kab/kota: Bogor

  • Lima Lokasi Bangunan Liar Jadi Target Penertiban Satpol PP Kota Depok – Page 3

    Lima Lokasi Bangunan Liar Jadi Target Penertiban Satpol PP Kota Depok – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Depok akan menertibkan bangunan liar yang berdiri di lahan fasos fasum. Terdapat lima titik sasaran bangunan liar yang akan ditertibkan, salah satunya Jalan Raya Juanda, Depok, Jawa Barat (Jabar).

    Kasat Pol PP Kota Depok Dede Hidayat membenarkan akan ada penertiban bangunan liar berada di lahan milik Pemerintah ataupun fasos fasum. Satpol PP Kota Depok menemukan beberapa ruas jalan terdapat bangunan liar.

    “Diantaranya adalah Jalan Juanda, Jalan Merdeka, Jalan Raya Cipayung, kawasan Ratu Jaya, dan GDC,” ujar Dede saat ditemui di Gedung Satpol PP Kota Depok, Selasa (8/7/2025).

    Dia mengatakan, Satpol PP Kota Depok menemukan sejumlah pedagang berjualan di lahan milik Pemerintah. Bahkan, kata Dede, terdapat beberapa pedagang mendirikan bangunan semi permanen untuk berjualan di lahan Pemerintah.

    “Rata-rata sih bangunannya nggak ada yang permanen sih ya, bangunan cuman hanya gubuk-gubuk,” ucap dia.

    Dede mengaku belum menghitung secara total jumlah pedagang maupun warga liar yang mendirikan bangunan di lahan pemerintah maupun fasos fasum. Namun, kata dia, untuk lahan fasos fasum di Jalan Raya Juanda terdapat ratusan bangunan.

    “Tapi yang di Jalan Juanda, kemarin kita sudah menginventarisir ada 120 bangunan yang sudah kita inventarisir di sekitar Jalan Juanda,” terang Dede.

    Rencananya, lanjut dia, dalam waktu dekat Satpol PP Kota Depok akan melakukan penertiban di Jalan raya Juanda. Ada pun, kata Dede, titik penertiban mulai dari Jalan raya Juanda berbatasan dengan Jalan Raya Jakarta-Bogor, sampai Jalan Raya Komplek Pelni.

    “Saat ini di lokasi itu sedang diberikan surat peringatan, nanti setelah itu akan dilakukan penertiban sekitar satu minggu lagi,” papar dia.

     

    Usai disidak Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, puluhan bangunan liar di bantaran kali, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat langsung dibongkar Satpol PP.

  • 5 Fakta Terkait Kasus Dugaan Pembunuhan Notaris Asal Bogor Ditemukan Tewas di Sungai Citarum Bekasi – Page 3

    5 Fakta Terkait Kasus Dugaan Pembunuhan Notaris Asal Bogor Ditemukan Tewas di Sungai Citarum Bekasi – Page 3

    Seorang notaris asal Kota Bogor, Jawa Barat berinisial SA (60) ditemukan meninggal dunia di Sungai Citarum, Kedungwaringin, Bekasi, Jawa Barat.

    Sebelum ditemukan tewas, korban sempat dilaporkan hilang oleh keluarganya ke Polsek Tanahsareal, Kota Bogor.

    “Jenazah itu kita amankan kemarin siang ke sore. Dibawa ke Rumah Sakit Kramat Jati, habis itu sudah dibawa sama keluarga untuk dimakamkan,” kata Kasat Reskrim Polres Metro Bekasi, AKBP Agta Bhuwana Putra saat dihubungi, Jakarta, Sabtu 5 Juli 2025.

    Dia mengatakan, kepolisian saat ini masih melakukan penyelidikan terkait kasus dugaan pembunuhan yang menewaskan seorang notaris tersebut. Sementara terkait luka yang ditemukan pada tubuh korban, Agta belum bersedia mengungkap secara jelas.

    “Tunggu hasil autopsi, saya belum dapat. Takutnya nanti salah analisa. Pokoknya kami dapat info dari Polsek, terus kami geser anggota iden sama piket Reskrim. Baru kami melakukan evakuasi kemudian kita bawa ke rumah sakit,” ujar perwira menengah Polri ini.

