Ini Tujuan Pindai Iris Mata WorldID yang Ramai di Jakarta, Depok, hingga Bekasi
Penulis
KOMPAS.com –
Beberapa hari terakhir, warga di sejumlah wilayah, seperti Jakarta, Depok, dan Bekasi terlihat mengantre di titik-titik pemindaian iris mata
World ID
.
Mereka datang untuk memindai mata menggunakan alat khusus, lalu menerima imbalan uang tunai yang bervariasi antara Rp250.000 hingga Rp800.000.
Proyek ini dijalankan oleh Tools for Humanity, sebuah perusahaan yang berbasis di San Fransisco dan Berlin.
Fenomena ini lantas menimbulkan banyak pertanyaan, mengapa iris mata dipindai? Apa sebenarnya tujuan dari kode iris ini? Serta seberapa aman data yang dikumpulkan?
Dari Gambar Iris Menjadi Kode Digital
Menurut penjelasan di situs resmi World, gambar iris yang diambil dari warga tidak disimpan dalam bentuk visual mentah.
Gambar iris mata ini langsung diubah menjadi apa yang disebut sebagai kode iris, yakni sebuah representasi numerik ringkas dari tekstur iris seseorang.
Kode ini menyandikan detail-detail rumit seperti alur, pola krip, dan pigmentasi yang khas dari setiap iris individu.
Proses pembuatan kode iris dilakukan oleh perangkat khusus bernama Orb, semacam kamera biometrik beresolusi tinggi yang dirancang untuk menangkap citra mata dengan sangat detail.
Setelah kode iris terbentuk, gambar iris aslinya langsung dihapus dari perangkat secara permanen. Ini disebut sebagai personal custody, sistem yang mengklaim memberi pengguna kendali penuh atas data mereka.
Uniknya, kode iris dari dua individu, bahkan kembar identik sekalipun, akan tetap berbeda secara signifikan. Hal ini menjadikan iris mata sangat efektif sebagai alat verifikasi identitas unik seseorang di dunia digital.
Apa Tujuan Utamanya?
World ID diciptakan untuk memastikan bahwa satu orang hanya bisa memiliki satu identitas digital.
Dengan demikian, proyek ini bisa membantu memisahkan manusia dari bot atau kecerdasan buatan, serta mencegah praktik manipulasi seperti pembuatan akun palsu atau spam voting di ruang digital.
Salah satu visi jangka panjang Worldcoin adalah membangun sistem distribusi pendapatan dasar universal secara global atau universal basic income (UBI).
Dengan World ID, sistem dapat menjamin bahwa setiap individu hanya menerima satu bagian UBI untuk menghindari klaim ganda atau penyalahgunaan.
World ID juga bisa digunakan untuk login ke berbagai aplikasi dan layanan yang mendukung sistem ini.
Alih-alih menggunakan email dan kata sandi, pengguna cukup memverifikasi identitas digital mereka menggunakan kode iris yang diklaim lebih aman dan praktis.
Sebagai insentif awal, pengguna yang melakukan pemindaian iris bisa mendapatkan token kripto bernama WLD.
Di beberapa negara, token ini dapat diklaim secara berkala sebagai bentuk partisipasi dalam ekosistem Worldcoin.
Bagaimana dengan Keamanan dan Privasi?
Worldcoin mengklaim, bahwa mereka tidak menyimpan atau menjual data pribadi pengguna, termasuk gambar iris.
Setelah proses verifikasi selesai, gambar iris dikirim ke ponsel pengguna dan dihapus dari sistem secara menyeluruh.
Hanya kode iris, yang ukurannya jauh lebih kecil dan tidak bisa digunakan untuk merekonstruksi gambar mata asli, yang disimpan untuk keperluan autentikasi di masa depan.
Selain itu, sistem ini diklaim akan beralih ke desentralisasi, yang artinya pengelolaan dan pengambilan keputusan akan dilakukan oleh komunitas pengguna global, bukan entitas tunggal.
Meski menawarkan berbagai manfaat dan insentif, proyek World ID masih menyisakan banyak pertanyaan, terutama seputar etika pengumpulan data biometrik di sejumlah negara.
Di Indonesia sendiri, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengambil langkah tegas dengan membekukan sementara Tanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik (TDPSE) Worldcoin dan
WorldID
.
Langkah ini diambil menyusul laporan masyarakat mengenai aktivitas mencurigakan yang berkaitan dengan layanan Worldcoin dan WorldID.
Pemerintah juga berencana memanggil operator lokal, PT Terang Bulan Abadi dan PT Sandina Abadi Nusantara, untuk klarifikasi.
