kab/kota: Beijing

  • Putin Bela Invasi Rusia ke Ukraina, Salahkan Barat

    Putin Bela Invasi Rusia ke Ukraina, Salahkan Barat

    Tianjin

    Presiden Rusia Vladimir Putin berusaha membela invasi yang dilancarkan negaranya terhadap Ukraina, saat dia berkunjung ke China. Kunjungan Putin ini dalam rangka menghadiri pertemuan dengan negara-negara sekutu Moskow. Putin menyalahkan Barat sebagai pemicu perang yang berkecamuk selama 3,5 tahun terakhir itu.

    Pembelaan itu, seperti dilansir AFP, Senin (1/9/2025), disampaikan Putin saat menghadiri pertemuan puncak Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) yang digelar di kota Tianjin, China.

    “Krisis ini tidak dipicu oleh serangan Rusia terhadap Ukraina, tetapi merupakan akibat dari kudeta di Ukraina, yang didukung dan diprovokasi Barat,” kata Putin saat menghadiri pertemuan tersebut pada Senin (1/9) waktu setempat.

    Dia merujuk pada revolusi Ukraina yang pro-Eropa pada tahun 2013-2014 lalu, yang menggulingkan presiden pro-Rusia dari kekuasaan atas Kyiv. Moskow pada saat itu merespons dengan menganeksasi Semenanjung Crimea dan mendukung separatis pro-Rusia di wilayah timur Ukraina, yang memicu perang sipil.

    “Alasan kedua untuk krisis ini adalah upaya Barat yang terus-menerus untuk menyeret Ukraina ke NATO,” sebut Putin dalam pernyataannya.

    Pernyataan Putin itu disampaikan dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) SCO yang dihadiri oleh sekutu-sekutu Rusia, termasuk Presiden China Xi Jinping, Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi, dan Presiden Iran Masoud Pezeshkian.

    Moskow dan Beijing memuji SCO sebagai alternatif bagi blok-blok politik dan keamanan yang dipimpin Barat, termasuk aliansi NATO.

    Tonton juga video “Zelensky Siap Bertemu Putin untuk Akhiri Perang” di sini:

    Putin, dalam pernyataannya, mengatakan bahwa dunia membutuhkan “sistem yang akan menggantikan model-model Eurosentris dan Euro-Atlantik yang sudah ketinggalan zaman, dan mempertimbangkan kepentingan lingkaran negara-negara terluas”.

    “Kami sangat menghargai upaya dan proposal China, India, dan mitra-mitra strategis kami lainnya, yang bertujuan untuk berkontribusi dalam menyelesaikan krisis Ukraina,” imbuhnya.

    Meskipun Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendesak Rusia dan Ukraina untuk mencapai kesepakatan guna mengakhiri perang, proposal-proposal perdamaian masih tersendat.

    Putin menolak seruan gencatan senjata, dan justru mengajukan tuntutan teritorial serta tuntutan politik — yang menyerukan Ukraina untuk menyerahkan lebih banyak wilayah dan mencabut dukungan Barat — sebagai prasyarat perdamaian. Kyiv menegaskan tuntutan-tuntutan Moskow itu tidak akan diterima.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • PMI Manufaktur RI Melesat, Tinggalkan China-Jepang di Jurang Kontraksi

    PMI Manufaktur RI Melesat, Tinggalkan China-Jepang di Jurang Kontraksi

    Bisnis.com, JAKARTA — Indeks produktivitas manufaktur di sejumlah negara mengalami perbaikan, meski tak sedikit yang terjerat di fase kontraksi. Namun, pada Agustus ini, Indonesia berhasil keluar dari fase kontraksi dalam 4 bulan terakhir. 

    Berdasarkan laporan S&P Global, Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia berada di level 51,5 pada Agustus 2025 atau naik dari bulan sebelumnya 49,2 pada Juli 2025 atau di bawah ambang batas 50. 

    Kinerja PMI manufaktur Indonesia sebelumnya telah terkontraksi sejak April 2025 lalu yang anjlok ke angka 46,7. 

