kab/kota: Brebes

  • Sehari Usai Ditetapkan KPU, Mitha-Wurja Gelar Rapat dengan Jajaran Pemkab Brebes
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        10 Januari 2025

    Sehari Usai Ditetapkan KPU, Mitha-Wurja Gelar Rapat dengan Jajaran Pemkab Brebes Regional 10 Januari 2025

    Sehari Usai Ditetapkan KPU, Mitha-Wurja Gelar Rapat dengan Jajaran Pemkab Brebes
    Tim Redaksi

    BREBES, KOMPAS.com
    – Sehari usai ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai Bupati dan Wakil Bupati terpilih, pasangan Paramitha Widya Kusuma-Wurja langsung menggelar pertemuan dengan jajaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab)
    Brebes
    , Jawa Tengah, Jumat (10/1/2025).
    Pertemuan di Kantor Pemerintahan Terpadu Pemkab Brebes dihadiri Penjabat Bupati Brebes, Djoko Gunawan, dan para Aparatur Sipil Negara Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
    Pertemuan
    Mitha-Wurja
    bersama tim transisi dan jajaran Pemkab tersebut untuk membahas sejumlah program unggulan Mitha-Wurja 100 hari pertama kerja. 
    Pj Bupati Brebes, Djoko Gunawan menyebut pentingnya sinkronisasi Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan visi dan misi pasangan Mitha-Wurja.
    Dalam rapat koordinasi itu, Djoko meminta agar draf RPJMD yang ada disesuaikan dengan janji kampanye dan program kerja Mitha-Wurja agar tercipta keselarasan program.
    “Harapannya, apa yang telah disampaikan oleh pasangan Mitha-Wurja pada saat kampanye lalu dapat diwujudkan dan dikolaborasikan dalam RPJMD,” kata Djoko usai pertemuan di lantai 5 gedung KPT Pemkab. Brebes, Jumat.
    Ketua tim pemenangan Mitha-Wurja, Heri Fitriansyah, yang juga masuk tim transisi pemerintahan, menyebut fokus utama 100 hari kerja pertama pasangan Mitha-Wurja akan menjadi sorotan publik.
    Untuk itu, diperlukan penyesuaian program dengan APBD 2025 yang telah ditetapkan.
    “Harus ada penyesuaian karena APBD 2025 sudah ditetapkan. Beberapa poin di dalamnya bisa menjadi program 100 hari kerja. Selanjutnya, akan dilakukan inventarisasi dan penentuan prioritas program yang langsung menyentuh masyarakat,” kata Heri.
    Menurut Heri, ada empat poin prioritas yang akan dipertimbangkan, berdasarkan visi-misi dan hasil survei tim transisi.
    Keempatnya yakni perbaikan infrastruktur jalan, program nakes (tenaga kesehatan) door to door, penyempurnaan administrasi kependudukan, dan pencapaian target pendapatan daerah sebagaimana tertuang dalam APBD 2025.
    Berdasarkan Milestone Program 100 Hari Kerja, program Pembangunan Jalan Beres dimulai Maret 2025. Kemudian Program Sembako (Wardoyo) di Maret pekan pertama.
    Selanjutnya Insentif Guru Ngaji dan Nakes door to door (penjemputan pasien gratis RSUD Ketanggungan) mulai minggu kedua Februari 2025.
    Kemudian, Perbaikan Layanan Dasar dimulai pekan ketiga Februari 2025 yang meliputi Kepengurusan Adminduk 1 Hari Jadi dan Perubahan Status KK (Updating) 200-400 KK/Desa/tahun.
    Selanjutnya, apel siaga Nakes door to door pada pekan kedua Februari 2025, dan penyerahan Insentif Ketua RT/RW dan Kartu BPJS Ketenagakerjaan.
    “Tim transisi dan tim Pemerintah Daerah (Pemda) Brebes akan berkoordinasi untuk memastikan sinkronisasi program dan penyesuaian yang diperlukan,” pungkasnya.
    Dalam Pilkada 2024, asangan Mitha-Wurja bertanding melawan kotak kosong karena tak ada calon lain yang mendaftar. 
    Mitha-Wurja diusung oleh 11 partai politik, di mana sembilan di antaranya memiliki total 50 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Brebes.
    Partai-partai tersebut meliputi PDI-P, PKB, Gerindra, Nasdem, Golkar, PPP, PKS, PAN, dan Partai Demokrat.
    Selain itu, terdapat dua partai nonparlemen yang juga mendukung, yaitu Perindo dan Partai Buruh.
    Dalam surat suara,
    Paramitha-Wurja
    menempati posisi sebelah kiri, sedangkan nomor urut 02 berada di sebelah kanan dengan kotak kosong atau kolom kosong tanpa gambar.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Nyawa Nelayan Pesisir Tangerang Terancam Sejak Kemunculan Pagar Laut Misterius – Halaman all

    Nyawa Nelayan Pesisir Tangerang Terancam Sejak Kemunculan Pagar Laut Misterius – Halaman all

    Laporan Reporter Tribun Tangerang, Nurmahadi

    ​TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG – Nelayan di sekitar perairan Tangerang, Banten mulai merasakan dampak adanya pemasangan pagar laut misterius sepanjang 30,16 kilometer. Mereka mulai kesusahan mendapatkan ikan.

