Jasad Bayi Ditemukan Mengambang di Kali Cakung Bekasi, Awalnya Dikira Boneka
Tim Redaksi
BEKASI, KOMPAS.com –
Jasad bayi perempuan ditemukan mengambang di Kali Cakung, Jakasampurna, Kota Bekasi, Selasa (6/5/2025) sekitar pukul 08.25 WIB.
Jasad tersebut pertama kali ditemukan oleh warga yang awalnya mengira tubuh bayi itu adalah boneka yang hanyut di aliran sungai.
“Saksi menyangka jenazah tersebut boneka yang hanyut dan tersangkut, namun saat didekati ternyata bayi dalam posisi tertelungkup,” ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi Priadi Santoso dalam keterangannya, Selasa.
Sementara itu, Kapolsek Bekasi Barat AKP Wahyudi mengatakan, jasad berhasil dievakuasi tak lama setelah warga melapor ke petugas.
Saat ini, jasad bayi perempuan itu telah dibawa ke RSUD dr Chasbullah Abdulmadjid.
“Jasad dibawa ke rumah sakit,” ujarnya.
Saat ini, pihaknya tengah memintai keterangan sejumlah saksi, termasuk pencarian alat bukti lewat kamera CCTV.
“Kita sudah perintahkan anggota, cuman kan hasil kita belum dapat,” imbuh dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Cakung
-
/data/photo/2025/05/06/6819d7e57df45.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Cerita Driver Ojol Tergiur Scan Mata di WorldID Kelapa Gading demi Dibayar Dollar Megapolitan 6 Mei 2025
Cerita Driver Ojol Tergiur Scan Mata di WorldID Kelapa Gading demi Dibayar Dollar
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Sejumlah warga mengaku tergiur melakukan
scan retina
mata di ruko
WorldID
di Jalan Tarian Raya Barat Nomor 8 Blok B, RT 1, RW 7, Kelapa Gading,
Jakarta Utara
.
Salah satunya pengemudi ojek online (ojol) asal Cakung, Jakarta Timur, bernama Saiful (52) mengaku tergiur karena mendapatkan uang Rp 250.000 usai scan mata.
“Ya, coba-coba. Awalnya informasi dari teman, untuk download aplikasi. Dari aplikasi itu, katanya disuruh ke sini,” ucap Saiful saat diwawancarai Kompas.com di lokasi, Selasa (6/5/2025).
Saiful sudah datang ke ruko WorldID Kelapa Gading pada hari Sabtu (3/5/2025) bersama rekannya.
Saat itu, rekan Saiful berhasil mendapatkan uang Rp 200.000 usai scan retina mata.
“Kemarin Rp 250.000, terus lama-lama turun pas diambil cuma Rp 200.000,” beber Saiful.
Rekan Saiful yang berhasil scan retina mata dijanjikan oleh pihak WorldID akan mendapatkan bayaran selama satu tahun.
“Itu harganya mengikuti dollar. Sekali scan mata enggak cuma sekali dapat duit, tapi katanya satu tahun,” jelas Saiful.
Uang tersebut pun akan ditransfer ke dompet digital masing-masing warga. Karena itu, Saiful tertarik untuk mencoba scan retina matanya di WorldID.
Saiful pun disuruh untuk datang ke WorldID hari ini. Namun, sayangnya kantor tersebut justru tutup.
Sama seperti Saiful, warga lain bernama Desi (40) juga mengaku bolak-balik ke ruko WorldID Kelapa Gading agar bisa scan retina matanya demi mendapatkan uang.
“Mau verifikasi katanya. Jadi, kita download aplikasi, saya dikasih tahu teman. Cuma di aplikasi enggak harus scan apa pun, cuma data diri aja kaya nama doang. Nanti diarahin ke sini,” ucap Desi.
Desi mengaku tertarik datang ke WorldID karena melihat rekannya mendapatkan uang sebesar Rp 200.000.
