kab/kota: Beijing

  • China Batasi Ekspor Tanah Jarang ke AS, Jet Tempur F-47 Terimbas

    China Batasi Ekspor Tanah Jarang ke AS, Jet Tempur F-47 Terimbas

    Beijing

    Tarif mencekik yang diberlakukan Amerika Serikat ke China, yakni 34% ditambah tarif sebelumnya, membuat China tak tinggal diam. Salah satunya, mereka kian membatasi ekspor mineral tanah jarang ke Negeri Paman Sam.

    Beijing mengekang ekspor mineral tambang, magnet permanen dan produk jadi lain. Sumber industri mengatakan langkah Beijing jadi perhatian beberapa produsen kedirgantaraan AS karena mereka bergantung pada sumber daya dari China untuk digunakan dalam industri avionik.

    Tindakan balasan China dilakukan hanya dua minggu setelah Trump mengumumkan Boeing mendapat kontrak mengembangkan jet tempur F-47 yang dirancang menggantikan F-22 Raptor dan jadi tulang punggung armada Angkatan Udara AS generasi berikutnya.

    China memproduksi sekitar 90% tanah jarang dunia, sekelompok 17 elemen yang digunakan industri pertahanan, kendaraan listrik, energi, dan elektronik. Sebagai pemasok utama tanah jarang AS, langkah China menunjukkan dominasinya atas penambangan dan pemrosesan mineral penting.

    China mengumumkan pembatasan ekspor pada mineral tambang dan magnet permanen serta produk jadi lainnya yang akan sulit digantikan. Menurut Congressional Research Service yang dikutip detikINET dari Newsweek, sekitar 5% penggunaan tanah jarang AS digunakan untuk aplikasi pertahanan.

    Jet tempur siluman F-35 buatan Lockheed Martin misalnya, menggunakan 920 pon tanah jarang per pesawat dalam sistem peperangan elektroniknya, radar penarget, dan motor listrik yang menggerakkan kemudi pesawat.

    Kementerian Perdagangan China mengatakan tujuh kategori tanah jarang sedang dan berat, termasuk samarium, gadolinium, terbium, disprosium, lutetium, skandium, dan barang-barang terkait yttrium akan dibatasi. Media pemerintah, Global Times, juga mengumumkan kontrol ekspor pada barang yang terkait dengan tungsten, telurium, bismut, molibdenum, dan indium.

    Yttrium sangat penting untuk pelapis mesin jet suhu tinggi, sistem radar frekuensi tinggi, dan laser presisi. Dipakai pula di lapisan penghalang termal pada bilah turbin untuk mencegah mesin pesawat tidak meleleh di tengah penerbangan

    Pesawat siluman seperti F-47 bergantung pada elemen tanah jarang seperti neodymium, praseodymium, dysprosium, dan terbium untuk magnet dan sistem radar kinerja tinggi. Juga dibutuhkan logam seperti titanium, tungsten, dan niobium untuk kekuatan struktural, ketahanan panas, dan fitur siluman.

    (fyk/afr)

  • Dituduh Ukraina Bantu Pasukan Rusia, China Ogah Disamakan dengan AS yang Kirim Bantuan Militer – Halaman all

    Dituduh Ukraina Bantu Pasukan Rusia, China Ogah Disamakan dengan AS yang Kirim Bantuan Militer – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – China ogah disamakan dengan Amerika Serikat (AS) dan sekutu Barat setelah dituduh mengirim pasukan ke Rusia untuk berperang melawan Ukraina.

    Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengklaim pihaknya telah menangkap dua warga negara China yang berperang untuk Rusia.

    “Militer kami menangkap dua warga negara Tiongkok yang sedang bertempur di tentara Rusia,” kata Zelensky melalui akun Telegramnya, Zelenskiy / Official, Selasa (8/4/2025).

    Menanggapi pernyataan Zelensky, Kementerian Luar Negeri China mendesak warganya untuk menghindari zona konflik dan menahan diri dari berpartisipasi dalam perang.

    “Pihak Tiongkok sedang memverifikasi informasi yang relevan dengan pihak Ukraina,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Lin Jian, dikutip dari AFP.

    “Pemerintah Tiongkok selalu meminta warganya untuk menjauh dari wilayah konflik bersenjata (dan) menghindari keterlibatan dalam konflik bersenjata dalam bentuk apa pun,” lanjutnya.

    Lin Jian menegaskan bahwa posisi China terkait krisis di Ukraina sudah sangat jelas dan tegas.

    Ukraina, kata Lin Jian, harus memandang dengan benar upaya dan peran konstruktif China dalam mendorong penyelesaian konflik.

    Beijing menegaskan bahwa mereka adalah pihak netral dalam konflik tersebut dan menyangkal mengirim bantuan mematikan ke kedua pihak.

    Bahkan, China enggan disamakan dengan AS dan sekutu Baratnya yang sering mengirimkan senjata mematikan kepada pihak-pihak yang berseteru.

    Zelensky Buat Tuduhan Baru

    Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengklaim bahwa Kyiv memiliki rincian setidaknya 155 warga negara China yang dikerahkan ke garis depan oleh tentara Rusia.

    Zelensky menambahkan bahwa Beijing tahu Rusia sedang merekrut warganya untuk berperang di Ukraina.

    Klaim tersebut muncul beberapa jam setelah Beijing menolak gagasan bahwa warga negara China telah direkrut dalam jumlah besar untuk berperang dengan Rusia.

    “Masalah ‘China’ serius. Ada 155 orang dengan nama dan rincian paspor yang berperang melawan Ukraina di wilayah Ukraina,” kata Zelensky kepada wartawan di Kyiv, dikutip dari France24.

    Sebuah dokumen yang dibagikan oleh seorang pejabat senior Ukraina berisi dugaan nama dan rincian paspor dari 168 warga negara China yang menurut Kyiv telah direkrut oleh tentara Rusia, menurut intelijennya.

    Zelensky mengatakan ia yakin ada “lebih banyak lagi” dan informasi lebih lanjut sedang dikumpulkan.

    “Jelas bagaimana mereka merekrut orang-orang Rusia. Salah satu skemanya adalah melalui media sosial, khususnya TikTok dan jejaring sosial Tiongkok lainnya, tempat orang-orang Rusia mendistribusikan iklan,” kata Zelensky.

    Presiden Ukraina mengatakan Rusia berusaha “menyeret” China ke dalam perang di Ukraina, seraya mencatat bahwa Moskow telah memperluas konflik dengan merekrut pasukan Korea Utara untuk berperang di pihaknya.

    “Ini adalah kesalahan kedua Rusia. Yang pertama adalah Korea Utara. Mereka menyeret negara lain ke dalam perang.”

    “Saya yakin mereka sekarang menyeret China ke dalam perang ini,” kata Zelensky.

    Ia menambahkan bahwa Ukraina siap menukar dua tawanan perang China dengan tentara Ukraina yang ditangkap.

    (*)

  • Tarif Trump Mulai Berlaku Hari Ini, Uni Eropa-China Balik Melawan

    Tarif Trump Mulai Berlaku Hari Ini, Uni Eropa-China Balik Melawan

    JAKARTA – Tarif timbal balik Presiden AS Donald Trump terhadap puluhan negara mulai berlaku pada Rabu, termasuk bea masuk besar-besaran sebesar 104% terhadap barang-barang China.

    Uni Eropa kini mempersiapkan tindakan balasan, yang meningkatkan perang dagang global.

