kab/kota: Beijing

  • Rusia Tiba-Tiba ‘Serang’ NATO, Bawa-Bawa Bom Yugoslavia

    Rusia Tiba-Tiba ‘Serang’ NATO, Bawa-Bawa Bom Yugoslavia

    Jakarta, CNBC Indonesia – Rusia mengecam keras pernyataan Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte yang menuding Moskow bersekongkol dengan China dan negara lain untuk “merusak aturan global”.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menyebut Rutte menerapkan standar ganda dan menantang NATO untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan “aturan global” itu.

    “Apa sebenarnya ‘aturan global’ yang mereka maksud? Mungkin NATO bisa mengunggah daftar lengkapnya di situs resmi mereka,” sindir Zakharova dalam unggahan di kanal Telegram-nya, dikutip Minggu (16/11/2025).

    Ia menilai tudingan NATO tidak berdasar, mengingat blok militer Barat itu sendiri memiliki catatan panjang pelanggaran hukum internasional. Zakharova mencontohkan pengeboman Yugoslavia oleh NATO pada 1999 serta invasi Irak pada 2003 yang dipimpin Amerika Serikat dengan “dalih yang dibuat-buat”.

    Zakharova juga menyinggung bahwa tak satupun negara anggota NATO menghentikan kerja sama dengan China, meski Rutte mengkritik Rusia karena hal serupa.

    “Beberapa hari lalu, KTT AS-China baru saja digelar. Saya tidak mendengar Rutte mengkritik Presiden AS Donald Trump untuk itu,” ujarnya.

    Sebelumnya, dalam Forum Industri NATO di Bucharest, Rumania, Rutte mengatakan Rusia “tidak sendirian dalam upayanya melemahkan aturan global.” Ia menuding Moskow bekerja sama dengan China, Korea Utara, Iran, dan negara lain, serta memperkuat kolaborasi industri pertahanan untuk menghadapi konfrontasi jangka panjang.

    Pernyataan itu memperpanjang ketegangan antara Moskow dan aliansi Barat. Bulan lalu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menuding NATO berusaha “memperluas zona tanggung jawabnya jauh melampaui kawasan Euro-Atlantik” untuk membendung Tiongkok dan mengisolasi Rusia.

    Sementara itu, Beijing berulang kali membantah tuduhan Barat yang menyebutnya membantu militer Rusia dalam konflik Ukraina.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Jepang Protes Imbauan Perjalanan China Buntut Pernyataan soal Taiwan

    Jepang Protes Imbauan Perjalanan China Buntut Pernyataan soal Taiwan

    Jakarta

    Jepang menyampaikan keberatan setelah China menyerukan warganya untuk menghindari kunjungan ke Jepang. Perseteruan imbas komentar pemimpin baru Jepang, Sanae Takaichi, soal Taiwan ini belum menunjukkan tanda-tanda reda.

    Dikutip dari AP News, Minggu (16/11/2025), pemerintah di Tokyo melayangkan protes melalui juru bicara utamanya, Kepala Sekretaris Kabinet Minoru Kihara. Dia mendesak China untuk mengambil ‘langkah yang semestinya’ seperti dalam laporan Kyodo News Service.

    China sebelumnya meminta warganya untuk tidak melakukan perjalanan ke Jepang dalam waktu dekat. China mengutip adanya serangan terhadap warganya di Jepang dan menyebut pernyataan PM Takaichi tentang Taiwan sebagai ‘pernyataan keliru’ yang merusak hubungan bilateral.

    Minoru Kihara mengatakan bahwa justru karena adanya perbedaan antara kedua pemerintah, komunikasi berlapis-lapis itu sangat penting.

    Bukan kali ini saja China meminta warganya berhati-hati terhadap keamanan selama berada di Jepang. Imbauan telah disampaikan berulang kali selama setahun terakhir.

    Namun imbauan terbaru ini terlihat lebih kuat karena menyarankan agar tak melakukan perjalanan, seperti dalam pemberitahuan di situs Kedutaan Besar China di Tokyo.

    Untuk diketahui, Jepang merupakan tujuan wisata yang sangat populer bagi para turis China. Hal itu memberikan dorongan ekonomi yang penting tapi juga memicu sentimen anti-China dan anti-orang asing di kalangan sebagian masyarakat.

    Perihal imbauan terbaru yang dikeluarkan China, belum diketahui secara jelas bagaimana dampaknya terhadap kunjungan wisatawan. Namun beberapa maskapai China dilaporkan menawarkan pengembalian dana tanpa penalti untuk tiket yang telah dibeli sebelumnya setelah pengumuman pemerintah itu.

    Hubungan Jepang dan China

    Perselisihan Jepang dan China ini menandakan bahwa hubungan kedua negara yang sudah rapuh dapat semakin goyah di bawah kepemimpinan PM Takaichi. Hal itu disebabkan oleh pernyataannya yang mendukung peningkatan kemampuan militer untuk mengantisipasi potensi ancaman dari Beijing dan klaim-klaim teritorialnya di perairan sengketa di kawasan Pasifik barat.

    Berbicara di parlemen, Takaichi mengatakan bahwa serangan China terhadap Taiwan dapat dianggap sebagai ‘ancaman eksistensial’ bagi Jepang sehingga memungkinkan penggunaan kekuatan oleh militer Jepang.

