kab/kota: Bogor

  • Poin Lengkap Aksi Guru Besar yang Disesalkan Kemenkes di Tengah Bencana Sumatera

    Poin Lengkap Aksi Guru Besar yang Disesalkan Kemenkes di Tengah Bencana Sumatera

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan buka suara terkait seruan dan orasi sejumlah guru besar di UI Salemba, Jakarta Pusat, Selasa (2/12/2025). Salah satu hal yang disesalkan adalah momen seruan dinilai tidak tepat lantaran digelar di tengah bencana Sumatera.

    “Di tengah bencana seperti ini, prioritas kita satu, membantu warga yang terdampak. Sangat disayangkan jika ada pihak yang justru membangun polemik di ruang publik,” beber Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Aji Muhawarman, dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom Selasa (5/12/2025).

    Aji menilai kapasitas intelektual dan pengalaman para guru besar mestinya bisa menjadi motor penguatan respons bencana, bukan menambah kegaduhan.

    “Keilmuan para guru besar itu sangat berharga. Akan jauh lebih bermakna jika diarahkan untuk memperkuat kapasitas daerah dalam penyelamatan nyawa, evakuasi, hingga pelayanan medis,” lanjutnya.

    Berikut poin lengkap yang diserukan para guru besar dalam orasinya:

    Majelis Guru Besar Kedokteran Indonesia (MGBKI) menyampaikan lima poin seruan terkait tata kelola pendidikan kedokteran dan mutu layanan kesehatan. Berikut rangkuman tiap poinnya:

    1. Dukungan soal Pemerataan Layanan Kesehatan

    MGBKI menyatakan mendukung langkah pemerintah memperluas akses layanan kesehatan, termasuk pemerataan dokter spesialis. Namun perluasan ini dinilai harus dijalankan tanpa menurunkan mutu pendidikan kedokteran dan keselamatan pasien.

    Prof Yudhi Maulana Hidayat, Ketua Kolegium Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) yang juga Dekan FK Universitas Padjajaran (Unpad) mengungkap 80,7 persen dokter spesialis terkonsentrasi di kota-kota besar.

    “Untuk bidang obgyn, datanya jelas. Jakarta, Bogor, Bekasi penuh. Kenapa? Mereka takut kehilangan emas monas, takut kalah sama Bandung,” kata Prof Yudhi.

    Hal yang dimaksud dengan ’emas monas’ adalah peluang ekonomi, fasilitas lengkap, dan kenyamanan bekerja yang membuat dokter enggan keluar dari pusat kota. “Ambon bahkan tidak punya satu pun dokter obgyn. Satu pun nggak ada,” tegasnya.

    “Jadi itu tugasnya Menteri Kesehatan. Artinya kita sepakat distribusi dokter spesialis ini buruk. Daerah terpencil, terluar, masih kosong,” sorot Prof Yudhi.

    2. Usulan Reformasi Kolegium

    MGBKI menilai kolegium merupakan bagian vital dalam menjaga standar kompetensi dan etika profesi. Karena itu, mereka mendorong penataan ulang kolegium agar tetap independen, akuntabel, terhubung erat dengan universitas, serta bekerja sinergis dengan kementerian terkait.

    “Dalam sebuah unggahan medsos, saat acara pelantikan para ketua kolegium kemenkes, Menkes menyatakan ketua dipilih secara demokratis, tetapi fakta di lapangan berkata sebaliknya, banyak ketua yang ditunjuk tanpa proses pemilihan yang sah dan kualifikasi akademik,” beber Prof Zainal Muttaqin dalam kesempatan yang sama.

    3. Seruan Mahkamah Konstitusi soal Putusan UU Kesehatan

    Menjelang putusan MK terkait ketentuan kolegium, MGBKI meminta agar pertimbangan dipusatkan pada keselamatan pasien, mutu layanan, serta integritas kelembagaan pendidikan kedokteran. Putusan MK dinilai akan menjadi rujukan penting bagi arah reformasi kesehatan.

    4. Dorongan Sinkronisasi Sejumlah Pihak

    MGBKI menekankan perlunya koordinasi lintas kementerian dalam penyediaan tenaga medis. Rekonsiliasi kewenangan juga hubungan harmonis antara sektor pendidikan tinggi dan sektor layanan kesehatan dianggap penting agar dokter spesialis dapat dipenuhi tanpa mengorbankan kompetensi.

    Hal ini yang juga diutarakan Dekan FK UI Prof Ari Fahrial Syam. Hubungan antara fakultas kedokteran dan rumah sakit pendidikan wajib harmonis. Jika renggang, dampaknya disebut bisa langsung terasa, mulai dari berkurangnya jumlah dokter spesialis yang dihasilkan hingga masalah distribusi dokter di berbagai daerah.

    “Hubungan baik itu harus ada antara FK dan RS. Jadi kalau hubungan antara dekan dan direktur RS tidak baik, ini salah siapa? Salah menterinya. Dulu nggak ada masalah, kenapa ganti menteri jadi bermasalah?” beber Prof Ari dalam konferensi pers Selasa (5/11/2025) yang dihadiri lebih dari 20 guru besar sejumlah FK di Indonesia.

