Duit

    Ga Ngaku Salah Ketahuan Intip Anak di YouTube, Google Bagi-Bagi Duit

    Jakarta, CNBC Indonesia – Google akan membayar US$ 30 juta (Rp 488 miliar) sebagai tanda perdamaian kasus pelanggaran privasi anak-anak oleh YouTube. Namun, raksasa teknologi tersebut itu tetap tidak mau mengakui kesalahannya.

    Kasus pelanggaran tersebut terkait aktivitas Google yang mengumpulkan informasi soal anak yang mengakses YouTube tanpa izin orang tua mereka. Informasi pribadi kemudian digunakan oleh Google untuk mengirim iklan tertarget.

    Sekelompok pengguna YouTube menggugat Google di pengadilan federal di negara bagian California. Kesepakatan damai diserahkan ke pengadilan federal pada Senin (20/8/2025). Meskipun sepakat membayar denda, Google tetap tidak mau mengakui kesalahannya.

    Denda untuk kasus serupa juga dibayar oleh Google pada 2019. Saat itu, Google membayar denda US$ 170 juta untuk menghentikan tuntutan yang diajukan oleh Komisi Perdagangan Federal AS (FTC) dan Jaksa Agung New York.

    Gugatan di California dilayangkan oleh orang tua 34 anak yang menuduh Google melanggar puluhan aturan negara bagian karena memberikan izin kepada penyedia konten untuk “menggaet” mereka dengan kartun dan lagu anak-anak sehingga bisa mengumpulkan data pribadi.

    Para orang tua sebetulnya juga menggugat para pembuat konten, termasuk Hasbro, Mattel, Cartoon Network, dan Dreamworks. Namun, hakim menolak mengadili para pembuat konten dengan alasan kurang bukti.

    Semua anak di AS yang berusia di bawah 13 tahun dan menonton YouTube antara 1 Juli 2013 hingga 1 April 2020 berhak mendapatkan uang damai dari Google. Menurut pengacara penggugat, orang yang berhak jumlahnya di antara 35 juta hingga 45 juta orang.

    Pada kasus-kasus sebelumnya sekitar 1%-2% pengguna yang berhak mengajukan klaim. Jika jumlah pengaju klaim serupa, pengacara memperkirakan tiap orang bisa mendapatkan US$ 30 – US$ 60 (sekitar Rp 500 ribu – Rp 1 juta) sebelum dikurangi biaya dan upah pengacara.

    Para pengacara berencana mengajukan biaya US$ 9 juta (Rp 146 miliar) dari kasus tersebut.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Selain Halusinasi AI, Apa Benar Kecerdasan Buatan Bisa Bikin Orang Kena Psikosis? – Page 3

    Selain Halusinasi AI, Apa Benar Kecerdasan Buatan Bisa Bikin Orang Kena Psikosis? – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Kasus chatbot Artificial Intelligence (AI) yang “berhalusinasi” atau mengarang fakta sudah sering terdengar dan terjadi. Namun, sekarang muncul sebuah permasalahan baru yang berpotensi lebih berbahaya dan masih belum dikenal oleh publik.

    Mengutip Mashable, Rabu (20/8/2025), “AI Psychosis” (Psikosis AI) adalah sebuah fenomena yang mulai dilaporkan oleh beberapa orang dan didiagnosis oleh beberapa ahli terjadi setelah pengguna setia chatbot melakukan periode interaksi yang sangat intensif.

    Untuk mengenal lebih dalam, Psychosis atau “Psikosis” sendiri adalah sebuah keadaan kehilangan kontak dengan realitas dari mental seseorang. Kondisi ini seringkali disertai dengan delusi (keyakinan salah) dan juga halusinasi yang dirasakan nyata.

    Uniknya, walau di Indonesia hal seperti ini belum atau tidak pernah dijumpai, para psikiater di Amerika Serikat (AS) sudah mulai menemukan dan merawat pasien di rumah sakit yang mengidap permasalahan ini.

    Salah satu kasus yang mencuat berasal dari seorang pengguna ChatGPT. Setelah berkonsultasi dengan chatbot tersebut, ia menjadi yakin telah menemukan formula matematika baru yang akan membuatnya kaya.