    Pernyataan itu kemudian memicu protes keras dari China, termasuk unggahan di media sosial oleh konsul jenderal China di Osaka akhir pekan lalu yang menyatakan ‘kami tak punya pilihan selain memutus leher kotor itu yang diarahkan kepada kami’. Komentar tersebut, yang kemudian dihapus, memicu protes diplomatik dari Jepang yang disusul saling balas pernyataan sepanjang pekan.

    China mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya dan dalam beberapa tahun terakhir menggelar latihan militer yang bersifat mengancam di perairan sekitar pulau tersebut. Amerika Serikat (AS) maupun Jepang tidak menjalin hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan, tetapi AS adalah pemasok utama peralatan pertahanan bagi militer Taiwan dan menentang penyelesaian isu China dan Taiwan melalui kekerasan.

    Jepang adalah sekutu militer Amerika Serikat dan menjadi tuan rumah beberapa pangkalan militer AS, termasuk pangkalan Angkatan Laut besar di selatan Tokyo.

    Tonton juga video “Indonesia-Jepang Sepakat Teruskan Kerja Sama Karbon”

    Halaman 2 dari 2

    (knv/gbr)

  • China Kecam Kesepakatan Penjualan Senjata AS ke Taiwan

    China Kecam Kesepakatan Penjualan Senjata AS ke Taiwan

    JAKARTA – China mengecam kesepakatan penjualan senjata AS kepada Taiwan yang dianggap telah melanggar prinsip Satu China.

    “Penjualan senjata AS ke wilayah Taiwan di China sangat melanggar prinsip ‘Satu China,’ kami menyesalkan dan menentang hal itu,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing dilansir ANTARA, Sabtu, 15 November.

    AS sebelumnya menyetujui penjualan suku cadang untuk tiga jenis pesawat militer senilai sekitar 330 juta dolar AS (Rp5,51 triliun) setelah penutupan pemerintah federal (shutdown) berakhir setelah berlangsung 43 hari.

    Kesepakatan itu menandai penjualan senjata pertama pada masa jabatan kedua Presiden Donald Trump. Paket tersebut mencakup F-16, C-130, dan pesawat tempur Indigenous Defense Fighters (IDF) milik Taiwan.

    “Penjualan senjata tersebut bertentangan dengan Komunike 17 Agustus 1982, melanggar kedaulatan dan kepentingan keamanan China, melanggar hukum internasional, dan mengirimkan sinyal yang sangat keliru kepada kekuatan separatis ‘kemerdekaan Taiwan’,” kata Lin.

    Dia menegaskan Taiwan merupakan inti kepentingan China dan garis merah pertama yang tidak boleh dilanggar dalam hubungan China-AS.

    China, kata Lin, mendesak AS mematuhi prinsip Satu China dan tiga komunike bersama China-AS, menindaklanjuti komitmen pemimpin kedua negara terkait isu Taiwan, serta berhenti mendukung upaya kelompok separatis mencapai “kemerdekaan Taiwan” melalui penguatan militer.

    “China akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk mempertahankan kedaulatan, keamanan, dan integritas wilayah China dengan teguh,” katanya.

    Penjualan itu dilaporkan mencakup komponen non-standar, suku cadang dan suku cadang perbaikan, bahan habis pakai, dan aksesori, serta dukungan teknik dan logistik dari pemerintah dan kontraktor AS.

    Pentagon (Departemen Pertahanan AS) menyatakan kesepakatan itu akan meningkatkan kemampuan Taiwan untuk “menghadapi ancaman saat ini dan di masa depan” dengan menjaga kesiapan operasional.

    Badan Kerja Sama Keamanan Pertahanan (DSA) AS mengatakan penjualan itu akan meningkatkan kemampuan Taiwan menjaga kesiapan armada F-16, C-130, dan IDF. Peralatan dalam paket itu akan diambil dari stok pemerintah AS dan tidak memerlukan perwakilan tambahan dari pemerintah atau kontraktor AS.

    Pengumuman Pentagon itu muncul beberapa pekan setelah pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di Busan, Korea Selatan. Meski banyak isu dibahas, Trump mengatakan kepada wartawan isu Taiwan “tidak pernah muncul” dalam pertemuan itu.

     

  • Ulah China Bikin Geger, Satu Dunia Bisa Lumpuh Seketika

    Ulah China Bikin Geger, Satu Dunia Bisa Lumpuh Seketika

    Jakarta, CNBC Indonesia – China kembali menarik perhatian dengan inovasi teknologinya yang tak jarang mengejutkan dunia. Baru-baru ini, negara itu dikabarkan mengembangkan sebuah perangkat yang berpotensi mengancam stabilitas jaringan komunikasi global.

    Perangkat tersebut adalah sebuah “pemotong” berteknologi tinggi buatan Pusat Penelitian Ilmiah Kapal China (CSSRC), yang disebut mampu memutus kabel bawah laut, infrastruktur yang menopang sekitar 95% lalu lintas data internasional.

    Sebagai catatan, kabel bawah laut dibangun dari bahan-bahan sangat kuat seperti baja, karet, dan polimer tebal. Keberadaan kabel ini menjadi pondasi penting bagi sistem komunikasi global dan berbagai jaringan energi di banyak negara.