Pembekuan dilakukan sebagai tindakan preventif guna mencegah potensi risiko terhadap privasi dan keamanan data warga.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Berlin
-

Mengenal Worldcoin, Proyek Kripto yang Dibekukan Sementara oleh Komdigi
Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia menjadi salah satu tujuan ekspansi proyek uang kripto Worldcoin milik CEO OpenAI Sam Altman.
Fenomena Worldcoin mulai nampak pada awal 2024, ketika perusahaan Tools for Humanity secara agresif membuka titik-titik pendaftaran Worldcoin di kota besar Indonesia.
Dengan iming-iming token yang bisa menjadi uang, ribuan warga rela antre untuk memindai bola mata mereka di perangkat berbentuk bulat futuristik yang disebut “Orb”.
Sebab, setelah memindai iris mata melalui perangkat Orb, pengguna akan mendapatkan World ID, serta hadiah token Worldcoin (WLD) yang nilainya berkisar ratusan ribu rupiah.
Namun, kehadiran Worldcoin mulai menuai sorotan dari otoritas dan pakar teknologi di Indonesia. Kekhawatiran utama adalah pengumpulan data biometrik, terutama retina mata, yang sangat sensitif dan tidak bisa diubah jika bocor.
Lalu, apa itu Worldcoin?
Worldcoin adalah proyek uang kripto di bawah naungan Tools for Humanity yang berbasis di San Fransisco dan Berlin. Menariknya, proyek yang satu ini hanya dapat dibuat dan digunakan oleh manusia sungguhan.
Diketahui, untuk mendapatkan World ID atau akun kripto Worldcoin, para calon pengguna harus melakukan pemindaian iris mata, dengan tujuan agar pengguna dapat membedakan antara orang sungguhan dengan robot AI daring.
Meski memindai iris mata, dalam situs resminya pihak World memastikan data pribadi yang dibagikan dengan World dienkripsi selama transit dan saat disimpan.
Selain itu, World Foundation dan perusahaan kontributor Tools for Humanity tidak pernah dan tidak akan pernah menjual data pribadi apa pun, termasuk data biometrik.
Dibekukan Komdigi
Kekhawatiran kebocoran data masyarakat yang dilakukan Worldcoin, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) bergerak cepat dengan membekukan sementara Tanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik (TDPSE) layanan Worldcoin dan WorldID.
Komdigi berniat akan memanggil PT Terang Bulan Abadi dan PT Sandina Abadi Nusantara untuk memberikan klarifikasi atas dugaan pelanggaran ketentuan penyelenggaraan sistem elektronik.
Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Komdigi Alexander Sabar menjelaskan bahwa langkah ini diambil menyusul laporan masyarakat mengenai aktivitas mencurigakan yang berkaitan dengan layanan Worldcoin dan WorldID.
“Pembekuan ini merupakan langkah preventif untuk mencegah potensi risiko terhadap masyarakat. Kami juga akan memanggil PT Terang Bulan Abadi untuk klarifikasi resmi dalam waktu dekat,” tegas Alexander Sabar di Jakarta, Minggu (4/4/2025).
Hasil penelusuran awal menunjukkan bahwa PT Terang Bulan Abadi belum terdaftar sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) dan tidak memiliki TDPSE sebagaimana diwajibkan dalam peraturan perundang-undangan.
Di sisi lain, layanan Worldcoin tercatat menggunakan TDPSE atas nama badan hukum lain, yaitu PT Sandina Abadi Nusantara.
-

Komdigi Bekukan Izin Worldcoin dan World ID
Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) membekukan sementara Tanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik (TDPSE) layanan Worldcoin dan WorldID.
Komdigi berniat akan memanggil PT. Terang Bulan Abadi dan PT. Sandina Abadi Nusantara untuk memberikan klarifikasi atas dugaan pelanggaran ketentuan penyelenggaraan sistem elektronik.
Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital, Alexander Sabar, menjelaskan bahwa langkah ini diambil menyusul laporan masyarakat mengenai aktivitas mencurigakan yang berkaitan dengan layanan Worldcoin dan WorldID.
“Pembekuan ini merupakan langkah preventif untuk mencegah potensi risiko terhadap masyarakat. Kami juga akan memanggil PT. Terang Bulan Abadi untuk klarifikasi resmi dalam waktu dekat,” tegas Alexander Sabar di Jakarta, Minggu (4/4/2025).
Hasil penelusuran awal menunjukkan bahwa PT. Terang Bulan Abadi belum terdaftar sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) dan tidak memiliki TDPSE sebagaimana diwajibkan dalam peraturan perundang-undangan.
Di sisi lain, layanan Worldcoin tercatat menggunakan TDPSE atas nama badan hukum lain, yaitu PT. Sandina Abadi Nusantara.
