kab/kota: Brebes

  • Kronologi Dentuman Keras di Langit Tegal hingga Temuan Batu Hitam Diduga Meteor, Siap Dijual

    Kronologi Dentuman Keras di Langit Tegal hingga Temuan Batu Hitam Diduga Meteor, Siap Dijual

    GELORA.CO – Geger sebongkah batu yang diduga meteor jatuh di pekarangan warga Desa Jatilaba, Kecamatan Margasari, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.

    Dilansir dari laman NASA, Meteor adalah saat meteoroid memasuki atmosfer Bumi (atau planet lain, seperti Mars) dengan kecepatan tinggi dan terbakar, berbentuk bola api atau “bintang jatuh”.

    Sementara meteoroid merupakan batuan yang masih berada di luar angkasa. 

    Ukuran meteoroid bervariasi, mulai dari butiran debu hingga asteroid kecil.

    Suara dentuman keras menggema di langit Desa Jatilaba, Kecamatan Margasari, Tegal, Minggu petang (5/10/2025).

    Tak hanya sekali, suara itu terdengar lima kali berturut-turut dari arah utara, mengejutkan warga yang tengah bersiap malam.

    Di tengah kehebohan itu, Wasroni (40), seorang warga setempat, menemukan sesuatu yang tak biasa sebuah batu hitam pekat.

    Beratnya sekitar 3 kilogram, tergeletak tak jauh dari rumahnya.

    Batu misterius itu diduga kuat berasal dari langit sebuah meteor yang jatuh ke bumi.

    “Awalnya dengar ada suara dentuman sampai lima kali. Sumbernya dari arah utara, getarannya cukup terasa,” kata Wasroni kepada wartawan di kediamannya, dilansir dari Kompas.com, Selasa (7/10/2025).

    Dengar Suara Ledakan Seperti Bom, Ada Api di Langit

    Tak lama setelah itu, terdengar suara seperti ledakan bom yang membuat Wasroni keluar rumah karena penasaran.

    Di dekat lokasi, seorang bocah bernama Ibnu (11), tetangganya, memanggil Wasroni dan mengaku melihat sebuah benda bercahaya jatuh dari langit.

    “Saya lihat seperti api di langit, lalu warnanya berubah jadi putih waktu mau sampai tanah,” kata Ibnu.

    Ibnu mendekati lokasi jatuhnya benda itu dan melihat ada asap tipis keluar dari lubang tanah.

    “Pas saya dekati, tanahnya berlubang dan batunya masih hangat. Saya pegang sendiri, nggak takut,” ujar Ibnu.

    Penampakan Batu Diduga Meteor Siap Dijual

    Setelah mengambil batu tersebut, Wasroni kemudian membawanya ke rumah. 

    Batu itu berwarna hitam pekat, permukaannya kasar, dan berat sekitar tiga kilogram.

    Tak lama kemudian, warga berdatangan karena penasaran ingin melihat langsung batu misterius itu.

    “Banyak yang datang malam itu. Ada yang foto, ada juga yang bilang mau beli kalau itu benar batu meteor,” kata Wasroni.

    Ia mengaku bersedia menjualnya jika ada kolektor atau pihak yang ingin meneliti batu tersebut.

    Kata Kepala Desa Jatilaba

    Sementara itu, Kepala Desa Jatilaba, Jumadi, membenarkan adanya penemuan batu misterius oleh warganya. 

    “Benar, warga kami menemukan benda yang diduga batu meteor. Suaranya memang terdengar keras sekali waktu itu,” kata Jumadi.

    Meski belum ada pihak resmi yang meneliti, Jumadi juga menduga kuat batu tersebut adalah meteor.

    “Tapi benar kami menduga kuat itu batu meteor. Karena waktu itu banyak warga yang juga mendengar suara dentuman atau ledakan dari berbagai daerah, termasuk Brebes, Pemalang, bahkan Cirebon,” ucapnya. 

    Sebelumnya, Fenomena dentuman dan kilatan cahaya di langit ini sempat menghebohkan masyarakat di pantura barat Jawa Tengah pada Minggu petang usai Maghrib.

    Media sosial pun ramai membahas suara ledakan dan cahaya terang di langit.