    Trisno (45) salah satu nelayan mengatakan dengan adanya pagar laut misterius itu, ia harus memutar jauh untuk bisa mencari ikan. Tak hanya itu, adanya pagar laut misterius tersebut, dirinya bersama nelayan lain di Kampung Bahari Karang Serang, Tangerang, Banten pun saat ini sudah tidak mendapat ikan kecil. Mereka harus bertaruh nyawa untuk mendapatkan ikan karena harus ke tengah laut.

    “Jadi saat angin kencang kita takut ke tengah laut karena ombak besar, jadi kita nyarinya ke pinggiran dulu. Tapi sekarang enggak bisa karena ada pagar itu. Lewatnya saja susah, jadi kita untuk menebar jaring nggak bisa,” ujar Trisno, Jumat(10/1/2025).

    “Di pinggir itu kita bisa dapat udang, kerang, dan rajungan (kepiting). Nah di pinggiran itu banyak, kalau kita menebar jaring di sana kan nyangkut sama bambu itu,” tambahnya.

    Selain kesulitan untuk sampai ke tengah laut, Trisno juga mengaku harus menyiapkan bahan bakar lebih, agar dapat melewati pagar tersebut.
    “Pemasukan turun lah, turun jauh. Isi solar juga sekarang harus lebih, contohnya jika biasa isi 5 liter, sekarang harus lebih 2 liter, jadi 7 liter sekali berangkat,” paparnya.

    Warga asal Brebes, Jawa Tengah itu pun berharap, pagar bambu itu bisa dicabut, agar bisa mencari ikan sebagai mata pencahariannya. Sebab, di lokasi pagar tersebut banyak sekali ikan yang bisa diraihnya untuk sumber pemasukannya.

    “Kita enggak tahu pemerintah mau bikin apa itu (pagar laut). Harapannya nggak ada kayak gituan lagi (pagar laut), biar kita cari makannya seperti biasa lagi. Tapi kalau pemerintah mau bikin apa, ya bagaimana terserah saja. Orang kecil seperti kita enggak bisa apa-apa,” ujar Trisno.

    Viral pagar laut misterius sepanjang 30,16 kilometer di laut Tangerang memicu perhatian luas masyarakat. Pagar laut ini membentang di enam kecamatan di pesisir Kabupaten Tangerang. Pagar laut menggunakan material bambu cerucuk yang ditancapkan ke laut dengan ketinggian rata-rata 6 meter.

    Meski sudah ada sejak lama, namun belum ada yang mengakui siapa pemilik pagar laut tersebut. Beredar rumor pagar itu sengaja dipasang untuk memudahkan suatu proyek tertentu seperti reklamasi laut yang kini belum diketahui kejelasannya.

    Namun kini terungkap fakta bahwa pagar itu ternyata dipasang masyarakat. Mereka mendapat imbalan dari pihak tertentu untuk memasang pagar.

    Hingga kini belum ada pihak yang menyatakan sebagai pemilik pagar tersebut serta apa tujuan pem​asangan pagar. Para pekerja yang memasang pagar juga tidak mengetahui motif orang yang menyuruh mereka bekerja.

  • Nelayan Mengaku Kesusahan Cari Ikan Setelah Ada Pagar Laut Pesisir Tangerang: Kita Takut – Halaman all

    Nelayan Mengaku Kesusahan Cari Ikan Setelah Ada Pagar Laut Pesisir Tangerang: Kita Takut – Halaman all

    TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG- Trisno (45), nelayan di Pulau Cangkir, Kronjo, Kabupaten Tangerang, Banten mengaku sempat menyaksikan pemasangan pagar laut sepanjang 30,16 kilometer, di Pesisir Kabupaten Tangerang.

    Trisno menuturkan, pemasangan pagar laut yang terbuat dari bambu itu, biasanya dikerjakan pada pagi hingga siang hari.

    “Enggak sih, kerjanya sih enggak malem. Pemasangannya itu Iya pagi sampai siang, sore udah nggak ada,” kata dia kepada wartawan, Kamis (9/1/2025).

    Trisno mengatakan, pemasangan pagar bambu itu, dilakukan oleh sejumlah orang yang berasal dari Desa Tanjung Kait, Kabupaten Tangerang.

    Pengerjaannya kata dia, dilakukan dengan menggunakan kapal berukuran kecil yang diisi beberapa orang.

    “Seperti kapal kecil, untuk pemasangan bambunya pakai manual, orang-orang di kapal yang nancapin,” ucap Trisno.

    Dia mengaku, saat orang-orang tersebut tengah memasang pagar bambu tersebut, tak melihat adanya kapal polisi.

    “Yang masang sih enggak tahu. Tapi, kalau lihat kapalnya itu dari Tanjung Kait. Patroli laut polisi juga enggak kelihatan saat pemasangan itu. Kita pun takut kalau kena pagar itu, nanti kita diminta ganti, makanya kita selalu hati-hati banget lewat di sana,” ujar dia.

    Dengan adanya pagar laut itu, Trisno mengatakan harus memutar jauh untuk bisa mencari ikan.

    Tak hanya itu, adanya pagar tersebut, dirinya bersama nelayan lain di Kampung Bahari Karang Serang pun saat ini sudah tidak mendapat ikan kecil.

    “Jadi saat angin kencang kita takut ke tengah laut karena ombak besar, jadi kita nyarinya ke pinggiran dulu. Tapi sekarang enggak bisa karena ada pagar itu. Lewatnya saja susah, jadi kita untuk menebar jaring enggak bisa,” ujar Trisno.