    Sangat sulit untuk menghancurkan Namun, alat pemotong buatan China dikatakan bisa membelah kabel tersebut dengan mudah.

    Alat pemotong China mampu memotong jalur pada kedalaman hingga 4.000 meter atau 2 kali kedalaman infrastruktur komunikasi bawah laut yang ada. Alat ini dirancang untuk diintegrasikan dengan kapal selam berawak dan tak berawak canggih milik China, termasuk seri Fendouzhe (Striver) dan Haidou.

    Mulanya, alat pemotong canggih itu dikembangkan untuk penyelamatan warga sipil dan penambangan bawah laut. Namun, potensi penggunaan ganda alat ini untuk memotong kabel bawah laut menimbulkan kekhawatiran bagi negara lain.

    Misalnya, pemotongan kabel di dekat titik rawan strategis seperti Guam, dapat mengganggu komunikasi global yang menandakan krisis geopolitik, menurut lapor South China Morning Post.

    Sebagai informasi, kabel bawah laut di Guam penting bagi strategi pertahanan rantai pulau kedua militer Amerika Serikat (AS).

    Desain alat pemotong ini berhasil mengatasi beberapa tantangan teknis signifikan yang disebabkan oleh kondisi bawah laut, menurut tim yang dipimpin oleh engineer Hu Haolong.

    Pada kedalaman 4.000 meter, di mana tekanan air melebihi 400 atmosfer, cangkang paduan titanium dan segel yang dikompensasi minyak pada perangkat tersebut mencegah terjadinya ledakan, bahkan selama penggunaan jangka panjang.

    Terbuat dari Berlian

    Mata pisau konvensional tidak efektif terhadap kabel yang diperkuat baja. Untuk mengatasi hal ini, Hu dan timnya menciptakan roda gerinda berlapis berlian berukuran 150 mm (enam inci) yang berputar pada kecepatan 1.600 rpm, menghasilkan tenaga yang cukup untuk menghancurkan baja sekaligus meminimalkan gangguan sedimen laut.

    Dirancang untuk kapal selam dengan sumber daya terbatas, alat ini dilengkapi motor satu kilowatt dan peredam gigi 8:1. Meski sistemnya efisien, namun penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan panas berlebih.

    Alat tersebut dioperasikan oleh lengan robotik dalam jarak pandang hampir nol. Perangkat ini juga dilengkapi teknologi pemosisian canggih untuk memastikan penyelarasan yang tepat.

    Bukti Kekuatan China

    Peluncuran perangkat ini menandai langkah penting seiring upaya China memperluas kehadirannya di infrastruktur bawah laut. Beijing kini mengoperasikan armada kapal selam berawak dan tak berawak terbesar di dunia, dengan kemampuan untuk mengakses semua bagian lautan di dunia.

    Alat pemotong kabel baru China yang dapat dioperasikan dari platform tak berawak yang tersembunyi, memiliki potensi untuk mengeksploitasi kemacetan strategis tanpa perlu muncul ke permukaan.

    Kemampuan ini telah memicu diskusi yang berkembang dalam komunitas penelitian militer, khususnya setelah hancurnya jaringan pipa gas alam dasar laut Rusia oleh oknum tak dikenal selama perang dengan Ukraina.

    Namun, para ilmuwan China bersikeras bahwa alat tersebut, yang telah berhasil memotong kabel setebal 60 mm dalam uji coba di darat, dirancang untuk mendukung “pengembangan sumber daya laut”.

    Pasalnya negara-negara makin terdorong untuk mengalihkan fokus mereka ke arah eksploitasi sumber daya dari laut.

    Terlepas dari tujuan penggunaannya, terobosan baru ini akan makin memungkinkan China untuk meningkatkan kemampuan pengembangan sumber daya lautnya, memajukan ekonomi biru, dan memperkuat statusnya sebagai kekuatan maritim yang sangat penting untuk mencapai tujuan jangka panjang negara tersebut, kata para ilmuwan.

    Beberapa saat lalu, pembangunan ‘stasiun luar angkasa’ sedalam 2.000 meter di dasar Laut Cina Selatan dimulai, yang dirancang untuk menampung sedikitnya enam orang selama sebulan.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • China Serukan Warganya Tidak Bepergian ke Jepang, Ada Apa?

    China Serukan Warganya Tidak Bepergian ke Jepang, Ada Apa?

    Jakarta

    Pemerintah China menyerukan warganya untuk tidak bepergian ke Jepang. Ini dilakukan menyusul protes China atas pernyataan Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi yang menyebutkan kemungkinan keterlibatan negaranya, jika perang China dan Taiwan pecah.

    Dilansir kantor berita AFP, Sabtu (15/11/2025), komentar Takaichi pada 7 November lalu tersebut secara luas ditafsirkan menyiratkan bahwa serangan China terhadap Taiwan, dapat memicu aksi militer oleh Tokyo. Diketahui bahwa Taiwan yang diklaim oleh China, hanya berjarak 100 kilometer (62 mil) dari pulau terdekat di Jepang.

    Pada hari Jumat (14/11), Beijing mengatakan telah memanggil duta besar Jepang untuk dimintai keterangan. Sementara Tokyo pun mengatakan telah memanggil duta besar China setelah sebuah unggahan daring yang “tidak pantas” dan kini telah dihapus.