    Meski begitu, dirinya memastikan korban kehilangan nyawa dengan cara yang tidak wajar.

    “Kronologi di Polsek-nya saya belum dapat, yang pasti ditemukan di sungai. Dugaan sementara ada penyebab kematian tidak wajar,” ucapnya.

    Sementara terkait dengan kendaraan milik korban yang diduga hilang, saat ini masih didalami petugas kepolisian.

    “Untuk kendaraan kita masih coba cek dan dalami dulu. Secepatnya kita kasih informasi,” katanya memungkasi.

     

  • Cuaca Indonesia Hari Ini Selasa 8 Juli 2025, BMKG Prediksi Mayoritas Hujan – Page 3

    Cuaca Indonesia Hari Ini Selasa 8 Juli 2025, BMKG Prediksi Mayoritas Hujan – Page 3

    Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan semua wilayah Jakarta akan diguyur hujan dengan intensitas ringan hingga sedang pada Selasa sore dan malam hari nanti (8/7/2025).

    Informasi dari akun Instagram BMKG menyebutkan, cuaca pada pagi hari dari enam wilayah yaitu Jakarta Barat, Timur, Pusat, Utara, Selatan, dan Kabupaten Kepulauan Seribu diperkirakan cerah berawan hingga berawan tebal.

    “Kondisi cuaca Jakarta cerah berawan dan berawan tebal berlangsung hingga siang hari,” tulis akun Instagram, dikutip dari Antara, Selasa (8/7/2025).

    Kemudian, awan tebal pada Selasa siang itu menjadi hujan di seluruh wilayah Jakarta dengan intensitas ringan pada sore hari, kecuali Jakarta Pusat yang berawan tebal.

    Sementara untuk malam hari nanti, semua wilayah di Jakarta tanpa terkecuali akan diguyur hujan dengan intensitas sedang.

    Diketahui, hujan dengan intensitas ringan menurunkan air kurang dari 2,5 mm per jam, sedangkan hujan sedang membawa 5-10 mm air per jam.

    Suhu udara di Jakarta diprakirakan berada pada kisaran 23-31 derajat Celcius dengan kecepatan angin 4-7 kilometer per jam, kecuali Kabupaten Kepulauan Seribu yang mencapai 14 km per jam.

    Sebelumnya, banjir yang melanda sejumlah wilayah Jakarta pada Senin 7 Juli 2025 disebabkan oleh curah hujan sangat lebat hingga ekstrem yang mengguyur Ibu Kota dan wilayah sekitarnya. Kondisi ini diperparah oleh kapasitas drainase yang belum mampu mengimbangi volume air yang tinggi.

    Hal itu diungkap oleh Sekretaris Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta Hendri. Dia menjelaskan, banjir kali ini disebabkan beberapa faktor antara lain hujan sangat lebat yang mengguyur wilayah hulu seperti Bogor, Depok, dan Tangerang.

    “Banjir yang terjadi di sejumlah wilayah di Jakarta terjadi akibat drainase yang tidak mampu menampung debit air akibat curah hujan yang sangat lebat hingga ekstrem. Hujan sangat lebat hingga ekstrem itu terjadi baik di Jakarta maupun di wilayah sekitarnya seperti Depok dan Bogor, Jawa Barat,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Senin 7 Juli 2025.

  • BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Berpotensi Terjadi di Jabodetabek Sepekan ke Depan

    BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Berpotensi Terjadi di Jabodetabek Sepekan ke Depan

    BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Berpotensi Terjadi di Jabodetabek Sepekan ke Depan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (
    BMKG
    ) memperingatkan bahwa
    cuaca ekstrem
    masih berpotensi terjadi di berbagai wilayah sepekan ke depan, termasuk Jabodetabek.
    Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, intensitas hujan lebat tercatat lebih dari 100 mm per hari, bahkan mencapai 150 mm per hari di daerah Puncak, Jawa Barat.
    “Pada sepekan ke depan, BMKG mewaspadai cuaca ekstrem yang masih berpotensi terjadi di berbagai wilayah, terutama di Pulau Jawa bagian barat dan tengah, termasuk Jabodetabek, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, termasuk Mataram; Maluku bagian tengah, serta Papua bagian tengah dan utara,” kata Dwikorita dalam siaran pers, Selasa (8/7/2025).
    Dwikorita menjelaskan, hujan dengan intensitas lebih dari 100 mm per hari (lebat hingga sangat lebat) terjadi di wilayah Bogor, Mataram, dan sejumlah kabupaten di Sulawesi Selatan pada Sabtu (5/7/2025) lalu.
    Hujan ekstrem tersebut berdampak pada banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan pohon tumbang.
    “Hujan lebat juga terjadi di wilayah Tangerang dan Jakarta Timur yang mengakibatkan genangan, kerusakan infrastruktur, dan gangguan aktivitas masyarakat,” paparnya.
    Begitu pula pada Minggu (7/7/2025), hujan kembali terjadi secara luas di wilayah Jakarta dan sekitarnya, terutama Tangerang, yang menyebabkan genangan air, antrean lalu lintas, serta peningkatan potensi bencana hidrometeorologi.
    “Kemudian, periode 10-12 Juli 2025, potensi hujan signifikan diperkirakan akan bergeser ke wilayah Indonesia bagian tengah dan timur seiring dengan pergeseran gangguan atmosfer dan distribusi kelembapan tropis,” tutur Dwikorita.
    Sementara itu, Deputi Bidang Modifikasi Cuaca Tri Handoko Seto menjelaskan, BMKG berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), BPBD, operator transportasi, dan pihak lain sebagai tindak lanjut atas kondisi ini.
    BMKG bersama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan melakukan operasi modifikasi cuaca (OMC) sebagai respons terhadap cuaca ekstrem yang berdampak pada masyarakat.
    Operasi Modifikasi Cuaca di DKI Jakarta dan Jawa Barat dilaksanakan mulai hari ini dan direncanakan sampai tanggal 11.
    “Tentu nanti kami akan lihat perkembangan cuacanya. Kami terus berkoordinasi dengan Pemda dan BNPB sebagai pihak yang menyediakan anggaran,” jelasnya.
    BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada serta bersiaga terhadap potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang.
    Masyarakat diminta mewaspadai risiko bencana banjir, tanah longsor, pohon tumbang, banjir bandang, serta gangguan transportasi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Usulan pemekaran belum ada soal pemecahan provinsi

    Usulan pemekaran belum ada soal pemecahan provinsi

    Kepala Biro Pemerintahan dan Otonomi Daerah (Pemotda) Provinsi Jawa Barat Faiz Rahman memberikan keterangan di Bandung. (ANTARA/Ricky Prayoga)

    Pemotda Jabar: Usulan pemekaran belum ada soal pemecahan provinsi
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Selasa, 08 Juli 2025 – 07:29 WIB

    Elshinta.com – Biro Pemerintahan dan Otonomi Daerah (Pemotda) Jawa Barat mengungkapkan dari semua usulan pemekaran daerah yang masuk ke Pemprov Jabar, belum ada yang mengenai pemecahan provinsi, penggabungan atau penambahan wilayah kota, sampai perubahan nama kabupaten.

    Sejauh ini, kata Kepala Biro Pemotda Jawa Barat Faiz Rahman, ada sembilan usulan pemekaran kabupaten di Jawa Barat yang telah masuk sejak tahun 2023 dan disampaikan ke Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) ditambah satu usulan baru untuk Kabupaten Cirebon Timur.

    “Sejauh ini kami menerima dan telah mengusulkan (ke Kemendagri) sembilan usulan pemekaran. Dan baru-baru ini yang masuk usulan Kabupaten Cirebon Timur, kalau itu dihitung jadi 10,” kata Faiz di Bandung, Senin.

    Sejauh ini, dijelaskan Faiz, ada sembilan Calon Daerah Persiapan Otonomi Baru (CDPOB) di Jawa Barat adalah Kabupaten Bogor Barat, Kabupaten Sukabumi Utara, Kabupaten Garut Selatan, Kabupaten Bogor Timur, Kabupaten Indramayu Barat, Kabupaten Cianjur Selatan, Kabupaten Tasikmalaya Selatan, Kabupaten Garut Utara, dan Kabupaten Subang Utara.