    “Di pinggir itu kita bisa dapat udang, kerang, dan rajungan (kepiting). Nah di pinggiran itu banyak, kalau kita nebar jaring di sana kan nyangkut sama bambu itu,” tambahnya. 

    Selain kesulitan untuk sampai ke tengah laut, Trisno juga mengaku harus menyiapkan bahan bakar lebih, agar dapat melewati pagar tersebut.

    “Pemasukan turun lah, turun jauh. Isi solar juga sekarang harus lebih, contohnya jika biasa isi 5 liter, sekarang harus lebihin 2 liter, jadi 7 liter sekali berangkat,” paparnya.

    Warga asal Brebes, Jawa Tengah itu pun berharap, pagar bambu itu bisa dicabut, agar bisa mencari ikan sebagai mata pencahariannya.
    Sebab, di lokasi pagar tersebut banyak sekali ikan yang bisa diraihnya untuk sumber pemasukannya.

    “Kita enggak tahu pemerintah mau bikin apa itu (pagar laut). Harapannya enggak ada kayak gituan lagi (pagar laut), biar kita cari makannya seperti biasa lagi. Tapi kalau pemerintah mau bikin apa, ya bagaimana terserah saja. Orang kecil seperti kita enggak bisa apa-apa,” ujar Trisno. 

    Dapat upah Rp100 ribu

    Seorang nelayan lainnya, Heru membeberkan komisi yang didapat para pekerja yang memasang pagar misterius, sepanjang 30,16 kilometer.

    Informasi itu, didapat Heru dari salah satu pekerja yang memasang pagar bambu, di Pulau Cangkir.

    Heru menuturkan, berdasarkan informasi yang dia dapat, satu orang pekerja, diberi upah sebesar Rp 100 ribu hingga Rp 125 ribu perharinya.

    “Kalau di atas Rp 100 ribu, kalau engga Rp 125 ribu perhari,” kata dia kepada wartawan, Jumat (10/1/2025).

    Adapun pagar yang dipasang di Pulau Cangkir kata Heru, telah memakan waktu selama 3 bulan.
    Sehingga, jika dikalkulasikan para pekerja telah mendapatkan upah hingga Rp 9 juta.

    “Pengerjaannya itu seselesainya,  itu dari Tanjung Burung ke sini kurang lebih 5-6 bulanan. Kalau disini sekitar 3 bulanan,” tutur Heru.

    Heru mengaku, para pekerja yang memasang pagar bambu itu, berasal dari Desa Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang. Sejumlah pekerja lain kata dia, juga ada yang berasal dari Desa Kohod.

    “Tukangnya dari Mauk, (Desa) Ketapang. Mungkin ada orang desa Kohod. Jadi setiap wilayah itu diambil tenaga di wilayahnya masing-masing, cuman orang Kronjonya engga ada yang mau. Yang kerja itu orang terdekat, orang Ketapang. Aturannya yang punya wilayahnya,” ungkap Heru.

     

     

  • Daftar Wilayah di Jateng yang Berpotensi Alami cuaca Ekstrem Akhir Pekan Ini, Cek Daerahmu

    Daftar Wilayah di Jateng yang Berpotensi Alami cuaca Ekstrem Akhir Pekan Ini, Cek Daerahmu

    TRIBUNJATENG.COM –  Berikut daftar wilayah di Jateng yang berpotensi alami cuaca ekstrem.

    Cuaca ekstrem tersebut diprediksi berpotensi terjadi di sejumlah daerah mulai Jumat (10/1/2025) hingga Minggu (12/1/2025). 

    Kepala Stasiun Meteorologi Ahmad Yani, Yoga Sambodo mengatakan, cuaca ekstrem disebabkan adanya bibit siklon 97S terpantau di Samudera Hindia selatan Banten.

     “(Bibit siklon 97S) menyebabkan pola belokan angin dan pertemuan angin (konvergensi) di wilayah Jawa Tengah,” kata Yoga kepada awak media, Jumat (10/1/2025).

    Aktifnya Gelombang Atmosfer Rossby Ekuatorial di Jawa bagian tengah, berkontribusi pada aktifitas pembentukan awan konvektif di wilayah Jawa Tengah.

    “Kelembapan udara di berbagai ketinggian cenderung basah sehingga berpotensi meningkatkan pembentukan awan hujan yang menjulang hingga ke lapisan atas,” ujar dia.

    Kondisi tersebut dapat menyebabkan peningkatan potensi cuaca ekstrem berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang bisa disertai petir atau kilat dan angin kencang. 

    “Kondisi labilitas udara yang cenderung labil di wilayah Jawa Tengah juga mempengaruhi,” ungkap Yoga.

    Untuk itu, dia mengimbau kepada masyarakat yang tinggal dan beraktifitas di wilayah rawan bencana untuk terus waspada dan siaga.

    “Terutama saat terjadi hujan lebat untuk mengantisipasi dampak yang dapat terjadi seperti banjir, tanah longsor, angin kencang, sambaran petir, dan pohon tumbang,” ucap dia.

    Berikut sejumlah wilayah yang berpotensi terjadi cuaca ekstrem:

    Jumat, 10 Januari 2025 

    Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Kebumen, Purworejo, Wonosobo, Boyolali, Klaten, Karanganyar, Sukoharjo, Surakarta, Temanggung, Salatiga, Kab. Semarang, Brebes dan sekitarnya.

