kab/kota: Bogor

  • Respons Usul Dedi Mulyadi, Cak Imin: Vasektomi Tak Boleh Dipaksakan

    Respons Usul Dedi Mulyadi, Cak Imin: Vasektomi Tak Boleh Dipaksakan

    Respons Usul Dedi Mulyadi, Cak Imin: Vasektomi Tak Boleh Dipaksakan
    Tim Redaksi
    BOGOR, KOMPAS.com
    – Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar menyatakan, keputusan seseorang melakukan
    vasektomi
    seharusnya dilandaskan kerelaan, bukan paksaan demi mendapatkan bantuan sosial (bansos).
    Hal ini disampaikan
    Cak Imin
    , sapaan akrabnya, merespons usul Gubernur Jawa Barat
    Dedi Mulyadi
    agar vasektomi dijadikan salah satu syarat untuk mendapatkan bansos.
    “Ya, tidak ada satu pun yang boleh memaksakan vasektomi.
    Vasektomi
    bagian dari hak asasi manusia. Vasektomi itu kerelaan,” kata Cak Imin di Bogor, Senin (5/5/2025).
    Cak Imin menegaskan, tidak ada aturan yang mengatur vasektomi sebagai syarat mendapatkan bansos.
    Ia memastikan, program
    bansos
    harus menjangkau semua warga tak mampu tanpa syarat tambahan yang melanggar hak asasi.
    “Karena itu tidak ada aturan satu pun yang mensyaratkan bansos itu tertentu sebagai vasektomi,” ujar ketua umum Partai Kebangkitan Bangsa ini.
    Cak Imin pun menegaskan pesan Presiden Prabowo Subianto agar tidak boleh ada warga yang tertinggal untuk mendapatkan bansos.
    “Presiden sudah memerintahkan, tidak boleh ada yang berhak menerima tidak mendapatkan bantuan,” ujar dia.
    Kendati demikian, Cak Imin mengakui bahwa perlu ada kesadaran di tengah publik untuk merencanakan jumlah anak.
    “Karena itu, mari kita lakukan penyadaran pentingnya keluarga berencana,” kata dia.
    Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengusulkan agar penerima bansos di Jawa Barat mengikuti program KB, termasuk vasektomi, sebagai syarat utama.
    Ia menilai langkah itu bisa mengendalikan laju kelahiran di kalangan keluarga prasejahtera, sekaligus memastikan distribusi bantuan pemerintah menjadi lebih adil.
    Dedi bilang, kebijakan ini merupakan solusi atas fenomena banyaknya keluarga prasejahtera yang melahirkan melalui operasi caesar dengan biaya sekitar Rp 25 juta per tindakan.
    “Seluruh bantuan pemerintah nanti akan diintegrasikan dengan KB. Jangan sampai kesehatannya dijamin, kelahirannya dijamin, tetapi negara menjamin keluarga itu-itu juga,” kata Dedi, Selasa (29/4/2025).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pemerintah Ingin Terapkan AI untuk Sektor Pertanian, Tiru Belanda

    Pemerintah Ingin Terapkan AI untuk Sektor Pertanian, Tiru Belanda

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Pertanian (Kementan) berencana menerapkan kecerdasan buatan (AI) di sektor pertanian dengan  mengintegrasikan data. Teknologi terbaru itu telah digunakan di Belanda.

    Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mengatakan Belanda yang merupakan negara eksportir produk pertanian terbesar kedua mampu mengelola pertanian melalui rumah kaca (green house) maupun metode pertanian vertikal (vertical farming) yang diolah ke dalam bentuk AI.

    “Bagaimana Belanda mengintegrasikan semua komponen data, BMKG, kontur tanah, kesuburan, dan seterusnya dikumpulkan, di-AI-kan sehingga rekomendasi-rekomendasi itu bisa langsung diterima oleh petani-petani mereka,” kata Sudaryono dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Senin (5/5/2025).

