kab/kota: Beijing

  • VIDEO: Beijing Gelar Lomba Setengah Maraton Pertama di Dunia untuk Robot Humanoid

    VIDEO: Beijing Gelar Lomba Setengah Maraton Pertama di Dunia untuk Robot Humanoid

    Puluhan robot humanoid bersama dengan ribuan manusia mengikuti lomba lari setengah maraton pertama di dunia yang digelar di Beijing, China pada 19 April 2025. Sebanyak 20 tim berpartisipasi dalam acara ini, mewakili tim tingkat nasional, perusahaan swasta, dan kelompok penelitian universitas. Robot-robot tersebut memiliki teknologi dan desain yang beragam, mulai dari “Tiangong Ultra” setinggi 180 cm hingga “Little Giant” setinggi 75 cm.

    Ringkasan

  • Pesawat Boeing Dipulangkan ke AS dari China di Tengah Ketegangan Tarif Impor  – Halaman all

    Pesawat Boeing Dipulangkan ke AS dari China di Tengah Ketegangan Tarif Impor  – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pesawat jet milik Boeing yang seharusnya dikirimkan ke maskapai China harus dipulangkan ke Amerika Serikat akibat ketegangan perang tarif impor antara kedua negara.

    Pengembalian satu dari beberapa jet yang menunggu pengerjaan akhir dan penyerahan ke maskapai China dilakukan di pusat penyelesaian Zhoushan, China, dilansir dari Reuters.

    Sebelum Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif impor yang memicu perang dagang memanas pada 2 April lalu, tiga pesawat 737 MAX baru telah terbang dari fasilitas Boeing di Seattle ke Zhoushan.

    Satu pesawat lainnya tiba minggu lalu di Zhoushan, tempat Boeing memasang interior dan mengecat corak sebelum menyerahkannya kepada pelanggan, menurut data Flightradar24.

    Akan tetapi, pada hari Jumat, satu pesawat dari gelombang pertama jet lepas landas lagi tanpa pengiriman dan terbang dari Zhoushan ke wilayah AS di Guam yang merupakan persinggahan yang dibuat oleh penerbangan tersebut saat melintasi Pasifik. Yang diartikan bahwa pesawat itu sedang dalam perjalanan kembali ke Seattle.

    Perjalanan sejauh 5.000 mil kembali ke pabrik utama Boeing dilakukan saat bisnis pembuat pesawat itu di Tiongkok sedang diawasi ketat terkait sengketa tarif.

    Dari sumber lain menyatakan awal minggu ini Boeing menghadapi larangan impor dari Tiongkok, bagian dari meningkatnya konfrontasi atas tarif global “timbal balik” Presiden Trump.

    Sejauh ini, baik Boeing maupun pemerintah China hingga media di Beijing belum memberikan tanggapan terhadap hal yang terjadi.

    Sumber-sumber industri penerbangan dan kedirgantaraan mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui adanya instruksi resmi yang melarang pembelian pesawat Boeing.

    Meski begitu, sumber-sumber industri dan analis secara umum sepakat bahwa pengenaan tarif atas barang-barang AS oleh Beijing sebagai tanggapan atas tindakan Trump akan secara efektif memblokir impor pesawat tanpa larangan resmi apa pun.

    Seorang senior di industri ini mengatakan Boeing dan para pemasoknya diperkirakan tidak akan mengirimkan pesawat ke China untuk sementara waktu.

    Satu narasumber lainnya menyebut pesawat itu diharapkan akan dikirimkan ke Xiamen, yang tidak membalas permintaan komentar.

    Publikasi penerbangan The Air Current, yang pertama kali melaporkan keputusan untuk menarik beberapa pesawat yang belum terkirim dari Zhoushan, menyampaikan satu maskapai penerbangan China yang tidak disebutkan namanya secara terpisah telah menarik diri dari komitmen untuk menyewa pesawat Boeing.

    Sumber industri mengatakan penerbangan kembali itu dilakukan meskipun ada beberapa diskusi mengenai meninggalkan pesawat jet yang belum terkirim di penyimpanan berikat, yang berarti jet-jet itu tidak akan diimpor atau dikenai tarif secara resmi.

  • Gara-gara Kecelakaan Maut, China Larang Istilah Autonomous Driving

    Gara-gara Kecelakaan Maut, China Larang Istilah Autonomous Driving

    Jakarta

    Pemerintah China mengambil langkah tegas menyusul insiden kecelakaan maut mobil listrik Xiaomi SU7 yang mengalami error ketika menggunakan fitur Advanced Driver Assistance Systems (ADAS).

    Dilansir dari Car News China, Ministry of Industry and Information Technology (MIIT) atau Kementerian Perindustrian dan Informatisasi China mengeluarkan regulasi baru yang mengubah total cara produsen otomotif mengembangkan dan memasarkan teknologi mengemudi semi-otonom.