    Sabtu, 11 Januari 2025

    Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Purworejo, Wonosobo, Kab./Kota Magelang, Wonogiri, Sragen, Grobogan, Kudus, Demak, Pati, Blora, Rembang, Kab./Kota Semarang, Temanggung, Salatiga, Kendal, Batang, Kota/Kab. Pekalongan, Pemalang, Kab. Tegal, Brebes, dan sekitarnya.

    Minggu, 12 Januari 2025

    Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Purworejo, Wonosobo, Kab./Kota Magelang, Boyolali, Klaten, Wonogiri, Karanganyar, Sukoharjo, Surakarta, Sragen, Grobogan, Kudus, Jepara, Demak, Pati, Blora, Rembang, Temanggung, Salatiga, Kab./Kota Semarang, Kendal, Batang, Kab. Pekalongan, Pemalang, Kab. Tegal, Brebes dan sekitarnya. (Kompas.com)

  • Untuk Cicilan Mobil dan Karaoke, Ini Pengakuan Jumarso Mantan Kades di Brebes yang Korupsi Dana Desa

    Untuk Cicilan Mobil dan Karaoke, Ini Pengakuan Jumarso Mantan Kades di Brebes yang Korupsi Dana Desa

    TRIBUNJATENG.COM – Demi memenuhi gaya hidupnya,  Jumarso (41), mantan Kepala Desa Kedungbokor, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, diduga korupsi dana desa.

    Jumlah dana yang dikorupsi mencapai Rp 387 juta.

    Kasus ini terungkap setelah ada laporan dari warga.

    Jumarso dalam pengakuannya di depan polisi, Jumarso mengatakan, uang itu ia gunakan untuk cicilan mobil dan hiburan karaoke.

    “Kami tidak akan mentolerir perbuatan seperti ini. Semoga kasus ini menjadi pelajaran penting agar pengelolaan keuangan desa lebih transparan dan akuntabel,” ujar Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Polres Brebes, AKP Resandro Handriajati dalam konferensi pers, Kamis (9/1/2025).

    Berawal laporan warga

    Kasus Jumarso itu terungkap usai warga melaporkan kecurigaan atas pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Tahun Anggaran 2022.

    Setelah diselidiki dan dilakukan audit, Jumarso diduga menyelewengkan dana tersebut untuk kepentingan pribadi.  

    Selain itu, polisi juga menemukan bahwa pajak Dana Desa senilai Rp 49,8 juta tidak disetorkan.

    Lalu realisasi kegiatan Dana Desa sebesar Rp 108,4 juta tidak sesuai APBDes.

    Proyek pembangunan jalan usaha tani senilai Rp 166 juta tidak selesai. 

    Anggaran pemeliharaan sarana perkantoran sebesar Rp 20,6 juta tidak terealisasi.

    Akibat tindak pidana korupsi ini, total kerugian negara mencapai Rp 407 juta.

    Namun, setelah pengembalian dana sebesar Rp 20 juta oleh Aliansi Masyarakat Desa Kedungbokor, sisa kerugian mencapai Rp 387 juta.

    Kasus ini menjadi pengingat bagi para pemangku kepentingan desa untuk mengelola keuangan dengan lebih bertanggung jawab dan menjunjung tinggi kepercayaan masyarakat.  

    Pengawasan kolektif dan penerapan prinsip transparansi serta akuntabilitas sangat dibutuhkan dalam mengelola Dana Desa. (Kompas.com)

  • Anggota DPR Didik Melon Tiba di Brebes, Cerita Suka Duka Pejalanan Jakarta-Boyolali Tunaikan Nazar

    Anggota DPR Didik Melon Tiba di Brebes, Cerita Suka Duka Pejalanan Jakarta-Boyolali Tunaikan Nazar

    TRIBUNJATENG.COM, BREBES – Perjalanan anggota Komisi XI DPR dari Fraksi PDI Perjuangan asal Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Tengah V, Didik Haryadi, jalan kaki menuju Boyolali sudah sampai hari kesembilan.

    Pada Kamis (9/1/2025) sore, Didik telah sampai di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah, tepatnya di persimpangan Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes.

    Seperti diketahui, perjalanannya dimulai dari halaman kantor DPR RI kawasan Senayan, Jakarta Pusat  pada Rabu (1/1/2025).

    Hal itu dilakukan untuk menunaikan nazar pribadinya bahwa ia akan melakukan jalan kaki mulai dari Jakarta ke kampung halamannya di Boyolali apabila terpilih jadi anggota DPR RI.

    ”Ini merupakan janji pribadi saya kepada Allah SWT juga dalam rangka HUT ke-52 PDI Perjuangan pada 10 Januari 2025. Setiap orang harus memenuhi janji,” kata Didik kepada media saat beristirahat.

    “Menjadi anggota DPR adalah jembatan emas untuk mengabdi selama 4 tahun ke depan untuk komitmen kepada konstituen Dapil Jateng V, meski penuh pengorbanan,” tambah Didik.

    Didik Haryadi, akrab disapa Didik Melon ini, menyatakan rasa syukurnya bisa sampai di posisi saat ini.

    Apalagi, katanya, dia lahir di tengah keluarga serba keterbatasan.

    Dia mengatakan, perjuangannya tidak mudah.

    Dia cerita, mulai mencari uang sebagai buruh di Batam hingga Cikarang.

    Ia selanjutnya merintis usaha yang juga tak mudah karena sempat gulung tikar.

