kab/kota: Beijing

  • 12 Fakta Terbaru Perang Dagang: Trump Ancam Tarif China 104%-AS Resesi

    12 Fakta Terbaru Perang Dagang: Trump Ancam Tarif China 104%-AS Resesi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berhasil membuat gaduh dunia pekan lalu lewat penetapan tarif tinggi untuk setiap negara, termasuk Indonesia. RI akan dikenai tarif resiprokal atau timbal balik hingga 32% akibat besarnya defisit AS ke Indonesia.

    Kebijakan tarif Trump memicu ketidakpastian global hingga saling serang perang dagang. Dampak yang dapat dirasakan rupiah diperkirakan akan besar mulai dari kaburnya investor asing di pasar keuangan Tanah Air hingga gejolak eksternal yang tinggi.

    Berikut fakta lainnya terkait tarif Trump terhadap negara di dunia, seperti dihimpun CNBC Indonesia dari berbagai sumber pada Selasa (8/4/2025).

    1.Trump Berlakukan Tarif Resiprokal ke RI Cs Besok

    Trump akan tetap memberlakukan kebijakan tarif resiprokal alias tarif timbal balik untuk produk impor dari berbagai negara Rabu, 9 April esok. Ini pun tidak terkecuali produk dari Indonesia.

    Melansir CNBC International, Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengungkapkan Pemerintahan Trump akan tetap teguh dalam tarif timbal baliknya pada mitra dagang utama AS. Bahkan dalam menghadapi aksi jual di pasar saham global.

    Aksi jual di bursa saham AS dan di seluruh dunia kompak terjadi setelah Trump mengumumkan tarif baru pada 2 April waktu setempat. Selain bea masuk dasar 10% pada semua barang impor, Trump mengumumkan pungutan yang lebih tinggi pada impor dari 57 negara, yang akan diberlakukan mulai 9 April 2025 mendatang.

    “Tarif akan tetap berlaku. Dia mengumumkannya, dan dia tidak bercanda. Tarif akan datang. Tentu saja mereka (berlaku),” kata Lutnick.

    “Tidak ada penundaan. Mereka pasti akan tetap di tempat selama berhari-hari dan berminggu-minggu. Presiden perlu mengatur ulang perdagangan global. Semua orang memiliki surplus perdagangan dan kita memiliki defisit perdagangan,” tambahnya.

    2.Trump Ancam China, Kena Tarif 104%

    Trump mengatakan akan mengenakan tarif tambahan sebesar 50% atas impor dari China jika Beijing tidak mencabut kebijakan tarif balasannya pada Selasa. China ini terjadi, tarif barang China di AS akan menjadi 104%.

    Ancaman yang dirilis melalui platform Truth Social ini menandai eskalasi terbaru dari konflik dagang yang telah menyebabkan kejatuhan pasar saham global selama tiga hari berturut-turut, sejak Trump mengumumkan perang tarif terhadap mitra dagang AS pekan lalu. Sebelumnya 2 April, Gedung Putih mengumumkan pengenaan tarif 34% terhadap impor dari China, yang kemudian dibalas Beijing dengan memberlakukan tarif yang sama terhadap barang-barang asal AS.

    “China memberlakukan kenaikan tarif sebesar 34% meskipun saya telah memperingatkan bahwa setiap negara yang membalas terhadap AS dengan menerapkan tarif tambahan akan segera dikenai tarif baru yang jauh lebih tinggi, di atas tarif yang telah diberlakukan sebelumnya,” tulis Trump dalam pernyataannya.

    “Jika China tidak menarik kembali kenaikan tarif sebesar 34% tersebut, yang datang di atas praktik perdagangan abusive mereka selama bertahun-tahun, AS akan mengenakan tarif TAMBAHAN sebesar 50% yang mulai berlaku pada 9 April 2025,” tegas Trump.

    “Selain itu, seluruh pembicaraan dengan China terkait permintaan pertemuan mereka akan dihentikan!” tulisnya. “Negosiasi dengan negara-negara lain yang juga meminta pertemuan akan langsung dimulai.”

    Sebelumnya, AS sudah memberikan tarif 10% ke barang China, 5 April. Barang China juga sudah dikenai tarif 20% di awal tahun ini.

    3.Eropa Siapkan Tarif Balasan 25% untuk AS

    Komisi Eropa mengajukan tarif balasan sebesar 25% terhadap berbagai produk asal AS. Langkah ini merupakan respons langsung atas kebijakan tarif Trump terhadap baja dan aluminium dari Eropa, yang dinilai oleh Uni Eropa sebagai tindakan proteksionis sepihak yang merugikan hubungan dagang jangka panjang.

    Menurut dokumen yang diperoleh Reuters, Komisi Eropa menetapkan bahwa sebagian tarif tersebut akan mulai berlaku pada 16 Mei. Sementara sisanya akan diterapkan pada 1 Desember.

    Produk-produk yang dikenai tarif sangat beragam, mulai dari berlian, telur, benang gigi, sosis, hingga unggas. Adapun tarif untuk produk seperti almond dan kedelai akan diberlakukan pada Desember.

    Kepala urusan perdagangan Uni Eropa, Maros Sefcovic, membei penjelasan. Ia menyatakan bahwa meskipun tarif balasan ini dirancang untuk memberikan tekanan, nilainya diperkirakan akan lebih kecil dari estimasi awal sebesar 26 miliar euro.

    “Langkah ini menunjukkan komitmen kami untuk menjaga keseimbangan dalam hubungan perdagangan internasional tanpa memperkeruh situasi yang sudah tegang,” ujar Sefcovic, dilansir Reuters pada Selasa.

    Namun demikian, Komisi Eropa telah menghapus beberapa produk sensitif dari daftar awal yang disusun pada Maret lalu. Produk-produk seperti bourbon, wine, dan produk susu dicoret dari daftar tersebut setelah Trump mengancam akan menerapkan tarif balasan sebesar 200% terhadap minuman beralkohol dari Eropa jika tarif terhadap bourbon diberlakukan.

    4.Risiko Resesi AS Meningkat Pasca Tarif Trump

    Raksasa perbankan Goldman Sachs telah menaikkan prakiraan resiko resesi di AS sebanyak dua kali pada pekan lalu. Hal ini terjadi setelah Trump menjatuhkan tarif kepada seluruh negara dunia.

    Mengutip Reuters, Goldman awalnya menaikkan estimasinya dari 20% menjadi 35% awal pekan lalu karena kekhawatiran bahwa tarif yang direncanakan Trump akan mengguncang ekonomi global. Beberapa hari kemudian, Trump mengumumkan bea masuk yang lebih tinggi dari yang diperkirakan, yang telah memicu aksi jual di pasar global.