    Adapun soal provinsi Jawa Barat yang diwacanakan dipecah lima provinsi; kemudian Kota Cimahi, Banjar, dan Sukabumi yang menginginkan kecamatan di perbatasannya untuk bergabung; dan juga pergantian nama Kabupaten Bandung Barat.

    “Itu belum ada, kalaupun ada kita proses. Namun juga ini kan keputusannya di pemerintah pusat yang masih memberlakukan moratorium saat ini,” ucapnya.

    Faiz mengatakan usulan-usulan soal pemecahan provinsi, penambahan wilayah, dan pergantian nama yang merupakan penataan wilayah, haruslah melalui berbagai kajian seperti sosial, ekonomi, politik, historis dan lainnya yang awalnya dilakukan oleh daerah pengusul.

    Prosesnya juga berjenjang dari kabupaten/kota, naik ke tingkat provinsi, dan dibahas lagi di tingkat pusat.

    “Pengusulan secara resmi melalui pemerintah daerah dan DPRD di kota/kabupaten, kemudian naik ke tingkat provinsi, lalu ke pusat melalui berbagai kajian lagi dan peninjauan, karena ini juga kan terkait undang-undang pembentukan wilayahnya,” ujar dia.

    Wacana soal pemecahan provinsi Jabar pertama kali bergulir dari DPRD Jabar yang menyebutkan ada yang mengusulkan pemecahan provinsi Jabar jadi lima yakni Sunda Priangan, Sunda Caruban, Sunda Galuh, Sunda Bhagasasi, dan Sunda Pakuan.

    Untuk isu daerah kota yang ingin memasukan kecamatan di kabupaten/kota tetangga ke wilayahnya, diwacanakan oleh Kota Sukabumi, Kota Banjar dan yang terbaru Kota Cimahi.

    Adapun soal pergantian nama wilayah, diwacanakan untuk Kabupaten Bandung Barat yang juga disampaikan oleh Gubernur Jabar Dedi Mulyadi belum lama ini.

    Sumber : Antara

  • Modifikasi cuaca bakal dilakukan di langit Jakarta

    Modifikasi cuaca bakal dilakukan di langit Jakarta

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Modifikasi cuaca bakal dilakukan di langit Jakarta
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Senin, 07 Juli 2025 – 22:36 WIB

    Elshinta.com – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bakal melakukan operasi modifikasi cuaca (OMC) di langit Jakarta dan sekitarnya sebagai upaya mengurangi peningkatan debit air akibat hujan beberapa hari terakhir.

    “Rencana OMC akan dilaksanakan oleh BNPB, fokus di atas Bogor, Bekasi, Tangerang dan Jakarta,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Isnawa Adji di Jakarta, Senin.

    Menurut dia, untuk DKI Jakarta masih terus memonitor pertumbuhan awan hujan terutama di Jakarta Selatan (Jaksel) dan Jakarta Timur (Jaktim).

    Sehingga, kata Isnawa, pihaknya terus berkoordinasi dengan BMKG untuk melakukan pengamatan cuaca, apakah perlu dilakukan OMC atau tidak.

    “BNPB dulu, sepertinya besok kami tunggu prediksi terkini BMKG, baru BPBD adakan OMC tersendiri,” ujarnya.

    Ia menambahkan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung terkait OMC dan anggaran yang dimiliki BPBD pun telah disiapkan ketika diperlukan untuk modifikasi cuaca.

    Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo meminta kepada Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta untuk memprioritaskan penanganan pengerukan kali di pinggir kota guna mengatasi banjir di kota metropolitan ini.

    “Saya sudah memutuskan untuk penanganan pengerukan (kali) di pinggir-pinggir Jakarta ini segera dilakukan karena ini menjadi prioritas utama,” kata Pramono.

    Pramono menjelaskan, salah satunya adalah Kali Irigasi Bekasi Tengah, Kecamatan Cakung. Hal ini dilakukan sebagai antisipasi penanganan banjir di Jakarta.