    Ia menyebut persoalan ini harus segera dibereskan karena Indonesia tengah menghadapi krisis dokter spesialis.

    5. Merawat Marwah Profesi Kedokteran

    MGBKI mengajak seluruh pihak menjaga integritas dan etika profesi kedokteran. Kebijakan kesehatan, menurut mereka, harus selalu berbasis ilmu yang kuat dan nilai kemanusiaan.

    Di akhir pernyataan, para guru besar tersebut juga meminta Presiden membuka ruang dialog dengan para guru besar demi memastikan transformasi kesehatan berjalan kokoh, bermutu, dan mengutamakan keselamatan rakyat.

    “Dengan penuh rasa hormat dan tanggung jawab akademik, MGBKI berseru kepada Bapak Presiden Republik Indonesia untuk membuka pintu bagi kami untuk memberikan masukan secara langsung agar reformasi pembangunan kesehatan berjalan kokoh, bermutu, dan berlandaskan ilmu. Melalui transformasi kesehatan yang berjalan, program diarahkan dengan mengutamakan manusia dan menempatkan manusia yang bermartabat. Kami sangat berharap permohonan kali ini mendapatkan respons positif Bapak Presiden,” tutupnya.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: 286 SPPG Disiapkan untuk Korban Bencana Alam di Aceh-Sumbar”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/kna)

  • ESDM Beberkan Strategi Kejar Target Lifting Minyak 610.000 Barel pada 2026

    ESDM Beberkan Strategi Kejar Target Lifting Minyak 610.000 Barel pada 2026

    Bisnis.com, BOGOR — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan sejumlah strategi untuk mengejar target lifting minyak sebesar 610.000 barel per hari (bph) pada 2026.

    Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menuturkan, pihaknya optimistis dapat mencapai target lifting pada tahun depan. Apalagi, dia mengklaim realisasi lifting minyak pada November 2025 sudah berada di level 610.000 bph.

    “Kami melihat apa yang diupayakan berdasarkan konsolidasi pada 2024 yang lalu menunjukkan hasil signifikan. Pada tahun 2024 tingkat produksi kita sekitar 580.000 barel per hari. Jadi dengan ada peningkatan sekitar 25.000 bph pada tahun 2025. Ini merupakan bagian capaian dalam rangka ketahanan energi,” tutur Yuliot dalam acara Rapat Koordinasi Dukungan Bisnis (Rakor Dukbis) SKK Migas 2025 di Sentul, Kabupaten Bogor, Rabu (3/12/2025).

    Kendati demikian, dia menuturkan, untuk mencapai target lifting pada 2026, terdapat sejumlah permasalahan yang harus diatasi. Oleh karena itu, pihaknya bersama SKK Migas bakal mengambil sejumlah langkah.

    Pertama, penyempurnaan regulasi dalam rangka pemenuhan perizinan yang ada di kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). Yuliot mengatakan, pihaknya akan menanyakan kepada KKKS terkait permasalahan-permasalahan apa yang mereka hadapi.

    Permasalahan itu, baik dari sisi perizinan, pengadaan lahan, regulasi tingkat komponen dalam negeri (TKDN), hingga ekosistem yang ada di dalam negeri. 

    “Nanti akan dibahas satu persatu. Dari hasil rakor ini akan ada rekomendasi kepada pemerintah apa saja yang perlu dilakukan perbaikan,” imbuh Yuliot.

    Kedua, pihaknya bakal menyediakan infrastruktur dasar yang dibutuhkan KKKS untuk produksi maupun eksplorasi minyak. Ketiga, pihaknya bakal meningkatkan ekosistem ketersediaan peralatan di dalam negeri.

    Yuliot menjelaskan, TKDN di sektor migas baru mencapai 40%. Dia ingin capaian tersebut meningkat sekaligus memudahkan investor mengakses peralatan di dalam negeri.

    Yuliot menekankan bahwa upaya-upaya tersebut dilakukan tidak hanya untuk mengejar target pada tahun depan. Menurutnya, sejumlah jurus itu juga perlu dilakukan demi mengejar target lifting minyak sebesar 900.000 hingga 1 juta bph pada 2029.

    “Jadi targetnya sampai dengan 900.000 barel sampai dengan 1 juta barel per hari,” katanya.

    Dia menambahkan bahwa untuk mencapai target tersebut, artinya lifting minyak harus naik 100.000 barel per hari setiap tahunnya.

    “Jadi kalau 100.000 barel per hari jadi juga bukan merupakan pekerjaan yang memerlukan konsolidasi dan juga kolaborasi. Tidak bisa hanya dikerjakan sendiri oleh SKK Migas, tidak bisa dilepaskan tanggung jawabnya peningkatan produksi ini dari menteri ESDM. Jadi ini merupakan kolaborasi seluruh stakeholder,” tutup Yuliot.