    Aturan ini muncul tak lama setelah kecelakaan mematikan yang menewaskan tiga orang di Beijing. Insiden tersebut melibatkan mobil listrik Xiaomi, yang tengah gencar mengembangkan mobil listrik pintarnya. Kecelakaan terjadi ketika sistem ADAS pada kendaraan tersebut diduga gagal mengenali objek lain di jalan tol.

    Dalam regulasi baru yang lebih ketat, MIIT melarang sejumlah fitur dan praktik industri yang sebelumnya umum digunakan. Program uji beta publik untuk teknologi otonom kini harus mendapat persetujuan resmi pemerintah dan pabrikan harus menghentikan praktik mengandalkan pengguna awal untuk menguji fitur baru.

    Istilah marketing seperti “autonomous driving” atau “self-driving” juga dilarang keras. Produsen kini wajib menggunakan istilah “L2 assisted driving” atau setara untuk menghindari kesan bahwa kendaraan bisa benar-benar mengemudi sendiri.

    Fitur-fitur canggih seperti remote parking dan one-touch summoning yang memungkinkan mobil bergerak tanpa pengemudi langsung juga dilarang. MIIT menegaskan fungsi semacam ini tidak akan mendapat persetujuan karena dinilai terlalu berisiko.

    Aturan baru ini juga memaksa produsen untuk memperketat sistem deteksi pengemudi. Kendaraan harus bisa mengenali ketika pengemudi melepas tangan dari kemudi lebih dari 60 detik, dan segera mengambil tindakan seperti memperlambat kendaraan atau mengaktifkan lampu hazard.

    Car News China melaporkan bahwa dampak aturan yang diperketat ini langsung terasa di pasar saham China. Saham produsen otomotif seperti BAIC dan Seres mengalami penurunan signifikan.
    Selain itu, perusahaan yang selama ini gencar mempromosikan teknologi otonom seperti Huawei, Xpeng, Li Auto, dan Nio diperkirakan akan menghadapi tantangan besar.

    Kebijakan ini diumumkan tepat sebelum Shanghai Auto Show 2025, di mana banyak produsen sebelumnya berencana memamerkan teknologi mengemudi otonom terbaru mereka. Pemerintah China jelas mengirim pesan kuat: keselamatan harus diutamakan, meski harus memperlambat inovasi di sektor otomotif pintar.

    (mhg/riar)

  • China Tepis Zelensky soal Pasok Senjata untuk Rusia

    China Tepis Zelensky soal Pasok Senjata untuk Rusia

    Jakarta

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengaku mendapat informasi China telah memasok senjata ke Rusia. China langsung menepis kabar tersebut.

    Dirangkum detikcom dilansir kantor berita AFP, Sabtu (19/4/2025), Zelensky tiba-tiba menyampaikan kabar terkait China dan Rusia. Dia mengaku mendapat informasi China telah memasok senjata ke Rusia.

    “Kami akhirnya menerima informasi bahwa China memasok senjata ke Federasi Rusia,” kata Zelensky.

    Zelensky meyakini perwakilan China terlibat dalam produksi sejumlah senjata di wilayah Rusia. Kendati demikian, Zelensky belum membeberkan wilayah mana saja yang produksi senjatanya melibatkan China.

    “Kami yakin bahwa perwakilan China terlibat dalam produksi sejumlah senjata di wilayah Rusia,” imbuhnya.

    China Bantah Pasok Senjata ke Rusia

    Foto: Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian (Dok. Reuters).

    Otoritas China membantah klaim Volodymyr Zelensky soal Beijing memasok persenjataan kepada Rusia untuk digunakan dalam perang di Ukraina. Ditegaskan otoritas China bahwa pihaknya tidak pernah memasok senjata mematikan kepada pihak mana pun dalam konflik tersebut.

    Bantahan ini, seperti dilansir AFP, Sabtu (19/4), disampaikan Kementerian Luar Negeri China setelah Zelensky mengklaim dirinya mendapatkan “informasi” soal Beijing memasok senjata untuk Moskow.

    “Pihak China tidak pernah menyediakan senjata mematikan kepada pihak mana pun dalam konflik tersebut, dan secara ketat mengendalikan barang-barang yang memiliki fungsi ganda,” tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, dalam pernyataannya.

    Otoritas Beijing mengatakan “posisinya mengenai masalah Ukraina sangat konsisten dan jelas”.

    “Kami selalu secara aktif berupaya untuk menghentikan permusuhan dan mengupayakan perundingan damai,” kata Lin.

    China selama ini menggambarkan dirinya sebagai pihak yang netral dalam perang yang berlangsung selama tiga tahun terakhir itu, meskipun ada kritikan dari negara-negara Barat bahwa hubungan dekatnya dengan Rusia telah memberikan dukungan ekonomi dan diplomatik yang penting kepada Moskow.