    Jepang menegaskan posisinya terhadap Taiwan tidak berubah.

    Dalam sebuah unggahan daring Jumat malam waktu Beijing, Kedutaan Besar China di Jepang memperingatkan warganya agar tidak bepergian ke negara tersebut.

    “Baru-baru ini, para pemimpin Jepang telah melontarkan pernyataan yang terang-terangan provokatif mengenai Taiwan, yang sangat merusak suasana komunikasi antarmasyarakat,” demikian bunyi unggahan WeChat tersebut.

    “Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Besar serta Konsulat China di Jepang dengan sungguh-sungguh mengingatkan warga negara China untuk menghindari perjalanan ke Jepang dalam waktu dekat,” tambahnya.

    Beijing telah berulang kali menegaskan bahwa Taiwan — yang diduduki Jepang selama beberapa dekade hingga 1945 — adalah bagian dari wilayahnya dan tidak mengesampingkan kemungkinan penggunaan kekerasan untuk merebut kendali.

    Lihat juga Video ‘Perusahaan Penyedot Debu asal China Ini Bakal Memproduksi Supercar’:

    (ita/ita)

  • China Bangun Kapal Induk Nuklir Pertama, Saingi Kekuatan AS

    China Bangun Kapal Induk Nuklir Pertama, Saingi Kekuatan AS

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pembangunan kapal induk generasi baru di galangan kapal China kembali menjadi perhatian internasional setelah analisis citra terbaru menunjukkan bahwa Beijing kemungkinan sedang menyiapkan kapal induk bertenaga nuklir pertamanya.

    Laporan tersebut diungkap The War Zone, yang menilai sejumlah gambar bocor dan citra satelit sebagai petunjuk kuat bahwa kapal induk Type 004 akan menjadi lompatan terbesar dalam ambisi maritim China.

    Pengungkapan ini muncul tak lama setelah Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (People’s Liberation Army Navy/PLAN) resmi mengoperasikan Fujian, kapal induk canggih pertama yang sepenuhnya diproduksi di dalam negeri.

    Jika Type 004 benar-benar menggunakan tenaga nuklir, Beijing akan bergabung dengan kelompok sangat eksklusif yang saat ini hanya diisi Amerika Serikat dan Prancis. Penggerak nuklir memungkinkan kapal induk beroperasi jauh lebih lama di laut, menghidupkan sistem elektronik berdaya besar, serta melancarkan operasi udara dari mana saja tanpa perlu sering mengisi bahan bakar.

    Menurut laporan Departemen Pertahanan AS, Angkatan Laut China kini merupakan armada terbesar di dunia berdasarkan jumlah kapal tempur, meski masih mengoperasikan tiga kapal induk bertenaga konvensional. Sebagai perbandingan, Amerika Serikat memiliki 11 kapal induk bertenaga nuklir yang aktif.

    Gambar-gambar yang beredar menunjukkan struktur pada Type 004 yang mirip dengan komponen pelindung reaktor pada supercarrier AS. The War Zone menyebutnya sebagai “bukti kuat” bahwa kapal tersebut kemungkinan berpenggerak nuklir, meski belum bisa disebut sebagai konfirmasi final.

    Analis pertahanan di Defense Security Asia juga mengamati dua struktur baja berbentuk lingkaran besar yang tampak di dek atas kapal pada citra bocor dan satelit. Struktur tersebut ditafsirkan sebagai penutup bejana tekan reaktor. Bagian lambung kapal yang sedang dibangun disebut memiliki panjang lebih dari 1.050 kaki, sementara dimensi keseluruhan Type 004 diperkirakan berada di kisaran 105.000 hingga 110.000 ton.

    Selain itu, The War Zone melaporkan bahwa Cina tampaknya tengah membangun kapal induk tambahan di lokasi berbeda, indikasi bahwa Beijing menjalankan produksi paralel dalam proyek bernilai strategis ini.

    Adapun di tengah “perlombaan kapal induk” global, Turki dan Prancis juga sedang mengembangkan kapal induk generasi berikutnya, sementara India masih mempertimbangkan langkah serupa.

    Kemajuan Fujian

    Sementara itu, kapal induk Fujian kini menjadi salah satu simbol kemajuan teknologi China. Kapal tersebut dilengkapi sistem peluncur pesawat elektromagnetik (EMALS), teknologi yang juga digunakan pada kapal induk terbaru AS, USS Gerald R. Ford.

    Prancis berencana mengintegrasikan teknologi serupa pada kapal induk nuklir generasi baru yang sedang dibangun.

    “Kehadiran ‘era tiga kapal induk’ merupakan pencapaian penting dalam pembangunan pertahanan dan militer China, mewakili langkah maju yang solid menuju kemampuan kelas dunia,” tutur Chen Binhua, juru bicara Kantor Urusan Taiwan di bawah Dewan Negara.

    Sementara itu, Liang-chih Evans Chen, peneliti di Institute for National Defense and Security Research (INDSR) Taiwan, menulis dalam laporan 2024 bahwa upaya pembangunan kapal Cina dapat memicu perlombaan senjata besar-besaran di kawasan.

    “Kompetisi maritim antara AS dan Cina diperkirakan akan meningkat dan membentuk ulang lanskap geopolitik di Indo-Pasifik dan sekitarnya.”

