kab/kota: Berlin

  • Kementerian Pariwisata: Indonesia Berpotensi Jadi Destinasi Wisata Edukasi Bertaraf Internasional – Halaman all

    Kementerian Pariwisata: Indonesia Berpotensi Jadi Destinasi Wisata Edukasi Bertaraf Internasional – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi World Class Educational Tourism Destination, terutama dengan kekayaan budaya, alam, dan sejarah yang dapat dikemas sebagai pengalaman belajar unik.

    Apalagi memiliki lebih dari 1.300 suku bangsa dengan adat istiadat yang berbeda menjadikan Indonesia sebagai laboratorium sosial budaya bagi wisatawan edukasi.

    Tradisi unik seperti wayang kulit, batik, tenun ikat, dan upacara adat memberikan pengalaman belajar langsung tentang warisan budaya Indonesia.

    Juga hutan hujan tropis, terumbu karang, gunung berapi, dan ekosistem laut menjadikan Indonesia tempat ideal untuk studi tentang ekologi, konservasi lingkungan, dan keberlanjutan.

    Belum lagi destinasi seperti Taman Nasional Komodo, Raja Ampat, dan Kalimantan bisa menjadi pusat penelitian dan wisata edukasi berbasis alam.

    Kementerian Pariwisata RI mulai fokus mengembangkan educational tourism sebagai bagian dari strategi diversifikasi sektor pariwisata.

    Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata RI, Ni Made Ayu Marthini mengatakan, dengan sumber daya alam yang luar biasa, budaya yang kaya, serta beragam tema edukasi yang dapat dieksplorasi.

    “Sehingga Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi World Class Educational Tourism Destination,” kata Ni Made saat usai pengumuman WisataSekolah resmi bergabung WYSE Travel Confederation seperti dikutip , Minggu (9/3/2025).

    Dikatakannya, keanggotaan itu, Ni Made optimistis lebih banyak wisatawan mancanegara, khususnya dari sekolah-sekolah internasional, akan tertarik untuk berkunjung ke Indonesia.

    Kementerian Pariwisata mendorong dan mengapresiasi seluruh pihak berperan untuk mempromosikan terkait  wisata edukasi ini.”Langkah WisataSekolah ini diharapkan menjadi awal yang baik dalam memperkenalkan Indonesia sebagai destinasi utama bagi program study tour dan school trip dari seluruh dunia,” ungkapnya. 

    Dikatakannya, kolaborasi dengan organisasi global seperti WYSE Travel Confederation membuka akses lebih luas bagi sekolah internasional untuk memilih Indonesia sebagai destinasi school trip.

    Pelopor penyelenggara school trip di Indonesia juga menerima sertifikat keanggotaan WYSE Travel Confederation dalam acara seremonial di ITB Berlin 2025. 

    Bahkan membawa sekolah internasional untuk berkunjung ke desa-desa tersebut, memperkenalkan potensi lokal, serta mendukung pengembangan ekonomi berbasis pariwisata berkelanjutan.

    Dengan keanggotaan ini, peluang bagi desa wisata binaan Bakti BCA untuk dikenal dan dikunjungi wisatawan mancanegara semakin terbuka lebar.

    Nona Faletta, perwakilan Bakti BCA mengapresiasi langkah WisataSekolah dalam memperluas jejaring globalnya.

    “Wisata edukasi yang mereka kembangkan telah memberikan dampak positif bagi desa wisata binaan kami,” katanya.

     

  • Kemenpar Apresiasi WisataSekolah Gabung Komunitas Wisata Edukasi Global

    Kemenpar Apresiasi WisataSekolah Gabung Komunitas Wisata Edukasi Global

    loading…

    WisataSekolah, pelopor penyelenggara school trip di Indonesia, resmi menerima sertifikat keanggotaan WYSE Travel Confederation dalam acara bergengsi ITB Berlin 2025. Foto/istimewa

    JAKARTA – WisataSekolah, pelopor penyelenggara school trip di Indonesia, resmi menerima sertifikat keanggotaan WYSE Travel Confederation dalam acara bergengsi ITB Berlin 2025. Keanggotaan ini menandai pencapaian penting bagi WisataSekolah sebagai organisasi penyelenggara wisata edukasi pertama di Indonesia yang bergabung dalam komunitas wisata edukasi global.

    Keanggotaan WisataSekolah di WYSE Travel Confederation juga sejalan dengan rencana strategis Kementerian Pariwisata untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara melalui program educational travel. Indonesia memiliki kekayaan alam, budaya, dan warisan sejarah yang sangat potensial sebagai destinasi wisata edukasi bertaraf internasional.

    “Dengan sumber daya alam yang luar biasa, budaya yang kaya, serta beragam tema edukasi yang dapat dieksplorasi, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi World Class Educational Tourism Destination. Langkah WisataSekolah ini diharapkan menjadi awal yang baik dalam memperkenalkan Indonesia sebagai destinasi utama bagi program study tour dan school trip dari seluruh dunia,” kata Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Ni Made Ayu Marthini.

    Langkah WisataSekolah bergabung dengan WYSE Travel Confederation mendapatkan dukungan dari Bakti BCA. Selama ini, Bakti BCA berkolaborasi erat dengan WisataSekolah dalam menghadirkan berbagai program wisata edukasi ke desa-desa wisata binaan mereka.

    Sebagai bagian dari kolaborasi ini, WisataSekolah telah membawa sekolah internasional untuk mengunjungi desa-desa wisata yang kaya akan potensi lokal, sekaligus mendukung pengembangan ekonomi berbasis pariwisata berkelanjutan. Dengan keanggotaan ini, peluang bagi desa wisata binaan untuk dikenal dan dikunjungi wisatawan mancanegara semakin terbuka lebar.

    “Kami mengapresiasi langkah WisataSekolah dalam memperluas jejaring globalnya. Wisata edukasi yang mereka kembangkan telah memberikan dampak positif bagi desa wisata binaan kami. Dengan bergabungnya WisataSekolah ke dalam WYSE Travel Confederation, kami optimistis lebih banyak wisatawan mancanegara, khususnya dari sekolah-sekolah internasional, akan tertarik untuk berkunjung ke Indonesia,” kata perwakilan Bakti BCA, Nona Faletta, Minggu (9/3/2025).

    Sebagai bagian dari Caventer DMC, WisataSekolah berkomitmen dalam menghadirkan pengalaman wisata edukasi berkualitas, memperluas jaringan global, serta memperkenalkan destinasi-destinasi unik di Indonesia ke pasar internasional. Kehadirannya di ITB Berlin 2025 menjadi momentum strategis untuk menjalin kemitraan global dan membuka peluang lebih luas bagi pertumbuhan wisata edukasi di Indonesia.

    (cip)

  • Mogoknya Serikat Pekerja Jerman Bakal Ganggu Penerbangan di 10 Bandara 

    Mogoknya Serikat Pekerja Jerman Bakal Ganggu Penerbangan di 10 Bandara 

    JAKARTA – Pada Senin, 10 Maret, sektor perjalanan udara di Jerman akan menghadapi gangguan besar usai serikat pekerja ver.di mengumumkan aksi mogok kerja terkoordinasi selama 24 jam yang berdampak pada 11 bandara utama di seluruh negeri.