  • 583 Orang Tewas, 553 Masih Hilang

    583 Orang Tewas, 553 Masih Hilang

    JAKARTA – Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), Marsekal TNI Mohammad Syafii, mengungkapkan jumlah korban tewas dalam bencana banjir dan longsor di Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat per Selasa 2 Desember pagi sebanyak 583 orang, 553 orang lainnya masih dinyatakan hilang.

    “Iya, hari ini operasi SAR selalu, atau terus dilaksanakan. Untuk update data, memang terakhir tadi jam 10.00 (WIB), bahwa total jumlah korban yang telah terevakuasi meninggal dunia ada 583, dan yang dilaporkan masih dalam pencarian ada 553 orang,” ujar Syafii di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 2 Desember.

    Untuk pola operasi SAR, Syafii mengatakan bahwa Basarnas mengerahkan seluruh kekuatan, baik unsur darat yang tergabung dalam Badan SAR Nasional beserta seluruh Tim SAR Gabungan, dan diperkuat dari unsur TNI-Polri. Kemudian untuk jalur-jalur logistik, Basarnas juga menggunakan seluruh sarana yang ada di kantor SAR berupa kapal-kapal sarana laut, dan juga kekuatan udara.

    “Badan SAR Nasional juga mengerahkan pesawat yang dari Tanjung Pinang, kemudian yang dari Jakarta atau dari Bogor, dan juga yang dari Surabaya kita rapatkan ke sana,” katanya.

    “Kemudian dalam upaya pencarian, karena memang sudah mulai terbuka, kita sudah menggunakan K9 untuk membantu. Karena kondisi korban, khususnya yang akibat bencana banjir lumpur, tentunya ini mengalami kesulitan tersendiri,” lanjutnya.

    Syafii menjelaskan, ada penambahan korban yang belum ditemukan pada hari ini, dari sebelumnya 464 orang dan sekarang menjadi 553 orang. Penambahan itu, kata dia, didapat setelah adanya informasi dari daerah terisolasi.

    “Terkait dengan kemarin, ada beberapa daerah yang terisolasi. Jadi bukan karena kita tidak masuk ke sana, tapi daerah yang terisolasi ini mereka tidak memiliki sarana perhubungan untuk menginformasikan. Sehingga Tim SAR Gabungan belum masuk ke daerah itu, sehingga ada penambahan jumlah korban yang akan kita cari,” jelasnya.

    Syafii mengakui adanya perbedaan data dengan BNPB, di mana tercatat total korban meninggal dunia bencana Aceh-Sumatera sejumlah 659 orang, dan masih hilang 475 orang. Namun, ia memastikan data yang diperoleh Basarnas dapat dipertanggungjawabkan.

    “Apa yang dilaksanakan Badan SAR Nasional tentunya menggunakan prosedur yang baku. Kita tidak tahu bahwa terkait dengan laporan yang ada di BNPB, karena BNPB ini sebagai koordinator dari seluruh kekuatan. Bisa dari informasi dari Pemerintah Daerah, ada dari TNI, dari Polri. Namun yang dilakukan oleh Badan SAR Nasional sebenarnya akan dipertanggungjawabkan, karena itu hubungannya dengan santunan, dengan hak-haknya dari keluarga,” tandasnya.

  • Netizen Ajak Patungan Beli Hutan, Kalaweit hingga Ibu Rosita Jadi Contoh Panutan

    Netizen Ajak Patungan Beli Hutan, Kalaweit hingga Ibu Rosita Jadi Contoh Panutan

    Jakarta

    Di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap deforestasi di Indonesia, terutama setelah terjadinya bencana banjir Sumatra yang memilukan, netizen berupaya semakin berisik menyuarakan pentingnya menjaga hutan. Salah satunya yang sedang ramai beberapa hari belakangan adalah ajakan patungan membeli hutan.

    Sebenarnya, upaya pelestarian hutan melalui swadaya bukan hal baru. Di Indonesia, ada berbagai inisiatif dan platform yang mengedukasi tentang pentingnya hutan dan terkadang melibatkan masyarakat dalam penggalangan dana untuk reforestasi dan konservasi.

    Tujuan dari gerakan swadaya ini tentunya yang terutama adalah melindungi habitat alami untuk spesies tumbuhan dan hewan, serta membantu memerangi perubahan iklim dengan menjaga hutan tetap lestari.

    Di berbagai daerah, ada banyak contoh individu, kelompok, atau keluarga yang membeli, menjaga, dan mengelola hutan secara mandiri. Berikut adalah sejumlah contoh nyata konservasi hutan berbasis swadaya masyarakat yang semakin relevan dengan ide patungan membeli hutan yang sedang ramai digaungkan netizen.

    1. Organisasi Lingkungan dan Platform Galang Dana

    Sejumlah organisasi lingkungan telah lama membeli atau mengamankan lahan berhutan melalui donasi publik. Model ini biasanya meliputi penggalangan dana untuk membeli lahan rawan alih fungsi, pengelolaan lahan sebagai kawasan konservasi, lalu menjadikannya habitat satwa liar dan pusat edukasi.