    Pramono menjelaskan, kali sepanjang 5,3 meter tersebut sebenarnya dulu dibuat oleh pemerintah pusat untuk mengatasi banjir dan pengairan. Namun, kini kali tersebut dirawat oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.

    “Karena kami tahu ini kalau tidak dirawat, salah satu sumber banjir di Jakarta. Untuk itu, saya meminta kepada Kepala Dinas SDA, kita gali,” kata Pramono.

    Sumber : Antara

  • Musim Kemarau Basah Diprediksi hingga Oktober 2025, Waspada Bencana Hidrometeorologi!

    Musim Kemarau Basah Diprediksi hingga Oktober 2025, Waspada Bencana Hidrometeorologi!

    Bisnis.com, JAKARTA — Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjelaskan hujan akan terus turun di musim kemarau.

    Hasil prediksi curah hujan bulanan menunjukkan bahwa anomali curah hujan yang sudah terjadi sejak Mei 2025 akan terus berlangsung, dengan kondisi curah hujan di atas normal terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia hingga Oktober 2025.

    “Melemahnya Monsun Australia yang berasosiasi dengan musim kemarau turut menyebabkan suhu muka laut di selatan Indonesia tetap hangat dan hal ini berkontribusi terhadap terjadinya anomali curah hujan tersebut,” kata Dwikorita dilansir dari laman resmi BMKG.

    Selain itu, gelombang Kelvin aktif yang terpantau melintas di pesisir utara Jawa, disertai pelambatan dan belokan angin di Jawa bagian barat dan selatan memicu penumpukan massa udara.

    Kemudian, konvergensi angin dan labilitas atmosfer lokal juga terpantau kuat sehingga mempercepat pertumbuhan awan hujan. Adapun berdasarkan iklim global, BMKG dan beberapa pusat iklim dunia memprediksi ENSO (suhu muka air laut di Samudra Pasifik) dan IOD (suhu muka air laut di Samudra Hindia) akan tetap berada di fase netral pada semester kedua tahun 2025.

    Hal ini berarti, dapat dipastikan bahwa sebagian wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan di atas normal dari yang seharusnya terjadi di musim kemarau atau disebut juga dengan kemarau basah.

    Lebih lanjut, kondisi ini sejalan dengan prediksi BMKG pada Maret 2025 bahwa kemarau tahun ini akan mengalami kemunduran pada sekitar 29 persen Zona Musim (ZOM). Terutama di wilayah Lampung, sebagian besar Pulau Jawa Bali, NTB, dan NTT.

    Pemantauan hingga akhir Juni 2025 menunjukkan bahwa baru sekitar 30 persen Zona Musim yang telah memasuki musim kemarau. Angka ini hanya setengah dari kondisi normal, di mana secara klimatologis sekitar 64 persen Zona Musim biasanya telah mengalami musim kemarau pada akhir Juni.

    Dwikorita menyoroti cuaca ekstrem yang mengintai sejumlah wilayah destinasi wisata, padat penduduk, dan aktivitas transportasi tinggi. Oleh karena itu, peringatan dini telah dikeluarkan sejak 28 Juni agar aktivitas libur sekolah dapat termitigasi. Beberapa wilayah yang perlu diwaspadai adalah sebagian Pulau Jawa bagian barat dan tengah (terutama Jabodetabek), Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, Maluku, dan Papua. Wilayah tersebut sudah terkonfirmasi terjadi hujan intensitas lebat, sangat lebat, hingga ekstrem pada beberapa hari terakhir.

    “Pada 5 Juli 2025, hujan intensitas lebih dari 100 mm per hari (lebat hingga sangat lebat) di wilayah Bogor, Mataram, dan sejumlah kabupaten di Sulawesi Selatan. Hujan ekstrem tersebut berdampak kepada banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan pohon tumbang. Hujan lebat juga terjadi di wilayah Tangerang dan Jakarta Timur yang mengakibatkan genangan, kerusakan infrastruktur, dan gangguan aktivitas masyarakat,” paparnya.