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Jalan di Karpet Merah, Momen Raja Thailand Temui Xi Jinping di Beijing

    Jalan di Karpet Merah, Momen Raja Thailand Temui Xi Jinping di Beijing

    HOME

    MARKET

    MY MONEY

    NEWS

    TECH

    LIFESTYLE

    SHARIA

    ENTREPRENEUR

    CUAP CUAP CUAN

    CNBC TV

    Loading…

    `

    $(‘#loaderAuth’).remove()
    const dcUrl=”https://connect.detik.com/dashboard/”;

    if (data.is_login) {
    $(‘#connectDetikAvatar’).html(`

    `);
    $(‘#UserMenu’).append(`
    ${prefix}

    My Profile

    Logout

    ${suffix}
    `);

    $(“#alloCardIframe”).iFrameResize();

    } else {
    prefix = “

    $(‘#connectDetikAvatar’).html(`

    `);
    $(‘#UserMenu’).append(`
    ${prefix}

    REGISTER

    LOGIN
    ${suffix}
    `);
    }
    }

  • ​NasDem Dalami Strategi Kemandirian Teknologi Tiongkok, Bahas Produktivitas Baru Asia

    ​NasDem Dalami Strategi Kemandirian Teknologi Tiongkok, Bahas Produktivitas Baru Asia

    Beijing: Delegasi Partai NasDem mengikuti seminar tingkat tinggi di Beijing yang mengusung tema “Accelerating Sci-Tech Self-Reliance and Self-Strengthening at Higher Levels, Leading the Development of New Quality Productivity.”

    Seminar ini menghadirkan dialog mendalam antara pakar Tiongkok dan delegasi NasDem serta delegasi dari ASEAN mengenai bagaimana negara-negara Asia dapat memperkuat kemandirian sains dan teknologi sebagai fondasi produktivitas baru di era global.

    Profesor Xu Jie dari Departemen Ekonomi, Sekolah Partai Pusat CPC (Akademi Pemerintahan Tiongkok), yang juga menjabat sebagai Direktur Bagian Pengajaran dan Penelitian Ekonomi Industri, memaparkan arah strategis pembangunan teknologi di Tiongkok. Ia menjelaskan bahwa kemandirian teknologi (sci-tech self-reliance) dibangun dengan visi nasional yang konsisten, investasi riset jangka panjang, integrasi inovasi ke dalam perekonomian, serta penguatan ekosistem talenta.

    “Kemandirian teknologi bukan tentang menutup diri dari dunia, tetapi tentang memiliki kekuatan ilmiah untuk berkolaborasi secara setara. Tiongkok ingin memberi kontribusi bagi kemajuan peradaban manusia melalui inovasi yang lahir dari kekuatan sendiri,” jelas Prof. Xu Jie.

    Ia menambahkan bahwa konsep new quality productivity mengarah pada produktivitas generasi baru yang menggabungkan kreativitas manusia, kualitas riset, teknologi strategis, dan orientasi pembangunan jangka panjang yang berkelanjutan.

    “Produktivitas berkualitas harus mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat, bukan hanya mempercepat pertumbuhan. Teknologi masa depan harus human-centered,” tegasnya.

    Dalam forum tersebut, Prof. Xu Jie secara khusus memuji Indonesia sebagai negara dengan modal teknologi yang sangat besar.

    “Indonesia memiliki kekuatan STEM – sains, teknologi, teknik, dan matematika – yang luar biasa. Dengan sumber daya manusia seperti itu, Indonesia memiliki potensi besar untuk membangun kapasitas teknologinya sendiri dan menjadi pemain penting di kawasan,” ujarnya.
     

    Ia menilai keunggulan demografi Indonesia, kemunculan talenta muda, dan pertumbuhan ekonomi kreatif sebagai fondasi kuat bagi Indonesia untuk bertransformasi menuju teknologi generasi berikutnya. Pernyataan ini menjadi dorongan penting bagi delegasi NasDem untuk melihat peluang kerja sama strategis Indonesia – Tiongkok dalam bidang inovasi dan penguatan SDM.

    Menanggapi paparan Prof. Xu mengenai talenta dan inovasi, Laurentia Mellynda, anggota delegasi NasDem yang juga Anggota DPRD Kota Cirebon, menjelaskan bahwa Indonesia terus memperkuat ekosistem kewirausahaan teknologi untuk generasi muda.

    “Pemerintah Indonesia mendorong tumbuhnya young entrepreneur melalui berbagai program inkubasi startup di Kementerian UMKM dan Kementerian Ekraf. Banyak kompetisi yang memberikan grant dan dukungan pembiayaan untuk membantu anak muda memperluas inovasinya,” ujarnya.

    Ia menambahkan bahwa akses permodalan kini semakin terbuka melalui venture capital baik dari sektor swasta maupun pemerintah.

    “Akses pembiayaan memang semakin terbuka, tetapi tetap harus disertai regulasi yang kuat agar menghindari fraud dan memastikan ekosistem inovasi tumbuh secara sehat,” jelasnya.

    Pemaparan Mellynda memperlihatkan bahwa Indonesia siap memperkuat kapasitas talenta digital dan kewirausahaan teknologi, sehingga kolaborasi dengan Tiongkok akan berpotensi menghasilkan percepatan produktivitas baru di Asia.