    Tarif yang diputuskan Trump telah mengguncang tatanan perdagangan global yang telah berlangsung selama puluhan tahun, meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya resesi, dan menghapus triliunan dolar dari nilai pasar perusahaan-perusahaan besar.

    Diulas Reuters, Rabu, 9 April, sejak Trump mengumumkan tarifnya pekan lalu, S&P 500  mengalami kerugian terdalam sejak patokan tersebut dibuat pada tahun 1950-an.

    Sekarang, indeks tersebut mendekati pasar yang melemah, yang didefinisikan sebagai 20% di bawah titik tertinggi terbarunya. Obligasi pemerintah AS juga terjebak dalam gejolak pasar dan memperpanjang kerugian besar pada hari Rabu sebagai tanda investor menjual bahkan aset teraman mereka dan dolar, yang merupakan tempat berlindung yang aman secara tradisional, melemah terhadap mata uang utama lainnya.

    Saham Eropa jatuh dan saham berjangka AS menunjukkan lebih banyak tekanan ke depannya, menyusul sesi yang suram bagi sebagian besar Asia. Namun, saham Tiongkok melawan tren tersebut, karena dukungan negara menopang pasar yang sedang sakit.

    EROPA MELAWAN

    Negara-negara Uni Eropa diperkirakan akan menyetujui tindakan balasan pertama blok tersebut terhadap tarif Trump pada Rabu, bergabung dengan China dan Kanada dalam tindakan balasan.

    Komisi Eropa, yang mengoordinasikan kebijakan perdagangan UE, telah mengusulkan bea masuk tambahan, sebagian besar sebesar 25%, pada berbagai impor AS mulai dari sepeda motor, unggas, buah, kayu, dan pakaian hingga benang gigi, menurut dokumen yang dilihat oleh Reuters.

    Bea masuk akan mulai berlaku secara bertahap – pada tanggal 15 April, 16 Mei, dan 1 Desember.

    Tarif tersebut diperkirakan akan menyebabkan pukulan yang lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi zona euro daripada yang awalnya diperkirakan oleh Bank Sentral Eropa, meskipun inflasi mungkin juga lebih rendah dalam jangka pendek,

    empat sumber mengatakan kepada Reuters.

    ECB siap untuk memastikan pembiayaan yang sehat bagi ekonomi zona euro dan stabilitas keuangan, kata pembuat kebijakan ECB Prancis Francois Villeroy de Galhau.

    CHINA TOLAK NEGOSIASI

    Para pemimpin tinggi China juga berencana untuk bertemu secepatnya pada Rabu untuk menyusun langkah-langkah guna meningkatkan ekonomi dan menstabilkan pasar modal.

    Trump hampir menggandakan bea masuk atas impor China, yang telah ditetapkan sebesar 54% minggu lalu, sebagai respoons atas tarif balasan dari Beijing, yang telah dijanjikan akan dilawan oleh China.

    “AS terus menyalahgunakan tarif untuk menekan China, China dengan tegas menentang ini dan tidak akan pernah menerima perundungan semacam ini,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers.

    Mata uang China telah menghadapi tekanan penurunan yang besar, dengan yuan lepas pantai pada rekor terendah, karena tarif tersebut.

    Tetapi sumber mengatakan kepada Reuters, bank sentral meminta bank-bank besar milik negara untuk mengurangi pembelian dolar AS dan tidak akan membiarkan penurunan tajam yuan.

    Bank-bank sentral di Selandia Baru dan India memangkas suku bunga pada Rabu dalam apa yang dapat menjadi pertanda langkah yang lebih luas oleh para pembuat kebijakan untuk mencoba meredam pukulan tarif terhadap ekonomi mereka.

    Tugas tersebut merupakan argumen lain untuk memangkas suku bunga di Polandia, kata bankir sentral Ludwik Kotecki.

  • Rusia Seret China ke Dalam Perang Ukraina

    Rusia Seret China ke Dalam Perang Ukraina

    Jakarta

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Rusia menyeret China ke dalam perang dengan Ukraina. Dia menuduh Moskow telah merekrut lebih dari 150 warga negara China untuk berperang terhadap tentaranya.

    “Ini adalah kesalahan kedua Rusia. Yang pertama adalah Korea Utara. Mereka menyeret negara lain ke dalam perang. Saya yakin bahwa mereka sekarang menyeret China ke dalam perang ini,” kata Zelensky kepada wartawan di Kyiv seperti dilansir AFP, Kamis (10/4/2025).

    Zelensky menyebut pihaknya memiliki rincian lebih dari 150 warga negara China yang telah dikerahkan ke garis depan. Hal itu disampaikan sehari setelah mengklaim tentara Ukraina telah menangkap dua warga negara China yang bertempur di wilayah Donetsk timur.

    Dia menambahkan Ukraina siap menukar dua tahanan perang China dengan tentara Ukraina yang ditangkap.

    Kritik baru terhadap Rusia dan China muncul beberapa jam setelah Beijing menolak gagasan bahwa warga negaranya telah direkrut dalam jumlah besar untuk berperang dengan Rusia, dan memperingatkan warga negara China untuk menghindari keterlibatan dalam konflik bersenjata.

    Menurut Kyiv, Korea Selatan, dan intelijen Barat, Pyongyang tahun lalu mengirim lebih dari 10.000 tentaranya untuk mendukung tentara Rusia setelah Ukraina melancarkan serangan lintas batas di wilayah Kursk barat.

    Sebuah dokumen yang dibagikan kepada AFP oleh seorang pejabat senior Ukraina berisi dugaan nama dan detail paspor dari 168 warga negara China yang menurut Kyiv telah direkrut oleh tentara Rusia, menurut intelijennya.

    Zelensky mengatakan dia yakin ada lebih banyak lagi dan bahwa informasi lebih lanjut sedang dikumpulkan.

    “Jelas bagaimana mereka merekrut mereka. Salah satu skemanya adalah melalui media sosial, khususnya TikTok dan jejaring sosial China lainnya, tempat orang Rusia mendistribusikan iklan,” kata Zelensky.

    “Beijing menyadari hal ini,” tambahnya.

    Zelensky juga mengatakan bahwa pasukan Ukraina telah melancarkan serangan terhadap wilayah Belgorod milik Rusia. Serangan itu untuk mencegah Moskow meningkatkan serangannya terhadap wilayah perbatasan Ukraina sendiri.

    “Langkah-langkah yang kami ambil ke arah Belgorod adalah tepat untuk mencegah Rusia melancarkan serangan baru, baik ke arah Kharkiv maupun Sumy,” kata Zelensky.

    (lir/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Ini bukti ekonomi Indonesia kuat dan tahan guncangan akibat aksi Trump

    Ini bukti ekonomi Indonesia kuat dan tahan guncangan akibat aksi Trump

    Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia di Jakarta, Selasa (8/4/2025) (ANTARA/Bayu Saputra)

    Ini bukti ekonomi Indonesia kuat dan tahan guncangan akibat aksi Trump
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Rabu, 09 April 2025 – 14:21 WIB

    Elshinta.com – Kebijakan tarif Amerika Serikat kembali menjadi pusat guncangan pasar global. Kali ini, kebijakan tersebut datang dari pemerintahan Trump yang baru kembali berkuasa. 

    Dalam langkah agresifnya, AS menaikkan tarif impor terhadap produk-produk utama dari Tiongkok, memicu aksi balasan dari Beijing. 

    Efek domino langsung terasa di pasar keuangan global: investor global buru-buru melepas aset berisiko dan memindahkan portofolionya ke safe haven assets seperti dolar AS, emas, dan obligasi negara maju.