    Serikat pekerja ver.di ((Vereinte Dienstleistungsgewerkschaft/Serikat Pekerja Jasa Bersatu) adalah salah satu serikat pekerja terbesar di Jerman yang mewakili pekerja di sektor jasa. Ver.di berbasis di Berlin, berdiri pada tahun 2001 dan beranggotakan 2,6 juta pekerja.

    Aksi mogok kerja itu akan memengaruhi sejumlah bandara internasional utama, termasuk Frankfurt, Munich, dan Berlin-Brandenburg, sebagai buntut dari perselisihan upah yang masih berlangsung antara serikat pekerja dan pemerintah federal serta pemerintah daerah.

    Mogok kerja akan dimulai pada Senin tengah malam (23:00 GMT Minggu) dan berlangsung hingga pukul 23.59 (22:59 GMT), dengan para pekerja berencana menggelar demonstrasi sepanjang hari.

    Bandara lain yang terdampak aksi mogok kerja itu meliputi Hamburg, Cologne-Bonn, Dusseldorf, Dortmund, Stuttgart, Bremen, Hannover, dan Leipzig/Halle.

    Melansir ANTARA, Sabtu, 8 Maret, Serikat ver.di menuntut kenaikan gaji sebesar 8 persen atau peningkatan upah bulanan minimum sebesar 350 euro (380 dolar AS/sekitar Rp6,1juta) bagi anggotanya, serta kompensasi yang lebih baik untuk jam kerja tidak beraturan dan tambahan tiga hari cuti tahunan.

    Pihak serikat pekerja menyatakan bahwa aksi itu dilakukan setelah para pemberi kerja gagal menyampaikan tawaran dalam putaran negosiasi terbaru.

    “Kami membutuhkan kondisi kerja yang lebih baik, lebih banyak waktu istirahat, dan kompensasi yang layak bagi semua pegawai sektor publik, termasuk ribuan rekan yang menjaga kelancaran lalu lintas udara setiap hari,” demikian pernyataan serikat ver.di.

    “Setelah dua putaran negosiasi tanpa adanya tawaran yang masuk akal dari pihak pemberi kerja publik, kami terpaksa melakukan aksi mogok.”

    Pihak perunding pemerintah menolak tuntutan serikat pekerja dengan alasan keterbatasan ekonomi dan anggaran.

    Putaran negosiasi berikutnya, yang dijadwalkan berlangsung pada akhir pekan depan, akan menjadi saat yang krusial dalam menentukan apakah kesepakatan dapat dicapai guna mencegah aksi mogok lebih lanjut.

  • Jerman Masih Tertinggal dalam Hal Kesetaraan Gender di Perusahaan

    Jerman Masih Tertinggal dalam Hal Kesetaraan Gender di Perusahaan

    Jakarta

    Pada awal Maret, Petra Scharner-Wolff resmi menjadi CEO Otto Group, sebuah perusahaan online shopping ternama asal Jerman. Di Jerman, Otto adalah perusahaan ikonik yang terkenal dengan katalog dagang raksasanya. Barang jualannya banyak ditemui di rumah-rumah tangga selama puluhan tahun.

    Pada masa jayanya dulu, katalog Otto terbit dua kali setahun, terdiri lebih dari 1.000 halaman, dan berisi segala macam produk, mulai dari pakaian, mainan, hingga set kamar tidur lengkap.

    Saat ini, Otto tidak lagi mencetak katalog, namun telah bertransformasi menjadi salah satu platform e-commerce terbesar di dunia.

    Tahun lalu, perusahaan yang dimiliki secara pribadi ini memiliki sekitar 38.500 karyawan dan menghasilkan pendapatan sebesar €15 miliar. Platform online Otto kini menawarkan 18 juta produk untuk dijual.

    Perubahan di jajaran direksi berarti keluarga Otto tidak akan bertanggung jawab secara langsung untuk pertama kalinya dalam sejarah perusahaan. Kenaikan jabatan Petra Scharner-Wolff juga merupakan kemenangan kecil bagi kesetaraan di dunia bisnis yang didominasi laki-laki.

    ADVERTISEMENT

    `;
    var mgScript = document.createElement(“script”);
    mgScript.innerHTML = `(function(w,q){w[q]=w[q]||[];w[q].push([“_mgc.load”])})(window,”_mgq”);`;
    adSlot.appendChild(mgScript);
    },
    function loadCreativeA() {

    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;
    adSlot.innerHTML = “;

    if (typeof googletag !== “undefined” && googletag.apiReady) {
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    } else {
    var gptScript = document.createElement(“script”);
    gptScript.src = “https://securepubads.g.doubleclick.net/tag/js/gpt.js”;
    gptScript.async = true;
    gptScript.onload = function () {
    window.googletag = window.googletag || { cmd: [] };
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.defineSlot(‘/4905536/detik_desktop/news/static_detail’, [[400, 250], [1, 1], [300, 250]], ‘div-gpt-ad-1708418866690-0’)
    .addService(googletag.pubads());
    googletag.enableServices();
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    };
    document.body.appendChild(gptScript);
    }
    }
    ];

    var currentAdIndex = 0;
    var refreshInterval = null;
    var visibilityStartTime = null;
    var viewTimeThreshold = 30000;

    function refreshAd() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;
    currentAdIndex = (currentAdIndex + 1) % ads.length;
    adSlot.innerHTML = “”;
    ads[currentAdIndex]();
    }

    var observer = new IntersectionObserver(function (entries) {
    entries.forEach(function (entry) {
    if (entry.intersectionRatio > 0.1) {
    if (!visibilityStartTime) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    requestAnimationFrame(checkVisibility);
    }
    } else {
    visibilityStartTime = null;
    if (refreshInterval) {
    clearInterval(refreshInterval);
    refreshInterval = null;
    }
    }
    });
    }, { threshold: 0.1 });

    function checkVisibility() {
    if (visibilityStartTime && (new Date().getTime() – visibilityStartTime >= viewTimeThreshold)) {
    refreshAd();
    if (!refreshInterval) {
    refreshInterval = setInterval(refreshAd, 30000);
    }
    } else {
    requestAnimationFrame(checkVisibility);
    }
    }

    document.addEventListener(“DOMContentLoaded”, function () {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) {
    console.error(“❌ Elemen #ad-slot tidak ditemukan!”);
    return;
    }
    ads[currentAdIndex]();
    observer.observe(adSlot);
    });

    var mutationObserver = new MutationObserver(function (mutations) {
    mutations.forEach(function (mutation) {
    if (mutation.type === “childList”) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    requestAnimationFrame(checkVisibility);
    }
    });
    });

    mutationObserver.observe(document.getElementById(“ad-slot”), { childList: true, subtree: true });

    Jerman tertinggal dalam kesetaraan gender di jajaran direksi

    Salah satu cara untuk mengukur kesetaraan gender adalah dengan menghitung perempuan dalam peran kepemimpinan di perusahaan. Meskipun pengukuran ini tidak sempurna karena tidak menghitung semua perempuan di pasar kerja atau memperhitungkan kesenjangan gaji berdasarkan gender, paling tidak, gagasan ini telah diterima.