“Layanan Worldcoin tercatat menggunakan TDPSE atas nama badan hukum lain, yakni PT. Sandina Abadi Nusantara,” ungkap Alexander.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik serta Peraturan Menteri Kominfo Nomor 10 Tahun 2021 tentang Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Privat, setiap penyelenggara layanan digital wajib terdaftar secara sah dan bertanggung jawab atas operasional layanan kepada publik.
Sabar menambahkan, Komdigi berkomitmen untuk mengawasi ekosistem digital secara adil dan tegas demi menjamin keamanan ruang digital nasional. Dalam hal ini, peran aktif masyarakat juga sangat dibutuhkan.
“Komdigi juga mengimbau agar masyarakat tetap waspada terhadap layanan digital yang tidak sah, serta segera melaporkan dugaan pelanggaran melalui kanal resmi pengaduan publik,” tandasnya.
Adapun, proyek uang kripto Worldcoin di bawah naungan Tools for Humanity yang berbasis di San Fransisco dan Berlin. Menariknya, proyek yang satu ini hanya dapat dibuat dan digunakan oleh manusia sungguhan.
Diketahui, untuk mendapatkan World ID atau akun kripto Worldcoin, para calon pengguna harus melakukan pemindaian iris mata, dengan tujuan agar pengguna dapat membedakan antara orang sungguhan dengan robot AI daring.
-

Setelah Spanyol-Portugal Mati Lampu, Jerman Siaga
Jakarta –
Mati lampu di suatu area itu jarang terjadi di Eropa, apalagi di Jerman. Bisa terhitung jari kejadian seperti itu. Oleh sebab itu ketika itu terjadi di Spanyol dan Portugal yang tidak jauh dari Jerman, insiden menyisakan kecemasan warga di negara ini.
Di awal minggu ini, di beberapa negara Eropa, terutama di Spanyol dan Portugal mengalami pemadaman listrik besar-besaran: Tanpa lampu lalu lintas, tanpa kereta api, tanpa ATM, tanpa internet.
Akibatnya, roda kehidupan di sebagian besar wilayah kacau-balau. Penyebabnya masih belum jelas, dan penyelidikan sedang dilakukan untuk memastikan apakah serangan siber telah terjadi pada infrastruktur vital tersebut.
Otoritas Jerman, negara yang juga berada di Eropa, berusaha menenangkan warganya sendiri: Pemadaman listrik serupa tidak perlu dikhawatirkan di Jerman. “Pemadaman listrik dalam skala besar dan berlangsung lama tidak mungkin terjadi di Jerman,” ujar Badan Jaringan Jerman.
Jaringan listrik Jerman dirancang dengan sistem redundansi yang canggih, yang berarti jika satu saluran rusak, saluran lainnya dapat segera menggantikannya.
Namun, ketidakpastian tetap membayangi. Seberapa aman pasokan energi dan air, transportasi, komunikasi, kesehatan, dan keuangan?
Dengan kata lain, seberapa kokoh perlindungan terhadap infrastruktur kritis yang begitu penting bagi kelangsungan hidup masyarakat modern?
Serangan siber di Jerman
Polisi juga tidak luput dari dampaknya. Pada waktu yang bersamaan, surat kabar Berlin “Taz” melaporkan bahwa mereka menjadi target serangan siber “besar-besaran” pada hari pemilihan federal tanggal 23 Februari, yang membuat situs web tersebut tidak dapat diakses selama beberapa jam.
Dan ini hanya merupakan satu dari sekian banyak kasus yang terjadi. Serangan terhadap infrastruktur penting telah berulang kali terjadi: Kabel data di Laut Baltik rusak, jaringan lumpuh, dan jaringan teknologi informasi (TI) perusahaan disusupi.
Para ahli memperkirakan sekitar 80 persen infrastruktur penting di Jerman dikuasai oleh pihak swasta, seperti perusahaan-perusahaan industri.
Namun, otoritas publik pun semakin sering menjadi sasaran serangan para peretas, termasuk di parlemen Jerman Bundestag dan kementerian federal di Berlin.
Serangan-serangan ini menyasar lembaga-lembaga yang menjadi sendi-sendi penting demokrasi.
Investasi besar untuk infrastruktur: Jembatan, sekolah, jalanan dan hal vital lainnya
Pemerintah Jerman yang akan datang kini merencanakan investasi besar dalam infrastruktur, dengan dana khusus baru sebesar 500 miliar euro.
Investasi ini akan digelontorkan selama dua belas tahun dan difokuskan pada sektor-sektor seperti transportasi, digitalisasi, dan infrastruktur energi.
Tahun lalu, pemerintahan koalisi sebelumnya telah berusaha untuk memperkenalkan undang-undang yang bertujuan untuk memperkuat perlindungan terhadap infrastruktur penting.