    Halaman 2 dari 2

    (whn/fas)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Indonesia Jadi Penyelamat Boeing di Tengah Pusaran Perang Dagang AS-China?

    Indonesia Jadi Penyelamat Boeing di Tengah Pusaran Perang Dagang AS-China?

    Bisnis.com, JAKARTA – Krisis Boeing memasuki babak baru, terutama setelah China memboikot para maskapainya membeli jet dan suku cadang keluaran manufaktur pesawat asal Amerika Serikat (AS) itu beberapa waktu lalu. 

    Sebaliknya, kabar dari Indonesia seakan jadi angin segar buat produsen pesawat terbang asal Negeri Paman Sam tersebut. 

    Berdasarkan laporan Bloomberg, Jumat (18/4/2025) malam, boikot China telah menjadi kenyataan, seiring pengembalian pesawat Boeing 737 Max dari pusat perakitan akhir Boeing di Zhoushan, China, di mana sebelumnya merupakan pesanan Xiamen Airlines. 

    Menurut data dari FlightRadar24, pesawat itu sebelumnya terbang menuju Zhoushan dari Seattle, Washington, AS via Hawai dan Guam pada bulan lalu. Kini, pesawat itu diterbangkan kembali ke Guam. 

    Sementara itu, data Aviation Flights Group menyebut masih ada dua pesawat Boeing di Zhoushan yang berstatus dalam proses pengiriman ke pelanggan, tapi turut berpotensi dikembalikan akibat dampak perang dagang AS-China.

    Menurut penyedia data penerbangan Cirium, sebelum Presiden AS Donald Trump menerapkan tarif impor resiprokal, Boeing telah mengirimkan 13 pesawat 737 Max dan 3 pesawat 787 ke China selama 2025. 

    Lantas, masih ada 28 pesawat 737 Max dan satu pesawat 787 dijadwalkan untuk sisa tahun ini. 

    Namun, analisis dari RBC Capital Markets LLC yang dipimpin oleh Ken Herbert melihat bahwa gertakan Beijing bisa jadi hanya taktik negosiasi, mengingat pentingnya suku cadang Boeing untuk para maskapai pengguna eksisting di China.

    “Pembatasan impor suku cadang pesawat baru dari China sulit dipertahankan dalam jangka waktu lama, karena diperlukan untuk mendukung armada yang ada,” ujarnya seperti dilansir Bloomberg, Sabtu (19/4/2025).

    Terlebih, pabrikan pesawat pelat merah China, Commercial Aircraft Corp of China Ltd. alias Comac, masih bergantung dengan suku cadang dari AS untuk membangun pesawatnya.

    Sumber Bloomberg menyebut Comac sebenarnya telah melakukan langkah strategis dengan menimbun mesin dan suku cadang untuk merampungkan lusinan pesawatnya pada tahun ini dari maskapai Hong Kong, Timur Tengah, dan Vietnam.  

    Bahkan, salah satu pejabat China mempertimbangkan meminta Airbus untuk memasok mesin jet baru buat Comac, atau tetap mengakses komponen pesawat asal pabrikan AS melalui negara lain yang telah menjadi bagian dari rantai pasok. 

    Sebagai contoh, pesawat C919 yang dirancang Comac memiliki kapasitas untuk 158 hingga 192 penumpang menggunakan mesin CFM International LEAP-1C, perusahaan patungan antara GE dan Safran SA dari Prancis, serta avionik dari Honeywell International Inc. dan Rockwell Collins.

    Jet yang dipatok untuk bisa bersaing dengan keluarga Airbus A320 dan Boeing 737 itu pun masih mengandalkan sistem hidrolik untuk roda pendaratannya berasal dari Parker Aerospace di AS, sementara beberapa sistem kabinnya berasal dari Eaton Corp. yang berkantor pusat di Dublin.

    C919 belum diberi lampu hijau oleh regulator keselamatan penerbangan lainnya untuk terbang di luar Tiongkok atau Hong Kong, yang berarti pesawat ini hanya digunakan oleh maskapai penerbangan Tiongkok di dalam negeri.

    Pesawat Comac yang telah mulai dikenal dunia internasional hanya ARJ21 atau C909 yang mampu mengangkut hingga 97 penumpang. TransNusa Airlines dari Indonesia dan Lao Airlines dari Laos tercatat menjadi pengguna awal pesawat ini. 

    Angin Segar dari Negosiasi Indonesia

    Sebelumnya, Boeing sempat diterpa krisis secara bertubi-tubi dari mulai isu keselamatan, dampak pandemi, mogok kerja para karyawan, hingga pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran. 

    Pada akhirnya, Boeing mencatatkan kerugian US$11,83 miliar atau sekitar Rp192 triliun sepanjang 2024. Kerugian ini bahkan tercatat lebih besar dari rugi tahunan era pandemi Covid-19 alias periode 2020.