    Bagi warga Desa Jatilaba, peristiwa ini menjadi pengalaman langka yang tak akan dilupakan.

     “Semoga batu ini membawa keberkahan, bukan pertanda buruk,” pungkas Jumadi.

  • Heboh! Warga Tegal Temukan Batu Hitam Diduga Meteor, Begini Penampakannya

    Heboh! Warga Tegal Temukan Batu Hitam Diduga Meteor, Begini Penampakannya

    GELORA.CO  – Warga Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, dihebohkan dengan penemuan batu hitam diduga meteor. Bongkahan batu yang diperkirakan seberat 3 kg itu ditemukan di pekarangan rumah Wasroni (41), warga Desa Jatilaba, Kecamatan Margasari, Kabupaten Tegal, Minggu (5/10/2025) malam.

    Peristiwa itu bertepatan dengan meteor jatuh di laut Jawa yang menggegerkan warga Cirebon, Jawa Barat hingga Tegal, Jawa Tengah. 

    Wasroni menuturkan, penemuan batu yang diduga meteor ini, berawal saat dirinya mendengar ledakan keras mirip suara bom. “Ada suara dentuman sampai lima kali. Sumbernya dari arah utara, getarannya terasa,” katanya kepada awak media, Rabu (8/10/2025).

    Wasroni kemudian keluar mencari sumber suara tersebut. Tak lama kemudian, seorang anak tetangganya, Ibnu (11) berteriak memanggilnya. Bocah itu melihat batu bercahaya dari langit jatuh di pekarangan rumahnya. “Pas saya dekati, tanahnya berlubang dan batunya masih hangat. Saya pegang sendiri, nggak takut,” kata Ibnu.

    Wasroni kemudian mengamankan batu itu ke dalam rumah. Warnanya hitam pekat dengan permukaan agak kasar dan beratnya sekitar tiga kilogram. 

    Tak pelak, penemuan batu diduga meteor itu tersebar luas hingga banyak warga berdatangan ke rumah Wasroni karena penasaran ingin melihat wujud batu yang jatuh dari langit tersebut. “Banyak yang datang malam itu. Ada yang foto, ada juga yang bilang mau beli kalau itu benar batu meteor,” ujar Wasroni.

    Kini, batu tersebut masih disimpan Wasroni. Dia juga tidak menutup kemungkinan untuk menjual batu tersebut jika ada kolektor.

    Kepala Desa Jatilaba, Jumadi mengatakan, batu diduga meteor itu ditemukan di pekarangan rumah warga. “Warga kami menemukan benda yang diduga batu meteor. Waktu itu, memang terdengar suara keras sekali,” ucapnya.

    Dia mengemukakan, hingga kini belum ada pihak dari lembaga resmi seperti LAPAN atau BMKG yang datang untuk memeriksa batu tersebut. “Tapi kami menduga kuat itu meteor, karena banyak warga yang juga mendengar suara ledakan dari berbagai daerah, termasuk Brebes, Pemalang, bahkan Cirebon,” ujarnya.

    Sebelumnya, viral di media sosial rekaman video benda menyerupai bola api jatuh di wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Bahkan, keberadaan benda itu juga disertai suara dentuman yang keras.

    Sementara itu, video amatir yang diunggah sejumlah warga menunjukkan cahaya putih keoranyean melintas cepat di langit Cirebon, sebelum menghilang dan diikuti suara dentuman. 

    “Tak lama kemudian dentuman keras terdengar hingga tanah bergetar, membuat warga panik dan berbondong-bondong keluar rumah untuk mencari,” tulis akun X @Banyulangit__1.

    Beberapa warga di Kecamatan Lemahabang dan sekitar Tol Ciperna mengaku sempat melihat bola api besar sebelum ledakan terdengar. Sejumlah pengguna media sosial pun meyakini bahwa benda tersebut meteor yang terbakar saat memasuki atmosfer.

    “Meteor terlihat di langit Tegal, Brebes, dan akhirnya jatuh di wilayah Cirebon,” tulis akun @MurtadhaOne1.

    Profesor riset astronomi dan astrofisika dari BRIN, Prof Thomas Djamaluddin mengatakan, meteor yang melintas di langit Cirebon, Jawa Barat pada Minggu (5/10/2025) jauh di laut Jawa. 