    Kemudian pada Minggu, Goldman kembali menaikkan peluang resesi AS menjadi 45% dari 35%. Hal ini karena kekhawatiran bahwa tarif tidak hanya akan memicu inflasi AS tetapi juga memicu tindakan pembalasan dari negara-negara lain, seperti yang telah diumumkan China.

    Lembaga itu juga menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi AS untuk tahun 2025. Dari sebelumnya 1,5% menjadi 1,3%.

    Goldman sebelumnya memperkirakan bank sentral, Federal Reserve (The Fed/Fed), akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin masing-masing dalam tiga pertemuan berturut-turut. Namun, sekarang lembaga keuangan itu melihat peluang yang besar akan adanya pemangkasan suku bunga pertama pada bulan Juni, bukan Juli.

    Senada dengan Goldman, setidaknya tujuh bank investasi terkemuka telah menaikkan perkiraan risiko resesi mereka. JPMorgan memperkirakan kemungkinan resesi AS dan global sebesar 60%, dengan kontraksi dalam ekonomi AS 0,3%, secara triwulanan.

    Dari sisi kebijakan moneter, JPMorgan memperkirakan adanya penurunan suku bunga di setiap pertemuan Fed pada tahun 2025 mulai bulan Juni mendatang. Raksasa perbankan itu juga meramal adanya penurunan lagi pada Januari yang akan menaikkan kisaran tertinggi suku bunga acuan menjadi 3%.

    Sementara itu, Wells Fargo Investment Institute (WFII) memperkirakan pertumbuhan 1% dalam ekonomi AS setelah tarif. WFII juga memperkirakan tiga kali penurunan suku bunga di tahun ini.

    5.Tarif Trump Jadi Bumerang ke Jet Tempur F-47 AS

    Pembalasanan China atas tarif Trump mulai memukul industri pertahanan dan kedirgantaraan Negeri Paman Sam. Beijing mulai mengambil langkah untuk mengenakan tarif 34% atas barang AS serta mengekang ekspor mineral tanah jarang atau rare earth, termasuk pada itrium, yang penting bagi mesin jet tempur.

    Kementerian Perdagangan China mengatakan tujuh kategori logam tanah jarang sedang dan berat, termasuk samarium, gadolinium, terbium, disprosium, lutetium, skandium, dan barang-barang terkait itrium akan masuk dalam daftar ini. Surat kabar pemerintah China, Global Times, juga mengumumkan kontrol ekspor pada barang-barang yang terkait dengan tungsten, telurium, bismut, molibdenum, dan indium.

    Sumber industri mengatakan kepada Reuters bahwa langkah Beijing ini menjadi perhatian bagi beberapa produsen kedirgantaraan dan pertahanan AS. Hal ini karena ketergantungan pabrikan Negeri Paman Sam pada itrium asal China.

    “China membuat daftar itu secara strategis. Mereka memilih hal-hal yang penting bagi ekonomi AS,” kata direktur American Rare Earths, Mel Sanderson, seperti dilansir Newsweek.

    Langkah balasan China ini terjadi hanya dua minggu setelah Trump mengumumkan bahwa Boeing telah mendapatkan kontrak untuk mengembangkan F-47 yang dirancang untuk menggantikan F-22 Raptor dan menjadi tulang punggung armada generasi berikutnya Angkatan Udara AS.

    “Pesawat siluman seperti F-47 bergantung pada unsur tanah jarang seperti neodymium, praseodymium, dysprosium, dan terbium untuk magnet, aktuator, dan sistem radar berkinerja tinggi,” menurut konsultan SFA Oxford.

    6.Nilai Tukar Dolar AS Dibuka Tembus Rp 16.850

    Nilai tukar rupiah ambles terhadap dolar AS di tengah ketidakpastian global hingga saling serang perang dagang. Merujuk Refinitiv, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa dibuka pada posisi Rp16.850/US$, rupiah atau melemah 1,78%.

    Depresiasi pada rupiah hari ini berbanding terbalik dengan penutupan perdagangan 27 Maret 2025 yang menguat 0,12%. Sementara indeks dolar AS (DXY) tercatat melemah 0,21% ke angka 103,04.

    7.IHSG Dibuka Langsung Trading Halt

    Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka turun 9,19% atau 598,56 ke 5.912,06. Ini terjadi usai libur panjang lebaran, akibat sentimen negatif tarif dagang Presiden AS, Donald Trump.

    Hampir semua saham-saham berkapitalisasi besar mengalami jatuh yang dalam pada pembukaan perdagangan pagi ini. Indeks LQ45 tercatat jatuh 11,31% atau 83,05 poin ke 651,46.

    Akibatnya, pada perdagangan pagi ini, IHSG dibuka langsung mengalami trading halt karena turun 9,19%. Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa langsung melakukan tindakan pembekuan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan pukul 09:00:00 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS).

    “Perdagangan akan dilanjutkan pada pukul 09:30:00 waktu JATS tanpa ada perubahan jadwal perdagangan. Tindakan ini dilakukan karena terdapat penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencapai 8%,” ujar Kautsar Primadi Nurachmad, selaku Sekretaris Perusahaan BEI, dålam pernyataannya.

    Dia mengatakan, BEI melakukan upaya ini dalam rangka menjaga perdagangan saham agar senantiasa teratur, wajar, dan efisien sesuai dengan Peraturan Nomor II-A tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas dan diatur lebih lanjut pada Surat Keputusan Direksi BEI nomor Kep-00002/BEI/04-2025.

    8. Raksasa Teknologi Tumbang Akibat Tarif Trump

    Kebijakan tarif resiprokal baru yang diumumkan Trump berdampak besar pada sektor teknologi. Setidaknya saham tujuh perusahaan anjlok dan menghapus US$2 triliun (Rp 33.700 triliun) dari nilai gabungannya.

    Reuters melaporkan saham Tesla dibuka ambles 7% menjadi US$223 (Rp 3,7 juta). Ini menjadi penurunan paling besar di antara 7 raksasa teknologi yang dijuluki ‘The Magnificent 7’.

    Saham Apple merosot 4,8%. Sementara perusahaan lainnya, Alphabet (induk perusahaan Google), Microsoft, Amazon, Meta (induk Instagram, Facebook, dan WhatsApp) serta Nvidia menurun antara 1,5% hingga 4,8%.

    Hal ini terjadi karena investor khawatir adanya dampak perang tarif global dari kebijakan Trump. Analis Dan Ives mengatakan akan adanya ‘bencana ekonomi tarif’.

    Ives menjelaskan Apple memiliki dampak paling besar dari kebijakan ini. Khususnya karena sebagian besar iPhone dirakit di China.

    Saat masa jabatan pertama Trump, Apple mendapatkan pengecualian kebijakan tarif AS pada China. Namun para analis ragu perusahaan akan mendapatkan hal serupa.