    Sudaryono menjelaskan data yang berasal dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) hingga tingkat kesuburan pertanian nantinya bisa memprediksi kapan dan di mana petani harus menanam sayur maupun buah. Bahkan, dia menyebut integrasi data ke AI ini bisa mengukur tingkat nutrisi suatu tanaman.

    Untuk green house, misalnya, Sudaryono menjelaskan Belanda membuat iklim buatan (artificial climate) untuk menciptakan kelembapan suhu sehingga ongkos produksi tak membengkak.

    Namun, dia menekankan pemerintah tak akan serta-merta meniru 100% teknologi AI di sektor pertanian seperti Belanda, melainkan akan membuatnya jauh lebih sederhana.

    “Tentu saja kita tidak mungkin plek-plek [seperti Belanda] kita bikin di Indonesia, kita akan lebih sederhana, karena kita tidak perlu ada [green house], kita kan tidak ada musim dingin yang di mana green house butuh pemanas, tidak butuh pendingin atau AC pada saat musim panas, jadi kita kan relatif stabil,” terangnya.

    Lebih lanjut, Sudaryono menuturkan Universitas Wageningen yang berlokasi di Belanda dan merupakan universitas agrikultur terbaik di dunia itu telah bekerja sama dengan sejumlah universitas di Indonesia, termasuk Institut Pertanian Bogor (IPB).

    Dia juga mengeklaim IPB, Kementan melalui Pusat Data dan Informasi atau Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin), Pupuk Indonesia, hingga Perum Bulog tinggal selangkah lagi mengintegrasikan data di sektor pertanian ke AI.

    “Sesuai dengan rencana Pak Menteri [Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman], kami di Pusdatin sudah berusaha, karena memang membuat AI itu butuh waktu, karena kan harus belajar terus,” ujarnya.

    Dengan begitu, Sudaryono menyebut sistem pendataan itu akan digunakan untuk petani melalui penyuluh pertanian terkait masa tanam hingga volume pupuk.

    Lebih lanjut, Sudaryono juga menyatakan Kementan juga membawa delegasi Rektor IPB, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin (Unhas), Dekan Fakultas Perikanan Universitas Padjajaran (Unpad).

    Selain itu, ungkap dia, Kementan juga membawa tiga Agro Industri Nasional (Agrinas) milik pelat merah, seperti Agrinas Palma, Agrinas Pangan, dan Agrinas Jaladri atau Agrinas Perikanan.

  • RI Mau Belajar dari Belanda, Pakai AI buat Sektor Pertanian

    RI Mau Belajar dari Belanda, Pakai AI buat Sektor Pertanian

    Jakarta

    Pemerintah Indonesia tengah berupaya untuk menerapkan kecerdasan buatan (AI) di sektor pertanian. Sejalan dengan itu, Kementerian Pertanian (Kementan) akan melakukan kunjungan ke Belanda untuk melihat sekaligus mengadopsi penerapan AI di sektor pertanian.

    Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mengatakan dalam mewujudkan swasembada pangan, pihaknya bersama dengan Agrinas, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) serta delegasi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Univeritas Hasanudin ke Wageningen University Belanda. Sudaryono menerangkan Belanda merupakan negara eksportir terbesar kedua setelah Amerika Serikat (AS).

    “Nah, padahal wilayahnya yang kecil, tidak lebih luas daripada, ya kecil lah ya, Anda sendiri bisa cek. Tapi di Belanda ekspor produk pertanian terbesar kedua. Makanya kita ingin belajar dari sana,” kata Sudaryono saat Konferensi Pers, di kantornya, Jakarta Selatan, Senin (5/5/2025).

    Beberapa hal yang akan dipelajari di Belanda, seperti pengelolaan serta teknologi di greenhouse, pertanian vertikal, hingga penerapan AI. Sudaryono menerangkan AI dapat digunakan untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan petani, seperti cuaca, kontur, hingga kesuburan tanah.