    Menurut Thomas, peristiwa itu terjadi pada pukul 18.35-18.39 WIB. Kemudian, terdeteksi BMKG karena meteor berukuran besar mengeluarkan gelombang kejut ketika memasuki atmosfer.

    “Ketika memasuki atmosfer yang lebih rendah menimbulkan gelombang kejut berupa suara dentuman dan terdeteksi oleh BMKG Cirebon pukul 18.39.12 WIB. Meteor jatuh di laut Jawa,”  tulis Thomas dalam akun Instagram @t_djamal, dikutip Senin (6/10/2025).

  • Jalan Tembongraja-Salem Brebes Rusak Parah, Pemprov Jateng Siapkan Bantuan Rp 2 Miliar
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        2 Oktober 2025

    Jalan Tembongraja-Salem Brebes Rusak Parah, Pemprov Jateng Siapkan Bantuan Rp 2 Miliar Regional 2 Oktober 2025

    Jalan Tembongraja-Salem Brebes Rusak Parah, Pemprov Jateng Siapkan Bantuan Rp 2 Miliar
    Tim Redaksi
    SEMARANG, KOMPAS.com –
    Ruas Jalan Tembongraja–Salem Kabupaten Brebes, Jawa Tengah sepanjang 6,43 kilometer mengalami kondisi rusak parah.
    Padahal, jalan tersebut menjadi akses lalu lintas yang penting untuk mobilitas warga sekitar.
    Merespons keluhan warga, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bakal mengalokasikan anggaran bantuan keuangan (Bankeu) dari APBD Jateng tahun 2026 sebanyak Rp 2 miliar untuk perbaikan.
    Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Bina Marga dan Cipta Karya (DPU-BMCK) Jateng, Hanung Triyono mengatakan rencana pendanaan untuk proyek perbaikan akan masuk anggaran tahun depan dengan kolaborasi antara masyarakat, pemerintah kabupaten, provinsi, dan CSR.
    “Panjang jalan Tembongraja–Salem ini kurang lebih 6,4 km. Jalan ini rusaknya parah dan sempat viral. Kita lakukan kolaborasi bareng-bareng. Tahun depan akan kita coba masukkan dalam Bankeu provinsi, dan sharing dengan kabupaten. Mudah-mudahan bisa sekitar Rp4 miliar, terdiri dari Rp2 miliar dari provinsi dan Rp 2 miliar dari pemerintah kabupaten,” tutur Hanung dalam keterangan tertulis, Kamis (2/10/2025).
    Dia menuturkan, perbaikan sebagian jalan tersebut dilakukan oleh swadaya masyarakat, Pemkab Brebes, hingga corporate social responsibility (CSR) dari perusahaan.
    Swadaya masyarakat sudah menyumbang Rp200 juta untuk pengerjaan, Pemkab Brebes mengalokasikan Rp500 juta untuk rigid beton dan Rp200 juta untuk pemeliharaan rutin, sementara dukungan CSR mencapai Rp130 juta untuk pengerjaan sepanjang 150 meter.
    Kepala DPU-BMCK Jateng itu turut mendampingi Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi saat meninjau kondisi jalan desa tersebut pada, Kamis (2/10/2025).
    “Jalan ini nanti kita sambungkan pengaspalannya sampai tuntas. Mohon doa restunya agar masyarakat bisa menikmati, terutama untuk mendukung ekonomi wilayah,” ujar Luthfi.
    Mantan Kapolda Jatneg tersebut mengapresiasi elemen masyarakat yang melakukan swadaya memperbaiki sebagian jalan tersebut. Ia menekankan bahwa pola pembiayaan gotong royong seperti ini sangat diperlukan karena keterbatasan APBD.
    Lebih jauh, ia berharap model kolaborasi pendanaan ini bisa direplikasi di daerah lain, sehingga percepatan pembangunan infrastruktur bisa merata dan memberi dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ombudsman minta masyarakat melapor apabila ada insiden terkait MBG

    Ombudsman minta masyarakat melapor apabila ada insiden terkait MBG

    Jakarta (ANTARA) – Ombudsman RI (ORI) meminta masyarakat segera melapor apabila terdapat insiden yang tidak diinginkan usai mengonsumsi Makan Bergizi Gratis (MBG).