    Dampaknya akan terasa pada harga iPhone. Misalnya akan sulit memproduksi harga awal model Pro dengan nilai US$1.000 untuk memproduksi smartphone di AS.

    “Menurut kamu, konsep iPhone di AS tidak mungkin dilakukan dengan US$1.000. Harga akan naik drastis membuat sulit dipahami,” ucap Ives.

    Dukungan Elon Musk, CEO Tesla, pada Trump dan politik sayap kanan Eropa juga menjadi tantangan sendiri bagi perusahaan mobil listrik. Karena menurut Ives, menimbulkan krisis merek bagi Tesla.

    9.Singapura Respons Tarif Trump

    Singapura akan membentuk gugus tugas nasional untuk mendukung bisnis dan pekerja. Ini menjadi tanggapan atas tarif baru AS yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan memengaruhi lapangan kerja dan upah di negeri itu.

    Pernyataan disampaikan PM Lawrence Wong, Selasa. Gugus tugas, yang diketuai oleh Wakil Perdana Menteri dan Menteri Perdagangan dan Industri Gan Kim Yong, akan mencakup perwakilan dari badan ekonomi Singapura, Federasi Bisnis Singapura, Federasi Pengusaha Nasional Singapura, dan Kongres Serikat Buruh Nasional.

    Mengutip Channel News Asia (CNA), Wong di parlemen melaporkan bahwa gugus tugas akan membantu bisnis dan pekerja mengatasi ketidakpastian langsung, memperkuat ketahanan, dan beradaptasi dengan lanskap ekonomi baru. Tarif tersebut diperkirakan akan meredam pertumbuhan global dalam waktu dekat, yang akan memukul permintaan eksternal untuk sektor-sektor yang bergantung pada ekspor Singapura seperti manufaktur dan perdagangan grosir.

    “Ketidakpastian global dan sentimen yang menurun, juga akan berdampak pada beberapa industri jasa, termasuk keuangan dan asuransi,” tambah pria yang pernah menjabat sebagai menteri keuangan Singapura itu.

    “Meskipun Singapura mungkin atau mungkin tidak mengalami resesi tahun ini, ekonominya akan terdampak secara signifikan,” tambahnya.

    Di sisi lain, Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura sedang meninjau perkiraan pertumbuhannya tahun 2025 sebesar 1 hingga 3%. Ada kemungkinan revisi ke bawah.

    “Pertumbuhan yang lebih lambat akan berarti lebih sedikit kesempatan kerja dan kenaikan upah yang lebih kecil bagi pekerja,” katanya.

    “Dan jika lebih banyak perusahaan menghadapi kesulitan atau merelokasi operasinya kembali ke AS, akan ada lebih banyak pemutusan hubungan kerja dan kehilangan pekerjaan,” tambahnya.

    Wong mengatakan tarif tersebut mengonfirmasi kenyataan pahit. Bahwa era globalisasi berbasis aturan dan perdagangan bebas telah berakhir.

    10.Vietnam Beli Semua Barang AS

    Pemerintah Vietnam pada Selasa menegaskan langkahnya ke tarif Trump. Negeri itu akan membeli lebih banyak barang AS termasuk produk keamanan dan pertahanan.

    Ini dilakukan guna menunda tarif besar yang akan diberlakukan Washington besok, Rabu. Negara produsen utama Asia Tenggara itu akan dikenai bea masuk sebesar 46%.

    PM Vietnam telah meminta Trump untuk menunda penerapan tarif setidaknya selama 45 hari untuk memberi waktu bagi perundingan. Pham Minh Chinh mengatakan Vietnam akan mendekati dan bernegosiasi dengan Amerika untuk mencapai kesepakatan bilateral, “bergerak menuju neraca perdagangan yang berkelanjutan”.

    “Mereka juga akan terus membeli lebih banyak produk AS yang kuat dan diminati Vietnam, termasuk produk yang terkait dengan keamanan dan pertahanan; mendorong pengiriman awal kontrak perdagangan pesawat,” tulis AFP menyebut laman media lokal.

    Sebelumnya Pemimpin Tertinggi Vietnam, To Lam juga telah mengirim surat kepada Trump untuk meminta penundaan tarif. Menurut salinan yang dilihat oleh AFP, Lam mengatakan bahwa ia telah menunjuk Wakil Perdana Menteri Ho Duc Phoc untuk bertindak sebagai kontak utama dengan pihak AS mengenai masalah tersebut, dengan tujuan mencapai kesepakatan sesegera mungkin.

    Ia juga berharap dapat bertemu Trump di Washington pada akhir Mei untuk menyelesaikan masalah tersebut. Trump sendiri membenarkan pembicaraan dengan Lam seraya menyebutnya dialog yang sangat produktif.

    “Langkah-langkah tersebut mengancam akan merusak secara signifikan model pertumbuhan Vietnam saat ini, yang sangat bergantung pada ekspor ke AS,” kata analis risiko negara senior di firma riset BMI, Sayaka Shiba.

    Ia mengatakan bahwa, dalam skenario terburuk, Vietnam dapat mengalami penurunan produk domestik bruto (PDB) tahun ini hingga 3%. Bursa Vietnam tak melakukan perdagangan Senin namun turun sekitar 6% pada Selasa ini.

    11.Malaysia Mulai Dialog ke Trump

    Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim menyebut negaranya akan segera mengirim para pejabat ke AS. Mereka akan memulai dialog terkait tarif Trump.

    Hal ini disampaikan Anwar dalam Konferensi Investasi Asean (AIC) 2025. Ia menyebut perdagangan Malaysia dengan AS telah lama menjadi model keuntungan bersama namun tarif dapat berakhir merugikan semua pihak.

    “Namun, kami tidak percaya pada diplomasi megafon,” ujarnya menyinggung AS yang menetapkan tarif 24% untuk barang-barang Malaysia yang masuk ke negara itu.

    “Sebagai bagian dari diplomasi lunak kami untuk keterlibatan yang tenang, kami akan mengirim para pejabat ke Washington untuk memulai proses dialog,” muat The Star.

    Di sisi lain, Anwar mengatakan Malaysia akan beradaptasi seperti biasanya. Ia menyebut negaranya bermaksud untuk tetap menjadi mitra dagang yang setia dengan AS tapi tetap akan melakukan apa pun untuk melindungi kepentingan ekonominya sendiri.

    “Angin mungkin berubah, tetapi kita tidak akan terombang-ambing. Strategi diversifikasi perdagangan kami sudah mulai berkembang pesat,” katanya.

    “Ini termasuk terlibat secara proaktif dengan Amerika Serikat untuk mencapai hasil yang saling menguntungkan dan pada saat yang sama, mendiversifikasi dan memperkuat hubungan kami dengan semua pasar perdagangan utama di seluruh Uni Eropa, Asia, Timur Tengah, dan Afrika,” tambahnya.