    Di Indonesia, terdapat inisiatif seperti Hutan Itu Indonesia yang mengedukasi tentang pentingnya hutan dan sering terlibat dalam kampanye terkait, atau platform LindungiHutan dan BumiBaik yang berfokus pada penggalangan dana untuk reforestasi dan konservasi.

    Platform galang dana seperti KitaBisa.com, DompetDhuafa, dan lain-lain juga sering membuka donasi untuk membantu pemulihan hutan yang digunakan untuk pembibitan pohon, penyaluran bibit pohon ke masyarakat, hingga monitoring rehabilitasi hutan. Contoh model ini banyak digunakan oleh lembaga konservasi nasional maupun internasional, dan terbukti menjaga hutan dalam skala kecil hingga menengah.

    2. Keluarga Kalaweit

    Aurélien Francis Brulé atau lebih dikenal dengan nama Chanee Kalaweit, adalah seorang WNI asal Prancis. Ia menjadi salah satu contoh paling populer ketika membahas hutan hasil swadaya masyarakat.

    Ia membeli dan mendirikan cagar hutan swasta di Kalimantan dan Sumatra untuk melestarikan satwa liar seperti owa, dan keanekaragaman hayati. Chanee juga mendirikan Yayasan Kalaweit pada 1998 untuk melindungi hutan dari perdagangan satwa liar dan kerusakan lingkungan seperti kebakaran hutan.

    Inisiatifnya menginspirasi banyak orang. Apalagi Chanee dan keluarganya tinggal langsung di tengah hutan sambil melindungi owa, melakukan reforestasi, serta mengedukasi masyarakat sekitar. Karena ini pula, Chanee dijuluki Tarzan di dunia nyata. Chanee dan putranya Andrew juga aktif membagikan pengalaman dan pengetahuan mereka tentang alam melalui berbagai channel media sosial.

    3. Hutan Ibu Rosita

    ‘Hutan ibu Rosita’ adalah Hutan Organik Megamendung yang dirawat oleh Rosita Istiawan dan keluarganya di Megamendung, Bogor, sejak tahun 2000. Bermula dari mimpi mendiang suaminya untuk memiliki rumah di pinggir hutan dan menjaga alam untuk generasi mendatang, Rosita membeli lahan pada 1997.

    Saat pertama kali dibeli, kondisi lahan tersebut sangat tandus dan gersang, serta tidak ada mata air. Ketika banyak lahan dijual untuk perumahan atau vila, Rosita dan keluarganya menjaga area tersebut tetap alami.

    Mereka mulai menanam pohon pionir dan pohon keras (endemik) serta buah-buahan, menggunakan pupuk organik, dan menggunakan sistem tumpang sari atau agroforestri, yang menggabungkan penanaman pohon, sayuran, dan peternakan.

    Dari lahan kritis seluas 1 hektar, wilayah tersebut kini berkembang menjadi hutan organik seluas sekitar 30 hektar, dengan lebih dari 40 ribu pohon yang ditanam secara organik. Dalam perkembangannya, ruang hijau itu juga menjadi habitat burung dan satwa liar kecil. Area pohon-pohon besar di kawasan itu juga berfungsi sebagai penyangga ekosistem lokal.

    4. Hutan Kelekak yang Dilindungi Masyarakat

    ‘Hutan Kelekak’ merujuk pada praktik pengelolaan hutan berbasis kearifan lokal di Bangka Belitung yang masih dilanjutkan. Kawasan ini merupakan sistem agroforestri berkelanjutan, tempat masyarakat mengelola hutan dengan menanam berbagai tanaman untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sambil menjaga kelestarian hutan.

    Sistem ini mengombinasikan hutan, kebun, dan pertanian dalam satu lahan dan mengandung nilai-nilai ekologis, sosial, ekonomi, dan filosofis, serta berkembang menjadi destinasi ekowisata.

    Kelekak dipertahankan karena memiliki fungsi penting, yakni sebagai sumber pangan dan obat, penyangga mata air, serta menjadi penopang kehidupan masyarakat lokal. Kelekak menjadi bukti kuat bahwa hutan adat dan kearifan lokal dapat menjadi benteng konservasi yang efektif.

    (rns/rns)

  • Pedagang di Pasar Bogor Akui Sempat Jual Mi dan Pangsit Bertawas, Kini Sudah Ditarik
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        2 Desember 2025

    Pedagang di Pasar Bogor Akui Sempat Jual Mi dan Pangsit Bertawas, Kini Sudah Ditarik Megapolitan 2 Desember 2025

    Pedagang di Pasar Bogor Akui Sempat Jual Mi dan Pangsit Bertawas, Kini Sudah Ditarik
    Tim Redaksi

