Ayah Tiri Bolak-Balik ke Tenjo Bogor, Cari Lokasi untuk Buang Jasad Alvaro
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Ayah tiri, Alex Iskandar sempat bolak-balik ke Tenjo, Kabupaten Bogor, untuk membuang jasad bocah Alvaro Kiano (6), Kamis (6/3/2025).
Kasat Reskrim Polres Jakarta Selatan, AKBP Ardian Satrio mengatakan pelaku saat itu mencari tempat yang tepat untuk membuang jasad Alvaro.
“Tersangka ini sudah bolak-balik untuk ke Tenjo. Dan dia tahu lokasi mana yang sepi untuk membuang di sana. Dan akhirnya memilih salah satu tempat yang mana di jembatan itu dibuang,” jelas Ardian dalam konferensi pers di Mapolres Jakarta Selatan, Senin (24/11/2025).
Alex memilih Tenjo sebagai tempat membuang Alvaro karena memiliki kerabat yang tinggal di sana.
“Kenapa dibuang ke Tenjo? Saya jawab bahwa ada salah satu kerabat dari tersangka ini yang tinggal di sana,” kata Ardian.
Sementara itu, jasad Alvaro disimpan di garasi rumah dalam keadaan terbungkus plastik.
Setelah tiga hari, tepat di hari kakek Alvaro melaporkan telah kehilangan cucunya, Alex membawa jasad korban ke Jembatan Kali Cilalay, Tenjo.
Motif pelaku Alex Iskandar menculik dan membunuh Alvaro karena dendam terhadap istrinya yang dicurigai berselingkuh selama bekerja di luar negeri.
“Jadi motifnya sudah ada dorongan dan terakumulasi. Diduga istrinya memiliki pria idaman lain,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Budi Hermanto.
Pelaku kerap mengirimkan pesan yang menjurus kepada ancaman kepada sang istri.
“Penyelidik menemukan adanya indikasi kuat dorongan emosional pelaku. Dari handphone yang diamankan, terlapor setelah terang-terangan menuliskan kalimat, gimana caranya gue balas dendam,” jelas dia.
Kemudian, rasa dendam dan marah itu membuat pelaku menculik Alvaro yang sedang bermain di Masjid Al Muflihun.
Alvaro terus menangis mencari kakeknya saat dibawa ayah tirinya, sehingga mulutnya dibekap sampai meninggal dunia.
“Pada saat korban dibawa, dalam kondisi menangis yang tidak berhenti, sehingga dibekap hingga meninggal dunia,” jelas dia.
Sebagai informasi,
Alvaro Kiano
Nugroho terakhir terlihat di Masjid Jami Al Muflihun, Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Kamis (6/3/2025).
Pada hari kejadian, seorang pria yang mengaku sebagai ayah Alvaro disebut datang ke lokasi kejadian mencari bocah laki-laki itu.
Informasi tentang kedatangan pria tersebut baru diketahui kakek Alvaro, Tugimin, dari marbut Masjid Jami Al Muflihun, tiga hari setelah Alvaro dinyatakan hilang.
“Itu ada orang datang, ditanya sama marbut, ‘Pak, cari siapa?’ ‘Cari anak saya. Alvaro katanya kalau shalat di masjid sini.’ ‘Itu ada anaknya di atas.’ Kata marbut begitu,” ungkap Tugimin.
Setelah itu, marbut tidak memperhatikan lagi gerak-gerik pria tersebut.
Marbut sibuk mempersiapkan pelaksanaan shalat Maghrib dan berbuka puasa. Usai berbuka puasa dan waktu shalat Maghrib, Alvaro tak kunjung pulang.
Tugimin belum merasa curiga, karena sang cucu memang kerap bermain sepak bola bersama teman-temannya pada malam hari.
“Saya sadar untuk mencari itu jam 21.30 WIB. ‘Kok cucu saya belum pulang? Ke mana?’. Saya bilang kayak begitu,” ujar dia.
Tugimin yang merupakan pensiunan petugas pemadam kebakaran Lebak Bulus segera menyambangi lokasi terakhir Alvaro terlihat.
Ia juga mendatangi teman-teman yang biasa bermain dengan cucunya. Namun, upayanya tak membuahkan hasil.
Adapun ayah kandung Alvaro saat ini sedang menjalani hukuman atas kasus narkoba di Lapas Cipinang. Sementara itu, ibunya bekerja di Malaysia.
Pihak keluarga telah mendatangi alamat terakhir keluarga ayah kandung Alvaro. Namun, mereka disebut telah berpindah rumah.
“Sudah. Saya sudah cek (ke alamat lama), tapi ternyata sudah pindah. Ternyata kepolisian dari Polres Jakarta Selatan itu sudah menemukan tempat alamatnya,” ujar dia.
Akhirnya keluarga melaporkan hilangnya Alvaro ke polisi.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Bogor
-
/data/photo/2025/11/24/6924656fd2077.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Ayah Tiri Bolak-Balik ke Tenjo Bogor, Cari Lokasi untuk Buang Jasad Alvaro Megapolitan 24 November 2025
-
/data/photo/2025/11/24/6924656fd2077.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kerabat Tersangka Mengira Jasad Alvaro Adalah Bangkai Anjing Megapolitan 24 November 2025
Kerabat Tersangka Mengira Jasad Alvaro Adalah Bangkai Anjing
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Jasad bocah enam tahun, Alvaro Kiano Nugroho, yang dibuang di Kali Cilalay, Tenjo, Kabupaten Bogor, sempat dikira bangkai anjing oleh G.
G merupakan kerabat tersangka
Alexander Iskandar
,
ayah tiri korban
, yang disebut terlibat dalam aksi pembuangan Alvaro.
“Dia menyatakan bahwa dia tidak tahu dan disampaikan oleh tersangka bahwa isinya bangkai anjing,” kata Kasat Reskrim Polres Jakarta Selatan, AKBP Ardian Satrio, dalam konferensi pers, Senin (24/11/2025).
G disebut tak memeriksa isi plastik hitam yang dibawa tersangka dari rumah di kawasan Bogor, Jawa Barat.
Sementara itu, keluarga korban sebelumnya menjelaskan, warga setempat sempat mencium bau dari plastik berisi
jasad Alvaro
.