“Teman saya dapat sekitar Rp 200.000 setiap datang ke sini, jadinya saya mau coba,” jelas Desi.
Sebelumnya, perusahaan pengembang layanan atau induk dari
Worldcoin
dan WorldID, Tools for Humanity (TFH), memberikan respons terkait pembekuan layanannya di Indonesia.
Pembekuan ini dilakukan Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemenkomdigi) sebagai langkah preventif untuk pencegah potensi risiko terhadap keamanan data masyarakat Indonesia.
TFH menyatakan bahwa saat ini pihaknya tengah berupaya mencari kejelasan terkait persyaratan izin dan lisensi yang relevan. Perusahaan juga menegaskan kesiapan mereka apabila ditemukan kekurangan atau kesalahpahaman dalam proses perizinan tersebut.
“Kami berharap dapat terus melanjutkan dialog konstruktif dan suportif yang telah terjalin selama setahun terakhir dengan pihak pemerintah terkait,” ungkap pihak TFH dalam pernyataan resminya, dikutip KompasTekno dari Antaranews, Selasa (6/5/2025).
“Jika terdapat kekurangan atau kesalahpahaman terkait perizinan kami, kami tentu akan menindaklanjutinya,” ungkap pihak THF.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Selasa, SIM keliling masih tersedia di kampus dan Lapangan Banteng
Seorang warga mengurus perpanjangan SIM di SIM Keliling, LTC Glodok, Jakarta. FOTO ANTARA/Andika Wahyu
Selasa, SIM keliling masih tersedia di kampus dan Lapangan Banteng
Dalam Negeri
Editor: Calista Aziza
Selasa, 06 Mei 2025 – 09:42 WIBElshinta.com – Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Metro Jaya masih menyediakan layanan Surat Izin Mengemudi (SIM) Keliling di lima lokasi Jakarta untuk membantu warga dalam memperpanjang masa berlaku syarat legal berkendara itu pada Selasa.
Polda Metro Jaya melalui akun X @tmcpoldametro menyampaikan gerai SIM ini dibuka mulai dari pukul 08.00 hingga 14.00 WIB.
Berikut lokasinya:
– Jakarta Timur : Mall Grand Cakung
– Jakarta Utara : LTC Glodok
– Jakarta Selatan : Kampus Trilogi Kalibata
– Jakarta Barat : Mall Citraland
– Jakarta Pusat : Kantor Pos Lapangan Banteng
Masyarakat harus mempersiapkan dan melengkapi persyaratan yang dibutuhkan dan biaya administrasi sebelum mendatangi lokasi perpanjangan dokumen SIM.
Persyaratan yang dibutuhkan yakni, fotokopi KTP yang masih berlaku, SIM lama yang asli dan masih berlaku, bukti pemeriksaan kesehatan, serta bukti tes psikologi melalui aplikasi Simpel Pol.
Layanan mobil SIM keliling ini hanya dapat memperpanjang SIM yang masih berlaku untuk golongan tertentu, yakni SIM A dan SIM C.
Adapun bagi SIM yang telah habis masa berlakunya bahkan sehari saja, pemilik SIM harus membuat permohonan SIM baru di tempat yang telah ditentukan oleh kepolisian.
Untuk biaya perpanjangan, sesuai dengan PP Nomor 76 Tahun 2020 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku untuk Polri adalah Rp80.000 untuk perpanjangan SIM A dan Rp75.000 untuk perpanjangan SIM C.
Selain biaya tersebut, pemohon juga perlu membayar biaya tambahan lainnya yakni tes psikologi, biaya tes kesehatan melalui aplikasi Simpel Pol.
Sumber : Antara
-

RI Dibayangi ‘Silent Pandemic’, 80 Persen Warga Konsumsi Antibiotik Tanpa Resep
Jakarta –
Hampir 80 persen masyarakat Indonesia mengonsumsi antibiotik tanpa resep dokter. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) Prof Taruna Ikrar mewanti-wanti risiko di balik tren tersebut, yakni pandemi tersembunyi atau silent pandemic.
