kab/kota: Bondowoso

  • Kades Bondowoso Tak Bisa Lagi Sembarangan Pecat Perangkat Desa

    Kades Bondowoso Tak Bisa Lagi Sembarangan Pecat Perangkat Desa

    Bondowoso (beritajatim.com) – Kepala desa di Kabupaten Bondowoso bakal menghadapi aturan lebih ketat dalam memberhentikan perangkat desanya. Langkah ini diambil menyusul beberapa kasus kontroversial terkait pemecatan perangkat desa oleh kepala desa terpilih setelah Pemilihan Kepala Desa (Pilkades).

    Sejumlah oknum kepala desa yang memenangkan Pilkades diketahui melakukan “pembersihan” terhadap perangkat desa yang diduga tidak memberikan dukungan kepadanya. Mereka yang diberhentikan kemudian digantikan oleh pendukung sang kades terpilih.

    Fenomena ini terjadi karena proses pengangkatan dan pemberhentian perangkat desa selama ini cukup mudah, hanya memerlukan rekomendasi dari camat.

    Namun, pada tahun 2025, muncul wacana bahwa pengangkatan dan pemberhentian perangkat desa di Bondowoso harus mendapatkan rekomendasi dari Bupati terlebih dahulu.

    “Itu agar tidak mudah dan seenaknya pemerintah desa memberhentikan perangkat,” kata Ketua DPRD Kabupaten Bondowoso, H. Ahmad Dhafir kepada beritajatim.com, ditulis Kamis (29/1/2025).

    Menurutnya, kebijakan ini akan dibahas dalam Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang pemerintahan desa tahun 2025. Regulasi ini juga sejalan dengan aturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

    “Di Raperda nanti juga direkomendasi Bupati. Itu sudah sesuai dengan undang-undang dan peraturan pemerintah. Sesuai regulasi,” tuturnya.

    Legislator PKB ini menilai bahwa dengan adanya syarat wajib rekomendasi dari Bupati, maka proses pengangkatan dan pemberhentian perangkat desa tidak lagi dapat dilakukan secara sewenang-wenang.

    “Targetnya, biar kepala desa tidak dengan seenaknya memberhentikan perangkat desa yang tidak mendukung. Karena pengalaman pasca Pilkades pasti terjadi seperti itu,” ujarnya.

    Dengan kebijakan ini, diharapkan perangkat desa di Bondowoso dapat bekerja secara profesional tanpa tekanan politik dari kepala desa terpilih setelah Pilkades. [awi/beq]

  • Pilkades Serentak 2025 di Bondowoso, DPRD Dorong Efisiensi Anggaran dengan Pemusatan TPS

    Pilkades Serentak 2025 di Bondowoso, DPRD Dorong Efisiensi Anggaran dengan Pemusatan TPS

    Bondowoso (beritajatim.com) – Kabupaten Bondowoso akan menggelar Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) serentak pada tahun 2025. Dalam rangka efisiensi anggaran, berbagai langkah tengah dipertimbangkan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bondowoso, salah satunya adalah pemusatan tempat pemungutan suara (TPS) hanya di kantor desa, sebagaimana yang diterapkan sebelum pandemi Covid-19.

    Ketua DPRD Kabupaten Bondowoso, H. Ahmad Dhafir, mengungkapkan wacana tersebut dalam keterangannya kepada beritajatim.com pada Rabu (29/1/2025).

    Diketahui, anggaran untuk pelaksanaan Pilkades serentak tahun ini mencapai Rp2,1 miliar. Sementara itu, Presiden Prabowo Subianto terus mendorong kebijakan efisiensi anggaran dalam berbagai aspek pemerintahan.

    “Bagaimana kemudian juga anggaran Pilkades dilakukan efisiensi,” kata H. Ahmad Dhafir saat ditemui di Wisma Ketua DPRD Bondowoso.

    Sebelumnya, pendirian banyak TPS dalam pemilihan kepala desa diterapkan saat pandemi Covid-19 guna mendukung kebijakan jaga jarak untuk mencegah penularan virus. Namun, di periode-periode sebelum pandemi, pemungutan suara hanya dilakukan di satu TPS di balai desa.

    “Periode-periode sebelumnya sebelum Covid, itu hanya 1 TPS di balai desa,” terang legislator PKB tersebut.

