kab/kota: Bogor

  • Mayat Pria Tanpa Kepala di Ciliwung Sudah Bengkak, Diduga Tewas 4 Hari Lalu

    Mayat Pria Tanpa Kepala di Ciliwung Sudah Bengkak, Diduga Tewas 4 Hari Lalu

    Jakarta

    Polisi mengungkap mayat laki-laki tanpa kepala yang ditemukan di Kali Ciliwung, Pancoran, Jakarta Selatan sudah meninggal empat hari. Hal tersebut didasarkan kondisi kulit korban yang sudah melepuh.

    “Kurang lebih 4 hari (waktu kematian) dengan kondisi yang sudah melepuh begitu,” kata Kapolsek Pancoran Kompol Mansur saat dihubungi, Kamis (10/7/2025).

    Berdasarkan penyelidikan sementara, tidak ditemukan perlukaan pada tubuh korban. Namun saat ini polisi masih menunggu hasil autopsi pihak RS Polri Kramat Jati.

    “Kalau kita lihat luka-lukanya sepertinya tidak ada, kalaupun itu ada, karena saat itu kan situasi di banjir, ya, mungkin kena benturan benda keras di kali atau kena pohon dan sebagainya,” ujarnya.

    Mansur mengatakan kondisi mayat sudah sulit untuk diidentifikasi. Seluruh bagian tubuh korban sudah mengembang karena air.

    Mansur menjelaskan, dari penemuan mayat ini, polisi telah menerima adanya laporan dua keluarga yang mengaku telah kehilangan anggota keluarga sejak pekan lalu. Dua keluarga yang melapor merupakan warga asal Megamendung, Kabupaten Bogor.

    “Ya tinggal dicek, tinggal nunggu cek ini ya ciri-ciri sama golongan darah. Masih diautopsi di Rumah Sakit Kramat Jati ya,” imbuhnya.

    Mayat tersebut ditemukan pada Rabu (9/7) siang. Mayat berjenis kelamin laki-laki tanpa kepala itu ditemukan dalam tumpukan sampah di Kali Ciliwung.

    (wnv/dhn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Tak Semua Brand China Minat Perang Harga Mobil di Indonesia

    Tak Semua Brand China Minat Perang Harga Mobil di Indonesia

    Jakarta

    Tak semua brand mobil asal China berminat memangkas harga kendaraan di Indonesia. Salah satunya Great Wall Motor (GWM) yang tak mau ikut-ikutan tren tersebut. Apa alasannya?

    Strategy & Marketing Director GWM Indonesia, Martina Danuningrat mengatakan, pihaknya belum ada arahan dari prinsipal soal pemangkasan harga mobil. Ketimbang ‘latah’ perang harga, GWM lebih memilih menjaga atau meningkatkan kualitas produk di Indonesia.

    “Kalau dari arahan Chairman kita (di China), kita memang tidak ikutan perang harga. Karena memang kita percaya sama premium quality yang kita miliki,” ujar Martina Danuningrat saat ditemui di Bogor, Jawa Barat,

    “Kita tidak mau mengikis kualitas produk yang kita punya, kita ingin pertahankan itu semua, makanya harganya tetap akan stabil,” tambahnya.

    Mobil listrik GWM Ora 03. Foto: Septian Farhan Nurhuda/detik.com

    Martina mengaku, strategi pangkas-pangkas harga yang diterapkan sejumlah pabrikan China tak membuat pihaknya khawatir, apalagi sampai merasa terancam. Dia yakin, harga bukan satu-satunya faktor yang menjadi pertimbangan konsumen.

    “Kita sih positif ya, kami masih percaya bahwa ada konsumen yang membeli mobil hanya dari harga, tapi juga kualitasnya. Kami optimis itu bisa menjadi daya saing,” kata dia.

    Menurut catatan detikOto, MG Motors merupakan salah satu produsen mobil China yang memulai tren pemangkasan harga mobil di Indonesia. Bahkan, mereka menjadi nama yang paling radikal dalam menurunkan harga jual.