    Dari 160 perusahaan besar yang terdaftar di bursa saham di Jerman pada bulan Maret 2025, perempuan mengisi 19,7% dari tim kepemimpinan eksekutif dan 37,4% dari dewan direksi, demikian menurut laporan oleh AllBright Foundation, sebuah lembaga nirlaba Swedia-Jerman yang mempromosikan lebih banyak perempuan dan keberagaman dalam bisnis. Secara keseluruhan, terdapat 561 pria dan 138 perempuan di tim kepemimpinan eksekutif.

    Jika melihat pada 40 perusahaan besar yang terdaftar di indeks saham DAX Jerman, hanya delapan yang memiliki tiga atau lebih perempuan di tim kepemimpinan eksekutif mereka. Porsche Holding adalah satu-satunya yang tidak memiliki perempuan sama sekali di tim puncak mereka.

    Sebagian masalahnya adalah budaya perusahaan yang konservatif di negara ini, ujar Co-direktur AllBright Foundation, Wiebke Ankersen. “Perusahaan-perusahaan sudah beroperasi dengan baik dalam waktu yang lama dan tidak ada cukup tekanan untuk melakukan perubahan,” keluh Ankersen kepada DW.

    Apakah semua ini disebabkan oleh proses alamiah? Atau ada masalah tambahan seperti aturan pajak yang membuat perempuan menikah kurang dimotivasi untuk bekerja.

    “Juga ada masalah kekurangan puluhan ribu tempat penitipan anak,” kata Ankersen. “Perempuan di Jerman sering kali hanya bekerja beberapa jam seminggu atau di bawah tingkat kualifikasi mereka dan bahkan tidak mengejar karier manajerial,” imbuhnya.

    Ada beberapa alasan lain mengapa partisipasi wanita dalam posisi manajerial di Jerman rendah, ujar Katharina Wrohlich, kepala Grup Penelitian Ekonomi Gender di Institut Penelitian Ekonomi Jerman DIW di Berlin.” Salah satu faktor yang signifikan adalah norma gender yang berlaku di pasar tenaga kerja,” jelas Wrohlich, yang juga merupakan profesor di bidang keuangan publik, gender, dan ekonomi keluarga di Universitas Potsdam.

    “Sikap sosial terhadap pekerjaan penuh waktu untuk ibu dengan anak kecil seringkali negatif, yang berdampak buruk pada peluang perempuan untuk memegang posisi kepemimpinan,” paparnya lebih lanjut.

    Stereotipe gender yang sudah sangat mendalam dalam budaya perusahaan seringkali menjadi penghalang. “Baik ayah maupun ibu seharusnya diizinkan untuk cuti karena alasan keluarga dan memiliki opsi untuk bekerja paruh waktu,” tandas Wrohlich kepada DW. Setelah itu, penting bagi perusahaan untuk mendorong mereka kembali bekerja penuh waktu.

    Masih 15 tahun lagi

    Selama dua dekade terakhir, Wrohlich telah melihat beberapa perbaikan, tetapi menurutnya Jerman masih jauh dari kesetaraan gender. “Masih belum pasti apakah kita akan terus melihat perkembangan positif di masa mendatang,” imbuhnya.

    “Kami telah melihat perkembangan positif selama lima tahun terakhir, meskipun tingkatnya masih rendah,” ujar Wiebke Ankersen.

    Ia menambahkan: “Sulit untuk menghadirkan dewan direksi tanpa seorang pun perempuan di dalamnya karena hal itu tidak lagi diterima secara sosial. Kesadaran akan kesempatan yang sama dan keberagaman telah tumbuh dan harapan terhadap perusahaan telah meningkat.”

    Namun, pada tatanan saat ini, akan dibutuhkan waktu 15 tahun lagi untuk memiliki jumlah perempuan sebanyak laki-laki dalam posisi manajemen dan pengambilan keputusan di perusahaan-perusahaan Jerman. “Kita tidak bisa menunggu selama itu,” keluh Ankersen.

    Jerman memiliki dua undang-undang yang mengamanatkan kuota gender untuk sebagian besar perusahaan yang terdaftar di bursa.

    Undang-undang pertama yang diberlakukan pada tahun 2015 mengharuskan dewan pengawas terdiri dari setidaknya 30% perempuan.

    Undang-undang kedua yang disahkan pada tahun 2021 mengharuskan dewan eksekutif perusahaan publik dengan lebih dari tiga anggota untuk memiliki setidaknya satu perempuan.

    Perusahaan-perusahaan ini juga harus menetapkan target untuk meningkatkan representasi perempuan di tingkat manajemen puncak lainnya.

    Uni Eropa ambil tindakan

    Di tingkat Uni Eropa, ada aturan serupa untuk mempromosikan kesetaraan gender dalam posisi kepemimpinan yang akan mulai berlaku pada bulan Juni 2026.

    Sejak 2010, perwakilan perempuan di dewan perusahaan telah meningkat di sebagian besar negara anggota Uni Eropa, namun kemajuannya bervariasi antar negara.

    “Pada tahun 2024, perempuan menyusun 39,6% dari anggota dewan di perusahaan terbesar yang terdaftar di negara-negara dengan kuota gender yang mengikat, dibandingkan dengan 33,8% di negara-negara dengan kebijakan yang lebih longgar, dan hanya 17% di negara-negara yang tidak mengambil tindakan sama sekali,” demikian menurut Komisi Eropa.

    Otto punya nama beken di Jerman

    Karena sebagian besar aturan kesetaraan gender berlaku untuk perusahaan publik, bisnis yang dimiliki keluarga sedikit lebih buruk performanya dalam memasukkan perempuan ke dalam posisi kepemimpinan di Jerman, demikian menurut studi lain dari AllBright Foundation yang diterbitkan pada Mei 2024.

    Dari 100 perusahaan keluarga terbesar di Jerman, perempuan hanya mewakili 12,6% dari tim kepemimpinan eksekutif. Dari 100 perusahaan tersebut, 53 di antaranya tidak memiliki satu pun perempuan di tim kepemimpinan mereka.

    Dalam hal ini, Otto Group lebih baik daripada rata-rata. CEO baru, Petra Scharner-Wolff, telah menjadi anggota dewan eksekutif sejak tahun 2015.

    Posisi pekerjaan lamanya sebagai kepala keuangan kini akan diisi oleh perempuan lain yang juga merupakan orang dalam perusahaan, Katy Roewer. Sekarang, dewan eksekutif yang terdiri dari enam orang akan terdiri dari dua perempuan dan empat pria.

    Roewer sudah bekerja empat hari dalam seminggu untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi sebagai seorang ibu yang sibuk, dan dia berniat untuk mempertahankan jadwal tersebut dalam peran barunya.

    Diadaptasi dari artikel DW bahasa Inggris

    Lihat juga Video: Kesenjangan Gaji di Australia, Perempuan Dibayar 18,6% Lebih Rendah dari Pria

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Tecno Phantom Ultimate 2 yang Super Slim Akan Segera Rilis, Ini Bocorannya!

    Tecno Phantom Ultimate 2 yang Super Slim Akan Segera Rilis, Ini Bocorannya!

    JABAR EKSPRES – Pangsa pasar Ponsel lipat sepertinya akan semakin marak dan banyak pilihan setelah Prototipe Tecno Phantom Ultimate 2 diperkenalkan di pasar global pada ajang MWC (Mobile World Congress) Berlin Jerman.