    Namun di tengah kepanikan ini, Indonesia justru menunjukkan ketahanan yang relatif baik dibandingkan banyak negara lain.

    Rupiah Stabil, Meski Tertekan

    Dari sisi nilai tukar, data Bloomberg yang diolah Kemenkeu menunjukkan rupiah hanya melemah 0,8% terhadap dolar AS dalam periode 2 hingga 8 April 2025. Ini tergolong stabil jika dibandingkan dengan negara lain seperti Brasil (-4,5%), Meksiko (-2,2%), atau bahkan Euro dan Yen yang masing-masing turun lebih dari 1%.

    Ini menunjukkan bahwa pasar valuta asing tidak terlalu panik terhadap kondisi di Indonesia, bahkan ketika pengumuman kebijakan tarif itu bertepatan dengan masa libur Lebaran di dalam negeri.

    “Nilai tukar rupiah relatif stabil meski ada pelemahan, tetapi dibandingkan negara lain seperti Jepang, kita masih lebih baik,” klaim Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.

    IHSG Terkoreksi, Tapi Masih Dalam Kendali

    Meski begitu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi cukup tajam, yaitu -7,8% selama periode yang sama. Namun jika dilihat secara global, koreksi ini masih lebih baik dibandingkan Argentina (-14,0%), Vietnam (-13,8%), atau bahkan indeks Italia dan Jerman yang masing-masing turun lebih dari -10%.

    “Investor portfolio merespons negatif kebijakan RRT. Kita semuanya hari ini adalah hari pertama pembukaan bursa dan kita sudah melihat Indonesia tadi sesi yang kedua di bawah 8%,” sebut Sri Mulyani di Jakarta, Selasa (8/4/2025).

    Artinya, pasar saham Indonesia masih mampu menahan tekanan eksternal lebih baik dari banyak negara lain, bahkan negara-negara maju.

    Obligasi Masih Diincar Investor

    Yang paling mencolok adalah kinerja pasar obligasi pemerintah Indonesia, yang justru mencatat inflow. Imbal hasil obligasi naik 9 basis poin, mengindikasikan adanya permintaan yang tetap kuat dari investor, terutama saat negara lain seperti Jepang (-24 bps), Arab Saudi (-20 bps), dan bahkan AS (-2 bps) mengalami penurunan yield akibat lonjakan permintaan yang menandakan flight to safety.

    Ini menandakan bahwa Indonesia masih dianggap memiliki daya tarik di mata investor, bahkan di tengah gejolak kebijakan proteksionis AS.

    Kenapa Kebijakan Tarif AS Picu Kepanikan?

    Kebijakan tarif yang diumumkan Trump bertujuan melindungi industri domestik AS, khususnya manufaktur dan teknologi. Namun, langkah ini langsung dibalas oleh Tiongkok dengan menaikkan tarif impor barang-barang dari AS, memperuncing tensi dagang dua ekonomi terbesar dunia.

    Efek langsungnya adalah peningkatan ketidakpastian global, perlambatan perdagangan, dan potensi inflasi karena naiknya harga barang impor. Bagi pasar keuangan, ini adalah sinyal bahaya, terutama bagi negara berkembang yang selama ini bergantung pada ekspor dan aliran modal asing.

    Apa Artinya untuk Indonesia?

    Meskipun IHSG terkoreksi dan rupiah melemah, pasar obligasi yang tetap diminati menunjukkan bahwa fundamental ekonomi Indonesia dinilai cukup kuat oleh investor global. Cadangan devisa yang tinggi, inflasi yang terkendali, serta prospek pertumbuhan yang stabil menjadi bantalan penting di tengah ketidakpastian global.

    “Saya akui memang jauh lebih baik, sebab market merespon positif resiliensi perekonomian Indonesia,” kata Analis Mirae Asset Nafan Aji Gusta Utama.

    Namun, ke depan, pemerintah dan pelaku pasar tetap perlu waspada terhadap risiko lanjutan dari tensi dagang global ini. Koordinasi antara kebijakan fiskal, moneter, dan stabilitas pasar keuangan menjadi kunci menjaga kepercayaan investor di tengah guncangan eksternal.

    Sumber : Elshinta.Com

  • China Ajukan Syarat kepada AS Jika Ingin Negosiasi Soal Tarif Dagang

    China Ajukan Syarat kepada AS Jika Ingin Negosiasi Soal Tarif Dagang

    Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah China meminta agar Amerika Serikat (AS) dapat memperlakukan negara lain secara setara dan hormat bila benar-benar ingin melakukan negosiasi soal tarif dagang.

    “Jika AS benar-benar ingin menyelesaikan masalah melalui dialog dan negosiasi, AS harus menunjukkan kepada orang-orang bahwa mereka siap memperlakukan orang lain dengan kesetaraan, rasa hormat dan saling menguntungkan,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dikutip dari Antara, Rabu (9/4/2025).

    Hal itu disampaikan Lin Jian setelah Komisi Tarif Bea Cukai Dewan Negara China mengumumkan akan memberlakukan tarif baru, yaitu sebesar 84% terhadap barang-barang asal Amerika Serikat mulai Kamis (10/4) pada 12.00 waktu setempat.

    Besaran tarif tersebut bertambah 50% dari tadinya 34% seperti yang diumumkan pada Rabu (8/4).

    Penerapan tarif tambahan oleh China tersebut berlaku beberapa saat setelah tarif 104% atas barang-barang asal China yang dikenakan oleh Presiden AS Donald Trump yang efektif mulai Rabu (9/4).

    “Jika AS memutuskan untuk tidak peduli dengan kepentingan AS sendiri, China dan seluruh dunia, dan bertekad untuk melawan perang tarif dan perdagangan, respon China akan terus berlanjut sampai akhir,” tambah Lin Jian.

    AS, ungkap Lin Jian, masih menyalahgunakan tarif dan memberikan tekanan maksimal terhadap China sehingga pemerintah Negeri Tirai Bambu itu dengan tegas menolak dan tidak akan pernah menerima tindakan hegemonik dan intimidasi tersebut.

    “Kami tidak akan menoleransi segala upaya untuk merugikan kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunan China. Kami akan terus mengambil langkah tegas dan kuat untuk melindungi hak dan kepentingan kami,” tegas Lin Jian.

    Lin Jian pun menyebut ekonomi China memiliki fondasi yang kokoh dan kekuatan pendorong yang cukup untuk pertumbuhan yang stabil melawan segala tantangan, termasuk dengan kepemimpinan yang kuat dari Komite Sentral Partai Komunis China.

    “Dengan upaya bersama dari 1,4 miliar orang, China memiliki keyakinan dan kemampuan untuk mengatasi berbagai risiko dan tantangan. Guncangan eksternal tidak dapat mengubah fundamental ekonomi China yang memiliki fondasi yang stabil, banyak kekuatan, ketahanan yang luar biasa, dan potensi yang besar,” jelas Lin Jian.

    Selain itu, Lin Jian menilai pertumbuhan ekonomi China yang stabil membawa stabilitas yang sangat dibutuhkan bagi dunia yang bergejolak.

    “China, ekonomi terbesar kedua, telah menjadi mesin utama yang berkontribusi sekitar 30% terhadap pertumbuhan ekonomi global selama bertahun-tahun. Sebagai pasar konsumen terbesar kedua dengan populasi berpenghasilan menengah terbesar, China terus membuka potensi konsumsi, yang mengubah semakin banyak permintaan China menjadi peluang bagi dunia,” tambah Lin Jian.