    Salah satu mobil listrik andalan mereka, MG4 EV mulanya dibanderol Rp 640 juta. Namun, kendaraan itu mengalami revisi harga tiga kali menjadi hanya Rp 395 jutaan atau turun Rp 240 jutaan!

    Bukan hanya MG, produsen China lain seperti BAIC dan Chery juga gila-gilaan menurunkan harga mobilnya di Indonesia. BAIC memangkas harga BJ40 Plus hingga Rp 92 jutaan, sementara Chery memotong harga E5 hingga Rp 105 jutaan.

    (sfn/dry)

  • Harga Mobil Listrik GWM Ora 03 Naik Usai GIIAS 2025, Jadi Segini

    Harga Mobil Listrik GWM Ora 03 Naik Usai GIIAS 2025, Jadi Segini

    Jakarta

    Mobil listrik mungil buatan China, GWM Ora 03 telah mengaspal di Indonesia. Kendaraan tersebut kini dijual dengan harga promo, yakni Rp 369 jutaan on the road Jakarta.

    Namun, angka itu hanya berlaku hingga pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show atau GIIAS 2025. Setelah itu, harganya naik Rp 10 juta menjadi Rp 379 jutaan.

    “Harganya sekarang masih early bird di Rp 369 jutaan. Itu berlaku sampai GIIAS 2025 selesai. Kita tidak ada kuota, pokoknya sampai itu selesai, harganya masih Rp 10 jutaan lebih murah,” ujar Strategy & Marketing Director GWM Indonesia, Martina Danuningrat di Bogor, Jawa Barat.

    Mobil listrik GWM Ora 03. Foto: Septian Farhan Nurhuda/detik.com

    Martina menegaskan, GWM Ora 03 masih berstatus CBU atau impor utuh hingga akhir tahun ini. Setelahnya, kendaraan listrik tersebut akan dirakit lokal di pabrik Wanaherang, Bogor, Jawa Barat.

    Sejak meluncur dua pekan lalu, Ora 03 diklaim langsung ramai peminat. Meski angka pastinya tak diungkap, namun jumlah terus meningkat dari hari ke hari. Sementara pengiriman unitnya akan dimulai bulan depan.

    “Sekarang kan baru SPK ya, nanti delivery-nya bulan Agustus. Antusiasmenya sangat tinggi, dealer-dealer-nya juga ramai didatengin. SPK dan list-nya meningkat tajam,” tuturnya

    “Angkanya nanti lah, ketertarikannya sih sangat tinggi. Kalau persentasenya belum tahu pasti, karena baru dua minggu. Intinya antusiasmenya tinggi,” kata dia menambahkan.

    Mobil listrik GWM Ora 03. Foto: Septian Farhan Nurhuda/detik.com

    Sebagai catatan, mobil listrik GWM Ora 03 mengusung desain ‘retro-futuristik’, mobil listrik tersebut mengadopsi aksen membulat yang elegan, lengkap dengan detail ikonik seperti Extreme Magic Retro Cat’s Eye Headlights, Retro Free Curving Waist, hingga Flowing Water Light Curtain Taillights.

    Secara dimensi, kendaraan unik tersebut memiliki panjang 4.235 mm, lebar 1.825 mm, tinggi 1.596 mm, jarak sumbu roda 2.650 mm, dan jarak terendah ke tanah 145 mm. Adapun bobot GWM Ora 03 mencapai 1.510 kg.

    GWM Ora 03 mampu menghasilkan performa optimal dengan output tenaga 105 kW dan torsi maksimal 210 Nm. Sementara baterainya pakai Lithium Iron Phosphate 47,8 kWh dengan Energy Density >170 Wh/kg dan sistem manajemen BMS terintegrasi.

    Mobil tersebut bisa menempuh jarak hingga 400 km (NEDC) dalam sekali pengisian. Soal kemampuan pengisian daya, GWM Ora 03 didukung teknologi DC Fast Charging 69 kW yang dapat mengisi daya dari 30% hingga 80% hanya dalam 30 menit.