    Tecno sepertinya tidak mau ketinggal untuk ikut bersaing di pasar ponsel lipat generasi terbaru. Dimana sebelumnya Samsung, Oppo dan Huawei terlebih dahulu memperkenalkan pasar ponsel lipat itu.

    BACA JUGA: Handphone Tiba-tiba Cepat Panas? Waspada Malware Sedang Bekerja!

    Prototipe fisik ponsel lipat tiga buatan Tecno ini digadang-gadang akan menjadi ponsel paling eksostis dengan balutan warna putih yang menawan.

    Di negara asalnya China, Tecno Phantom Ultimate 2 akan menjadi penantang berat Huawei Mate XT Ultimate, Samsung dan Honor yang terlebih dagulu memperkenalkan ponsel lipatnya dipasar global.

    BACA JUGA: Poco X7 Pro Spesifikasi Paling Gahar, Harga Ekonomis!

    ​​Tecno Comon 40 sangat mengadalkan AI, sehingga memaparkan visi untuk mengintegrasikan kecerdasan buatan diseluruh ekosistem yang terhubung.

    Smartphone ini mengusung konsep dengan memiliki banyak fitur AI yang bertujuan untuk meningkatkan pengalaman pengguna yang terintegrasi dengan Kacamata AI, Laptop, Tablet, Smartwacth dan earphone.

    BACA JUGA: Tecno Pova 6 HP Gaming Spek Gahar, Harga 2 Jutaan!

    Meski begitu, Tecno masih belum memberikan bocoran secara terperinci mengenai spesifikasi dari ponsel pintar ini. Namun, jika ponsel ini menunukan kan menjadi pesaing kuat dijajaran ponsel lipat kelas atas tapi dengan harga paling murah dikelasnya.

    Tecno Phantom Ultimate 2 sepertinya tidak akan main-main untuk penggunaan Chipset, kamera berkecepatan tinggi dengan dukungan teknologi AI yang memadai dengan kebutuhan fotografi tingkat lanjut.

    BACA JUGA: Oppo Find X8 Pro Detail Spesifikasi dan Bocoran Harganya!

    Tecno hanya memberikan keterangan bahwa smartphone ini memperkenalkan Tecno AI Glasses pertama dan memiliki fungsi  MegaBook S 14 yang berfungsi sebagai Laptop 14 Inci paling ringan didunia dengan dukungan tampilan layar OLE 2.8K

    BACA JUGA: Huawei Mate XT Ultimate, Ponsel Lipat Tiga Pertama di Dunia Dibandrol Harga Rp 80 Jutaan?

    Selain itu dukungan lainnya diperlihatkan dengan konsep Spark Slim dengan bentuk yang sangat tipis dan memiliki kapasitas baterai 5000 mAh plus. Konsep ini menujukan tampilan ponsel lipat tiga yang paling ramping dengan memberikan pengalaman terbaru ponsel lipat tiga yang bisa masuk saku. (yan)

  • Coba Kudeta-Culik Menteri, 4 Anggota Kelompok Ekstremis Jerman Dipenjara

    Coba Kudeta-Culik Menteri, 4 Anggota Kelompok Ekstremis Jerman Dipenjara

    Berlin

    Pengadilan Jerman memenjarakan empat anggota kelompok ekstremis yang terkait dengan gerakan ‘Warga Reich’. Kelompok itu merencanakan kudeta dan menculik menteri kesehatan.

    Dilansir AFP, Kamis (6/3/2025), keempat anggota kelompok itu terdiri dari tiga pria dan satu wanita. Mereka dijatuhi hukuman antara 5 tahun 9 bulan dan 8 tahun penjara oleh pengadilan tinggi regional Koblenz.

    Keempatnya disebut telah merencanakan untuk menculik Menteri Kesehatan Karl Lauterbach, sosok yang dicemooh oleh banyak penentang pembatasan era COVID. Mereka juga disebut berencana membunuh pengawalnya jika dianggap perlu.

    Setelah putusan, Lauterbach dari Partai Sosial Demokrat kiri-tengah berterima kasih kepada polisi dan pengadilan karena telah memecahkan dan menghukum kejahatan yang direncanakan.

    Pengadilan menyebut keempat orang tersebut telah bergabung kelompok ekstremis pada Januari 2022. Mereka disebut berencana memicu kondisi seperti perang saudara di Jerman melalui kekerasan dengan tujuan mengambil alih kekuasaan negara.

    Rencana mereka mencakup serangan sabotase untuk melumpuhkan jaringan listrik dalam operasi yang mereka juluki ‘Malam Sunyi’. Mereka berharap kekacauan yang terjadi dapat membuat anggota pasukan keamanan yang tidak puas bergabung.

    Menteri Dalam Negeri Nancy Faeser mengatakan penyelidikan terhadap kelompok teroris ini telah mengungkap apa yang disebutnya jurang yang dalam.

    (fas/haf)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Strategi Trump dan Dampaknya, Apakah Eropa Siap Mandiri Secara Militer?

    Strategi Trump dan Dampaknya, Apakah Eropa Siap Mandiri Secara Militer?

    Jakarta

    Taktik Donald Trump dalam menggunakan ancaman untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dalam bisnis dan politik semakin menjadi kebiasaan di kalangan pemimpin politik global. Namun, laporan mengenai kesepakatan di balik layar antara Presiden AS dan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengakhiri perang di Ukraina telah mengejutkan banyak pemimpin dunia, terutama di Eropa. Mereka khawatir Trump akan menarik perlindungan militer AS dari benua itu.

    Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, menanggapi kekhawatiran ini dengan mengumumkan peningkatan anggaran pertahanan Inggris menjadi 2,5% dari produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2027, naik dari 2,3% saat ini. Ia menekankan bahwa investasi ini harus diikuti dengan peningkatan pengeluaran pertahanan di tahun-tahun mendatang. Langkah ini mencerminkan komitmen Inggris untuk “mengamankan perdamaian yang adil dan abadi di Ukraina” serta memperkuat keamanan kolektif Eropa.

    Di Jerman, para pemimpin politik masih berupaya merumuskan respons terhadap seruan Starmer untuk membentuk “Koalisi Negara yang Bersedia” di Eropa guna mengambil alih pertahanan benua tersebut. Setelah pemilihan umum baru-baru ini, Friedrich Merz, pemimpin aliansi partai konservatif CDU/CSU, keluar sebagai pemenang dan tengah bernegosiasi dengan Partai Sosial Demokrat yang dipimpin Kanselir Olaf Scholz, yang akan segera lengser, untuk membentuk pemerintahan baru. Salah satu isu utama dalam negosiasi ini adalah pelonggaran aturan pinjaman Jerman guna membiayai peningkatan anggaran pertahanan.

    Seberapa serius ancaman Rusia?

    Selama beberapa dekade, anggota NATO di Eropa mengandalkan Amerika Serikat sebagai kekuatan ekonomi dan militer terbesar dalam aliansi ini untuk memikul beban utama pertahanan. Kini, para pemimpin Eropa mulai mempertimbangkan kemungkinan runtuhnya NATO jika Trump menarik dukungan AS.

    Rafael Loss, pakar pertahanan dan keamanan dari Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri (ECFR), mengatakan kepada DW bahwa tidak ada risiko langsung dari “pasukan Rusia yang berdiri di luar Berlin besok.” Namun, ia memperingatkan bahwa Rusia berupaya “memecah belah NATO dan Uni Eropa guna memperoleh dominasi militer di Eropa.”