    Terkait penerapan AI, pihaknya tengah mengupayakan untuk membentuk Pusat Data dan Informasi (Pusdatin). Melalui Pusdatin, petani melalui penyuluh pertanian mendapatkan rekomendasi-rekomendasi waktu hingga persentase pupuk yang dibutuhkan.

    “Nah, kemudian beruntungnya kita, Wageningen sudah bergerjasama dengan banyak universitas di Indonesia. Kami laporkan, termasuk dengan IPB, dan ini tinggal kita mengintegrasikan bagaimana IPB, kemudian juga Kementerian Pertanian dalam Hal ini Pusdatin, kemudian juga apakah Pupuk Indonesia, atau Bulog, dan yang lain itu kita integrasikan datanya,” jelas Sudaryono.

    Sementara itu, untuk pengelolaan buah dan sayur di Belanda menggunakan greenhouse. Sudaryono menerangkan greenhouse di Belanda menggunakan AI juga untuk membuat kelembaban udara.

    “Sehingga dia betul-betul ongkosnya mahal. Tentu saja kita tidak mungkin plek-plek kita bikin di Indonesia, kita akan lebih sederhana, karena kita tidak perlu ada, kita kan tidak ada musim dingin yang di mana greenhouse-nya butuh pemanas, tidak butuh pendingin atau AC pada saat musim panas, jadi kita kan relatif stabil, sehingga lebih simpel,” jelas Sudaryono.

    Meski begitu, Sudaryono menilai masih ada tantangan yang harus dihadapi untuk menerapkan teknologi tersebut, yakni implementasi ke petani. Padahal produktivitas bisa meningkat lebih besar dibandingkan dengan teknik konvensional.

    “Riset membuktikan bahwa nanam di tanah sama nanam di greenhouse yang gak ketemu tanah, tanamannya itu ternyata produktivitasnya lebih besar di dalam greenhouse. Itu sesuai dengan hasil penelitiannya, termasuk input produksinya juga lebih rendah kalau pakai greenhouse,” imbuh Sudaryono.

    (acd/acd)

  • Pria Ditemukan Tewas di Atas Tumpukan Sampah di Bogor, Polisi Olah TKP

    Pria Ditemukan Tewas di Atas Tumpukan Sampah di Bogor, Polisi Olah TKP

    Bogor

    Seorang pria ditemukan tewas di perkebunan di Bojong Koneng, Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Pria tanpa identitas itu memiliki ciri memakai sepatu kuning dan berkaus putih.

    Dalam video beredar di media sosial dilihat, tampak sesosok mayat pria dengan posisi telungkup di pinggir jalan desa. Jasad pria tampak bersepatu kuning, celana jeans warna hitam dan kaus warna putih. Terlihat mayat pria itu berada di antara tumpukan sampah.

    Di lokasi tampak sudah terpasang garis polisi. Sementara di sekitar mayat pria tampak sejumlah warga berkerumun untuk melihat jasad tersebut dan menyaksikan proses olah TKP yang dilakukan polisi.

    “Temuan mayat di daerah Pasir Ipis, ciri-ciri sepatu kuning, celana jeans, baju putih. Kulit hitam sawo, belum diketahui identitasnya. Polisi sudah datang, olah TKP,” ucap seseorang dalam tayangan video beredar seperti dilihat, Minggu (4/5/2025).

    Dikonfirmasi, Kapolsek Babakan Madang AKP Anggi Eko Prasetyo membenarkan peristiwa tersebut. Menurutnya, jasad pria tersebut ditemukan siang tadi dan kasusnya sedang dalam penanganan.

    “(Temuan mayat) hari ini iya, didapati temuan jenazah di salah satu wilayah di Kecamatan Babakan Madang. Sedang dalam penanganan kepolisian ya,” kata Kapolsek Babakan Madang AKP Anggi Eko Prasetyo, Minggu (4/5/2025) malam.