    Terkini, Indonesia sedang mempertimbangkan akan memboyong alutsista asal AS sebagai salah satu langkah negosiasi menekan efek dampak tarif Presiden Donald Trump, termasuk pembelian jet tempur F-15EX besutan Boeing.

    Boeing bahkan sempat menjanjikan pemenuhan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) hingga 85%. 

    Chief Executive Officer (CEO) Boeing untuk kawasan Asia Tenggara Penny Burtt mengatakan bahwa Boeing melihat pentingnya memperkuat rantai pasok lokal demi menciptakan ketahanan industri. 

    “Jika Indonesia memilih F-15EX, Boeing akan memenuhi 85% kebutuhan melalui produksi dan dukungan lokal. Kami memiliki tim yang kuat dan berdedikasi yang telah beberapa kali datang ke Indonesia dalam setahun terakhir untuk menjajaki peluang kemitraan dan investasi,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (16/4/2025). 

    Boeing juga mendorong keterlibatan perusahaan dalam negeri untuk menjadi bagian dari ekosistem F-15EX di Indonesia, serta melihat potensi yang signifikan untuk kolaborasi dalam rantai pasokan, MRO, hingga pelatihan. 

    Terlebih, ketika Presiden Prabowo sudah memiliki kesepakatan awal pembelian 24 unit jet tempur itu pada 2023, ketika dirinya masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan RI.

    Namun, komitmen ini dinilai sulit terealisasi karena biaya pembelian 24 unit F-15EX diperkirakan melebihi US$8 miliar, atau hampir setara dengan total anggaran pertahanan Indonesia periode 2024. Terlebih, Prabowo pun masih gencar melakukan program efisiensi anggaran. 

    Selain itu, dalam konteks belanja alutsista, Indonesia masih memiliki komitmen pembelian 42 jet tempur Rafale buatan Dassault Aviation SA yang notabene telah dipatok sebagai prioritas. 

  • Trump Kembali Naikkan Tarif untuk Kapal China, Perang Dagang Berlanjut – Halaman all

    Trump Kembali Naikkan Tarif untuk Kapal China, Perang Dagang Berlanjut – Halaman all

    TRIBUNNESW.COM – Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali meningkat setelah Presiden Donald Trump mengumumkan rencana untuk mengenakan tarif baru bagi kapal yang berasal dari China.

    Kebijakan ini menjadi bagian dari strategi pemerintah AS dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh dominasi industri perkapalan China.

    Apa yang Menjadi Dasar Pengenaan Tarif Ini?

    Pengenaan tarif baru ini diumumkan Trump di tengah aksi lempar tarif impor yang berlangsung antara Washington dan Beijing.

    Penetapan biaya baru ini dilakukan oleh Perwakilan Dagang AS (USTR) berdasarkan tonase bersih atau jumlah barang yang diangkut oleh setiap kapal.

    Kapal curah akan dikenakan biaya berdasarkan berat muatan, sedangkan kapal kontainer akan dikenakan biaya berdasarkan jumlah kontainer yang diangkut.

    Jamieson Greer, perwakilan dari USTR, menegaskan bahwa “kapal dan pelayaran sangat penting bagi keamanan ekonomi Amerika dan arus perdagangan yang bebas.”

    Dengan kebijakan ini, pemerintah berharap dapat mengurangi ketergantungan pada kapal-kapal yang dibangun di luar negeri dan mengurangi ancaman terhadap rantai pasokan domestik.

    Bagaimana Rincian Tarif Baru Ini?

    Kebijakan tarif baru tersebut rencananya akan mulai diterapkan dalam waktu 180 hari ke depan dan akan dilakukan secara bertahap.

    Meskipun belum ada rincian pasti tentang berapa besar tarif yang akan dikenakan, laporan dari BBC International mengindikasikan bahwa biaya kargo bisa meningkat hingga 30 dollar AS per ton setiap tahun selama tiga tahun ke depan.

    Tarif awal untuk kapal yang dibuat di China dipatok mulai dari 18 dollar AS per ton atau 120 dollar AS per kontainer.

    Untuk kapal yang tidak dibuat di AS tetapi mengangkut mobil, biaya yang dikenakan akan mencapai 150 dollar per kendaraan.

    Namun, tarif ini tidak akan berlaku untuk kapal kosong yang tiba di pelabuhan AS untuk mengangkut barang seperti batu bara atau biji-bijian.

    Mengapa Kebijakan Ini Diterapkan?

    Kebijakan baru ini dilatarbelakangi oleh kekhawatiran tentang dominasi pasar industri perkapalan global oleh China, yang meloncat dari kurang dari 5 persen pada tahun 1999 menjadi lebih dari 50% pada tahun 2023.