“Katanya, ada yang ngomong tetangga, ini kok udah bau apaan, katanya. Ini mah bangkai anjing, katanya. Padahal itu Alvaro,” tutur nenek korban, Sayem (53), saat ditemui di rumah duka kawasan Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
Sebelumnya. Alvaro terakhir terlihat di Masjid Jami Al Muflihun, Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Kamis (6/3/2025).
Setelah dinyatakan hilang, pihak kepolisian melakukan pencarian dan akhirnya menemukan jasadnya di
Kali Cilalay
, Kabupaten Bogor.
Kapolsek Pesanggrahan AKP Seala Syah Alam memastikan tersangka yang menyebabkan hilangnya dan meninggalnya Alvaro telah diamankan.
“Alvaro sudah ditemukan dalam keadaan meninggal dunia, dan tersangka sudah diamankan,” kata Seala, Minggu (23/11/2025).
Kakek korban, Tugimin, menceritakan kronologi pencarian cucunya.
Pada hari hilangnya Alvaro, seorang pria yang mengaku sebagai ayah korban sempat datang ke masjid untuk mencari Alvaro.
Marbut masjid kemudian menanyakan kedatangannya, namun tidak mencurigai gerak-gerik pria itu karena sibuk menyiapkan shalat Maghrib dan berbuka puasa.
“Itu ada orang datang, ditanya sama marbut, ‘Pak, cari siapa?’ ‘Cari anak saya. Alvaro katanya kalau shalat di masjid sini.’ ‘Itu ada anaknya di atas.’ Kata marbut begitu,” ungkap Tugimin.
Usai waktu Maghrib, Alvaro tidak kunjung pulang.
Tugimin, pensiunan petugas pemadam kebakaran Lebak Bulus, segera menyusuri lokasi terakhir cucunya terlihat dan mendatangi teman-temannya, namun upaya itu tidak membuahkan hasil.
Ayah kandung Alvaro saat ini menjalani hukuman atas kasus narkoba di Lapas Cipinang, sementara ibunya bekerja di Malaysia.
“Ibu sama bapaknya itu sudah pisah dan ibunya sudah punya suami lagi. Secara resmi menikah di KUA Kecamatan Pesanggrahan,” tegas Tugimin.
Pihak keluarga sempat mendatangi alamat terakhir keluarga ayah kandung Alvaro, tetapi mereka sudah pindah.
“Sudah. Saya sudah cek (ke alamat lama), tapi ternyata sudah pindah. Ternyata kepolisian dari Polres Jakarta Selatan itu sudah menemukan tempat alamatnya,” ujar Tugimin.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5195276/original/072014600_1745336400-IMG-20250422-WA0071__1_.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Sempat Disimpan 3 Hari di Garasi
Liputan6.com, Jakarta Polisi membeberkan kronologi pembunuhan terhadap Alvaro Kiano Nugroho (6). Alvaro diketahui diculik oleh ayah tirinya yakni Alex pada 6 Maret 2025. Kasatreskrim Polres Jakarta Selatan AKBP Ardian Satrio Utomo menuturkan, pembunuhan dilakukan Alex pada tanggal 6 Maret 2025.
“Pembunuhan dilakukan 6 Maret 2025. Dilakukan di rumah daerah tangerang. Dan Jenazah tidak langsung dibuang,” ujar Ardian saat konferensi pers di Mapolda Jakarta Selatan, Senin (24/11/2025).
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Budhi Hermanto menambahkan, pelaku membunuh korban karena kesal.
“Pada saat AKN (Alvaro) diculik, meronta dan menangis. Lalu oleh pelaku dilakukan pembekapan, ternyata meninggal dunia,” tambah Kombes Budhi.
Kasatreskrim AKBP Ardian menambahkan, tersangka menyimpan Jenazah dalam plastik hitam. Disimpan selama tiga hari di garasi rumahnya.
“Digarasi selama tiga hari. Ketutupan mobil silver. Ini diakui tersangka,” kata Ardian.
Dia melanjutkan, pada 9 Maret 2025, pelaku membawa jenazah menggunakan mobil menuju kawasan Tenjo, Bogor. Di sana, pelaku membuang Jenazah Alvaro.
“Kenapa ke Tenjo? Ada salah satu kerabat tsk yang tinggal di sana. Sudah bolak balik ke Tenjo. Dia tahu lokasi yang sepi. Akhirnya memilih dibuang di bawah jembatan itu,” jelasnya.
-
Undang Kepolisian Hongkong, Kapolri Ingin Ubah Doktrin Penanganan Demo di Indonesia
Liputan6.com, Jakarta Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan, perlu mewujudkan institusi Polri seperti yang diharapakn masyarakat. Hal inilah yang membuat pihaknya menggelar Apel Kasatwil di Mako Satuan Latihan Korbrimob Polri, Cikeas, Bogor selama tiga hari ke depan.
Nantinya, di sana seluruh Kapolda dan Kapolres akan bermalam di tenda. Tak hanya untuk meningkatkan soliditas internal, pihaknya juga meninjau ulang doktrin Tribrata dan Catur Prasetya.
Selain itu, menurutnya, acara tersebut juga menjadi wadah untuk melakukan refleksi atas setiap tugas yang telah dilakukan dan melakukan perbaikan terhadap segala kekurangan yang ada. Termasuk juga dalam merespons masukan dari Komisi Percepatan Reformasi Polri.
“Semangat upaya Polri untuk respons komisi reformasi ini juga bagian dari upaya kita lakukan perbaikan,” kata Sigit di Mako Satuan Latihan Korbrimob Polri, Cikeas, Senin (24/11/2025).
Tak hanya menghadirkan pembicara dari dalam negeri, Apel Kasatwil itu juga mengundang Kepolisian Hongkong, yang diharapkan dapat menghasilkan model penanganan aksi unjuk rasa atau demo yang tepat di Indonesia.
Menurut Sigit, Polri akan mengubah doktrin penanganan demonstrasi yang tadinya hanya menjaga, menjadi melayani.
