kab/kota: Beijing

  • Alasan Trump Tunda Tarif Tinggi ke China

    Alasan Trump Tunda Tarif Tinggi ke China

    Jakarta

    Penerapan tarif tinggi pada produk China yang diimpor Amerika Serikat (AS) ditunda hingga pertengahan November. Hal ini dilakukan usai Presiden Donald Trump meneken perintah eksekutif khusus soal hal tersebut.

    Trump seolah sedang memperpanjang gencatan senjata perang dagang dengan China untuk membuka opsi-opsi negosiasi lebih lanjut dengan Negeri Tirai Bambu ini.

    Dilansir dari Reuters, Selasa (12/8/2025), gencatan senjata perang dagang itu akan dilakukan selama 90 hari ke depan sejak Senin kemarin. Kebijakan ini mencegah pengenaan bea masuk 145% untuk barang-barang China.

    Alasan Trump Tahan Tarif

    Kebijakan itu diambil karena para peritel AS bersiap menghadapi musim liburan akhir tahun yang cukup krusial menggerakkan perekonomian. Lonjakan impor akan terjadi, bila tarif diberlakukan bisa-bisa inflasi besar terjadi di AS.

    Gencatan senjata tarif antara Beijing dan Washington seharusnya berakhir pada hari Selasa waktu AS. Perpanjangan waktu penundaan tarif tinggi hingga awal November memberikan waktu yang krusial bagi lonjakan impor produk untuk musim gugur hingga musim Natal. Termasuk untuk barang elektronik, pakaian jadi, dan mainan.

    Gencatan senjata tarif ini setidaknya menunda tarif sebesar 30% atas impor barang China ke AS.

    “Ini berita positif. Dikombinasikan dengan beberapa langkah de-eskalasi yang telah diambil Amerika Serikat dan Tiongkok dalam beberapa pekan terakhir,” kata Wendy Cutler, Wakil Presiden di Asia Society Policy Institute.

    “Ini menunjukkan bahwa kedua belah pihak sedang mencoba untuk melihat apakah mereka dapat mencapai semacam kesepakatan yang akan meletakkan dasar bagi pertemuan Xi Jinping dan Trump musim gugur ini,” tambahnya menjelaskan.

    Pekan lalu, Trump mengatakan AS dan China akan semakin dekat mencapai kesepakatan perdagangan dan dia sendiri yang menyatakan akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping sebelum akhir tahun jika kesepakatan tercapai.

    Lihat juga Video: China Marah AS Masih ‘Main Api’ dengan Taiwan

    (acd/acd)

  • Beijing Tembak Kapal Perang Jepang, Laut China Timur Memanas

    Beijing Tembak Kapal Perang Jepang, Laut China Timur Memanas

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ketegangan maritim di Asia Timur kembali meningkat. China dilaporkan menembakkan peluru peringatan ke kapal perang Jepang di Laut China Timur pada Juli 2024, insiden yang disebut pengamat sebagai eskalasi serius hubungan kedua negara.

    Menurut laporan Kyodo News, insiden terjadi pada 4 Juli 2024 ketika kapal perusak kelas Akizuki milik Pasukan Bela Diri Maritim Jepang (JMSDF), JS Suzutsuki, memantau latihan tembak langsung Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) di lepas pantai Provinsi Zhejiang, utara Selat Taiwan.

    Otoritas maritim Zhejiang telah menetapkan zona larangan berlayar pada 3-4 Juli. Namun, JS Suzutsuki justru berlayar memasuki perairan teritorial China sejauh 12 mil laut dari garis pantai, setelah beberapa kali peringatan radio diabaikan.

    Pasukan China kemudian menembakkan sedikitnya dua peluru peringatan, di mana satu sebelum kapal melintasi batas, dan satu lagi setelah berada di dalam perairan teritorial.

    Kyodo News menyebut, penyelidikan awal menemukan insiden itu dipicu oleh kesalahan awak kapal yang gagal mengaktifkan peta navigasi penanda batas perairan. Kapal tersebut bertahan sekitar 20 menit di perairan teritorial China sebelum keluar tanpa kerusakan.