    “Pengalaman tersebut menginspirasi saya untuk terus berusaha sampai akhirnya bisa memulai dengan membuat usaha tralis besi hingga meluas ke berbagai sektor seperti energi, infrastruktur, otomotif, dan jasa,” katanya.

    ”Semua ini saya peroleh dengan serba kerja keikhlasan. Saya ingin menunaikan nazar sebelum reses berakhir,” kata Didik melanjutkan.

     Memulai perjalanan panjang menuju kampung halamannya ini sudah dilakukan sejak 3 bulan lalu.

    Ia juga merencanakan dengan detail sampai ke titik-titik tempat istirahat.

    “Pelaksanaan teknis yang dikawal tim kesehatan pribadi, juga mencatat titik pos di setiap rute yang terdapat di Senayan, Tambun, Novotel Karawang Barat, Jembatan belakang SMP 2 Pabuaran, Salam Darma Weir, Pasar Trisi, Jatibarang, Palimanan, Cirebon, dan Losari,” jelasnya.

    Berbekal mental dan keyakinan, pemilik akun TikTok @didikharyadi.official ini meneguhkan bahwa niatannya jalan kaki akan sampai ke kota kelahirannya di Boyolali. (Kompas.com)

  • Mantan Kades di Brebes Korupsi Dana Desa Rp387 Juta untuk Bayar Cicilan Mobil dan Karaoke

    Mantan Kades di Brebes Korupsi Dana Desa Rp387 Juta untuk Bayar Cicilan Mobil dan Karaoke

    TRIBUNJATENG.COM, BREBES – Mantan Kepala Desa Kedungbokor, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jumarso (41), diduga korupsi dana desa Rp 387 juta. 

    Jumarso di hadapan polisi mengaku uang itu untuk cicilan mobil dan hiburan karaoke. 

    “Kami tidak akan mentolerir perbuatan seperti ini.

    Semoga kasus ini menjadi pelajaran penting agar pengelolaan keuangan desa lebih transparan dan akuntabel,” ujar Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Polres Brebes, AKP Resandro Handriajati dalam konferensi pers, Kamis (9/1/2025).

    Kasat Reskrim Polres Brebes, AKP Resandro Handriajati menunjukan salah satu bukti kasus dugaan tindak pidana korupsi pengelolaan Dana Desa (DD) dan Alokasi ADD TA 2022 dengan tersangka Jumarso (41), mantan Kepala Desa Kedungbokor, Kecamatan Larangan saat konferensi pers di Mapolres setempat, Kamis (9/1/2025). (Dok. Humas Polres Brebes)

    Berawal laporan warga Kasus Jumarso itu terungkap usai warga melaporkan kecurigaan atas pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Tahun Anggaran 2022.  

    Setelah diselidiki dan dilakukan audit, Jumarso diduga menyelewengkan dana tersebut untuk kepentingan pribadi.  

    Selain itu, polisi juga menemukan bahwa pajak Dana Desa senilai Rp 49,8 juta tidak disetorkan.

    Lalu realisasi kegiatan Dana Desa sebesar Rp 108,4 juta tidak sesuai APBDes.

    Proyek pembangunan jalan usaha tani senilai Rp 166 juta tidak selesai.

    Anggaran pemeliharaan sarana perkantoran sebesar Rp 20,6 juta tidak terealisasi.

    Akibat tindak pidana korupsi ini, total kerugian negara mencapai Rp 407 juta.

    Namun, setelah pengembalian dana sebesar Rp 20 juta oleh Aliansi Masyarakat Desa Kedungbokor, sisa kerugian mencapai Rp 387 juta.

    Kasus ini menjadi pengingat bagi para pemangku kepentingan desa untuk mengelola keuangan dengan lebih bertanggung jawab dan menjunjung tinggi kepercayaan masyarakat.  

    Pengawasan kolektif dan penerapan prinsip transparansi serta akuntabilitas sangat dibutuhkan dalam mengelola Dana Desa. (*)

  • Tidak Dilakukan di Malam Hari, Terungkap Waktu Pasang Pagar Misterius Tangerang, Nasib Nelayan Pilu

    Tidak Dilakukan di Malam Hari, Terungkap Waktu Pasang Pagar Misterius Tangerang, Nasib Nelayan Pilu

    TRIBUNJATENG.COM – Pagar laut misterius di pesisir Kabupaten Tangerang ternyata tidak dipasang di malam hari.

    Pagar tersebut menggunakan bambu sepanjang 30,16 kilometer.

    Sejumlah orang yang berasal dari Desa Tanjung Kait, Kabupaten Tangerang diduga sebagai pemasang pagar bambu tersebut.

    Mereka menggunakan kapal berukuran kecil yang diisi beberapa orang.

    Selain itu, warga diberi upah Rp 100 ribu per hari untuk memasang pagar laut misterius.

    Informasi mengenai cara pemasangan pagar bambu itu diungkapkan seorang nelayan bernama, Trisno (45).

    Ia mengaku sempat menyaksikan pemasangan pagar laut sepanjang 30,16 kilometer, di Pesisir Kabupaten Tangerang.

    Trisno menuturkan, pemasangan pagar laut yang terbuat dari bambu itu, biasanya dikerjakan pada pagi hingga siang hari.

    “Enggak sih, kerjanya sih enggak malem. Pemasangannya itu Iya pagi sampai siang, sore udah nggak ada,” kata Trisno pada Kamis (9/1/2025).

