kab/kota: Blora

  • Cerita Heroik Petugas Berjibaku Padamkan Kebakaran Hebat Sumur Minyak di Blora

    Cerita Heroik Petugas Berjibaku Padamkan Kebakaran Hebat Sumur Minyak di Blora

    Liputan6.com, Jakarta Sudah tiga hari ini, petugas gabungan berjibaku berupaya memadamkan api yang masih menyembur dari sumur ilegal di Dukuh Gendono, Desa Gandu, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

    Belum lagi menyaksikan warga terdampak. Keharuan berkecamuk dan menyeruak di hati para petugas saat melihat warga satu dusun terpaksa mengungsi, demi keselamatan mereka.

    Petugas tidak kenal lelah untuk terus berupaya dan berjuang menghentikan kobaran api dan asap yang membubung tinggi.

    Sehari semalam para petugas harus berkutat di sekitaran kobaran api. Mereka tak kenal lelah dan aksinya tentu patut diapresiasi, didukung, dan terus diberi semangat agar rasa lelah menjadi lillah.

    Agung Tri salah satunya. Petugas dari Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (TRC BPBD) Blora ini mengaku masih berada di lokasi sejak peristiwa kejadian kebakaran hebat dilaporkan.

    Dia mandi pun belum tentu sempat, apalagi bertemu sanak famili tercinta yang tinggal di Kecamatan Cepu. Meski begitu, Agung Tri tetap mempertahankan semangatnya bersama petugas dari berbagai unsur lainnya.

    “Saya bersama tim gabungan dari Damkar Satpol PP Blora, dari BPBD Blora, dari Pertamina EP Asset Cepu. Kemudian dari PPSDM Migas, dari kepolisian dan tentara sudah berada di lokasi sejak 17 Agustus 2025 siang saat terjadi musibah,” kata Agung Tri, mengawali ceritanya kepada Liputan6.com.

    Sadar upaya menanggulangi bencana adalah tanggung jawabnya, Agung Tri mengungkapkan kondisi dukanya para keluarga yang terdampak kebakaran hebat sumur ilegal di lokasi.

    “Susahnya di sini keluarga 1 dusun mengungsi, keluarga tidak ada di rumah. 1 dusun sekitar 300 KK dengan 750 orang kondisinya mengungsi. Mereka takut dan trauma kembali ke rumah karena adanya kejadian ini,” ungkapnya.

    Petugas yang belasan tahun menjadi honorer dan baru diangkat menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) belum lama ini, menyampaikan kesulitannya berada di lokasi.

    Aksesnya menuju lokasi sangat sulit dan cuaca tidak mendukung lantaran selama tiga hari ini turun hujan.

    “Sangat sulit menuju lokasi, kemudian cuaca tidak bersahabat dan besarnya tekanan gas disertai dengan kobaran api yang membubung tinggi,” tutur Agung Tri.

    Menurutnya, petugas BPBD Blora tidak ada rollingan atau bergantian. Jadi, mulai hari pertama dia standby di lokasi kebakaran.

    Agung Tri juga menyampaikan sukanya saat berada di lokasi yang terus membakar semangat bersama-sama dengan petugas lainnya.

    “Senangnya di sini, Alhamdulillah dari semua tim gabungan itu kompak, setiap ada kendala kejadian atau apa-apa responsnya cepat bersama,” tandasnya.

    Sebelumnya dikabarkan, kebakaran ini menyebabkan tiga warga meninggal, dua orang termasuk balita dirawat dan dirujuk ke RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

    Selain itu, sejumlah rumah yang ada di sana mengalami kerusakan berat dan ringan, serta sejumlah hewan ternak penduduk setempat banyak yang mati dan diungsikan ke tempat aman.

  • Minyak Mentah Sumur Ilegal di Gandu Blora Jadi Rebutan Warga, Per Jeriken Dihargai Rp 120.000
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        19 Agustus 2025

    Minyak Mentah Sumur Ilegal di Gandu Blora Jadi Rebutan Warga, Per Jeriken Dihargai Rp 120.000 Regional 19 Agustus 2025