    BOGOR, KOMPAS.com –
    Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah Perdagangan dan Perindustrian (Dinkukmdagin) Kota Bogor melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah pasar tradisional untuk menelusuri peredaran mi dan kulit pangsit berbahan tawas.
    Dari hasil pengecekan dua hari terakhir, petugas tidak menemukan produk berbahaya tersebut masih dijual. Kendati demikian, sejumlah pedagang di pasar mengakui bahwa mereka sebelumnya sempat menjual mi dan pangsit yang belakangan diketahui mengandung tawas.
    Pengakuan ini memperkuat dugaan bahwa produk tersebut telah beredar secara luas sebelum polisi menggerebek pabrik rumahan pembuat mi bertawas di Kedung Halang, Sabtu (29/11/2025).
    Kepala Bidang Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri, Perlindungan Konsumen, dan Tertib Niaga
    Dinkukmdagin Kota Bogor
    , Elyis Sontikasyah, menjelaskan, para pedagang langsung menarik produk setelah mengetahui temuan kandungan berbahaya tersebut.
    “Sidak kami lakukan di Pasar Jambu Dua, Pasar Merdeka, dan Pasar Anyar. Dari dua hari kegiatan sidak sejak kemarin dan hari ini, kami tidak menemukan produk makanan itu,” ujar Elyis, Selasa (2/12/2025).
    “Dari pedagang pasar yang kita temuin sih bilangnya udah enggak jualan itu lagi. Tapi memang dulu mereka sempat jual,” tambahnya.
    Elyis menegaskan, pasar-pasar di Kota Bogor harus terbebas dari peredaran produk makanan berbahaya. Ia meminta pengelola pasar dan para pedagang turut aktif mengawasi barang yang mereka terima dari pemasok.
    “Ini kan soal perlindungan konsumen, masyarakat yang dirugikan,” ujarnya.
    Sebelumnya, Polresta Bogor Kota menggerebek pabrik rumahan pembuat mi dan pangsit berbahan tawas di Kedung Halang.
    Dua pekerja berinisial IR dan RA ditangkap saat sedang memproduksi makanan tersebut. Sementara pemilik pabrik berinisial WH masih diburu polisi dan diduga berada di wilayah Cilacap.
    Kasat Reskrim Polresta Bogor Kota Komisaris Posisi Aji Riznaldi Nugroho menyampaikan bahwa pabrik tersebut telah memproduksi mi dan pangsit dengan campuran tawas selama dua tahun.
    Produk dijual ke sejumlah pasar di Kota dan Kabupaten Bogor tanpa mencantumkan komposisi tawas dan potasium dalam label kemasan.
    Dari penggerebekan itu, polisi menyita satu ember tawas, benzoat, soda bubuk, potasium, serta bahan lain yang digunakan untuk produksi mi dan pangsit.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 1.500 Petani hingga Pengusaha Pertanian Kumpul di Bogor Besok, Ada Apa?

    1.500 Petani hingga Pengusaha Pertanian Kumpul di Bogor Besok, Ada Apa?

    Liputan6.com, Jakarta Dewan Pimpinan Nasional Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (DPN HKTI) akan menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) HKTI 2025, yang dirangkaikan dengan Temu Tani Nasional.

    Kegiatan ini sebagai forum konsolidasi nasional sektor pertanian dalam memperkuat kebijakan strategis Kedaulatan Pangan sesuai Visi Asta Cita Presiden Prabowo, mempererat kolaborasi lintas sektor, serta mendukung arah pembangunan pertanian dan pangan nasional menuju tahun 2026.

    Acara akan digelar pada hari Rabu, 3 Desember 2025 di Balai Besar Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (BBPMKP), Ciawi, Bogor, Jawa Barat. Kemudian dihadiri sekitar 1.500 peserta yang terdiri dari petani, pelaku usaha tani, akademisi, penyuluh, pemerintah pusat dan daerah, perguruan tinggi, mahasiswa, serta unsur pendukung sektor pertanian lainnya.

    Sekretaris Jenderal DPN HKTI, Abdul Kadir Karding, menyampaikan bahwa Rakernas dan Temu Tani Nasional merupakan momentum strategis untuk menyelaraskan langkah HKTI dengan agenda besar pembangunan nasional sektor pertanian dan pangan dibawah pemerintahan Presiden Prabowo.

    “Rakernas HKTI 2025 bukan hanya agenda organisasi, namun menjadi gerakan nasional untuk terus memajukan pertanian Indonesia ke depan. Kami ingin memastikan Swasembada Pangan yang berkelanjutan dan penguatan hilirisasi pertanian. Tentu juga yang utama yakni kesejahteraan dan kemakmuran petani dan produsen pangan skala kecil lainnya, sesuai dengan program prioritas Presiden Prabowo” ujar Abdul Kadir Karding, Selasa (2/12/2025).

    Ia menekankan pentingnya penguatan peran petani sebagai subjek utama pembangunan pertanian, bukan lah objek kebijakan.

    “Kemandirian petani harus menjadi prioritas. Mulai dari jaminan tanah, sarana produksi, akses pembiayaan, kepastian harga, modernisasi alat dan teknologi, hingga jaminan keberlanjutan usaha tani. Karena itu, HKTI terus bersinergi dengan Kementerian Pertanian dan kementerian/lembaga terkait untuk bekerja bersama mewujudkannya”, tambahnya.