    Tanggapan tersebut merespons ramainya pemberitaan terkait adanya surat perjanjian dari sekolah kepada orang tua murid untuk menanggung risiko secara pribadi apabila terdapat insiden terhadap sang anak usai mengonsumsi MBG.

    “Tidak boleh begitu, tidak boleh ada aturan seperti itu,” ucap Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika saat ditemui di Jakarta, Selasa.

    Ia menegaskan sekolah memiliki tanggung jawab apabila terdapat insiden yang tidak diinginkan terhadap muridnya, termasuk saat mengonsumsi MBG.

    Menurut dia, apabila terdapat perjanjian untuk menanggung risiko sendiri dengan orang tua murid, maka sekolah sama saja melakukan pembungkaman.

    Sebelumnya, beredar di media sosial terkait surat pernyataan untuk menerima atau menolak Program MBG di MTsN 2 Brebes.

    Dalam surat tersebut, orang tua siswa diminta menandatangani kesepakatan untuk menanggung risiko secara pribadi dan tidak menuntut secara hukum pihak sekolah maupun panitia penyelenggara apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan akibat MBG, seperti keracunan, reaksi alergi, hingga ketidakcocokan makanan dengan kondisi kesehatan pribadi anak.

    Menanggapi hal tersebut, Badan Gizi Nasional (BGN) mengklarifikasi polemik yang ada dan menegaskan angket tersebut untuk mengidentifikasi alergi siswa.

    Koordinator Wilayah (Korwil) BGN Kabupaten Brebes Arya Dewa Nugroho dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu, menegaskan BGN tidak pernah melepaskan tanggung jawab apabila terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) atau insiden keamanan pangan dalam pelaksanaan program tersebut.

    “Informasi yang beredar seolah-olah BGN lepas tangan adalah tidak benar. Hasil dari mediasi, pihak MTs menarik angket tersebut dan menjelaskan ke wali murid bahwa angket tersebut ditarik dan murni membagikan angket terkait alergi siswa saja,” kata Arya.

    Dari kejadian tersebut, pihak SPPG MTsN 2 Brebes menegaskan angket yang tersebar tidak pernah bermaksud untuk membebaskan tanggung jawab pihak manapun.

    Arya melanjutkan pihak sekolah juga sepakat menjadi penerima manfaat Program MBG dengan menandatangani perjanjian kerja sama sesuai petunjuk teknis (juknis) BGN.

    Pewarta: Agatha Olivia Victoria
    Editor: Eka Arifa Rusqiyati
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • BPBD Kerahkan Ekskavator Bantu Evakuasi Santri Korban Ponpes Al-Khoziny di Sidoarjo Ambruk

    BPBD Kerahkan Ekskavator Bantu Evakuasi Santri Korban Ponpes Al-Khoziny di Sidoarjo Ambruk

    Liputan6.com, Sidoarjo – Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Timur (BPBD Jatim) mengerahkan ekskavator untuk membantu proses evakuasi santri yang terjebak dalam bangunan musala ambruk di Pondok Pesantren atau Ponpes Al-Khoziny Sidoarjo.

    Dari pantauan Antara hingga pukul 17.55 WIB, para petugas dari BPBD, Badan SAR Nasional (Basarnas), kepolisian, hingga TNI beserta warga masih berusaha melakukan evakuasi.

    Bangunan musala di Ponpes Al-Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur ambruk dan menimpa para santri yang sedang salat Ashar berjamaah atau sekitar pukul 14.40 WIB.

    Menurut pengakuan salah seorang santri kelas tujuh Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al Khoziny bernama Wahid, bangunan musala tersebut sempat bergoyang sebelum ambruk.

    “Ketika masuk rakaat kedua bagian ujung musala ambruk, lalu merembet ke bagian lain gedung,” kata Wahid di Sidoarjo, melansir Antara, Senin (29/9/2025).

    Ia mengaku berhasil menyelamatkan diri dan mengajak santri lain untuk segera mengevakuasi diri. Dari pengakuannya, para santri yang sedang melaksanakan salat berjemaah tersebut berjumlah lebih dari 100 santri.

