kab/kota: Beijing

  • Geser China, India Kini Jadi Eksportir Smartphone Terbesar ke AS

    Geser China, India Kini Jadi Eksportir Smartphone Terbesar ke AS

    Jakarta

    India berhasil menyalip China sebagai eksportir utama smartphone ke Amerika Serikat. Lonjakan pengiriman ponsel dari India terjadi di tengah pergeseran rantai pasok global dan ketegangan dagang antara Washington dan Beijing.

    Menurut laporan terbaru Canalys dikutip dari pemberitaan CNBC, Rabu (30/7/2025), smartphone yang dirakit di India menyumbang 44% dari total impor ponsel pintar AS pada kuartal II 2025. Angka itu melonjak drastis dari hanya 13% di periode yang sama tahun lalu. Volume ekspor smartphone dari India tercatat naik 240% dibanding tahun sebelumnya.

    Sebaliknya, pangsa ekspor smartphone dari China ke AS anjlok ke level 25% dari sebelumnya 61%. Bahkan, Vietnam juga melampaui China dengan kontribusi ekspor sebesar 30% ke pasar AS.

    Lonjakan ekspor dari India sebagian besar didorong oleh percepatan strategi Apple yang memindahkan produksi iPhone ke negara tersebut. Ini menandai kali pertama India mengalahkan China sebagai pengekspor smartphone terbanyak ke Amerika.

    Apple mempercepat rencana untuk memproduksi sebagian besar iPhone yang dijual di AS langsung dari pabrik di India. Dalam beberapa tahun ke depan, Apple menargetkan sekitar seperempat dari total produksi iPhone dilakukan di India.

    Langkah ini juga tak lepas dari tekanan Presiden AS Donald Trump, yang mengancam akan mengenakan tarif tambahan pada produk Apple dan mendesak CEO Tim Cook untuk merakit iPhone di dalam negeri. Meski iPhone dan MacBook sempat mendapat pengecualian dari kebijakan tarif Trump, pejabat AS memperingatkan bahwa pengecualian itu bisa sewaktu-waktu dicabut.

    Produsen global lain seperti Samsung dan Motorola juga mulai menggeser perakitan produk mereka ke India, meskipun pergeseran ini belum sebesar Apple.

    Tren perakitan tahap akhir atau last-mile assembly di India makin marak dilakukan oleh perusahaan global. Renaud Anjoran, Wakil Presiden Eksekutif Agilian Technology, mengungkapkan perusahaannya sedang merenovasi fasilitas di India untuk memindahkan sebagian produksi dari China.

    Meski begitu, tantangan masih ada. Tingkat efisiensi produksi atau yield rate di India dan Vietnam masih tertinggal dibandingkan dengan China. Namun, permintaan dari pasar AS terus mendorong manufaktur untuk mempercepat ekspansi.

    Pengiriman iPhone ke AS sendiri turun 11% secara tahunan menjadi 13,3 juta unit pada kuartal II, membalikkan pertumbuhan 25,7% di kuartal sebelumnya. Secara global, pengiriman iPhone turun 2% menjadi 44,8 juta unit dalam periode April-Juni.

    Saham Apple juga tertekan, sudah turun 14% sepanjang tahun ini, sebagian karena kekhawatiran atas ketergantungan pada China serta persaingan ketat di sektor smartphone dan kecerdasan buatan.

    Meski kini Apple sudah mulai merakit model iPhone 16 Pro di India, pabrikan masih sangat bergantung pada infrastruktur manufaktur China yang lebih matang untuk memenuhi permintaan model premium dari AS.

    Sebagai catatan, Trump sempat menetapkan tarif 26% atas impor dari India pada April lalu-jauh lebih rendah dibanding tarif tiga digit untuk produk dari China-namun tarif ini ditangguhkan hingga 1 Agustus mendatang.

    (rrd/rrd)

  • AS-China Lanjutkan Negosiasi Gencatan Tarif, Trump Jadi Penentu Akhir

    AS-China Lanjutkan Negosiasi Gencatan Tarif, Trump Jadi Penentu Akhir

    Bisnis.com, JAKARTA – Amerika Serikat (AS) dan China akan melanjutkan pembicaraan untuk memperpanjang gencatan tarif menjelang tenggat dua pekan lagi, sementara Presiden Donald Trump akan mengambil keputusan akhir terkait kelanjutannya.

    Dalam pernyataannya di Stockholm, Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, yang memimpin delegasi AS bersama Perwakilan Dagang Jamieson Greer, mengungkapkan dirinya akan melaporkan perkembangan negosiasi kepada Trump pada Rabu (30/7/2025) waktu setempat.

    “Masih ada beberapa detail teknis yang perlu diselesaikan,” ujarnya kepada wartawan dikutip dari Bloomberg, usai pertemuan dua Hari dengan delegasi China yang dipimpin Wakil Perdana Menteri He Lifeng.