    China, ungkap Lin Jian, juga dengan tegas menegakkan rezim perdagangan multilateral berbasis aturan, memajukan liberalisasi dan fasilitasi perdagangan dan investasi serta membuat kue pembangunan bersama menjadi lebih besar.

    “China menghormati komitmen atas terhadap keterbukaan berstandar tinggi dan terus menjaga lingkungan pro-bisnis yang berorientasi pasar, berbasis hukum, dan berkelas dunia untuk membantu bisnis asing mendapatkan lebih banyak manfaat dari setiap pertumbuhan ekonomi China,” pungkas Lin Jian.

    Donald Trump

    Sebelumnya, Perdana Menteri China Li Qiang dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen juga sudah melakukan percakapan telepon pada Selasa (8/4) dengan kesepakatan bahwa kedua pihak perlu bersama-sama menjaga perdagangan dan investasi yang bebas, terbuka, menjaga rantai industri dan pasokan global tetap stabil dan memberikan lebih banyak stabilitas dan kepastian bagi perekonomian keduanya.

    Trump awalnya mengenakan tarif 10% untuk semua barang China pada bulan Februari 2025 tanpa pengecualian karena menilai China ikut terlibat dalam membantu imigrasi ilegal dan menyelundupkan fentanil ke AS.

    Pada Maret 2025, Trump mengenakan tarif 20% kepada semua barang asal China dengan alasan yang sama.

    Kemudian pada 2 April, Trump mengumumkan kombinasi tarif universal senilai 10% dan tarif timbal balik terhadap berbagai negara dan entitas, termasuk China yang dikenai tarif 34 persen.

    Atas tindakan Trump tersebut maka pada 4 April, China mengumumkan pengenaan tarif tambahan 34% atas barang-barang asal AS, selain tarif yang sudah berlaku saat ini.

    Karena China membalas dengan tarif 34% yang sama dengan tarif yang ditetapkan Trump atas barang-barang China, maka Trump pun menambahkan bea masuk 50% lagi pada Kamis (9/4) sehingga dengan menghitung pungutan mulai Februari, maka kenaikan tarif kumulatif barang-barang China menjadi 104%.

    Penerapan tarif tersebut dilakukan Trump dengan alasan untuk menghidupkan kembali basis manufaktur Amerika yang hilang dengan memaksa perusahaan untuk pindah ke AS.

    Trump menyebut negosiasi dengan Beijing dapat dilakukan tapi keputusan ada di tangan China, dengan mengatakan Beijing “sangat ingin membuat kesepakatan tetapi mereka tidak tahu bagaimana memulainya.”

    Selain itu Trump mengatakan lebih dari 70 negara telah menghubunginya untuk memulai negosiasi sejak tarif diumumkan.

    “Saya katakan kepada Anda bahwa negara-negara ini menghubungi kami, menjilat pantat saya. Mereka sangat ingin membuat kesepakatan,” katanya dalam satu jamuan makan malam pada Selasa (7/4).

    Sejumlah negara yang menyatakan akan bernegosiasi termasuk Jepang yang terkena pajak impor sebesar 24%, Korea Selatan yang terkena 25% maupun Uni Eropa yang kena tarif 20%.

    Tarif yang dijatuhkan Trump telah mengguncang tatanan perdagangan global yang telah bertahan selama beberapa dekade, menimbulkan kekhawatiran akan resesi dan perusahaan-perusahaan besar mengalami kerugian triliunan dolar di berbagai pasar saham seluruh dunia.

  • Giliran Bos Pentagon Bikin China Meradang

    Giliran Bos Pentagon Bikin China Meradang

    Jakarta

    Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat Pete Hegseth menyebut China membahayakan operasi di Terusan Panama. Komentar Bos Pentagon itu lantas membuat China geram.

    Dirangkum detikcom, Rabu (9/4/2025), komentar itu mulanya disampaikan Hegseth ketika mengunjungi Panama pada Selasa (8/4) waktu setempat. Hegseth menyebut Terusan Panama terus menghadapi ancaman.

    Bos Pentagon itu menegaskan AS tak akan membiarkan China mengganggu Terusan Panama yang ingin dikuasai oleh Washington.

    “Saat ini, Terusan Panama menghadapi ancaman terus-menerus,” kata Hegseth dalam pidatonya yang disampaikan di kantor polisi yang terletak di pintu masuk rute pelayaran Terusan Panama, dilansir AFP.

    Hegseth menjadi pejabat senior kedua AS yang mengunjungi Panama sejak Presiden Donald Trump kembali menjabat. Trump telah bertekad untuk “mengambil alih” terusan yang dibangun oleh AS tersebut, untuk melawan apa yang disebutnya sebagai pengaruh China yang tidak proporsional atas jalur perairan itu.

    “Amerika Serikat tidak akan membiarkan komunis China atau negara lainnya mengancam operasi atau integritas terusan tersebut,” tegasnya.

    Upaya AS Kuasai Terusan Panama

    Militer AS Bakal Tingkatkan Pasukan di Terusan Panama. Foto: AP/Matias Delacroix

    AS membangun terusan yang berusia lebih dari seabad itu dan menyerahkannya kepada Panama tahun 1999 lalu.

    Sebuah perusahaan Hong Kong bernama Panama Ports mengoperasikan dua pelabuhan yang ada di kedua ujung terusan yang menghubungkan Samudra Atlantik dan Samudra Pasifik tersebut, yang dilalui oleh lima persen dari semua pelayaran global.

    Pemerintahan Trump memberikan tekanan besar terhadap Panama untuk mengurangi pengaruh China pada terusan itu, yang dianggap AS sebagai ancaman terhadap keamanan nasional mereka.

    “Saya ingin menjelaskan dengan sangat jelas. China tidak membangun terusan ini. China tidak mengoperasikan terusan ini. Dan China tidak akan menjadikan terusan ini sebagai senjata,” ucap Hegseth.

    Berbicara bersama Presiden Panama Jose Raul Mulino, Hegseth mengatakan AS dan Panama bersama-sama akan “mengambil kembali Terusan Panama dari pengaruh China” dan tetap membukanya untuk semua negara, dengan menggunakan “kekuatan pencegahan dari pasukan tempur paling kuat, paling efektif, dan paling mematikan di dunia”.

    Hegseth mengklaim bahwa kendali China atas infrastruktur penting di area Terusan Panama memberikan kekuatan pada Beijing untuk melakukan aktivitas mata-mata di seluruh wilayah Panama, yang membuat Panama dan AS “kurang aman, kurang makmur, dan kurang berdaulat”.

    Komentar Hegseth Bikin China Geram

    Ilustrasi Bendera China. Foto: Daniel Berehulak/Getty Images

    Tak tinggal diam, Pemerintah China geram atas komentar Hegseth. China menilai pernyataan AS merusak kerja sama negaranya dengan Panama.

    “Pejabat-pejabat senior AS telah menyerang China dengan jahat, mencemarkan nama baik dan merusak kerja sama China-Panama, sekali lagi mengungkap sifat intimidasi Amerika Serikat,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam jumpa pers reguler, dilansir kantor berita AFP, Rabu (9/4/2025).

    Senada, Kedutaan Besar China di Panama membantah tuduhan Hegseth soal Beijing mencampuri operasi terusan tersebut.

    “China tidak pernah mengambil bagian dalam pengelolaan atau pengoperasian Terusan Panama,” tegas Kedutaan Besar China.