    Minyak Mentah Sumur Ilegal di Gandu Blora Jadi Rebutan Warga, Per Jeriken Dihargai Rp 120.000
    Tim Redaksi
    BLORA, KOMPAS.com
    – Sumur minyak ilegal di Desa Gandu, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, terbakar sejak Minggu (17/8/2025) dan masih berkobar hingga Selasa (19/8/2025) malam.
    Kebakaran ini diperkirakan terjadi setelah sumur tersebut baru mulai beroperasi sekitar seminggu yang lalu.
    Akibat insiden ini, tiga orang dinyatakan tewas, sementara dua lainnya dirawat di rumah sakit.
    Ratusan warga terpaksa mengungsi dan meninggalkan rumah mereka karena situasi yang membahayakan.
    Salah seorang pengungsi, Sabit, mengungkapkan bahwa sumur minyak ilegal tersebut berlokasi di tengah pemukiman warga.
    Ia menyebutkan bahwa banyak warga yang berebut untuk mengambil limbah minyak yang mengalir ke selokan.
    “Banyak warga yang mengumpulkan lantung (minyak mentah) yang mengalir ke selokan untuk ditampung, karena minyaknya bagus,” ujarnya saat ditemui di posko pengungsian pada Selasa (19/8/2025).
    Sabit menjelaskan bahwa ketika terjadi luberan minyak, warga segera mengambil dan menyimpannya dalam jeriken.
    “Satu jeriken dihargai Rp 120.000, makanya mereka berebut untuk mengambil minyak mentah yang mengalir,” jelasnya.
    Ia menambahkan bahwa minyak mentah yang dibiarkan keruh tidak dapat dimanfaatkan, sehingga warga berusaha secepat mungkin untuk mengeruk limbah tersebut.
    “Minyak mentah yang baru keluar itu sangat bagus, makanya laku untuk dijual dan warga mengambilnya,” tambah Sabit.
    Menurutnya, sebelum terbakar, sumur minyak ilegal tersebut mampu memproduksi puluhan ton minyak mentah.
    “Karena alirannya besar, kabarnya mampu menghasilkan 21 ton dalam semalam,” pungkasnya.
    Kebakaran sumur minyak ilegal ini menjadi perhatian serius, mengingat dampaknya yang merugikan banyak warga dan menimbulkan korban jiwa.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • BPBD Blora padamkan api sumur minyak rakyat yang merembet ke sungai

    BPBD Blora padamkan api sumur minyak rakyat yang merembet ke sungai

    “Api yang membakar sumur minyak rakyat memang sempat merambat hingga ke bibir sungai, menyusul tumpahan minyak yang ikut terbawa arus,”

    Blora (ANTARA) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blora, Jawa Tengah, bergerak cepat melakukan pemadaman bersama tim gabungan menyusul terbakarnya sumur minyak rakyat di Dukuh Gendono, Desa Gandu, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora.

    “Api yang membakar sumur minyak rakyat memang sempat merambat hingga ke bibir sungai, menyusul tumpahan minyak yang ikut terbawa arus,” kata Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Blora Agung Triyono di Blora, Selasa.

    Untuk mencegah kebakaran meluas, kata dia, tim gabungan melakukan isolasi lokasi, pemadaman, dan pendinginan di sekitar sungai, agar tidak merembet ke permukiman warga.

    Selain itu, posko pengungsian dan dapur umum juga tetap beroperasi di balai Desa Gandu guna melayani kebutuhan ratusan warga terdampak.

    “Alhamdulillah, situasi saat ini relatif kondusif. Api di aliran sungai sudah bisa dikendalikan, meskipun titik api di sumur masih dalam proses penanganan. Kami imbau masyarakat tetap waspada namun tidak panik,” ujarnya.

    Berkat respons cepat tim gabungan yang terdiri dari BPBD, pemadam kebakaran, TNI, Polri, relawan, dan perangkat desa, kondisi di lokasi dapat dikendalikan.

    Warga yang tinggal di sekitar bantaran sungai pun diminta menjauh dari lokasi rawan untuk sementara waktu.

    Hingga saat ini petugas masih terus bekerja melakukan pemantauan dan pemadaman di titik kebakaran utama. Pemerintah daerah memastikan kebutuhan dasar pengungsi tercukupi dan situasi tetap terkendali.

    Pewarta: Akhmad Nazaruddin
    Editor: Agus Setiawan
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kebakaran sumur minyak Blora, Sekda Jateng siapkan tim verifikasi lintas sektoral

    Kebakaran sumur minyak Blora, Sekda Jateng siapkan tim verifikasi lintas sektoral

    Sumber foto: Joko Hendrianto/elshinta.com.