    “Upaya-upaya ini tidak terjadi begitu saja. Upaya-upaya ini berlangsung di tengah meningkatnya ketidakpastian, yang melampaui pilihan kebijakan satu negara mana pun.”

    Anwar mencatat bahwa globalisasi, yang dulunya dianggap terus maju, kini tampaknya mundur dengan bangkitnya kembali proteksionisme, rantai pasokan yang dikonfigurasi ulang, dan multilateralisme yang semakin dibicarakan di masa lalu. Ia mengatakan bahwa dalam lingkungan ini, ASEAN menonjol sebagai mercusuar harapan dan kepositifan karena blok tersebut tetap berkomitmen secara luas terhadap keterbukaan, kerja sama, dan keberlanjutan kelembagaan.

    “Total perdagangan barang kita mencapai US$3,5 triliun. Namun, angka ini tidak dijamin. Dengan rentetan tarif yang melanda dunia dengan cepat dan dahsyat, kita menyaksikan terkikisnya tatanan global. Oleh karena itu, ASEAN harus lebih mengandalkan dirinya sendiri,” katanya.

    “Kita harus bergerak melampaui retorika menuju eksekusi. Liberalisasi tarif di kawasan ini sebagian besar telah selesai, tetapi penyelarasan regulasi, logistik lintas batas, dan konektivitas digital masih belum selesai,” jelasnya.

    Sebagai Ketua ASEAN tahun ini, Anwar menyebut Malaysia akan memprioritaskan revitalisasi platform strategis seperti ASEAN Plus Three sebagai mekanisme ketahanan ekonomi. Ia mengatakan tarif yang diberlakukan oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump bukanlah tantangan pertama bagi multilateralisme, dan juga bukan yang terakhir.

    “Jika ASEAN dapat menahan diri dengan tetap terbuka, pragmatis, dan kohesif, ASEAN mungkin akan menjadi salah satu negara terakhir yang percaya pada dunia yang bekerja lebih baik jika bekerja sama,” ujarnya.

    12.AS Sebenarnya Sudah Resesi

    Amerika Serikat (AS) diyakini sudah masuk ke jurang resesi. Hal ini dikatakan oleh CEO perusahaan investasi publik dan swasta dengan aset US$11 triliun pada akhir tahun 2024, BlackRock, Larry Fink.

    Ia mengatakan banyak pemimpin bisnis percaya ekonomi Paman Sam sudah mengalami penurunan yang signifikan. Pernyataannya itu berdasarkan pendapat pemimpin bisnis AS yang ia temui.

    “Kebanyakan CEO yang saya ajak bicara akan mengatakan bahwa kita mungkin sedang mengalami resesi saat ini,” tegas Fink di sebuah acara untuk Economic Club of New York, dikutip CNBC International, Selasa.

    “Seorang CEO secara khusus mengatakan bahwa industri penerbangan adalah burung di tambang batu bara- burung kenari di tambang batu bara- dan saya diberitahu bahwa burung kenari itu sudah sakit,” tambah Fink.

    Ia juga mengatakan bahwa kebijakan tarif Presiden Donald Trump dapat memberikan tekanan ke atas pada inflasi. Bahkan mempersulit Federal Reserve (The Fed/Fed) untuk memangkas suku bunga, yang sering dilakukan bank sentral selama resesi.

    “Gagasan bahwa Federal Reserve akan melonggarkan kebijakan empat kali tahun ini, saya tidak melihat peluang itu,” ujarnya.

    “Saya jauh lebih khawatir bahwa kita dapat mengalami inflasi tinggi yang akan menaikkan suku bunga jauh lebih tinggi daripada saat ini,” jelasnya.

    Menurut alat CME FedWatch, penetapan harga di pasar berjangka dana federal saat ini menunjukan banyak pihak memperkirakan bank sentral akan menurunkan suku bunga acuannya setidaknya 1 poin persentase pada akhir tahun. Ini dapat berupa empat kali pemotongan sebesar 0,25 poin persentase.

    (sef/sef)

  • Geger Warga China Berperang untuk Rusia di Ukraina

    Geger Warga China Berperang untuk Rusia di Ukraina

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa pasukannya telah menangkap dua warga negara China yang bertempur bersama pasukan Rusia. Ia menambahkan bahwa Kyiv akan menuntut penjelasan dari Beijing dan reaksi dari sekutu terkait hal tersebut.

    “Militer kami menangkap dua warga negara China yang bertempur di tentara Rusia,” ujarnya dikutip AFP, Selasa (8/4/2025).

    “Ini terjadi di wilayah Ukraina, di wilayah Donetsk,” kata Zelensky dalam sebuah unggahan di media sosial.

    “Kami memiliki dokumen para tahanan ini, kartu bank, dan data pribadi,” tambahnya lagi menunjukkan sebuah unggahan di media sosial yang menyertakan video salah satu tahanan China yang diduga.

    China sebenarnya menampilkan dirinya sebagai pihak yang netral dalam konflik tersebut. Beijing sudah mengatakan bahwa mereka tidak mengirimkan bantuan yang mematikan kepada kedua belah pihak, tidak seperti Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat lainnya.

    Namun, China merupakan sekutu dekat Rusia dalam hal politik dan ekonomi. Negara-negara anggota NATO telah mencap Beijing sebagai “pendukung yang menentukan” invasi Moskow, karena tidak pernah mengutuk serangan itu.

    Kyiv sendiri telah berulang kali mendesak Beijing untuk menekan Moskow agar mengakhiri invasinya yang telah menelan puluhan ribu korban jiwa. Namun sejauh ini, tindakan itu masih gagal.

    “Kyiv memiliki bukti bahwa “lebih banyak warga negara China yang bertempur bersama pasukan Rusia,” tambah Zelensky.

    “Saya telah menginstruksikan menteri luar negeri Ukraina untuk segera menghubungi Beijing dan mencari tahu bagaimana China akan menanggapi hal ini,” ujarnya.

    Pemimpin Ukraina itu pun mengatakan penangkapan kedua pria itu dan keterlibatan Moskow dengan Tiongkok dalam invasi itu merupakan sinyal yang jelas bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin akan melakukan apa pun kecuali mengakhiri perang. Zelensky menuntut reaksi dari Amerika Serikat (AS), Eropa, dan semua orang di dunia yang menginginkan perdamaian di negerinya.

    Sebelumnya Ukraina telah mendesak mitra-mitra Baratnya untuk menanggapi pengerahan ribuan tentara Korea Utara (Korut) oleh Rusia ke wilayah barat Kursk. Area ini menjadi tempat Kyiv berjuang untuk mempertahankan wilayah setelah melancarkan serangan di sana pada bulan Agustus tahun lalu.