    “Betul berita (temuan mayat pria) tersebut dan sudah dalam penanganan kepolisian. (Korban) Laki-laki tanpa identitas. Hanya itu saja yang bisa kami sampaikan ya,” kata Plt Kasi Humas Polres Bogor Ipda Yulista Mega Stefani dihubungi terpisah.

    (sol/fca)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Prabowo Subianto Kerja di Akhir Pekan: “Saya Tidak Pernah Capek”

    Prabowo Subianto Kerja di Akhir Pekan: “Saya Tidak Pernah Capek”

    BOGOR – Presiden Prabowo Subianto memberikan pengarahan kepada Badan Gizi Nasional, Koordinator SPPI dan SPPG Nasional di kediamannya di Hambalang, Sabtu, 3 Mei. Dalam pidatonya, Presiden Prabowo Subianto menekankan jika ia selalu siap terus terlibat dalam setiap tahapan pembangunan, termasuk memberi pengarahan teknis di lapangan. Kepada ribuan petugas lapangan di dapur program Makanan Bergizi Gratis (MBG), Prabowo meminta agar mereka bekerja dengan sebaik-baiknya, karena merupakan ujung tombak dalam mengamankan masa depan anak-anak Indonesia.

  • Gerak Cepat Satlantas Polresta Bogor Bantu Korban Pingsan Saat Olahraga

    Gerak Cepat Satlantas Polresta Bogor Bantu Korban Pingsan Saat Olahraga

    Bogor Kota

    Jajaran Satlantas Polresta Bogor Kota Polda Jawa Barat merespons cepat aduan warga yang melaporkan adanya remaja perempuan yang pingsan saat berolahraga lari. Usai dibawa ke rumah sakit, nyawa korban terselamatkan.

    Peristiwa ini terjadi di lingkar luar Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, Minggu (4/5/2025) sekitar pukul 21.00 WIB. Saat itu dua orang remaja bernama Helina dan Selvi melihat seorang remaja perempuan yang sedang berolahraga tiba-tiba sesak napas hingga jatuh tak sadarkan diri.

    Satlantas Polresta Bogor membantu korban pingsan saat berolahraga. (dok Istimewa)

    Kondisi di lokasi, dekat pintu 4 Kebun Raya Bogor memang cukup gelap. Beruntung keberadaan korban dilihat Herlin dan Selvi yang saat itu juga sedang berolahraga.

    Herlin dan rekannya pun berupaya mencari pertolongan ke warga lainnya. Salah seorang warga kemudian menghubungi nomor aduan Kapolresta Bogor Kota Kombes Eko Prasetyo. Kombes Eko pun langsung meminta Kasat Lantas Polresta Bogor Kota Kompol Yudiono bergegas menerjunkan tim piket lantas ke lokasi.

    Tidak lama, korban yang diketahui bernama Vita kemudian mendapatkan pertolongan di Unit Gawat Darurat (UGD) RS PMI Bogor. Tampak mendampingi tim piket Satlantas Polresta Bogor Kota di antaranya Iptu Septo, Aiptu Sunaryo dan lainnya.

    Satlantas Polresta Bogor membantu korban pingsan saat berolahraga. (dok Istimewa)

    Setelah siuman, korban diantar pulang ke daerah Tanah Baru oleh tim Piket Satlantas Polresta Bogor Kota menggunakan mobil patroli.

    Dari video yang diperoleh detikcom, keluarga korban mengucapkan terima kasih kepada jajaran Satlantas Polresta Bogor Kota yang sudah menolong dan mengantarkan korban dengan selamat.

    “Terima kasih bapak-bapak polisi, sudah mengantarkan keponakan saya. Alhamdulillah masih selamat. Terima kasih banyak Pak Komandan, sekali lagi hatur nuhun,” kata paman korban.