    Sementara Ketua Delegasi NasDem, Rio Okto Mendrino Waas, menilai bahwa pemaparan Prof. Xu sangat relevan bagi Indonesia dan sejalan dengan agenda masa depan NasDem.

    “Apa yang dipaparkan Prof. Xu menunjukkan bahwa kemandirian teknologi lahir dari visi nasional, investasi riset, dan kolaborasi antaraktor. Indonesia memiliki potensi besar, dan ini harus dikelola dengan strategi yang jelas. NasDem percaya masa depan bangsa ditentukan oleh kemampuan kita membangun teknologi sendiri,” ujarnya.

    Rio menegaskan bahwa paradigma produktivitas baru yang menggabungkan teknologi, inovasi, dan nilai kemanusiaan sangat selaras dengan visi Restorasi Indonesia.

    “Teknologi harus menghadirkan manfaat langsung bagi manusia. Itulah inti dari restorasi, membangun kemajuan yang berpihak pada rakyat,” tambahnya.

    Sedangkan, Damianus Bilo, Staf Khusus Ketua Umum Partai NasDem, menyoroti bahwa inovasi teknologi Tiongkok memiliki karakter yang unik karena dibangun di atas identitas nasional.

    “Yang menarik adalah bagaimana inovasi teknologi Tiongkok berakar pada nilai budaya dan narasi bangsanya. Mereka membangun teknologi sebagai bagian dari jati diri nasional. Indonesia perlu mengembangkan pendekatan serupa agar inovasi kita memiliki karakter, arah, dan makna,” ujarnya.

    Ia menegaskan bahwa kerja sama teknologi Indonesia – Tiongkok harus dipahami sebagai pertukaran nilai, perspektif, dan imajinasi masa depan Asia.

    “Ini bukan sekadar pertukaran skill. Ini adalah pertukaran gagasan, cara pandang, dan visi tentang masa depan Asia. NasDem melihat diplomasi inovasi ini sebagai bagian penting dari masa depan Indonesia,” tutupnya.

    Seminar ini menjadi salah satu agenda kunci dalam rangkaian program kunjungan multinegara ASEAN di Tiongkok, pada 12–19 November 2025, termasuk delegasi Partai NasDem yang mencakup dialog politik, kunjungan pusat riset, diplomasi kebudayaan, serta pertemuan tingkat tinggi dengan pejabat IDCPC

    Beijing: Delegasi Partai NasDem mengikuti seminar tingkat tinggi di Beijing yang mengusung tema “Accelerating Sci-Tech Self-Reliance and Self-Strengthening at Higher Levels, Leading the Development of New Quality Productivity.”
     
    Seminar ini menghadirkan dialog mendalam antara pakar Tiongkok dan delegasi NasDem serta delegasi dari ASEAN mengenai bagaimana negara-negara Asia dapat memperkuat kemandirian sains dan teknologi sebagai fondasi produktivitas baru di era global.
     
    Profesor Xu Jie dari Departemen Ekonomi, Sekolah Partai Pusat CPC (Akademi Pemerintahan Tiongkok), yang juga menjabat sebagai Direktur Bagian Pengajaran dan Penelitian Ekonomi Industri, memaparkan arah strategis pembangunan teknologi di Tiongkok. Ia menjelaskan bahwa kemandirian teknologi (sci-tech self-reliance) dibangun dengan visi nasional yang konsisten, investasi riset jangka panjang, integrasi inovasi ke dalam perekonomian, serta penguatan ekosistem talenta.

    “Kemandirian teknologi bukan tentang menutup diri dari dunia, tetapi tentang memiliki kekuatan ilmiah untuk berkolaborasi secara setara. Tiongkok ingin memberi kontribusi bagi kemajuan peradaban manusia melalui inovasi yang lahir dari kekuatan sendiri,” jelas Prof. Xu Jie.
     
    Ia menambahkan bahwa konsep new quality productivity mengarah pada produktivitas generasi baru yang menggabungkan kreativitas manusia, kualitas riset, teknologi strategis, dan orientasi pembangunan jangka panjang yang berkelanjutan.
     
    “Produktivitas berkualitas harus mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat, bukan hanya mempercepat pertumbuhan. Teknologi masa depan harus human-centered,” tegasnya.
     
    Dalam forum tersebut, Prof. Xu Jie secara khusus memuji Indonesia sebagai negara dengan modal teknologi yang sangat besar.
     
    “Indonesia memiliki kekuatan STEM – sains, teknologi, teknik, dan matematika – yang luar biasa. Dengan sumber daya manusia seperti itu, Indonesia memiliki potensi besar untuk membangun kapasitas teknologinya sendiri dan menjadi pemain penting di kawasan,” ujarnya.
     

     
    Ia menilai keunggulan demografi Indonesia, kemunculan talenta muda, dan pertumbuhan ekonomi kreatif sebagai fondasi kuat bagi Indonesia untuk bertransformasi menuju teknologi generasi berikutnya. Pernyataan ini menjadi dorongan penting bagi delegasi NasDem untuk melihat peluang kerja sama strategis Indonesia – Tiongkok dalam bidang inovasi dan penguatan SDM.
     