    Dominasi ini dianggap mengancam daya saing industri perkapalan domestik AS.

    USTR berharap, dengan memberlakukan tarif ini, permintaan untuk kapal buatan dalam negeri akan meningkat, yang merupakan bagian dari upaya lebih luas untuk menghidupkan kembali industri perkapalan AS.

    Apa Respon China terhadap Kebijakan Ini?

    Menanggapi kebijakan tarif baru AS, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, menyatakan bahwa langkah tersebut merugikan logistik global dan ekonomi AS.

    Ia menekankan, “Itu tidak hanya meningkatkan biaya pengiriman global tetapi juga mengganggu stabilitas industri.”

    Lin juga menegaskan bahwa kebijakan ini akan menambah tekanan inflasi di AS dan tidak akan berhasil dalam merevitalisasi industri pembuatan kapal domestik.

    Sebagai respons, pemerintah China telah mengambil tindakan dengan meminta maskapai nasionalnya untuk tidak membeli atau menyewa pesawat dari Boeing dan juga meningkatkan tarif impor barang-barang AS sebesar 145 persen.

    Langkah-langkah ini menunjukkan komitmen China untuk mempertahankan hak-haknya di tengah ketegangan yang meningkat dalam perang dagang.

    Dengan pengenalan tarif baru ini, pemerintah AS berusaha mengatasi tantangan dari dominasi industri perkapalan China sambil berupaya melindungi industri dalam negeri.

    Meskipun kebijakan ini mendapatkan tanggapan negatif dari China, langkah-langkah tersebut menunjukkan tekad AS dalam mengatur kembali arus perdagangan global dan memperkuat posisi industri domestiknya.

    Perang dagang yang sedang berlangsung ini menunjukkan betapa pentingnya peran kapal dan perkapalan dalam perekonomian global.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Zelensky Tuduh China Kirim Senjata, Ini Respons China – Halaman all

    Zelensky Tuduh China Kirim Senjata, Ini Respons China – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemerintah China, di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping, secara tegas membantah tuduhan dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tentang keterlibatannya dalam pengiriman senjata ke Rusia.

    Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, menyatakan bahwa negaranya tidak pernah menyediakan senjata untuk Moskow selama konflik Rusia-Ukraina yang berkepanjangan.

    Dalam keterangan resminya, Lin menjelaskan, “Kami tidak pernah menyediakan senjata mematikan kepada pihak manapun yang berkonflik dan secara ketat mengontrol ekspor barang-barang dengan fungsi ganda.”

    Pernyataan ini menggarisbawahi komitmen China untuk tetap netral dalam permasalahan Ukraina, meskipun Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin memiliki hubungan yang kuat sebagai sekutu.

    Apa Posisi China Terkait Konflik Ukraina?

    China menegaskan bahwa posisinya mengenai isu Ukraina adalah “netral, konsisten, dan jelas.”

    Lin Jian juga menambahkan, “Tiongkok secara aktif berkomitmen untuk mendorong gencatan senjata dan mengakhiri konflik serta mendorong perundingan damai.”

    Hal ini menunjukkan upaya China untuk berperan sebagai mediator di tengah ketegangan yang terus berlangsung.

    Mengapa Zelensky Menuduh China?

    Presiden Zelensky sebelumnya mengeklaim bahwa intelijen Ukraina telah menemukan bukti bahwa China memasok senjata kepada Rusia.

    Dalam konferensi pers di Kyiv pada 17 April 2025, Zelensky menyampaikan, “Kami akhirnya menerima informasi bahwa China memasok senjata ke Federasi Rusia.”

    Meskipun tidak memberikan detail lebih lanjut, ia menekankan bahwa Ukraina siap untuk membicarakan hal ini secara mendalam.

    Klaim tersebut muncul setelah militer Ukraina menangkap dua warga negara China yang diduga bertempur bersama pasukan Rusia di Donetsk.

    Apa Reaksi Dari Pihak Ukraina?

    Meski pemerintah China telah menanggapi tuduhan dengan keras, seorang pejabat senior Ukraina, yang identitasnya dirahasiakan, mengatakan kepada AFP bahwa tentara China yang ditangkap kemungkinan adalah sukarelawan yang bergabung dengan pasukan Rusia untuk keuntungan finansial.

    Ini menunjukkan bahwa mereka mungkin bukan tentara yang dikirim langsung oleh Beijing.

    Sebagai respons terhadap situasi ini, Departemen Luar Negeri AS menggarisbawahi bahwa penangkapan dua warga negara China tersebut menunjukkan tingkat dukungan Beijing terhadap Moskow.

    Selain itu, Ukraina juga memutuskan untuk menjatuhkan sanksi kepada tiga perusahaan China, melarang mereka untuk beroperasi di Ukraina dan membekukan aset mereka.