    (hri/hri)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Ribuan Warga Rayakan Budaya Nusantara dalam Semangat SilaturahmI

    Ribuan Warga Rayakan Budaya Nusantara dalam Semangat SilaturahmI

    JABAR EKSPRES – Ribuan warga Desa Bojonggede, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor, memadati Lapangan Siaga pada Minggu (4/5) untuk merayakan Festival Budaya Lebaran ke-4 Bojonggede.

    Meskipun sempat diguyur hujan, antusiasme warga tak surut. Mereka tetap semangat memeriahkan acara tahunan ini dengan menampilkan kekayaan budaya Nusantara melalui tarian tradisional, pakaian adat, dan pawai dongdang bertema miniatur Indonesia.

    Warga yang hadir mengenakan berbagai busana adat dari seluruh penjuru negeri, memperlihatkan keberagaman sekaligus kebersamaan yang menjadi ciri khas Lebaran Bojonggede.

    Camat Bojonggede, Tenny Ramdhani, memberikan apresiasi atas semangat masyarakat yang luar biasa meski cuaca kurang bersahabat. Ia menegaskan komitmennya untuk terus mendukung kegiatan ini dan mendorong agar Lebaran Bojonggede menjadi agenda resmi tahunan Kabupaten Bogor.

    “Alhamdulillah, tahun ini kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian Hari Jadi Bogor dan telah ditetapkan sebagai salah satu kalender event Kabupaten Bogor oleh Pak Bupati,” ujarnya.

    Kepala Desa Bojonggede, Dede Malvina, menjelaskan bahwa Festival Budaya Lebaran Bojonggede 2025 digelar selama dua hari, yakni Sabtu dan Minggu, hasil dari musyawarah adat bersama masyarakat dan pemerintah desa yang telah berlangsung selama lima tahun terakhir.

    Menurutnya, acara ini bukan sekadar hiburan, tetapi menjadi simbol pelestarian nilai-nilai budaya, gotong royong, dan silaturahmi yang mengakar kuat di tengah masyarakat.

    “Momentum akhir bulan Syawal ini sengaja dipilih sebagai ajang silaturahmi sekaligus upaya menjaga budaya lokal yang hakiki,” ucap Dede.

    Dalam festival ini, masyarakat dibagi dalam beberapa tim RW, dengan setiap RW mengirim sekitar 200 peserta. Mereka turut serta dalam pawai dongdang dengan konsep khas Betawi-Sunda, yang menampilkan keragaman budaya Indonesia tanpa unsur asing.

    “Yang penting adalah menampilkan kekayaan budaya bangsa. Kami ingin miniatur Indonesia hadir di Bojonggede,” pungkasnya.

  • Warga Vila Nusa Indah Desak Percepatan Normalisasi Sungai: Kami Tak Mau Tenggelam Lagi

    Warga Vila Nusa Indah Desak Percepatan Normalisasi Sungai: Kami Tak Mau Tenggelam Lagi

    JABAR EKSPRES – Ribuan warga Perumahan Vila Nusa Indah, Bojongkulur, Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor, menggelar aksi damai pada Minggu (4/5), menuntut percepatan normalisasi Sungai Cileungsi dan Sungai Cikeas.

    Aksi ini diikuti lebih dari 3.000 orang yang terdampak banjir akibat luapan kedua sungai tersebut. Mereka turun ke jalan melakukan long march dari berbagai titik di lingkungan perumahan, membawa spanduk yang menyuarakan tuntutan mereka. Salah satu spanduk berbunyi, “Kami Tidak Mau Tenggelam Lagi, Kami Meminta PERCEPATAN Normalisasi Sungai Cileungsi-Cikeas.”

    Ketua Komunitas Peduli Sungai Cileungsi Cikeas (KP2C), Puarman, yang mewakili 32.000 warga terdampak banjir dari wilayah sekitar Sungai Cileungsi, Cikeas, dan Kali Bekasi, membuka orasi dengan memberikan apresiasi atas langkah cepat Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) dalam penanganan pasca-banjir.