    Pada hari yang sama, S&P Global juga merilis kinerja PMI dari sejumlah negara Asean seperti Thailand (52,7), Filipina (50,8), dan Myanmar (50,4). Tak hanya Asean, manufaktur negara Asia juga tumbuh ekspansi. 

    Laporan terbaru juga menunjukkan PMI Jepang yang naik ke level 49,7 pada Agustus 2025, tetapi masih di bawah ambang batas 50 yang artinya kontraksi. Kemudian, PMI Manufaktur Korea Selatan juga masih ekspansi meski tumbuh tipis menjadi 48,3 pada Agustus dari bulan sebelumnya 48. 

    Di sisi lain, PMI manufaktur Taiwan tercatat tumbuh ke angka 47,7 atau naik dari bulan sebelumnya 46,2. Bahkan, Biro Statistik Nasional mencatat PMI manufaktur China juga kontraksi meski tumbuh tipis menjadi 49,4 pada Agustus 2025, dari 49,3 pada Juli 2025.

    Dari laporan tersebut, negara-negara yang masih terjerat di kondisi kontraksi rata-rata terkendala dari segi permintaan yang terus menurun, baik domestik maupun ekspor. Alhasil, produksi manufaktur perlu menyesuaikan dengan kondisi pasar. 

    Namun, ekonom S&P Global masih menilai ada sinyal pemulihan di sejumlah negara. Misalnya, industri di Jepang yang masih melanjutkan produksi dan menambah tenaga kerja untuk berjaga-jaga jika kondisi permintaan meningkat di masa depan.

    “Ada juga indikasi bahwa tekanan inflasi telah mendingin. Khususnya, tingkat inflasi biaya input yang dipegang mendekati titik terendah empat setengah tahun Juli, harga jual juga pada tingkat terlemah dalam lebih dari empat tahun,” kata Annabel Fiddes, Economics Associate Director at S&P Global Market Intelligence. 

    Sementara itu, ekspansi di Indonesia didorong oleh peningkatan baik pada produksi maupun volume pesanan baru. Menanggapi hal ini, perusahaan meningkatkan aktivitas pembelian dan jumlah tenaga kerja pada pertengahan triwulan ketiga untuk menyesuaikan kebutuhan produksi tambahan. 

    Industri juga menambah stok pembelian, namun inventaris barang jadi menurun karena digunakan untuk memenuhi pesanan.

    Ekonom S&P Global Market Intelligence, Usamah Bhatti mengatakan pada pertengahan triwulan ketiga 2025, sektor manufaktur Indonesia menunjukkan perbaikan kembali pada kondisi operasional untuk pertama kali setelah kontraksi 4 bulan terakhir. 

    “Perusahaan mencatat pertumbuhan baru pada output dan pesanan baru, dengan pesanan ekspor mencatat kenaikan tercepat dalam hampir dua tahun,” kata Bhatti dalam laporan terbarunya pada Senin (1/9/2025). 

    Di sisi lain, China dilaporkan menandai pelemahan aktivitas manufaktur selama lima bulan berturut-turut. Kondisi ini juga menunjukkan pelaku industri masih menunggu kepastian dari negosiasi dagang dengan Amerika Serikat (AS), sementara permintaan domestik tetap lesu.

    Apalagi, ekonomi China tengah menghadapi berbagai tekanan, mulai dari melemahnya ekspor akibat tarif AS, kemerosotan sektor properti, meningkatnya ketidakpastian pekerjaan, utang besar di pemerintahan daerah, hingga dampak cuaca ekstrem. Situasi ini berpotensi menghambat target pertumbuhan ambisius Beijing pada 2025 yang dipatok sekitar 5%.

  • Xi Jinping-Modi Sepakat Pererat Kerja Sama di Tengah Tekanan Tarif Trump

    Xi Jinping-Modi Sepakat Pererat Kerja Sama di Tengah Tekanan Tarif Trump

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri India Narendra Modi sepakat memperdalam kerja sama di tengah tekanan tarif tinggi dari AS.

    Dalam pertemuan di Tianjin, di sela-sela KTT Shanghai Cooperation Organisation (SCO), Modi mengumumkan dimulainya kembali penerbangan langsung antara kedua negara. 