    Begitu pula pada 6 Juli 2025, hujan kembali terjadi secara luas di wilayah Jakarta dan sekitarnya, terutama Tangerang yang menyebabkan genangan air, antrean lalu lintas, serta peningkatan potensi bencana hidrometeorologi. Intensitas hujan lebat tercatat lebih dari 100 mm per hari, bahkan mencapai 150 mm per hari di daerah Puncak, Jawa Barat.

    Sementara pada sepekan ke depan, BMKG mewaspadai cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di berbagai wilayah, terutama di Pulau Jawa bagian barat dan tengah, termasuk Jabodetabek; Kalimantan Timur; Sulawesi Selatan, dan wilayah sekitarnya; Nusa Tenggara Barat, termasuk Mataram; Maluku bagian Tengah; Papua bagian tengah dan utara.

    “Kemudian periode 10-12 Juli 2025, potensi hujan signifikan diperkirakan akan bergeser ke wilayah Indonesia bagian tengah dan timur seiring dengan pergeseran gangguan atmosfer dan distribusi kelembapan tropis,” lanjutnya.

    Sementara itu, Deputi Bidang Modifikasi Cuaca Tri Handoko Seto menjelaskan saat ini BMKG terus berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), BPBD, operator transportasi, dan pihak lain sebagai tindak lanjut atas kondisi ini. Demikian pula bersama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan melakukan operasi modifikasi cuaca (OMC) sebagai respon cuaca ekstrem yang berdampak kepada masyarakat.

    “Operasi Modifikasi Cuaca di DKI Jakarta dan Jawa Barat dilaksanakan mulai hari ini dan direncanakan sampai tanggal 11. Tentu nanti kami akan lihat perkembangan cuacanya. Kami terus berkoordinasi dengan Pemda dan BNPB sebagai pihak yang menyediakan anggaran,” jelasnya.

    Oleh karena itu, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada serta bersiaga terhadap potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang. Masyarakat harus mewaspadai risiko bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang, banjir bandang, serta gangguan transportasi.

  • Pintu Air Manggarai Turun ke Siaga 4, Ketinggian Air Tercatat 670 Cm
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        7 Juli 2025

    Pintu Air Manggarai Turun ke Siaga 4, Ketinggian Air Tercatat 670 Cm Megapolitan 7 Juli 2025

    Pintu Air Manggarai Turun ke Siaga 4, Ketinggian Air Tercatat 670 Cm
    Tim Redaksi
    J
    AKARTA, KOMPAS.com –
    Debit air di
    Pintu Air Manggarai
    , Jakarta Pusat, sudah mulai berangsur normal pada Senin (7/7/2025) sore.
    Petugas operator
    Pintu Air Manggarai
    , Adi Permana (34), mengatakan saat ini debit air sudah masuk ke dalam kategori normal.
    “Untuk saat ini sudah normal kembali di Siaga 4 dengan ketinggian 670 sentimeter (cm). Itu sudah termasuk normal lah ketinggiannya,” ujarnya kepada
    Kompas.com
    di lokasi, Senin (7/7/2025).
    Adi menyebutkan, sebelumnya ketinggian air di
    pintu air Manggarai
    sempat siaga 2, dengan ketinggian air mencapai 860 sentimeter, pada Minggu (6/7/2025).
    “Kemarin pada pukul 18.00 WIB, ketinggian air mencapai 860 sentimeter, masuk ke siaga 2,” ucapnya.
    Menurut dia, tingginya kapasitas air tersebut disebabkan oleh adanya curah hujan yang tinggi di Jakarta, ditambah dengan air kiriman dari Depok dan Bogor.
    “Dikarenakan air kiriman dari Bogor dan Depok berbarengan dengan cuaca hujan lokal juga,” imbuhnya.
    Walaupun sudah berada di posisi aman, Adi mengaku masih terus bersiap siaga untuk mengatasi kemungkinan naiknya kembali debit air di Pintu Air Manggarai ini.
    “Selalu siaga, seperti menambahkan bukaan pintu air yang mengarahkan ke arah Jakarta Pusat, ke Karet sampai waduk Pluit,” ungkapnya.
    Sebelumnya diberitakan, banjir masih merendam sejumlah titik di Jakarta sejak Minggu (6/7/2025) sore, hingga Senin (7/7/2025) pagi.
    Update informasi terkini mengenai kondisi banjir di Jakarta per Senin (7/7/2025) pukul 07.00 WIB, BPBD mencatat masih terjadi genangan di 102 RT dan 3 ruas jalan.
    Titik yang terendam banjir tersebut tersebar di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, serta Jakarta Barat. Ketinggian banjir di sejumlah titik tersebut antara 30-150 cm.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Dedi Mulyadi Sebut Jawa Barat Tak Mungkin Dipecah jadi 5 Provinsi, Ini Alasannya