    Trisno mengungkapkan beberapa orang memakai kapal berukuran kecil memasang pagar bambu itu.

    Sejumlah orang itu berasal dari Desa Tanjung Kait, Kabupaten Tangerang.

    “Seperti kapal kecil, untuk pemasangan bambunya pakai manual, orang-orang di kapal yang nancapin,” ucap Trisno.

    Trisno tidak melihat kapal polisi saat orang-orang tengah memasang pagar bambu tersebut.

    “Yang masang sih enggak tahu. Tapi, kalau lihat kapalnya itu dari Tanjung Kait. Patroli laut polisi juga enggak kelihatan saat pemasangan itu. Kita pun takut kalau kena pagar itu, nanti kita diminta ganti, makanya kita selalu hati-hati banget lewat di sana,” ujar dia.

    Dengan adanya pagar laut itu, Trisno mengatakan harus memutar jauh untuk bisa mencari ikan.

    Tak hanya itu, adanya pagar tersebut juga membuat dirinya bersama nelayan lain di Kampung Bahari Karang Serang pun saat ini sudah tidak mendapat ikan kecil.

    “Jadi saat angin kencang kita takut ke tengah laut karena ombak besar, jadi kita nyarinya ke pinggiran dulu. Tapi sekarang enggak bisa karena ada pagar itu. Lewatnya saja susah, jadi kita untuk menebar jaring enggak bisa,” ujar Trisno.

    “Di pinggir itu kita bisa dapat udang, kerang, dan rajungan (kepiting). Nah di pinggiran itu banyak, kalau kita nebar jaring di sana kan nyangkut sama bambu itu,” tambahnya. 

    Selain kesulitan untuk sampai ke tengah laut, Trisno juga mengaku harus menyiapkan bahan bakar lebih, agar dapat melewati pagar tersebut.

    “Pemasukan turun lah, turun jauh. Isi solar juga sekarang harus lebih, contohnya jika biasa isi 5 liter, sekarang harus lebihin 2 liter, jadi 7 liter sekali berangkat,” paparnya.

    Pria asal Brebes, Jawa Tengah itu pun berharap, pagar bambu itu bisa dicabut, agar bisa mencari ikan sebagai mata pencahariannya.

    Sebab, di lokasi pagar tersebut banyak sekali ikan yang bisa diraihnya untuk sumber pemasukannya.

    “Kita enggak tahu pemerintah mau bikin apa itu (pagar laut). Harapannya enggak ada kayak gituan lagi (pagar laut), biar kita cari makannya seperti biasa lagi. Tapi kalau pemerintah mau bikin apa, ya bagaimana terserah saja. Orang kecil seperti kita enggak bisa apa-apa,” ujar Trisno. 

    Sedangkan, warga Pakuhaji, AN mengatakan bambu yang digunakan berasal dari sebuah proyek di sebelah timur Kampung Kohod, dan dibawa ke lokasi dengan cara diapungkan di atas air. 

    “Dari sana (menunjuk ke lokasi proyek) katanya sih nanti bakal diuruk buat reklamasi,” kata AN. 

    Pekerja menancapkan bambu untuk pagar tersebut pada siang hari, dan proses pemasangannya berlangsung selama beberapa hari kerja.

    Para pekerja menancapkan bambu dengan berjalan kaki ke tengah laut karena kedalaman air hanya sepinggang orang dewasa.

    Upah Rp 100 Ribu

    Sedangkan, Kepala Perwakilan Ombudsman RI Wilayah Banten, Fadli Afriadi mengungkapkan pagar bambu tersebut didirikan oleh warga pada malam hari dengan upah harian sebesar Rp 100.000 sejak Juli 2024. 

    Meski demikian, identitas pihak yang memerintahkan pemasangan pagar ini belum terungkap.

    “Siapa yang melakukan (pemasangan pagar) belum teridentifikasi,” kata Fadli kepada Kompas.com. 

    Ia juga menambahkan, pagar tersebut memiliki pintu setiap 400 meter yang memungkinkan perahu masuk, tetapi di dalamnya terdapat lapisan pagar lain. 

    “Pagar tersebut berbentuk seperti labirin,” jelasnya. 

    Ombudsman RI mengatakan pagar bambu ilegal dan merugikan masyarakat, khususnya bagi nelayan. 

    “Pagar ini harus segera dicabut karena merugikan masyarakat,” kata anggota Ombudsman RI, Yeka Hendra Fatika dalam keterangannya, Kamis (9/1/2025).

    Yeka menyebut, para nelayan di Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang mengalami kerugian hingga Rp 8 miliar akibat pagar bambu itu. 

    Dia menjelaskan, pagar tersebut menghalangi akses nelayan. 

    Yeka Hendra Fatika menegaskan pagar bambu itu tidak termasu kawasan Proyek Strategis Nasional (PSN).

    “Ini bukan kawasan PSN (Proyek Strategis Nasional), tetapi ada pemasangan pagar bambu yang membatasi ruang gerak nelayan,” kata dia. 

    Selain itu, Ombudsman juga menemukan aktivitas lain seperti penimbunan tambak dan aliran sungai tanpa izin. 

    Yeka Hendra Fatika mengatakan aktivitas lain di kawasan pagar bambu bisa merusak ekosistem.

    Aktivitas lain itu seperti penimbunan tambak dan aliran sungai tanpa izin. 

    Aktivitas tersebut disebut dapat merusak ekosistem serta alur air di perairan yang terletak di Desa Muncung, Kronjo, Kabupaten Tangerang itu. 