Namun, karena perpecahan dalam koalisi yang prematur, Bundestag tidak sempat meloloskan undang-undang tersebut.
Menteri Dalam Negeri Jerman saat ini, Nancy Faeser, telah menyerukan perlindungan yang lebih baik terhadap infrastruktur penting menyusul pemadaman listrik yang terjadi di Spanyol dan Portugal.
Dalam wawancara dengan jaringan media Jerman Redaktionsnetzwerk, dia menyatakan, “Kita harus lebih memperkuat ketahanan dan perlawanan kita. Kita harus mengurangi ketergantungan kritis dan risiko keamanan di mana pun di area infrastruktur kritis.”
Inilah yang kemungkinan besar akan tertulis dalam perjanjian koalisi pemerintahan masa depan CDU/CSU dan SPD.
Mengingat meningkatnya ancaman terorisme, kejahatan terorganisir, serangan siber hibrida, dan perang agresi Rusia terhadap Ukraina, perlu ada penguatan dalam hal keamanan siber, perlindungan sipil dan bencana, serta pertahanan sipil.
Sebagai contoh, Kantor Federal untuk Keamanan Informasi (BSI) akan diperluas menjadi pusat komando untuk keamanan siber.
Untuk menghindari ketergantungan lebih lanju, seperti pada Cina, akan ada upaya pengembangan teknologi chip dan semikonduktor domestik.
Di masa depan, hanya komponen yang diproduksi oleh “negara tepercaya” yang akan diizinkan untuk dipasang pada infrastruktur penting.
Selain itu, perusahaan kecil dan menengah akan diberikan layanan konsultasi preventif, karena mereka juga semakin rentan terhadap serangan siber.
Komitmen terhadap perlindungan infrastruktur penting juga harus ditingkatkan di Uni Eropa. Proyek ProtectEU baru-baru ini dipresentasikan di Strasbourg.
Dalam presentasinya, komisaris keamanan yang bertanggung jawab membicarakan tentang meningkatnya rasa ketidakpastian di kalangan penduduk, yang semakin khawatir tentang ancaman terorisme dan serangan hibrida.
“Frekuensi dan kecanggihan tindakan permusuhan yang merusak keamanan Uni Eropa telah meningkat,” demikian kata rencana strategis tersebut.
Aktor-aktor jahat telah memperluas persenjataan mereka secara signifikan. Kampanye hibrida, seperti sabotase terhadap infrastruktur penting, pembakaran, serangan siber, campur tangan pemilu, manipulasi informasi dari luar negeri, dan penciptaan tekanan migrasi secara artifisial, semakin gencar dilakukan.
Lembaga-lembaga Uni Eropa pun tidak luput dari serangan tersebut
Uni Eropa berencana untuk menyatukan informasi intelijen mengenai potensi serangan masa depan melalui Kapasitas Analisis Intelijen Tunggal (SIAC).
Otoritas kepolisian Europol akan diperluas, dan pertukaran data antar negara anggota akan dilakukan.
Tujuan bersama otoritas dan pemerintah di Eropa serta Jerman adalah jelas: Mereka ingin melindungi infrastruktur penting dengan lebih baik dari serangan, serta melakukannya dengan cara yang lebih tepat waktu dan efektif.
Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Jerman
Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih
Editor: Yuniman Farid
Lihat Video ‘Penyebab Mati Listrik Massal di Spanyol-Portugal Masih Misteri’:
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
-

Antrean Mengular di Toko Game, Tarif Trump Bikin Panik
Jakarta, CNBC Indonesia – Antrean panjang mengular di luar Makuhari Messe Convention Center, Tokyo, pada Sabtu (26/4). Antrean tersebut terjadi saat para penggemar Nintendo berkesempatan untuk mencoba perangkat game terbaru, Switch 2, menjelang perilisannya.
Namun, di balik antrean tersebut, kekhawatiran muncul terkait kemungkinan lonjakan harga akibat tarif impor yang dikenakan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump.
Sejak masa pemerintahan Trump, tarif impor telah meningkat tajam, mencakup produk-produk elektronik dari berbagai negara mitra dagang, termasuk China.
Hidenori Tanaka, seorang karyawan perusahaan real estate berusia 55 tahun yang hadir di acara tersebut, mengungkapkan kegelisahannya.
“Sejak Trump menjadi presiden, tarif impor naik, dan saya khawatir harga konsol game akan ikut melonjak, bukan hanya untuk perangkat utama, tapi juga untuk aksesorisnya,” katanya, dikutip dari Reuters, Senin (28/4/2025).
Tarif yang diberlakukan sejak beberapa tahun lalu menyebabkan kekhawatiran di kalangan konsumen global, terutama di sektor teknologi yang sangat bergantung pada rantai pasokan internasional.