    Pernyataan itu muncul setelah media melaporkan bahwa delegasi China mengindikasikan kesepakatan perpanjangan gencatan tarif selama 90 hari. Menanggapi kabar tersebut, Bessent mengatakan China sedikit terburu-buru. 

    Saat ditanya apakah dia akan merekomendasikan perpanjangan, Bessent menjawab bahwa dirinya hanya akan menyampaikan fakta kepada Trump, dan keputusan ada di tangan Presiden.

    Putaran perundingan di Stockholm merupakan yang ketiga dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan. Negosiasi dilakukan menjelang tenggat 12 Agustus, yang merupakan akhir masa suspensi tarif selama 90 hari. Perpanjangan selama 90 hari menjadi salah satu opsi yang dibahas, menurut Bessent.

    Di sisi lain, negosiator China Li Chenggang mengatakan kepada media bahwa kedua pihak sepakat untuk mempertahankan gencatan tarif, namun tidak merinci durasi perpanjangan tersebut. Dia menyebut pembicaraan di Stockholm berlangsung terbuka, mendalam, dan bertujuan memperkuat komunikasi jangka panjang.

    “Meski belum ada kesepakatan substantif, suasana pembicaraan terbilang konstruktif dan optimistis terhadap potensi kesepakatan di masa mendatang,” ujar Kelvin Lam, Ekonom Senior China di Pantheon Macroeconomics, London.

    Perundingan ini berlangsung setelah AS mencapai kesepakatan tarif sementara dengan Jepang dan Uni Eropa. Menurut Bessent, delegasi China kini lebih terbuka untuk berdiskusi secara menyeluruh.

    Ekspor Magnet dan Sektor Strategis

    Salah satu isu utama adalah bagaimana kedua negara menjaga stabilitas hubungan dagang, di tengah pengenaan hambatan seperti tarif dan kontrol ekspor, khususnya pada sektor-sektor strategis seperti teknologi baterai, pertahanan, dan semikonduktor.

    Greer menyebut bahwa AS ingin memastikan pasokan material penting seperti magnet tetap lancar, sehingga kedua belah pihak bisa fokus pada prioritas lainnya. 

    “Kami tidak ingin bicara soal magnet lagi,” ujarnya.

    Dia juga menyebut dimulainya kembali ekspor logam tanah jarang dari China merupakan konsesi terbesar dari Beijing sejauh ini. Saat ditanya soal penyelidikan tarif AS berdasarkan pasal 232, Greer mengatakan bahwa China memang meminta pembaruan status, namun AS menegaskan bahwa tarif tersebut bersifat global tanpa pengecualian untuk negara tertentu.

    China juga menanyakan status penyelidikan AS terhadap sektor seperti tembaga, semikonduktor, dan farmasi. Menurut Greer, AS telah menjelaskan bahwa tarif yang dihasilkan akan berlaku secara global.

    Analis dari Eurasia Group menyebut bahwa Beijing sangat berkepentingan untuk menurunkan tarif 20% yang diberlakukan AS terhadap bahan kimia asal China yang dituding digunakan dalam produksi narkotika ilegal fentanyl.

    Ketegangan dagang antara kedua negara juga meluas ke ranah geopolitik. Presiden Taiwan Lai Ching-te dikabarkan membatalkan kunjungan luar negeri yang dijadwalkan pekan depan setelah AS tidak menyetujui singgahnya di wilayah Amerika Serikat.

    China juga mulai memanfaatkan dominasinya atas ekspor logam tanah jarang untuk menekan AS agar melonggarkan pembatasan terhadap chip canggih yang dibutuhkan Beijing untuk pengembangan kecerdasan buatan.

    Namun, langkah AS yang dianggap melunak tersebut memicu kekhawatiran di kalangan politisi garis keras di Washington yang menilai bahwa pemerintahan Trump terlalu banyak memberi konsesi demi kesepakatan dan pertemuan dengan Presiden Xi Jinping.

    Trump Bantah Kejar Pertemuan dengan Xi

    Sementara itu, Presiden Trump membantah klaim bahwa dirinya mengejar pertemuan dengan Xi. 

    “Saya tidak sedang mencari apa pun! Saya mungkin pergi ke China, tetapi hanya jika diundang oleh Presiden Xi, dan undangan itu memang sudah ada. Selain itu, saya tidak tertarik!” katanya dalam unggahan di media sosial.

    Negosiasi dagang antara Washington dan Beijing berlangsung di tengah upaya negara-negara besar lainnya untuk mencapai kesepakatan tarif dengan Trump sebelum 1 Agustus, batas waktu yang ditetapkan Trump untuk mulai memberlakukan pajak impor timbal balik kepada mitra dagang utama AS.

    Pada Minggu sebelumnya, Trump mengumumkan kesepakatan awal dengan Uni Eropa untuk mengenakan tarif 15% atas barang-barang dari blok tersebut yang masuk ke AS.