    Kebakaran sumur minyak Blora, Sekda Jateng siapkan tim verifikasi lintas sektoral
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Selasa, 19 Agustus 2025 – 16:37 WIB

    Elshinta.com – Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Tengah, Sumarno mengatakan, perlunya langkah serius untuk menata sumur-sumur minyak rakyat di wilayahnya. 

    Hal ini menyusul peristiwa kebakaran sumur minyak yang terjadi di Dusun Gendono, Desa Gandu, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora, Minggu 17 Agustus 2025 lalu.

    Namun demikian, lanjut dia, hal mendesak yang perlu dilakukan atas kejadian kebakaran itu adalah upaya memadamkannya. 

    “Sekarang lebih bagaimana untuk memadamkan itu,” kata Sumarno di Semarang, Selasa 19 Agustus 2025.

    Saat ini, Sumarmo menambahkan, Pemerintah Provinsi Jateng sedang membentuk tim verifikasi dari lintas sektoral untuk menata sumur-sumur minyak rakyat yang ada di wilayahnya. 

    Tim verifikasi ini sebenarnya mulai dibentuk sebelum kejadian terbakarnya sumur minyak milik masyarakat di Dusun Gendono Kabupaten Blora tersebut. 
     
    “Karena risikonya cukup besar. Kalau yang jadi masalah, begitu ilegal itu tidak ada yang meng-assessment masalah sisi keselamatan, ya itu yang menjadi PR berat,” kata dia seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Joko Hendrianto, Selasa (19/8).

    Dikatakan dia, tim verifikasi ini bersifat lintas sektoral,  dan tidak hanya menyasar Blora saja, tetapi juga seluruh wilayah Jawa Tengah. Sehingga bisa dilakukan assessment (penilaian) semua. 

    Soal regulasi dan teknis pengawasan sumur minyak rakyat/tradisional, Pemprov Jateng masih menunggu arahan dari pemerintah pusat.

    Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bancana Daerah (BPBD) Jateng per Selasa 19 Agustus 2025 pukul 11.00 WIB, kebakaran sumur minyak di Blora menelan korban 3 orang meninggal dan 2 orang terluka. Di samping itu, sebanyak 303 KK atau 760 jiwa harus mengungsi.

    Selain itu, juga terdapat satu rumah rusak berat, empat rumah rusak sedang, dan tiga ekor ternak mati. Tim gabungan masih berupaya memadamkan api. 

    Sumber : Radio Elshinta

  • Sudah 50 Jam, Kebakaran Sumur Minyak Ilegal di Blora Belum Juga Padam

    Sudah 50 Jam, Kebakaran Sumur Minyak Ilegal di Blora Belum Juga Padam

    Diberitakan sebelumnya, Agung Tri, menyampaikan bahwa warga yang terdampak mengungsi saat ini sebanyak 300 Kepala Keluarga (KK).

    “Dengan 750 jiwa mengungsi (ke tempat yang lebih aman dari lokasi kebakaran, red),” ujarnya.

    Agung Tri menyebutkan, mereka warga yang terdampak mengungsi di beberapa rumah warga atau sanak saudara terdekat lainnya.

    Meliputi di rumah warga atas nama Wasis ada sebanyak 60 jiwa, di rumah atas nama Suwarno/Tulus ada sebanyak 20 jiwa, di rumah atas nama Joko Sunti ada sebanyak 15 jiwa, di rumah atas nama Pur ada sebanyak 20 jiwa, dan di rumah atas nama Sugi ada sebanyak 10 jiwa.

    Serta, di rumah atas nama Giman ada sebanyak 10 jiwa, di rumah wadak ada sebanyak 7 jiwa, dan di rumah atas nama Wanto sebanyak 12 jiwa.

    “Kemudian di tenda pengungsi balaidesa ada sebanyak 17 jiwa. Sisa pengungsi tersebar di rumah sanak saudara lain,” paparnya.

    Agung Tri menyampaikan kembali bahwa 3 orang yang meninggal akibat dampak kebakaran hebat sumur minyak ilegal di sana, yakni atas nama Tanek (60), Sureni (52), dan Wasini (50).

    Sementara yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, yakni atas nama Heti (30), dan balita atas nama Abu Dhabi (2).

    “Kondisi mereka masih dalam penanganan,” ujarnya.