    Bagaimana Dampak Terhadap Hubungan China dan Ukraina?

    Langkah sanksi tersebut menambah kompleksitas situasi, mengingat China selama ini mempertahankan posisi netral sambil memberikan dukungan ekonomi kepada Rusia.

    Dengan demikian, perkembangan terbaru ini tidak hanya mempengaruhi hubungan antara Ukraina dan China, tetapi juga menambah ketegangan dalam hubungan internasional yang lebih luas terkait konflik Rusia-Ukraina.

    Sebagai kesimpulan, meskipun terdapat tuduhan serius dari pihak Ukraina terhadap China, pemerintah Beijing tetap teguh dengan penolakannya dan menegaskan komitmennya untuk menjaga posisi netral dalam konflik ini.

    Pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana situasi ini akan berkembang di masa depan dan apakah peran China sebagai mediator bisa terealisasi dengan baik?

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Perang Dagang Berlanjut, Trump Tetapkan Tarif Baru untuk Serang Kapal China – Halaman all

    Perang Dagang Berlanjut, Trump Tetapkan Tarif Baru untuk Serang Kapal China – Halaman all

    TRIBUNNESW.COM – Presiden Amerika Seikat (AS), Donald Trump, mengumumkan rencana untuk memasang tarif baru bagi kapal China yang masuk atau berlabuh di pelabuhan AS.

    Hal itu, diungkap Trump di tengah memanasnya aksi lempar tarif impor hingga memicu perang dagang antara Washington dan Beijing.

    Adapun pengenaan biaya baru pada semua kapal buatan dan milik China ditetapkan Perwakilan Dagang AS (USTR) berdasarkan tonase bersih atau barang yang diangkut pada setiap pelayaran.

    Untuk kapal curah yang terkena dampak, biaya akan didasarkan pada berat muatannya.

    Sedangkan biaya untuk kapal kontainer akan bergantung pada berapa banyak kontainer yang diangkut kapal.

    “Kapal dan pelayaran sangat penting bagi keamanan ekonomi Amerika dan arus perdagangan yang bebas,” ujar Perwakilan Dagang AS (USTR), Jamieson Greer, melalui pemberitahuan Federal Register.

    “Kebijakan pemerintahan Trump ini bakal mulai membalikkan dominasi China, mengatasi ancaman terhadap rantai pasokan AS, dan mengirim sinyal permintaan untuk kapal buatan AS,” sambungnya.

    Rencananya, biaya baru tersebut, akan diberlakukan dalam waktu 180 hari ke depan secara bertahap.

    Pemerintah AS juga membuka kemungkinan biaya yang telah ditetapkan itu dapat naik bertahun-tahun ke depan.

    Belum dirinci berapa besaran tarif pajak kapal yang akan dibebankan AS kepada kapal China.

    Namun mengutip laporan BBC International, per pertengahan Oktober 2025 biaya kargo sebesar 50 dolar AS per ton akan naik sebesar 30 dolar AS per ton, setiap tahun selama tiga tahun ke depan.

    Sementara itu, biaya untuk kapal buatan China mulai dipatok dari 18 dolar AS per ton atau 120 dolar AS per kontainer selama tiga tahun ke depan.

    Khusus kapal yang tidak dibuat di AS, namun membawa mobil akan dikenakan biaya 150 dolar per kendaraan.

    Biaya tersebut, jauh lebih rendah dibandingkan rencana yang diajukan pada bulan Februari lalu.

    Dimana Trump sempat berencana mengenakan biaya hingga 1,5 juta dolar AS per Car Equivalent Unit (CEU) dalam 180 hari.

    Meski tarif impor kapal naik, akan tetapi tarif ini tidak akan diterapkan bagi kapal kosong yang tiba di pelabuhan AS untuk membawa ekspor massal seperti batu bara atau biji-bijian

    Kapal yang memindahkan barang antara pelabuhan Amerika serta dari pelabuhan tersebut ke kepulauan Karibia dan wilayah AS juga dikecualikan dari aturan tersebut, seperti halnya kapal AS dan Kanada yang singgah di pelabuhan di Great Lakes.

    Alasan Trump ‘Serang’ Kapal China

    USTR mengakui perubahan ini dilakukan karena komentar publik pada dua hari sidang tentang denda pada Maret 2025, di mana lebih dari 300 kelompok perdagangan dan pihak berkepentingan lainnya bersaksi.

    Selain itu, pemerintah AS menuduh China telah meningkatkan pangsa pasar industri perkapalan globalnya dari kurang dari 5 persen pada tahun 1999 menjadi lebih dari 50 persen pada tahun 2023.

    Dominasi ini dianggap mengancam daya saing industri perkapalan domestik AS dan ketahanan rantai pasok nasional.

    Dengan memberlakukan biaya tambahan bagi kapal-kapal asal China, pemerintah AS berharap dapat merangsang permintaan untuk kapal-kapal yang dibangun di dalam negeri.

    Inisiatif ini merupakan bagian dari upaya lebih luas untuk menghidupkan kembali industri perkapalan domestik yang telah mengalami penurunan signifikan dalam beberapa dekade terakhir.

    Selain itu, kebijakan ini dimaksudkan untuk melindungi industri strategis AS dari ketergantungan pada kapal-kapal yang dibangun atau dioperasikan oleh entitas yang terkait pemerintah China.

    Merespon sanksi baru yang akan ditetapkan AS, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian buka suara.

    Menurutnya, pengenaan biaya pelabuhan dan menambahkan tarif pada peralatan bongkar muat adalah langkah-langkah yang merugikan logistik global dan AS sendiri.

    “Itu tidak hanya meningkatkan biaya pengiriman global dan mengganggu stabilitas industri global tetapi juga meningkatkan tekanan inflasi di AS, merugikan kepentingan konsumen dan bisnis Amerika. Pada akhirnya akan gagal untuk merevitalisasi industri pembuatan kapal AS,” ucap dia.

    Untuk diketahui, pemerintah China tak diam dengan serangan tarif impor dari Trump.

    Terbaru, pemerintah China meminta kepada maskapai nasional tidak membeli atau menyewa pesawat Boeing.

    Tak hanya itu, China turut menaikkan tarif impor atas barang-barang AS sebesar 145 persen.

    Upaya ini dilakukan sebagai respons atas tindakan Trump yang beberapa waktu lalu menetapkan tarif impor sebesar 245 atas produk dan barang China.

    Menegaskan kembali tekad China untuk menyerang di tengah perang dagang yang meningkat pesat.

    Terlebih, saat ini, China merupakan pemegang kunci kekuatan ekonomi global oleh karena itu untuk mengatasi tantangan harus pemerintah berjanji akan terus membela hak pembangunan, serta integritas ekonominya.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Upaya Perdamaian dan Sanksi China dalam Konflik Rusia-Ukraina Hari ke-1151 – Halaman all

    Upaya Perdamaian dan Sanksi China dalam Konflik Rusia-Ukraina Hari ke-1151 – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perang Rusia-Ukraina yang dimulai pada 24 Februari 2022 kini telah memasuki hari ke-1151 pada Sabtu, 19 April 2025.

    Dalam periode yang panjang ini, berbagai perkembangan signifikan terus terjadi, termasuk langkah Ukraina menjatuhkan sanksi terhadap tiga perusahaan asal China yang diduga terlibat dalam produksi rudal Iskander untuk Rusia.

    Mari kita bahas lebih dalam mengenai hal ini.

    Mengapa Ukraina Menjatuhkan Sanksi Terhadap Perusahaan China?

    Ukraina menjatuhkan sanksi kepada tiga perusahaan China pada Jumat, 18 April 2025.

    Ketiga perusahaan tersebut adalah Beijing Aviation, Aerospace Xianghui Technology, Rui Jin Machinery, dan Zhongfu Shenying Carbon Fiber Xining.

    Sanksi ini dilakukan setelah Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut diduga berperan dalam rantai pasokan senjata Rusia, khususnya untuk rudal Iskander.

    Zelensky menegaskan dalam pernyataan di platform media sosial X bahwa sanksi ini merupakan bagian dari upaya Ukraina untuk mempersempit rantai pasokan militer Rusia yang berlanjut.

    Ia menyatakan, “Sebagian besar entitas yang terkena sanksi ini berasal dari Rusia, namun ada juga yang berbasis di Tiongkok.” Meskipun rincian sanksi belum diumumkan secara resmi, biasanya sanksi tersebut mencakup pembekuan aset, larangan transaksi, dan pemutusan kerja sama bisnis.

    Apa Tanggapan Tiongkok terhadap Tuduhan Ini?

    Dalam menanggapi tuduhan dari Zelensky, pemerintah Tiongkok secara tegas membantahnya.

    Mereka menyatakan bahwa mereka tidak menyediakan perlengkapan militer kepada pihak manapun dalam konflik ini dan berulang kali mengeklaim bahwa mereka bersikap netral dalam perang antara Rusia dan Ukraina.

    Namun, Ukraina menilai bahwa keterlibatan perusahaan-perusahaan China dalam rantai produksi senjata Rusia adalah indikasi adanya keterlibatan tidak langsung.

    Apa Pengaruh Amerika Serikat dalam Konflik Ini?

    Di tengah upaya mencapai perdamaian, laporan menyebutkan bahwa Amerika Serikat bersiap untuk mengakui kendali Rusia atas Krimea sebagai bagian dari perjanjian damai yang lebih luas dengan Ukraina.