    Adapun, Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengatakan masih banyak detail dalam kesepakatan AS-UE yang perlu dinegosiasikan. 

    “Masih banyak tawar-menawar yang harus dilakukan,” ujarnya.

  • Pesanan dari China Membludak, Nvidia Geber Produksi Chip AI H20

    Pesanan dari China Membludak, Nvidia Geber Produksi Chip AI H20

    Jakarta

    Nvidia memesan tambahan 300 ribu chip H20 ke TSMC setelah pesanan terhadap chip AI tersebut dari China meningkat.

    Menurut dua sumber yang dikutip oleh Reuters, pesanan dari China yang meningkat itu membuat Nvidia mengubah rencana awal mereka, yaitu akan memenuhi pesanan chip dari stok yang sudah ada.

    Pesanan chip yang membludak itu terjadi setelah pemerintah Amerika Serikat membolehkan Nvidia untuk kembali menjual chip H20 ke China. Padahal sejak April lalu Nvidia dilarang menjual H20 ke China karena dianggap mengancam keamanan nasional.

    Chip H20 sendiri sebenarnya dikembangkan khusus untuk pasar China, yaitu untuk memenuhi aturan pembatasan ekspor terhadap chip AI ke China yang diterapkan sejak akhir 2023. Chip tersebut tak sekencang H100 ataupun seri Blackwell terbaru yang bisa dijual ke negara selain China.

    Tambahan pesanan sebanyak 300 ribu unit chip itu akan menambah stok chip H20 yang saat ini tersedia, yaitu antara 600-700 ribu unit, berdasarkan sumber lain yang dikutip oleh Reuters.

    Sebagai perbandingan, menurut perusahaan penelitian SemiAnalysis, selama tahun 2024 Nvidia diperkirakan menjual sekitar 1 juta unit chip H20.

    Sebelumnya CEO Nvidia Jensen Huang menyebutkan kalau tingkat pesanan H20 yang mereka terima akan menentukan apakah mereka akan mulai memproduksi chip itu lagi. Pasalnya untuk kembali memulai produksi H20 dibutuhkan waktu hingga sembilan bulan bagi rantai pasokan.

    Huang mengatakan itu saat mengunjungi Beijing, China pada Juni lalu. Huang juga menyebut kalau Nvidia hanya punya stok H20 yang terbatas dan belum berencana untuk kembali memproduksi H20.

    Pasalnya — saat itu — Nvidia membutuhkan izin khusus dari pemerintah Amerika Serikat untuk mengapalkan chip H20. Dan, hingga kini Departemen Perdagangan Amerika belum memberikan izin tersebut untuk Nvidia.

    Baik Nvidia maupun TSMC menolak berkomentar mengenai kabar ini.

    (asj/asj)

  • Drama Tarif AS-China: Babak Akhir Negosiasi, Adu Strategi 2 Raksasa

    Drama Tarif AS-China: Babak Akhir Negosiasi, Adu Strategi 2 Raksasa

    Jakarta, CNBC Indonesia – Amerika Serikat (AS) dan China kembali duduk di meja perundingan di Stockholm, Swedia, untuk meredakan ketegangan dagang yang telah lama membayangi hubungan kedua raksasa ekonomi dunia.

    Melansir Reuters, negosiasi kedua negara tersebut memasuki hari kedua pada Selasa (29/7/2025) waktu setempat, dengan harapan mencegah eskalasi tarif yang bisa mengguncang rantai pasokan global.

    Meski belum ada sinyal akan tercapai terobosan besar, perundingan ini diyakini dapat menghasilkan perpanjangan gencatan senjata tarif selama 90 hari. Ini sekaligus membuka peluang pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di akhir tahun, walau Trump membantah telah mengupayakan hal tersebut.

    “Ini tidak benar, saya tidak MENCARI apapun! Saya mungkin pergi ke China, tetapi itu hanya atas undangan Presiden Xi, yang telah diperpanjang. Jika tidak, tidak ada minat!” tulis Trump dalam unggahannya di Truth Social.

    Delegasi kedua negara bertemu selama lebih dari lima jam pada Senin di kantor Perdana Menteri Swedia, Rosenbad, di pusat kota Stockholm. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dan Wakil Perdana Menteri China, He Lifeng, terlihat hadir dalam sesi perundingan pada hari kedua.

    Belum ada pernyataan resmi yang dirilis usai hari pertama negosiasi. Namun, China dihadapkan pada tenggat waktu 12 Agustus untuk mencapai kesepakatan tarif permanen dengan Washington. Jika gagal, tarif impor AS terhadap produk China bisa kembali melonjak ke level tiga digit, setara dengan embargo bilateral yang berpotensi melumpuhkan perdagangan global.

    Menurut Financial Times, AS telah menghentikan sementara pembatasan ekspor teknologi ke China demi menjaga momentum perundingan. Langkah ini juga dinilai sebagai strategi untuk mendukung kemungkinan pertemuan antara Trump dan Xi.