    Selain itu, dipaparkan adanya sejumlah hewan ternak milik warga yang terdampak saat ini juga diungsikan. Totalnya ada sapi sebanyak 6 ekor, dan ada kambing sebanya 3 ekor.

    “Sapi yang mati ada 1 ekor, dan kambing ada 2 ekor,” sebut Agung Tri, yang juga memaparkan adanya rumah rusak berat dan ringan seperti diberitakan sebelumnya.

    “Tim gabungan masih berada di lokasi dan masih melaksanakan proses pemadaman, serta pemantauan,” imbuhnya.

     

  • Update Korban Kebakaran Sumur Minyak Ilegal di Blora: 3 Orang Tewas, 2 Luka-Luka, Ratusan Warga Mengungsi

    Update Korban Kebakaran Sumur Minyak Ilegal di Blora: 3 Orang Tewas, 2 Luka-Luka, Ratusan Warga Mengungsi

     

    Liputan6.com, Blora – Kebakaran sumur minyak ilegal di Dukuh Gendono, Desa Gandu, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora , Jawa Tengah, pada Minggu (17/8/2025) kemarin, berdampak luas terhadap masyarakat.  

    Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Blora, Agung Tri, menyampaikan bahwa sebanyak 300 kepala keluarga (KK) terpaksa mengungsi akibat peristiwa itu.

    “Dengan 750 jiwa mengungsi (ke tempat yang lebih aman dari lokasi kebakaran, red),” ujarnya pada Liputan6.com , Selasa siang (19/8/2025).

    Agung Tri menyebutkan, warga yang terdampak kebakaran sumur minyak ilegal di Blora itu mengungsi di beberapa rumah warga atau sanak saudara terdekat lainnya yang lebih aman.

    Data terbaru yang diperoleh Liputan6.com , korban yang mengungsi di rumah warga atas nama Wasis ada sebanyak 60 jiwa, di rumah atas nama Suwarno/Tulus ada sebanyak 20 jiwa, di rumah atas nama Joko Sunti ada sebanyak 15 jiwa, di rumah atas nama Pur ada sebanyak 20 jiwa, dan di rumah atas nama Sugi ada sebanyak 10 jiwa.

    Serta, di rumah atas nama Giman ada sebanyak 10 jiwa, di rumah wadak ada sebanyak 7 jiwa, dan di rumah atas nama Wanto sebanyak 12 jiwa.

    “Kemudian di tenda pengungsi balaidesa ada sebanyak 17 jiwa. Sisa pengungsi tersebar di rumah sanak saudara lain,” paparnya.

    Agung Tri memastikan ada tiga orang yang meninggal akibat dampak kebakaran hebat sumur minyak ilegal di sana, yakni atas nama Tanek (60), Sureni (52), dan Wasini (50).

    Sementara yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, yakni atas nama Heti (30), dan balita atas nama Abu Dhabi (2).

    “Kondisi mereka masih dalam penanganan,” ujarnya.

    Selain itu, dipaparkan sejumlah hewan ternak milik warga yang terdampak saat ini juga diungsikan. Totalnya ada sapi sebanyak 6 ekor, dan ada kambing sebanya 3 ekor.

    “Sapi yang mati ada 1 ekor, dan kambing ada 2 ekor,” sebut Agung Tri yang juga memaparkan adanya rumah rusak berat dan ringan.

    “Tim gabungan masih berada di lokasi dan masih melaksanakan proses pemadaman, serta pemantauan,” imbuhnya.

     

  • Kondisi Terkini Balita Korban Kebakaran Sumur Minyak Ilegal di Blora

    Kondisi Terkini Balita Korban Kebakaran Sumur Minyak Ilegal di Blora

    Liputan6.com, Blora – Sejumlah orang menjadi korban kebakaran sumur minyak ilegal di Dukuh Gendono, Desa Gandu, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Minggu (17/8/2025) lalu, yang bertepatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan ke-80 RI.

    Sebanyak tiga orang perempuan korban kebakaran sumur minyak ilegal dilaporkan meninggal dunia, antara lain atas nama Tanek (60), Sureni (52), dan Wasini (50). Sementara yang masih dirawat di rumah sakit ada dua orang, yakni seorang perempuan atas nama Heti (30) dan seorang balita laki-laki atas nama Abu Dhabi (2). Semua korban merupakan warga desa setempat.

    Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (TRC BPBD) Blora, Agung Tri, kepada Liputan6.com, mengungkap adanya kabar simpar siur soal kondisi korban balita yang masih dirawat di rumah sakit.