    Beijing mengecam tindakan itu sebagai “ilegal dan tidak pantas” serta meminta Tokyo menyelidiki insiden tersebut.

    “Sesuai dengan ketentuan hukum China, kapal militer asing harus mendapatkan persetujuan sebelum memasuki perairan teritorial China. Jika tidak, akan kami tangani sesuai hukum,” tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian pada Senin (11/8/2024).

    Kapten JS Suzutsuki kemudian dicopot pada bulan yang sama, meski Menteri Pertahanan Jepang saat itu, Minoru Kihara, enggan membeberkan alasan pergantian tersebut.

    Pengamat pertahanan Collin Koh menilai insiden ini sebagai peningkatan risiko konflik. “Kapal-kapal China melepaskan tembakan peringatan ke JS Suzutsuki, termasuk sebelum kapal JMSDF memasuki laut teritorial China. Ini jelas eskalasi,” tulisnya di X.

    Konvensi PBB tentang Hukum Laut mengizinkan kapal perang asing melintas di perairan teritorial negara lain dengan prinsip lintas damai. Namun, China menegaskan kapal perang asing harus memiliki izin resmi.

    Insiden ini terjadi di tengah meningkatnya manuver militer China di sekitar Kepulauan Senkaku/Diaoyu yang diperebutkan dengan Jepang. Buku Putih Pertahanan Jepang 2025 bahkan menyebut Beijing sebagai “tantangan strategis terbesar” bagi Tokyo, menyoroti kerja sama militer China-Rusia dan melebar­nya kesenjangan kekuatan dengan Taiwan, yang diklaim China sebagai wilayahnya.

    (tfa/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Filipina Akan Terseret Perang Taiwan, Suka Tidak Suka

    Filipina Akan Terseret Perang Taiwan, Suka Tidak Suka

    Jakarta

    Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. pada hari Senin (25/8) menyatakan, negaranya nyaris tak mungkin menghindar jika perang berkecamuk di Taiwan. Letak geografis yang dekat, ditambah keberadaan ratusan ribu buruh migran Filipina di sana, suka tidak suka akan menyeret Manila ke dalam konflik, meski “sambil menendang dan berteriak”, ujarnya.

    Berbicara dalam konferensi pers, Marcos Jr. juga menegaskan pasukan penjaga pantai, angkatan laut, dan armada lain Filipina tak akan mundur dalam mempertahankan kepentingan nasional di Laut Cina Selatan.

    Pernyataan ini disampaikan setelah penjaga pantai Cina pada Senin (11/8) melakukan manuver hadang berbahaya, dan menembakkan meriam air untuk mengusir kapal Filipina dari Gosong Scarborough yang diperebutkan.

    Insiden itu menjadi babak terbaru dalam perselisihan wilayah yang telah lama membara di jalur perdagangan global tersebut. Klaim tumpang tindih melibatkan Cina, Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Taiwan. Repotnya, ketegangan kian memanas dalam beberapa tahun terakhir.

    Bibit perang di Laut Cina Selatan

    Hubungan Manila dan Beijing memburuk sejak Marcos Jr., yang menjabat pertengahan 2022, menjadi salah satu pemimpin Asia paling vokal mengkritik agresivitas Cina di Laut Cina Selatan. Pemerintahnya mempererat aliansi perjanjian pertahanan dengan Amerika Serikat, serta memperluas kemitraan keamanan dengan Jepang, Australia, India, dan sejumlah negara Eropa untuk menahan langkah Beijing.

    Pekan lalu, Cina melayangkan protes, menuduh Marcos ikut campur urusan dalam negeri dan melanggar prinsip “Satu Cina” setelah di sela kunjungan ke India dia menyatakan Filipina mustahil netral jika Taiwan diserang. Marcos merujuk pada kedekatan geografis dan keberadaan sekitar 200 ribu pekerja Filipina di Taiwan.

    Cina mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya dan berulang kali mengancam akan memaksakan penggabungan, termasuk dengan kekuatan militer.