    Tantangan Ekstra dari Capitol Hill

    Di tengah perundingan yang sensitif, muncul tekanan politik domestik dari Washington. Sejumlah senator lintas partai dilaporkan tengah menyiapkan rancangan undang-undang yang menargetkan China atas isu hak asasi manusia, perlakuan terhadap kelompok minoritas, dan kebijakan terhadap Taiwan.

    Kondisi ini berpotensi memperumit dinamika negosiasi, terutama mengingat Beijing sangat menentang dukungan AS terhadap Taipei.

    Sumber Reuters menyebutkan Presiden Taiwan Lai Ching-te bahkan menunda kunjungan ke AS yang sebelumnya direncanakan pada Agustus, demi menghindari ketegangan tambahan di tengah proses negosiasi.

    Tekanan dari Perdagangan dan Teknologi

    Perundingan di Stockholm melanjutkan pembicaraan serupa yang sebelumnya digelar di Jenewa dan London. Fokus utama mencakup penurunan tarif balasan, pencabutan penghentian ekspor mineral tanah jarang oleh China, serta ekspor chip AI dan barang strategis lainnya oleh AS.

    Washington menuding Beijing menggunakan model ekonomi berbasis ekspor untuk membanjiri pasar global dengan barang murah, merusak persaingan industri dalam negeri AS. Sebaliknya, China menilai kebijakan kontrol ekspor teknologi AS sebagai bentuk penghambatan terhadap pertumbuhan ekonomi mereka.

    Menteri Keuangan AS Scott Bessent sebelumnya menyatakan, AS membuka peluang perpanjangan tenggat negosiasi. Ia menekankan pentingnya transformasi ekonomi China agar lebih bergantung pada konsumsi domestik daripada ekspor.

    “Kami berharap China mulai menyeimbangkan kembali pertumbuhan ekonominya, karena ini tidak hanya penting bagi mereka, tetapi juga bagi stabilitas ekonomi global,” kata Bessent dalam pernyataan singkatnya.

    Selain itu, isu mineral tanah jarang menjadi salah satu titik krusial dalam negosiasi. China menguasai sebagian besar pasokan global bahan penting ini, digunakan dalam berbagai industri, mulai dari perangkat keras militer hingga motor mobil listrik. Posisi dominan ini menjadikan mineral tanah jarang sebagai alat tawar Beijing yang efektif terhadap AS.

    Para analis memperkirakan pembicaraan AS-China akan berlangsung lebih rumit dibanding negosiasi dagang dengan negara Asia lainnya. Kompleksitas kepentingan geopolitik dan ekonomi membuat proses ini diperkirakan berlangsung berbulan-bulan, tanpa jaminan hasil dalam waktu dekat.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Produk Buatan AS Laku Keras di China, Barang Ini Mendadak Langka

    Produk Buatan AS Laku Keras di China, Barang Ini Mendadak Langka

    Jakarta, CNBC Indonesia – Produk chip AI buatan Nvidia asal Amerika Serikat (AS) laku keras diborong klien di China. Nvidia dilaporkan memesan 300.000 chip H20 ke TSMC sebagai manufaktur rekanannya pada pekan lalu, menurut dua sumber.

    Salah satu sumber menyebut permintaan yang kuat dari China membuat Nvidia berubah pikiran. Tadinya, Nvidia hanya mengandalkan stok inventaris yang sudah tersedia untuk memenuhi pesanan.

    Namun, sepertinya stok tersebut tak cukup dan Nvidia harus kembali memesan 300.000 chip H20 ke TSMC untuk menyediakan chip AI yang dibutuhkan di China, dikutip dari Reuters, Selasa (29/7/2025).

    Bulan ini, Nvidia kembali bisa menjual GPU H20 ke China, pasca pemerintahan Trump mencabut pembatasan ekspor chip AI tersebut ke negara kekuasaan Xi Jinping.

    Sebagai informasi, H20 adalah chip Nvidia yang dirancang khusus untuk China pada era pemerintahan Joe Biden. Kala itu, Biden juga memberlakukan pembatasan ekspor chip, tetapi H20 masih memenuhi syarat untuk dikirim ke China karena spesifikasinya tidak secanggih chip-chip Nvidia lainnya.

    Trump lantas memperkuat pembatasan ekspor dengan turut melarang penjualan chip H20 ke China. Setelah negosiasi yang berlarut-larut, akhirnya Trump berubah pikiran dan mengizinkan pengiriman chip H20 ke China.

    Pemerintah mengatakan pencabutan blokir tersebut ‘ditukar’ dengan pencabutan blokir China terhadap AS untuk mengakses logam tanah jarangnya.

    Menurut sumber dalam, pemesanan baru 300.000 chip H20 ke TSMC akan membuat inventaris Nvidia untuk chip tersebut menjadi 600.000 hingga 700.000 unit.