     

  • Pembangunan turap Kali Krukut Jalan NIS ditarget selesai Desember 2025

    Pembangunan turap Kali Krukut Jalan NIS ditarget selesai Desember 2025

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan (Pemkot Jaksel) menargetkan pembangunan turap Kali Krukut segmen Jalan NIS, Kelurahan Cilandak Timur, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan selesai pada Desember 2025.

    “Mungkin sekitar akhir Desember,” kata Wali Kota Jakarta Selatan, Muhammad Anwar kepada wartawan di Jakarta, Selasa.

    Anwar mengatakan, pembangunan turap berbahan batu kali ini bertujuan untuk mengatasi limpasan air kali ke permukiman warga saat debit air tinggi.

    Selain melakukan pembuatan turap yang cukup tinggi, pihaknya juga meminta Suku Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta Selatan untuk menambah kapasitas pompa air yang tersedia di sekitar lokasi.

    Hal itu agar ketika terjadi hujan lokal ataupun kiriman dari Bogor, warga tidak terdampak banjir.

    “Katanya bulan ini selesai pembuatannya, mudah-mudahan akan berfungsi normal dalam mengatasi permasalahan banjir di sini,” ucapnya.

    Sementara itu, Kepala Suku Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta Selatan, Santo menjelaskan pembuatan turap sepanjang 700 meter dengan tinggi sekitar empat meter ini dilakukan sejak Agustus 2025 dan ditargetkan rampung pada pertengahan bulan ini.

    Adapun prosesnya sampai saat ini sudah terealisasi pembangunannya mencapai 580 meter, sisa 120 meter lagi masih proses pembangunan.

    “Untuk kendala, mungkin di beberapa segmen memiliki tebing yang curam, tanggul eksisting yang sangat rusak dan berpotensi longsor. Kemudian tanggul eksisting di sini, kurang tinggi, hingga terjadi penyempitan alur. Tapi sudah kita tangani dengan baik,” ucap Santo.

    Sebelumnya, Pemprov DKI Jakarta pada awal tahun menyebut akan melanjutkan normalisasi Sungai Ciliwung dan Kali Krukut pada tahun ini dengan total anggaran mencapai Rp232 miliar.

    Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno mempertimbangkan membangun rumah susun (rusun) di kawasan Kali Krukut segmen Jalan NIS, Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

    Pewarta: Luthfia Miranda Putri
    Editor: Edy Sujatmiko
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kejagung Periksa Dirjen Kemenkeu Astera Bhakti di Kasus Manipulasi Pajak

    Kejagung Periksa Dirjen Kemenkeu Astera Bhakti di Kasus Manipulasi Pajak

    Bisnis.com, JAKARTA — Kejaksaan Agung (Kejagung) telah memeriksa Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan RI, Astera Primanto Bhakti.

    Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung RI, Anang Supriatna mengatakan Astera telah diperiksa sebagai saksi sejak Senin (24/11/2025) terkait kasus dugaan korupsi pembayaran pajak 2016-2020.

    “Benar ya pernah diperiksa hari Senin tanggal 24 November 2025,” ujar Anang saat dihubungi, Selasa (2/12/2025)

    Namun, Anang tidak menjelaskan materi pemeriksaan terhadap Astera secara detail. Dia hanya mengungkap bahwa Astera diperiksa dalam kapasitasnya sebagai sebagai Staf Ahli Menkeu periode 2015-2017.

    “Beliau diperiksa terkait dengan jabatan yang bersangkutan sebagai staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Penerimaan Negara Tahun 2015-2017,” pungkasnya.

    Sekadar informasi, kasus ini berkaitan dengan dugaan manipulasi terkait pembayaran pajak oleh wajib pajak atau perusahaan oleh Ditjen Kemenkeu periode 2016-2020.

    Modusnya, oknum Ditjen Pajak diduga melakukan kongkalikong dengan wajib pajak dengan modus memperkecil pembayaran pajak dari wajib pajak atau perusahaan. Setelah itu, oknum pada Ditjen Pajak mendapatkan keuntungan atau imbalan.

    Sebelumnya, Kejagung menetapkan lima orang dicekal dalam perkara ini mulai dari Bos Djarum Victor Rachmat Hartono; Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Ken Dwijugiasteadi; Karl Layman selaku pemeriksa pajak muda di Direktorat Jenderal Pajak; Ning Dijah Prananingrum selaku Kepala KPP Madya Dua Semarang; Heru Budijanto Prabowo.

    Pencekalan itu berlaku sejak (14/11/2025) hingga (14/5/2025). Namun, belum sebulan status cekal itu berlaku, Kejagung justru telah mencabut pencekalan terhadap Victor Rachmat Hartono karena dinilai kooperatif.

    Adapun, penyidik juga telah melakukan penggeledahan di delapan titik wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) pada Minggu (23/11/2025).

    Dari penggeledahan itu, penyidik telah menyita satu Toyota Alphard, dua motor gede (Moge) dan dokumen terkait dengan perkara pajak ini.