    Marcos: Kami ingin damai

    Menanggapi protes tersebut, Marcos mengaku bingung. “Saya tidak tahu maksud mereka dengan menuding Filipina ‘bermain api’. Saya hanya menyatakan fakta. Kami tidak ingin perang. Tapi jika perang pecah di Taiwan, mau tidak mau kami akan terseret—sambil menendang dan berteriak,” ujarnya.

    “Kami akan terseret ke kekacauan ini. Semoga tidak terjadi. Tapi jika iya, kami harus menyiapkan rencana,” imbuhnya.

    Dalam kesempatan terpisah, jurubicara Penjaga Pantai Filipina Jay Tarriela mengatakan kapal penjaga pantai Cina mengejar dan mengadang kapal Filipina di Gosong Scarborough di lepas pantai barat laut Filipina.

    Sebuah kapal Filipina lolos dari tembakan meriam air Cina. Saat mengejar kapal Filipina, kapal penjaga pantai Cina malah bertabrakan dengan kapal Angkatan Laut Cina sendiri. Akibatnya, kapal Cina mengalami “kerusakan besar”. Filipina, kata Tarriela, menawarkan bantuan medis dan teknis, namun belum ada tanggapan dari pihak Cina.

    Ketika ditanya apakah kapal Filipina akan ditarik mundur dari Scarborough, Marcos menjawab tegas: tidak!. “Tidak ada peluru perak yang bisa menyelesaikan semua masalah. Kami akan terus hadir, terus membela wilayah kami, terus menjalankan hak kedaulatan kami, meski ada pihak yang menentang. Itu sudah kami lakukan selama tiga tahun terakhir,” pungkasnya.

    Editor: Agus Setiawan

    Tonton juga video “Prancis Akan Akui Negara Palestina” di sini:

    (ita/ita)

  • Trump dan China Sepakat Tunda Tarif Dagang 90 Hari Lagi

    Trump dan China Sepakat Tunda Tarif Dagang 90 Hari Lagi

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Senin (11/08) mengumumkan bahwa jeda tarif perdagangan dengan Cina diperpanjang 90 hari lagi. Di sisi lain, pihak Beijing juga mengumumkan mengumumkan langkah serupa.

    “Saya baru saja menandatangani Perintah Eksekutif yang akan memperpanjang penangguhan tarif terhadap Cina selama 90 hari lagi. Semua elemen lain dari perjanjian akan tetap sama,” tulis Trump di platform Truth Social miliknya, beberapa jam sebelum masa jeda awal berakhir.

    Cina juga mengumumkan akan menangguhkan tarif tambahan terhadap barang-barang AS selama 90 hari lagi, seperti dikutip kantor berita Reuters dari Kementerian Perdagangan Cina pada Selasa (12/08).

    Artinya, Perintah Eksekutif terbaru ini akan berlaku sampai lewat tengah malam 10 November mendatang. Keputusan ini akan memberi waktu tambahan bagi kedua negara untuk mencapai kesepakatan baru soal tarif dagang.

    Apa isi Perintah Eksekutif Trump?

    Dalam perintahnya, Trump mengatakan bahwa Cina terus “mengambil langkah signifikan” untuk menyelesaikan kekhawatiran AS terkait perdagangan dan keamanan, sekaligus membahas negosiasi yang masih berlangsung antara kedua negara.

    Namun, perintah itu juga menegaskan bahwa masih ada “defisit perdagangan barang AS yang besar dan terus terjadi setiap tahun,” yang dianggap sebagai “ancaman luar biasa bagi keamanan nasional dan ekonomi Amerika Serikat.”

    Dalam perintah itu juga menyebutkan bahwa Washington dan Beijing masih berdiskusi “untuk mengatasi ketidakseimbangan hubungan dagang,” dan bahwa Cina terus “mengambil langkah yang signifikan untuk memperbaiki” keluhan AS.

    Respons Cina soal kesepakatan perpanjangan jeda tarif

    Menurut kantor berita resmi Cina, Xinhua, negara itu akan tetap mempertahankan tarif sebesar 10%.

    Beijing juga akan “mengambil atau mempertahankan langkah-langkah yang perlu untuk menangguhkan atau menghapus kebijakan balasan non-tarif terhadap AS, sesuai kesepakatan dalam deklarasi bersama di Jenewa.”