    Selain bertujuan untuk menghemat anggaran, pemusatan TPS ke kantor desa juga dianggap dapat mengurangi potensi gesekan sosial pasca-Pilkades. Ahmad Dhafir menilai bahwa distribusi suara yang terbuka di tingkat dusun kerap memicu ketegangan politik di masyarakat.

    “Biasanya tidak dibantu atau kalau ada bantuan-bantuan tidak diberi,” ucap wakil rakyat asal Desa Tegal Mijin, Kecamatan Grujugan.

    Jika hanya ada satu TPS di kantor desa, maka akan sulit bagi kepala desa terpilih untuk mengidentifikasi masyarakat dusun mana yang tidak mendukungnya. Hal ini dinilai dapat menciptakan kondisi sosial yang lebih aman dan kondusif.

    “Di saat 1 TPS tidak diketahui siapa yang memilih si A dan si B, maka itu menciptakan situasi aman, nyaman, tentram bagi masyarakat,” urainya.

    Menurut Dhafir, di Kabupaten Bondowoso banyak masyarakat yang mengeluhkan sikap kepala desa yang pilih kasih setelah terpilih.

    “Saat dia menjabat masih memusuhi orang-orang yang tidak mendukung. Mau minta tanda tangan kemudian tidak diurus. Bahkan ditinggal pergi dan sebagainya,” beber Dhafir.

    Ia menegaskan bahwa setelah terpilih, seorang kepala desa harus mengayomi seluruh masyarakat tanpa membeda-bedakan.

    “Bukan terbatas hanya pada pendukungnya saja. Tapi seluruh rakyatnya,” tegasnya. [awi/beq]

  • Satpol PP Bondowoso Tegur Tiga Minimarket Langgar Jam Operasional

    Satpol PP Bondowoso Tegur Tiga Minimarket Langgar Jam Operasional

    Bondowoso (beritajatim.com) – Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Bondowoso menegur tiga minimarket yang kedapatan melanggar aturan jam operasional pada Kamis (30/1/2025). Minimarket tersebut buka sebelum waktu yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah (Perda) Nomor 5 Tahun 2020 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Rakyat, Toko Swalayan, dan Pusat Perbelanjaan.

    Ketiga minimarket yang ditegur adalah Alfamart di Jalan Piere Tendean (depan RSUD), Indomaret di Jalan Letjen Panjaitan, dan Alfamart di Kecamatan Tegalampel. Mereka beroperasi sebelum pukul 08.00 WIB, sementara aturan yang berlaku mengizinkan operasional mulai pukul 08.00 hingga 22.00 WIB.

    “Kami sudah memberikan teguran agar mereka menaati aturan. Ini penting untuk memberikan peluang usaha kepada toko-toko kecil agar tetap bisa bersaing,” ujar Kepala Bidang Penegakan Perda (Gakda) Satpol PP dan Damkar Bondowoso, Ahmad Hambri kepada beritajatim.com, Kamis (30/1/2025).

    Giat monitoring dan evaluasi (monev) dilakukan sejak pukul 06.00 WIB di wilayah Kecamatan Kota dan Kecamatan Tegalampel. Tim yang terlibat dalam kegiatan ini terdiri dari enam anggota Satpol PP, termasuk Ahmad Hambri, Totok Soemarno, Vara Tedy S., Roman, Wahyu Rizki, dan Rahman Wahyudi.

    Hambri menegaskan, pihaknya akan terus melakukan pengawasan guna memastikan minimarket modern mematuhi regulasi daerah. Jika pelanggaran berulang, Satpol PP tidak segan mengambil langkah lebih tegas.

    “Kami berharap semua pengusaha minimarket patuh pada aturan. Jika masih ada yang membandel, tentu ada sanksi lebih lanjut sesuai dengan ketentuan yang berlaku,” tegasnya. [awi/beq]

  • Sudah Empat Kali Beraksi, Pria di Bondowoso Kepergok Curi Kotak Amal Masjid

    Sudah Empat Kali Beraksi, Pria di Bondowoso Kepergok Curi Kotak Amal Masjid

    Bondowoso (beritajatim.com) – Seorang pria berinisial AA (33), warga Desa Sumber Gading, Kecamatan Sumber Wringin, Kabupaten Bondowoso, ditangkap warga setelah diduga mencuri uang dari kotak amal Masjid Nurul Yakin, Desa/Kecamatan Tegalampel, Selasa (28/1/2025).

