kab/kota: Beijing

  • Gebrakan Baru China, Mobil Listrik Boleh Jual Daya ke ‘PLN’

    Gebrakan Baru China, Mobil Listrik Boleh Jual Daya ke ‘PLN’

    Jakarta, CNBC Indonesia – China berencana menjadikan mobil sebagai baterai untuk memasok listrik ke jaringan “PLN” setempat. Mobil listrik berfungsi sebagai pasokan tambahan saat permintaan listrik memuncak.

    Reuters melaporkan bahwa pemerintah China akan menggelar proyek percontohan sistem pasokan listrik ini di 9 kota. Metode ini diharapkan bisa menjadi solusi permasalahan lonjakan permintaan atas pasokan listrik di tengah kenaikan tajam kepemilikan mobil listrik di China.

    China telah lebih dulu merilis dasar ketentuan “berbagi” listrik lewat Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC) dalam kebijakan memperkuat integrasi antara kendaraan tenaga listrik dengan jaringan listrik. Integrasi dibutuhkan untuk menghindari jaringan pembangkitan dan transmisi listrik China kelebihan beban karena permintaan mobil listrik.

    Ada sekitar 30 proyek yang akan digelar di Beijing, Shanghai, Shenzhen dan Guangzhou. Mayoritas berupa mekanisme kendaraan-ke-jaringan (vehicle-to-grid/V2G). Mobil akan berfungsi sebagai baterai penyimpan daya, yang akan dikembalikan ke jaringan saat dibutuhkan. Mobil yang terhubung dengan jaringan listrik bisa menyesuaikan waktu pengecasannya untuk menghindari periode beban puncak.

    Mobil listrik juga bisa berfungsi menyediakan layanan penting seperti pengaturan frekuensi penggunaan listrik. Pemilik mobil listrik yang bersedia mengikuti sistem ini berpeluang mendapatkan penghasilan tambahan. Program ini juga berlaku bagi pemilik stasiun pengisian kendaraan listrik.

    Perusahaan pengelola jaringan listrik akan bertanggung jawab sebagai penyelenggara proyek percontohan, sedangkan pemerintah daerah akan memimpin pengembangan fasilitas pengecasan. Badan pengatur energi bertugas mencari pemilik mobil listrik yang bersedia “menjual” listrik mobil mereka.

    (dem/dem)

  • Selat Taiwan Memanas, AS Kecam Manuver Militer China

    Selat Taiwan Memanas, AS Kecam Manuver Militer China

    Jakarta

    Amerika Serikat memperingatkan pada Selasa (01/04) bahwa China membahayakan keamanan regional dengan menggelar latihan militer di Selat Taiwan. Peringatan ini muncul setelah China mengumumkan latihan baru di perairan yang sensitif secara politik tersebut.

    “Aktivitas militer dan retorika China yang agresif terhadap Taiwan hanya akan memperburuk ketegangan serta mengancam keamanan regional dan kemakmuran dunia,” kata Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan.

    Pernyataan dari Washington muncul saat militer China memulai hari kedua latihan besar-besaran di perairan dan wilayah udara sekitar Taiwan pada Rabu (02/04).

    Latihan militer dengan kode nama “Strait Thunder-2025A” berlangsung di bagian selatan dan tengah Selat Taiwan. China menyatakan bahwa latihan ini bertujuan untuk mengasah kemampuan dalam memblokade pulau tersebut dan melakukan serangan presisi.

    Latihan militer di tengah kunjungan Menhan AS ke Asia

    Pada Rabu (02/04), militer China melanjutkan latihan dengan kode nama “Strait Thunder-2025A” di bagian tengah dan selatan Selat Taiwan, meneruskan latihan yang dimulai sehari sebelumnya.

    Latihan ini juga bertepatan dengan kunjungan Menteri Pertahanan Amerika Serikat Pete Hegseth ke Asia, di mana ia berulang kali mengkritik Beijing.