    Pada Mei lalu, AS dan Cina sepakat menurunkan tarif tinggi yang saling diberlakukan, yang mencapai 145% untuk barang dari Cina dan 125% untuk barang dari AS. Kesepakatan itu disebut telah mencegah terjadinya bencana besar bagi ekonomi.

    Dalam kesepakatan pada Mei tersebut, tarif barang dari Cina diturunkan menjadi 30%, sementara tarif barang dari AS menjadi 10%.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris
    Diadaptasi oleh Tezar Aditya
    Editor: Rahka Susanto


    (ita/ita)

  • Filipina Nyatakan Siap Perang jika Terseret Konfrontasi China vs Taiwan

    Filipina Nyatakan Siap Perang jika Terseret Konfrontasi China vs Taiwan

    GELORA.CO – Presiden Ferdinand ‘Bongbong’ Marcos Jr mengatakan Filipina akan terseret jika China dan Taiwan berperang.

    Dia lantas menegaskan negara ini harus bersiap-siap perang dalam konfrontasi yang terelakkan itu juga China dan Taiwan perang.

    Filipina adalah negara tetangga terdekat Taiwan. Dalam beberapa tahun terakhir, intelijen negara Barat mengatakan China kemungkinan akan menginvasi pulau tersebut untuk mempertahankan kendalinya.

    “Jika ada perang berkecamuk di dekat kita, apa yang harus kita lakukan? Kita tak bisa menghindarinya,” kata Bongbong saat konferensi pers pada Senin (11/8), dikutip AFP.

    Dia lalu berujar, “Mau tidak mau meskipun kita sangat ingin menghindari konfrontasi dengan siapapun dan di mana pun, perang atas Taiwan akan menyeret Filipina, dengan enggan dan marah, ke dalam konflik tersebut.”

    Sebelum konferensi pers kali ini, Bongbong juga sempat menyinggung konfrontasi China-Taiwan saat berkunjung ke India beberapa waktu lalu.

    Ketika itu, Bongbong melakukan wawancara dengan media FirstPost. Dia lantas mengatakan tak ada cara selain terlibat konflik karena letak geografis Filipina.

    “Filipina tak mungkin bisa menghindarinya hanya karena lokasi geografis fisik kami. Jika terjadi perang habis-habisan, maka kami akan terseret ke dalamnya,” ungkap dia.

    Komentar Marcos Jr ini kemudian membuat China murka. Kementerian Luar Negeri lantas mengirim nota diplomatik ke Manila dan menuduh mereka “bermain api.”

    China dan Filipina terlibat serangkaian perselisihan di Laut China Selatan. Beijing mengeklaim sebagian besar wilayah perairan tersebut meski ada keputusan internasional yang menyatakan pernyataan mereka tak punya dasar hukum.

    Sejak terpilih pada 2022, Marcos meningkatkan kerja sama antara Filipina dan musuh bebuyutan China, Amerika Serikat. Kedua negara ini juga memiliki perjanjian pertahanan bersama.

  • Kejar Kapal Penjaga Pantai Filipina, 2 Kapal China Berakhir Tabrakan

    Kejar Kapal Penjaga Pantai Filipina, 2 Kapal China Berakhir Tabrakan

    GELORA.CO – Dua kapal milik China dan sebuah kapal penjaga pantai Filipina terlibat aksi kejar-kejaran pada Senin (11/8) di perairan yang disengketakan di Laut China Selatan.

    Mengutip AFP, Juru Bicara Penjaga Pantai Filipina, Komodor Jay Tarriela, mengatakan insiden itu terjadi di dekat Beting Scarborough–wilayah karang di perairan Filipina yang juga diklaim oleh China.

    Kejar-kejaran terjadi ketika kapal penjaga pantai Filipina mengawal kapal-kapal yang mendistribusikan bantuan kepada nelayan di daerah tersebut.

    Berdasarkan video yang dirilis Manila, terlihat kapal Penjaga Pantai China dan sebuah kapal yang lebih besar bernomor lambung 164 bertabrakan dengan suara benturan keras.