    Beijing menyerukan Washington untuk menghentikan “pemerasan” dan “penjarahan” terhadap Panama dan negara-negara lainnya di kawasan tersebut. Kedutaan Besar China balik menuduh AS berupaya merusak kerja sama antara China dan Panama.

    “China selalu menghormati kedaulatan Panama sehubungan dengan terusan tersebut,” tegas kedutaan dalam pernyataannya.

    Lihat juga Video: China Sebut Tak Akan Ada Pemenang di Perang Tarif Trump

    Halaman 2 dari 3

    (taa/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • AS Mau Tarik Mundur 10.000 Tentara dari Pintu Rusia, Daya Cegah NATO Melemah di Eropa Timur – Halaman all

    AS Mau Tarik Mundur 10.000 Tentara dari Pintu Rusia, Daya Cegah NATO Melemah di Eropa Timur – Halaman all

    AS Mau Tarik Mundur 10.000 Tentara dari Pintu Rusia, Daya Cegah NATO Melemah di Eropa Timur
     
    TRIBUNNEWS.COM – Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) sedang mempertimbangkan perubahan signifikan dalam postur militernya dalam konteks peran mereka di aliansi negara-negara NATO.

    AS dilaporkan mempertimbangkan penarikan hingga 10.000 tentara dari Eropa Timur, menurut beberapa sumber yang mengetahui wacana tersebut.

    Eropa Timur merupakan pintu depan Rusia, negara yang diwaspadai negara-negara NATO merujuk aksi ekspansi pasukan Moskow di Ukraina.

    Perkembangan ini, yang dilaporkan oleh NBC News, Selasa (8/4/2025), terjadi hanya tiga tahun setelah pemerintahan Biden memperkuat wilayah tersebut dengan pasukan tambahan pada tahun 2022 untuk melawan invasi Rusia ke Ukraina.

    Para pejabat Eropa telah menyatakan kekhawatiran, memperingatkan kalau langkah tersebut dapat membuat Presiden Rusia Vladimir Putin semakin berani di tengah meningkatnya ketegangan.

    Seth Jones, wakil presiden senior di Pusat Studi Strategis dan Internasional [CSIS], telah memperingatkan bahwa “pengurangan pasukan Amerika akan melemahkan pencegahan,” sebuah pernyataan yang menggarisbawahi risiko besar bagi NATO.

    AS Bukan Lagi Penyelamat NATO

    Potensi penarikan mundur pasukan AS ini menandakan perubahan yang dapat membentuk kembali lanskap operasional NATO dan prioritas strategis Amerika, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang logistik, teknologi, dan papan catur geopolitik yang lebih luas.

    Momen ini bermula pada Februari 2022, ketika invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina memicu respons cepat AS.

    Presiden AS saat itu, Joe Biden mengizinkan pengerahan sekitar 20.000 pasukan tambahan ke Eropa Timur, sehingga total kehadiran Amerika di benua itu menjadi sekitar 100.000.

    Pengerahan pasukan ini, yang terpusat di negara-negara seperti Polandia, Rumania, dan negara-negara Baltik, bertujuan untuk meyakinkan sekutu NATO dan mencegah agresi Rusia lebih lanjut.

    Apa saja rincian pasukan AS di Eropa?

    “Pasukan tersebut mencakup gabungan infanteri, unit lapis baja, dan aset penerbangan, yang dirancang untuk memproyeksikan kekuatan di sepanjang sisi timur NATO,” tulis ulasan situs militer BM.

    Kini, dengan Pentagon yang mempertimbangkan pengurangan hingga setengah dari lonjakan tahun 2022 itu, implikasi terhadap kesiapan militer dan kohesi aliansi menjadi semakin jelas.

    Dari sudut pandang logistik, penarikan 10.000 tentara dari Eropa Timur akan memerlukan pemisahan unit dan peralatan yang cermat.

    Meskipun rincian pastinya masih dirahasiakan, data publik memberikan beberapa petunjuk tentang jejak AS saat ini.

    Pada pertengahan tahun 2024, Komando Eropa Amerika Serikat [EUCOM] mengawasi sekitar 65.000 pasukan AS yang ditugaskan secara permanen, ditambah dengan pasukan rotasi yang meningkatkan jumlah total menjadi lebih dari 100.000 selama puncak penempatan pasukan terkait situasi Perang Ukraina. 

    Polandia menjadi tuan rumah sebagian besar pasukan AS ini, dengan Komando Depan Korps V di Poznań yang berfungsi sebagai pusat perencanaan operasional.

    Sementara itu, Rumania mendukung kehadiran bergilir unit Stryker —pasukan infantri AS yang sangat mobile yang dilengkapi dengan kendaraan lapis baja beroda Stryker, platform seberat 19 ton yang dipersenjatai dengan meriam 30 mm atau rudal anti-tank Javelin, yang mampu melaju hingga kecepatan 60 mil per jam.

    Unit-unit ini, yang dirancang untuk pengerahan cepat, telah menjadi kunci bagi strategi pencegahan NATO.

    “Penarikan pasukan AS dapat berarti pengurangan formasi unit infanteri tersebut, yang berpotensi mengurangi kemampuan Angkatan Darat untuk merespons krisis di wilayah tersebut dengan cepat,” ulas BM menjelaskan risiko yang dihadapi kalau AS benar-benar mengurangi jumlah pasukan mereka di Eropa.

    Pertahanan Eropa Bakal Melemah

    Konsekuensi jika AS menarik sebagian pasukannya ini bukan sekadar angka prajurit, tetap juga memengaruhi kekuatan persenjataan Eropa.

    “Kehadiran AS mencakup kemampuan penting seperti sistem pertahanan udara Patriot, yang dikerahkan di Polandia sejak 2022 untuk melawan ancaman rudal Rusia,” kata BM.

    Patriot, sistem persenjataan jarak jauh dan ketinggian tinggi, dapat melacak dan mencegat rudal balistik pada jarak lebih dari 100 mil, menawarkan perisai terhadap rudal Iskander yang ditempatkan Rusia di Kaliningrad, hanya 300 mil dari Warsawa. 

    “Menghapus sebagian saja dari aset ini dapat meninggalkan celah dalam payung pertahanan NATO, yang memaksa sekutu untuk memikirkan kembali penempatan mereka sendiri,” ulas BM.

    Demikian pula, Resimen Kavaleri ke-2 AS, yang bermarkas di Jerman tetapi sering bergiliran di Eropa Timur, mengerahkan infanteri berkuda Stryker.

    “Penarikannya yang potensial dapat mengurangi kehadiran pasukan darat yang telah menenangkan negara-negara seperti Lithuania, di mana kenangan pendudukan Soviet masih terasa kuat,” kata laporan itu.

    Drone MQ-9 Reaper AS saat terbang di udara. Drone dengan kemampuan pengintaian dan penyerangan ini diklaim kelompok Houthi Yaman sudah lima yang mereka tembak jatuh sejak operasi blokade Laut Merah dilaksanakan. (khaberni/HO)

    Lebih Andalkan Teknologi Ketimbang Pasukan Lapangan

    Selain pengerahkan pasukan di lapangan, Pentagon mengisyaratkan memberi pertimbangan ke NATO untuk kemungkinan pergeseran ke arah solusi yang digerakkan oleh teknologi. 

    Selama dekade terakhir, militer AS telah berinvestasi besar dalam sistem tanpa awak, pengawasan satelit, dan kemampuan serangan presisi untuk mengimbangi tenaga manusia tradisional.

    Drone MQ-9 Reaper, misalnya, telah menjadi andalan operasi Amerika di seluruh dunia.