    Namun, Puarman menegaskan bahwa kondisi sungai saat ini semakin memburuk, baik di bagian hulu maupun hilir. Hal ini dinilai berisiko memicu banjir yang lebih besar dan lebih sering ke depannya.

    Ia mengkritisi lambannya tahapan normalisasi yang direncanakan pemerintah. Menurut jadwal yang ada, penyiapan lahan baru akan dimulai pada 2025-2026, lelang proyek pada 2027, dan konstruksi baru dimulai pada 2028. Padahal, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), siklus banjir besar yang sebelumnya lima tahunan kini bisa terjadi setiap tiga tahun, bahkan setiap tahun dengan volume yang sama.

    “Kalau tidak ada upaya percepatan, kami khawatir tahun 2028 kami benar-benar bisa tenggelam,” tegas Puarman.

    Koordinator aksi, Syamsudin, juga menyampaikan bahwa warga Bojongkulur dan sekitarnya sudah terlalu sering menjadi korban banjir.

    Sebagai puncak aksi, warga membacakan Surat Terbuka yang ditujukan kepada Presiden Republik Indonesia, Gubernur Jawa Barat, dan Bupati Bogor. Syamsudin menyatakan bahwa surat tersebut akan langsung dikirimkan ke masing-masing pemimpin pada keesokan harinya.

    Melalui aksi damai ini, warga berharap pemerintah tidak hanya sigap dalam penanganan bencana, tetapi juga segera merealisasikan proyek normalisasi sungai demi mencegah bencana serupa terulang kembali.

  • Pendaki Asal Bogor Hilang di Gunung Binaya Maluku, Jejak Ditemukan di Hari Ke-9
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        4 Mei 2025

    Pendaki Asal Bogor Hilang di Gunung Binaya Maluku, Jejak Ditemukan di Hari Ke-9 Regional 4 Mei 2025

    Pendaki Asal Bogor Hilang di Gunung Binaya Maluku, Jejak Ditemukan di Hari Ke-9
    Tim Redaksi
    AMBON, KOMPAS.com
    – Operasi pencarian terhadap Firdaus Ahmad Fauji (27), seorang pendaki asal Bogor, Jawa Barat, yang hilang di kawasan
    Gunung Binaya
    , Pulau Seram, Maluku, mulai mendapat titik terang.
    Menurut Kapolsek Tehoru, Iptu Affan Slamet, dalam operasi pencarian hari kesembilan,
    tim SAR
    gabungan menemukan jejak yang ditinggalkan Firdaus di sekitar Kali Yala, tak jauh dari Pos 3 Aimoto.
    “Informasi terakhir, tim yang menyisir Kali Yala menemukan jejak sepatu di bawah Pos 3 Aimoto dekat Kali Yala,” kata Affan kepada
    Kompas.com,
    Minggu (4/5/2025).
    Tim menduga bahwa jejak bekas tanda sepatu yang ditinggalkan di lokasi itu merupakan milik korban.
    Menurut Affan, sebelumnya pada pencarian hari ketujuh, tim SAR gabungan juga menemukan jejak yang ditinggalkan korban di sekitar Kali Yahe.
    “Saat pencarian hari ketujuh, tim SAR juga menemukan puntung rokok Dunhil di dekat Kali Yele. Dari keterangan teman-temannya, korban mengisap rokok tersebut,” ujarnya.
    Tercatat, operasi
    pencarian korban
    telah memasuki hari kesembilan, namun korban belum juga ditemukan, Minggu (4/5/2025).
    “Sampai hari pencarian terhadap korban masih dilakukan, korban belum ditemukan,” katanya.
    Polsek Tehoru sendiri ikut mengerahkan tiga anggotanya bergabung dengan tim SAR gabungan dalam misi pencarian korban.
    Ia mengungkapkan, upaya pencarian korban terus dilakukan tim SAR gabungan dengan menyisir semua jalur pendakian.
    Dalam operasi pencarian tersebut, tim dari Basarnas Ambon juga ikut mengerahkan satu unit drone canggih untuk memantau dari udara.
    Selain itu, para tetua adat juga telah melakukan acara ritual adat di lokasi korban hilang.
    “Namun korban belum juga ditemukan hingga saat ini,” katanya.
    Adapun tim SAR gabungan yang dikerahkan dalam operasi pencarian korban terdiri dari 6 anggota Basarnas Ambon, 22 petugas Balai Taman Nasional Manusela, dan 3 personel Polsek Tehoru.
    Selain itu, ada juga 17 orang anggota komunitas pecinta alam dan lingkungan, seorang petugas medis, dan 18 warga.
    Sebelumnya diberitakan, seorang pendaki asal Cibungbulang, Bogor, Jawa Barat, bernama Firdaus Ahmad Fauji, dinyatakan hilang di kawasan Gunung Binaya di Pulau Seram, Maluku, pada Sabtu (26/4/2025).
    Firdaus dilaporkan hilang setelah terpisah dari rombongannya saat mereka berada di kawasan hutan Nasapeha, kawasan Gunung Binaya.
    Ada pun saat terpisah dari rombongannya, korban hanya membawa tiga botol air dan tiga buah senter kepala tanpa membawa perbekalan makanan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 10 Persen Pohon di Jalur Hijau Kota Bogor Terancam Rusak Berat