    Sebagai perbandingan, Nvidia menjual sekitar 1 juta chip H20 sepanjang 2025, menurut firma riset asal AS SemiAnalysis.

    Dalam kunjungannya ke Beijing baru-baru ini, CEO Nvidia Jensen Huang mengatakan pemesanan chip H20 yang diterima perusahaan akan menentukan kapan produksi dimulai kembali. Ia mengatakan produksi dari rantai pasokannya akan membutuhkan waktu sekitar 9 bulan.

    Artinya, jika inventaris saat ini tak cukup memenuhi pemesanan, kemungkinan chip H20 akan mengalami kelangkaan di pasaran hingga produksi berikutnya selesai.

    Menurut laporan The Information, Huang mengatakan kepada para klien di China bahwa stok chip H20 tersedia dan tak perlu produksi baru, dalam kunjungannya ke Beijing beberapa saat lalu.

    Sebagai informasi, walaupun pembatasan ekspor chip sudah dicabut, Nvidia masih harus memegang lisensi ekspor dari pemerintah AS untuk mengirim chip H20 ke China. Huang mengatakan sudah mendapat jaminan dari otoritas AS untuk memegang lisensi tersebut.

    Kendati demikian, salah satu sumber menyebut Kementerian Perdangangan AS belum menyetujui lisensi ekspor yang dimaksud.

    Pada awal pekan ini, Nvidia menolak berkomentar soal pemesanan dari China dan status lisensi dari pemerintah AS. Kementerian Perdagangan AS tak segera merespons permintaan komentar.

    Beberapa sumber mengatakan Nvidia telah meminta para klien di China yang ingin memesan chip H20 untuk mengajukan dokumen baru, termasuk prediksi volume pemesanan.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Mendag AS Sebut Gencatan Perang Dagang dengan China Diperpanjang 90 Hari

    Mendag AS Sebut Gencatan Perang Dagang dengan China Diperpanjang 90 Hari

    Bisnis.com, JAKARTA — Amerika Serikat kemungkinan akan memperpanjang gencatan senjata dagang dengan China selama 90 hari, seiring berlangsungnya putaran baru perundingan antara kedua negara di Stockholm.

    Melansir Bloomberg pada Selasa (29/7/2025), Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, menyatakan perpanjangan kesepakatan tarif tersebut tampaknya menjadi arah yang mungkin ditempuh, meski keputusan final tetap berada di tangan Presiden Donald Trump.

    “Apakah itu kemungkinan besar? Ya, tampaknya begitu. Tapi mari kita serahkan kepada Presiden Trump untuk memutuskannya,” ujar Lutnick dalam wawancara dengan Fox News menanggapi laporan bahwa Washington dan Beijing mempertimbangkan untuk mempertahankan kesepakatan tarif selama tiga bulan lagi.

    Pernyataan tersebut disampaikan menyusul dimulainya putaran negosiasi terbaru antara dua ekonomi terbesar dunia. Kali ini, pembicaraan berlangsung di Stockholm dengan Wakil Perdana Menteri China He Lifeng dan Menteri Keuangan AS Scott Bessent memimpin delegasi masing-masing.

    Dalam putaran sebelumnya, kedua negara sepakat mengurangi tarif balasan dan melonggarkan pembatasan ekspor atas teknologi tertentu serta mineral tanah jarang. Langkah tersebut sempat meredakan ketegangan yang mengguncang pasar keuangan di tengah upaya Trump memberlakukan kebijakan tarif secara luas.

    Namun, kesepakatan yang ada saat ini akan berakhir pada 12 Agustus, sehingga memunculkan kebutuhan akan negosiasi lanjutan guna memperpanjang masa gencatan dagang. 

    Tujuan perpanjangan ini adalah memberi waktu lebih bagi kedua pihak untuk menyelesaikan isu-isu krusial seperti tarif terkait perdagangan fentanil serta kekhawatiran atas pembelian minyak dari Rusia dan Iran oleh China yang sedang dikenai sanksi. Perundingan akan dilanjutkan pada Selasa.

    Negosiasi dagang dengan China ini juga berbarengan dengan tenggat waktu lain yang dihadapi AS terhadap berbagai mitra dagang lainnya. Tarif balasan (reciprocal tariffs) direncanakan mulai berlaku pada 1 Agustus terhadap puluhan negara. Tarif tersebut pertama kali diumumkan pada April lalu, namun kemudian ditunda setelah memicu gejolak pasar. 

    Penundaan ini memberi kesempatan bagi negara-negara terkait untuk merundingkan tarif yang lebih rendah dengan AS.

    Kendati demikian, hanya sedikit kesepakatan yang berhasil dicapai. Presiden Trump bahkan telah memperpanjang tenggat awal dari pertengahan Juli menjadi Agustus. 