    Delusi ini menjadi semanis madu karena pada awalnya AI mengakui bahwa ia memang menemukan suatu rumus baru, namun akhirnya, bot mengkonfirmasi bahwa dirinya baru saja membenarkan sebuah ilusi tak nyata.

    Seorang psikiater dari University of California, Dr. Keith Sakata, menilai bahwa mesin pesan kecerdasan buatan bisa menjadi sangat berbahaya.

    “Psikosis berkembang pesat saat realitas berhenti melawan, dan AI benar-benar dapat meruntuhkan realitas dengan membenarkan delusi pengguna,” katanya.

    Dengan kata lain, AI yang selalu setuju bisa membuat pemikiran delusi seseorang menjadi lebih kuat. Dalam beberapa kasus bisa memicu percobaan bunuh diri apabila korban curhat dengan chatbot terkait masalah kehidupan yang terlalu dalam dan gelap.

  • Florida Eksekusi Terpidana Mati Kasus Pembunuhan Wanita Tahun 1982

    Florida Eksekusi Terpidana Mati Kasus Pembunuhan Wanita Tahun 1982

    Jakarta

    Seorang pria bernama Kyle Bates (67) yang telah dijatuhi vonis hukuman mati atas kasus pembunuhan wanita yang diculiknya di tahun 1982 telah dieksekusi di Florida, Amerika Serikat bagian selatan. Pria itu dieksekusi dengan cara disuntik mati.

    Dilansir AFP, Rabu (20/8/2025), Kayle Bates dijatuhi hukuman mati pada tahun 1983 atas pembunuhan Janet Renee White (24), yang bekerja di sebuah perusahaan asuransi di Lynn Haven, Florida. White diserang di kantornya oleh Bates setelah ia kembali dari makan siang dan ditikam hingga tewas di hutan terdekat.

    Kembali eksekusi, Bates dieksekusi pada pukul 18:17 waktu setempat di Penjara Negara Bagian Florida. Dengan dieksekusinya Bates, telah terjadi 29 eksekusi mati di Amerika Serikat pada tahun 2025, jumlah tertinggi sejak tahun 2014, ketika total 35 narapidana juga dieksekusi mati.

    Sebanyak 24 eksekusi mati tahun ini dilakukan dengan suntikan mematikan, dua oleh regu tembak, dan tiga dengan hipoksia nitrogen, yaitu pemompaan gas nitrogen ke dalam masker wajah yang menyebabkan narapidana mati lemas.

    Eksekusi mati yang menggunakan gas nitrogen sebagai telah dikecam oleh para ahli Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai tindakan yang kejam dan tidak manusiawi. Florida telah melaksanakan eksekusi terbanyak pada tahun 2025 dengan 10 eksekusi.

    Hukuman mati telah dihapuskan di 23 dari 50 negara bagian AS, sementara tiga negara bagian lainnya-California, Oregon, dan Pennsylvania-memiliki moratorium.

    Presiden Donald Trump adalah pendukung hukuman mati, dan pada hari pertamanya menjabat, ia menyerukan perluasan penggunaannya “untuk kejahatan paling keji”.

    (zap/yld)

  • Ada Bintang yang Lebih Panas dari Matahari, Diduga Sekumpulan

    Ada Bintang yang Lebih Panas dari Matahari, Diduga Sekumpulan

    Jakarta

    Para ilmuwan punya hipotesis baru soal bintang terjauh dari Bumi yang pernah ditemukan pada 2022, Earendel. Menurut mereka, mungkin Earendel merupakan gugus bintang.

    Jadi ilmuwan menilai kalau Earendel bukan bintang tunggal, melainkan sekumpulan bintang yang terikat oleh gravitasi dan terbentuk dari awan gas serta debu. Informasi ini terungkap berdasarkan studi yang diterbitkan pada 31 Juli 2025 di Astrophysical Journal.

    Saat kembali mengamati Earendel, sejumlah astronom menggunakan Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST). Dari situ mereka mencoba mengeksplorasi lebih dalam, dan akhirnya mendatangkan dugaan baru, dilansir detikINET dari Lives Science, Selasa (19/8/2025).

    Mereka menemukan bahwa fitur spektral Earendel cocok dengan gugus bola. Mahasiswa doktoral astronomi di University of California, Berkeley, dan penulis utama studi ini, Massimo Pascale, mengaku akan sangat bersyukur jika memang Earendel sebuah gugus bintang.