Meski harga yang lebih tinggi menjadi potensi tantangan, ada indikasi permintaan yang sangat tinggi untuk Switch 2, penerus dari Nintendo Switch yang telah terjual lebih dari 150 juta unit sejak 2017.
Perusahaan asal Kyoto tersebut mengungkapkan bahwa mereka telah menerima 2,2 juta aplikasi melalui undian untuk mendapatkan Switch 2 di Jepang, meskipun tidak dapat memenuhi semua permintaan tersebut.
“Jujur, saya tidak berpikir akan mendapatkan kesempatan. Semua orang di media sosial mengatakan mereka gagal, jadi saya pikir saya juga akan gagal,” kata Hyuma Hashiguchi, seorang yang beruntung memenangkan undian dan menjadi salah satu yang pertama membeli Switch 2.
Nintendo juga mengadakan acara serupa di berbagai kota besar dunia, seperti New York, Berlin, dan Hong Kong, memperlihatkan antusiasme yang tinggi dari para penggemar game di seluruh dunia.
Switch 2 akan dibanderol dengan harga 49.980 yen (sekitar Rp 5,8 juta) untuk versi bahasa Jepang.
Di Amerika Serikat, meskipun ada kekhawatiran mengenai tarif, Nintendo akhirnya memutuskan untuk mempertahankan harga awal pada US$449,99.
(fab/fab)
-

Kegetiran Saksi Mata Terakhir dalam Peringatan Kekejaman di Kamp Nazi
Jakarta –
Ketika tim penyelamat akhirnya tiba di kamp konsentrasi Sachsenhausen, Jerman, mereka menemukan sekitar 3.000 tahanan, perawat, dan dokter.
Namun, bagi sekitar 300 tahanan lainnya, pembebasan pada tanggal 22 April 1945 oleh pasukan Polandia dan Soviet berakhir dengan tragis: Tak lama setelahnya, mereka meninggal dunia akibat perlakuan bengis NAZI.
30.000 tahanan dipaksa mengikuti pawai kematian
Evakuasi dari kamp konsentrasi yang terletak di utara Berlin dimulai sehari sebelumnya. Lebih dari 30.000 tahanan diarak dalam apa yang dikenal sebagai Pawai Kematian (Todesmarsch)– perjalanan mematikan yang dipaksakan oleh NAZI terhadap para tahanan kamp konsentrasi pada akhir Perang Dunia II, menuju ke kamp-kamp lainnya.
Beberapa ribu orang tidak selamat dari penderitaan yang mereka alami. Antara tahun 1936 dan 1945, setidaknya 200.000 orang dari sekitar 40 negara telah dijebloskan ke dalam kamp konsentrasi Sachsenhausen dan sejumlah kamp yang ada di sekitarnya.
Pada akhir Perang Dunia Kedua, puluhan ribu orang tewas—baik akibat kelaparan, penyakit, penganiayaan, eksperimen medis, maupun kerja paksa.
Pada musim gugur tahun 1941 saja, setidaknya 10.000 tawanan perang asal Soviet, termasuk banyak orang Yahudi, dibunuh di fasilitas khusus yang dilengkapi dengan tembakan di tenggorokan atau dengan gas di dalam truk-truk yang dimodifikasi.
Sachsenhausen memiliki posisi yang sangat penting, baik sebagai model kamp maupun pusat pelatihan yang berada di sekitar ibu kota Reich, Berlin. Sejak tahun 1938, kantor pusat administrasi untuk seluruh sistem kamp konsentrasi ditempatkan di sana.
Sebagai bagian dari peringatan 80 tahun pembebasan tawanan di kamp ini, enam penyintas—tiga perempuan dan tiga pria—akan kembali ke Sachsenhausen pada akhir April dan awal Mei.
Pada tahun-tahun terakhir perang, mereka dideportasi kala masih bocah dan remaja ke kamp konsentrasi pusat atau ke salah satu subkampnya.
Lima dari penyintas tersebut berasal dari Polandia, sementara Mykola Urban dari Ukraina, yang lahir di Kharkiv pada tahun 1924, adalah yang tertua di antara mereka, dengan usia mencapai 100 tahun.
Ia akan menghadiri upacara peringatan untuk pertama kalinya dan akan melakukan perjalanan dari Swiss, tempat ia dievakuasi setelah dimulainya perang agresi Rusia terhadap tanah airnya.
Sebuah percakapan publik dengan Urban sebagai saksi kontemporer direncanakan untuk digelar pada tanggal 30 April di Berlin.
Urban mendukung perjuangan partisan selama Perang Dunia II dan dideportasi ke kamp konsentrasi Sachsenhausen pada tahun 1942. Di subkamp Falkensee, orang-orang di Deutsche Maschinen AG (DEMAG) menyiksanya sebagai pekerja paksa dalam produksi tank.