    Saat ini, Trump mulai mengirimkan surat penetapan tarif secara sepihak kepada negara-negara yang gagal mencapai kesepakatan. Ia menyebut lebih dari 150 negara akan menerima surat serupa, dan tengah mempertimbangkan tarif sebesar 15% hingga 20%.

    Lutnick menegaskan bahwa Presiden Trump masih menimbang sejumlah kesepakatan, meskipun tenggat waktu tinggal beberapa hari.

    “Dia sudah menyelesaikan kesepakatan-kesepakatan besar. Semua kartu ada di tangannya. Seperti yang dia katakan, dia yang akan memutuskan berapa tarifnya dan seberapa besar negara-negara ini akan membuka pasarnya,” ujar Lutnick. 

    Dia mengatakan, minggu ini, Trump akan mempertimbangkan beberapa kesepakatan. Lutnick juga memastikan, Trump akan menetapkan tarif untuk semua negara sebelum akhir pekan. 

    Presiden Trump juga menunjukkan fleksibilitas dalam menurunkan tarif bagi negara-negara yang mengajukan penawaran baru, bahkan setelah pengumuman tarif. 

    Salah satu contoh kasus tersebut adalah Jepang yang semula dikenai tarif 25% mulai 1 Agustus, namun berhasil menegosiasikan penurunan menjadi 15%, termasuk untuk ekspor otomotif. Kesepakatan tersebut juga mencakup rencana pembentukan dana investasi senilai US$550 miliar untuk proyek di AS.

    Korea Selatan juga tengah berupaya mencapai kesepakatan serupa. Negosiator dari negeri ginseng itu membahas kemungkinan pembentukan dana investasi untuk proyek-proyek di AS guna mendapatkan tarif yang lebih rendah, termasuk untuk ekspor otomotif mereka.

    Lutnick menyebut tim negosiator Korea Selatan bahkan terbang langsung ke Skotlandia, lokasi kunjungan Presiden Trump, untuk bertemu dengannya dan Perwakilan Dagang AS, Jamieson Greer.

    “Bayangkan betapa besar keinginan mereka untuk mencapai kesepakatan,” ujar Lutnick menegaskan.

  • Banjir dan Longsor Hebat Terjang China, 4 Tewas-8 Hilang

    Banjir dan Longsor Hebat Terjang China, 4 Tewas-8 Hilang

    Jakarta, CNBC Indonesia – Bencana tanah longsor akibat hujan deras melanda Provinsi Hebei, China utara. Kejadian itu menewaskan sedikitnya empat orang dan menyebabkan delapan lainnya hilang.

    Insiden ini menjadi bagian dari rangkaian cuaca ekstrem yang melanda sejumlah wilayah di China dalam beberapa hari terakhir. Menurut laporan stasiun televisi pemerintah CCTV, longsor terjadi di Kota Chengde setelah hujan deras mengguyur wilayah tersebut.

    “Tanah longsor diakibatkan oleh curah hujan tinggi yang tidak biasa,” demikian dikutip AFP, Senin (28/7/2025).

    Departemen Manajemen Darurat Nasional China menyatakan telah mengirim tim untuk menilai kondisi banjir yang disebut “parah” di Hebei, provinsi yang mengelilingi ibu kota Beijing. Sementara itu, lebih dari 4.600 warga di Kabupaten Fuping, Hebei, telah dievakuasi selama akhir pekan.

    Tak hanya Hebei, provinsi tetangga Shanxi juga dilanda bencana. Sebanyak 13 orang dilaporkan hilang dan satu orang berhasil diselamatkan setelah kecelakaan bus akibat banjir.

    Rekaman CCTV menunjukkan jalanan dan ladang pertanian di Shanxi terendam air bah.

    Di Beijing, lebih dari 3.000 warga di distrik Miyun turut dievakuasi setelah hujan ekstrem mengguyur wilayah tersebut. Media pemerintah melaporkan bahwa waduk di daerah itu mencatat debit air tertinggi sejak pembangunannya lebih dari 60 tahun lalu.

    Bencana hidrometeorologi kian sering terjadi di China, terutama saat musim panas. Para ilmuwan menyebut meningkatnya intensitas cuaca ekstrem di negara tersebut tak lepas dari dampak perubahan iklim yang diperburuk oleh emisi gas rumah kaca.

    “Perubahan iklim global memicu pola cuaca yang tidak stabil, termasuk hujan lebat yang lebih sering dan intens,” kata peneliti iklim dari Tsinghua University, Li Wei, dikutip media lokal.

    Selain Hebei dan Shanxi, banjir bandang juga terjadi di Provinsi Shandong awal bulan ini, menewaskan dua orang dan membuat 10 lainnya hilang. Sementara di Sichuan, lima orang tewas akibat tanah longsor yang menyapu kendaraan di jalan raya pegunungan.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Komdigi Undang Tiongkok Kembangkan AI untuk Perikanan dan Pertanian

    Komdigi Undang Tiongkok Kembangkan AI untuk Perikanan dan Pertanian

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengajak Tiongkok untuk pengembangan infrastruktur kecerdasan artifisial (AI) khususnya pada sektor perikanan dan pertanian. 