    Komando Teater Timur China menyatakan bahwa latihan ini berfokus pada identifikasi dan verifikasi, peringatan dan pengusiran, serta pencegatan dan penahanan, untuk menguji kemampuan pasukan dalam mengendalikan wilayah, melakukan blokade bersama, serta melancarkan serangan presisi terhadap target utama.

    Dalam 24 jam terakhir, Kementerian Pertahanan Taiwan melaporkan keberadaan 76 pesawat militer dan 15 kapal perang China di sekitar pulau tersebut. Taiwan mengecam latihan militer ini, tetapi sejauh ini tidak melihat tanda-tanda adanya latihan tembak langsung.

    Bagaimana reaksi Internasional?

    Selain AS, yang merupakan pendukung utama Taiwan serta pemasok senjata terbesar meskipun tidak memiliki hubungan diplomatik resmi, Jepang dan Uni Eropa juga menyatakan keprihatinan mereka.

    “Uni Eropa memiliki kepentingan langsung dalam menjaga status quo di Selat Taiwan. Kami menentang segala tindakan sepihak yang mengubah status quo dengan kekerasan atau paksaan,” kata juru bicara Uni Eropa.

    Sementara itu, pasar keuangan Taiwan tampaknya tidak terlalu terpengaruh oleh latihan ini. Indeks saham utama Taiwan naik sekitar 0,4% pada Rabu (02/04).

    Di sisi lain, surat kabar Global Times, yang dikelola oleh Partai Komunis China, melaporkan bahwa peralatan militer canggih digunakan dalam latihan ini. Foto yang diterbitkan menunjukkan rudal balistik udara YJ-21 yang dibawa oleh pesawat pengebom H-6K.

    Latihan militer sebelumnya oleh China juga berfokus pada serangan presisi dan pemblokiran Taiwan.

    Apa penyebab ketegangan Taiwan dan China?

    Latihan militer ini terjadi di tengah meningkatnya retorika China terhadap Presiden Taiwan Lai Ching-te, yang pada Selasa (01/04) disebut sebagai “parasit” oleh pemerintah China.

    China menganggap Taiwan sebagai wilayah kedaulatannya dan bertekad menyatukan kembali di bawah kendali Beijing, bahkan jika diperlukan dengan kekerasan. Beijing juga terus mengecam Lai sebagai “separatis”.

    Lai, yang terpilih sebagai presiden tahun lalu, menolak klaim kedaulatan China dan menegaskan bahwa hanya rakyat Taiwan yang berhak menentukan masa depan mereka sendiri.

    rs/mel (AP, AFP, Reuters)

    (haf/haf)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Ulah China, Seluruh Dunia Terancam Lumpuh Seketika

    Ulah China, Seluruh Dunia Terancam Lumpuh Seketika

    Jakarta, CNBC Indonesia – China memiliki ‘senjata’ baru yang bisa melumpuhkan jaringan komunikasi di seluruh dunia. ‘Senjata’ tersebut adalah alat pemotong canggih yang dikembangkan Pusat Penelitian Ilmiah Kapal China (CSSRC).

    Alat itu bisa menargetkan kabel bawah laut yang menjadi penopang 95% transmisi data global. Sebagai informasi, kabel bawah laut terbuat dari material tangguh seperti baja, karet, dan polimer yang tebal.

    Kabel bawah laut itu sangat krusial untuk keberlangsungan jaringan komunikasi dan infrastruktur energi di seluruh dunia. Namun, alat pemotong buatan China dikatakan bisa membelah kabel tersebut dengan mudah.

    Alat pemotong China mampu memotong jalur pada kedalaman hingga 4.000 meter atau 2 kali kedalaman infrastruktur komunikasi bawah laut yang ada. Alat ini dirancang untuk diintegrasikan dengan kapal selam berawak dan tak berawak canggih milik China, termasuk seri Fendouzhe (Striver) dan Haidou.