Menjelang akhir perang, ia berhasil kabur bersama dua rekannya. Ketiganya kemudian bergabung dengan resimen Tentara Merah Soviet yang turut serta dalam Pertempuran Berlin pada bulan Mei 1945.
Bagi para penyintas, ini mungkin kunjungan terakhir mereka
Kunjungan ke Sachsenhausen ini mungkin merupakan yang terakhir bagi Urban dan para saksi lanjut usia lainnya.
Pemikiran ini telah lama menghantui Direktur Yayasan Peringatan Brandenburg, “Stiftung Brandenburgische Gedenksttten”, Axel Decroll. Mengingat sebagian besar penyintas kamp konsentrasi kini telah tiada, ia berkata, “Mereka sering berada di samping kami, seperti sahabat ayah dan ibu. Bagi kami, ini adalah titik balik yang sangat mendalam, karena orang-orang ini hampir tidak ada lagi di sini.”
Untuk mendekatkan diri pada sejarah bekas kamp konsentrasi seperti Sachsenhausen atau kamp konsentrasi perempuan Ravensbrck, tempat-tempat peringatan menyelenggarakan kegiatan seni dan musik selama bertahun-tahun, serta lokakarya untuk kalangan muda.
“Hal ini sangat penting, karena selain metode pedagogi tradisional dan format pameran klasik, budaya dapat membangun jembatan, mendobrak hambatan, dan meraih orang-orang yang sudah memiliki minat (pada sejarah),” ujar Drecoll, berbagi pengalamannya.
NAZI mengubah tahanan menjadi angka
Katrin Grber, yang merupakan cucu dari seorang tahanan di Sachsenhausen, kini menjabat sebagai ketua organisasi peringatan “Frderverein der Gedenksttte” dan museum terkait.
Ketika lagu-lagu yang pernah ditulis oleh narapidana kamp konsentrasi dinyanyikan dalam acara resmi, para generasi-generasi selanjutnya pun turut terharu.
“NAZI mengubah para tahanan menjadi angka-angka, namun mereka tetaplah manusia. Lagu-lagu tersebut dapat membantu kita untuk membayangkan orang-orang yang menyanyikannya,”ujar Katrin Grber.
Kakeknya, Heinrich, adalah seorang pendeta dan anggota Gereja Pengakuan (Bekennende Kirche), yang menentang rezim Sosialis Nasional,NAZI.
Karena keberaniannya dalam memperjuangkan orang-orang beragama Yahudi, ia dijebloskan ke Sachsenhausen pada tahun 1940 dan kemudian dipindahkan ke kamp konsentrasi Dachau.
Hubungan keluarga dengan korban kamp konsentrasi
Sang cucu sempat hidup hingga kakeknya meninggal pada tahun 1975. Melalui cerita sejarah keluarganya, ia dapat menghubungkan masa lalu dengan masa kini.
Dari kakeknya, Heinrich, ia mengetahui bahwa sang kakek menunjukkan solidaritas kepada sesama tahanan di kamp konsentrasi, namun juga merasakannya sendiri. “Dia hampir mati, tetapi diselamatkan oleh sesama tahanan komunis,” kata cucunya.
“Itulah sesuatu yang selalu bisa kita kenang di masa kini,” papar Katrin Grber, mengenang tragedi kemanusiaan yang dialami keluarganya. Ia berharap dapat mendiskusikan hal ini dengan para keturunan korban-korban NAZI lainnya saat peringatan 80 tahun pembebasan Sachsenhausen.
“Kami berharap agar terjalin kontak yang lebih erat lagi setelah hari itu dan agar pertemuan seperti ini dapat diselenggarakan setiap tahun,” ujar ketua kelompok pendukung peringatan tersebut.
Kritik terhadap perdebatan saat ini mengenai migrasi dan pengungsi
Menurut Katrin Grber, nilai tempat-tempat autentik seperti Sachsenhausen tidak dapat dianggap remeh: “Tempat-tempat ini menyampaikan pengetahuan, meletakkan nasib individu dalam konteks yang lebih luas. Dan tempat-tempat ini memungkinkan pengunjung untuk merasakan kedalaman sejarahnya,” jelasnya.
Ia juga menyampaikan keprihatinannya mengenai pergeseran politik yang semakin ke kanan di Jerman. “Bagi saya, salah satu pelajaran sejarah adalah bahwa manusia tidak boleh dikecualikan atau dijadikan kambing hitam. Itulah sebabnya perdebatan saat ini mengenai pengungsi sangat menyakitkan bagi saya.”