“Di satu sisi kita juga tentunya miliki konsep dalam menghadapi rusuh massa yang tentunya apabila tidak kita kendalikan akan berdampak stabilitas kamtibmas, terganggunya fasilitas publik, sektor ekonomi yang tentunya harus kita jaga. Ini menjadi bagian kita evaluasi sekaligus pembahasan dalam apel kasatwil,” kata dia.
-

RS Polri masih periksa dua kantong jenazah yang diduga Alvaro
Jakarta (ANTARA) – Rumah Sakit Polri Kramat Jati masih memeriksa dua kantong diduga jenazah Alvaro Kiano Nugroho (6) yang sempat hilang di Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
“Kami terima dua kantong diduga korban yang tertulis Mr X. Saat ini kami sedang melakukan pemeriksaan luar dan dalam,” kata Kepala RS Polri Brigjen Polisi Prima Heru Yulih soal jenazah Alvaro di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin.
Prima menyebut, kedua kantong tersebut tiba dengan label Mr X pada Senin (24/11) sekitar pukul 00.45 WIB. Lalu, kantong tersebut langsung masuk proses identifikasi awal.
“Pemeriksaan luar dan dalam sesuai dengan permintaan penyidik,” ujar Prima.
Pemeriksaan forensik meliputi analisis bagian luar maupun dalam jenazah, termasuk identifikasi antropologi forensik dan tahap awal pencocokan data.
Prima menegaskan, proses identifikasi membutuhkan ketelitian karena kondisi kantong jenazah yang diterima masih harus diverifikasi lebih lanjut.
Menanggapi pertanyaan terkait apakah keluarga sudah datang ke RS Polri untuk proses identifikasi, Prima mengatakan pihaknya masih dalam tahap koordinasi dengan tim penyidik
“Kami lagi berproses. Kami koordinasi dengan penyidik untuk pengambilan data ante mortem,” ucapnya.
Data ante mortem merupakan informasi penting berupa ciri-ciri fisik, rekam medis, atau barang pribadi yang dapat membantu pencocokan identitas korban.
Prima menjelaskan jenazah itu dikemas dalam dua kantong menggunakan bahan kertas. Namun, dia belum dapat memastikan apakah isi kantong berupa kerangka atau bagian tubuh lainnya.
“Dua kantong, kantong dari kertas. Lagi proses pemeriksaan,” katanya.
Hingga saat ini, RS Polri masih menunggu kelengkapan data pembanding dari keluarga untuk mempercepat proses identifikasi, termasuk kemungkinan dilakukannya pemeriksaan DNA apabila diperlukan.
Polisi dan tim forensik belum menyampaikan estimasi waktu selesainya identifikasi jenazah yang diduga sebagai Alvaro tersebut.
Sebelumnya, polisi menemukan Alvaro yang hilang sejak Maret 2025 di Pesanggrahan, Jakarta Selatan, itu dalam kondisi meninggal dunia di Kali Cilalay, Bogor, Jawa Barat.
Alvaro diduga ditemukan dalam keadaan sudah berbentuk kerangka, yang kemudian akan dipastikan oleh kepolisian melalui tes DNA.
Alvaro terhitung hilang selama delapan bulan. Keberadaannya sudah tidak terdeteksi sejak Kamis, 6 Maret 2025.
Adapun kepolisian mengungkap pelaku pembunuhan anak laki-laki bernama Alvaro Kiano Nugroho (6) yang hilang di Pesanggrahan, Jakarta Selatan, adalah ayah tiri.
“Pelaku adalah ayah tirinya Alvaro,” kata Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Nicolas Ary Lilipaly kepada wartawan di Jakarta, Senin.
Dia mengatakan polisi menangkap pelaku tersebut, kemudian menemukan kerangka yang diduga Alvaro.
Pewarta: Siti Nurhaliza
Editor: Syaiful Hakim
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5422352/original/062631800_1763979727-masjid_tempat_alvaro_hilang.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Keceriaan Alvaro Hilang di Halaman Masjid
Delapan bulan berlalu, Alvaro ditemukan. Sudah tak bernyawa dan tinggal kerangka. Hasil penyelidikan, Alvaro diculik dan tewas di tangan ayah tirinya, Alex. Alvaro meninggal sehari setelah diculik sang ayah tiri.
“Kata Pak polisi itu tanggal 7-nya (cucu saya meninggal),” kata Sayem saat ditemui, Senin (24/11/2025).
Alvaro dibawa oleh Alex dengan iming-iming akan dibelikan mainan. Bocah itu akhirnya mau diajak pergi. Namun keesokan harinya, Alvaro disebut terus menangis mencari sang kakek yang biasa ia panggil “bapak”. Dari keterangan yang diterima keluarga, tangisan itu diduga membuat Alex emosi hingga menutup mulut Alvaro dengan handuk. Akibat tindakannya itu, Alvaro meninggal dunia.
“Mungkin katanya Alex kesel, gitu. Terus dikep pakai anduk mulutnya. Terus Alex sendiri ngomong kalau itu tuh enggak sengaja, gitu. Maksudnya cuma ini kok ternyata sudah enggak ada, katanya,” ucap Sayem.
Setelah mengetahui Alvaro tak bernyawa, Alex disebut panik. Ia menitipkan jasad anak tirinya itu ke rumah adiknya di Bogor.
“Terus dibawa, dititipin di adiknya di daerah Bogor, katanya. Dalam keadaan sudah ditemukan. Tapi itu pun juga nyuruh orang, enggak dia sendiri. Takut ketahuan apa-apa. Terus nanti adiknya sih kena, katanya. Soalnya dititipin, mayat,” ucap dia.
Tak lama, jasad Alvaro kemudian dibungkus plastik dan diikat pada batang pohon di sekitar aliran kali di dekat Jembatan Cilalay, Desa Singabraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
“Jadi itu sudah di plastik gitu, diikat. Terus diikat lagi sama pohon,” ucap dia.
-

Doktrin Ulang, Kapolri Kumpulkan Kapolda Jajaran Selama 3 Hari di Bogor
Bisnis.com, JAKARTA — Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyatakan dirinya mengumpulkan Kapolda hingga Kapolres jajaran untuk mendoktrin ulang soal pedoman Polri.
Penanaman ulang Tribrata dan Catur Prasetya bakal agenda Apel Kasatwil di Mako Satuan Latihan Korbrimob Polri, Cikeas, Bogor, Jawa Barat mulai hari ini, Senin (24/11/2025).