    (sef/sef)

  • Sebut Trump Langgar Hukum, TikTok Mau Diblokir Lagi

    Sebut Trump Langgar Hukum, TikTok Mau Diblokir Lagi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Keputusan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memperpanjang waktu penjualan Tiktok berbuntut panjang. Trump disebut telah melanggar hukum.

    Dalam aturan AS, Bytedance harus menjual TikTok. Bytedance diberikan target waktu hingga Januari agar penjualan bisa terjadi atau Tiktok diblokir di AS.

    Trump yang dilantik sehari setelah batas waktu pertama memilih memperpanjang waktu hingga 5 April 2025 lalu. Namun kemudian kembali memperpanjang hingga 75 hari.

    Menurut Trump, telah ada kesepakatan untuk menyelamatkan Tiktok. Namun butuh waktu untuk memastikan semuanya berjalan.

    Namun keputusan itu, Senator Mark Warner menilai telah melanggar hukum. Dia juga menyebut kesepakatan yang ada kemungkinan juga tidak akan memenuhi persyaratan menghilangkan Bytedance dari operasional Tiktok di AS.

    “Kesepakatan akan mempertahankan peranan Bytedance dengan tidak hanya mempertahankan saham ekuitas yang signifikan pada entitas yang dilepas, namun juga peran aktif pada pengembangan dan pemeliharaan teknologi,” kata Warner dikutip dari Reuters, Selasa (8/4/2025).

    Warner menegaskan kesepakatan penjualan harus memisahkan operasional Tiktok di AS. Aplikasi itu harus memiliki perusahaan baru di AS dengan operasional dilakukan oleh investor negara tersebut.

    “Setiap divestasi yang memenuhi syarat memastikan adanya pemutusan operasional dari Bytedance dan Tiktok AS, khususnya mencegah salah satu perusahaan mengembangkan, memengaruhi atau mengakses data pribadi atau kode sumber,” jelasnya.

    Namun penjualan tersebut mendapatkan tantangan terbesar dari pemerintah China. Beijing belum terbuka mendukung penjualan Tiktok dan mendukung kebijakan itu.

    (dem/dem)

  • Rupiah melemah dipicu kepastian rencana penerapan tarif resiprokal AS

    Rupiah melemah dipicu kepastian rencana penerapan tarif resiprokal AS

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Rupiah melemah dipicu kepastian rencana penerapan tarif resiprokal AS
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Senin, 07 April 2025 – 17:58 WIB

    Elshinta.com – Analis Doo Financial Futures Lukman Leong menilai pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah dipicu pernyataan Menteri Perdagangan (Mendag) Amerika Serikat (AS) Howard Lutnick yang memastikan penerapan tarif resiprokal AS tidak akan ditunda.

    Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini di Jakarta melemah sebesar 169 poin atau 1,01 persen menjadi Rp16.822 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.653 per dolar AS.

    “Rupiah tertekan oleh sentimen risk off yang masih sangat kuat dan berlanjut di pasar ekuitas dan mata-mata uang emerging yang masih melemah cukup besar pagi ini. Sentimen risk off dipicu oleh pernyataan Mendag AS yang memastikan tarif tidak akan ditunda,” ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Senin.

    Seperti diketahui, Presiden AS Donald Trump mengumumkan kenaikan tarif sedikitnya 10 persen ke banyak negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia, terhadap barang-barang yang masuk ke negara tersebut. 

    Pemerintah AS menerapkan tarif impor baru yang terdiri dari tarif timbal balik yang berlaku 5 April dan tarif universal untuk barang masuk pada 9 April 2025.

    Indonesia berada di urutan ke delapan di daftar negara-negara yang terkena kenaikan tarif AS, dengan besaran 32 persen. Sekitar 60 negara bakal dikenai tarif timbal balik separuh dari tarif yang mereka berlakukan terhadap AS.

    Berdasarkan daftar tersebut, Indonesia bukan negara satu-satunya di kawasan Asia Tenggara yang menjadi korban dagang AS. 

    Ada pula Malaysia, Kamboja, Vietnam serta Thailand dengan masing-masing kenaikan tarif 24 persen, 49 persen, 46 persen, dan 36 persen.

    Presiden AS mengatakan bahwa tarif timbal balik itu bertujuan untuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja di dalam negeri.

    Ia dan para pejabat pemerintahannya berpendapat bahwa AS telah “dirugikan” oleh banyak negara akibat praktik perdagangan yang dianggap tidak adil.

    “Trump juga hanya mau kesepakatan dengan China apabila defisit bisa diselesaikan,” kata Lukman.

    Secara keseluruhan, tarif pemerintah Amerika terhadap barang impor dari China mencapai 54 persen. Sebagai tanggapan, Dewan Negara China mengumumkan pemberlakuan tarif tambahan sebesar 34 persen untuk semua barang dari AS. Keputusan tersebut mulai berlaku pada 10 April.

    Sebelumnya, Trump sudah mengenakan tarif tambahan 25 persen untuk mobil yang diproduksi di luar AS mulai 3 April 2025 dan tarif 25 persen pada seluruh impor baja beserta aluminium.

    Pemerintahan Trump pun telah mengenakan bea tambahan impor sebesar 20 persen terhadap barang-barang asal China. Adapun China pada Februari hingga Maret sudah mengumumkan tarif 15 persen untuk impor batu bara dan produk gas alam cair dari AS. 

    Masih ada juga tarif 10 persen untuk minyak mentah, mesin pertanian, dan mobil bermesin besar.

    Selanjutnya, Beijing menetapkan tarif tambahan hingga 15 persen untuk impor produk pertanian utama AS, termasuk ayam, babi, kedelai, dan daging sapi.

    China tercatat eksportir terbesar kedua AS setelah Meksiko dan pasar ekspor terbesar ketiga AS setelah Kanada dan Meksiko.

    China tercatat mengekspor 426,9 miliar dolar AS ke AS berupa ponsel pintar, furnitur, mainan dan produk lainnya, tetapi juga membeli produk-produk AS seperti semikonduktor, bahan bakar fosil, barang pertanian dan barang lain senilai 147,8 miliar dolar AS.

    “Tekanan pada rupiah masih akan berkelanjutan selama perang dagang masih mengancam. BI (Bank Indonesia) diperkirakan akan terus mengintervensi menjaga rupiah di bawah atau tidak jauh dari Rp17 ribu. Tanpa intervensi, Rp17 ribu tidak akan bisa dipertahankan,” ucap Lukman.