    10 Persen Pohon di Jalur Hijau Kota Bogor Terancam Rusak Berat

    JABAR EKSPRES – Bhumi Pasa Hijau (BPH) mencatat ada sekitar 10 persen pohon yang berada di jalur hijau Kota Bogor berada dalam kondisi tidak sehat dan tercancam mengalami kerusakan berat.

    Hal itu terungkap berdasarkan hasil kajian BPH Mahasiswa IPB yang tergabung dalam Tree Grower Community.

    Kajian dilakukan dengan pendekatan Forest Health Monitoring (FHM) dan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG), mencakup 772 pohon pada sembilan koridor jalur hijau.

    Peneliti dari BPH, Sheikha menuturkan, temuan ini mendorong perlunya tata kelola jalur hijau yang lebih adaptif dan melibatkan berbagai pihak.

    “Sebanyak 10 persen pohon di jalur hijau Kota Bogor dalam kondisi kurang sehat hingga tidak sehat. Beberapa jalur seperti Jalan Malabar Ujung dan Jalan Sancang menunjukkan tingkat kerusakan signifikan dan memerlukan penanganan cepat,” katanya dikutip Minggu (4/5).

    Menurutnya, hal itu tentu menjadi tantangan serius bagi seluruh pihak khususnya pemerintah dalam menyikapi perubahan iklim.

    “(Maka dari itu) Kajian ini juga merupakan bentuk mitigasi risiko dalam menghadapi ancaman lingkungan,” ucap Sheikha.

    Kepala Bidang Pengelola dan Keanekaragaman Hayati Disperumkim Kota Bogor, Devi Librianti Juvita mengatakan, hasil kajian tersebut sangat membantu pemerintah dalam menyusun prioritas pengelolaan jalur hijau.

    “Jalur hijau adalah bagian dari infrastruktur ekologi kota. Menjaganya bukan sekadar urusan estetika, tapi juga mitigasi risiko lingkungan dan adaptasi perubahan iklim,” tuturnya.

    Untuk itu, Devi menekankan pentingnya kolaborasi multipihak. Dalam hal ini, pihaknya juga mengapresiasi penggunaan aplikasi Inventree, inovasi BPH dalam memantau kesehatan pohon secara visual.

    Aplikasi itu diharapkan dapat mendukung Kota Bogor menjadi kota yang berketahanan iklim. (YUD)