“Utamanya bagaimana kita kemudian melakukan review, penanaman ulang terhadap doktrin-doktrin kita, doktrin Tribrata dan Catur Prasetya, terutama tentunya hakikat dari tugas polri di dalam melaksanakan tugas pokok fungsinya,” ujar Sigit di sela Apel Kasatwil.
Dia menambahkan Kapolda dan Kapolres jajaran bakal bakal bermalam di tenda selama tiga hari ke depan. Apel Kasatwil, kata Sigit ini bertujuan yang pertama meningkatkan soliditas hingga kekompakan anggota.
“Jadi memang kita buat model dengan mengumpulkan para Kapolda, para Kapolres dan kita tempatkan mereka di tenda-tenda,” Imbuhnya.
Di samping itu, Sigit menyatakan bahwa apel ini bertujuan untuk melakukan perbaikan Polri secara internal, termasuk menerima masukan atau rekomendasi dari Tim Komisi Percepatan Reformasi Polri.
Salah satu bahasannya yakni soal penanganan demonstrasi. Sigit menekankan ada perubahan dalam merespons aksi unjuk rasa, dari yang tadinya menjaga menjadi melayani.
“Di satu sisi kita juga tentunya miliki konsep dalam menghadapi rusuh massa yang tentunya apabila tidak kita kendalikan akan berdampak stabilitas kamtibmas, terganggunya fasilitas publik, sektor ekonomi yang tentunya harus kita jaga. Ini menjadi bagian kita evaluasi sekaligus pembahasan dalam apel kasatwil,” pungkasnya.
-

Eksklusif, Kepala BNN Suyudi Ario Seto Ungkap 3,3 Juta Warga Indonesia Terpapar Narkotika
Persoalan narkotika bukan lagi hal sepele. Saat ini, menurut Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia, Komjen Polisi Suyudi Ario Seto, SIK, SH, MSi, sebanyak 3,3 juta warga Indonesia terpapar narkotika. Untuk mengatasinya, semua pihak harus bersinergi dan tidak bisa hanya mengandalkan BNN atau kepolisian saja.
***
Semua pihak harus membuka mata dan telinga. Data prevalensi menunjukkan jumlah penyalahguna narkotika tidak main-main, yakni 1,73% dari populasi.
“Sebaran narkotika ini sudah dalam kondisi yang cukup mengkhawatirkan dan memprihatinkan. Angkanya 1,73% atau setara dengan 3,3 juta dari populasi usia produktif 15–64 tahun dari jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 270 juta jiwa. Mayoritas penyalahguna berada pada usia 15–35 tahun. Perlu saya ungkap juga, 60% dari kasus yang muncul berawal dari lingkungan rumah, sekolah, kampus, dan pertemanan,” kata Suyudi Ario Seto.
BNN memang menjadi ujung tombak pencegahan dan pemberantasan narkotika. Namun tugas berat ini tak bisa dikerjakan sendiri. Karena itu, kata Suyudi, pihaknya menggandeng kementerian terkait seperti Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Pendidikan Tinggi, bekerja sama dengan pemerintah daerah dan Kementerian lainnya. “Kami sudah berjalan dengan program IKAN di 8 provinsi, dari tingkat TK sampai perguruan tinggi. Kami juga bekerja sama dengan UNODC (The United Nations Office on Drugs and Crime — lembaga PBB untuk penanggulangan narkotika),” paparnya.
Anak-anak termasuk kelompok yang sangat rentan. Karena itu, kata Suyudi, BNN memberikan perhatian besar. “BNN fokus pada penanganan dan pencegahan narkotika untuk anak-anak. Kita semua harus bersinergi dan bergerak bersama. Jajaran pemerintahan harus bisa memberi contoh dan teladan. Penanganan narkotika tidak bisa diserahkan hanya kepada BNN atau polisi saja, semua harus peduli. Kalau ini kita glorifikasikan, insya Allah penanganan narkotika bisa berhasil,” ujarnya kepada Edy Suherli, Bambang Eros, dan Irfan Meidianto dari VOI saat menemuinya di kantor BNN RI, Cawang, Jakarta Timur, 17 November 2025.
Anak-anak termasuk kelompok yang rentan terpapar narkotika, karena itu kata Kepala BNN Suyudi Ario Seto mereka harus dibentengi. (Foto: Bambang Eros VOI, DI: Raga Granada VOI)
Bagaimana penanganan dan pencegahan narkotika yang dilakukan BNN?
Di masa pemerintahan Presiden Prabowo dan Wapres Gibran, BNN telah merumuskan sejumlah program. Salah satunya adalah mengajak seluruh elemen bangsa untuk mengambil peran sebagai agen dalam pencegahan dan pemberantasan narkotika. Kami berharap segenap elemen masyarakat memiliki kepedulian. Sebagaimana Asta Cita pada poin ketujuh tentang pemberantasan dan penanggulangan narkotika di Indonesia, BNN sangat concern terhadap pentingnya peran generasi muda sebagai generasi penerus bangsa. Kami berharap generasi muda kita benar-benar sehat, aktif, dan memiliki kekuatan demi menjaga kedaulatan bangsa ini dari bahaya narkotika.
Selama ini berapa banyak korban yang terpapar narkotika?
Berdasarkan data, prevalensi penyalahgunaan narkotika di Indonesia sudah berada dalam kondisi yang cukup mengkhawatirkan dan memprihatinkan. Angkanya mencapai 1,73% atau setara dengan 3,3 juta dari populasi usia produktif 15–64 tahun dari total penduduk Indonesia yang lebih dari 270 juta jiwa. Mayoritas penyalahguna berada pada usia 15–35 tahun. Perlu saya ungkap juga bahwa 60% kasus bermula dari lingkungan rumah, sekolah, kampus, dan pertemanan.
Untuk usia remaja, yaitu rentang 15–19 tahun, ditemukan sekitar 312.000 orang yang sudah terpapar narkotika. Dalam upaya pencegahan, kami menyiapkan beberapa program, di antaranya: IKAN (Integrasi Kurikulum Anti Narkotika), ANANDA (Aksi Nasional Anti Narkotika Dimulai dari Anak-anak), dan BERSINAR (Bersih Narkoba). Dari namanya sudah jelas bahwa kami sangat concern pada perlindungan anak-anak.