    Menanggapi paparan Prof. Xu mengenai talenta dan inovasi, Laurentia Mellynda, anggota delegasi NasDem yang juga Anggota DPRD Kota Cirebon, menjelaskan bahwa Indonesia terus memperkuat ekosistem kewirausahaan teknologi untuk generasi muda.
     
    “Pemerintah Indonesia mendorong tumbuhnya young entrepreneur melalui berbagai program inkubasi startup di Kementerian UMKM dan Kementerian Ekraf. Banyak kompetisi yang memberikan grant dan dukungan pembiayaan untuk membantu anak muda memperluas inovasinya,” ujarnya.
     
    Ia menambahkan bahwa akses permodalan kini semakin terbuka melalui venture capital baik dari sektor swasta maupun pemerintah.
     
    “Akses pembiayaan memang semakin terbuka, tetapi tetap harus disertai regulasi yang kuat agar menghindari fraud dan memastikan ekosistem inovasi tumbuh secara sehat,” jelasnya.
     
    Pemaparan Mellynda memperlihatkan bahwa Indonesia siap memperkuat kapasitas talenta digital dan kewirausahaan teknologi, sehingga kolaborasi dengan Tiongkok akan berpotensi menghasilkan percepatan produktivitas baru di Asia.
     
    Sementara Ketua Delegasi NasDem, Rio Okto Mendrino Waas, menilai bahwa pemaparan Prof. Xu sangat relevan bagi Indonesia dan sejalan dengan agenda masa depan NasDem.
     
    “Apa yang dipaparkan Prof. Xu menunjukkan bahwa kemandirian teknologi lahir dari visi nasional, investasi riset, dan kolaborasi antaraktor. Indonesia memiliki potensi besar, dan ini harus dikelola dengan strategi yang jelas. NasDem percaya masa depan bangsa ditentukan oleh kemampuan kita membangun teknologi sendiri,” ujarnya.
     
    Rio menegaskan bahwa paradigma produktivitas baru yang menggabungkan teknologi, inovasi, dan nilai kemanusiaan sangat selaras dengan visi Restorasi Indonesia.
     
    “Teknologi harus menghadirkan manfaat langsung bagi manusia. Itulah inti dari restorasi, membangun kemajuan yang berpihak pada rakyat,” tambahnya.
     
    Sedangkan, Damianus Bilo, Staf Khusus Ketua Umum Partai NasDem, menyoroti bahwa inovasi teknologi Tiongkok memiliki karakter yang unik karena dibangun di atas identitas nasional.
     
    “Yang menarik adalah bagaimana inovasi teknologi Tiongkok berakar pada nilai budaya dan narasi bangsanya. Mereka membangun teknologi sebagai bagian dari jati diri nasional. Indonesia perlu mengembangkan pendekatan serupa agar inovasi kita memiliki karakter, arah, dan makna,” ujarnya.
     
    Ia menegaskan bahwa kerja sama teknologi Indonesia – Tiongkok harus dipahami sebagai pertukaran nilai, perspektif, dan imajinasi masa depan Asia.
     
    “Ini bukan sekadar pertukaran skill. Ini adalah pertukaran gagasan, cara pandang, dan visi tentang masa depan Asia. NasDem melihat diplomasi inovasi ini sebagai bagian penting dari masa depan Indonesia,” tutupnya.
     
    Seminar ini menjadi salah satu agenda kunci dalam rangkaian program kunjungan multinegara ASEAN di Tiongkok, pada 12–19 November 2025, termasuk delegasi Partai NasDem yang mencakup dialog politik, kunjungan pusat riset, diplomasi kebudayaan, serta pertemuan tingkat tinggi dengan pejabat IDCPC

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News


    Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id

    (RUL)

  • AS Setuju Jual Alat Militer Rp 5,5 T ke Taiwan, China Geram!

    AS Setuju Jual Alat Militer Rp 5,5 T ke Taiwan, China Geram!

    Jakarta

    Pemerintah China bereaksi keras atas persetujuan pemerintah Amerika Serikat soal kesepakatan penjualan peralatan militer ke Taiwan. Beijing menegaskan bahwa pihaknya “menentang keras” hal itu.

    “Penjualan senjata Amerika Serikat ke Taiwan secara serius melanggar prinsip ‘Satu China’,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian dalam konferensi pers reguler pada hari Jumat (14/11) ketika ditanya tentang kesepakatan tersebut.

    “China sangat tidak puas dan menentang keras hal ini,” imbuhnya, dilansir kantor berita AFP, Jumat (14/11/2025).

    Sebelumnya, Pentagon atau Departemen Pertahanan AS mengatakan pemerintah AS menyetujui kemungkinan penjualan suku cadang jet tempur dan komponen perbaikannya senilai US$ 330 juta (Rp 5,5 triliun) ke Taiwan. Pentagon menyebut suku cadang dan komponen perbaikan itu diperlukan untuk menjaga kesiapan operasional jet tempur dan pesawat militer buatan AS yang digunakan Taiwan.

    “Penjualan yang diusulkan ini akan meningkatkan kemampuan penerima untuk menghadapi ancaman saat ini dan di masa mendatang, dengan menjaga kesiapan operasional armada F-16, C-130 (dan pesawat-pesawat lainnya),” kata Pentagon dalam pernyataannya pada Kamis (13/11) waktu setempat, dilansir Reuters, Jumat (14/11/2025).