    “Penelitian ini menemukan bahwa Earendel tampaknya cukup konsisten dengan bagaimana kita memperkirakan gugus bola yang kita lihat di alam semesta lokal akan terlihat pada miliaran tahun pertama alam semesta,” kata Pascale.

    Earendel terletak di galaksi Sunrise Arc, yang mana jaraknya sekitar 12,9 miliar tahun cahaya dari Bumi. Saat itu keberadaannya ditemukan melalui fenomena yang dikenal sebagai pelensaan gravitasi.

    Setelah penemuan Earendel pada 2022, para peneliti menganalisis objek tersebut menggunakan data dari Near Infrared Imager (NIRCam) JWST. Dengan memeriksa kecerahan dan ukurannya, mereka menyimpulkan bahwa Earendel bisa jadi merupakan bintang masif, yang suhunya dua kali lebih panas dari matahari dan satu juta kali lebih terang daripada bintang di sekitar Bumi.

    “Setelah beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa Earendel memang bisa (tetapi belum tentu) jauh lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya, saya yakin ada baiknya untuk mengeksplorasi skenario gugus bintang,” ujar Pascale.

    Menggunakan data spektroskopi dari instrumen NIRSpec JWST, Pascale dan tim mempelajari usia dan kandungan logam Earendel. Tim mendapati bagaimana kecerahannya berubah secara halus pada berbagai panjang gelombang cahaya. Pola ini sesuai dengan apa yang diharapkan dari sebuah gugus bintang dan, setidaknya, sesuai dengan gabungan cahaya dari beberapa bintang.

    Peneliti pascadoktoral di Universitas Maryland dan Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA, Brian Welch, menganggap data baru tersebut cukup untuk mengonfirmasi bahwa Earendel adalah gugus bintang.

    Pascale dan Welch sepakat bahwa kunci untuk memecahkan misteri Earendel adalah memantau efek pelensaan mikro. Perubahan kecerahan akibat pelensaan mikro lebih terlihat ketika objek yang jauh berukuran kecil, daripada gugus bintang yang jauh lebih besar.

    “Akan menarik untuk melihat apa yang dapat dilakukan program JWST di masa mendatang untuk lebih mengungkap misteri Earendel,” ujar Pascale.

    (vmp/fay)

  • Ilmuwan Masih Terus Lacak Spesies Manusia Pertama

    Ilmuwan Masih Terus Lacak Spesies Manusia Pertama

    Jakarta

    Semua manusia saat ini adalah anggota spesies manusia modern Homo sapiens, bahasa Latin untuk ‘manusia yang berpengetahuan.’ Namun, kita bukanlah satu-satunya manusia yang pernah ada.

    Fosil-fosil semakin mengungkap lebih banyak tentang manusia purba dalam genus Homo, nenek moyang seperti Homo erectus (bahasa Latin untuk ‘manusia tegak’), yang hidup di Afrika, Asia, dan sebagian Eropa antara 1,9 juta dan 110.000 tahun yang lalu.

    Para ilmuwan kini mengenali lebih dari selusin spesies dalam genus Homo. Jadi, apa sebenarnya spesies manusia pertama? Jawabannya, ternyata tidak begitu jelas.

    Penemuan fosil di Maroko telah mengungkapkan bahwa manusia modern secara anatomis muncul setidaknya 300 ribu tahun yang lalu. Namun, spesies manusia tertua yang diketahui secara pasti oleh para ilmuwan disebut Homo habilis, atau ‘manusia serba bisa’, primata pengguna alat yang berjalan tegak dan hidup di Afrika antara 2,4 juta hingga 1,4 juta tahun yang lalu.

    Teori Evolusi Darwin

    Teori evolusi melalui seleksi alam pertama kali dirumuskan dalam buku Darwin ‘On the Origin of Species’ pada 1859. Buku ini menjelaskan bagaimana organisme berubah seiring waktu sebagai akibat dari perubahan sifat fisik atau perilaku yang diwariskan.

    Namun, fosil-fosil yang lebih awal menunjukkan bahwa spesies Homo lain mungkin mendahului H. habilis. Kelangkaan fosil manusia purba menyulitkan untuk mengetahui apakah spesimen yang tidak biasa tersebut merupakan spesies yang baru ditemukan atau sekadar anggota tipikal dari spesies yang telah dikenal.