    Yeka menyebut, aktivitas ini juga berpotensi meningkatkan risiko banjir dan menurunkan produktivitas tambak warga. (TribunTangerang/Kompas.com)

  • Politikus PDIP Tunaikan Nazar Jalan Kaki Jakarta-Boyolali di Momen HUT Partainya yang ke-52 – Halaman all

    Politikus PDIP Tunaikan Nazar Jalan Kaki Jakarta-Boyolali di Momen HUT Partainya yang ke-52 – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Anggota Komisi XI DPR dari Fraksi PDI Perjuangan asal Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Tengah V, Didik Haryadi melakukan jalan kaki dimulai dari halaman kantor DPR RI kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (1/1/2025).

    Hal itu dilakukan untuk menunaikan nazar pribadinya, dimana dirinya pernah bernazar bahwa akan melakukan jalan kaki mulai dari Jakarta ke kampung halamannya di Boyolali apabila terpilih menjadi anggota DPR RI.

    Jalan kaki sepanjang 540 kilo meter yang akan diakhiri di kantor DPC PDIP Boyolali, ini merupakan niatan janji yang mesti dilaksanakan sebagai rasa syukur kepada semua pihak, baik pribadi juga para konstituennya di Dapil Jawa Tengah V.

    ”Ini merupakan janji pribadi saya kepada Allah SWT juga dalam rangka HUT Partai PDI Perjuangan ke-52 pada 10 januari 2025. Setiap orang harus memenuhi janji. Menjadi anggota DPR adalah jembatan emas untuk mengabdi selama 4 tahun kedepan untuk komitmen kepada konstituen Dapil Jateng V, meski penuh pengorbanan,” ujar Didik Haryadi dalam pesannya ketika sedang ditemui awak media saat beristirahat di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah tepatnya di persimpangan kecamatan Losari Brebes, Kamis (9/1/2025) sore.

    Didik Haryadi akrab disapa Didik Melon ini menyebut, bahwa sebagai manusia biasa yang lahir di tengah keluarga serba keterbatasan dirinya mengaku selalu merasa bersyukur atas apa yang saat ini sudah ia dapatkan.

    ”Karena saya berasal dari keluarga sederhana yang semuanya merintis dari nol atau bawah, semua ini saya peroleh dengan serba kerja keikhlasan. Masa kerja DPR terbagi dalam lima kali masa sidang, dan saya telah menjalankan reses di dapil selama 25 hari. Saya ingin menunaikan nazar sebelum reses berakhir,” tutur pria kelahiran 12 November 1976 ini.

    “Rasa syukur Alhamdulillah, banyak cerita dan tantangan yang saya hadapi selama ini, dimulai sebagai buruh di Batam hingga Cikarang sampai merintis usaha hingga sampai gulung tikar. Pengalaman tersebut menginspirasi saya untuk terus berusaha sampai akhirnya bisa memulai dengan membuat usaha Tralis besi hingga meluas ke berbagai sektor seperti energi, infrastruktur, otomotif dan jasa,” paparnya.

    Didik melon menceritakan terkait persiapan dalam melaksanakan perjalanan kaki tersebut, dimulai dari penguatan stamina juga kesehatan sampai penentuan rute dan post tempat dimana ia akan beristirahat di setiap estafetnya.

    “Persiapan mulai dari latihan stamina semenjak tiga bulan lalu, hingga pelaksanaan teknis yang dikawal tim kesehatan pribadi, juga mencatat titik post di setiap rute yang terdapat di Senayan, Tambun, Novotel Karawang Barat, Jembatan belakang SMP 2 Pabuaran, Salam Darma Weir, Pasar Trisi, Jatibarang, Palimanan, Cirebon dan Losari,” ujarnya.

    Berbekal mental dan keyakinan, ia meneguhkan bahwa niatannya jalan kaki akan sampai ke kota kelahiranya di Boyolali meski tantangan dan rintangan selama perjalanan harus dilalui dengan risiko yang menghampiri seperti lalu lintas jalanan, panas dan hujan.

    ”Sungguh pengalaman berharga dari nazar yang saya sedang lakukan ini, berbekal modal mental dan niatan tulus saya untuk sampai Boyolali, meski ada kendala cuaca seperti teriknya matahari juga turunnya hujan dan lalu lintas padat yang turut mewarnai di beberapa titik, ini sama sekali tidak menyurutkan justru menambah semangat,” ujar Didik Melon.

     

  • Sosok dan Karier Pelawak Qomar, Meninggal Dunia Lawan Kanker Usus, Sempat Sembuh tapi Kambuh

    Sosok dan Karier Pelawak Qomar, Meninggal Dunia Lawan Kanker Usus, Sempat Sembuh tapi Kambuh

    TRIBUNJATIM.COM – Kabar duka datang dari dunia hiburan Tanah Air hari ini, Rabu (8/1/2025).

    Komedian Qomar meninggal dunia sore ini saat menjalani perawatan insentif di rumah sakit.

    Menurut sang istri, Siti Mariyam, pelawak bernama lengkap Nurul Qomar ini menghembuskan napas kala melawan kanker usus.

    Sebelumnya, kanker ini sempat dinyatakan sembuh namun kembali kambuh pada 2023.

    Informasi berita menarik lainnya di Google News TribunJatim.com

    Menurut Siti Mariyam, Qomar yang dikenal sebagai personil lawak 4 Sekawan itu meninggal dunia, Rabu pukul 17.21 WIB.