    Mulanya, alat pemotong canggih itu dikembangkan untuk penyelamatan warga sipil dan penambangan bawah laut. Namun, potensi penggunaan ganda alat ini untuk memotong kabel bawah laut menimbulkan kekhawatiran bagi negara lain.

    Misalnya, pemotongan kabel di dekat titik rawan strategis seperti Guam, dapat mengganggu komunikasi global yang menandakan krisis geopolitik, menurut lapor South China Morning Post.

    Sebagai informasi, kabel bawah laut di Guam penting bagi strategi pertahanan rantai pulau kedua militer Amerika Serikat (AS).

    Desain alat pemotong ini berhasil mengatasi beberapa tantangan teknis signifikan yang disebabkan oleh kondisi bawah laut, menurut tim yang dipimpin oleh engineer Hu Haolong.

    Pada kedalaman 4.000 meter,  tekanan air melebihi 400 atmosfer, sehingga cangkang paduan titanium dan segel yang dikompensasi minyak pada perangkat tersebut mencegah terjadinya ledakan, bahkan selama penggunaan jangka panjang.

    Terbuat dari Berlian

    Mata pisau konvensional tidak efektif terhadap kabel yang diperkuat baja. Untuk mengatasi hal ini, Hu dan timnya menciptakan roda gerinda berlapis berlian berukuran 150 mm (enam inci) yang berputar pada kecepatan 1.600 rpm, menghasilkan tenaga yang cukup untuk menghancurkan baja sekaligus meminimalkan gangguan sedimen laut.

    Dirancang untuk kapal selam dengan sumber daya terbatas, alat ini dilengkapi motor satu kilowatt dan peredam gigi 8:1. Meski sistemnya efisien, namun penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan panas berlebih.

    Alat tersebut dioperasikan oleh lengan robotik dalam jarak pandang hampir nol. Perangkat ini juga dilengkapi teknologi pemosisian canggih untuk memastikan penyelarasan yang tepat.

    Peluncuran perangkat ini menandai langkah penting seiring upaya China memperluas kehadirannya di infrastruktur bawah laut. Beijing kini mengoperasikan armada kapal selam berawak dan tak berawak terbesar di dunia, dengan kemampuan untuk mengakses semua bagian lautan di dunia.

    Alat pemotong kabel baru China yang dapat dioperasikan dari platform tak berawak yang tersembunyi, memiliki potensi untuk mengeksploitasi kemacetan strategis tanpa perlu muncul ke permukaan.

    Kemampuan ini telah memicu diskusi yang berkembang dalam komunitas penelitian militer, khususnya setelah hancurnya jaringan pipa gas alam dasar laut Rusia oleh oknum tak dikenal selama perang dengan Ukraina.

    Namun, para ilmuwan China bersikeras bahwa alat tersebut, yang telah berhasil memotong kabel setebal 60 mm dalam uji coba di darat, dirancang untuk mendukung “pengembangan sumber daya laut”.

    Pasalnya negara-negara makin terdorong untuk mengalihkan fokus mereka ke arah eksploitasi sumber daya dari laut.

    Terlepas dari tujuan penggunaannya, terobosan baru ini akan makin memungkinkan China untuk meningkatkan kemampuan pengembangan sumber daya lautnya, memajukan ekonomi biru, dan memperkuat statusnya sebagai kekuatan maritim yang sangat penting untuk mencapai tujuan jangka panjang negara tersebut, kata para ilmuwan.

    Bulan lalu, pembangunan ‘stasiun luar angkasa’ sedalam 2.000 meter di dasar Laut Cina Selatan dimulai, yang dirancang untuk menampung sedikitnya enam orang selama sebulan.

    (dem/dem)

  • China Persiapkan Serangan Balik untuk Lawan ‘Liberation Day’ Trump

    China Persiapkan Serangan Balik untuk Lawan ‘Liberation Day’ Trump

    Beijing

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bakal meluncurkan kebijakan Hari Pembebasan atau ‘Liberation Day’ yang diprediksi mengatur tarif impor untuk barang dari berbagai negara. China, yang sudah terkena kebijakan tarif tahap pertama Trump, bersiap melakukan serangan balik.