    Selain itu, evolusi dapat berlangsung secara bertahap, sehingga sulit untuk menentukan kapan spesies baru muncul, terutama ketika fosil memiliki campuran ciri-ciri dari spesies yang berbeda.

    “Proses evolusi itu berkelanjutan, tetapi label yang kita berikan untuk memudahkannya bersifat statis,” ujar Tim D. White, seorang paleoantropolog di University of California Berkeley, dikutip dari Live Science, Selasa (19/8/2025).

    Homo Tertua

    Sebagian besar teori evolusi menyatakan bahwa H. habilis berevolusi dari genus primata yang lebih awal bernama Australopithecus, bahasa Latin untuk ‘kera selatan’ karena fosilnya pertama kali ditemukan di Afrika Selatan.

    Berbagai spesies Australopithecus hidup sekitar 4,4 juta hingga 1,4 juta tahun yang lalu. Kemungkinan H. habilis berevolusi langsung dari spesies Australopithecus afarensis, contoh paling terkenal adalah ‘Lucy’ yang digali di Hadar, Ethiopia, pada 1974.

    Fosil-fosil genus kita biasanya dibedakan dari fosil Australopithecus berdasarkan gigi Homo yang lebih kecil dan otak yang relatif besar, yang menyebabkan penggunaan alat-alat batu yang lebih luas.

    Namun, White mencatat bahwa ciri-ciri seperti gigi yang lebih kecil dan otak yang lebih besar pasti muncul pada populasi Australopithecus tempat Homo purba berevolusi.

    “Jika Anda memiliki Australopithecus betina, tidak ada kelahiran yang pada saat itu ia akan menamai anaknya Homo,” katanya.

    Akibatnya, tidak ada titik waktu pasti kapan Homo berasal. Sebaliknya, genus Homo muncul kira-kira antara 2 juta hingga 3 juta tahun yang lalu, kata White.

    Berkembang di Afrika

    Sejak 1970-an, para peneliti di Afrika telah menemukan fosil yang mereka kaitkan dengan spesies purba lain, Homo rudolfensis, yang menantang gagasan bahwa H. habilis adalah Homo paling awal.

    H. rudolfensis tampaknya secara fisik jauh lebih besar, memiliki otak yang lebih besar, dan struktur wajah yang lebih datar daripada H. habilis, yang mungkin membuatnya lebih mirip manusia modern.

    Fosil-fosilnya kira-kira seusia dengan H. habilis, sekitar 2,4 juta tahun. Namun, hanya ada satu fosil Homo rudolfensis yang benar-benar bagus, menurut Smithsonian National History Museum, sehingga para ilmuwan tidak tahu apakah H. rudolfensis adalah H. habilis yang tidak biasa atau bahkan Austrolopithicus dengan otak yang lebih besar dari biasanya.

    Paleoantropolog Rick Potts, yang mengepalai program Asal Usul Manusia di Smithsonian Institute, mengatakan bahwa bahkan fosil yang lebih tua dari Afrika tampaknya berasal dari genus Homo dan mungkin mendahului kedua spesies tersebut.

    Fosil tertua dari fosil-fosil tersebut berasal dari sekitar 2,8 juta tahun yang lalu, tetapi hanya berupa fragmen, beberapa tulang rahang dan beberapa gigi, sehingga tidak cukup untuk memastikan apakah fosil tersebut berasal dari spesies Homo yang berbeda dan tidak disebutkan namanya. Sebuah studi pada 2025 menemukan gigi tambahan yang berasal dari 2,59 juta hingga 2,78 juta tahun yang mungkin juga berasal dari spesies Homo awal yang misterius ini.

    Jadi, mungkin saja spesies manusia pertama belum ditemukan. “Ada banyak kegembiraan, tetapi juga banyak ketidakpastian, tentang upaya untuk menemukan lebih banyak tentang asal-usul genus Homo,” kata Potts.

    (rns/fay)

  • Perang Dagang Memanas, Brasil Tolak Tuduhan AS soal Praktik Curang

    Perang Dagang Memanas, Brasil Tolak Tuduhan AS soal Praktik Curang

    Bisnis.com, JAKARTA – Brasil tegas menolak tuduhan praktik dagang tidak adil dari Washington, dengan menyebut investigasi yang diluncurkan Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR) sebagai penggunaan sepihak hukum dagang AS yang tidak sah.