    “Kemarin itu tersiar kabar balita meninggal, tapi sore kemarin langsung saya konfirmasi,” ujarnya.

    Ia menyampaikan ternyata keadaan balita bersama ibunya saat dirujuk ke RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta sudah ditaruh di ruang isolasi untuk yang luka bakar.

    “Mereka masih dalam penanganan,” ungkap Agung Tri.

    Skenario Pemadaman Kebakaran

    Diwartakan sebelumnya, terhitung sejak Minggu (17/8/2025) sekitar pukul 11.30 WIB hingga Selasa (19/8/2025) siang ini, kobaran api menyala dan kepulan asap di sana sudah lebih dari 45 jam lamanya.

    Agung Tri mengabarkan situasi kondisi di lapangan. Saat ini, petugas masih terus berupaya memadamkan api.

    “Belum padam, ini masih proses penanggulan,” jawabnya saat dikonfirmasi.

    Ia menyampaikan skenario pemadaman ditanggul terlebih dahulu, baru selanjutnya dipersempit lubang sumur minyak yang kebakaran tersebut.

    “Kemudian ditembak foam (busa pemadam kebakaran, red), lalu dipasang serumbung,” kata Agung Tri.

    Menurutnya, serumbung (Foam Discharge Outlet) adalah alat yang digunakan untuk mendistribusikan busa secara merata ke area ke area kebakaran.

     

  • Membedah Skenario Pemadaman Kebakaran Hebat Sumur Minyak Ilegal di Blora

    Membedah Skenario Pemadaman Kebakaran Hebat Sumur Minyak Ilegal di Blora

    Sebelumnya, salah satu kendala selama proses pemadaman adalah konstruksi sumur yang tidak standar. Sumur minyak tersebut tidak dilengkapi dengan kepala sumur atau wellhead sehingga petugas kesulitan memadamkan api.

    Sementara itu, Kepolisian Resor (Polres Blora) belum memeriksa pemilik sumur minyak ilegal.

    Satuan Korps Bhayangkara baru melakukan penyelidikan awal dengan memintai keterangan sejumlah orang saksi, usai peristiwa nahas itu terjadi bertepatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) ke-80.

    Menurut Kapolres Blora AKBP Wawan Andi Susanto, pihaknya telah berkoordinasi dengan Bupati Blora dan Polda Jawa Tengah untuk memperketat pengawasan terhadap sumur-sumur minyak ilegal yang masih beroperasi.

    “Sudah kami bicarakan dengan Bupati dan dikoordinasikan dengan Polda. Penertiban sumur-sumur masyarakat ini akan lebih ditingkatkan kembali,” ujarnya.

    Pucuk pimpinan Polres Blora ini mengaku, saat ini pihaknya masih melakukan penyelidikan awal dengan memintai keterangan 4 orang saksi dari warga sekitar. Sementara, pemilik sumur belum diperiksa.

    “Sudah 4 saksi yang kami mintai keterangan sejak tadi malam hingga subuh. Untuk pemilik sumur, sementara ini belum dimintai keterangan,” ungkapnya.

    Diakui Kapolres Blora, pihaknya telah berkoordinasi dengan tim Labfor Polda Jawa Tengah untuk penyelidikan lebih lanjut. Terkait kehadiran tim masih menunggu padamnya api.

    “Nantinya, kalau api sudah berhasil dipadamkan, insya Allah tim Labfor akan datang ke lokasi,” ujarnya.

  • Update Korban Kebakaran Sumur Minyak Ilegal di Blora: 3 Orang Tewas, 2 Luka-Luka, Ratusan Warga Mengungsi

    10 Perkampungan Warga Blora Berdiri Tepat di Atas Ladang Minyak Bumi

    Liputan6.com, Jakarta Sedikitnya 60 sumur minyak bumi di Kabupaten Blora dikelola oleh warga. Dari jumlah itu, eksplorasi tradisional 10 ladang minyak bumi berada di tengah-tengah perkampungan.

    Kepala Desa Gandu, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Iwan Sucipto mengungkapkan bahwa sumur minyak yang dikelola warga mulai marak sejak dua tahun terakhir.

    “Ada sekitar 60 sumur minyak rakyat, 10 di antaranya berada tepat di tengah pemukiman penduduk dan sudah menghasilkan setiap hari,” kata Iwan Sucipto di Blora, Selasa (19/8). Dikutip dari Antara.