    ADVERTISEMENT

    `;
    var mgScript = document.createElement(“script”);
    mgScript.innerHTML = `(function(w,q){w[q]=w[q]||[];w[q].push([“_mgc.load”])})(window,”_mgq”);`;
    adSlot.appendChild(mgScript);
    },
    function loadCreativeA() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    adSlot.innerHTML = “;

    console.log(“🔍 Checking googletag:”, typeof googletag !== “undefined” ? “✅ Defined” : “❌ Undefined”);

    if (typeof googletag !== “undefined” && googletag.apiReady) {
    console.log(“✅ Googletag ready. Displaying ad…”);
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    } else {
    console.log(“⚠️ Googletag not loaded. Loading GPT script…”);
    var gptScript = document.createElement(“script”);
    gptScript.src = “https://securepubads.g.doubleclick.net/tag/js/gpt.js”;
    gptScript.async = true;
    gptScript.onload = function () {
    console.log(“✅ GPT script loaded!”);
    window.googletag = window.googletag || { cmd: [] };
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.defineSlot(‘/4905536/detik_desktop/news/static_detail’, [[400, 250], [1, 1], [300, 250]], ‘div-gpt-ad-1708418866690-0’).addService(googletag.pubads());
    googletag.enableServices();
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    };
    document.body.appendChild(gptScript);
    }
    }
    ];

    var currentAdIndex = 0;
    var refreshInterval = null;
    var visibilityStartTime = null;
    var viewTimeThreshold = 30000;

    function refreshAd() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;

    currentAdIndex = (currentAdIndex + 1) % ads.length;
    adSlot.innerHTML = “”; // Clear previous ad content
    ads[currentAdIndex](); // Load the appropriate ad

    console.log(“🔄 Ad refreshed:”, currentAdIndex === 0 ? “Creative B” : “Creative A”);
    }

    var observer = new IntersectionObserver(function(entries) {
    entries.forEach(function(entry) {
    if (entry.isIntersecting) {
    if (!visibilityStartTime) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    console.log(“👀 Iklan mulai terlihat, menunggu 30 detik…”);

    setTimeout(function () {
    if (visibilityStartTime && (new Date().getTime() – visibilityStartTime >= viewTimeThreshold)) {
    console.log(“✅ Iklan terlihat 30 detik! Memulai refresh…”);
    refreshAd();
    if (!refreshInterval) {
    refreshInterval = setInterval(refreshAd, 30000);
    }
    }
    }, viewTimeThreshold);
    }
    } else {
    console.log(“❌ Iklan keluar dari layar, reset timer.”);
    visibilityStartTime = null;
    if (refreshInterval) {
    clearInterval(refreshInterval);
    refreshInterval = null;
    }
    }
    });
    }, { threshold: 0.5 });

    document.addEventListener(“DOMContentLoaded”, function() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (adSlot) {
    ads[currentAdIndex](); // Load the first ad
    observer.observe(adSlot);
    }
    });

    Lembaga pemikir Bruegel yang berbasis di Brussels bahkan menilai bahwa serangan Rusia terhadap negara anggota Uni Eropa adalah kemungkinan yang nyata.

    “Penilaian oleh NATO, Jerman, Polandia, Denmark, dan negara-negara Baltik menempatkan Rusia siap untuk menyerang dalam waktu tiga hingga sepuluh tahun,” kata lembaga pemikir itu dalam sebuah analisis baru-baru ini.

    Sebagai respons terhadap perang Rusia di Ukraina, Jerman membentuk dana khusus sebesar €100 miliar ($103 miliar) untuk memodernisasi angkatan bersenjatanya yang telah lama terabaikan. Meski dana tersebut belum sepenuhnya dibelanjakan, alokasinya sudah ditetapkan. Namun, peningkatan anggaran pertahanan reguler Jerman belum terjadi secara signifikan.

    Tantangan dalam menggantikan militer AS

    Para ekonom Bruegel menghitung bahwa bantuan militer AS untuk Ukraina pada 2024 mencapai €20 miliar (sekitar Rp348,4 triliun) dari total €42 miliar (sekiar Rp730,5 triliun). “Untuk menggantikan AS, Uni Eropa hanya perlu mengalokasikan 0,12% dari PDB-nya, angka ini dinilai masih terjangkau,” ujar mereka dalam analisisnya.

    Bruegel juga menguraikan kebutuhan Eropa agar tetap mampu mempertahankan diri jika AS menarik diri dari NATO. Selain menggantikan brigade tempur, kapal, dan pesawat tempur AS, Eropa juga harus meningkatkan kapasitas di bidang intelijen, komunikasi, dan infrastruktur komando untuk mengerahkan unit militer yang besar dan kompleks.

    Kapabilitas militer Jerman, misalnya, masih jauh dari memadai. Janji Berlin untuk menyediakan dua divisi bagi NATO, dengan jumlah sekitar 40.000 tentara, menghadapi kendala besar. Menurut Bruegel, kontribusi Jerman yang lebih realistis, mengingat ukuran negaranya, seharusnya mendekati 100.000 tentara.

    Meskipun akuisisi perangkat keras militer terutama merupakan “permainan angka,” Bruegel menekankan bahwa membangun “kapabilitas lunak,” seperti struktur operasional dan pengalaman militer, jauh lebih sulit. Proses ini bisa memakan biaya ratusan miliar euro dan berlangsung selama bertahun-tahun.

    Jack Allen-Reynolds, wakil kepala ekonom untuk zona euro di Capital Economics, memperkirakan bahwa belanja pertahanan Eropa perlu ditingkatkan secara signifikan. Ia memperkirakan tambahan €250 miliar (sekitar Rp4.340 triliun) per tahun akan diperlukan dalam jangka pendek, yang akan meningkatkan anggaran pertahanan Uni Eropa menjadi sekitar 3,5% dari PDB.

    Bagaimana cara membiayai persenjataan Eropa?

    Allen-Reynolds mengusulkan beberapa opsi pendanaan untuk peningkatan belanja militer ini. Salah satu caranya adalah dengan mengalihkan fungsi Bank Investasi Eropa (EIB) atau mendirikan “bank persenjataan” baru guna mendukung sektor pertahanan tanpa membebani anggaran nasional secara langsung.

    Alternatif lain adalah melalui EIB, yang dapat memberikan pinjaman kepada perusahaan pertahanan atau menerbitkan obligasi khusus untuk proyek militer. Pendekatan ini tidak secara langsung membiayai personel atau peralatan militer, tetapi mendukung produsen senjata Eropa dalam meningkatkan produksi.

    “Opsi termudah,” menurut Allen-Reynolds, adalah jika Uni Eropa meluncurkan program pinjaman bersama yang mirip dengan dana pemulihan pandemi NextGenerationEU senilai €750 miliar (sekitar Rp13.000 triliun). Program ini akan memberikan akses murah ke pasar keuangan berkat peringkat kredit AAA Uni Eropa dan memungkinkan negara-negara dengan keterbatasan fiskal untuk menghindari peminjaman dari anggaran nasional mereka sendiri.

    Namun, gagasan penerbitan Eurobonds seperti ini telah lama ditentang oleh semua partai politik utama di Jerman, termasuk Merz.

    Dampak terhadap ekonomi zona euro?