    Dia menegaskan hubungan bilateral dalam setahun terakhir lebih stabil setelah pasukan dari kedua pihak mundur dari titik gesekan di perbatasan. Kunjungan ini merupakan yang pertama bagi Modi ke China dalam tujuh tahun terakhir.

    Adapun, Xi menekankan pentingnya kedua negara melihat hubungan dari ketinggian strategis dan perspektif jangka panjang. Dia juga menyerukan penguatan multilateralisme dan lebih banyak demokrasi dalam hubungan internasional. Menurut Xi, situasi global saat ini penuh dinamika dan kekacauan. 

    “Sudah tepat bagi China dan India menjadi tetangga bersahabat, mitra yang saling mendukung, serta menjadikan naga dan gajah menari bersama,” jelasnya dikutip dari Bloomberg, Senin (1/9/2025).

    KTT Tianjin kali ini menyoroti visi Xi tentang tata kelola global di tengah upayanya membangun kemitraan yang menyaingi tatanan dunia yang dipimpin AS. Pertemuan ini juga mempertemukan para pemimpin politik dari Rusia, India, Pakistan, dan Iran di meja yang sama untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, menjadikannya pertemuan terbesar SCO.

    Pertemuan dilakukan di tengah tekanan tarif tinggi dari Washington. Pekan lalu, AS resmi mengenakan tarif 50% atas produk India sebagai sanksi atas pembelian minyak Rusia yang dinilai membantu pendanaan perang Moskow di Ukraina. 

    India membela hubungan dagangnya dengan Rusia dan menyebut langkah Presiden Trump itu sebagai tindakan “tidak adil” yang mengancam eksportir India. Tahun lalu, India mengekspor barang senilai US$87 miliar ke AS.

    Pertemuan Xi-Modi terjadi setelah terobosan diplomatik langka pada Agustus lalu, ketika Beijing dan New Delhi sepakat menjajaki penentuan garis perbatasan yang disengketakan. Langkah tersebut dinilai sebagai sinyal menuju dialog setelah bertahun-tahun ketegangan militer.

    India dan China berbagi perbatasan sepanjang 3.488 kilometer tanpa garis demarkasi jelas. Bentrokan pada Juni 2020 menjadi yang terburuk dalam beberapa dekade dan merusak hubungan kedua negara.

  • Apa yang Ada di Koordinat 0,0 di Bumi?

    Apa yang Ada di Koordinat 0,0 di Bumi?

    Jakarta

    Pernahkah kalian bertanya-tanya, apa yang berada di koordinat 0° lintang dan 0° bujur? Atau bagaimana koordinat ini awalnya ditetapkan?

    Sebelum kesepakatan sistem koordinat, navigasi Bumi agak rumit. Negara-negara berselisih pendapat tentang di mana ‘Meridian Utama’, titik garis bujur ditetapkan pada 0° seharusnya berada.

    Prancis menerbitkan peta dengan meridian utama yang melewati Paris, sementara China membuat peta dengan 0° yang melewati Beijing, sesuatu yang menjadi mimpi buruk bagi siapa pun yang ingin menavigasi dunia. Singkatnya, sebagian besar negara sepakat/bersikeras bahwa Meridian Utama harus melewati negara mereka sendiri, menetapkannya pada 0° yang nyaman bagi mereka.

    Pada Konferensi Meridian Internasional di Washington pada 1884, yang diselenggarakan oleh Presiden AS Chester Arthur, para astronom dan perwakilan dari 25 negara mulai menentukan Meridian Utama universal, yang mengakhiri kebingungan.

    Dalam konferensi tersebut, disebutkan betapa mudahnya menggunakan Observatorium Kerajaan di Greenwich, London, sebagai Meridian Utama, tempat garis penanggalan internasional akan ditetapkan, karena garis tersebut hampir seluruhnya melintasi perairan.

    Sekarang, garis tersebut menandai garis bujur nol derajat, garis yang membentang dari atas planet ke bawah, memisahkan timur dari barat. Penetapan garis lintang 0 derajat agak kurang kontroversial, meskipun lebih sulit dipahami, membutuhkan banyak pengetahuan astronomi, karena garis tersebut berada di sekitar khatulistiwa.