Data tersebut didapatkan dari pemantauan tiga tahun terakhir sejak 2021 sampai 2024. “Dari 2021, 2022, 2023, 2024 hampir 80 persen penduduk kita tidak menggunakan resep dokter untuk menggunakan antibiotik,” beber Prof Taruna di Puskesmas Cakung, Jakarta Timur, pada Jumat (2/5/2025).
“Itu kesalahan prosedur dan menimbulkan resistensi antimikroba yang luar biasa. Dan dampaknya kita tidak mau, kita mau cegah terjadinya silent pandemic,” tambah Taruna.
Prof Taruna menjelaskan dampak besar dari resisten antibiotik adalah pasien tidak sembuh saat diberi obat. Bahkan, bakteri E Coli di Indonesia sudah tidak mampu dibunuh oleh 45 persen antibiotik yang tersedia.
“Kita sudah ada 45 persen antibiotik kita resisten terhadap Escherichia coli. Dan kita tahu itu salah satu bakteri yang lazim di negara kita. Nah bisa dibayangin kalau ini berdampak ke orang yang menderita,” tutur dia.
“Seperti ini dikasih antibiotik tidak sembuh-sembuh. Jadi dia bisa meninggal hanya karena sebetulnya penyakit biasa. Jadi kita mau cegah resistensi antibiotik ini supaya tidak terjadi silent pandemic,” pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, ahli bedah dan pakar kesehatan ternama, Lord Ara Darzi baru-baru ini sempat mengungkapkan ancaman kesehatan global yang lebih menakutkan dari COVID-19, yaitu silent pandemic resistensi antibiotik. Menurutnya, apa yang dia peringatkan mungkin menjadi ancaman kesehatan global berikutnya.
Darzi menyebut silent pandemic resistensi antibiotik telah membunuh lebih dari satu juta orang di Inggris setiap tahun, lantaran menyebabkan superbug tak dapat diobati.
“Pada 2028 akan ada banyak orang yang meninggal karena infeksi yang kebal terhadap antibiotik seperti yang meninggal karena infeksi pada 1928 sebelum penemuan penisilin. Bakteri telah ada selama tiga miliar tahun, jauh sebelum manusia ada,” ucapnya, dikutip dari Mirror.
(naf/kna)
-

Bakteri Ini Makin Kebal! 45 Persen Antibiotik di Indonesia Tak Bisa Membunuhnya
Jakarta –
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) Prof Taruna Ikrar menekankan sudah 45 persen antibiotik yang ada di Indonesia kebal terhadap bakteri Escherichia coli. Bakteri yang kerap ditulis E coli ini adalah bakteri yang biasa hidup di usus manusia dan hewan, yang fungsinya menjaga kesehatan sistem pencernaan.
Namun, ada jenis E coli tertentu yang dapat menyebabkan infeksi sehingga menimbulkan gejala diare, sakit perut, dan kram. Jenis bakteri E coli berbahaya ini menghasilkan toksin Shiga (STEC). Ini adalah sejenis racun yang dapat menyebabkan penyakit bawaan makanan yang parah.
Racun dari bakteri E coli tersebut dapat menular ke manusia melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi. Seperti daging mentah atau setengah mata, susu mentah, dan sayuran mentah yang terkontaminasi.
“Kita sudah ada 45 persen antibiotik kita resisten terhadap Escherichia coli. Dan kita tahu itu salah satu bakteri yang lazim di negara kita. Nah bisa dibayangin kalau ini berdampak ke orang yang menderita,” tuturnya saat ditemui di kawasan Cakung, Jumat (2/5/2025).
“Seperti ini dikasih antibiotik tidak sembuh-sembuh. Jadi dia bisa meninggal hanya karena sebetulnya penyakit biasa. Jadi kita mau cegah resistensi antibiotik ini supaya tidak terjadi silent pandemic.”
(naf/kna)
/data/photo/2025/05/06/6819ef8f69342.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)