    Dilansir CNN, Rabu (2/4/2025), Trump memandang tarif sebagai cara untuk mencapai empat tujuan utama, yakni mengekang aliran fentanil dan migrasi ilegal ke AS, menyamakan kedudukan dengan mitra dagang, meningkatkan pendapatan pemerintah, dan meningkatkan manufaktur dalam negeri.

    Dia mengaitkan fentanil dan masalah terkait perbatasan dengan tarif 20% yang telah dikenakannya pada impor asal China dan ancaman tarif 25% untuk Kanada serta Meksiko.

    Menurut pandangan Trump, AS sedang ‘diperas’ oleh negara-negara dengan tarif yang lebih tinggi pada produk buatan AS atau negara-negara yang mengalami defisit perdagangan dengan AS. Tarif ini diprediksi dapat menghantam negara-negara berkembang dengan sangat keras, terutama India, Brasil, Vietnam, dan negara-negara Asia Tenggara dan Afrika lainnya.

    Analisis Morgan Stanley menunjukkan negara-negara tersebut memiliki beberapa tarif terbesar kepada barang-barang AS. Ekonom bank investasi tersebut mencatat Brasil, Indonesia, India, Thailand, dan Vietnam memiliki proporsi produk tertinggi dengan perbedaan tarif lebih dari 5% dibandingkan dengan tarif yang dikenakan AS pada barang-barang negara mereka.

    China pun merespons rencana pengumuman kebijakan tarif baru dari Trump. Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, mengatakan Beijing akan melakukan serangan balik jika AS terus melakukan apa yang dianggapnya sebagai ‘pemerasan’.

    “‘America First’ seharusnya bukan intimidasi Amerika, dan tidak seharusnya membangun kepentingannya sendiri atas dasar merugikan hak dan kepentingan sah negara lain,” kata Wang Yi dalam wawancara dengan media Russia, RT, seperti dilansir CNN.

    “Jika Amerika Serikat terus memberikan tekanan atau bahkan terlibat dalam berbagai bentuk pemerasan, China akan dengan tegas melakukan serangan balik,” ujarnya.

    (haf/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Gadis 17 Tahun Diminta Jual Sel Telurnya, Dipaksa Jadi Ibu Pengganti

    Gadis 17 Tahun Diminta Jual Sel Telurnya, Dipaksa Jadi Ibu Pengganti

    Jakarta

    Gadis berusia 17 tahun di China menjadi ibu pengganti dan penyedia sel telur untuk seorang pria berusia 50 tahun. Dia dibayar 900 ribu yuan untuk mengandung anak kembar laki-laki.

    Skandal perdagangan orang ini terkuak pada 24 Maret ketika Shangguan Zhengyi, seorang aktivis anti-perdagangan, mengungkapkan di media sosial bahwa seorang gadis remaja menjadi ibu pengganti melalui sebuah agensi di kota selatan Guangzhou dan melahirkan anak kembar.

    Diberitakan SCMP, gadis itu, dari prefektur otonom Liangshan Yi di provinsi Sichuan, barat daya Cina, yang lahir pada Mei 2007, melahirkan anak kembar laki-laki pada 2 Februari, di provinsi Guangdong China selatan. Ayah dari si kembar adalah seorang pria berusia 50 tahun, bermarga Long, dari provinsi Jiangxi di China tenggara.

    Gadis itu baru berusia 16 tahun ketika embrio ditanamkan.

    Dia juga memberikan bukti pendukung, seperti akta kelahiran anak, “perjanjian sukses terjamin,” dan kontrak terkait ibu pengganti lainnya. Terungkap bahwa Long menandatangani perjanjian dengan Guangzhou Junlan Medical Equipment Co Ltd, yang mencakup total biaya pengganti sebesar 730.000 yuan yang secara khusus meminta anak laki-laki kembar.