Mengapa BNN fokus kepada anak-anak?
Karena ini adalah kelompok usia yang paling rentan. Mereka selalu ingin tahu banyak hal, baik aspek positif maupun negatif. Dalam banyak kasus, korban terpapar narkotika karena pengaruh pertemanan di lingkungan rumah, sekolah, atau kampus. Anak-anak sering ditawari; awalnya hanya mencoba-coba, kemudian mulai ketagihan, dan akhirnya berlanjut. Banyak anak-anak kita yang sudah kecanduan. Karena itu, kami sangat concern terhadap kelompok usia ini.
Anak-anak adalah aset negara yang harus kita jaga. Jika mereka sudah terpapar narkotika, maka seluruh bangsa akan menanggung akibatnya.
Untuk melaksanakan program ANANDA dan BERSINAR, BNN berkolaborasi dengan pihak mana saja?
BNN menjadi ujung tombak, tetapi kami tidak bisa bekerja sendiri. Kami berkolaborasi dengan kementerian terkait seperti Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Pendidikan Tinggi, serta bekerja sama dengan pemerintah daerah. Kami sudah menjalankan program IKAN di 8 provinsi, mulai dari jenjang TK hingga perguruan tinggi. Kami juga bekerja sama dengan UNODC (The United Nations Office on Drugs and Crime — lembaga PBB untuk penanggulangan narkotika). Modul yang kami gunakan bersifat internasional dan diharapkan dapat masuk ke sekolah-sekolah sehingga anak-anak memahami apa itu narkotika, bahayanya, dampaknya, serta jenis-jenis narkotika baru yang berkembang saat ini—baik bentuk maupun modusnya yang semakin beragam.
Soal modus dan bentuk narkotika yang beredar saat ini seperti apa?
Para pengedar sangat canggih. Bentuk narkotika kini bisa berupa permen atau makanan ringan yang disukai anak-anak. Ada juga yang masuk melalui rokok elektrik; saat cairannya diisi ulang, ternyata mengandung narkotika. Narkotika sudah banyak beralih ke bentuk kimia dan sintetis.
Bagaimana pengoptimalan peran orang tua untuk menanggulangi penyebaran narkotika?
Melalui program IKAN, kami berharap orang tua dapat memahami modul yang diberikan kepada anak-anak. Mereka harus memahami apa itu narkotika, apa dampak dan bahayanya, jenis-jenisnya, serta ciri-cirinya. Orang tua harus berperan aktif, karena benteng utama penanggulangan narkotika berada di keluarga. Jangan sampai anak sudah terjerumus jauh, sementara orang tua tidak memahami tanda-tandanya. Setiap jenis narkotika berbeda dampaknya—ganja berbeda dengan sabu atau ekstasi. Ini yang harus dipahami para orang tua.
Apa lagi program yang dilakukan BNN untuk penanggulangan narkotika?
Kami memiliki program DESA BERSINAR (Desa Bersih Narkoba). Berbicara soal desa, ada dua struktur: mulai dari kepala desa hingga aparat terendah yaitu RT/RW, serta unsur karang taruna dan ibu-ibu PKK. Di sisi lain ada komunitas masyarakat yang juga melibatkan para orang tua. Semua harus bersinergi dan berjalan paralel. Jajaran pemerintahan harus memberikan contoh dan teladan. Penanggulangan narkotika tidak bisa diserahkan hanya kepada BNN atau polisi; semua harus peduli. Jika ini bisa kita glorifikasikan, insyaallah penanganan narkotika akan berhasil.
Orang tua kata Kepala BNN Suyudi Ario Seto harus berperan aktif dalam penanggulangan narkotika, karena benteng utama penanggulangan narkotika berada di keluarga. (Foto: Bambang Eros VOI, DI: Raga Granada VOI)
Bagaimana jika sudah dijaga sedemikian rupa, tapi masih bobol juga?
Kalau upaya persuasif tidak menunjukkan hasil, dengan terpaksa harus dilakukan upaya pemberantasan dan rehabilitasi. Stigma negatif yang berkembang di masyarakat bahwa mereka yang kecanduan narkotika adalah aib, harus kita ubah. Jangan jadikan pecandu sebagai aib; mari kita rangkul mereka, ajak berobat dan rehabilitasi agar bisa sembuh. Jangan jadikan mereka masyarakat kelas dua, ditinggalkan, atau dianggap musuh. Jika itu terjadi, penanganan narkotika di Indonesia tidak akan pernah tuntas dan angka prevalensi akan terus naik.
Menurut Anda, sejauh ini seperti apa awareness orang tua terhadap persoalan narkotika?
Menurut saya, peran orang tua sejauh ini masih belum maksimal. Saya mengimbau kepada semua orang tua, guru, dosen, rektor, dan seluruh pemangku kepentingan untuk membuka mata dan telinga — jangan apatis terhadap persoalan narkotika. Ingat, narkotika sudah ada di sekeliling kita, tidak hanya di kota besar tetapi juga sudah merambah ke desa-desa, pesisir pantai, dan kawasan perkebunan.
Kepada semua pihak, saya kembali menyerukan agar mengglorifikasikan pesan penanganan narkotika ini. Jangan berharap akan lahir generasi hebat jika kita tidak menciptakan lingkungan yang kondusif untuk tumbuh kembang anak-anak yang kelak menjadi penerus perjuangan bangsa.
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Sejauh mana program rehabilitasi dilakukan BNN?
Upaya yang dilakukan BNN tidak bisa parsial—misalnya hanya pemberantasan atau hanya pencegahan. Semua upaya harus berjalan paralel, dari hulu hingga hilir. Selama ini kami melakukan kampanye, workshop, seminar, dan bekerja sama dengan media. Namun upaya ini belum cukup maksimal karena para bandar narkotika masih bisa masuk ke wilayah kita. Bentuk negara kita sebagai kepulauan menjadikan banyak pelabuhan kecil menjadi pintu masuk narkotika, sehingga makin banyak masyarakat yang terpapar. Karena itu, upaya rehabilitasi sangat penting dilakukan.