Koalisi pemerintahan baru antara Partai Demokratik Kristen (CDU/CSU) dan Partai Sosial Demokrat (SPD) baru-baru ini sepakat dalam perjanjian koalisi mereka untuk memperketat kebijakan suaka secara drastis.
Selain itu, partai ekstremis sayap kanan Alternatif untuk Jerman AfD telah berulang kali memprovokasi sentimen anti-imigran, baik terhadap penduduk lokal yang berasal dari luar negeri maupun terhadap orang-orang yang melarikan diri dari perang dan kemiskinan.
AfD tidak diperbolehkan meletakkan karangan bunga di Sachsenhausen
Axel Drecoll juga menyampaikan keprihatinannya terhadap arah perkembangan demokrasi yang semakin terancam di banyak belahan dunia.
Inilah salah satu alasan mengapa tantangan besar sedang kita hadapi, demikian menurut Direktur Yayasan Peringatan Brandenburg, Drecoll.
Ia mengungkapkan bahwa AfD tidak akan diperbolehkan untuk meletakkan karangan bunga dalam acara peringatan pembebasan kamp konsentrasi Sachsenhausen. “Kami tidak akan membiarkan AfD melakukan hal itu,” kata Drecoll dengan tegas.
Namun, pandangannya tidak hanya terfokus pada peringatan pembebasan kamp konsentrasi pada bulan April 1945.
Pada tahun yang sama, bekas kamp konsentrasi Sachsenhausen diubah menjadi kamp khusus oleh Uni Soviet, yang telah menang dalam Perang Dunia II. Rezim kejam NAZI digantikan oleh pemerintahan teror komunis.
Peringatan kamp khusus Soviet
Sampai kamp penggantinya dibubarkan pada tahun 1950, sekitar 60.000 orang dibui. Sebagian besar adalah kaum NAZI, tetapi juga terdapat penentang rezim baru dan orang-orang yang ditahan tanpa peradilan. Sekitar 12.000 dari mereka meninggal karena kelaparan dan penyakit.
Babak sejarah Sachsenhausen ini juga akan diperingati dengan acara peringatan dan pameran di awal September.
Artikel ini pertama kali terbit di DW Jerman
Diadaptasi oleh: Ayu Purwaningsih
Editor: Hendra Pasuhuk
Melihat Siluet Tentara di Pantai Inggris untuk Peringati 80 Tahun Pendaratan D-Day:
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
-

Penembakan di Jerman Tewaskan 2 Orang, Pelaku Masih Diburu
Berlin –
Sedikitnya dua orang tewas dalam penembakan yang terjadi di kota Bad Nauheim, wilayah Jerman bagian tengah. Kepolisian Jerman pun melakukan operasi perburuan besar-besaran di wilayahnya untuk mencari pelaku penembakan maut tersebut.
Kepolisian wilayah Giessen dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Senin (21/4/2025), mengatakan jenazah kedua korban ditemukan di depan sebuah alamat tempat tinggal di area Bad Nauheim, sebelah utara Frankfurt. Beberapa luka tembak ditemukan pada jenazah itu.
Identitas kedua jenazah itu tidak diungkap ke publik, hanya disebutkan bahwa keduanya berjenis kelamin laki-laki.
Sejauh ini belum ada tersangka yang ditangkap terkait penembakan ini. Motif di balik penembakan mematikan ini juga belum diketahui secara jelas.
Kepolisian Giessen mengatakan “pengerahan pasukan secara besar-besaran” dari berbagai divisi kepolisian, mulai dari personel berseragam, personel berpakaian preman, dan pasukan khusus telah dilakukan untuk memburu pelaku penembakan itu.
Sebuah helikopter turut dikerahkan untuk membantu perburuan itu.
“Pemahaman saat ini adalah bahwa tidak ada bahaya untuk penduduk setempat atau orang-orang lainnya,” tegas kepolisian setempat dalam pernyataannya.
Lihat juga Video ‘Penembakan di Sekolah Menengah Dallas, 3 Siswa Terluka Kotak Masuk’:
Disebutkan Kepolisian Giessen bahwa sejauh ini belum ada informasi tentang “situasi, atau motif, atau pelaku” dalam penembakan maut itu.
Pihak kepolisian dan jaksa Jerman telah memulai penyelidikan secara menyeluruh terhadap penembakan tersebut.
Kota Bad Nauheim merupakan kota yang berjarak 25 kilometer sebelah utara Frankfurt dan berpenduduk sekitar 33.000 jiwa. Kota itu dikenal sebagai tempat mendiang Elvis Presley menjalani dinas militer Amerika Serikat (AS) antara tahun 1958-1960 silam dan tempat dia bertemu calon istrinya, Priscilla Presley.