    Dengan lebar sayap 66 kaki dan jangkauan 1.150 mil, Reaper dapat terbang hingga 24 jam, melepaskan rudal Hellfire atau melakukan penyisiran intelijen.

    Di Eropa Timur, platform semacam itu telah mendukung pemantauan NATO terhadap pergerakan Rusia di sepanjang perbatasan Ukraina.

    Inisiatif Replicator Pentagon, yang diluncurkan pada tahun 2023, bertujuan untuk mengerahkan ribuan pesawat nirawak berbiaya rendah pada tahun 2026, yang berpotensi memungkinkan AS untuk mempertahankan kewaspadaan situasional bahkan dengan jumlah pasukan yang lebih sedikit.

    “Jika penarikan (pasukan manusia oleh AS) ini berlanjut, hal itu dapat mempercepat penyebaran sistem tersebut, yang mencerminkan tren yang lebih luas dalam menggantikan kehadiran manusia dengan mesin.

    Sistem Rudal Polandia yang di kota Rzeszow yang akan dipindah AS ke Ukraina, namun ditolak karena menjadi pengaman logistik militer untuk Ukraina (CZYTAJRZESZOW.PL – BEZPIECZEŃSTWO)

    Negara-Negara Eropa Tersentak

    Namun, sekutu Eropa mungkin tidak melihat pesawat nirawak dan satelit sebagai pengganti penuh bagi tentara lapangan.

    Wacana AS ini kemudian menyentak negara-negara Eropa untuk lebih mengandalkan kekuatan mereka sendiri.

    Polandia, yang telah muncul sebagai poros pertahanan timur NATO, telah memperkuat militernya sendiri dalam beberapa tahun terakhir.

    Angkatan Bersenjata Polandia kini beranggotakan lebih dari 200.000 personel aktif, didukung oleh anggaran pertahanan sebesar $14 miliar pada tahun 2025—sekitar 4 persen dari PDB, dua kali lipat dari pedoman NATO sebesar 2%.

    Persenjataan Polandia meliputi 250 tank Leopard 2, raksasa buatan Jerman yang beratnya 62 ton, dan dipersenjatai dengan meriam laras halus 120 mm, yang mampu menembus lapisan baja modern pada jarak hingga 3 mil.

    Rumania juga telah melangkah maju, menjadi tuan rumah bagi situs pertahanan rudal Aegis Ashore milik NATO sejak 2016, versi darat dari sistem pencegat SM-3 milik Angkatan Laut.

    Namun, negara-negara ini bergantung pada integrasi AS untuk memaksimalkan efektivitas mereka.

    “Penarikan pasukan AS dapat mendorong mereka untuk mempercepat latihan gabungan atau membeli perangkat keras tambahan, meskipun keterbatasan anggaran dan jadwal produksi dapat membatasi kelincahan mereka.\,” tulis ulasan BM

    Negara-negara Baltik—Estonia, Latvia, dan Lithuania—menghadapi kenyataan yang lebih pahit.

    Dengan jumlah penduduk gabungan hanya 6 juta jiwa, militer mereka kecil tetapi tangguh. Estonia, misalnya, memiliki K9 Thunder, howitzer gerak sendiri Korea Selatan dengan meriam 155 mm dan jangkauan 25 mil, yang diperoleh pada tahun 2024 untuk memperkuat pencegahannya terhadap pasukan Rusia yang berkekuatan 700.000 orang di Ukraina.

    Sebagai konteks, negara-negara ini telah menjadi tuan rumah bagi unit-unit rotasi AS seperti Brigade Lintas Udara ke-173, pasukan terjun payung yang dilatih untuk diterjunkan dengan cepat ke zona-zona yang diperebutkan.

    “Kehilangan pertahanan Amerika itu dapat mengungkap kerentanan, terutama mengingat kedekatan Rusia—perbatasannya dengan Lithuania terletak hanya 150 mil dari Vilnius. NATO telah berjanji untuk beradaptasi, tetapi pertanyaannya tetap apakah pasukan Eropa dapat mengisi kekosongan itu dengan cukup cepat?” ulasan BM menyoroti kerentanan pertahanan negara-negara NATO.

    Fokus AS Berubah

    Secara historis, kehadiran AS di Eropa mengalami pasang surut seiring dengan ancaman global.

    Selama Perang Dingin, Amerika menempatkan lebih dari 300.000 tentara di benua itu, mencapai puncaknya pada 400.000 pada tahun 1950-an sebagai benteng melawan Uni Soviet.

    Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991 memicu penarikan pasukan, sehingga mengurangi total pasukan menjadi 62.000 pada tahun 2015.

    Aneksasi Rusia atas Krimea pada tahun 2014 membalikkan tren tersebut, yang mendorong pemerintahan Obama untuk meluncurkan Operasi Atlantic Resolve, serangkaian rotasi yang membawa tank Abrams dan  kendaraan tempur Bradley kembali ke Polandia dan negara-negara Baltik.

    M1A2 Abrams, tank raksasa seberat 68 ton dengan meriam 120 mm dan lapis baja komposit canggih, tetap menjadi simbol komitmen Amerika.

    Mesin turbin gasnya boros bahan bakar—hingga 2 galon per mil—tetapi menghasilkan dominasi medan perang yang tak tertandingi.

    “Lonjakan bantuan dari Biden pada tahun 2022 dibangun di atas fondasi itu, hanya untuk proposal saat ini yang menyarankan pengurangan sebagian,” kata laporan tersebut menyoroti pergeseran sikap AS ke NATO.

    Potensi ditarik mundurnya sebgaian pasukan AS dari Eropa ini tidak terjadi begitu saja.

    Hal ini bertepatan dengan reorientasi strategis ke Indo-Pasifik, di mana peningkatan kekuatan militer Tiongkok menimbulkan tantangan yang semakin besar.

    Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China memiliki 2 juta tentara aktif dan angkatan laut yang terdiri dari 370 kapal, termasuk kapal perusak Tipe 055, kapal seberat 12.000 ton yang dipersenjatai dengan 112 sel peluncur vertikal untuk rudal.

    Sebaliknya, militer Rusia, meskipun tangguh di Eropa, telah digempur oleh Ukraina, kehilangan lebih dari 600.000 korban sejak 2022, menurut perkiraan AS.

    Pentagon mungkin melihat ini sebagai momen untuk mengalihkan sumber daya—mungkin mengalihkan kapal induk seperti USS Gerald R. Ford, dengan 4.500 pelaut dan pesawat tempur F-35C, ke Laut Cina Selatan.

    Langkah tersebut akan sejalan dengan retorika bipartisan selama bertahun-tahun yang memprioritaskan Asia daripada Eropa, sebuah sikap yang digaungkan oleh pidato Menteri Pertahanan Pete Hegseth pada bulan Februari 2025 di Brussels, di mana ia menyatakan bahwa “realitas strategis yang nyata” menuntut fokus untuk melawan Tiongkok.

    “Namun, dampak berantainya bisa melampaui Moskow dan Beijing. Jejak AS yang lebih kecil di Eropa Timur mungkin memberi isyarat kepada sekutu seperti Jepang dan Korea Selatan bahwa komitmen Amerika dapat dinegosiasikan, terutama di bawah pemerintahan yang skeptis terhadap keterlibatan di luar negeri,” tulis BM mengulas efek perubahan sikap dan fokus AS ini.

    Hal itu juga dapat memberanikan aktor yang lebih kecil—Iran, misalnya, yang telah memasok Rusia dengan pesawat nirawak Shahed—atau mempersulit peran Turki di NATO, mengingat posisinya yang berada di antara Timur dan Barat.