    Menkomdigi Meutya Hafid mengatakan Indonesia mengundang Tiongkok untuk berkolaborasi dalam pengembangan teknologi AI di Indonesia pada sektor prioritas, seperti perikanan dan pertanian.

    “Salah satu pengembangan AI yang sedang kita fokuskan adalah perikanan dan juga pertanian. Kami berharap dukungan dari Tiongkok,” ujarnya dalam keterangan resmi, Sabtu (27/7/2025).

    Meutya mengungkapkan beberapa lahan pertanian di Indonesia telah menerapkan teknologi AI. Dukungan dari Tiongkok, lanjutnya, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan perangkat-perangkat AI yang digunakan di sektor pertanian untuk meningkatkan produksi.

    Kedua negara juga akan memperkuat kerja sama di bidang peningkatan infrastruktur digital hingga perluasan kerja sama antarperguruan tinggi sebagai bagian dari percepatan transformasi digital nasional.

    Meutya menyampaikan harapannya agar perusahaan-perusahaan Tiongkok dapat menjalin kemitraan yang lebih erat dengan pemerintah daerah di Indonesia.

    “Dalam transformasi digital kita selalu siap bekerja sama dengan semua negara selama menghormati hukum Indonesia,” tambahnya. 

    Sekretaris Jenderal Kemkomdigi Ismail mengatakan pihaknya mendorong penguatan kolaborasi antara perguruan tinggi di Indonesia dan Universitas Tsinghua di Beijing untuk pengembangan talenta digital di bidang AI.

    “Banyak talenta digital muda kita yang sekarang menuntut ilmu di Universitas Tsinghua di Beijing. Kami mengusulkan Universitas Tsinghua untuk membuka cabang di Indonesia, khususnya di bidang AI,”  ujarnya.

    Ismail juga menambahkan bahwa Kementerian Komdigi siap memfasilitasi kolaborasi antara Universitas Tsinghua dengan berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

  • Ilmuwan Ungkap Lokasi Pesawat MH370 Setelah Hilang Satu Dekade

    Ilmuwan Ungkap Lokasi Pesawat MH370 Setelah Hilang Satu Dekade

    Jakarta, CNBC Indonesia – Lebih dari satu dekade sudah misteri hilangnya pesawat Malaysia Airlines Penerbangan 370 (MH370) tepatnya pada 8 Maret 2014 lalu. Nasib pesawat itu telah menjadi salah satu misteri terbesar di dunia penerbangan.

    Pesawat itu membawa total penumpang 239 orang dan hilang kontak pada 40 menit pertama penerbangan dari Kuala Lumpur ke Beijing pada dini.

    Ada banyak teori yang beredar, tetapi keabsahannya belum bisa dipastikan. Beberapa waktu lalu, ilmuwan Australia Vincent Lyne mengklaim telah memecahkan misteri hilangnya pesawat MH370.

    Lyne mengatakan lokasi pesawat tenggelam di perairan Samudra Hindia. Lyne yang merupakan periset tambahan di Institute for Marine and Antarctic Studies di University of Tasmania mengumumkan penemuannya di LinkedIn dengan judul postingan ‘Mystery of MH370 Solved by Science’ (Misteri MH370 Dipecahkan Sains).

    Teorinya berpusat pada lubang sedalam 20.000 kaki di Broken Ridge, yakni dataran besar di dasar Samudra Hindia bagian tenggara, seperti dilansir Newsweek, dikutip Sabtu (26/7/2025).

    Menurut Lyne, sang pilot Zaharie Ahmad Shah, sengaja menerbangkan pesawat di area remot bawah laut yang terpencil dan terjal. Menurut Lyne lanskap lokasi tersebut ‘sempurna’ sebagai tempat ‘menghilangkan’ pesawat.

    “Temuan ini mengubah narasi hilangnya MH370,” kata Lyne.

    Ia yakin kecelakaan MH370 bukan hasil dari habisnya bahan bakar, tetapi kelalaian dalam kalkulasi dan kontrol pesawat.

    Lebih lanjut, ia mengklaim penemuan lokasi MH370 berasal dari persimpangan garis bujur Bandara Penang dengan jalur penerbangan dari simulator pilot. Rute itu sebelumnya dianggap “tidak relevan” oleh FBI dan penyelidik lainnya, kata Lyne.

    “Lokasi itu perlu diverifikasi sebagai prioritas tinggi,” kata Lyne.

    “Soal akan dicari lebih lanjut atau tidak terserah petugas dan perusahaan pencarian. Namun, menurut sains, kita tahu kenapa pencarian sebelumnya gagal,” Lyne melanjutkan.

    Penemuan Lyne diumumkan pasca 10 tahun MH370 hilang pada 2024 lalu. Tim pencarian sudah melakukan penyelidikan sejauh 120.000 kilometer persegi area Samudra Hindia.