  • Ramai Netizen Ajak Patungan Beli Hutan, Cegah Deforestasi Makin Parah

    Ramai Netizen Ajak Patungan Beli Hutan, Cegah Deforestasi Makin Parah

    Jakarta

    Ajakan patungan beli hutan ramai dibahas. Netizen peduli lingkungan mencari cara kolektif untuk menjaga hutan Indonesia yang terus terancam alih fungsi. Ajakan ini muncul di tengah keprihatinan atas deforestasi yang makin parah.

    Banjir bandang di Sumatra yang terkait deforestasi menjadi peringatan keras dan telah memicu kesadaran yang meluas tentang dampak kerusakan lingkungan akibat penggundulan hutan. Tak heran, dalam beberapa minggu terakhir media sosial diramaikan oleh ajakan patungan membeli hutan sebagai bentuk aksi nyata menyelamatkan hutan yang tersisa.

    Fenomena ini menjadi viral karena dianggap sebagai alternatif baru melindungi lingkungan, terutama ketika kebijakan dan penegakan hukum dinilai sangat lemah mencegah kerusakan hutan. Tren ini berawal dari unggahan yang mempertanyakan betapa mudahnya hutan berubah menjadi lahan perkebunan atau tambang.

    “Bikin nyesek dan stres baca berita bencana Sumatra. Mungkin 10-15th lagi generasi berikutnya ga bs lihat hutan dan berbagai satwa asli Indonesia karena udah punah 😭. Bisa gak sih kita sbg WNI patungan beli hutan utk konservasi? Apa ada praktek seperti ini?,” tanya seorang netizen di Thread.

    Unggahan ini mendapat respons beragam, ada juga yang menginformasikan bahwa praktik semacam ini sebenarnya sudah lama ada. Lembaga nirlaba (NGO), masyarakat adat, hingga perseorangan ada yang sudah menjalankan ide ini.

    “NGO ada yang beli hutan. Di Sumatera Barat ada Kalaweit. Lahan hutan mereka cukup luas untuk penangkaran siamang dan ungko. Ada juga hutan ibu Rosita di Bogor,” kata pengguna Thread lain membalas postingan tersebut.

    “Ngeliat donasi untuk Sumatra di Kitabisa tembus 8M, rasanya pergerakan rakyat ini gak ada yang gak mungkin kalau kita jalan bareng. Optimis bgt kita bisa patungan bebasin lahan untuk konservasi hutan bareng-bareng,” kata yang lain.

    Ide patungan ini muncul dari rasa frustrasi masyarakat melihat luas hutan Indonesia yang terus menyusut drastis. Bagi banyak netizen, membeli lahan berhutan dan menjaganya agar tidak dialihfungsikan adalah bentuk perlawanan terhadap deforestasi.

    Selain itu, banyak yang melihat ide ini sebagai bentuk protes simbolik terhadap kerusakan lingkungan dan respons spontan atas minimnya kebijakan perlindungan hutan yang dianggap tidak efektif.

    Meskipun mungkin implementasinya tidak sederhana dan akan panjang, fenomena ini menunjukkan tingginya kesadaran lingkungan di kalangan masyarakat, dan publik semakin aktif mencari solusi mengurangi kerusakan hutan Indonesia.

    (rns/rns)

  • Distribusi Dokter Tak Merata, Guru Besar FKUI Ramai-ramai Tuding Menkes

    Distribusi Dokter Tak Merata, Guru Besar FKUI Ramai-ramai Tuding Menkes

    Jakarta

    Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Ari Fahrial Syam menegaskan hubungan antara fakultas kedokteran dan rumah sakit pendidikan wajib harmonis. Jika renggang, dampaknya bisa langsung terasa, mulai dari berkurangnya jumlah dokter spesialis yang dihasilkan hingga masalah distribusi dokter di berbagai daerah.

    “Hubungan baik itu harus ada antara FK dan RS. Jadi kalau hubungan antara dekan dan direktur RS tidak baik, ini salah siapa? Salah menterinya. Dulu nggak ada masalah, kenapa ganti menteri jadi bermasalah?” beber Prof Ari dalam konferensi pers Selasa (5/11/2025) yang dihadiri lebih dari 20 guru besar sejumlah FK di Indonesia.

    Ia menyebut persoalan ini harus segera dibereskan karena Indonesia tengah menghadapi krisis dokter spesialis.

    Prof Ari kemudian menyinggung kasus seorang ibu di Papua yang meninggal saat akan melahirkan, sebuah tragedi yang menurutnya menggambarkan nyata persoalan distribusi dokter spesialis di lapangan.

    “Empat rumah sakit, semuanya kekurangan. Ada satu RS yang tersedia dokter obgyn dan anastesi. Tapi tidak bisa kelas 3, syaratnya harus masuk VIP,” sorot Prof Ari.

    Ia mencontohkan situasi di Jakarta sebagai perbandingan.

    “Di sini saja dokter obgyn bisa puluhan. Di RSCM ada berapa? Tapi begitu bicara distribusi, masalahnya kelihatan. Masih ada provinsi yang bahkan tidak punya layanan endoskopi,” sebutnya.