    Meskipun demikian, keputusan akhir terkait pengakuan ini masih dalam pertimbangan dan belum ada komentar resmi dari Gedung Putih maupun Departemen Luar Negeri AS.

    Bagaimana Proses Pertukaran Tahanan Berlangsung?

    Pada hari yang sama, Rusia dan Ukraina sepakat untuk melakukan pertukaran tahanan baru, yang dimediasi oleh Uni Emirat Arab (UEA).

    Pertukaran ini akan melibatkan hampir 500 tahanan dari kedua belah pihak, termasuk 46 tentara yang terluka.

    Menurut sumber yang berbicara kepada Reuters, proses pertukaran ini diharapkan dapat meredakan ketegangan yang terus meningkat di antara kedua negara yang terlibat dalam konflik ini.

    Apa Peran Diplomasi dalam Penyelesaian Konflik?

    Dalam konteks ini, upaya diplomasi menjadi sangat penting.

    Baru-baru ini, mantan Presiden AS, Donald Trump, melakukan percakapan dengan Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, membahas berbagai isu termasuk resolusi damai bagi perang yang sedang berlangsung di Ukraina.

    Diskusi ini menunjukkan bahwa negara-negara di dunia semakin berupaya untuk menemukan jalan keluar dari konflik yang telah berlangsung lebih dari satu tahun ini.

    Dengan berbagai langkah strategis yang diambil oleh Ukraina, dukungan internasional, dan upaya mediasi, harapan untuk mencapai perdamaian dalam konflik ini tetap ada.

    Meskipun tantangan besar masih dihadapi, baik Rusia maupun Ukraina terus mencari jalan untuk menyelesaikan permasalahan yang berkepanjangan ini.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Fenomena Baru Muncul di China, Manusia Lari Dikejar Robot

    Fenomena Baru Muncul di China, Manusia Lari Dikejar Robot

    Jakarta, CNBC Indonesia – China menggelar ajang lomba lari setengah maraton pertama di dunia yang diikuti oleh robot humanoid. Ajang prestisius ini menjadi sorotan dunia sebagai salah satu pencapaian penting dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI) dan robotika.

    Setidaknya, 21 satu robot humanoid akan bergabung dengan ribuan pelari di ajang lari setengah maraton Yizhuang di Beijing pada hari Sabtu (19/4). Ini pertama kalinya mesin-mesin tersebut berkompetisi bersama manusia dalam lintasan sepanjang 21 km.

    Mengutip Reuters, robot-robot dari produsen China seperti DroidVP dan Noetix Robotics turut hadir dalam berbagai bentuk dan ukuran, seperti dari 120 cm dan 1,8 meter. Robot tersebut tampak hampir seperti manusia, dengan fitur feminin dan kemampuan mengedipkan mata dan tersenyum.

    Beberapa perusahaan menguji robot mereka selama berminggu-minggu sebelum perlombaan. Pejabat Beijing menggambarkan acara tersebut lebih mirip dengan kompetisi mobil balap, mengingat perlunya tim teknik dan navigasi.

    Foto: Para teknisi berlari bersama robot humanoid “Tiangong” saat berpartisipasi bersama pelari manusia di E-Town Half Marathon & Humanoid Robot Half Marathon di Beijing, China, 19 April 2025. (REUTERS/Tingshu Wang)
    Para teknisi berlari bersama robot humanoid “Tiangong” saat berpartisipasi bersama pelari manusia di E-Town Half Marathon & Humanoid Robot Half Marathon di Beijing, China, 19 April 2025. (REUTERS/Tingshu Wang()

    Selama setahun terakhir, robot humanoid telah muncul di maraton di China tetapi tidak ikut berlomba. Namun, ini adalah pertama kalinya mereka berlomba bersama manusia.

    China berharap bahwa investasi dalam industri perintis seperti robotika dapat membantu menciptakan mesin pertumbuhan ekonomi baru. Namun, beberapa analis mempertanyakan apakah robot yang ikut dalam maraton merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk potensi industri mereka.

    Alan Fern, profesor ilmu komputer, kecerdasan buatan, dan robotika di Oregon State University, mengatakan bertentangan dengan klaim pejabat Beijing bahwa perlombaan semacam itu membutuhkan terobosan AI perangkat lunak yang memungkinkan robot humanoid berlari dikembangkan dan didemonstrasikan lebih dari lima tahun lalu.

    “(Robot half-marathon) lebih merupakan demonstrasi ketahanan perangkat keras. Perusahaan-perusahaan China benar-benar fokus untuk memamerkan kemampuan berjalan, berlari, menari, dan kelincahan lainnya,” kata Fern.

    “Secara umum, ini adalah demonstrasi yang menarik, tetapi tidak menunjukkan banyak hal mengenai kegunaan pekerjaan yang bermanfaat atau jenis kecerdasan dasar apa pun,” tambahnya.

    (fab/fab)