    “Iya (meninggal) jam 17.21 WIB,” kata Siti Mariyam saat dihubungi wartawan, Rabu.

    “Mohon doanya,” lanjutnya.

    Qomar sedang menjalani perawatan di RSUD Tangerang sebelum dikabarkan meninggal dunia.

    Sebelumnya, Siti Mariyam mengungkap kabar bahwa kanker usus besar Abah Qomar kembali kambuh pada awal tahun 2023.

    “Kanker yang pernah beliau lawan dengan gagah berani beberapa waktu lalu, sejak akhir 2023 kembali hadir (relapse),” ucap Siti Mariyam dikutip Kompas.com.

    Abah Qomar menjalani perawatan intensif setelah melakukan kometarapi kedelapan.

    “Abah Qomar tetap gigih menjalani kemoterapi, sayangnya di perjalanan kemo kedelapan, kondisi Abah butuh perawatan yang lebih intensif sehingga harus dirawat inap,” kata Siti Mariyam.

    Siti Mariyam mengatakan, kambuhnya kembali sakit Abah Qomar menjadi pukulan berat untuk keluarga.

    Namun, keluarga melihat Abah Qomar punya semangat sembuh.

    Sehingga semua keluarga tetap tegar dan optimis mendampingi pemulihan kesehatan Abah Qomar.

    “Kami menyadari perjuangan melawan kanker adalah perjalanan panjang, ada kalanya menanjak, ada kalanya menurun,” ucap Siti Mariyam.

    “Kekambuhan ini adalah salah satu tanjakan yang harus kami lalui bersama, namun, kami percaya, di balik setiap ujian, ada hikmah yang menanti,” lanjutnya.

    Qomar sebelumnya memberitahu bahwa ia divonis mengidap penyakit kanker usus stadium 4C lewat unggahan di akun instagram pribadinya pada tahun 2021.

    Kanker tersebut terdeteksi usai Qomar memeriksakan kesehatannya kepada dokter ahli.

    Sejak saat itu, ia harus rutin menjalani kemoterapi karena penyakitnya tersebut.

    Sosok Nurul Qomar

    Nurul Qomar yang dilahirkan pada 11 Maret 1960 ini lebih dikenal dengan nama panggung Abah Qomar, Komar, atau Qomar.

    Sebelum aktif sebagai pelawak, Nurul Qomar diketahui pernah aktif di dunia pendidikan.

    Nurul Qomar pernah menjabat sebagai Kepala Sekolah TK/SD Widuri Indah pada 1983 selama 3 tahun.

    Selain itu, Nurul Qomar juga pernah mengajar mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi di SMA Muhammadiyah Cirebon selama setahun.

    Nurul Qomar pernah ditunjuk menjadi Duta Aksara Nasional berkat kegigihannya dalam memberantas buta huruf.

    Nama Nurul Qomar mulai dikenal luas setelah dirinya mendirikan grup lawak “Empat Sekawan” bersama Derry, Ginanjar, dan Eman.

    Setelah sukses sebagai pelawak, Nurul Qomar kemudian terjun ke dunia politik.

    Nurul Qomar terpilih sebagai anggota DPR RI periode 2004-2009 dan kemudian ditempatkan di Komisi X DPR RI 2004 dari Fraksi Partai Demokrat.

    Pada 2009, Nurul Qomar kembali terpilih kembali sebagai anggota DPR RI untuk lima tahun ke depan.

    Nurul Qomar juga pernah maju dalam Pemilihan Bupati Cirebon 2013.

    Sayangnya, Nurul Qomar yang saat itu berpasangan dengan H Subban kalah pada putaran pertama.

    Pada 2017, Nurul Qomar itetapkan sebagai Rektor Universitas Muhadi Setiabudi, Brebes.

    Akan tetapi, belum genap setahun menjabat, Nuul Qomar memutuskan mengundurkan diri dari jabatan Rektor UMUS Brebes.

    Nurul Qomar atau Komar saat berbicara usai pelantikan dirinya menjadi Rektor Universitas Muhadi Setiabudi pada Februari 2017 lalu. Kini, ia menyatakan mengundurkan diri dari kursi rekto r(Tribun Jateng/Mamdukh Adi Priyanto)

    Riwayat Karier

    Pendiri grup lawak Tomtam bersama H. Kimung, H. Anwar (ogut), dan H. Firman (1976-1990)
    Kepala Sekolah TK/SD Widuri Indah (1983-1986)
    Pengasuh Acara Kuliah Subuh “Obrolan Pagi Tentang Iman dan Islam (Optimis)” di Radio Suara Kejayaan (1989-1993)
    Pendiri grup lawak Empat Sekawan berrsama Derry, Ginanjar, dan Eman (1991-Sekarang)
    Guru Sosiologi dan Antropologi di SMA Muhammadiyah Cirebon (2000-2001)
    Duta Aksara Nasional (2006-Sekarang)
    Anggota Komisi X DPR-RI (2004-2014)
    Rektor Universitas Muhadi Setiabudi, Brebes (2017)

    Film

    Sajadah Ka’bah (2011)

    Acara Televisi

    Lika-Liku Laki-Laki
    Asmara Banyak Canda
    Penghuni Surga
    Para Pencari Tuhan (2007)
    Samson Dan Dahlia (2015)

    —– 

    Berita Jatim dan berita viral lainnya.