Sebagaimana disampaikan Pak Presiden dalam pemusnahan barang bukti narkotika beberapa waktu lalu, beliau meminta agar upaya rehabilitasi diperkuat. Kami menyambut baik pernyataan Presiden tersebut, dan karena itu kami terus memperkuat fasilitas rehabilitasi yang ada. Saat ini BNN memiliki enam pusat rehabilitasi, antara lain di Lido (Bogor), Deli Serdang (Medan), Lampung, Makassar, dan beberapa daerah lainnya.
Apa lagi upaya yang dilakukan BNN dalam rehabilitasi?
Kami juga menggiatkan IBM (Intervensi Berbasis Masyarakat) di desa-desa. Di sini, tokoh masyarakat dan tokoh agama dilibatkan sebagai agen penyembuh di tingkat awal. Jika kasus sudah sedikit lebih berat, kami arahkan ke IPWL (Intervensi Wajib Lapor) yang ada di puskesmas, klinik, klinik pratama BNNP/BNNK, dan rumah sakit yang mendapat rekomendasi Kemenkes. Di sana ada konselor dan dokter yang bertugas.
Selain itu, BNN juga memiliki Rehabilitasi Keliling (RELING) di 10 provinsi, terutama di daerah yang kami anggap rawan seperti Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Timur, dan lainnya. Kami memiliki dokter dan konselor yang bisa melakukan asesmen di tempat. Jika kasusnya ringan, dapat dilakukan rawat jalan; jika berat, akan dirujuk ke balai rehabilitasi.
Bagaimana dengan masyarakat yang berada di wilayah terpencil?
Bagi masyarakat yang berada di perbatasan atau wilayah terpencil, kami membuka layanan telerehab, yaitu rehabilitasi jarak jauh menggunakan video call. Pengguna bisa berdiskusi dan berkonsultasi langsung dengan petugas kami.
Apakah seluruh wilayah Indonesia sudah tercakup layanan BNN?
Kalau seluruhnya, saya kira belum. Harapan kami, layanan rehabilitasi bisa tersedia di semua provinsi di Indonesia. RELING dan telerehab juga akan terus kami perkuat.
Apakah pihak swasta juga bisa berkontribusi dalam rehabilitasi narkotika?
Kami sangat terbuka terhadap pihak swasta yang ingin terlibat dalam rehabilitasi narkotika.
Ada beberapa kasus orang sudah direhabilitasi namun kembali terpapar narkotika. Bagaimana penanganannya?
Itu namanya relaps atau kambuh. Kami memiliki strategi untuk menangani kasus relaps ini. Kami bekerja sama dengan berbagai pihak. Misalnya, di wilayah Gayo Lues, Aceh, kami bekerja sama untuk mengarahkan para petani yang dulunya menanam ganja agar beralih menanam kopi Gayo. Kepala BNK Gayo Lues bekerja sama dengan pemerintah setempat. Kami juga menggandeng pihak swasta untuk mengelola kopi Gayo agar masyarakat lebih produktif. Secara ekonomi, memang hasilnya tidak setinggi ganja, tetapi dengan bertani kopi, mereka aman dan bisa tidur nyenyak.
Apa lagi upaya yang dilakukan BNN?
Belum lama ini kami melakukan penindakan serentak dari Sabang hingga Merauke bekerja sama dengan TNI, Polri, dan pemerintah daerah. Lebih dari 1.290 orang berhasil diamankan, 350 orang di antaranya positif narkoba dan diarahkan untuk rehabilitasi. Kami juga menangkap 37 bandar narkoba yang kini diproses secara hukum.
Dalam operasi tersebut, kami menyita banyak barang bukti, di antaranya di Kampung Bahari dan Kampung Ambon: lebih dari 100 kg sabu, ratusan kilogram ganja, uang hasil kejahatan sekitar Rp5 miliar, serta 17 pucuk senjata api. Mereka ini bukan pelaku kecil—mereka menggunakan drone dan alat penghitung uang. Karena itu, upaya BNN bukan hanya pemberantasan, tetapi juga pemulihan.
Di Kampung Bahari, kami bekerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta dan BNNP setempat dengan mengutamakan pencegahan dan pemulihan, serta menggandeng tokoh agama untuk mengubah citra kampung narkoba menjadi kampung harapan yang BERSINAR. Upaya serupa juga dilakukan di daerah lain yang sedang berproses.
Gurita bisnis narkoba nilainya sangat besar, bahkan triliunan rupiah. Apa lagi yang dilakukan BNN untuk menanggulanginya?
Bisnis narkotika mungkin terlihat menjanjikan bagi orang-orang yang ingin mencari jalan pintas. Tapi ini merusak generasi—anak-anak bangsa yang menjadi penerus. Karena itu saya kembali menyerukan agar semua pihak peduli. Jangan sampai kita kalah dari bandar-bandar jahat itu.
Kami melakukan berbagai upaya pencegahan dengan pendekatan kearifan lokal agar masyarakat memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungannya. Anak-anak harus tetap kita lindungi karena mereka memiliki masa depan panjang. Semoga tidak ada lagi anak bangsa yang menjadi korban.
Bagaimana dengan orang yang masuk lembaga pemasyarakatan karena narkoba, tetapi justru menjalankan bisnis narkoba dari dalam lapas?
Ini juga menjadi perhatian kami bersama Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas). Bapak Menteri Imipas sudah mengambil langkah tegas. Semestinya warga binaan bertobat, tetapi masih ada yang mencoba-coba. Jika sudah seperti itu, tidak ada pilihan lain selain tindakan tegas.
Kami berterima kasih kepada Kementerian Imipas yang telah memindahkan warga binaan pelaku bisnis narkoba ke Lapas Nusakambangan dan menempatkannya di sel super ketat. Semoga ini memberikan efek jera bagi mereka dan pelaku lain.
Apa pesan Anda untuk generasi muda, orang tua, dan para pemangku kepentingan agar pencegahan serta penanggulangan narkotika bisa maksimal?