    “Kapal Penjaga Pantai China CCG 3104, yang sedang mengejar BRP Suluan (kapal penjaga pantai Filipina) dengan kecepatan tinggi, melakukan manuver berisiko dari sisi kanan kapal Filipina, sehingga menabrak kapal perang Angkatan Laut PLA (Tentara Pembebasan Rakyat China),” ujar Tarriela mengutip AFP, Senin (11/8).

    Tarriela menyebut kapal yang bertabrakan tidak tenggelam, tetapi mengalami kerusakan parah di bagian haluan. Ia juga memastikan tidak ada korban dari pihak Filipina dan belum mendapat informasi pasti soal kondisi awak kapal China.

    “Kami tidak yakin apakah mereka berhasil menyelamatkan personel yang berada di bagian depan sebelum tabrakan. Namun kami berharap personel tersebut dalam kondisi baik,” ujarnya.

    Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr menegaskan kapal patroli negaranya akan terus beroperasi di wilayah tersebut untuk mempertahankan hak kedaulatan Manila atas apa yang mereka anggap sebagai bagian dari teritorial Filipina.

    Sementara itu, Juru Bicara Penjaga Pantai China, Gan Yu, membenarkan adanya insiden kejar-kejaran namun tidak menyinggung soal tabrakan.

    “Penjaga Pantai China telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai hukum, termasuk memantau, menekan dari luar, memblokir, dan mengendalikan kapal-kapal Filipina untuk mengusir mereka,” kata Gan.

    Kementerian Luar Negeri China tidak mengonfirmasi maupun membantah insiden tabrakan tersebut saat dimintai komentar oleh AFP.

    Insiden ini menjadi babak terbaru dari rangkaian konfrontasi antara China dan Filipina di Laut China Selatan, wilayah yang hampir seluruhnya diklaim Beijing. 

    Perairan sekitar Beting Scarborough–rantai terumbu karang berbentuk segitiga–telah menjadi titik panas sengketa kedua negara sejak 2012. Lebih dari 60 persen perdagangan maritim global melintasi jalur perairan yang disengketakan tersebut.

  • Siap-Siap, Besok Deadline Gencatan Senjata Perang Dagang Trump-China

    Siap-Siap, Besok Deadline Gencatan Senjata Perang Dagang Trump-China

    Jakarta, CNBC Indonesia – Deadline gencatan senjata perang dagang Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan China akan jatuh besok, Selasa.

    Sebelumnya, kedua negara menyepakati gencatan senjata selama 90 hari pada bulan Mei, di mana bulan lalu kedua negara sepakat untuk mengadakan pembicaraan lebih lanjut mengenai perpanjangan gencatan senjata jika mandek hingga 12 Agustus, di Stockhlom, Finlandia.

    Menyikapi ini, dalam pernyataan terbaru Senin (11/8/2025), China mengatakan berharap AS akan mengupayakan hasil yang positif.

    “Kami berharap AS akan bekerja sama dengan China untuk menindaklanjuti konsensus penting yang dicapai selama panggilan telepon antara kedua kepala negara… dan mengupayakan hasil positif atas dasar kesetaraan, rasa hormat, dan saling menguntungkan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Lin Jian dalam sebuah pernyataan, dikutip AFP.

    Peru diketahui dalam pembicaraan Mei, AS dan China sepakat menetapkan bea masuk sementara, sebesar 30% untuk barang Beijing ke Washington dan 10% untuk sebaliknya.

    Sementara itu, Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer mengatakan bahwa Trump akan memiliki “keputusan akhir” atas perpanjangan gencatan senjata tarif.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Trump Melunak, Giliran China Balas Dendam ke Amerika

    Trump Melunak, Giliran China Balas Dendam ke Amerika

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden AS Donald Trump mulai melunak ke China. Trump mencabut larangan penjualan chip H20 Nvidia ke Negeri Tirai Bambu pada Juli lalu. 

    Namun, ternyata tak semudah itu produk AS bisa masuk ke China. Kini giliran Beijing yang balik menekan perusahaan teknologi asal Negeri Paman Sam.