    (sfn/dry)

  • Harga Jual Kembali Mobil Listrik Nyungsep, Produsen Bilang Begini

    Harga Jual Kembali Mobil Listrik Nyungsep, Produsen Bilang Begini

    Jakarta

    Baru-baru ini, National Battery Research Institute mengungkap fakta unik soal mobil listrik di Indonesia. Menurut mereka, harga jual kembali kendaraan tersebut ‘nyungsep’ akibat keberadaan komponen baterai. Lantas, apa kata produsen soal ini?

    Strategy & Marketing Director GWM Indonesia, Martina Danuningrat mengatakan, produsen tak bisa sepenuhnya menjamin harga jual kembali mobil listrik akan stabil. Perusahaan hanya bisa memberikan produk dan layanan terbaik ke konsumen.

    “Kalau soal jaminan, tidak ada (produsen) yang bisa jamin. Tapi kalau dilihat ya, memang orang Indonesia sebelum beli (mobil) kan sudah nanya berapa harga jualnya. Dipakai dulu aja sih (mobil listriknya). Dipakai dulu untuk (menikmati) experience-nya,” ujar Martina saat ditemui di Bogor, Jawa Barat.

    Mobil listrik GWM Ora 03. Foto: Septian Farhan Nurhuda/detik.com

    GWM Indonesia belum lama ini meluncurkan mobil listrik pertamanya di Tanah Air, yakni GWM Ora 03. Kendaraan tersebut dibanderol Rp 370 jutaan dengan status on the road Jakarta.

    “Menurut aku sih, sebagai produsen, kami memberikan layanan terbaik aja (ke konsumen). Kita kan juga ada warranty-nya 8 tahun dan 200 ribu km, ini membuktikan kenyamanan konsumen tetap kita jaga,” ungkapnya.

    Diberitakan detikOto sebelumnya, Founder National Battery Research Institute Evvy Kartini mengatakan, jebloknya harga jual kembali mobil listrik disebabkan komponen baterai yang ‘kesehatannya’ terus turun dari tahun ke tahun.

    Baterai merupakan komponen termahal yang terdapat di mobil listrik. Banderol komponen tersebut bisa 40-50 persen dari total harga jual kendaraan. Itulah mengapa, kata Evvy, mulai banyak produsen yang menjual mobil listrik dengan sistem sewa baterai.

    “Harga baterai setengah harga mobil, jenis LFP dan semua. Jadi ketika harga baterai turun pasti mobil listrik turun,” tutur Evvy Kartini.

    “Misal Anda pakai mobil listrik 3 tahun, orang yang mau beli pasti menghitung, sisa masa pakai cuma 2 tahun, karena baterainya belum direcycle, ganti baterai juga setengah harga mobil, jadi makanya turun, bukan bodi atau apa, jadi baterainya,” kata dia menambahkan.

    Mobil listrik. Foto: Andhika Prasetia

    Sebagai gambaran, harga baru BYD Seal Premium senilai Rp 639 juta dan Seal Performance AWD Rp 750 juta. Namun, satu tahun setelah peluncuran, harga kendaraan tersebut di marketplace turun Rp 200 jutaan!

    Harga mobil bekas lain seperti Hyundai juga jeblok. Ioniq 5 Signature Long Range yang harga barunya Rp 844 juta, hanya ditawarkan Rp 465 juta-Rp 550 juta di lama jual-beli kendaraan bekas. Kendaraan tersebut umumnya keluaran dua tahun lalu.

    Selain BYD dan Hyundai, harga mobil listrik buatan Chery juga mengalami penurunan besar. Chery J6 yang dibanderol Rp 505 jutaan bisa ditebus Rp 450 jutaan di pasar kendaraan bekas.

    (sfn/din)

  • Mobil Listrik Ora 03 Mau Dirakit Lokal di Bogor, Harga Bakal Turun?

    Mobil Listrik Ora 03 Mau Dirakit Lokal di Bogor, Harga Bakal Turun?

    Jakarta

    Mobil listrik kompak asal China, GWM Ora 03 telah mengaspal di Indonesia. Kendaraan yang saat ini masih berstatus CBU (completely built up) atau impor utuh tersebut rencananya akan dirakit lokal di Bogor, Jawa Barat, mulai tahun depan.