    Kasi Humas Polres Bondowoso, Iptu Bobby Dwi Siswanto, mengatakan, penangkapan terjadi sekitar pukul 13.30 WIB. Pelaku tertangkap tangan oleh warga yang mencurigai gerak-geriknya di dalam masjid.

    “Warga melihat pelaku melaksanakan salat zuhur berjamaah, tetapi tidak segera keluar dari masjid. Karena curiga, warga membuntutinya secara diam-diam,” kata Iptu Bobby kepada beritaJatim.com, Rabu (29/1/2025).

    Saat pelaku masuk ke masjid di Desa Trebungan, Kecamatan Taman Krocok, warga langsung mengamankannya dan melaporkan ke Polsek Tegalampel dan Polsek Tamankrocok.

    “Setelah mendapat laporan, petugas kepolisian segera datang ke lokasi dan melakukan interogasi awal,” ucapnya.

    Dari hasil pemeriksaan, pelaku mengaku telah melakukan pencurian uang dari kotak amal Masjid Nurul Yakin sebanyak empat kali.

    “Polisi juga mengamankan sejumlah barang bukti dari pelaku,” sebutnya.

    Barang bukti tersebut di antaranya satu unit sepeda motor Yamaha Mio merah tanpa nomor polisi, satu unit ponsel Vivo Y83, alat penyungkit berupa besi tajam, satu obeng bertangkai biru, uang tunai pecahan logam Rp 5 ribu, serta dua buah stang bertangkai merah.

    “Berdasarkan bukti-bukti yang ada, termasuk rekaman CCTV masjid, pelaku diamankan ke Mapolsek Tegalampel untuk proses penyelidikan lebih lanjut,” tutur Iptu Bobby.

    Saat ini, polisi masih melakukan pendalaman untuk mengetahui kemungkinan adanya aksi serupa yang dilakukan pelaku di lokasi lain.

    Selain mengamankan pelaku, petugas kepolisian juga telah melakukan serangkaian langkah, seperti mendatangi tempat kejadian perkara (TKP), mencatat identitas para saksi, serta mengamankan barang bukti yang berkaitan dengan tindak pidana.

    “Kami akan melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk mengungkap apakah ada keterlibatan pihak lain atau aksi pencurian di lokasi lain,” pungkas Iptu Bobby.  [awi/aje]

  • Pasca Banjir Bandang Maesan, Perhutani Bondowoso Tegaskan Nihil Indikasi Alih Fungsi Hutan

    Pasca Banjir Bandang Maesan, Perhutani Bondowoso Tegaskan Nihil Indikasi Alih Fungsi Hutan

    Bondowoso (beritajatim.com) – Banjir bandang di Dusun Peh, Desa Gunungsari, Kecamatan Maesan, Kabupaten Bondowoso pada Kamis (9/1/2025) lalu mencuri perhatian publik.

    Pj Gubernur Jawa Timur, Adhy Karyono menilai bahwa banjir bandang di lereng Argopuro ada indikasi alih fungsi hutan. Hutan yang seharusnya ditanami tanaman kekayuan akar tunjang, justru berubah jadi perkebunan.

    “Artinya sudah tidak ada lagi akar yang sanggup menahan sehingga mudah terjadi banjir dan longsor,” katanya saat mengunjungi lokasi banjir bandang, Jumat (10/1/2025) lalu.

    Pj Bupati Bondowoso, Muhammad Hadi Wawan Guntoro mengaku akan segera berkolaborasi dengan Perhutani untuk penataan hutan.

    “Harus dipetakan ulang. Di mana daerah-daerah yang hutannya sudah gundul,” terangnya.

    Sementara Administratur Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bondowoso Misbakhul Munir menegaskan hingga saat ini tidak ditemukan indikasi adanya alih fungsi hutan yang menjadi penyebab banjir bandang di Dusun Peh, Desa Gunungsari, Kecamatan Maesan, pada Kamis (9/1/2025) lalu.

    Menurut Munir, pengawasan terhadap kondisi hutan terus dilakukan secara berjenjang, mulai dari petugas di tingkat kecamatan hingga ke KPH.

    Selain itu, pemantauan juga dilakukan menggunakan potret udara dan pengecekan langsung di lapangan untuk memastikan kondisi tegakan pohon di kawasan tersebut.

    “Ilegal logging memang ada, tapi tidak masif. Kami juga melaporkan kondisi ini secara berjenjang ke pimpinan, termasuk ke Polsek. Begitu juga dengan aktivitas penambangan liar (illegal mining), tetap ada namun dalam skala tertentu,” ujar Munir kepada BeritaJatim.com.

    Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa banjir bandang yang terjadi lebih disebabkan oleh faktor cuaca ekstrem dengan curah hujan tinggi serta tersumbatnya gorong-gorong, yang menyebabkan air meluap.

    Terlebih, Perhutani Bondowoso juga rutin monitoring dan evaluasi (Monev) setiap semester untuk memastikan kondisi lahan tetap terjaga.

    Munir mengimbau masyarakat untuk bersama-sama menjaga kelestarian hutan, karena hutan yang terawat akan memberikan manfaat bagi semua.

    “Hutan kita jaga, maka hutan akan menjaga kita. Kalau hutan rusak, akibatnya saat hujan turun, tidak ada resapan yang baik, sehingga terjadi banjir,” imbau Munir.

    Ia menambahkan, jika lokasi hutan tidak boleh ditebang, maka jangan ditebang. Masyarakat juga diimbau agar memelihara sumber mata air.

    “Mari kita pelihara sumber mata air. Karena kalau tidak, maka akan menjadi air mata. Mau minum pun akan susah,” ajak Munir. (awi/ted)

  • Truk Puso Tertimpa  Pohon Tumbang Akibat Hujan Deras dan Angin Kencang di Bondowoso

    Truk Puso Tertimpa Pohon Tumbang Akibat Hujan Deras dan Angin Kencang di Bondowoso

    Bondowoso, (beritajatim.com) – Cuaca ekstrem berupa hujan deras disertai angin kencang melanda wilayah Bondowoso pada Rabu (29/1/2025) malam.

    Akibatnya, sebuah pohon tumbang menimpa satu unit truk puso di Dusun Krajan, Desa Jambeanom, Kecamatan Jambesari Darusolah.

    Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bondowoso, kejadian tersebut terjadi sekitar pukul 20.00 WIB.

    Kepala Pelaksana BPBD Bondowoso, Sigit Purnomo, mengungkapkan bahwa pihaknya segera menerima laporan dan langsung menerjunkan tim ke lokasi untuk melakukan penanganan.

    “Kami mendapatkan laporan adanya pohon tumbang yang menimpa truk puso bernopol B 9233 WX milik Muhamad Ishari Yanto. Tim segera bergerak ke lokasi untuk melakukan evakuasi dan pembersihan jalur,” ujar Sigit Purnomo kepada beritaJatim.com, Rabu (29/1/2025) malam.

    Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini, namun akses jalan sempat tertutup akibat pohon tumbang yang melintang di tengah jalan. Proses evakuasi melibatkan personel BPBD Bondowoso, Polsek Jambesari, serta Pos Ramil Jambesari.

    Tim BPBD yang terdiri dari tujuh personel menggunakan alat chainsaw, tali tampar, dan linggis untuk memotong dan menyingkirkan pohon yang tumbang. Berkat upaya cepat dari tim gabungan, akses jalan berhasil dibuka kembali dalam waktu singkat.

    Hingga laporan ini diterbitkan, cuaca di wilayah Bondowoso masih terpantau hujan dengan kondisi terkini dinyatakan aman dan terkendali.

    BPBD Bondowoso mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang dapat menyebabkan bencana serupa.

    “Laporan cuaca menunjukkan kemungkinan hujan deras dan angin kencang masih bisa terjadi. Kami mengimbau warga agar lebih berhati-hati, terutama saat berada di sekitar pohon besar atau struktur yang rentan terhadap angin kencang,” tambah Sigit Purnomo. [awi/aje]

  • DPRD Bondowoso Minta Pilkades Serentak Digelar Akhir Tahun 2025

    DPRD Bondowoso Minta Pilkades Serentak Digelar Akhir Tahun 2025

    Bondowoso (beritajatim.com) – DPRD Kabupaten Bondowoso meminta pelaksaan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) serentak digelar akhir tahun 2025.

    Rencananya, Pemkab Bondowoso akan menggelar Pilkades serentak di 21 desa yang tersebar di 10 kecamatan. Setiap kecamatan terdapat 1-4 desa yang bakal menghelat Pilkades.

    Di antaranya Desa Sumber Suko, Desa Penambangan, Desa Poncogati dan Desa Locare di Kecamatan Curahdami; Desa Gayam, Desa Gayam Lor dan Desa Penang di Kecamatan Botolinggo; Desa Cindogo, Desa Mrawan dan Desa Wonokusumo di Kecamatan Tapen.