    Menurut Iwan, awal mula penemuan minyak terjadi ketika warga berusaha mengebor sumur air karena kesulitan air bersih, terutama saat musim kemarau. Namun, dalam proses pengeboran itu, salah seorang warga justru menemukan minyak.

    “Kabar itu cepat menyebar, bahkan terdengar oleh orang luar desa. Mereka kemudian berdatangan, sebagian ikut membiayai pengeboran. Dari situlah sumur-sumur minyak ini terus bermunculan,” jelasnya.

    Sebelum ada sumur minyak, warga Desa Gandu selama bertahun-tahun menghadapi krisis air bersih.

    Setiap musim kemarau, mereka harus membeli air atau mencari sumber air jauh dari desa. Namun setelah adanya temuan minyak, warga berbondong-bondong mengebor lahan di sekitar rumah mereka.

    Bagi yang tak memiliki modal, mereka menggandeng investor untuk membiayai pengeboran. Kini, dalam waktu relatif singkat, desa itu telah memiliki puluhan sumur minyak.

    Kepala desa mengaku sudah berkali kali mengingatkan warganya mengenai bahaya pengeboran minyak di kawasan padat penduduk.

    Namun imbauan itu sering diabaikan karena hasil minyak dianggap memberi harapan baru bagi perekonomian warga, yang sebagian besar berprofesi sebagai petani.

    “Saya sudah berulang kali mengingatkan soal bahaya keberadaan sumur minyak di area permukiman. Tapi warga tetap nekat, karena minyak ini dianggap sebagai peluang untuk memperbaiki ekonomi mereka,” tutur Iwan.

    Sebelumnya diberitakan, kebakaran disertai ledakan sumur minyak rakyat terjadi di Dukuh Gendono, Desa Gandu, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora, Minggu (17/8) siang. Peristiwa ini menyebabkan tiga orang tewas dan dua dirawat karena luka bakar. Salah satunya adalah balita.

  • Horor Kebakaran Sumur Minyak di Blora, 30 Jam lebih Api masih Membara

    Horor Kebakaran Sumur Minyak di Blora, 30 Jam lebih Api masih Membara

    Diwartakan sebelumnya, juru bicara KESDM Dwi Anggia turut berduka cita atas meninggalnya 3 orang.

    “Kami mengucapkan prihatin dan berduka atas jatuhnya korban jiwa dalam peristiwa ledakan tersebut,” demikian keterangannya yang disampaikan kepada wartawan.

    Adanya kejadian ini, Dwi Anggia menyampaikan pentinganya untuk membenahi tata kelola sumur masyarakat dengan baik.

    Menurutnya, pengeboran minyak telah diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 14 Tahun 2025, termasuk mengatur aspek keselamatan kerja untuk mengantisipasi kejadian serupa agar tidak terulang.

    “Banyak di antara sumur masyarakat yang berjalan belum mengindahkan aspek keselamatan,” ucap Dwi Anggia.

    Peraturan Menteri ESDM tersebut, lanjutnya, mengatur tentang kerja sama operasi, kerja sama teknologi, khususnya untuk sumur masyarakat yang sudah berjalan, bukan sumur baru.

    Selain itu, juga akan mengatur tata kelola selama sumur berproduksi dengan perbaikan bertahap sesuai good engineering practices selama periode 4 tahun.

    “Kebijakan ini, hanya untuk sumur masyarakat yang sudah telanjur ada (bukan sumur minyak baru). Jadi akan ada daftar hasil inventarisasi sumur masyarakat,” terangnya.

    Lebih lanjut, Dwi Anggia menyampaikan, bahwa sumur masyarakat ini berada di bawah naungan 1 BUMD (badan usaha milik daerah), Koperasi dan/atau UMKM, dan kerja sama dengan KKKS.

    Menurutnya, BUMD/Koperasi/UMKM ini memiliki tanggung jawab perbaikan tata kelola (termasuk lingkungan dan keselamatan).

    “Ke depannya negara juga dapat potensi lifting minyak dan penerimaan. Sekali lagi penanganan dilakukan untuk bisa mengurangi risiko-risiko, baik dari aspek keselamatan dan kelestarian lingkungan,” ucap Dwi Anggia.

    “Kami juga meminta agar pemerintah provinsi segera merampungkan inventarisir sumur masyarakat,” imbuhnya.