Lihat juga Video ‘Penembakan di Sekolah Menengah Dallas, 3 Siswa Terluka Kotak Masuk’:
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
-

Atlet Perempuan Afghanistan di Jerman Terancam Dideportasi
Berlin –
Atlet perempuan Afghanistan Nazima dan Nazira Khairzad melarikan diri dari Taliban tahun 2021. Mereka membangun kehidupan baru di Jerman. Tapi Nazira sekarang terancam dideportasi.
“Ketika saya menerima surat yang menyebutkan saya mungkin akan dikirim kembali ke Italia, saya rasanya putus asa, takut dan merasakan ketidakpastian yang mendalam,” kata Nazira Khairzad dalam wawancara dengan DW.
“Saya sangat sedih dan terkejut. Sejak saat itu, ibu saya terus-menerus hidup dalam ketakutan dan stres. Dia hampir tidak bisa tidur di malam hari karena takut polisi akan tiba-tiba datang dan membawa putrinya pergi.”
Setelah Taliban kembali berkuasa, keluarganya meninggalkan Afghanistan secara terpisah pada tahun 2021. Nazira, yang kini berusia 21 tahun, awalnya masuk ke Eropa melalui Italia setelah pelariannya. Kakaknya Nazima, yang dua tahun lebih tua, berhasil sampai ke Jerman bersama anggota keluarga lainnya melalui Pakistan. Baru pada awal tahun 2024 Nazira dan keluarganya bersatu kembali – dan menetap di kawasan Frankfurt am Main.
“Itu adalah masa-masa yang sulit. Kami tidak bisa bertemu untuk waktu yang lama,” kenang Nazira. “Tetapi sekarang kami bahagia bisa bersatu kembali.”
Nazira Khairzad: “Hidup saya dalam bahaya”
Kilas balik: Kedua bersaudara perempuan Nazima dan Nazira Khairzad tidak terpisahkan bahkan saat mereka masih anak-anak di Afghanistan.
“Saya sangat bangga dengan saudara perempuan saya, dia adalah panutan dan sahabat saya,” kata Nazira kepada DW.
Meskipun menghadapi perlawanan sosial dan budaya, Nazima berkembang menjadi pemain ski dan pendaki gunung yang sukses. Kakaknya, Nazira, bahkan berhasil masuk ke dalam tim nasional sepak bola Afghanistan sebagai penjaga gawang.
Namun, pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban pada tahun 2021 memaksa mereka meninggalkan tanah airnya.
“Hidup saya terancam di Afghanistan,” kenang Nazira. “Jika saya tetap tinggal saat itu, Taliban mungkin akan membunuh saya.”
Mereka lalu melarikan diri dan harus bertahan hidup secara terpisah di negara asing. Hanya setelah tiga tahun yang sulit di Italia, dia akhirnya berhasil tiba di Jerman pada tahun 2024.
Situasi hukum yang rumit
Namun kini Nazira diancam akan dideportasi ke Italia. Ke negara pertama yang memberinya hak tinggal setelah dia melarikan diri dari Afghanistan. Bersama pengacara Elke Gabsa, keluarga tersebut berusaha mencegah deportasi dari Jerman – meskipun situasi hukumnya sulit.
“Jika seseorang diakui sebagai pengungsi di satu negara Uni Eropa, pada umumnya tidak mungkin untuk meminta perlindungan di negara anggota lainnya,” jelas Gabsa dalam wawancara dengan DW.
Namun, selalu ada pengecualian,” misalnya di Yunani atau Italia, kata pengacara itu. Deportasi Nazira kembali ke Italia mungkin sah secara hukum. Tapi perempuan Afghanistan itu dan pengacaranya berusaha mencegah keluarga itu terpisah lagi.
“Dalam kasus ini, adalah merupakan pelanggaran Piagam Hak Asasi Manusia jika dia [Nazira – catatan redaksi] tidak diizinkan bersama keluarganya, yang membutuhkan dukungannya,” kata Gabsa.
Selama beberapa bulan terakhir, Nazira telah membangun kehidupan untuk dirinya sendiri di Jerman, belajar bahasa, dan mulai bermain sepak bola lagi. “Saya bekerja paruh waktu dan mencoba untuk berintegrasi sepenuhnya ke dalam masyarakat,” katanya. Dia sekarang berusia 21 tahun.
Dia berharap pengadilan akan memutuskan permohonannya. “Saya ingin tinggal di Jerman, tinggal bersama keluarga, bekerja, bermain sepak bola, dan menjadi anggota masyarakat yang aktif dan berguna. Saya menginginkan kehidupan yang aman dan bermartabat yang dapat saya bentuk dengan penuh komitmen dan harapan.”
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Jerman
Diadaptasi oleh Hendra Pasuhuk
Editor: Agus Setiawan
(nvc/nvc)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
/data/photo/2025/05/05/681832086641a.png?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)