    Pentagon bersikeras akan berkonsultasi dengan sekutu, tetapi para pemimpin Eropa sudah mulai kewalahan.

    Presiden Prancis Emmanuel Macron, berbicara kepada Financial Times pada bulan Februari 2025, menyebut kembalinya pemerintahan Trump sebagai “kejutan listrik” bagi Eropa, dan mendesak UE untuk memperkuat pertahanannya sendiri.

    Pesawat siluman F-35 (OFER ZIDON/FLASH90)

    Eropa Kehilangan Senjata-Senjata Ampuh

    Perangkat keras militer apa yang mungkin akan tetap ada atau disingkirkan seiring wacana AS menarik mundur pasukan dari Eropa? 

    F-35A Lightning II, pesawat tempur siluman dengan jangkauan 1.200 mil dan fusi sensor yang menghubungkannya dengan aset darat dan udara, telah menerbangkan misi pencegahan di atas Polandia sejak 2022.

    Dengan biaya $80 juta per unit, ini adalah aset yang sangat berharga—Su-57 Felon Rusia, pesaing terdekatnya, tertinggal dalam hal kemampuan siluman dan produksi, dengan jumlah yang beroperasi kurang dari 20 unit pada tahun 2025.

    Pengurangan rotasi F-35 dapat menyebabkan hilangnya keunggulan udara, meskipun AS mungkin mengimbanginya dengan pesawat pengebom B-21 Raider, platform siluman generasi berikutnya yang akan mulai beroperasi pada tahun 2027.

    Tank Bradley buatan AS yang dikirim ke Ukraina. /Foto: Militer AS (Via BI)

    Di darat, M2 Bradley, kendaraan tempur infanteri seberat 34 ton dengan senapan rantai 25 mm dan rudal TOW, telah berlatih bersama unit Polandia dan Rumania. Penarikannya akan melemahkan kekuatan lapis baja NATO, terutama terhadap tank T-90 Rusia, yang memiliki lapis baja reaktif dan senapan 125 mm.

    “Ke depannya, langkah Pentagon selanjutnya akan mengungkap kalkulasinya. Dalam 30 hingga 60 hari, kita mungkin akan melihat rotasi pasukan disesuaikan atau kontrak baru ditandatangani—mungkin untuk rudal hipersonik Raytheon, yang melaju dengan kecepatan Mach 5 dan dapat mencapai Moskow dari Polandia dalam hitungan menit,” kata ulasan BM.

    Respons NATO juga akan sama meyakinkannya.

    “Akankah Jerman, dengan Bundeswehr yang beranggotakan 183.000 orang, akhirnya memenuhi janjinya untuk membentuk dua divisi bagi aliansi tersebut? Akankah kenaikan anggaran pertahanan Uni Eropa sebesar €250 miliar, yang diusulkan pada Februari 2025 menurut Bruegel, terwujud? Pertanyaan-pertanyaan ini terus muncul saat AS mempertimbangkan perannya di kawasan yang telah mengandalkan kekuatannya selama delapan dekade,” ulas BM.

    “Pada akhirnya, potensi penarikan pasukan AS ini mencerminkan sebuah negara di persimpangan jalan. Ini bukan hanya tentang 10.000 tentara atau beberapa tank—ini tentang visi Amerika tentang posisi globalnya di era ancaman yang saling bersaing,” lanjut ulasan tersebut.

    Jika benar AS mengeksekusi penarikan pasukannya ini, penurunan logistik, perubahan teknologi, dan pembagian beban dengan sekutu, adalah faktor-faktor yang mengarah pada kalibrasi ulang kekuatan NATO, bukan kemunduran, meski negara-negara Eropa tidak dapat dipungkiri merasa was-was atas wacana AS ini. 

    “Kegelisahan di Warsawa, Bukares, dan Tallinn terasa nyata, sebuah pengingat bahwa pencegahan lebih banyak berkaitan dengan kehadiran daripada kemampuan.”

    “Untuk saat ini, pertimbangan Pentagon menawarkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban: Dapatkah teknologi benar-benar menggantikan pasukan di darat? Akankah Eropa bangkit menghadapi tantangan tersebut? Dan berapa harga yang mungkin harus dibayar jika keseimbangan berubah terlalu jauh dan terlalu cepat? Sejarah menunjukkan bahwa jawaban tersebut akan membentuk lebih dari sekadar nasib Eropa Timur,” tutup ulasan BM.

     

    (oln/bm/*)

     

  • Perang Dagang AS-China Panas! Ketakutan Resesi Meningkat

    Perang Dagang AS-China Panas! Ketakutan Resesi Meningkat

    Jakarta, CNBC Indonesia – Tensi perang dagang meningkat setelah China mengumumkan tarif balasan sebesar 84% kepada AS. Serangan tarif terbaru Trump mulai berlaku pada puluhan mitra dagang pada hari Rabu (9/4/2025), termasuk bea masuk sebesar 104% atas impor produk China. 

    Kebijakan Trump ini memicu pembalasan yang lebih hebat dari China. Hal ini memicu kekhawatiran resesi di level global. 

    Beijing awalnya berencana untuk menanggapi dengan tarif sebesar 34% atas impor produk AS mulai pukul 16.01 GMT hari ini, tetapi Kementerian Keuangan China mengatakan sekarang akan menaikkan tarif menjadi 84%, setelah Trump secara dramatis menaikkan bea masuknya sendiri atas impor dari China.

    “Peningkatan tarif terhadap China oleh Amerika Serikat hanya menumpuk kesalahan di atas kesalahan (dan) sangat melanggar hak dan kepentingan China yang sah,” kata kementerian tersebut, dikutip dari AFP, Rabu (9/4/2025).

    “Langkah-langkah Washington sangat merusak sistem perdagangan multilateral yang berbasis pada aturan,” ungkap Kementerian Keuangan China.

    Dalam pernyataan terpisah, Kementerian Perdagangan Beijing juga mengatakan akan memasukkan enam perusahaan kecerdasan buatan Amerika ke dalam daftar hitam, termasuk Shield AI dan Sierra Nevada Corp.

    Trump tidak langsung bereaksi terhadap serangan balik China, tetapi ia meminta perusahaan untuk mulai pindah ke Amerika Serikat guna menghindari tarif.

    “Ini adalah waktu yang TEPAT untuk memindahkan PERUSAHAAN Anda ke Amerika Serikat, seperti Apple, dan banyak perusahaan lain, dalam jumlah yang sangat banyak,” kata Trump di platform Truth Social miliknya.

    Tensi perang dagang yang meningkat telah mengerus triliunan dolar kapitalisasi pasar global sejak minggu lalu karena investor khawatir bahwa perang dagang akan memicu resesi.

    Setelah jeda pada hari Selasa (8/4/2025), pasar saham kembali dalam mode panik, dengan indeks Nikkei Tokyo ditutup hampir empat persen lebih rendah pada hari Rabu. Paris dan Frankfurt merosot 4% dalam perdagangan sore sementara London turun 3,5%. Ekuitas AS diperkirakan akan dibuka dengan lebih banyak kerugian.

    Bank of England memperingatkan risiko terhadap “stabilitas keuangan Inggris” dari meningkatnya ketegangan geopolitik, termasuk dampak dari tarif AS. Italia bersiap untuk memangkas setengah perkiraan pertumbuhan 2025, menjadi 0,6% dari 1,2%, menurut sumber pemerintah. Sementara itu, Spanyol juga akan menurunkan prospeknya.