    Perjanjian tersebut dengan jelas menyatakan bahwa wanita muda itu akan bertindak sebagai ibu pengganti, dan juga menyediakan telurnya sendiri.

    Long belum menikah, jadi dia juga diduga berpura-pura gadis itu adalah istrinya untuk mendapatkan akta kelahiran dan pendaftaran rumah tangga untuk anak-anak.

    China tidak memiliki undang-undang khusus yang melarang surrogacy secara langsung, tetapi berbagai peraturan pemerintah melarang praktik tersebut.

    Wu Zhenhua, seorang pengacara dari Firma Hukum Yedi Beijing, mengatakan kepada Stasiun Radio dan Televisi Beijing bahwa agen surrogacy mungkin telah melakukan kejahatan seperti operasi bisnis ilegal dan praktik medis ilegal.

    “Mengatur anak di bawah umur untuk berpartisipasi dalam surrogacy merupakan bahaya bagi anak di bawah umur dan mungkin melibatkan perdagangan perempuan dan anak-anak atau cedera yang disengaja,” kata Wu.

    (kna/kna)

  • Kepung Taiwan, China: Merdeka Artinya Perang

    Kepung Taiwan, China: Merdeka Artinya Perang

    Jakarta, CNBC Indonesia – Tentara China mengepung Taiwan dalam sebuah latihan militer gabungan yang diikuti oleh angkatan darat, angkatan laut, dan angkatan roket. Latihan militer itu disertai dengan peringatan “kemerdekaan Taiwan berarti perang.”

    China merancang latihan militer tersebut untuk memamerkan strategi “mengepung Taiwan dari semua arah.”

    Juru bicara Kantor Urusan Taiwan di pemerintahan China, Zhu Fenglian menyatakan latihan militer adalah hukuman atas provokasi yang dilakukan oleh pemerintahan Presiden Taiwan Lai Ching-te.

    “Kemerdekaan Taiwan berarti perang dan mengikuti agenda itu berarti menjerumuskan penduduk Taiwan ke bahaya peperangan,” kata Zhu seperti dikutip CNBC International, Rabu (2/4/2025).

    Dalam latihan gabungan, tentara China melakukan simulasi serangan ke target di laut dan di darat serta melakukan blokade jalur-jalur perairan di sekitar Taiwan.

    “Elemen dari pengumuman menggambarkan bahwa ini bakal menjadi latihan besar besaran,” kata Lyle Morris, peneliti dari Asia Society.

    Morris menduga provokasi yang dimaksud oleh tentara China adalah pernyataan Presiden Taiwan yang menyebut China sebagai “kekuatan musuh asing.”

    China sampai saat ini mengakui Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan siap mengambil alih pulau tersebut dengan kekuatan militer. Di sisi lain, pemerintah terpilih di Taiwan terus menolak diklaim oleh Beijing.

    Pemicu lainnya dari gelar latihan militer di Taiwan adalah komitmen Menteri Pertahanan Amerika Serikat Pet Hegseth untuk memperkuat kerja sama militer dengan Jepang dan Filipina.

    Dalam rangkaian kunjungan ke Asia, Hegseth menjanjikan sistem rudal, pasukan, dan sumber daya militer AS lainnya untuk membangun pertahanan di wilayah Asia Pasifik untuk menandingi China. 

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Taiwan, Hsiao Kuang-wei merespons komitmen Hegset dengan pernyataan bahwa Taiwan “menyambut baik dan menghargai” dukungan berkelanjutan dari negara yang berpandangan sama yaitu menjaga stabilitas dan perdamaian di Selat Taiwan.

    Kementerian Pertahanan Taiwan, dalam unggahan di akun X, menyatakan bahwa mereka mendeteksi 19 kapal bergerak di sekeliling Taiwan pada Selasa pagi (2/4/2025).