    Sumber : Antara

  • China Tuduh AS Lakukan Pemerasan Ekonomi

    China Tuduh AS Lakukan Pemerasan Ekonomi

    PIKIRAN RAKYAT – Beijing kembali menyuarakan sikap tegasnya terhadap kebijakan tarif yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Pemerintah China menyatakan tidak akan mundur dalam menghadapi tekanan dari Washington, menyusul ancaman tarif tambahan sebesar 50% yang akan diterapkan AS apabila China tidak mencabut bea masuk 34% terhadap produk impor asal Amerika.

    Pernyataan keras ini disampaikan oleh Kementerian Keuangan China usai pemerintah AS secara resmi memberlakukan tarif baru pada pekan lalu. Langkah Trump ini memicu eskalasi terbaru dalam perang dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia, menimbulkan kekhawatiran global akan dampaknya terhadap stabilitas ekonomi internasional.

    Dalam tanggapan resminya, pihak China menyebut tindakan AS sebagai bentuk “pemerasan ekonomi” dan menegaskan bahwa negara tersebut tidak akan tunduk terhadap tekanan sepihak. Seorang juru bicara industri perdagangan China bahkan menyebut keputusan AS menaikkan tarif sebagai kesalahan fatal yang mencerminkan sikap hegemonik.

    “Jika Amerika Serikat tetap bersikukuh dengan pendekatan seperti ini, maka China akan melawan hingga akhir,” ucapnya.

    Ia menambahkan bahwa pemerintah China siap mengambil tindakan balasan yang tegas demi menjaga kepentingan nasional dan martabat ekonomi negaranya.

    Trump, melalui platform media sosialnya Truth Social, sebelumnya memperingatkan bahwa segala bentuk pembalasan terhadap kebijakan tarif AS akan dibalas dengan tarif tambahan yang lebih tinggi lagi.

    Jika ancaman ini direalisasikan, maka total tarif terhadap sejumlah barang impor dari China bisa mencapai 104%, memberi tekanan besar terhadap perusahaan-perusahaan Amerika yang bergantung pada rantai pasokan dari Negeri Tirai Bambu.

    Sementara itu, juru bicara Kedutaan Besar China di Washington, Liu Pengyu, menanggapi dengan kritik tajam terhadap langkah AS. Ia menyebut kebijakan tarif sebagai bentuk unilateralisme, proteksionisme, dan intimidasi ekonomi yang bertentangan dengan prinsip perdagangan internasional.

    Meski demikian, China tetap membuka peluang untuk dialog. Dalam pernyataan terpisah pada hari Selasa, 8 April 2025 Kementerian Perdagangan China menyatakan bahwa pihaknya tidak menginginkan perang dagang dan menegaskan kembali pentingnya dialog sebagai jalan penyelesaian.

    “Tidak ada pemenang dalam perang dagang,” kata perwakilan kementerian tersebut dengan tegas.

    Ketegangan ini berdampak langsung pada pasar global. Indeks saham berjangka AS mencatat penurunan tajam, sementara bursa saham London, FTSE 100, merosot lebih dari 300 poin sejak perdagangan dibuka pada Jumat lalu, mencerminkan kecemasan investor terhadap ketidakpastian ekonomi global yang terus membayangi.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Wapres AS Bikin Berang China Soal Komentar ‘Rakyat Jelata’

    Wapres AS Bikin Berang China Soal Komentar ‘Rakyat Jelata’

    Beijing

    Otoritas China mengecam Wakil Presiden (Wapres) Amerika Serikat (AS) JD Vance terkait komentarnya yang mengatakan Washington meminjam uang dari “rakyat jelata China” saat membahas penerapan tarif. Beijing secara terang-terangan menyebut Vance sebagai “bodoh dan tidak sopan”.

    “Posisi China terkait hubungan ekonomi dan perdagangan China-AS telah diperjelas,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, seperti dilansir AFP, Selasa (8/4/2025).

    “Sungguh mengejutkan dan menyedihkan untuk mendengar kata-kata bodoh dan tidak sopan seperti itu dari Wakil Presiden ini,” tegas Lin merujuk pada Vance.

    Presiden AS Donald Trump telah menjungkirbalikkan perekonomian dunia dengan penerapan tarif secara besar-besaran, yang meningkatkan momok resesi internasional, namun mengesampingkan segala bentuk jeda dalam kebijakan perdagangannya yang agresif meskipun terjadi aksi jual pasar yang dramatis.

    Komentar Vance yang dikecam China itu disampaikan dalam wawancara dengan Fox News pada Kamis (3/4) lalu, ketika dia membela penerapan tarif oleh AS sebagai penangkal bagi “ekonomi globalis”, yang disebutnya tidak berhasil bagi rakyat biasa di Amerika.

    “Kita meminjam uang dari rakyat jelata China untuk membeli barang-barang yang diproduksi rakyat jelata China tersebut,” ucap Vance dalam wawancara itu.

    “Itu bukan resep untuk kemakmuran ekonomi. Itu bukan resep untuk harga yang rendah, dan itu bukan resep untuk lapangan pekerjaan yang baik di Amerika Serikat,” sebutnya.

    Trump meyakini penerapan tarif akan menghidupkan kembali basis manufaktur AS yang hilang, dengan memaksa perusahaan-perusahaan asing untuk relokasi ke wilayah AS, daripada memproduksi barang di luar negeri.

    Namun sebagian besar ekonom mempertanyakan klaim itu dan menyebut tarif Trump diterapkan secara sewenang-wenang.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Badai PHK Menggila, Raksasa AS Angkat Kaki dari China

    Badai PHK Menggila, Raksasa AS Angkat Kaki dari China

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perusahaan patungan Microsoft, Wicresoft, akan menghentikan operasinya di China pada Selasa (8/4) waktu setempat, menurut laporan media China Caijing yang mengutip sumber internal. Langkah ini diperkirakan akan berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 2.000 karyawan.

    Keputusan tersebut sejalan dengan langkah Microsoft yang menghentikan layanan purnajual (after-sales support) yang selama ini dialihdayakan ke Wicresoft di China.

    Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana raksasa teknologi asal Amerika Serikat tersebut akan melayani pengguna produk Windows dan Office yang berbasis di China, demikian dikutip dari Reuters, Selasa (8/4/2025).

    Dalam laporannya, Caijing menyebut bahwa penutupan ini akan berdampak pada tim outsourcing Microsoft di China yang terdiri dari sekitar 2.000 orang.

    Pihak Wicresoft belum memberikan komentar resmi terkait kabar tersebut.

    Langkah ini menambah daftar panjang tantangan yang dihadapi Microsoft di China di tengah meningkatnya ketegangan politik dan perdagangan antara Washington dan Beijing. Selain itu, terjadi persaingan ketat dengan perusahaan lokal seperti Kingsoft.