    China mengklaim Taiwan, yang memiliki pemerintahan demokratis sendiri, sebagai bagian wilayah kedaulatannya dan tidak mengesampingkan kemungkinan penggunaan kekerasan untuk menguasai pulau tersebut.

    Pemerintah Taipei sangat menentang klaim kedaulatan Beijing, dan mengatakan hanya rakyat Taiwan yang dapat menentukan masa depan mereka sendiri.

    Pengumuman soal kemungkinan penjualan senjata ke Taiwan itu muncul setelah Trump dan Presiden China Xi Jinping melakukan pertemuan di Korea Selatan (Korsel) pada akhir bulan lalu, dalam upaya mengamankan kesepakatan perdagangan.

    Sebelum pertemuan puncak itu digelar, terdapat kekhawatiran di Taipei bahwa mungkin ada semacam “penjualan” kepentingan Taiwan oleh Trump kepada Xi.

    Washington memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Beijing, tetapi juga mempertahankan hubungan tidak resmi dengan Taipei dan merupakan pemasok senjata terpenting bagi Taiwan.

    Pada September lalu, Trump menolak untuk menyetujui bantuan militer senilai US$ 400 juta (Rp 6,6 triliun) untuk Taiwan. Keputusan Trump pada saat itu menandai perubahan tajam untuk kebijakan AS terhadap Taiwan.

    Di bawah mantan Presiden Joe Biden, AS menyetujui paket bantuan militer senilai lebih dari US$ 2 miliar untuk Taiwan. Namun Trump, menurut laporan The Washington Post pada saat itu, “tidak mendukung pengiriman senjata tanpa pembayaran, sebuah preferensi yang juga ditunjukkan dengan Ukraina”.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Trump Setujui Penjualan Alat Militer Rp 5,5 T ke Taiwan

    Trump Setujui Penjualan Alat Militer Rp 5,5 T ke Taiwan

    Washington DC

    Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyetujui kemungkinan penjualan suku cadang jet tempur dan komponen perbaikannya senilai US$ 330 juta (Rp 5,5 triliun) ke Taiwan. Hal ini menandai transaksi potensial pertama sejak Presiden Donald Trump kembali menjabat pada Januari lalu.

    Pentagon atau Departemen Pertahanan AS, seperti dilansir Reuters, Jumat (14/11/2205), menyebut suku cadang dan komponen perbaikan itu diperlukan untuk menjaga kesiapan operasional jet tempur dan pesawat militer buatan AS yang digunakan Taiwan.

    “Penjualan yang diusulkan ini akan meningkatkan kemampuan penerima untuk menghadapi ancaman saat ini dan di masa mendatang, dengan menjaga kesiapan operasional armada F-16, C-130 (dan pesawat-pesawat lainnya),” sebut Pentagon dalam pernyataannya pada Kamis (13/11).

    China mengklaim Taiwan, yang memiliki pemerintahan demokratis sendiri, sebagai bagian wilayah kedaulatannya dan tidak mengesampingkan kemungkinan penggunaan kekerasan untuk menguasai pulau tersebut.

    Pemerintah Taipei sangat menentang klaim kedaulatan Beijing, dan mengatakan hanya rakyat Taiwan yang dapat menentukan masa depan mereka sendiri.

    Pengumuman soal kemungkinan penjualan senjata ke Taiwan itu muncul setelah Trump dan Presiden China Xi Jinping melakukan pertemuan di Korea Selatan (Korsel) pada akhir bulan lalu, dalam upaya mengamankan kesepakatan perdagangan.

    Sebelum pertemuan puncak itu digelar, terdapat kekhawatiran di Taipei bahwa mungkin ada semacam “penjualan” kepentingan Taiwan oleh Trump kepada Xi.

    Washington memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Beijing, tetapi juga mempertahankan hubungan tidak resmi dengan Taipei dan merupakan pemasok senjata terpenting bagi Taiwan.

    Pada September lalu, Trump menolak untuk menyetujui bantuan militer senilai US$ 400 juta (Rp 6,6 triliun) untuk Taiwan. Keputusan Trump pada saat itu menandai perubahan tajam untuk kebijakan AS terhadap Taiwan.

    Di bawah mantan Presiden Joe Biden, AS menyetujui paket bantuan militer senilai lebih dari US$ 2 miliar untuk Taiwan. Namun Trump, menurut laporan The Washington Post pada saat itu, “tidak mendukung pengiriman senjata tanpa pembayaran, sebuah preferensi yang juga ditunjukkan dengan Ukraina”.

    Disebutkan The Washington Post dalam laporannya bahwa para pejabat pertahanan AS dan Taiwan telah bertemu di Anchorage, Alaska, pada Agustus untuk membahas paket penjualan senjata “yang totalnya bisa mencapai miliaran dolar”, termasuk drone, rudal, dan sensor untuk memantau garis pantai Taiwan.

    Sejak Trump menjabat untuk periode kedua, kekhawatiran di Taipei semakin meningkat mengenai keteguhan hubungan Taiwan-AS dan kesediaan Washington untuk mempertahankan pulau tersebut jika China menyerang.

    Namun, Trump sebelumnya mengatakan bahwa Xi telah memberitahunya jika Beijing tidak akan menginvasi Taiwan selama dia menjabat.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)