    (dem/dem)

  • China Latihan Militer di Sekitar Taiwan, Uni Eropa Minta Semua Pihak Tahan Diri

    China Latihan Militer di Sekitar Taiwan, Uni Eropa Minta Semua Pihak Tahan Diri

    Jakarta

    Uni Eropa menilai latihan perang yang dilakukan China di sekitar Taiwan meningkatkan ketegangan lintas selat. Uni Eropa meminta semua pihak untuk menahan diri.

    “Latihan militer skala besar China di sekitar Taiwan meningkatkan ketegangan lintas selat,” kata juru bicara urusan luar negeri UE Anitta Hipper dilansir AFP, Rabu (2/4/2025).

    Uni Eropa juga meminta semua pihak menghindari tindakan yang meningkatkan ketegangan.

    “Kami meminta semua pihak untuk menahan diri dan menghindari tindakan apa pun yang dapat meningkatkan ketegangan lebih lanjut, yang seharusnya diselesaikan melalui dialog lintas selat,” ujarnya.

    Dilansir Reuters, Selasa (1/4/2025), latihan di sekitar pulau yang dipandang China sebagai wilayahnya sendiri itu dilakukan setelah Lai menyebut Beijing sebagai ‘kekuatan asing yang bermusuhan’ bulan lalu.

    China membenci Lai sebagai separatis dan dalam sebuah video yang menyertai pengumuman Komando Teater Timur menggambarkannya sebagai serangga kartun yang dipegang oleh sepasang sumpit di atas Taiwan yang terbakar.

    “Fokusnya adalah pada latihan seperti patroli kesiapan tempur di laut dan di udara, merebut kendali menyeluruh, menyerang target maritim dan darat, dan memberlakukan kontrol blokade di area dan rute utama,” kata Komando Teater Timur di akun media sosial WeChat resminya.

    “Partai Komunis China terus meningkatkan aktivitas militernya di sekitar Taiwan dan di kawasan Indo-Pasifik dan telah menjadi pembuat onar terbesar di komunitas internasional,” ujar pernyataan tersebut.

    Pemerintah Taiwan tidak segera menanggapi permintaan komentar tentang China yang menggambarkan Lai sebagai serangga. Serangkaian video propaganda dirilis secara berurutan setelah pengumuman tersebut, yang menggambarkan kapal perang dan jet tempur China mengepung pulau tersebut, Taipei dibidik dari atas, dan kendaraan militer berpatroli di jalan-jalan kota.

    Sebuah poster yang menyertai latihan tersebut berjudul ‘Mendekat’ dan memperlihatkan kapal perang dan jet tempur China mengepung pulau tersebut dirilis tak lama setelah pengumuman di Weibo milik Komando Teater Timur. Video berjudul ‘Shell’ yang menggambarkan Lai Ching-Te sebagai seekor serangga kartun yang dijepit sumpit di atas Taiwan yang terbakar juga muncul di halaman WeChat Komando Teater Timur.

    “Parasit meracuni pulau Taiwan. Parasit melubangi pulau. Parasit mencari kehancuran total,” demikian isi animasi tersebut.

    (dek/dek)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • China Kirim Kapal ‘Mata-Mata’ Canggih ke Dekat RI, Mau Apa?

    China Kirim Kapal ‘Mata-Mata’ Canggih ke Dekat RI, Mau Apa?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sebuah kapal berteknologi tinggi asal China, dikabarkan mampu melakukan kegiatan mata-mata. Kabarnya, kapal tersebut terlacak berlayar di lepas pantai Australia, sekutu Amerika Serikat di Samudera Pasifik Selatan.

    Melansir Newsweek, Selasa (1/4/2025), Kementerian Luar Negeri China mengeklaim bahwa negara itu melakukan apa yang disebutnya “aktivitas normal” di laut sesuai dengan hukum internasional.

    Kehadiran kapal penelitian China tersebut terjadi kurang dari sebulan setelah angkatan laut negara itu menyelesaikan pelayaran mengelilingi Australia. Ini menyaksikan kelompok tugas tiga kapalnya berlayar dari pesisir timur Australia ke pesisir barat melalui perairan selatan.