    Dari perspektif makroekonomi, Bruegel berpendapat bahwa peningkatan belanja pertahanan berbasis utang bahkan dapat mendorong aktivitas ekonomi Eropa di tengah ancaman perang dagang yang berpotensi melemahkan permintaan eksternal.

    Ancaman Trump untuk memberlakukan tarif tinggi pada mobil-mobil Eropa telah menyebabkan para investor menjual saham industri otomotif dan mengalihkan investasinya ke sektor pertahanan, yang dianggap memiliki prospek pertumbuhan lebih baik.

    Rafael Loss dari ECFR menambahkan bahwa ekspansi militer Jerman dapat membawa dampak positif bagi ekonomi nasional serta membantu mengatasi perlambatan pertumbuhan. “Jika pekerjaan di rantai pasok otomotif dapat dialihkan ke produksi alat pertahanan, ini bisa memberikan manfaat ekonomi,” ujarnya, seraya mengingatkan agar tidak melebih-lebihkan dampaknya secara keseluruhan.

    Artikel ini diadpatasi dari DW dalam bahasa Inggris.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Kenapa Trump Musuhi Eropa dan Sekutu Lama?

    Kenapa Trump Musuhi Eropa dan Sekutu Lama?

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat secara terang-terangan melecehkan sekutu lama di Eropa dan Ukraina, ketika pada saat yang sama melunak kepada Rusia. Skenario yang terasa mustahil di masa lalu itu kini menjadi tontonan siaran langsung di bawah pemerintahan Donald Trump di Gedung Putih.

    Lantas, mau dibawa ke mana arah kebijakan luar negeri AS di masa depan?

    Amerika Serikat sejatinya telah berjanji melindungi Ukraina, sejak Kyiv mengembalikan senjata nuklir kepada Rusia pada Desember tiga puluh tahun silam, dengan janji mendapat jaminan keamanan dari Moskow dan Washington.

    Pun sejak invasi Rusia tahun 2021, AS menjadi pemasok terbesar perlengkapan perang bagi Ukraina. Namun usai percekcokan terbuka antara Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenksyy di Gedung Putih, Jumat (28/2) silam, AS menghentikan semua pengiriman senjata ke sekutu dekatnya itu.

    Sikap Trump mengingkari perjanjian lama dan solidaritas transatlantik sebabnya diyakini dapat menggeser keseimbangan geopolitik global. Bagi Eropa dan Ukraina, ketidakpastian ini menuntut kesiapan untuk menghadapi kemungkinan bahwa Washington tak lagi bisa diandalkan sebagai sekutu utama.

    ADVERTISEMENT

    `;
    var mgScript = document.createElement(“script”);
    mgScript.innerHTML = `(function(w,q){w[q]=w[q]||[];w[q].push([“_mgc.load”])})(window,”_mgq”);`;
    adSlot.appendChild(mgScript);
    },
    function loadCreativeA() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    adSlot.innerHTML = “;

    console.log(“🔍 Checking googletag:”, typeof googletag !== “undefined” ? “✅ Defined” : “❌ Undefined”);

    if (typeof googletag !== “undefined” && googletag.apiReady) {
    console.log(“✅ Googletag ready. Displaying ad…”);
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    } else {
    console.log(“⚠️ Googletag not loaded. Loading GPT script…”);
    var gptScript = document.createElement(“script”);
    gptScript.src = “https://securepubads.g.doubleclick.net/tag/js/gpt.js”;
    gptScript.async = true;
    gptScript.onload = function () {
    console.log(“✅ GPT script loaded!”);
    window.googletag = window.googletag || { cmd: [] };
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.defineSlot(‘/4905536/detik_desktop/news/static_detail’, [[400, 250], [1, 1], [300, 250]], ‘div-gpt-ad-1708418866690-0’).addService(googletag.pubads());
    googletag.enableServices();
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    };
    document.body.appendChild(gptScript);
    }
    }
    ];

    var currentAdIndex = 0;
    var refreshInterval = null;
    var visibilityStartTime = null;
    var viewTimeThreshold = 30000;

    function refreshAd() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;

    currentAdIndex = (currentAdIndex + 1) % ads.length;
    adSlot.innerHTML = “”; // Clear previous ad content
    ads[currentAdIndex](); // Load the appropriate ad

    console.log(“🔄 Ad refreshed:”, currentAdIndex === 0 ? “Creative B” : “Creative A”);
    }

    var observer = new IntersectionObserver(function(entries) {
    entries.forEach(function(entry) {
    if (entry.isIntersecting) {
    if (!visibilityStartTime) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    console.log(“👀 Iklan mulai terlihat, menunggu 30 detik…”);

    setTimeout(function () {
    if (visibilityStartTime && (new Date().getTime() – visibilityStartTime >= viewTimeThreshold)) {
    console.log(“✅ Iklan terlihat 30 detik! Memulai refresh…”);
    refreshAd();
    if (!refreshInterval) {
    refreshInterval = setInterval(refreshAd, 30000);
    }
    }
    }, viewTimeThreshold);
    }
    } else {
    console.log(“❌ Iklan keluar dari layar, reset timer.”);
    visibilityStartTime = null;
    if (refreshInterval) {
    clearInterval(refreshInterval);
    refreshInterval = null;
    }
    }
    });
    }, { threshold: 0.5 });

    document.addEventListener(“DOMContentLoaded”, function() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (adSlot) {
    ads[currentAdIndex](); // Load the first ad
    observer.observe(adSlot);
    }
    });

    Enam pekan masa jabatan Trump kian jelas mengindikaskan arah kebijakan diplomasi untuk empat tahun ke depan. Di bawah pemerintahannya, AS bersedia mengorbankan Ukraina demi mendekat kepada Rusia. Alih-alih melibatkan sekutu lama, Trump justru mengambil sikap permusuhan terhadap Eropa.

    “Uni Eropa diciptakan untuk mengacaukan AS,” kata Trump pada Rabu (26/2) lalu. Pada hari Jumat, dia dan wakilnya JD Vance mendamprat Volodymyr Zelensky dalam siaran langsung di televisi. Padahal, presiden Ukraina sebenarnya datang untuk menyegel perjanjian bahan mentah seperti yang diminta AS. Ketika Zelensky menuntut jaminan keamanan yang lebih solid, dia dianggap “tidak berterimakasih” dan “menghina rakyat AS” oleh Trump dan Vance.

    Trump akhiri aliansi Barat?

    Sejarawan Jerman Norbert Frei, yang mengepalai Pusat Jena untuk Sejarah Abad ke-20 di Universitas Jena, melihat ini sebagai akhir dari tatanan dunia setelah Perang Dunia Kedua dan titik balik sejarah dalam skala runtuhnya Uni Soviet.

    “Tujuannya jelas, yakni dominasi tiga serangkai global dengan Donald Trump, Xi Jinping, dan Vladimir Putin,” kata Frei di stasiun radio publik Deutschlandfunk. “Yang tidak mau diakui Trump sekarang adalah bahwa AS sebagai adidaya sedang merosot. Dan Trump sedang menyingkirkan satu-satunya sekutu sejati, yaitu Eropa. Dan Eropa ini sekarang benar-benar berdiri sendiri.”