    “Bangunan musala tersebut mengalami renovasi untuk membangun ruang di lantai empat dari lima lantai yang direncanakan,” ucap Wahid.

    Menurut data yang dikonfirmasi dari Media Center Kantor Basarnas Surabaya, bangunan tersebut menjalani proses pengecoran lantai atas musala Ponpes sejak Senin pagi.

    Dari keterangan tersebut dinyatakan bahwa dugaan awal pondasi bangunan tidak kuat menahan beban, sehingga seluruh bangunan dari lantai empat hingga dasar ambruk.

     

    Fokus edisi (22/9) dengan pilihan topik-topik sebagai berikut, Teras Kantor Pemkab Brebes Ambruk, Pilu, Tuna Wisma Sulit Makamkan Jenazah Anak, Kemeriahan Lomba Karapan Sapi.

  • Warga Brebes Perbaiki Jalan yang 18 Tahun Rusak, Pemkab Baru Turunkan Material
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        25 September 2025

    Warga Brebes Perbaiki Jalan yang 18 Tahun Rusak, Pemkab Baru Turunkan Material Regional 25 September 2025

    Warga Brebes Perbaiki Jalan yang 18 Tahun Rusak, Pemkab Baru Turunkan Material
    Tim Redaksi
     
    BREBES, KOMPAS.com
    – Hingga hari keempat, warga Desa Tembongraja, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, masih melanjutkan aksi gotong royong memperbaiki jalan rusak yang sudah 18 tahun tak tersentuh perbaikan.
    Dengan dana hasil swadaya, termasuk ada warga yang sampai menjual ternak, mereka mengaspal jalan sepanjang sekitar 240 meter dengan lebar 4 meter.
    “Sudah hampir rampung ini untuk pengaspalan. Dua harian lagi rampung. Kalau material dari Pemkab Brebes ini baru datang kemarin (Rabu), memang telat,” kata Kepala Desa Tembongraja, Abdul Kholik, Kamis (25/9/2025).
    Perbaikan swadaya ini dilakukan setelah kekecewaan warga yang merasa diabaikan.
    Eko Sucarko, salah seorang warga, mengaku sudah sering menyampaikan keluhan melalui DPRD maupun pemerintah daerah, tetapi hasilnya hanya janji.
    “Hampir 18 tahun jalan ini tidak tersentuh pemerintah. Kami patuh bayar pajak, tapi tidak ada perhatian. Banyak pengendara sering kecelakaan di sini,” ujar Eko.
    Hal senada disampaikan Farida, warga lainnya. “Dari saya kecil sampai sekarang belum ada perhatian dari pemerintah. Kami bergotong royong sebisa kami,” katanya.
    Di sisi lain, Pemerintah Kabupaten Brebes sebenarnya telah mengalokasikan Rp 700 juta untuk memperbaiki ruas jalan Salem–Tembongraja.
    Namun, karena titik awal sudah lebih dulu digarap warga, pengerjaan dari pemerintah dialihkan ke titik rusak lainnya.
    Pelaksana tugas Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum Brebes, Agus Pramono, mengakui material baru dikirim Rabu (24/9/2025).
    “Sebagian material sudah datang. Tapi karena warga masih bekerja melakukan perbaikan, kita berhenti dulu untuk mobilisasi material. Kita menunggu swadaya selesai,” ujarnya.
    Sementara itu, Bupati Brebes Paramitha Widya Kusuma memastikan pengerjaan jalan dengan anggaran Rp 500 juta untuk peningkatan jalan dan Rp 200 juta untuk pemeliharaan akan segera direalisasikan setelah proses lelang rampung.
    “Insya Allah akan dikerjakan di akhir bulan ini. Mohon warga bersabar,” kata Paramitha, Senin (22/9/2025).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Detik-detik Atap Teras Kantor Pemerintahan di Brebes Ambruk Timpa 3 Warga

    Detik-detik Atap Teras Kantor Pemerintahan di Brebes Ambruk Timpa 3 Warga

    Brebes

    Atap teras Kantor Pemerintahan Terpadu (KPT) Pemkab Brebes ambruk hingga menimpa tiga pekerja di lokasi. Salah satu korban cerita tangannya sempat terimpa beton selama hampir satu jam.