Pesan saya kepada masyarakat, khususnya generasi muda:
Sadari betul bahaya narkotika yang bisa mengancam sejak dini. Jauhi tawaran dan ajakan narkotika. Bentuk narkotika sekarang sangat beragam: permen, makanan ringan, hingga rokok elektrik, jadi harus waspada.Untuk orang tua, guru, dan dosen, awasi anak-anak dan peserta didik. Perhatikan lingkungan mereka.Arahkan pada kegiatan positif dan produktif, seperti olahraga dan seni.
Untuk terhindar dari narkotika, jagalah diri, jaga teman, dan jaga masa depan kalian. Rumah adalah benteng pertama dalam penanggulangan narkotika. Mari kita jaga bersama agar Indonesia benar-benar BERSINAR.
PR kita memang masih besar. Apa pun yang kita lakukan akan bermanfaat. Tapi jika kita diam atau tidak peduli, itu sama saja membiarkan narkotika terus beredar. Sebagai Kepala BNN, saya terus mengimbau dan mengajak: tidak ada kata terlambat, mari terus berbuat dan berjuang.
Untuk menjaga kesehatan Suyudi Ario Seto tak meninggalkan olahraga. Dengan olahraga teratur, kondisi fisiknya tetap sehat dan bugar. (Foto: Bambang Eros VOI, DI: Raga Granada VOI)
Untuk menjaga kesehatan, Suyudi Ario Seto tidak pernah meninggalkan olahraga. Dengan olahraga teratur, kondisi fisiknya tetap sehat dan bugar. Apa saja olahraga yang dilakoninya? “Saya memilih olahraga yang mudah dilakukan, seperti treadmill, jalan keliling kompleks perumahan, kalau ada kesempatan berenang dan bersepeda,” katanya.
Untuk sepeda, Suyudi menyukai jenis MTB alias mountain bike. “Soalnya MTB itu kan seru, masuk kampung ke luar kampung. Melalui jalanan desa yang udaranya masih bersih,” ujar pria kelahiran Pandeglang, Banten, 14 Juli 1973 ini.
Kegiatan yang menyatu dengan alam memang sudah disukainya sejak belia. “Sejak sekolah dulu saya sudah suka naik gunung dan panjat tebing. Kalau sekarang sudah enggak sanggup. Badan sudah berat,” katanya sambil tertawa lepas. “Tapi kalau hiking masih oke,” tambahnya.
Mengemudi motor trail juga menjadi kegemaran Suyudi. Sama seperti bersepeda MTB, rute yang dipilihnya pun masuk kampung keluar kampung. “Dengan motor trail, bisa melihat kehidupan masyarakat di kampung yang bersahaja. Waktu saya masih menjabat Kapolres, hampir setiap akhir pekan saya motoran,” lanjut mantan Kapolres Majalengka dan Kapolres Bogor ini.
Yang menarik, kata Suyudi, aktivitas motor trail membuatnya lebih dekat dengan masyarakat. “Kalau naik motor itu komunitasnya sampai ke bawah, bahkan tukang ojek pun bisa nimbrung. Kita bisa bareng dengan masyarakat,” ujarnya.
Di antara aktivitas bernuansa adventure itu, yang paling seru menurut Suyudi adalah panjat tebing. “Saya dan teman-teman kerap memanjat sampai ke Citatah, Purwakarta, dan Gunung Parang. Saya juga mendaki Gunung Salak dan Gunung Gede. Kegiatan seperti ini bukan sekadar menyalurkan hobi, tapi juga menguatkan pertemanan, kekompakan, dan kebersamaan,” katanya.
Paling Seru Menjajal Daerah Baru
Aktivitas seperti bersepeda atau mengendari motor trail, diakui Suyudi Ario Seto, memang melelahkan. Namun setelah itu badan jadi segar, sehat dan berkesan. (Foto: Bambang Eros VOI, DI: Raga Granada VOI)
Satu hal yang dirasakan paling seru oleh Suyudi Ario Seto adalah ketika menjajal daerah baru. “Kenapa seru? Karena kita belum tahu rute dan track-nya. Jadi harus berhati-hati dan waspada agar tak terjadi kecelakaan. Serunya di sana,” ujar mantan Kapolda Banten ini.
Uniknya, lanjutnya, teman-temannya akan heboh dan tertawa jika ada salah satu rombongan yang terjatuh. “Pokoknya momen itu ditunggu banget kalau ada yang jatuh. Pasti diketawain. Makanya harus hati-hati jangan sampai jatuh. Soalnya kalau ada yang jatuh, itu jadi hiburan buat yang lain,” katanya terkekeh.
Diakui Suyudi, meski melelahkan, aktivitas berkendara motor trail ke daerah pedalaman justru membuatnya kembali segar. “Selesai aktivitas itu bikin fresh lagi. Dan kalau sudah begitu, hubungan dengan teman-teman makin dekat, sudah tidak ada jarak,” ujarnya.
Kontrol Asupan Makanan
Menjaga asupan makanan adalah cara yang dilakukan Suyudi Ario Seto menjaga kesehatannya. Kini ia mulai mengurangi asupan nasi yang diganti dengan beras porang. (Foto: Bambang Eros VOI, DI: Raga Granada VOI)
Selain olahraga, Suyudi juga menjaga pola makan. “Yang penting adalah menjaga asupan makanan. Kalau saya pagi hari sarapan dengan dua butir telur ditambah saus cabai,” kata alumni Akpol 1994 ini.
Menjelang siang, barulah ia makan besar. “Siang baru makan nasi porang. Untuk lauknya dua macam saja, ditambah sayur-sayuran. Malam juga begitu, tetapi sudah tidak pakai nasi,” ungkapnya.
Dengan pola makan seperti itu, lanjut Suyudi, kondisi badan terasa lebih terjaga. “Insya Allah dengan pola seperti itu bisa menjaga kesehatan. Tetapi jangan lupa imbangi juga dengan workout atau aktivitas yang bisa membakar kalori seperti melatih otot kaki,” tambahnya, sembari berpesan untuk tidak memaksakan olahraga berat.
Untuk menjaga kedekatan dengan keluarga, pada akhir pekan Suyudi selalu menyempatkan makan siang atau makan malam bersama anak dan istri. “Meski sibuk dengan berbagai kegiatan, harus menyempatkan minimal sekali untuk lunch atau dinner dengan anak dan istri,” katanya, yang juga aktif berkomunikasi lewat telepon pintar.