    Meski berasal dari China, namun GWM Ora 03 yang dipasarkan di Indonesia saat ini merupakan produk impor dari Thailand. Kendaraan tersebut nantinya dirakit lokal di pabrik Wanaherang milik Inchcape.

    “Ini masih CBU sampai akhir tahun, tapi setelahnya kita mulai produksi CKD di Inchcape manufacture di Wanaherang,” ujar Strategy & Marketing Director GWM Indonesia, Martina Danuningrat saat ditemui di Bogor, Jawa Barat.

    Mobil listrik GWM Ora 03. Foto: Septian Farhan Nurhuda/detik.com

    Sayangnya, perakitan lokal tak membuat harga GWM Ora 03 berubah. Kendaraan tersebut tetap akan dibanderol Rp 379 jutaan dengan status on the road Jakarta. Harga itu merupakan nominal tetap yang berlaku setelah pameran GIIAS 2025.

    “Kalau harga kita udah stabil, sudah perhitungkan. Jadi harga tetap akan sama, termasuk spek. Karena ini udah best value yang kita tawarkan ke konsumen,” kata dia.

    Lebih jauh, Martina juga tak bisa mengurai lebih detail mengenai kapasitas produksi Ora 03 di Indonesia. Nominal tersebut harus disesuaikan dengan kondisi pasar dan permintaan konsumen.

    Sebagai catatan, mobil listrik GWM Ora 03 mengusung desain ‘retro-futuristik’, mobil listrik tersebut mengadopsi aksen membulat yang elegan, lengkap dengan detail ikonik seperti Extreme Magic Retro Cat’s Eye Headlights, Retro Free Curving Waist, hingga Flowing Water Light Curtain Taillights.

    GWM ORA 03 Foto: Luthfi Anshori/detikcom

    Secara dimensi, kendaraan unik tersebut memiliki panjang 4.235 mm, lebar 1.825 mm, tinggi 1.596 mm, jarak sumbu roda 2.650 mm, dan jarak terendah ke tanah 145 mm. Adapun bobot GWM Ora 03 mencapai 1.510 kg.

    GWM Ora 03 mampu menghasilkan performa optimal dengan output tenaga 105 kW dan torsi maksimal 210 Nm. Sementara baterainya pakai Lithium Iron Phosphate 47,8 kWh dengan Energy Density >170 Wh/kg dan sistem manajemen BMS terintegrasi.

    Mobil tersebut bisa menempuh jarak hingga 400 km (NEDC) dalam sekali pengisian. Soal kemampuan pengisian daya, GWM Ora 03 didukung teknologi DC Fast Charging 69 kW yang dapat mengisi daya dari 30% hingga 80% hanya dalam 30 menit.

    (sfn/din)

  • Infografis Warning BMKG Cuaca Ekstrem Jabodetabek hingga Tips Menghadapinya – Page 3

    Infografis Warning BMKG Cuaca Ekstrem Jabodetabek hingga Tips Menghadapinya – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan cuaca ekstrem bakal berlangsung dalam sepekan kedepan, terutama di Pulau Jawa dan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).

    “Pada sepekan ke depan, BMKG mewaspadai cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di berbagai wilayah, terutama di Pulau Jawa bagian barat dan tengah, termasuk Jabodetabek,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam temu media secara daring, Senin 7 Juli 2025.

    Dia menyampaikan, cuaca ekstrem sepekan kedepan juga berpotensi terjadi di Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan dan wilayah sekitarnya, Nusa Tenggara Barat termasuk Mataram, Maluku bagian Tengah, Papua bagian tengah dan utara.

    BMKG pun memberikan beberapa tips untuk menghadapi cuaca ekstrem. Salah satunya waspada potensi bencana hidrometeorologi. Apa itu?

    Bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang disebabkan karena faktor cuaca. Hal yang biasa terjadi adalah banjir, khususnya bagi masyarakat yang tinggal dan berada di daerah rawan bencana hidrometeorologi.

    Selain itu, menghindari aktivitas di tempat yang rawan dan perbanyak minum air putih.