    Dalam dokumen setebal 91 halaman yang menjadi tanggapan atas investigasi Section 301, Brasil menegaskan kebijakan digital, kekayaan intelektual, etanol, dan lingkungannya sejalan dengan aturan perdagangan internasional.

    Pernyataan resmi tersebut dikirimkan ke USTR pada Senin (18/8/2025) dan dipublikasikan di situs web lembaga itu beberapa jam kemudian.

    Melansir Bloomberg pada Selasa (19/8/2025), dalam tanggapannya, pemerintah Brasil menekankan AS secara konsisten membukukan surplus perdagangan dengan Brasil senilai US$29,3 miliar pada 2024. Selain itu, perusahaan AS juga telah menikmati akses luas ke pasar Brasil.

    Lebih dari 70% ekspor AS masuk bebas bea, sementara sistem pembayaran elektronik Brasil yang berkembang pesat, Pix, terbuka untuk platform global seperti Google Pay dan WhatsApp.

    Pejabat Brasil juga menyoroti kerja sama penegakan hukum terkait korupsi dan kekayaan intelektual, termasuk pengakuan AS atas kemajuan Brasil dalam mengurangi penumpukan paten dan memberantas pembajakan.

    Terkait isu lingkungan, Brasil menyatakan deforestasi turun hampir 50% sejak 2023 berkat penegakan ketat Forest Code dan penggunaan sistem pemantauan satelit. Pemerintah menegaskan ekspor utama Brasil ke AS — kopi, jus jeruk, gula, dan tembakau — tidak terkait dengan pembukaan hutan Amazon.

    Dalam isu etanol, Brasil menyoroti tarif impor sebesar 18% yang diberlakukan terhadap produk AS, jauh lebih rendah dibanding bea 52,5% yang dikenakan Washington pada pengiriman etanol Brasil.

    Negeri Samba menuduh AS melindungi etanol berbasis jagung yang disubsidi sembari menghalangi bahan bakar berbasis tebu yang memenuhi standar rendah karbon California.

    “Langkah sepihak berdasarkan Section 301 berisiko merusak sistem perdagangan multilateral dan dapat berdampak negatif pada hubungan bilateral,” demikian pernyataan Brasil.

    Adapun, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva berjanji menjaga saluran dialog tetap terbuka sembari membawa sengketa ini ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Pemerintah Brasil juga telah menyiapkan jalur kredit domestik untuk meredam dampak tarif bagi para eksportir.

    Investigasi yang dimulai pada Juli lalu dipandang sebagai upaya untuk membenarkan tarif 50% yang diberlakukan Presiden Donald Trump atas seluruh ekspor Brasil ke AS, kecuali sekitar 700 item termasuk suku cadang penerbangan dan sejumlah produk pertanian.

    Trump mengaitkan sanksi tarif tersebut dengan proses hukum terhadap mantan Presiden Jair Bolsonaro, dan menyebutnya sebagai masalah keamanan nasional AS. Namun, Brasil menilai kebijakan tarif itu bersifat politis dan tidak berdasar pada kerugian ekonomi bagi perusahaan AS.

  • Paus Tiba-Tiba Terdiam, Bahaya Besar di Depan Mata

    Paus Tiba-Tiba Terdiam, Bahaya Besar di Depan Mata

    Jakarta, CNBC Indonesia – Suara paus biru tiba-tiba lebih diam dari biasanya. Para ilmuwan khawatir adanya bahaya ekosistem yang lebih besar.

    Penelitian yang dipublikasikan di Public Library of Science mendengarkan suara dari tiga spesies baru, yakni paus biru, paus sirip dan paus bungkuk di California Current Ecosystem, Samudra Pasifik Utara selama enam tahun.

    Mereka melakukan perekaman mulai pada 2015, saat puncak gelombang panas laut terjadi beberapa tahun sebelumnya. Fenomena itu mulai terjadi pada 2013 yang membunuh populasi krill.

    Penelitian menggunakan hidrofon di dasar laut untuk melakukan analisa frekuensi rangkaian sura terstruktur.

    Hasilnya para peneliti menemukan penurunan suara paus biru dan paus sirip setelah tahun 2017. Mereka mencatat suara paus biru mengalami penurunan hingga 40% selama penelitian berlangsung.