    Melalui akun media sosial Yuyuan Tantian yang terafiliasi dengan stasiun televisi pemerintah CCTV, China menuding chip kecerdasan buatan (AI) H20 buatan Nvidia memiliki celah keamanan berbahaya berupa pintu belakang atau backdoor. Celah ini disebut bisa digunakan untuk melakukan fungsi seperti pemadaman jarak jauh.

    “Ketika sebuah chip tidak ramah lingkungan, tidak canggih, dan tidak aman, sebagai konsumen, kita tentu memiliki pilihan untuk tidak membelinya,” tulis artikel tersebut di WeChat, dikutip dari Reuters, Senin (11/8/2025).

    Badan pengawas dunia maya China sebelumnya telah memanggil Nvidia pada 31 Juli untuk meminta penjelasan apakah chip H20 memiliki risiko keamanan tersembunyi yang dapat melewati sistem otentikasi dan kontrol keamanan.

    Nvidia membantah tudingan dan menegaskan produknya bebas dari backdoor.

    Chip H20 dikembangkan Nvidia khusus untuk pasar China setelah AS melarang ekspor chip AI canggih pada akhir 2023. Namun pada April 2025, pemerintahan Trump kembali memperketat larangan penjualan di tengah memanasnya hubungan dagang kedua negara.

    Lalu, Trump cepat berubah pikiran dan mencabut larangan tersebut pada Juli 2025. Pemerintah AS mengatakan pencabutan kontrol ekspor chip AI buatan AS sebagai bagian dari negosiasi untuk mendapatkan akses logam tanah jarang China. 

    Kritik terhadap Nvidia juga datang dari People’s Daily, media pemerintah China lainnya. Dalam editorial awal bulan ini, People’s Daily mengatakan Nvidia harus memberikan bukti keamanan yang meyakinkan untuk menghilangkan kekhawatiran pengguna di China atas risiko keamanan chip tersebut dan mengembalikan kepercayaan pasar.

    Tekanan terhadap raksasa AS muncul ketika China makin kencang mengembangkan industri chip domestik. Huawei sudah mempersiapkan chip yang diklaim menyamai kemampuan chip Nvidia untuk memenuhi kebutuhan lokal. 

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Media Pemerintah China Sebut Chip Nvidia H20 Tidak Aman untuk China

    Media Pemerintah China Sebut Chip Nvidia H20 Tidak Aman untuk China

    JAKARTA – Chip H20 buatan Nvidia  menimbulkan kekhawatiran keamanan bagi China. Ini diketahui menurut pernyataan akun media sosial yang berafiliasi dengan media pemerintah China pada Minggu, 10 Agustus. Hal ini menyusul kekhawatiran Beijing terkait adanya akses “pintu belakang” pada chip tersebut.

    Akun Yuyuan Tantian, yang terkait dengan televisi pemerintah, CCTV, dalam artikel yang dipublikasikan di WeChat menyatakan bahwa chip H20 tidak hanya memiliki risiko keamanan, tetapi juga tidak canggih secara teknologi dan tidak ramah lingkungan.

    “Ketika sebuah jenis chip tidak ramah lingkungan, tidak canggih, dan tidak aman, sebagai konsumen, kita tentu memiliki pilihan untuk tidak membelinya,” demikian kesimpulan artikel tersebut.

    Nvidia belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar terkait isu ini.

    Chip kecerdasan buatan H20 dikembangkan Nvidia khusus untuk pasar China setelah Amerika Serikat memberlakukan pembatasan ekspor pada chip AI canggih pada akhir 2023. Pemerintahan Presiden AS Donald Trump sempat melarang penjualan chip tersebut pada bulan April di tengah ketegangan perdagangan dengan China, namun larangan tersebut dicabut pada bulan Juli.

    Badan pengawas siber China pada 31 Juli memanggil Nvidia untuk meminta penjelasan apakah chip H20 memiliki risiko keamanan berupa “pintu belakang” – metode tersembunyi untuk melewati otentikasi atau kontrol keamanan normal.

    Nvidia kemudian menyatakan bahwa produknya tidak memiliki “pintu belakang” yang memungkinkan akses atau kontrol jarak jauh.