    Lantas, seperti apa prakiraan cuaca ekstrem yang disampaikan BMKG? Apa saja tips untuk menghadapi cuaca ekstrem? Simak selengkapnya dalam rangkaian Infografis berikut ini:

  • Mobil Listrik Ora 03 Mau Dirakit Lokal di Bogor, Harga Bakal Turun?

    Mobil Listrik Ora 03 Diklaim Ramai Peminat, Dikirim Mulai Agustus

    Jakarta

    Setelah meluncur dua pekan lalu, mobil listrik GWM Ora 03 diklaim ramai peminat. Meski angka pastinya tak diungkap, namun jumlahnya terus bertambah dari hari ke hari.

    Strategy & Marketing Director GWM Indonesia, Martina Danuningrat mengatakan, peminat GWM Ora 03 melampaui perkiraannya. Kendaraan listrik berdimensi kompak tersebut rencananya akan dikirim ke konsumen mulai bulan depan.

    “Sekarang kan baru SPK ya, nanti delivery-nya bulan Agustus. Antusiasmenya sangat tinggi, dealer-dealer-nya juga ramai didatengin. SPK dan list-nya meningkat tajam,” ujar Martina Danuningrat saat ditemui di Bogor, Jawa Barat, Rabu sore (9/7).

    Mobil listrik GWM Ora 03. Foto: Septian Farhan Nurhuda/detik.com

    Sayangnya, Martina enggan mengungkap angkanya secara pasti. Pengumuman soal penjualan kemungkinan akan disampaikan beberapa pekan ke depan.

    “Angkanya nanti lah, ketertarikannya sih sangat tinggi. Kalau persentasenya belum tahu pasti, karena baru dua minggu. Intinya antusiasmenya tinggi,” ungkapnya.

    Sebagai catatan, mobil listrik GWM Ora 03 mengusung desain ‘retro-futuristik’, mobil listrik tersebut mengadopsi aksen membulat yang elegan, lengkap dengan detail ikonik seperti Extreme Magic Retro Cat’s Eye Headlights, Retro Free Curving Waist, hingga Flowing Water Light Curtain Taillights.

    Mobil listrik GWM Ora 03. Foto: Septian Farhan Nurhuda/detik.com

    Secara dimensi, kendaraan unik tersebut memiliki panjang 4.235 mm, lebar 1.825 mm, tinggi 1.596 mm, jarak sumbu roda 2.650 mm, dan jarak terendah ke tanah 145 mm. Adapun bobot GWM Ora 03 mencapai 1.510 kg.

    GWM Ora 03 mampu menghasilkan performa optimal dengan output tenaga 105 kW dan torsi maksimal 210 Nm. Sementara baterainya pakai Lithium Iron Phosphate 47,8 kWh dengan Energy Density >170 Wh/kg dan sistem manajemen BMS terintegrasi.

    Mobil tersebut bisa menempuh jarak hingga 400 km (NEDC) dalam sekali pengisian. Soal kemampuan pengisian daya, GWM Ora 03 didukung teknologi DC Fast Charging 69 kW yang dapat mengisi daya dari 30% hingga 80% hanya dalam 30 menit.

    Kendaraan yang telah dibekali 15 fitur ADAS itu dibanderol Rp 379 juta dengan status on the road Jakarta. Namun, khusus untuk pembelian hingga pameran GIIAS 2025, ada potongan Rp 10 juta.

    (sfn/dry)

  • Dedi Mulyadi Hentikan Proyek Golf di Kaki Gunung Salak karena Diduga Sebabkan Banjir
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        9 Juli 2025

    Dedi Mulyadi Hentikan Proyek Golf di Kaki Gunung Salak karena Diduga Sebabkan Banjir Bandung 9 Juli 2025

    Dedi Mulyadi Hentikan Proyek Golf di Kaki Gunung Salak karena Diduga Sebabkan Banjir
    Editor
    KOMPAS.com
    — Gubernur Jawa Barat
    Dedi Mulyadi
    menghentikan pembangunan proyek
    lapangan golf
    di kaki
    Gunung Salak
    wilayah Kecamatan Taman Sari, Kabupaten
    Bogor
    , Rabu (9/7/2025).
    Langkah ini diambil menyusul laporan banjir yang terjadi di kawasan tersebut dan dugaan bahwa proyek itu menjadi salah satu penyebabnya.
    Dalam kunjungannya langsung ke lokasi bersama Camat Taman Sari, Dedi menegaskan bahwa segala dugaan harus dibuktikan secara ilmiah. Namun, ia menyoroti bahwa pembangunan lapangan golf tersebut diduga dilakukan tanpa izin amdal dan izin lingkungan yang lengkap.
    “Ini perusahaannya. Dan hari ini saya minta dihentikan seluruh pembangunannya sebelum seluruh problematikanya selesai, termasuk aspek-aspek lingkungannya, izin lingkungan dan amdal,” ujar Dedi dalam video yang diunggah di media sosial dan dikonfirmasi ulang Kompas.com, Rabu.
    Dedi juga meminta Camat Taman Sari untuk segera menindaklanjuti instruksi tersebut, sembari berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten.
    “Nanti saya telepon bupatinya. Mohon dihentikan aktivitasnya dulu, ya. Nanti kita buktikan dulu, banjir itu penyebabnya ini atau bukan, agar tidak menjadi fitnah,” katanya.
    Ia menegaskan jika terbukti proyek tersebut menjadi
    penyebab banjir
    , maka ia tidak akan memberikan persetujuan terhadap kelanjutannya.
    “Kalau penyebabnya ini, saya menyatakan tidak akan menyetujui,” tegas Dedi.
    Sebelumnya, Dedi Mulyadi menerima laporan awal dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jabar terkait sejumlah proyek pembangunan di kawasan kaki Gunung Salak yang diduga menjadi penyebab terjadinya banjir bandang dan longsor.
    Menurutnya, DLH Jabar sudah mengidentifikasi 14 proyek di kawasan tersebut. Dari jumlah tersebut, tiga proyek di antaranya diketahui belum memiliki izin lingkungan dan baru dalam proses penyusunan Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH).
    Salah satu proyek yang disorot adalah pembangunan sebuah resort dan lapangan golf. Berdasarkan informasi dari Pemkab Bogor, proyek tersebut belum memiliki dokumen lingkungan dan baru akan mengurus DELH.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • BMKG Ungkap Penyebab Anomali Hujan Ekstrem Padahal Musim Kemarau

    BMKG Ungkap Penyebab Anomali Hujan Ekstrem Padahal Musim Kemarau

    Jakarta

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa dinamika atmosfer yang tidak lazim telah menyebabkan mundurnya musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia, sekaligus meningkatkan potensi cuaca ekstrem dalam beberapa pekan terakhir.

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, menyatakan bahwa hingga akhir Juni 2025, baru sekitar 30% wilayah Zona Musim yang mengalami peralihan ke musim kemarau.

    “Padahal secara klimatologis, pada waktu yang sama, biasanya sekitar 64% wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau,” ungkap Dwikorita, dikutip dari situs BMKG.

    Kemunduran musim kemarau tahun ini, lanjutnya, merupakan dampak dari lemahnya Monsun Australia dan tingginya suhu muka laut di selatan Indonesia. Kedua faktor ini menyebabkan tingginya kelembapan udara yang memicu terbentuknya awan hujan, bahkan di tengah periode yang seharusnya kering.

    Kondisi ini diperburuk oleh berbagai fenomena atmosfer seperti aktifnya Madden-Julian Oscillation (MJO) dan gelombang ekuator (Kelvin dan Rossby Equator) yang mendukung pembentukan awan konvektif dan memperbesar potensi hujan lebat.

    “Kendati ENSO dan IOD berada dalam fase netral dan diperkirakan akan tetap netral hingga akhir tahun, curah hujan di atas normal masih terus terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia sejak Mei dan diperkirakan berlangsung hingga Oktober 2025,” paparnya.

    Membentuk Hujan Ekstrem

    Dampak dari kondisi ini, sudah mulai terasa dalam bentuk hujan ekstrem yang terjadi di berbagai daerah, terutama pada 5 dan 6 Juli lalu. Hujan dengan intensitas lebih dari 100 mm per hari tercatat di Bogor, Mataram, Bantaeng, Bulukumba, dan Sinjai, serta sejumlah wilayah di Jabodetabek, menyebabkan banjir, longsor, pohon tumbang, dan gangguan aktivitas masyarakat.

    “BMKG telah memberikan peringatan dini cuaca mingguan dan diupdate secara berkala 3 hingga 6 jam sebelum kejadian berlangsung. Peringatan dini tersebut disebarluaskan melalui aplikasi InfoBMKG, media sosial, WhatsApp Group, dan kanal komunikasi lainnya,” kata Dwikorita.

    BMKG juga terus berkoordinasi dengan BNPB, BPBD, operator transportasi, serta instansi teknis lainnya guna mengantisipasi risiko lanjutan.

    Fenomena cuaca ekstrem yang terus terjadi ini menunjukkan bahwa dinamika atmosfer masih sangat aktif meskipun Indonesia telah memasuki periode kemarau. Berdasarkan hasil analisis terkini, wilayah yang berpotensi mengalami hujan lebat dalam sepekan ke depan meliputi Jawa bagian barat dan tengah (termasuk Jabodetabek), Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Maluku bagian tengah, dan Papua bagian tengah dan utara.

    “Potensi hujan ini diperkirakan akan bergeser ke wilayah tengah dan timur Indonesia pada periode 10 hingga 12 Juli 2025,” imbuhnya.

    BMKG mengimbau masyarakat untuk terus memantau informasi cuaca terkini dan memperhatikan peringatan dini guna menghindari dampak yang lebih besar dari bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang, dan gangguan transportasi.

    “Kami mengajak seluruh masyarakat dan pemangku kepentingan untuk tidak lengah dan selalu waspada terhadap perkembangan cuaca, karena dinamika atmosfer yang terjadi saat ini masih cukup kompleks,” tutup Dwikorita.

    (rns/rns)

  • Transportasi Publik Tersandera Tata Kelola

    Transportasi Publik Tersandera Tata Kelola

    Bisnis.com, JAKARTA – Ketergantungan pemerintah daerah pada subsidi pusat kembali mem­­­per­li­­hat­­­kan celah serius dalam penyelenggaraan layanan publik.

    Sejak awal 2025, program transportasi publik dengan skema buy the service (BTS), yang selama ini diandalkan untuk me­­­ngurai kemacetan dan me­­­nyediakan transportasi terjangkau, mengalami stagnasi. Sejumlah kota besar, seperti Bogor, Den­­­pasar, dan Solo terpaksa menghentikan atau me­­­mang­­­kas layanan karena subsidi pusat tidak lagi tersedia.

    Kondisi ini tidak lepas dari kebijakan pemangkasan anggaran Kementerian Perhubungan dari Rp31 triliun menjadi sekitar Rp17,7 triliun untuk tahun 2025. Alokasi program BTS pun terpangkas signifikan. Dari 11 kota pada 2024, kini hanya 8 kota yang masih mendapat subsidi, yakni Bandung, Solo, Banyumas, Balikpapan, Surabaya, Makassar, Pontianak, dan Manado (Kompas, 2024).

    Di sisi lain, jumlah kendaraan bermotor di Indonesia terus melonjak. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, hingga akhir 2023, jumlah kendaraan telah menembus 150 juta unit. Di Jabodetabek saja, pertumbuhan kendaraan mencapai sekitar 1 juta unit per tahun. Lonjakan ini tidak diimbangi oleh peningkatan kapasitas transportasi publik yang memadai.

    Dampaknya sangat terasa. Bank Dunia mencatat kerugian ekonomi akibat kemacetan di Jabodetabek mencapai Rp100 triliun per tahun (CNBC Indonesia, 2024). Di kota-kota besar seperti Bandung, Surabaya, Semarang, dan Makassar, potensi kerugian ekonomi akibat kemacetan diperkirakan mencapai belasan triliun rupiah per tahun (Jabarinsight, 2024).

    Krisis transportasi juga berdampak pada lingkungan. KLHK melaporkan, sektor transportasi menyumbang sekitar 28% emisi karbon nasional. Data Kementerian Perhubungan menyebut total emisi CO2 Indonesia mencapai 1,3 gigaton pada 2022, sebagian besar berasal dari transportasi berbasis bahan bakar fosil (Media Indonesia, 2024).

    Fakta ini mengindikasikan persoalan lebih dalam, yaitu lemahnya perencanaan, minimnya akuntabilitas, dan absennya pengawasan yang efektif. Situasi ini sejalan dengan konsepsi Governance Failure (Stoker, 1998), yakni kegagalan tata kelola akibat ketidaksinkronan antarlembaga, lemahnya kapasitas daerah, dan rendahnya partisipasi publik.

    Buruknya tata kelola diperparah oleh lemahnya pengawasan eksternal. Dalam konteks ini, lembaga-lembaga pengawasan seperti Ombudsman memiliki peran sentral, tidak hanya menunggu aduan masyarakat, tetapi juga secara proaktif melakukan investigasi atas potensi maladministrasi, termasuk penghentian layanan transportasi publik secara tiba-tiba tanpa solusi yang memadai.

    Krisis seperti ini tidak boleh dibiarkan berulang. Penguatan pengawasan layanan publik mutlak menjadi prioritas, baik di tingkat pusat maupun daerah. Dalam kerangka tata kelola yang sehat, lembaga pengawasan eksternal perlu lebih progresif, tidak sekadar menunggu laporan resmi.

    Krisis BTS juga menjadi pengingat bahwa keputusan politik kerap kali lebih ditentukan oleh kepentingan jangka pendek ketimbang kebutuhan riil masyarakat. Ini sejalan dengan teori Public Choice, yang menyoroti kecenderungan kebijakan publik dikendalikan oleh logika politik elektoral, bukan kepentingan publik jangka panjang.

    Jika situasi ini dibiarkan, konsekuensinya bukan hanya stagnasi layanan publik, tetapi juga makin melemahnya kepercayaan publik terhadap negara, meningkatnya polusi, ketimpangan akses layanan antar daerah, dan penurunan produktivitas perkotaan.

    Sejalan dengan upaya membangun tata kelola layanan publik yang kredibel, beberapa langkah korektif perlu segera diambil.

    Pertama, pemerintah daerah harus mulai membangun mekanisme pendanaan transportasi publik yang berkelanjutan. Ketergantungan mutlak pada subsidi pusat hanya membuat layanan publik rapuh. Dana transportasi kota, retribusi lalu lintas, dan skema pembiayaan inovatif perlu dioptimalkan.

    Kedua, pengawasan layanan transportasi publik harus diperkuat. Ombudsman bersama kementerian dan pemerintah daerah perlu membangun sistem monitoring berbasis data, seperti dashboard layanan yang memuat indikator kinerja, uptime, dan evaluasi real-time.

    Ketiga, partisipasi masyarakat harus dilembagakan secara sistematis. Pembentukan dewan konsultatif transportasi di tingkat kota, yang melibatkan akademisi, pengguna layanan, dan masyarakat sipil, dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas.

    Keempat, transisi menuju transportasi rendah emisi harus dipercepat. Insentif fiskal, seperti penghapusan bea masuk kendaraan listrik dan penurunan pajak kendaraan ramah lingkungan, perlu diperluas agar target elektrifikasi dapat tercapai.

    Kelima, lembaga pengawasan publik perlu lebih aktif melakukan investigasi inisiatif atas layanan strategis seperti transportasi publik, sebagai bagian dari upaya preventif mencegah terulangnya maladministrasi.

    Transportasi publik adalah salah satu indikator paling nyata hadir atau tidaknya negara dalam kehidupan rakyat. Penghentian layanan BTS bukan sekadar konsekuensi dari keterbatasan anggaran, melainkan cerminan lemahnya perencanaan, tata kelola, dan pengawasan.

    Penguatan pengawasan atas layanan publik, termasuk sektor transportasi, adalah bagian tak terpisahkan dari upaya membangun negara yang kredibel, akuntabel, dan benar-benar hadir di tengah kebutuhan masyarakat.