    Kemudian Desa Patemon dan Desa Ardisaeng di Kecamatan Pakem; Desa Sukowono dan Desa Mangli di Kecamatan Pujer; Desa Jatisari dan Desa Banyuwuluh di Kecamatan Wringin;

    Selanjutnya Desa Pecalongan dan Desa Kerang di Kecamatan Sukosari; Desa Tegal Pasir Kecamatan Jambesari Darusollah; Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari dan Desa Tegal Mijin Kecamatan Grujugan.

    Wacana yang beredar, pelaksanaan di pertengahan tahun 2025. Anggaran yang disiapkan Pemkab Bondowoso kisaran Rp 2,1 miliar.

    Ketua DPRD Kabupaten Bondowoso, H. Ahmad Dhafir menyarankan gelaran Pilkades serentak pada akhir tahun. Sedangkan pelantikan ideal pada Desember 2025.

    Ada beberapa hal yang mendasari. Rujukan utamanya adalah undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa. Dimana Pilkades dilaksanakan serentak sehari dalam satu kabupaten.

    “Tidak boleh bulan 6 (Juni) ada Pilkades, bulan 10 (Oktober) ada Pilkades, bulan 12 (Desember) ada Pilkades, enggak. Tapi satu tahun serentak sehari,” kata H. Ahmad Dhafir kepada BeritaJatim.com, Rabu (29/1/2025).

    Pelaksanaan Pilkades pun harus dilandasi aturan hukum berupa Peraturan Daerah. Di sisi lain, naskah revisi Perda berkaitan dengan Pemdes belum masuk ke program legislasi daerah (prolegda) tahun 2025. Yang penyerahan ke DPRD pada akhir tahun 2024 lalu.

    “Bupati tidak menyerahkan pembahasan revisi perda tentang pemerintahan desa. Artinya, perda pemerintahan desa ini akan dibahas di tahun 2025. Tidak mungkin perdanya segera dibahas dan (Pilkades) dilaksanakan Juli 2025,” kata Ketua DPRD Bondowoso 5 periode ini.

    Oleh sebab itu, pelaksanaan Pilkades di akhir tahun dinilai sangat ideal. Terlebih, puluhan kades sempat diundang Kejari Bondowoso beberapa waktu lalu. Penyebabnya, punya kewajiban mengembalikan lebih bayar anggaran DD dan ADD ke negara.

    “Pengalaman masa pemerintahan pak Amin (Amin Said Husni) dan masa pemerintahan pak Mas’ud, tidak sedikit kades terpilih dilantik pada pertengahan tahun. Maka dia bertanggungjawab terhadap anggaran di tahun pelantikan,” urainya.

    Contoh apabila kades dilantik Juli tahun 2025, maka yang bersangkutan sudah bertanggungjawab terhadap sisa penggunaan APBDes dari Juli hingga Desember tahun 2025.

    Ironinya, jika incumbent kalah dalam Pilkades yang digelar pertengahan tahun dan ia masih memiliki kewajiban pelaksanaan anggaran.

    Beberapa kades incumbent gagal tak mau bertanggungjawab atas kewajibannya tersebut. Ia sengaja menyerahkan kewajibannya pada kades terpilih di sisa penggunaan anggaran.

    “Sedangkan jika kades dilantik Desember, maka kades incumbent yang gagal jadi lagi pun sudah tuntas melaksanaan penggunaan anggaran setahun. Sedangkan kades yang baru akan fokus pada penggunaan anggaran tahun 2026 sejak Januari,” ulas Ketua DPC PKB Bondowoso ini.

    Pelaksaan Pilkades serentak di akhir tahun 2025 pun dinilainya bakal memberi situasi aman dan nyaman bagi kepala desa terpilih. (awi/ted)

  • Berbeda dari Tahun Sebelumnya, Perayaan Imlek di Wihara Ariya Maitreya Bondowoso Tanpa Dupa

    Berbeda dari Tahun Sebelumnya, Perayaan Imlek di Wihara Ariya Maitreya Bondowoso Tanpa Dupa

    Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sinca Ari Pangistu

    TRIBUNJATIM.COM, BONDOWOSO – Malam perayaan Imlek 2025 di Wihara Ariya Maitreya, di Kelurahan Blindungan, Kabupaten Bondowoso berlangsung hikmat.