    Peristiwa itu terjadi pada Minggu (21/9) sore. Tiga pekerja yang menjadi korban ialah Juswanto (39), Abdullah (35), dan satu warga lainnya yang telah diizinkan menjalani perawatan di rumah. Juswanto mengalami patah sebagian tulang tangan kiri. Sementara Abdullah mengalami luka di bagian kulit hingga harus mendapat jahitan.

    Juswanto mengatakan sebelum atap teras tersebut ambruk, dia dan sejumlah rekannya memang sedang sibuk melakukan pekerjaan untuk perbaikan penguatan struktur konstruksi.

    “Saat itu saya sedang dongkrak besi. Tahu-tahu bruk (ambruk). Tangan saya tertimpa atap cor,” kata Juswanto dilansir detikJateng, Senin (22/9/2025).

    Tangan kiri pekerja ini tertimpa beton selama hampir 1 jam. Tangan korban bisa dikeluarkan setelah beton besi dipotong dengan alat khusus.

    “Tangan kejepit tidak bisa apa apa hampir satu jam,” ujarnya.

    Dua orang korban masih menjalani perawatan di rumah sakit karena mengalami luka serius. Sementara satu orang lainnya telah diizinkan pulang karena hanya mengalami lecet.

    Baca selengkapnya di sini

    (ygs/ygs)

  • Jalan Rusak 18 Tahun Tak Juga Diperbaiki Pemkab, Warga di Brebes Gotong Royong Swadaya Perbaiki
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        21 September 2025

    Jalan Rusak 18 Tahun Tak Juga Diperbaiki Pemkab, Warga di Brebes Gotong Royong Swadaya Perbaiki Regional 21 September 2025

    Jalan Rusak 18 Tahun Tak Juga Diperbaiki Pemkab, Warga di Brebes Gotong Royong Swadaya Perbaiki
    Tim Redaksi
    BREBES, KOMPAS.com
    – Ratusan warga Desa Tembongraja, Kecamatan Salem, Brebes, Jawa Tengah, menggelar aksi gotong royong untuk memperbaiki jalan rusak yang sudah 18 tahun tidak diperhatikan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab), pada Minggu (21/9/2025).
    Pantauan
    Kompas.com
    di lokasi, warga dari berbagai kalangan, termasuk bapak-bapak, ibu-ibu, dan remaja, terlihat aktif mengangkut material yang baru saja tiba dari truk.
    Mereka juga melakukan penggalangan dana di sekitar jalan yang menghubungkan enam desa, dan hasilnya langsung digunakan untuk membeli material guna memperbaiki jalan Salem-Tembongraja sepanjang sekitar 6 kilometer.
    Dalam aksi tersebut, warga saling berbagi tugas.
    Beberapa di antaranya membersihkan rerumputan, menurunkan, dan menata material batu belah dan batu split, sementara yang lain menyediakan konsumsi makanan dan minuman.
    Meskipun terik matahari menyengat, semangat warga tetap tinggi demi mendapatkan jalan yang layak.
    Eko Sucarko, seorang warga setempat, mengungkapkan kekecewaannya karena jalan rusak tersebut tidak pernah diperbaiki oleh pemerintah.
    “Hampir 18 tahun jalan ini tidak tersentuh pemerintah untuk dilakukan perbaikan. Kami sudah berupaya menyampaikan keluhan melalui anggota DPRD dan pemerintah daerah, tetapi hasilnya hanya janji,” kata Eko.
    Eko juga menegaskan bahwa masyarakat selama ini patuh membayar pajak, meskipun jarak desa ke pusat pemerintahan di Brebes cukup jauh, yaitu sekitar 60 kilometer.
    “Kami patuh bayar pajak, kepala desa juga selalu menginstruksikan untuk membayar pajak,” tambahnya.
    Lebih lanjut, Eko menjelaskan bahwa perbaikan jalan dilakukan secara swadaya, bahkan ada warga yang terpaksa menjual hewan ternak untuk berkontribusi.
    “Beberapa pengendara sering mengalami kecelakaan di sini, khususnya pengendara sepeda motor,” pungkasnya.
    Farida, warga lainnya, juga menyatakan kebosanan terhadap kondisi jalan yang sudah belasan tahun tidak diperhatikan.