    Dedi Mulyadi Sebut Jawa Barat Tak Mungkin Dipecah jadi 5 Provinsi, Ini Alasannya

    Sebelumnya, beredar wacana pemekaran Jawa Barat menjadi lima provinsi baru. Rencananya, lima provinsi tersebut akan melingkupi 27 kabupaten dan kota.

    Dengan demikian, jika usulan tersebut direalisasikan, maka tak ada lagi Provinsi Jawa Barat. Adapun wacana pemekaran tersebut di antaranya:

    Pertama, Provinsi Sunda Galuh meliputi Kota dan Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis, Kota Banjar, dan Kabupaten Pangandaran.

    Kedua, Provinsi Sunda Priangan mencakup Kota dan Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang, dan Kota Cimahi.

    Ketiga, Provinsi Sunda Pakuan meliputi Kota dan Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kota dan Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur. 

    Keempat, Provinsi Sunda Taruma meliputi Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, Kabupaten Kawawang, serta Kota dan Kabupaten Bekasi.

    Sementara kelima yakni Provinsi Sunda Caruban meliputi Kabupaten Kuningan, Kota dan Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, dan Kabupaten Majalengka.

    Penulis: Arby Salim

  • Awas Hujan Lebat Masih Hantam Jabodetabek 7-8 Juli 2025, Ini Kata BMKG

    Awas Hujan Lebat Masih Hantam Jabodetabek 7-8 Juli 2025, Ini Kata BMKG

    Jakarta, CNBC Indonesia – Beberapa wilayah Indonesia, termasuk Jabodetabek, diterpa hujan lebat dan awan hitam dalam beberapa waktu terakhir.

    Pada akhir pekan kemarin, hujan lebat bahkan menyebabkan banjir di puluhan RT di Jabodetabek. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan peringatan dini terkait cuaca 3 hari ke depan di Jabodetabek.

    Selama periode 7-9 Juli 2025 mendatang, wilayah RI terutama Jabodetabek masih akan diguyur hujan, menurut prakiraan cuaca BMKG.

    Mayoritas wilayah Jabodetabek diberikan peringatan Waspada (Hujan Sedang-Lebat). Untuk wilayah Bogor dan Depok, diberikan peringatan Siaga (Hujan Lebat-Sangat Lebat) dalam 2 hari ini.

    Sementara itu, pada 9 Juli 2025, peringatan dini BMKG menunjukkan tak ada peringatan hujan di wilayah Jabodetabek.

    Berikut perinciannya, dikutip dari laman Instagram resmi BMKG, Senin (7/7/2025).

    7 Juli 2025

    Waspada Hujan Sedang-Lebat: Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Kep. Seribu, Kab. Bekasi, Kota Bogor.

    Siaga Hujan Lebat-Sangat Lebat: Kab. Bogor.

    8 Juli 2025

    Waspada Hujan Sedang-Lebat: Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kab. Tangerang, Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta TImur, Jakarta Selatan, Kep. Seribu, Kab. Bekasi, Kota Bekasi.

    Siaga Hujan lebat-Sangat Lebat: Kab. Bogor, Kota Bogor, Kota Depok

    9 Juli

    Belum ada peringatan hujan di Jabodetabek.

    “Kesiapsiagaan adalah kunci untuk beradaptasi terhadap prediksi bencana hidrometeorologi dan cuaca ekstrem,” tulis BMKG pada caption di Instagram resminya.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]