    Puluhan masyarakat Tionghoa, melakukan serangkaian ibadah dengan mengenakan jubah putih. Meski sebenarnya, jubah putih itu hanya dikenakan saat sembahyang pada Buddha Maitreya.

    Usai sembahyang, seluruh jamaah yang hadir berbalut baju berwarna merah.

    Rangkaian ibadah sembahyang dilakukan sebanyak tiga kali dengan dipimpin oleh Pendeta Juni Hermini.

    Menurut Ketua Wihara Ariya Maitreya, Tanti Yuliawati, ibadah sembahyang pertama dan ke dua dilakukan untuk mengantar tahun lama, dan menyambut tahun baru.

    Kemudian, ibadah berikutnya dilakukan untuk Minokfuk pada Buddha Maitreya.

    “Biasanya tiga kali sembahyang, ritualnya tiga kali,” jelasnya pada TribunJatimTimur.com pada Selasa (28/1/2025).

    Namun tak seperti sembahyang pada perayaan Imlek sebelum-sebelumnya. Tahun ini, sembahyang dilakukan tanpa menggunakan dupa.

    Menurut Tanti, itu disebabkan karena dupa ini seperti asap rokok yang dikhawatirkan berpengaruh pada kesehatan jamaah. Dan peraturan baru ini telah disampaikan sejak beberapa bulan terakhir, sekitar Desember 2024.

    “Gendren yang memutuskan agar tak menggunakan dupa,” ujarnya.

    Di Wihara Ariya Maitreya ini semua persembahan merupakan makanan tanpa daging atau vegetarian.

    “Bukan dari hewani loh ya, tidak bisa masuk ke Wihara kalau hewani. Jadi kita vegetarian,” ujarnya.

    Dalam tahun baru Imlek 2025 ini yang jatuh di bawah pengaruh shio ular kayu, kata Tanti, keluarga Tionghoa di Bondowoso berdoa agar kesehatan, hidup damai, dan keluarga bersatu.

    “Jadi semua agama berbeda-beda tapi tetap satu jua,” pungkasnya

  • Tinjau Perayaan Imlek di Wihara Ariya Maitreya, Kapolres Bondowoso Gaungkan Harmonisasi & Toleransi

    Tinjau Perayaan Imlek di Wihara Ariya Maitreya, Kapolres Bondowoso Gaungkan Harmonisasi & Toleransi

    Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sinca Ari Pangistu

    TRIBUNJATIM.COM, BONDOWOSO – Kapolres Bondowoso, AKBP Harto Agung Cahyono meninjau perayaan tahun baru Imlek di Wihara Ariya Maitreya di Kelurahan Blindungan pada Selasa (28/1/2025) malam.

    Bersama jajarannya, Kapolres Harto yang baru dua minggu menjabat di Bondowoso itu memantau segala kesiapan pelaksanaan ibadah.

    Tak hanya itu, dirinya bahkan menerjunkan puluhan personil Polri yang berjaga sejak sore  hingga tuntas pelaksanaan sembahyang.

    Pantauan TribunJatimTimur.com, Kapolres Harto Agung Cahyono juga berbincang dengan sejumlah jamaah.

    Ia mengatakan, di Bondowoso ini ada satu wihara yang cukup ramai jemaahnya. Untuk itulah, agar jemaah bisa melaksanakan ibadah dengan lancar dan aman.

    Pihaknya berjaga tak hanya jalur lalu lintas di sekitar wihara. Namun juga, ikut menjaga di beberapa titik Wihara dari segala hal kemungkinan.

    “Kurang lebih 30 orang mengawal sampai kegiatan selesai,” ujarnya.

    Pria asal Pamekasan ini menghimbau agar masyarakat di Bondowoso meningkatkan toleransi beragama.

    “Bondowoso adalah satu tempat yang harmonis sekali. Dan sangat toleransi, agar tetap menjaga keamanan ibadah yang ada di Bondowoso,” ujarnya.

    Sementara  itu, Ketua Wihara Ariya Maitreya, Tanti Yuliawati, menjelaskan rangkaian ibadah sembahyang dilakukan sebanyak tiga kali dengan dipimpin oleh Pendeta Juni Hermini.

    Ibadah sembahyang pertama dan ke dua dilakukan untuk mengantar tahun lama, dan menyambut tahun baru.