    “Dari saya kecil sampai sekarang belum ada perhatian dari pemerintah. Kami bergotong royong sebisa kami untuk memperbaiki jalan rusak ini,” ungkap Farida.
    Kepala Desa Tembongraja, Salem Abdul Kholik, mengaku selalu menyampaikan keluhan warga saat mengikuti Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di tingkat kecamatan maupun kabupaten.
    “Kami cuma minta perbaikan satu jalan kabupaten, tetapi sampai sekarang belum ada perbaikan, hanya dijanjikan,” kata Kholik.
    Kholik menambahkan bahwa ruas jalan tersebut sudah dianggarkan oleh Pemkab Brebes dengan anggaran pemeliharaan senilai Rp5 00 juta untuk tahun ini.
    Namun, terkait realisasi perbaikan jalan, ia menyebutkan bahwa janji-janji tersebut belum terlaksana.
    “Kemarin katanya mau dibetulkan setelah Hari Raya Lebaran bulan April. Kemudian dikatakan lagi bulan delapan. Sampai sekarang bulan sembilan belum diperbaiki. Akhirnya warga kesal karena banyak anak yang jatuh saat sekolah,” jelas Kholik.
    Abdul Kholik menegaskan bahwa pihaknya bersama warga berinisiatif melakukan perbaikan secara swadaya, tetapi ia juga mengapresiasi niat Pemkab Brebes untuk melakukan perbaikan, meskipun saat ini masih sebatas janji.
    Kompas.com
    berupaya mengonfirmasi perbaikan yang belum juga dilakukan kepada Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Brebes Sutaryono melalui telepon, namun belum ada respons hingga artikel ini ditayangkan. 
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Korban Luka Atap Teras Gedung Pemkab Brebes Ambruk 2 Orang, Evakuasi Sempat Dramatis
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        21 September 2025

    Korban Luka Atap Teras Gedung Pemkab Brebes Ambruk 2 Orang, Evakuasi Sempat Dramatis Regional 21 September 2025

    Korban Luka Atap Teras Gedung Pemkab Brebes Ambruk 2 Orang, Evakuasi Berjalan Dramatis
    Tim Redaksi
    BREBES, KOMPAS.com
    – Dua pekerja konstruksi masih dirawat di RSUD Brebes setelah menjadi korban ambruknya atap teras gedung megah Kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Brebes, Jawa Tengah, pada Minggu (21/9/2025) sekitar pukul 11.30 WIB.
    Kedua korban yang dirawat adalah Juswanto (39) dan Abdullah (35), warga Kecamatan Tanjung, Brebes.
    Juswanto mengalami patah tulang, sementara Abdullah menderita luka di bagian kulit yang mengharuskannya mendapatkan jahitan.
    Abdullah, saat dijenguk oleh Kapolres Brebes AKBP Lilik Ardhiansyah di IGD RSUD Brebes, menceritakan detik-detik ambruknya atap teras.
    “Saat itu saya sedang dongkrak besi. Tahu-tahu bruk (ambruk). Tangan saya tertimpa atap cor,” ujarnya.
    Abdullah mengaku terjepit selama sekitar satu jam sebelum berhasil dibebaskan oleh rekan-rekannya.
    “Tangan kejepit, satu jam,” tambahnya.
    Kapolres Brebes, AKBP Lilik Ardhiansyah, mengonfirmasi bahwa akibat peristiwa tersebut, dua orang harus dirawat dengan luka yang cukup serius.
    “Korban ternyata ada dua, bukan tiga. Jadi kabar yang satunya anak-anak itu lecet saat sedang perlombaan. Untuk dua korban, satu luka berat, satu luka ringan,” jelas Lilik.