    Dalam artikelnya, Yuyuan Tantian menyebutkan bahwa chip Nvidia memiliki kemampuan seperti “penutupan jarak jauh” melalui “pintu belakang” perangkat keras.

    Komentar Yuyuan Tantian ini mengikuti kritik dari People’s Daily, media pemerintah China lainnya. Dalam sebuah komentar awal bulan ini, People’s Daily menyatakan bahwa Nvidia harus memberikan “bukti keamanan yang meyakinkan” untuk menghilangkan kekhawatiran pengguna China atas risiko keamanan pada chipnya dan memulihkan kepercayaan pasar.

  • Tarif Trump Buka Jalan China Jadi Mitra Dagang Utama Jerman

    Tarif Trump Buka Jalan China Jadi Mitra Dagang Utama Jerman

    Bisnis.com, JAKARTA — China nyaris menyalip Amerika Serikat (AS) sebagai mitra dagang terbesar Jerman pada semester I/2025 seiring turunnya ekspor Jerman ke AS akibat kenaikan tarif.

    Berdasarkan data awal kantor statistik Jerman yang dikutip dari Reuters Minggu (10/8/2025), total perdagangan Jerman dengan AS mencapai sekitar 125 miliar euro (US$145 miliar) sepanjang Januari–Juni 2025, sementara perdagangan dengan China menyentuh 122,8 miliar euro.

    “Meski AS masih mampu mempertahankan posisinya sebagai mitra dagang terpenting Jerman, selisihnya dengan China sangat tipis,” ujar Ekonom Commerzbank Vincent Stamer.

    AS menyalip China sebagai mitra dagang utama Jerman pada 2024, mengakhiri dominasi 8 tahun China. Pergeseran itu terjadi seiring upaya Jerman mengurangi ketergantungan terhadap China, dengan alasan perbedaan politik dan tuduhan praktik dagang tidak adil oleh Beijing.

    Namun, dinamika perdagangan kembali berubah pada 2025 setelah Donald Trump kembali ke Gedung Putih dan memberlakukan tarif baru. Perjanjian dagang Uni Eropa–AS pada Juli menetapkan tarif sebesar 15% untuk sebagian besar produk.

    “Seiring berjalannya tahun, penurunan ekspor Jerman ke AS kemungkinan akan berlanjut bahkan semakin tajam,” kata Kepala Kebijakan Ekonomi Internasional Cologne Institute for Economic Research, Juergen Matthes.

    Ekspor Jerman ke AS pada paruh pertama tahun ini turun 3,9% menjadi 77,6 miliar euro dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Commerzbank memproyeksikan tarif baru AS akan memperlambat ekspor Jerman ke AS hingga 20%–25% dalam dua tahun ke depan.

    “Dengan demikian, China kemungkinan akan kembali merebut posisi puncak mitra dagang Jerman pada akhir tahun ini,” imbuh Stamer.

    Lonjakan Impor dari China

    Impor Jerman dari China melonjak 10,7% secara tahunan pada paruh pertama, mencapai 81,4 miliar euro. “Tampaknya perusahaan dan konsumen Jerman sulit menggantikan produk-produk asal China,” kata Stamer.

    Kenaikan ini diduga menunjukkan bahwa China mulai mengalihkan arus perdagangan dari AS ke Eropa, membanjiri pasar Jerman dan Eropa dengan barang-barang murah, menurut Kepala Ekonomi Makro Global ING Carsten Brzeski.

    Matthes dari Cologne Institute menambahkan, pelemahan signifikan nilai yuan terhadap euro juga membuat barang impor dari China menjadi lebih murah.

    Sementara itu, ekspor Jerman ke China anjlok 14,2% menjadi 41,4 miliar euro, di tengah ketatnya persaingan dengan produsen asal China.

    Penurunan tajam ekspor tersebut, ditambah lonjakan impor, menyebabkan defisit perdagangan Jerman dengan China mencapai rekor €40 miliar, terbesar kedua setelah 2022.

    “Seluruh perkembangan ini merugikan perekonomian Jerman dan semakin memperparah krisis industri,” ujar Matthes.