    Penelitian China yang memiliki dua tujuan, yang berpotensi untuk pengembangan militer, telah menimbulkan kekhawatiran di AS karena persaingan geopolitik antara kedua negara semakin ketat. Beijing sebelumnya mengklaim bahwa penelitian ilmiahnya ditujukan untuk tujuan damai.

    Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengonfirmasi keberadaan kapal China tersebut. Meskipun ia menyatakan situasinya mirip dengan kapal-kapal Australia di Laut China Selatan dan Selat Taiwan, ia menambahkan bahwa “Saya lebih suka jika kapal itu tidak ada di sana.”

    Laut China Selatan dan Selat Taiwan berada di lepas pantai China. Beijing telah menyuarakan keberatan terhadap apa yang disebutnya “campur tangan eksternal” di dua wilayah yang diperebutkan tersebut.

    Namun, Peter Dutton, pemimpin oposisi Australia, mengkritik Albanese pada Selasa karena lemah dalam hal keamanan nasional.

    “Ada pengumpulan intelijen dan tentu saja, ada pemetaan kabel bawah laut,” katanya, mengacu pada aktivitas kapal China tersebut.

    (luc/luc)

  • Raksasa Asia Disebut Satukan Kekuatan Hadapi ‘Hari Pembebasan’ Trump

    Raksasa Asia Disebut Satukan Kekuatan Hadapi ‘Hari Pembebasan’ Trump

    Jakarta, CNBC Indonesia – China, Jepang, dan Korea Selatan disebut sepakat untuk bersama-sama menanggapi tarif Amerika Serikat (AS). Hal ini terungkap dalam unggahan sebuah akun media sosial yang berafiliasi dengan media pemerintah China.

    Namun hal itu disebut sebuah pernyataan yang “agak dibesar-besarkan” oleh Korea Selatan. Sedangkan, Jepang mengatakan tidak ada diskusi semacam itu.

    Komentar media pemerintah itu muncul setelah ketiga negara mengadakan dialog Ekonomi pertama mereka dalam lima tahun pada Minggu (30/3/2025) yang berupaya memfasilitasi perdagangan regional saat kekuatan ekspor Asia bersiap menghadapi tarif Presiden AS Donald Trump.

    Jepang dan Korea Selatan berupaya mengimpor bahan baku semikonduktor dari China. Kemudian China juga tertarik untuk membeli produk chip dari Jepang dan Korea Selatan, akun Yuyuan Tantian, yang terhubung dengan China Central Television, mengatakan dalam sebuah unggahan di Weibo.

    Ketiga pihak sepakat untuk memperkuat kerja sama rantai pasokan dan terlibat dalam lebih banyak dialog tentang kontrol ekspor, kata unggahan itu, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (1/4/2025).

    Ketika ditanya tentang laporan itu, seorang juru bicara kementerian perdagangan Korea Selatan mengatakan “saran bahwa ada tanggapan bersama terhadap tarif AS tampaknya agak dibesar-besarkan,” dan merujuk pada teks pernyataan bersama kedua negara.

    Menteri Perdagangan Jepang Yoji Muto, saat ditanya tentang hal itu pada konferensi pers pada Selasa, mengatakan ada pertemuan para menteri perdagangan pada akhir pekan tetapi tidak ada diskusi semacam itu. Pertemuan itu hanya pertukaran pandangan, kata Muto.

    Selama pertemuan Minggu, para menteri perdagangan negara-negara itu sepakat untuk mempercepat pembicaraan tentang kesepakatan perdagangan bebas Korea Selatan-Jepang-China untuk mempromosikan “perdagangan regional dan global”, menurut pernyataan yang dirilis setelah pertemuan tersebut.

    “Ketiga negara bertukar pandangan tentang lingkungan perdagangan global, dan seperti yang dapat Anda lihat dalam pernyataan bersama, mereka berbagi pemahaman tentang perlunya melanjutkan kerja sama ekonomi dan perdagangan,” kata juru bicara kementerian perdagangan Korea Selatan.