    Jadi, apa yang berada di koordinat 0,0? Sebagaimana disebutkan sebelumnya, Meridian Utama sebagian besar melintasi perairan. Koordinat 0,0 juga melintasi perairan, khususnya Teluk Guinea, tepat di lepas pantai barat Afrika di Samudra Atlantik tropis bagian timur. Namun, ada sesuatu yang menandainya, dan pada peta digital, pulau ini menjadi rumah bagi ‘Pulau Null’.

    Saat mendigitalkan peta menggunakan sistem informasi geografis (SIG), data alamat diubah menjadi koordinat. Proses ini cukup sederhana, meskipun memakan waktu. Namun, jika datanya salah, akan muncul kesalahan yang tidak diinginkan berupa pulau.

    “Sayangnya, karena kesalahan ketik manusia, data yang berantakan, atau bahkan gangguan pada geocoder itu sendiri, proses geocoding tidak selalu berjalan mulus,” jelas Tim St. Onge dalam sebuah postingan blog Library of Congress, seperti dikutip dari IFL Science.

    “Nama jalan yang salah eja, nomor bangunan yang tidak ada, dan keanehan lainnya dapat menghasilkan alamat yang tidak valid yang dapat membingungkan geocoder sehingga keluarannya menjadi ‘0,0’. Meskipun keluaran ini menunjukkan adanya kesalahan, karena ‘0,0’ sebenarnya adalah lokasi di permukaan Bumi menurut sistem koordinat, fitur tersebut akan dipetakan di sana, betapapun tidak masuk akalnya lokasi tersebut. Kita berakhir dengan pulau data yang tidak sesuai,” urainya.

    Pada suatu saat, area ini secara bercanda dikenal sebagai ‘Pulau Null’, dan menjadi perhatian publik setelah para relawan geografi di Natural Earth menggambar pulau tersebut secara manual di peta domain publik mereka.

    “(Pulau Null) adalah pulau fiktif seluas 1 meter persegi yang terletak di lepas pantai Afrika tempat garis khatulistiwa dan meridian utama bersilangan,” menurut Natural Earth.

    “Karena berpusat di 0,0 (lintang nol, bujur nol), pulau ini berguna untuk menandai kegagalan geocode yang diarahkan ke 0,0 oleh sebagian besar layanan pemetaan,” demikian penjelasan postingan tersebut.

    Meskipun tidak banyak informasi di dunia non-digital, pulau ini merupakan rumah bagi sebuah pelampung tunggal yang dikenal sebagai Stasiun 13010 – Soul.

    Pelampung ini dan 16 pelampung lainnya membentuk sistem Prediction and Research Moored Array in the Atlantic (PIRATA), yang memantau faktor-faktor seperti suhu, kelembapan, dan kecepatan angin, yang menginformasikan prakiraan cuaca dan model iklim.

    (rns/rns)

  • Petaka Baru di China, Muncul Fenomena “Anak dengan Ekor Busuk”

    Petaka Baru di China, Muncul Fenomena “Anak dengan Ekor Busuk”

    Jakarta, CNBC Indonesia – Banyak pekerja muda China yang kesulitan untuk mencari kerja sesuai jurusan kuliah. Hal ini pun menimbulkan fenomena yang disebut “Anak dengan Ekor Busuk”.

    Kondisi ini terungkap dalam laporan CNA berjudul “Mengapa Sarjana Muda Banyak Menganggur di China”. Banyak dari pencari kerja yang ditemui CNA di bursa kerja atau job fair Lishuiqiao, Beijing, akhir pekan lalu menyatakan mereka sulit mencari kerja sesuai bidang studinya selama masa di kampus.

    “Saya melihat peluangnya cukup suram, pasar tenaga kerja sepi, akhirnya saya mengurungkan niat mengejar posisi tertentu,” kata Hu Die, pencari kerja berusia 22 tahun yang merupakan sarjana desain dari Harbin University of Science and Technology kepada CNA, dikutip Sabtu (15/3/2025).