    Menurutnya, akar masalah bukan sekadar teknis. Ada aspek kebijakan yang dinilai tak beres.

    “Kalau ditanya siapa yang salah, Kemenkes mau nggak disalahin?” katanya setengah berkelakar.

    Meski begitu, Prof Ari menegaskan hubungan FKUI dengan RSCM saat ini masih baik.

    “Insyaallah baik-baik saja. Saya masih diundang teman-teman RSCM. Kalau bicara pendidikan staf pengajar, teman-teman itu berhubungan dengan Ketua Departemen. Kadep itu dari rumah sakit. Jadi kuncinya ada di departemen FKUI.”

    Tapi baik saja, menurutnya tidak cukup. Ia mengingatkan sinergi harus terus dijaga agar proses pendidikan dokter spesialis berjalan lancar.

    “Apakah peserta didik bisa ditempatkan dengan baik? Selama ini komunikasinya masih berjalan,” katanya.

    Meski relatif baik, ia juga mengakui adanya gesekan di level pimpinan. “Hubungannya dingin-dingin empuk antara dekan dengan direkturnya. Ini harus segera dicari solusinya. Kalau tidak, kasus-kasus seperti ibu yang meninggal itu akan terulang lagi,” ujarnya.

    Dampak dari hubungan tak harmonis dinilai Prof Ari bisa ikut berimbas pads jumlah peserta didik berkurang, jumlah lulusan menurun, dan ujungnya masyarakat tidak mendapatkan pelayanan dokter spesialis yang layak.

    “FK memproduksi dokter spesialis, RS adalah tempat pendidikannya. Kalau hubungannya tidak harmonis, ya jumlah dokter spesialis berkurang. Masyarakat yang dirugikan,” kata Prof Ari.

    Ia menekankan perlunya duduk bersama antara fakultas kedokteran dan rumah sakit pendidikan untuk memastikan RS dapat berjalan optimal sebagai lahan pendidikan. Tanpa itu, penguatan SDM medis hanya akan jadi wacana.

    Prof Ari menutup dengan refleksi pengalamannya dua dekade lalu.

    “Dua puluh tahun lalu saya ke Singapore General Hospital hanya untuk melihat fasilitas endoskopi. Indonesia seharusnya sudah jauh lebih maju sekarang, tapi kita masih berkutat pada masalah relasi lembaga yang seharusnya bisa diselesaikan,” tutupnya.

    Ketimpangan distribusi dokter spesialis bukan sekadar isu administratif, angka-angkanya memprihatinkan. Prof Yudhi Maulana Hidayat, Ketua Kolegium Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) dalam kesempatan yang sama mengungkap bahwa 80,7 persen dokter spesialis terkonsentrasi di kota-kota besar.

    “Untuk bidang obgyn, datanya jelas. Jakarta, Bogor, Bekasi penuh. Kenapa? Mereka takut kehilangan emas monas, takut kalah sama Bandung,” kata Prof Yudhi.

    Yang ia maksud dengan ’emas monas’ adalah peluang ekonomi, fasilitas lengkap, dan kenyamanan bekerja yang membuat dokter enggan keluar dari pusat kota.

    Ambon bahkan tidak punya satu pun dokter obgyn. “Satu pun nggak ada,” tegasnya.

    Lalu siapa yang bertanggung jawab atas distribusi ini?

    “Jadi itu tugasnya bos dari pak Dekan, Menteri Kesehatan. Artinya kita sepakat distribusi dokter spesialis ini buruk. Daerah terpencil, terluar, masih kosong,” kata Prof Yudhi.

    Ia menegaskan sektor pendidikan kedokteran dan sektor layanan kesehatan tidak bisa saling lempar tanggung jawab. Ketika hubungan fakultas kedokteran dan rumah sakit pendidikan terganggu, efeknya nyata, kuota peserta didik tersendat, lulusan berkurang, dan daerah-daerah yang sudah kekurangan makin terpuruk.

    Menurut Prof Yudhi, solusi tidak bisa hanya bersandar pada skema yang ada. Salah satu yang ia dorong adalah peningkatan kuota jalur university-based hingga 30 persen.

    “Jangan dipaksakan hospital-based di rumah sakit yang belum siap. Di rumah sakit yang sudah menjalankan pendidikan university-based, kalau dipaksakan juga hospital-based, nanti terjadi tumpang tindih. Ada dualisme pendidikan dalam satu RS pendidikan,” ujarnya.

    Dualisme ini bukan sekadar persoalan administratif. Prof Yudhi meyakini hal ini bisa menabrak standar kompetensi, memecah alur pelatihan, membingungkan peserta didik, dan akhirnya menurunkan kualitas lulusan. Padahal, Indonesia sedang sangat membutuhkan dokter spesialis baru, bukan justru kehilangan kemampuan untuk mencetaknya.

    Halaman 2 dari 4

    Simak Video “Video: AIPKI Menampik Ada ‘Permainan’ di Uji Kompetensi Dokter”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/up)