    Sebab itu pula, Eropa melangsungkan konsultasi diplomatik untuk menemukan jawaban bersama, yang pertama di London, kemudian pada pertemuan puncak khusus Uni Eropa di Brussels. “Saya berharap mereka menyadari bahwa kita tengah menyaksikan perubahan arah yang jelas dalam politik dunia,” kata Mikhail Alexseev, ilmuwan politik di Universitas Negeri San Diego di California, menjelang diskusi tersebut.

    “Insiden di Ruang Oval bukan sekadar pertikaian antara dua pemimpin. Ini menandakan perubahan besar orientasi AS dari Eropa. Kita tidak bisa lagi menganggap remeh jaminan keamanan AS, tidak hanya untuk Ukraina tetapi mungkin juga untuk NATO,” kata Alexseev kepada DW.

    “Keretakan besar tidak dapat dikenali”

    Setahun yang lalu, Trump meminta Eropa untuk menginvestasikan hingga lima persen anggaran belanja nasional untuk pertahanan di masa depan.

    Laura von Daniels, kepala kelompok penelitian Amerika di Institut Jerman untuk Urusan Internasional dan Keamanan, SWP, di Berlin, juga menunjukkan ketidakpastian besar di bidang keamanan. Namun begitu, dia juga menepis dugaan keretakan besar dalam hubungan transatlantik.

    “Saya yakin ini akan menjadi situasi yang sulit, dan Trump siap merugikan kepentingan Uni Eropa. Baik dalam hal kebijakan keamanan maupun kebijakan ekonomi, misalnya dengan tarif hukuman. Namun, dia juga tidak berkepentingan untuk menceraikan Eropa dalam semalam.”

    Von Daniels menunjuk pada rencana kebijakan ekonomi Trump, dia mengincar Eropa sebagai pasar untuk menjual gas alam cair, LNG. Oleh karena itu, tekanan ekonomi kemungkinan akan terus meningkat. “Tarif baja dan aluminium akan diberlakukan pada 12 Maret,” kata von Daniels. Pada musim semi dan panas, Eropa harus menghadapi tarif lebih besar – misalnya pada mobil.

    Dengan langkah ini, Trump ingin menyeimbangkan neraca perdagangan antara UE dan AS. Menurut data AS, pada tahun 2024 AS telah membeli barang dan jasa dari Eropa senilai hampir satu triliun euro lebih banyak daripada sebaliknya.

    Secara keseluruhan, hubungan transatlantik cukup berguna bagi Trump, kata pakar SWP: “Pertanyaannya tentu saja dibenarkan apakah dia akan terus mengidentifikasikan diri sebagai aliansi Barat.”

    Gabriel: Trump Ingin Melemahkan Eropa

    Mantan Menteri Luar Negeri Jerman, Sigmar Gabriel, menilai pemerintahan AS di bawah Donald Trump tidak lagi menganggap Eropa sebagai mitra strategis. Dalam wawancara dengan harian Augsburger Allgemeine, Gabriel menuduh Trump tidak memahami atau menghargai Eropa.

    “Pandangan dunianya bertolak belakang dengan visi kerja sama internasional yang dianut Eropa. Saya yakin dia ingin melemahkan atau bahkan menghancurkan Eropa, karena kita sebenarnya cukup kuat jika bersatu dan itu mengganggunya,” ujar Gabriel.

    “Yalta 2.0”: Trump dan Putin Atur Ulang Dunia?

    Gabriel juga menyoroti rencana pembicaraan antara Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin mengenai kemungkinan mengakhiri perang di Ukraina. Dia membandingkan situasi ini dengan Konferensi Yalta 1945, ketika AS, Uni Soviet, dan Inggris membagi wilayah pengaruh di Eropa usai Perang Dunia II.

    “Trump membayangkan semacam ‘Yalta 2.0’, di mana para ‘pemimpin kuat’ dunia membagi wilayah kekuasaan mereka, sementara negara-negara kecil harus mencari cara untuk bertahan hidup,” katanya.

    Pengamat politik dari Yayasan Sains dan Politik, SWP, Laura von Daniels, juga menilai bahwa Trump melihat Ukraina sebagai penghalang utama dalam upayanya menjalin kesepakatan langsung dengan Putin. Insiden di Gedung Oval pada Jumat lalu, kata von Daniels, memiliki karakteristik yang mirip dengan kepemimpinan otoriter.

    Tanpa AS, Rusia Bisa Menang?

    Sementara itu, Institute for the Study of War di Washington memperingatkan bahwa penghentian bantuan AS untuk Ukraina dapat meningkatkan kemungkinan kemenangan Rusia. Jika ini terjadi, Putin bisa merasa semakin percaya diri untuk memperluas pengaruhnya ke negara-negara bekas Uni Soviet lainnya, termasuk anggota Uni Eropa dan NATO seperti Estonia, Latvia, dan Lituania.

    Di sisi lain, jika AS mundur dari konflik ini, dampaknya bisa lebih luas: Washington akan kehilangan pengaruh global, sementara Rusia semakin mengukuhkan dominasinya di kawasan.

    Artikel diadaptasi dari DW Bahasa Jerman

    Tonton juga Video Geramnya Trump Gegara Zelensky Bilang Perang Ukraina Bakal Panjang

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Jerman Bilang Adu Mulut Trump-Zelensky Disengaja AS

    Jerman Bilang Adu Mulut Trump-Zelensky Disengaja AS

    Berlin

    Kanselir Jerman selanjutnya, Friedrich Merz, menilai adu mulut yang terjadi antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Gedung Putih pekan lalu adalah “eskalasi yang disengaja” oleh AS.

    Dalam adegan menakjubkan yang mengejutkan Eropa itu, seperti dilansir Reuters dan Politico, Selasa (4/3/2025), Zelensky diomeli oleh Trump dan Wakil Presiden AS JD Vance, yang menuduhnya tidak berbuat cukup banyak hal untuk mengakhiri invasi besar-besaran Rusia dan tidak berterima kasih atas bantuan AS.

    Zelensky yang pada saat itu terbang ke Washington DC untuk menandatangani perjanjian mineral bagi hasil dengan AS dan memperkuat dukungan Trump untuk Kyiv, diusir dari Gedung Putih dan dipaksa pulang dengan tangan kosong.

    Namun adu mulut pada Jumat (28/2) lalu, menurut Merz yang hampir pasti akan menggantikan Olaf Scholz sebagai Kanselir Jerman, merupakan serangan yang telah direncanakan sebelumnya oleh AS. Merz menilai cekcok di Ruang Oval Gedung Putih, di depan banyak wartawan itu, tidak terjadi secara spontan.

    “Menurut pendapat saya, itu bukanlah reaksi spontan terhadap apa yang dikatakan oleh Zelensky, tetapi jelas merupakan eskalasi yang disengaja dalam pertemuan di Ruang Oval ini,” sebut Merz dalam konferensi pers di Hamburg, seperti dikutip media lokal Jerman.