    Li Mengqi, sarjana teknik kimia dari Institut Teknologi Shanghai yang telah berusia 26 tahun, sudah delapan bulan menganggur setelah lulus kuliah. Gara-garanya sama, ia tak menemukan pekerjaan yang sesuai dengan jurusannya saat menempuh pendidikan di universitas.

    Chen Yuyan, 26 tahun, lulusan Guangdong Food and Drug Vocational College pada 2022, bahkan akhirnya harus bekerja sebagai petugas sortir paket di sebuah cabang agen kurir.

    Ia mengatakan, meskipun telah mendapatkan pendidikan vokasi, baginya sulit untuk memperoleh pekerjaan dengan standar gaji yang mencukupi. Sebab, banyak lowongan kerja yang mencantumkan syarat-syarat menyulitkan.

    “Banyak perusahaan mencari kandidat yang sudah berpengalaman-orang-orang yang bisa langsung bekerja. Sebagai lulusan baru, kami tidak punya cukup pengalaman. Mereka sering mengatakan tidak memiliki sumber daya untuk melatih karyawan baru, dan gaji yang ditawarkan sangat rendah,” ucap Chen.

    Krisis Pasar Tenaga Kerja di China

    Pendiri Young China Group, lembaga think tank atau pemikir yang berbasis di Shanghai, Zak Dychtwald mengatakan, apa yang terjadi dengan Li, Hu, dan Chen merupakan gambaran krisis pasar kerja di China bagi para pemudanya, yang berharap bisa berkarir sesuai bidang keahliannya.

    “Salah satu masalah terbesar saat ini adalah ketimpangan antara kerja keras yang mereka lakukan saat kuliah dan pekerjaan yang menanti ketika lulus,” kata Zak Dychtwald.

    Asisten profesor Sosiologi di University of Michigan, Zhou Yun, mengamati meskipun lulusan dari sekolah-sekolah elite dan jurusan automasi ataupun AI banyak dicari, namun para sarjana masih kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian mereka akibat meningkatnya persaingan di bursa kerja.

    “Industri yang secara tradisional menjadi penyerap utama lulusan perguruan tinggi, seperti startup internet dan pendidikan, juga mengalami penyusutan dalam beberapa tahun terakhir. Jadi, ada alasan struktural yang mendalam di baliknya,” katanya.

    Memburuknya pasar kerja di China telah memunculkan istilah “anak dengan ekor busuk” di China sebagai gambaran sarjana muda yang terpaksa bekerja dengan gaji rendah dan bergantung pada orang tua, lantaran tidak mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan mereka. Istilah ini diambil dari “gedung ekor busuk”, proyek perumahan yang mangkrak dan menjadi beban ekonomi China sejak 2021.

    Eli Friedman, profesor Global Labor and Work di Cornell University, menyoroti adanya pergeseran budaya yang memengaruhi sikap generasi muda terhadap pekerjaan.

    Ancam Kepastian Ekonomi

    Berbeda dengan generasi orangtua mereka, sarjana muda saat ini lebih enggan menerima pekerjaan berkualitas rendah atau tidak stabil, bahkan di tengah tekanan ekonomi. Bahkan, mereka juga enggan memulai usaha kecil untuk bisa mengembangkan bisnis.

    “Saat ini jika Anda berusia 22 atau 23 tahun dan baru lulus universitas di China, saya rasa Anda tidak akan mau berjualan barang-barang kecil di jalanan, lalu menabung dan menggunakannya untuk memulai bisnis kecil-kecilan. Secara budaya, saya rasa itu bukan lagi jalan yang dipilih kebanyakan orang,” kata Friedman.

    Pergeseran sikap ini telah melahirkan istilah “merunduk” atau tangping dalam bahasa Mandarin, ketika kaum muda memilih mundur dari persaingan kerja yang hiperkompetitif. Beberapa anak muda enggan “menerima pekerjaan apa pun yang tersedia” karena semakin kecewa dengan model tradisional pengembangan karir, menurut Friedman.