    Namun, tak ditemukan tanda-tanda puing pesawat atau keberadaan pesawat. Hal ini menjadi misteri yang tak terpecahkan selama bertahun-tahun.

    Pencarian Terbaru Ditangguhkan

    Pada akhir 2024 lalu, pemerintah Malaysia menyetujui pencarian MH370 oleh firma pencarian maritim Ocean Infinity.

    Laman pendeteksi laut Marinetraffic.com menunjukkan pesawat Ocean Infinity berada di samudra Hindia selatan pada 23 Februari 2025.

    Ocean Infinity sepakat untuk melakukan pencarian itu dengan basis ‘tak ketemu, tak bayar’.

    Menteri Transportasi Malaysia Anthony Loke mengatakan pemerintah akan meneken kontrak pencarian untuk 18 bulan.

    Ocean Infinity akan menerima US$70 juta jika ditemukan puing-puing pesawat yang bisa diverifikasi. Pencarian itu meliputi area 15.000 kilometer persegi.

    Namun, tak sampai 18 bulan, pemerintah Malaysia mengumumkan penangguhan untuk pencarian MH730 pada April 2025, dikutip dari Aljazeera.

    “Bukan musimnya,” kata Loke.

    Loke mengatakan pencarian akan dilanjutkan kembali pada akhir 2025 ini.

    (fsd/fsd)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Tarif Trump ‘Senjata Makan Tuan’, Tusuk Industri AS Ini dari Belakang

    Tarif Trump ‘Senjata Makan Tuan’, Tusuk Industri AS Ini dari Belakang

    Jakarta, CNBC Indonesia – Di tengah kemeriahan Comic-Con, para pelaku usaha kecil industri mainan di Amerika Serikat (AS) angkat suara soal isu serius. Ini terkait potensi dampak tarif yang diusulkan mantan Presiden AS Donald Trump terhadap produk impor, khususnya dari China.

    Dalam sebuah panel bertajuk “Mainan, Tarif, dan Perang Dagang”, CEO The Loyal Subjects, Jonathan Cathey, menegaskan bahwa tarif tersebut bisa berdampak langsung ke konsumen. “Bukan topik yang paling menarik, tapi ini akan memengaruhi semua orang. Harga akan naik, dan tingkat penjualan kami akan turun,” ujar Cathey di hadapan peserta Comic-Con seperti dikutip AFP, Jumat (25/7/2025).

    Industri mainan AS sangat bergantung pada China. Dari total impor mainan senilai lebih dari US$17 miliar (Rp277 triliun) ke AS tahun lalu, lebih dari US$13 miliar (Rp212 triliun) berasal dari Negeri Tirai Bambu.

    Ketegangan perdagangan antara Washington dan Beijing selama masa jabatan Trump dinilai telah menimbulkan ketidakpastian dan kerugian bagi pelaku bisnis. Daniel Pickett, moderator panel sekaligus pengamat industri mainan, menilai kebijakan tarif yang diusulkan Trump “terlalu berlebihan”.

    “Langkah-langkah ini gila dan menakutkan. Tarif tambahan akan mendatangkan malapetaka bagi seluruh industri,” tegasnya.

    Trump sendiri sebelumnya sempat mengabaikan kekhawatiran dari CEO Hasbro, Chris Cocks, terkait potensi kenaikan harga mainan. Ia bersikukuh bahwa kebijakan perdagangannya akan mendukung produksi dalam negeri.

    Namun, Cathey menolak argumen tersebut. Menurutnya, pasar tenaga kerja manufaktur AS saat ini belum siap menerima pekerjaan tambahan.

    “Ada sekitar 480.000 pekerjaan manufaktur yang belum terisi. Jadi kita akan membawa kembali pekerjaan yang bahkan tak bisa diisi oleh siapa pun?” kritiknya.

    Ia menambahkan bahwa kekuatan utama AS terletak pada inovasi. Tapi, AS unggul dengan produksi.

    “Barbie bukan ancaman terhadap keamanan nasional. Ada sektor-sektor seperti otomotif dan pertambangan di mana tarif bisa masuk akal, tapi bukan mainan,” kata Cathey.

    Senada dengan itu, Brian Flynn, pendiri perusahaan mainan dan action figure Super7 mengungkapkan bahwa tarif yang tidak menentu menciptakan kekacauan bagi pelaku usaha.

    “Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi. Tarif tiga digit bisa mengusir semua pemain dari pasar,” ucap Flynn.

    Ia juga merasakan dampaknya langsung di Comic-Con tahun ini. Flynn hanya mampu menyewa stan kecil, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang bisa menggelar ruang pameran besar.

    “Konsumen akan merasakan dampaknya dalam waktu dekat. Dan ketika itu terjadi, dampaknya akan signifikan bagi kami,” pungkasnya.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]