    Shanghai Wicresoft Co. Ltd. didirikan pada tahun 2002 sebagai perusahaan patungan pertama Microsoft di Tiongkok, dan kini memiliki operasi di Amerika Serikat, Eropa, serta Jepang, dengan jumlah karyawan global lebih dari 10.000 orang.

    Sebelumnya, pada awal tahun ini, Microsoft juga telah menutup laboratorium di Shanghai yang fokus pada pengembangan teknologi Internet of Things (IoT) dan kecerdasan buatan (AI), menurut laporan South China Morning Post.

    Sebuah tangkapan layar dari email internal yang beredar di media sosial China turut memperkuat kabar penutupan operasi tersebut. Namun, juru bicara Microsoft membantah bahwa perusahaan menutup operasinya di China, dan menyebut bahwa yang dimaksud adalah Wicresoft, sesuai dengan penjelasan dari Caijing.

    (fab/fab)

  • Perang Dagang AS-China: Tiongkok Balas Ancaman Tarif Baru Trump, Bersumpah Melawan ‘Habis-habisan’ – Halaman all

    Perang Dagang AS-China: Tiongkok Balas Ancaman Tarif Baru Trump, Bersumpah Melawan ‘Habis-habisan’ – Halaman all

    Sengit Perang Dagang AS-China: Tiongkok Balas Ancaman Tarif Baru Trump, Bersumpah Melawan ‘Habis-habisan’ 
     
    TRIBUNNEWS.COM – Beberapa jam setelah Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif tambahan sebesar 50 persen terhadap Tiongkok, Beijing berjanji akan membalas, dalam perang dagang balasan dengan Presiden AS,

    China bahkan bersumpah untuk melawan kebijakan tarif Trump “sampai akhir”.

    “Ancaman AS untuk menaikkan tarif terhadap China adalah kesalahan yang sangat fatal, yang sekali lagi menunjukkan sifat pemerasan AS,” kata Kementerian Perdagangan China pada Selasa (8/4/2025), The National melaporkan.

    “Jika AS bersikeras dengan caranya sendiri, China akan berjuang sampai akhir,” tambah pernyataan tersebut.

    Kementerian China tersebut juga mengingatkan kalau, “tidak ada pemenang dalam perang dagang”.

    Dilaporkan, pasar saham AS bervariasi selama sesi perdagangan yang bergejolak pada Senin (7/4/2025).

    Gejolak terjadi lantaran Trump mengancam akan mengenakan tarif baru sebesar 50 persen terhadap China, meskipun ada kekhawatiran bahwa agenda perdagangannya akan menghasilkan kemerosotan ekonomi .

    “Jika Tiongkok tidak menarik kenaikan tarif sebesar 34 persen di atas pelanggaran perdagangan jangka panjang yang telah mereka lakukan paling lambat besok (hari ini), 8 April 2025, Amerika Serikat akan mengenakan tarif tambahan sebesar 50 persen kepada Tiongkok, yang akan berlaku mulai 9 April,” tulis Trump di media sosial.

    Trump mengenakan bea masuk 34 persen lagi atas impor dari Tiongkok minggu lalu – yang akan mulai berlaku pada hari Rabu – sebagai bagian dari pengumuman tarif yang lebih luas yang mencakup pungutan universal sebesar 10 persen untuk semua negara, plus hukuman yang lebih berat untuk puluhan negara. 

    Ia juga telah mengenakan pungutan terpisah sebesar 20 persen untuk Tiongkok terkait perdagangan gelap fentanil.

    Pasar saham Dow Jones Industrial Average turun 349,26 poin, atau 0,91 persen, setelah turun lebih dari 1.700 poin pada awal hari. 

    Sedangkan pasar saham S&P 500 ditutup 0,23 persen lebih rendah setelah sempat memasuki wilayah pasar yang lesu, sementara Nasdaq Composite naik 0,10 persen. 

    Adapun Russell 2000 yang berkapitalisasi kecil turun 0,92 persen.

     Saham sempat melonjak selama perdagangan pagi karena muncul laporan palsu kalau Trump sedang mempertimbangkan untuk menghentikan tarif selama 90 hari.

    Laporan The National menyebut, imbal hasil pada Treasury 10-tahun naik sekitar 21 basis poin menjadi 4,21 persen, sementara harga emas turun 1,19 persen menjadi $2.999,10 per ons.

    Ancaman Resesi dan Inflasi Global

    Pasar global telah jatuh bebas sejak Trump mengumumkan tarif minggu lalu.

    Tarif universalnya mulai berlaku Rabu lalu, sementara tarif “balasan” yang lebih tinggi akan mulai berlaku pada Rabu minggu ini.

    Hal tersebut telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor akan terjadinya resesi dan melemahnya investasi bisnis, namun Trump yang tidak menyesali perbuatannya membela penerapan tarif tersebut, dengan mengatakan “kadang-kadang Anda harus minum obat untuk memperbaiki sesuatu”.

    Kepala eksekutif JP Morgan Chase, Jamie Dimon, memperingatkan tekanan inflasi yang diperkirakan akan disebabkan oleh tarif tersebut.

    “Apakah daftar tarif tersebut menyebabkan resesi atau tidak masih menjadi pertanyaan, tetapi (yang jelas) hal itu akan memperlambat pertumbuhan,” tulisnya dalam surat tahunannya kepada para pemegang saham.

    Perusahaan perbankan investasi dan sekuritas terkemuka di dunia, Goldman Sachs menaikkan kemungkinan resesi dari 35 persen menjadi 45 persen pada Minggu malam.

    Analis mengatakan, “kami berharap dapat mengubah perkiraan kami menjadi resesi” jika sebagian besar tarif 9 April benar-benar berlaku.

    Sementara itu, indeks FTSE 100 Inggris anjlok 4,38 persen, dalam aksi jual yang dimulai segera setelah pasar dibuka pada hari Senin. Indeks Dax Jerman turun 4,13 persen dan indeks CAC 40 Prancis turun 4,78 persen.

    Indeks Stoxx Europe 600 ditutup 4,5 persen lebih rendah, memperpanjang kerugian setelah penurunan mingguan terbesar sejak Maret 2020.

    Semua 20 sektor di Stoxx 600 turun, dengan saham bank, energi, dan asuransi di antara yang mengalami penurunan terbesar.

    “Kerugian global merupakan “peringatan” yang menunjukkan bahwa “hanya akan ada yang kalah” di akhir perang dagang,” kata juru bicara utama pemerintah Jerman Steffen Hebestreit pada hari Senin.

    “Kita sekarang harus bertindak cerdas dan bertindak jelas untuk menghindari … meningkatnya perang dagang,” katanya.

    Menteri Ekonomi Spanyol Carlos Cuerpo mengatakan UE harus terbuka terhadap segala bentuk pembalasan.