    Para menteri perdagangan negara-negara itu bertemu menjelang pengumuman yang direncanakan Trump pada Rabu (2/4/2025) tentang lebih banyak tarif dalam apa yang disebutnya “hari pembebasan”.

    Beijing, Seoul, dan Tokyo adalah mitra dagang utama AS, meskipun mereka telah berselisih satu sama lain mengenai berbagai masalah termasuk sengketa wilayah dan pembuangan air limbah Jepang dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima yang rusak.

    (luc/luc)

  • Gelar Latihan Militer-Kapal Induk, China Beri Peringatan kepada Taiwan

    Gelar Latihan Militer-Kapal Induk, China Beri Peringatan kepada Taiwan

    Jakarta, CNBC Indonesia – China mengumumkan latihan militer berskala besar di perairan dan wilayah udara di sekitar Taiwan, Selasa (1/4/2025). Hal ini terjadi saat Beijing terus menegaskan klaim kedaulatannya atas pulau itu.

    Mengutip Associated Press (AP), Juru Bicara Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China, Shi Yi, menyebutkan latihan ini melibatkan gabungan Angkatan Laut, Angkatan Udara, Angkatan Darat, dan Pasukan Roket. Latihan tersebut ditujukan untuk memperingatkan Taipei agar tidak mencari kemerdekaan formal.

    “Latihan ini dimaksudkan sebagai peringatan keras dan penahanan yang kuat terhadap kemerdekaan Taiwan,” kata Shi.

    “Latihan militer ini ditujukan untuk menguji kemampuan pasukan dalam melaksanakan operasi terpadu, merebut kendali operasional, dan melakukan serangan presisi multiarah,” timpal Komando Timur.

    Kantor Urusan Taiwan China mengatakan bahwa latihan tersebut ditujukan kepada Lai Ching Te, presiden Taiwan yang sangat pro-kemerdekaan. Mereka mengeklaim tidak akan menoleransi atau memaafkan ini dengan cara apa pun dan harus dengan tegas melawan dan menghukum keras tindakan ini.

    “Lai Ching Te dengan keras kepala bersikeras pada sikap ‘kemerdekaan Taiwan’, dengan berani melabeli daratan sebagai ‘kekuatan asing yang bermusuhan,’ dan telah mengajukan apa yang disebut “strategi 17 poin yang mengobarkan sentimen anti-China,” kata Kantor Urusan Taiwan China dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa.

    Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan mengatakan telah melacak 19 kapal angkatan laut China di perairan sekitar pulau tersebut dalam jangka waktu 24 jam dari pukul 6 pagi hari Senin hingga pukul 6 pagi hari Selasa.

    Ditambahkan pula bahwa pihaknya telah melacak pergerakan kapal induk Shandong sejak Sabtu dan bahwa kelompok kapal induknya telah memasuki zona identifikasi pertahanan udara Taiwan, area yang ditetapkan sendiri yang dilacak oleh militer.

    China mengklaim Taiwan yang demokratis sebagai bagian dari wilayahnya dan telah mengancam akan menggunakan kekuatan untuk mengendalikan pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu.

    China juga secara teratur mengerahkan jet tempur dan kapal perang di sekitar pulau itu dan telah mengadakan beberapa latihan militer besar sejak Lai Ching Te menjabat di Taipei tahun lalu. Lai diketahui merupakan salah satu pihak yang menolak klaim China atas Taiwan dengan keras.

    Atas manuver latihan terbaru ini, Menteri Pertahanan Taiwan Wellington Koo menyebutkan bahwa langkah ini memberikan sebuah bukti bahwa China memang tak peduli terhadap stabilitas regional.

    “Saya ingin mengatakan tindakan ini mencerminkan dengan jelas penghancuran (China) terhadap perdamaian dan stabilitas regional,” kata Menteri Pertahanan Taiwan Wellington Koo.

    (tps/tps)