    Kemudian, ibadah berikutnya dilakukan untuk Minokfuk pada Buddha Maitreya.

    “Biasanya tiga kali sembahyang, ritualnya tiga kali,” jelasnya pada TribunJatimTimur.com pada Selasa (28/1/2025).

    Dalam tahun baru Imlek 2025 ini yang jatuh di bawah pengaruh shio ular kayu, kata Tanti, keluarga Tionghoa di Bondowoso berdoa agar kesehatan, hidup damai, dan keluarga bersatu.

    “Jadi semua agama berbeda-beda tapi tetap satu jua,” pungkasnya

  • 20 Tahun Sudarmo Pekerja Serabutan Rutin Bikin Apen Mulai dari Jam 11 Malam, Kini Bisa Ibadah Umrah

    20 Tahun Sudarmo Pekerja Serabutan Rutin Bikin Apen Mulai dari Jam 11 Malam, Kini Bisa Ibadah Umrah

    TRIBUNJATIM.COM – Kurang lebih 20 tahun lamanya Sudarmo seorang pekerja serabutan bersabar dan tekun dalam usaha.

    Sudarmo akhirnya bisa melakukab ibadah umrah dengan istrinya setelah berjualan Apen.

    Setiap malam pukul 23.00 WIB, Juma’atun (44) dan suaminya Sudarmo (55) memulai rutinitas mereka menyalakan api di dalam tungku tanah liat.

    Wajan kecil yang juga terbuat dari tanah liat dipanaskan, dan adonan apen dituangkan sesuai takaran.

    Setelah matang, apen didinginkan dan dikemas dengan mika untuk dijual.

    Pasangan suami istri yang tinggal di Desa Karanganyar, Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur ini telah menekuni usaha berjualan apen selama dua puluh tahun.

    Mereka berasal dari lingkungan desa yang mayoritas warganya bekerja sebagai kuli tambak garam, yang tentunya berbeda jauh dari usaha apen yang mereka jalani.

    Perjalanan mereka untuk menjadi penjual apen tidaklah mudah.

    Sebelumnya, Sudarmo hanyalah pekerja serabutan, sementara Juma’atun adalah ibu rumah tangga biasa.

    “Kalau dulu, apapun saya kerjakan Mas,” ungkap Sudarmo kepada Kompas.com, Selasa (28/1/2025), seperti dikutip TribunJatim.com, Selasa.

    Ia tidak pernah memilih pekerjaan yang ditawarkan, selama pekerjaan tersebut halal, ia melakukannya dengan penuh ketabahan.

    Dari menjadi kuli di tambak garam hingga bekerja memasang terop saat hajatan, Sudarmo telah melakoni berbagai pekerjaan.

    Namun, penghasilan yang diperolehnya tidak menentu, dan sering kali tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. “Namanya kerja serabutan Mas. Hasilnya tidak pasti,” kenangnya.

    Selama tujuh tahun menjalani pekerjaan serabutan setelah menikah dan dikaruniai dua orang anak laki-laki, Sudarmo mendapatkan ide untuk berjualan apen dari sang istri.

    Pengusaha Apen yang akhirnya berhasil umrah (Kompas.com)

    Juma’atun yang gemar membuat apen mulai menjualnya dari pintu ke pintu dengan berjalan kaki.

    Seiring berjalannya waktu, apen yang dijualnya mulai memiliki pembeli tetap, baik yang menunggu di rumah maupun yang datang langsung ke rumah mereka.

    Kini, Juma’atun dan Sudarmo tidak perlu lagi menjajakan apen secara langsung, karena mereka telah memiliki pembeli tetap yang membeli apen mereka untuk dijual kembali.

    “Ada sekitar dua puluh lima pembeli tetap yang beli apen buatan kami,” kata Juma’atun.

    Pembeli apen mereka berasal dari berbagai kecamatan seperti Lenteng, Manding, dan Gapura, bahkan hingga Kabupaten Pamekasan.

    Apen buatan Juma’atun telah menjadi incaran pembeli sejak dini hari, yang ingin mendapatkan jumlah sesuai permintaan.

    Tungku api untuk membuat Apen (Kompas.com)

    Meskipun Juma’atun tidak memiliki resep khusus untuk membuat apen, ia percaya bahwa kualitas gula dan tekstur apen yang lebih lembut menjadi daya tarik tersendiri.

    “Katanya gulanya enak dan apennya lembut,” terangnya.