    “Jika ditelusuri lebih lanjut, seperti mencoba bernyanyi saat kelaparan. Mereka menghabiskan waktunya mencari makanannya,” kata ahli oseanografi biologi Monterey Bay Aquarium Research Institute, John Ryan, dikutip dari New York Post, Selasa (19/8/2025).

    Selain itu, para peneliti menemukan paus biru mencari makan di area lebih luas pada 2019. Sebab rendahnya krill di area tersebut, berbeda dengan paus bungkuk yang makan krill dan ikan lebih beragam.

    Gelombang panas terjadi saat gelombang air panas besar dan padat bernama The Blob mengalir dari Laut Bering dan Teluk Alaska mengalir menuju perairan yang berada di lepas Pantai Barat AS.

    The Blob sendiri tak berdampak pada binatang laut yang mengonsumsi ikan teri dan sarden. Suara paus bungkuk juga mengalami peningkatan.

    Namun para peneliti mengungkapkan dampak jangka panjang dari fenomena ini. Termasuk mengingatkan ini bisa berdampak pada seluruh ekosistem.

    “Jika tidak bisa mendapatkan makanan, mereka bisa melintasi seluruh Pantai Barat Amerika Utara. Konsekuensinya sangat besar,” jelas ahli biologi kelautan dari Monterey Bay Aquarium, Kelly Benoit-Bird.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Honda Digugat Konsumen Gegara Mesin 1.5 L dan 2.0 L, Apa Masalahnya?

    Honda Digugat Konsumen Gegara Mesin 1.5 L dan 2.0 L, Apa Masalahnya?

    Jakarta

    Honda sedang menghadapi gugatan hukum terkait keandalan mesin empat silinder berkapasitas 1.500 cc dan 2.000 cc di Amerika Serikat. Apa masalahnya?

    Dikutip dari Carscoops, Senin (18/8/2025) Honda telah lama dikenal karena memproduksi mesin yang andal, namun gugatan baru di Amerika Serikat menunjukkan beberapa model mesin empat silinder berkapasitas 1.5 dan 2.0 liter terbaru berpotensi mengalami masalah serius.

    Gugatan menyebut mesin-mesin itu kesulitan menangani tekanan kompresi tinggi dan panas, imbasnya menyebabkan overheating, kegagalan gasket kepala silinder, dan masalah lain yang berpotensi menimbulkan biaya tinggi.

    Keluhan lain yang diungkap ialah bocornya cairan radiator dan masuk ruang bakar. Akibatnya, mobil bisa overheat dan ngebul dari knalpot.

    Kekhawatiran lain yang diungkapkan, campuran pendingin dengan oli mesin dapat menyebabkan korosi pada bagian-bagian internal. Para penggugat menuduh Honda menolak untuk memperbaiki atau mengganti mesin i-VTEC yang terkena dampak, bahkan ketika kendaraan masih dalam masa garansi.

    Menurut gugatan class action, mesin semestinya andal hingga 200.000 mil (321 ribu km), namun saat ini umur pakainya menjadi lebih pendek.

    Berikut ini daftar mobil yang disebut dalam gugatan:

    Honda Civic (2016-2022)Honda Accord (2018-2022)Honda CR-V (2017-2022)Acura TLX (2019-2022)Acura RDX (2021-2022)

    Dari enam penggugat, lima di antaranya adalah pemilik Accord 2018-2019, sementara satu lainnya adalah pemilik CR-V Touring 2018.

    Para penggugat menuduh Honda sudah melakukan pelanggaran garansi, menguntungkan diri sendiri tidak adil, dan pelanggaran terhadap berbagai undang-undang perlindungan konsumen. Selain meminta persidangan juri, penggugat menuntut ganti rugi, biaya, dan ongkos.

    Masalah serupa pernah muncul sebelumnya. Awal tahun ini, Honda juga digugat soal mesin 1.5 liter i‑VTEC pernah diajukan class action pada akhir 2024 di California. Gugatan itu menuduh mesin-mesin tersebut mengalami masalah pendinginan yang tidak memadai, yang berpotensi menyebabkan cairan pendingin bocor ke dalam mesin, mencemari oli, dan menyebabkan overheating serta kehilangan tenaga.

    (riar/dry)