    Bank sentral di India dan Selandia Baru memangkas suku bunga untuk meningkatkan ekonomi mereka dalam menghadapi tarif. Harga minyak turun di bawah US$ 60 per barel, level terendah dalam empat tahun.

    (haa/haa)

  • Demi lindungi nilai, investor ramai-ramai borong emas dan bitcoin

    Demi lindungi nilai, investor ramai-ramai borong emas dan bitcoin

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Demi lindungi nilai, investor ramai-ramai borong emas dan bitcoin
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Selasa, 08 April 2025 – 22:56 WIB

    Elshinta.com – Di tengah ketidakpastian global, pasar kembali memalingkan wajahnya ke aset safe haven yang telah berusia ribuan tahun yakni logam mulia, emas.

    Maka jika lonjakan harga emas spot hampir satu persen hari ini bukan hanya refleksi dari kepanikan jangka pendek akibat perang tarif antara Amerika Serikat dan Tiongkok, tetapi juga sinyal yang lebih dalam tentang bagaimana pasar mulai mendefinisikan ulang fungsi emas di era ekonomi yang terfragmentasi dan tidak pasti.

    Konteksnya sederhana namun mengkhawatirkan. Ketika Presiden AS Donald Trump melontarkan ultimatum kepada Beijing untuk mencabut tarif balasan sebesar 34 persen atau menghadapi tambahan tarif 50 persen, pasar global langsung tersentak.

    Bukan karena pernyataan itu tak terduga, tapi karena timing dan skalanya yang memaksa pelaku pasar mempertimbangkan kembali asumsi-asumsi dasar yang selama ini menopang perdagangan global.

    Harga emas, yang sebelumnya sempat tergelincir ke titik terendah empat pekan karena semu harapan akan meredanya ketegangan, kini kembali melesat ke atas 3.000 dolar AS per ons.

    Zain Vawda, analis di MarketPulse dari OANDA dalam pernyataannya kepada Reuters mengatakan, emas kembali menguat didukung oleh pelemahan dolar AS dan ketidakpastian yang terus berlanjut terkait perkembangan perang dagang.

    Kenaikan harga emas ini juga tidak semata reaksi spontan. Ini adalah refleksi dari krisis kepercayaan terhadap sistem yang selama dua dekade terakhir menjadi fondasi globalisasi, stabilitas tarif, prediktabilitas kebijakan, dan kepastian rantai pasok.

    Dalam lanskap seperti ini, emas tak lagi dilihat hanya sebagai alat lindung nilai terhadap inflasi atau pelarian modal jangka pendek.

    Ia mulai diposisikan sebagai jangkar nilai dalam sistem yang sedang mencari titik keseimbangannya kembali.

    Investor cerdas memahami bahwa risiko yang dihadapi saat ini bukan lagi volatilitas biasa, melainkan kemungkinan restrukturisasi menyeluruh terhadap arsitektur ekonomi dunia. Dengan kata lain, emas mulai dilihat sebagai alat lindung nilai lintas siklus dan lintas sistem.

    Inilah mengapa banyak manajer investasi atau analisis pasar yang terus menyarankan agar eksposur terhadap emas spot setidaknya berkisar antara 5 hingga 10 persen dari total portofolio.

    Ini bukan semata strategi defensif, tetapi bentuk kesiapan menghadapi kemungkinan masa depan yang tak bisa lagi dijelaskan dengan model-model ekonomi lama.

    Sementara itu, untuk emas berjangka, meski banyak yang melewatkan sebagian keuntungan karena harga sempat menembus 3.200, pendekatan konservatif tetap menjadi prinsip utama dalam menghadapi pasar yang rentan terhadap kejutan geopolitik.

    Konsolidasi Bitcoin

    Namun, narasi emas sebagai pelindung nilai tak bisa berdiri sendiri. Seseorang juga harus melihat bagaimana Bitcoin, sebagai aset digital yang sering dijuluki “emas versi milenial”, bereaksi terhadap tekanan pasar.

    Analis Reku Fahmi Almuttaqin mengatakan, kebijakan tarif Trump menekan Bitcoin pada awal April 2025, turun ke level 83.000 dolar AS walaupun sempat naik  ke level 87.000 dolar AS saat pengumuman awal.

    Hingga berlanjut sempat menyentuh titik terendah di 74.604 dolar AS, dan kini mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan dengan kembali naik ke atas 79.000 dolar.

    Meski dalam jangka pendek masih mencatat penurunan 3,1 persen dan telah terkoreksi hampir 30 persen dari puncaknya di awal tahun, struktur pergerakannya mengisyaratkan sesuatu yang berbeda, ini bukan kehancuran, tapi lebih serupa fase konsolidasi.

    Koreksi tajam seperti ini kerap kali menjadi filter alami terhadap modal spekulatif jangka pendek. Dalam konteks pasar bullish, koreksi semacam ini justru membuka ruang bagi penguatan yang lebih sehat. Indikator Exchange Inflow Coin Days Destroyed (CDD), yang melacak pergerakan koin lama ke bursa, menunjukkan lonjakan tajam.

    Banyak analis melihat ini sebagai sinyal bahwa investor jangka panjang tengah mempertimbangkan profit taking.

    Namun sejarah menunjukkan bahwa lonjakan indikator CDD justru sering kali terjadi di tengah fase konsolidasi sebelum tren naik berikutnya.

    Dengan kata lain, Bitcoin sedang mengalami proses “pembersihan”, di mana posisi-posisi lemah disingkirkan demi membuka ruang bagi kelanjutan tren naik.

    Ini bukan tanda bahwa pasar kehilangan kepercayaan terhadap aset digital ini, melainkan proses alamiah dari siklus pembentukan harga.

    Fenomena koin lama yang kembali berpindah tangan lebih mencerminkan keputusan rasional untuk merealisasikan keuntungan, bukan eksodus karena ketakutan mendasar terhadap masa depan teknologi blockchain atau aset kripto itu sendiri.

    Persamaan antara emas dan Bitcoin dalam konteks ini sangat menarik. Keduanya sedang menguji batas peran masing-masing dalam lanskap ekonomi baru.

    Jika emas mulai dilihat sebagai jangkar nilai sistemik di tengah hancurnya kepercayaan terhadap stabilitas geopolitik, maka Bitcoin tengah berevolusi dari sekadar aset spekulatif menjadi bagian dari infrastruktur finansial yang sedang tumbuh.

    Kedua aset ini tidak berada dalam kompetisi, melainkan saling melengkapi sebagai dua sisi dari mata uang yang sama yakni pencarian akan nilai yang tahan terhadap guncangan dunia.

    Manusia saat ini hidup di zaman ketika kesepakatan internasional dapat runtuh dalam satu cuitan, ketika tarif dapat berubah dalam hitungan jam, dan ketika sistem yang dibangun atas dasar efisiensi mulai digantikan oleh sistem berbasis resiliensi.

    Dalam dunia seperti ini, pendekatan investasi tak lagi cukup hanya berbasis logika pertumbuhan. Investor harus mulai berpikir dalam kerangka perlindungan nilai, diversifikasi ekstrem, dan adaptasi terhadap disrupsi sistemik.

    Emas dan Bitcoin, dalam caranya masing-masing, menawarkan bukan hanya perlindungan tetapi juga refleksi bahwa dunia saat ini sedang berubah, dan bahwa strategi masa depan bukan tentang meramal arah pasar, tapi memahami logika baru yang sedang terbentuk di bawah permukaan.

    Sumber : Antara