    Dari usaha berjualan apen selama dua dekade, Juma’atun dan suaminya berhasil menunaikan ibadah umrah.

    Selain itu, hasil dari penjualan apen juga mulai mereka kembangkan ke usaha lain, seperti menyewa tambak garam untuk produksi.

    Juma’atun bersyukur atas usaha yang memberikannya penghasilan tetap, tetapi ia tidak akan pernah melupakan perjalanan hidupnya yang pernah dilalui dalam keadaan kekurangan.

    “Kuncinya tekun dan sabar Mas,” tutup Juma’atun.

    Sementara itu, usaha juga dilakukan oleh pria Lumajang dan malah menembus pasar internasional.

    Berkat tangan kreatifnya, Nur Hasan (40) warga Desa Gucialit, Kecamatan Gucialit, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur memproduksi briket hingga diminati pasar benua Eropa.

    Hasan menerangkan produk briket bikinannya menjadi pemasok rutin seorang pengusaha di negara Turki.

    Pria ramah ini mengaku awal mula produk briketnya bisa menembus pasar mancanegara bermula ketika dirinya memasarkan produk kerajinannya di media sosial Facebook pada tahun 2023 silam.

    “Awalnya saya produksi kerajinan dari batok kelapa kemudian dan laku ke Turki. Lalu pemesan juga menanyakan apakah juga membuat briket, lalu saya menerima pesanan tersebut,” ujar Hasan di tempat produksi briket miliknya, Senin (20/1/2024).

    Hasan pun membuat briket dengan otodidak. Ia mengaku mencari tahu cara membuat briket dari YouTube. Ia pun menginprovisasi proses pembuatan briket dan akhirnya bisa membuat briket dengan kualitas mumpuni.

    “Bahannya sangat mudah didapat dari limbah batok kelapa. Di Lumajang kan banyak kelapa. Tapi kalau lagi butuh banyak saya ngambil juga di Bondowoso dan Situbondo,” paparnya.

    Menurut Hasan, proses pembuatan briket terbilang gampang-gampang susah. Produksi briket dimulai dari membakar batok kelapa yang sudah berbentuk cacahan atau kepingan kecil.

    Lalu batok kelapa tersebut dibakar hingga menjadi arang. Proses dilanjutkan dengan menggiling arang batok kelapa menjadi serbuk.

    Serbuk tersebut kemudian dicampur dengan bahan tambahan. Diantaranya tepung tapioka dan sodium. Bahan tambahan tersebut dicampur denga arang kelapa hingga menjadi adonan.

    Adonan yang sudah kejadi kemudian dicetak menggunakan mesin dan ditata di papan untuk kemudian dioven atau dijemur jika cuaca sedang bagus.

    Setiap 6 bulan, Hasan mengirim sebanyak 18 ton kepada pemesannya yang berasal dari Turki.

    “Orang Turkinya sudah ke tempat saya dan melihat langsung briket ini. Per 1 kilogram briket produksi saya ini harganya Rp 15 ribu. Di Turki sana briket saya buat alatnya Shisha (rokok ala Arab),” katanya.

    Setiap kali produksi untuk pengiriman ke Turki, Hasan mengaku bisa meraup keuntungan bersih hingga Rp 50 juta.

    “Modalnya Rp 30 jutaan untuk tiap kali produksi briket ini untuk besaran produksi 18 ton,” katanya.

    Hasan memperkerjakan 13 orang pegawai yang merupaka warga sekitar untuk menunjang produksi briket miliknya.

    Ia juga dibantu oleh sang istri Dayang Andriana dalam mengelola bisnis produksi briket tersebut.

    “Keunggulannya briket ini gak ada asap. Panas lebih stabil daripada arang biasa,” ungkapnya.

    Kendati diminati pasar luar negeri, Hasan mengaku produk miliknya justru tak terlalu diminati pasar lokal.

    “Kalau lokalan saja pesan itu hanya kiloan gak sampai ber ton-ton kayak di Turki,” papar pria asal Gucialit tersebut.

    Selama membangun usaha, Hasan mengingat dirinya bersama sang istri bahu-membahu merintis usaha briket. 

    Ia merasakan bantuan atau dukungan dari pemerintah dalam mendukung usahanya sangat jarang. 

    “Ya dilakukan sendiri, kalau dari pemerintah ngajuin umkm susah,” keluhnya. 

    Berita viral lainnya

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com