    Lilik mengungkapkan bahwa pihaknya telah mengecek lokasi kejadian dan memasang garis polisi untuk menjaga jarak aman jika terjadi roboh susulan.
    “Kami juga menelusuri penyebab roboh,” pungkasnya.
    Acara tersebut dibuka secara resmi oleh Bupati Brebes, Paramitha Widya Kusuma, pada pagi hari.
    Salah satu saksi, Zamroni, yang berada di lokasi saat kejadian, menceritakan bahwa ia bersama rekannya sedang melakukan pengelasan untuk perbaikan bangunan.
    “Saya itu di bawah bersama teman saya sedang ngelas. Begitu bangun (dari pengelasan), ada bunyi bletak dari sebelah utara. Kemudian saya lari,” ungkap Zamroni.
    Ia juga menyaksikan rekan kerjanya jatuh dan segera menariknya, namun tangan korban terkena reruntuhan bangunan yang ambruk.
    Penyebab pasti ambruknya atap teras gedung Pemkab Brebes masih dalam penyelidikan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Saat Istana Meminta Maaf Usai Maraknya Keracunan Massal MBG
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        20 September 2025

    Saat Istana Meminta Maaf Usai Maraknya Keracunan Massal MBG Nasional 20 September 2025

    Saat Istana Meminta Maaf Usai Maraknya Keracunan Massal MBG
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com – 
    Pihak Istana Kepresidenan menyampaikan permohonan maaf atas kasus keracunan massal Makan Bergizi Gratis (MBG) yang masih saja terjadi di berbagai daerah.
    Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menegaskan, kasus keracunan tersebut bukanlah sebuah hal yang diharapkan.
    “Tentunya kami atas namanya pemerintah dan mewakili Badan Gizi Nasional, memohon maaf karena telah terjadi kembali beberapa kasus di beberapa daerah,” kata Prasetyo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (20/9/2025).
    “Yang tentu saja itu bukan sesuatu yang kita harapkan dan bukan sesuatu kesengajaan,” ucap dia.
    Sejak program MBG dijalankan hingga pertengahan September 2025, lembaga pemantau pendidikan mencatat ada 5.360 siswa menjadi korban keracunan makanan akibat program ini.
    Kasus-kasus keracunan MBG terjadi di beberapa wilayah sejak program tersebut dijalankan, di antaranya Tasikmalaya, Pamekasan, Garut, Sumbawa, Blora, Banggai Kepulauan, Lamongan, Brebes, Gunungkidul, Wonogiri, Bengkulu, Muba, hingga Ambon.
    Atas kasus keracunan MBG yang terjadi, Prasetyo memastikan kejadian-kejadian ini akan menjadi evaluasi bagi BGN dan pihak terkait lainnya.
    “Tentu saja ini menjadi bahan evaluasi dan catatan kami telah berkoordinasi dengan BGN termasuk dengan pemerintah daerah,” tuturnya.
    Selain itu, Prasetyo juga meminta agar korban terdampak mendapat penanganan cepat.
    “Memastikan bahwa seluruh yang terdampak harus mendapatkan penanganan secepat mungkin dan sebaik-baiknya,” ujar dia.
    Anggota Komisi IX DPR RI Edy Wuryanto meminta Badan Gizi Nasional (BGN) tidak asal mengobral izin pembangunan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi atau dapur penyedia MBG untuk mencegah terulangnya kasus keracunan massal.
    “Jangan mudah mengizinkan SPPG yang belum sesuai standar untuk beroperasi agar penerima manfaat tidak dirugikan,” kata Edy kepada
    Kompas.com
    , Jumat (19/9/2025).
    Politikus PDI-P ini berpandangan, akar masalah keracunan massal tidak terlepas dari langkah BGN yang terlalu mengejar kuantitas pembangunan dapur demi serapan anggaran, ketimbang memastikan standar mutu.
    Menurut Edy, izin SPPG seharusnya diberikan setelah melalui akreditasi atau verifikasi dari lembaga independen di luar BGN.
    “Yang dikejar sekarang itu jumlah dapur, bukan kualitas. Kuantitas dapur jadi target, sementara standar mutu dan keamanannya diabaikan. Akibatnya, dapur-dapur itu ada yang dibangun asal jadi, ada yang belum memenuhi standar,” kata Edy.
    Di tengah sorotan publik, BGN terus berjuang mengejar satu target besar yaitu
    zero accident
    .
    Kepala BGN Dadan Hindayana mengatakan, program MBG akan terus dievaluasi dan dilakukan pengetatan SOP.
    “Jadi kami tambah SOP, makanan itu tidak boleh dibersihkan di sekolah, harus dibawa ke SPPG. Kami ingin mencapai 0 atau tidak ada kejadian,” kata Dadan pada April lalu.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.