    ADVERTISEMENT

    `;
    var mgScript = document.createElement(“script”);
    mgScript.innerHTML = `(function(w,q){w[q]=w[q]||[];w[q].push([“_mgc.load”])})(window,”_mgq”);`;
    adSlot.appendChild(mgScript);
    },
    function loadCreativeA() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    adSlot.innerHTML = “;

    console.log(“🔍 Checking googletag:”, typeof googletag !== “undefined” ? “✅ Defined” : “❌ Undefined”);

    if (typeof googletag !== “undefined” && googletag.apiReady) {
    console.log(“✅ Googletag ready. Displaying ad…”);
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    } else {
    console.log(“⚠️ Googletag not loaded. Loading GPT script…”);
    var gptScript = document.createElement(“script”);
    gptScript.src = “https://securepubads.g.doubleclick.net/tag/js/gpt.js”;
    gptScript.async = true;
    gptScript.onload = function () {
    console.log(“✅ GPT script loaded!”);
    window.googletag = window.googletag || { cmd: [] };
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.defineSlot(‘/4905536/detik_desktop/news/static_detail’, [[400, 250], [1, 1], [300, 250]], ‘div-gpt-ad-1708418866690-0’).addService(googletag.pubads());
    googletag.enableServices();
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    };
    document.body.appendChild(gptScript);
    }
    }
    ];

    var currentAdIndex = 0;
    var refreshInterval = null;
    var visibilityStartTime = null;
    var viewTimeThreshold = 30000;

    function refreshAd() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;

    currentAdIndex = (currentAdIndex + 1) % ads.length;
    adSlot.innerHTML = “”; // Clear previous ad content
    ads[currentAdIndex](); // Load the appropriate ad

    console.log(“🔄 Ad refreshed:”, currentAdIndex === 0 ? “Creative B” : “Creative A”);
    }

    var observer = new IntersectionObserver(function(entries) {
    entries.forEach(function(entry) {
    if (entry.isIntersecting) {
    if (!visibilityStartTime) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    console.log(“👀 Iklan mulai terlihat, menunggu 30 detik…”);

    setTimeout(function () {
    if (visibilityStartTime && (new Date().getTime() – visibilityStartTime >= viewTimeThreshold)) {
    console.log(“✅ Iklan terlihat 30 detik! Memulai refresh…”);
    refreshAd();
    if (!refreshInterval) {
    refreshInterval = setInterval(refreshAd, 30000);
    }
    }
    }, viewTimeThreshold);
    }
    } else {
    console.log(“❌ Iklan keluar dari layar, reset timer.”);
    visibilityStartTime = null;
    if (refreshInterval) {
    clearInterval(refreshInterval);
    refreshInterval = null;
    }
    }
    });
    }, { threshold: 0.5 });

    document.addEventListener(“DOMContentLoaded”, function() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (adSlot) {
    ads[currentAdIndex](); // Load the first ad
    observer.observe(adSlot);
    }
    });

    Merz mengatakan, seperti dilansir The Hill, bahwa diri telah menyaksikan video interaksi Zelensky dengan Trump dan Vance beberapa kali untuk mencapai kesimpulan tersebut. Dia mengakui dirinya “agak terkejut dengan nada percakapan” antara Trump, Vance dan Zelensky.

    Lihat juga Video: Diawali Jabat Tangan, Trump-Zelensky Berakhir Cekcok di Gedung Putih

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Ditambahkan oleh Merz bahwa insiden di Ruang Oval itu tampaknya cocok dengan tren dalam kebijakan luar negeri AS, karena Trump meningkatkan tekanan terhadap Zelensky, sembari mencairkan hubungan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

    “Apa yang baru saja kita lihat di Washington memiliki kesinambungan tertentu dengan sejumlah peristiwa dalam beberapa pekan terakhir, termasuk kemunculan delegasi Amerika di Munich saat konferensi keamanan,” ujarnya.

    Merz tampaknya merujuk pada video Vance yang berapi-api dalam Konferensi Keamanan Munich bulan lalu, di mana dia mengejutkan para pemimpin Eropa dengan menyerang nilai-nilai Eropa dan menyerukan Eropa untuk “meningkatkan tindakan” juga mengelola pertahanan sendiri daripada mengandalkan jaminan keamanan dari AS.

    Lebih lanjut, Merz, yang sedang berusaha membentuk koalisi pemerintahan setelah kubu konservatifnya memenangkan pemilu sela bulan lalu, mengatakan bahwa Eropa kini berada di bawah tekanan untuk bertindak cepat.

    “Kita sekarang harus menunjukkan bahwa kita berada dalam posisi untuk bertindak independen di Eropa,” katanya.

    Lihat juga Video: Diawali Jabat Tangan, Trump-Zelensky Berakhir Cekcok di Gedung Putih

  • Penyintas Holokaus Tertua Meninggal di Usia 113 Tahun

    Penyintas Holokaus Tertua Meninggal di Usia 113 Tahun

    Jakarta

    Claims Conference yang berbasis di New York pada hari Kamis (27/02) mengumumkan bahwa Rose Girone, yang diyakini sebagai penyintas tertua tragedi holokaus, meninggal dunia.

    Melalui postingan di media sosial, organisasi nirlaba yang memiliki fokus untuk mengamankan kompensasi penyintas Holocaust itu mengumumkan bahwa Girone, yang lahir di Polandia pada 1912, meninggal pada hari Senin (24/02).

    Sementara, CNN juga melaporkan bahwa Girone meninggal di sebuah panti jompo di Bellmore, New York.

    “Dia adalah perempuan yang kuat dan tangguh. Dia selalu bisa menghadapi situasi yang mengerikan dengan baik. Dia sangat bijaksana dan rasional. Tidak ada masalah yang tidak bisa saya bawa padanya untuk dicarikan solusi sejak saya kecil,” kata putri Girone, Reha Bennicasa.

    “Hidupnya adalah bukti dari kegigihan dan kekuatan,” kata Kedutaan Besar Israel di Berlin.

    Pelarian setelah program pembantaian Nazi

    Girone lahir di Kota Janov, Polandia, yang pada saat itu merupakan bagian dari Jerman.

    Menurut Claims Conference, pada tahun 1938 dia pindah ke Breslau, Jerman—sekarang bernama Wroclaw, Polandia—bersama suaminya, Julius Mannheim. Saat itu, Nazi melaksanakan pogrom Kristallnacht terhadap orang Yahudi di seluruh Jerman.

    Dia menyaksikan sendiri bagaimana Nazi membakar sinagoge dan membakar buku-buku Yahudi.

    Saat Girone tengah hamil delapan bulan, suaminya ditangkap oleh Nazi dan dikirim ke kamp konsentrasi Buchenwald. Suaminya kemudian dibebaskan dan keduanya melarikan diri ke Shanghai dengan visa Cina, sebelum akhirnya menetap di New York pada tahun 1947.

    Dia bercerai pada tahun 1948, kemudian menikah dengan Jack Girone. Selain itu, dia juga dikenal sebagai imigran yang membuka toko rajut di Amerika Serikat. Rose Girone juga kerap menjadi pembicara mengenai pengalamannya selama era Nazi.

    Menurut Claims Conference, dari sekitar 220.000 penyintas holokaus yang masih hidup, sekitar 14.000 di antaranya tinggal di New York.

    Setelah kematian Girone, saat ini Mirjam Bolle diyakini sebagai penyintas holokaus tertua yang masih hidup. Perempuan kelahiran Belanda yang kini menjadi warga negara Israel itu akan berusia 108 tahun pada 20 Maret mendatang.

    ta/ha (Reuters, KNA)

    Lihat juga Video ‘Kekhawatiran Penyintas Bom Bali di Tengah Efisiensi Anggaran LPSK’:

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu