Liputan6.com, Jakarta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) buka suara terkait kebakaran hebat sumur minyak ilegal di Dukuh Gendono, Desa Gandu, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora, yang menewaskan 3 orang.
Juru bicara Kementerian ESDM, Dwi Anggia menyampaikan pentingnya untuk membenahi tata kelola sumur masyarakat dengan baik.
Menurutnya, pengeboran minyak telah diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 14 Tahun 2025, termasuk mengatur aspek keselamatan kerja untuk mengantisipasi kejadian serupa agar tidak terulang.
“Banyak di antara sumur masyarakat yang berjalan belum mengindahkan aspek keselamatan,” kata Dwi Anggia kepada wartawan, Senin (18/9).
Peraturan Menteri ESDM tersebut, lanjutnya, mengatur tentang kerja sama operasi, kerja sama teknologi, khususnya untuk sumur masyarakat yang sudah berjalan, bukan sumur baru.
Selain itu, juga akan mengatur tata kelola selama sumur berproduksi dengan perbaikan bertahap sesuai good engineering practices selama periode 4 tahun.
“Kebijakan ini, hanya untuk sumur masyarakat yang sudah telanjur ada (bukan sumur minyak baru). Jadi akan ada daftar hasil inventarisasi sumur masyarakat,” terangnya.
Lebih lanjut, Dwi Anggia menyampaikan, bahwa sumur masyarakat ini berada di bawah naungan satu BUMD (badan usaha milik daerah), Koperasi dan atau UMKM, dan kerja sama dengan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS).
Menurutnya, BUMD/Koperasi/UMKM ini memiliki tanggung jawab perbaikan tata kelola termasuk lingkungan dan keselamatan.
“Ke depannya negara juga dapat potensi lifting minyak dan penerimaan. Sekali lagi penanganan dilakukan untuk bisa mengurangi risiko-risiko, baik dari aspek keselamatan dan kelestarian lingkungan,” ucap Dwi Anggia.
“Kami juga meminta agar pemerintah provinsi segera merampungkan inventarisir sumur masyarakat,” imbuhnya.
Dwi Anggia juga menyampaikan duka cita atas meninggalnya tiga orang akibat kebakaran hebat hingga menimbulkan ledakan fatal tersebut.
“Kami mengucapkan prihatin dan berduka atas jatuhnya korban jiwa dalam peristiwa ledakan tersebut,” demikian keterangannya yang disampaikan kepada wartawan.
Berdasarkan update terbaru dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Blora pada Senin (18/8/2025) pagi, totalnya korban yang meninggal dunia sudah tiga orang. Sementara, yang dirawat dua orang termasuk satu balita.
Peristiwa itu juga mengakibatkan sejumlah rumah warga rusak sehingga mereka harus mengungsi. Tidak hanya itu, ternak milik mereka juga harus dievakuasi.