    “Kami memiliki perangkat yang tepat, perangkat yang diperlukan untuk menanggapi, jadi tidak satu pun dari perangkat tersebut yang harus diabaikan saat ini,” katanya kepada Bloomberg. 

    “Kami terbuka untuk negosiasi, kami terbuka untuk perdagangan, tetapi kami tidak akan naif.”

    Dalam catatan penelitian terbaru, sekelompok analis Deutsche Bank mengatakan investor memperkirakan “semakin besar kemungkinan terjadinya resesi di AS”.

    Saham pertahanan, salah satu kelompok industri dengan kinerja terbaik tahun ini, memimpin penurunan di Eropa karena investor mengumpulkan uang dengan menjual saham-saham unggulan.

    Rheinmetall turun 10 persen dan Hensoldt turun 12 persen.

     

    (oln/blmbrg/tn/*)

  • Petaka Tarif Trump, 7 Raksasa Teknologi Tumbang Seketika

    Petaka Tarif Trump, 7 Raksasa Teknologi Tumbang Seketika

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kebijakan tarif resiprokal baru yang diumumkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berdampak besar pada sektor teknologi. Setidaknya saham tujuh perusahaan anjlok dan menghapus US$2 triliun (Rp 33.700 triliun) dari nilai gabungannya.

    Reuters melaporkan saham Tesla dibuka ambles 7% menjadi US$223 (Rp 3,7 juta). Ini menjadi penurunan paling besar di antara 7 raksasa teknologi yang dijuluki ‘The Magnificent 7’.

    Saham Apple merosot 4,8%. Sementara perusahaan lainnya, Alphabet (induk perusahaan Google), Microsoft, Amazon, Meta (induk Instagram, Facebook, dan WhatsApp) serta Nvidia menurun antara 1,5% hingga 4,8%.

    Hal ini terjadi karena investor khawatir adanya dampak perang tarif global dari kebijakan Trump. Analis Dan Ives mengatakan akan adanya ‘bencana ekonomi tarif’.

    Ives menjelaskan Apple memiliki dampak paling besar dari kebijakan ini. Khususnya karena sebagian besar iPhone dirakit di China.

    Saat masa jabatan pertama Trump, Apple mendapatkan pengecualian kebijakan tarif AS pada China. Namun para analis ragu perusahaan akan mendapatkan hal serupa.

    Dampaknya akan terasa pada harga iPhone. Misalnya akan sulit memproduksi harga awal model Pro dengan nilai US$1.000 untuk memproduksi smartphone di AS.

    “Menurut kamu, konsep iPhone di AS tidak mungkin dilakukan dengan US$1.000. Harga akan naik drastis membuat sulit dipahami,” ucap Ives.

    Dukungan Elon Musk, CEO Tesla, pada Trump dan politik sayap kanan Eropa juga menjadi tantangan sendiri bagi perusahaan mobil listrik. Karena menurut Ives, menimbulkan krisis merek bagi Tesla.

    Kebijakan AS memang langsung memunculkan banyak masalah. Termasuk aksi balas dendam yang dilakukan China setelah dikenakan tarif impor 34%.

    Tak butuh waktu lama, China mengumumkan membebankan tarif serupa untuk barang yan berasal dari AS. Trump kemudian mengancam akan mengenakan tarif tambahan hingga 50% jika Beijing tak mencabut aturannya.

    (fab/fab)

  • China Siap Berjuang Sampai Akhir Lawan Ancaman Tarif Tambahan 50% dari Trump – Page 3

    China Siap Berjuang Sampai Akhir Lawan Ancaman Tarif Tambahan 50% dari Trump – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Kementerian Perdagangan China mengatakan dengan tegas menentang ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. China berjanji untuk mengambil tindakan balasan guna melindungi hak dan kepentingannya sendiri.

    Komentar China ini muncul setelah Trump mengatakan akan mengenakan bea tambahan 50% pada impor AS dari China pada hari Rabu, jika Beijing tidak mencabut tarif 34% yang dikenakannya pada produk AS pada minggu lalu.

    “Ancaman Amerika Serikat (AS) untuk menaikkan tarif pada China adalah kesalahan di atas kesalahan,” tulis Kementerian Perdagangan China dalam keterangannya, dikutip dari CNBC, Selasa (8/4/2025).

    “China tidak akan pernah menerimanya. Jika AS bersikeras dengan caranya sendiri, China akan berjuang sampai akhir.”

    Pada Jumat lalu, Kementerian Keuangan China mengumumkan tarif tambahan sebesar 34% untuk semua barang yang diimpor dari AS, mulai 10 April, sebagai balasan terhadap Trump yang mengenakan tarif baru sebesar 34% terhadap China.

    Tarif menyeluruh tersebut menyusul dua putaran tarif sebelumnya sebesar 10%-15%, yang sebagian besar menargetkan produk pertanian dan energi yang diimpor dari AS.

    Harapan Kesepakatan 

    Direktur Pelaksana Teneo Gabriel Wildau menjelaskan, cakupan tarif yang diperluas mencerminkan berkurangnya harapan para pemimpin China untuk kesepakatan perdagangan dengan AS. Tarif sebesar 34% yang diberlakukan Trump terhadap China merupakan tambahan dari tarif sebesar 20% yang diberlakukan sejak Februari lalu, sehingga total tarif baru tahun ini menjadi 54%.

    Morgan Stanley melihat, tarif tambahan tersebut telah menaikkan tarif rata-rata tertimbang AS terhadap Tiongkok hingga setinggi 65%, dan dapat merusak ekonomi China sebesar 1,5 hingga 2 poin persentase tahun ini.

    “Karena Tiongkok sudah menghadapi tarif lebih dari 60%, tidak masalah jika tarifnya naik 50% atau 500%,” kata Tianchen Xu, ekonom senior di Economist Intelligence Unit, yang mengisyaratkan Beijing siap menghadapi perang dagang dengan AS.

    “Tiongkok berada di pihak defensif, tetapi pada dasarnya kedua belah pihak saling menguji batas kemampuan masing-masing,” kata Xu.

    Saling Berbalas Terus

    Xu melanjutkan, karena risiko perang dagang AS-China yang intens meningkat, Beijing mungkin akan menggunakan tindakan pembalasan lebih lanjut, seperti menghentikan pembelian barang pertanian AS, menyamakan tarif AS, dan memperluas kontrol ekspor lebih lanjut pada logam dan mineral.

    Beijing telah memberlakukan pembatasan ekspor pada unsur tanah jarang utama, melarang ekspor barang-barang penggunaan ganda ke belasan entitas AS, memasukkan perusahaan-perusahaan AS ke dalam daftar entitas yang tidak dapat diandalkan, yang membuat mereka tunduk pada pembatasan yang lebih luas saat beroperasi di China.