Momen berkumpul itu digunakan untuk berbagi cerita dengan anak-anak yang mulai tumbuh besar dengan berbagai kegiatannya. “Kalau libur, kadang saya ajak anak mengikuti aktivitas saya. Biar mereka juga melihat dan merasakan kegiatan ayahnya. Sebaliknya, kalau anak-anak ada kegiatan atau pentas di sekolah, saya datangi. Mereka senang kalau ayahnya datang,” lanjut Suyudi Ario Seto.
“Saya mengimbau kepada semua orang tua, guru, dosen, rektor, dan semua pemangku kepentingan untuk membuka mata dan telinga, jangan apatis dengan persoalan narkotika. Ingat, narkotika sudah ada di sekeliling kita—tidak hanya di kota besar, tetapi juga sudah merambah desa-desa, pesisir pantai, dan perkebunan,”
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5195276/original/072014600_1745336400-IMG-20250422-WA0071__1_.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Penculik dan Pembunuh Alvaro Bunuh Diri di Tahanan, Begini Kata Polisi
Liputan6.com, Jakarta – Kapolres Jakarta Selatan (Jaksel) Kombes Nicolas Ary Lilipaly membenarkan bahwa pelaku penculikan Alvaro Kiano Nugroho (6), Alex yang juga ayah tiri dari korban meninggal dunia di dalam sel tahanan.
“Sudah di dalam tahanan (meninggalnya),” tutur Nicolas di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Senin (24/11/2025).
Menurutnya, keterangan yang disampaikan pihak keluarga almarhum Alvaro kepada awak media benar adanya. Termasuk status pelaku adalah ayah tiri korban.
“Yang diungkapkan pihak keluarga itu benar adanya,” jelas dia.
Meski enggan merinci lebih jauh, Nicolas mengatakan bahwa Alex ditangkap pada Sabtu, 22 November 2025. Termasuk belum menerangkan penyebab kematian pelaku, apakah bunuh diri atau lainnya.
“Detailnya nanti,” Nicolas menandaskan.
Sebelumnya, polisi telah menangkap seseorang bernama Alex yang diduga sebagai pelaku penculikan Alvaro Kiano Nugroho (6). Namun, si pelaku yang juga merupakan ayah tiri dari Alvaro dikabarkan telah meninggal dunia. Kabar tewasnya Alex diketahui sang nenek Alvaro, Sayem (53) dari pihak kepolisian.
“Tersangkanya bapak tirinya Alvaro. Dia sudah meninggal,” kata Sayem saat ditemui, Senin (24/11/2025).
Sayem mengatakan, Alex sudah ditangkap sejak Rabu 19 November 2025 di kawasan Tangerang. Dua hari kemudian, polisi memberitahukan pria tersebut ditemukan tewas.
“Ini tersangka ini meninggal katanya bunuh diri di Polres Metro Jaksel,” ucap dia.
Saat ini, jenazah Alex telah dikuburkan di Tangerang. Namun, pihak keluarga belum yakin, karena hanya menerima foto lokasi pemakaman tanpa penjelasan rinci.
“Tapi kakeknya belum pasti jelas meninggalnya itu. Apa tersangka Alex apa bukan. Makanya nanti dari polda, polres mau selidiki yang lain-lain. Soalnya kakenya gak percaya, soalnya dikasih tahu cuman kuburannya aja gitu,” ucap dia.
-

Bahlil ungkap modus tambang timah ilegal pakai IUP pasir kuarsa-silika
Sekarang, dengan keputusan ratas (rapat terbatas) kemarin, akan ada revisi peraturan. Untuk seluruh perizinan (penambangan) pasir kuarsa maupun pasir silika akan ditarik ke pusat
Jakarta (ANTARA) – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan terdapat modus tambang timah ilegal yang menggunakan izin usaha pertambangan (IUP) untuk pasir kuarsa dan pasir silika.
“Ada satu yang kemarin saya temukan, bahwa mereka izinnya pasir kuarsa (dan silika) tapi di dalamnya timah,” ucap Bahlil ketika ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin.
Temuan tersebut menyebabkan Bahlil memutuskan untuk menarik izin pertambangan pasir kuarsa dan pasir silika ke pusat. Sebelumnya, IUP untuk pasir kuarsa dan pasir silika merupakan kewenangan pemerintah daerah.
“Sekarang, dengan keputusan ratas (rapat terbatas) kemarin, akan ada revisi peraturan. Untuk seluruh perizinan (penambangan) pasir kuarsa maupun pasir silika akan ditarik ke pusat,” ucap Bahlil.
Revisi aturan tersebut nantinya tidak hanya berlaku di Bangka Belitung, tetapi juga di daerah-daerah lain.
Langkah itu ditempuh oleh pemerintah untuk memperbaiki tata kelola pertambangan Indonesia.
“Tidak hanya Babel, semuanya mau kami rapikan,” kata dia.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto dalam rapat terbatas di kediamannya, Minggu (23/11), memfokuskan pembahasan pada penanganan kawasan-kawasan ilegal yang selama ini sulit dijangkau aparat.
Dalam pertemuan di kawasan Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Presiden menekankan perlunya langkah terpadu lintas lembaga untuk memastikan penegakan hukum dapat dilakukan secara efektif di wilayah-wilayah rawan tersebut.
Setelah menghadiri rapat tersebut, Bahlil menegaskan komitmen penertiban tambang ilegal.
Selain modus tambang timah ilegal yang menggunakan izin penambangan pasir kuarsa, Bahlil juga memaparkan temuan soal penambang yang sudah memiliki izin usaha pertambangan (IUP), namun belum memiliki IPPKH. Dengan demikian, pertambangan tersebut digolongkan sebagai pertambangan ilegal, meskipun sudah memiliki IUP.
Kegiatan pertambangan tanpa IPPKH tersebut lantas menyebabkan kawasan hutan dipenuhi oleh lubang-lubang dan mengalami kerusakan lingkungan.
“Itu semuanya akan diberikan sanksi sesuai dengan aturan yang ada. Kami tidak ingin (lebih parah), jadi kami tertibkan semuanya. Jangan sampai ada gerakan-gerakan tambahan lagi,” tutur Bahlil.
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.