    Zhou dari University of Michigan menyoroti dampak psikologis mendalam akibat pengangguran berkepanjangan, terutama di kalangan lulusan yang sebelumnya dijanjikan masa depan yang stabil.

    “Ketidakmampuan mendapatkan pekerjaan tidak hanya menciptakan ketidakpastian ekonomi, tetapi juga menghilangkan martabat dan tujuan hidup. Bagi para lulusan, hal ini meruntuhkan narasi yang selama ini mereka yakini – bahwa pendidikan akan memberikan kehidupan yang lebih baik,” ujarnya.

    Tahun ini jumlah lulusan universitas di China akan mencapai rekornya, 12,22 juta orang, naik dari 9 juta orang pada 2021. Pemerintah China telah mengakui solusi untuk mengatasi tantangan lapangan pekerjaan di negara itu sangat mendesak.

    “Ketidakcocokan antara pasokan dan permintaan sumber daya manusia semakin mencolok,” kata Menteri Sumber Daya Manusia dan Jaminan Sosial China, Wang Xiaoping, dalam konferensi pers pada 9 Maret lalu di sela-sela pertemuan tahunan Lianghui atau Dua Sesi.

    Laporan Kerja Pemerintah China 2025 merinci rencana untuk mengatasi pengangguran kaum muda, dengan menekankan perluasan peluang kerja, bantuan keuangan yang lebih terarah, dan dukungan baru bagi kewirausahaan.

    Langkah-langkah spesifik yang diusulkan meliputi pengembalian premi asuransi pengangguran, pemotongan pajak dan biaya, subsidi pekerjaan, serta dukungan langsung bagi industri padat karya.

    China telah menetapkan target untuk menciptakan lebih dari 12 juta pekerjaan baru di daerah perkotaan tahun ini, sebagaimana dirinci dalam Laporan Kerja Pemerintah pada Dua Sesi.

    Meskipun jumlah lulusan yang memasuki pasar kerja tahun ini mencapai rekor tertinggi, China masih menghadapi kekurangan tenaga kerja terampil, terutama di sektor manufaktur.

    Menurut laporan China Daily pada Juli lalu, yang mengutip panduan pengembangan tenaga kerja manufaktur dari Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi serta departemen terkait, China diperkirakan akan mengalami kekurangan sekitar 30 juta pekerja terampil di 10 sektor manufaktur utama pada tahun 2025.

    (fsd/fsd)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Prabowo Kumpulkan Ketua Partai Politik di Istana

    Prabowo Kumpulkan Ketua Partai Politik di Istana

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Prabowo Subianto memanggil para pemimpin partai politik (parpol) di Indonesia untuk hadir ke Istana Negara siang ini. Pemanggilan ini dilakukan  seiring dengan aksi demonstrasi yang masih berlangsung di berbagai kota di Indonesia yang bermula dari tuntutan pembatalan tunjangan rumah DPR.

    Sejumlah pimpinan Parpol diketahui telah hadir di Istana. Ahmad Muzani diketahui tiba di kompleks Istana Kepresidenan pada pukul 12.11 WIB.

    Saat ditanya wartawan, Muzani mengaku tidak mengetahui siapa saja yang dipanggil, namun menegaskan dirinya datang untuk memenuhi panggilan Presiden Prabowo Subianto.

    Hal yang sama dikemukukan oleh Ketua Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskadar. Sosok yang akrab dipanggil Cak Imin mengaku tidak tahu siapa saja yang dipanggil namun menyebut ada pertemuan dengan Presiden dan dilanjutkan dengan Rapat Kabinet.

    Muhaimin juga sepakat terkait pentingnya ada evaluasi di DPR setelah adanya demonstrasi yang berkepanjangan.

    “Tentu saja ini menjadi momentum untuk kita semua melakukan evaluasi, sekaligus mereformasi diri masing-masing. Semua lembaga saya kira, baik legislatif maupun eksekutif untuk benar-benar memahami tuntutan aspirasi itu. Aspirasi untuk menunjukkan solidaritas,” ungkap Muhaimin.

    Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk belum menghadiri undangan pemerintah China. Keputusan ini disampaikan oleh Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi melalui video keterangan resmi terkait agenda luar negeri Presiden pada September 2025.

    Menurut Mensesneg, salah satu pertimbangan utama adalah adanya beberapa undangan bersamaan, termasuk sidang tahunan PBB di New York. Presiden Prabowo ingin menimbang prioritas kehadiran agar dapat mengikuti agenda internasional yang lebih strategis.

    Selain itu, dinamika dalam negeri menjadi pertimbangan penting. Presiden menilai perlu memantau dan memimpin langsung proses penyelesaian berbagai situasi di tanah air sebelum melakukan perjalanan ke luar negeri.

    Keputusan ini menegaskan fokus pemerintah pada stabilitas dan penyelesaian isu domestik, sekaligus menjaga hubungan baik dengan mitra internasional.

    Sebagai informasi, Presiden Prabowo menjadi salah satu dari 26 kepala negara dan pemerintahan yang diundang Presiden China Xi Jinping untuk menghadiri parade militer di Beijing pada 3 September 2025.

    (fsd/fsd)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Aktivitas Manufaktur China Melemah Lima Bulan Berturut-turut pada Agustus

    Aktivitas Manufaktur China Melemah Lima Bulan Berturut-turut pada Agustus

    Bisnis.com, JAKARTA — Aktivitas manufaktur China kembali mengalami kontraksi pada Agustus 2025. 

    Dilansir dari Reuters pada Minggu (31/8/2025), Biro Statistik Nasional mencatat Purchasing Managers Index atau PMI manufaktur China naik tipis menjadi 49,4 pada Agustus 2025, dari 49,3 pada Juli 2025.

    Namun, angka ini masih berada di bawah ambang batas 50 yang memisahkan ekspansi dan kontraksi, serta sedikit di bawah perkiraan konsensus 49,5 dalam survei Reuters.

    Hal tersebut menandai pelemahan aktivitas manufaktur China selama lima bulan berturut-turut. Kondisi ini juga menunjukkan pelaku industri masih menunggu kepastian dari negosiasi dagang dengan Amerika Serikat (AS), sementara permintaan domestik tetap lesu.

    Ekonomi China tengah menghadapi berbagai tekanan, mulai dari melemahnya ekspor akibat tarif AS, kemerosotan sektor properti, meningkatnya ketidakpastian pekerjaan, utang besar di pemerintahan daerah, hingga dampak cuaca ekstrem. Situasi ini berpotensi menghambat target pertumbuhan ambisius Beijing pada 2025 yang dipatok sekitar 5%.

    Sementara itu, indeks PMI non-manufaktur, yang mencakup sektor jasa dan konstruksi, justru mencatat pertumbuhan lebih cepat, naik menjadi 50,3 dari 50,1 pada Juli 2025.

    Gabungan PMI manufaktur dan non-manufaktur juga meningkat menjadi 50,5, dibandingkan 50,2 pada bulan sebelumnya.

    Presiden sekaligus Kepala Ekonom Pinpoint Asset Management, Zhiwei Zhang, mengatakan bahwa momentum ekonomi China pada kuartal III/2025 melambat akibat lemahnya permintaan domestik dan pendinginan pasar properti.

    “Prospek makro sepanjang sisa tahun ini sangat bergantung pada daya tahan ekspor dan seberapa besar dukungan fiskal yang diberikan pada kuartal IV/2025,” katanya.

    Kinerja ekspor Juli 2025 memang melampaui perkiraan, tetapi lebih banyak ditopang oleh basis yang rendah tahun lalu dan lonjakan pengiriman ke Asia Tenggara.

    Hal ini menunjukkan upaya eksportir China memperluas pasar di kawasan tersebut di tengah kekhawatiran kehilangan akses ke AS, pasar konsumen terbesar di dunia.

    Awal bulan ini, AS dan China sepakat memperpanjang gencatan dagang selama 90 hari. Kesepakatan itu mempertahankan tarif 30% terhadap produk China dan bea masuk 10% terhadap barang AS.

    Namun, ketidakpastian kebijakan tersebut tetap menekan kepercayaan pelaku usaha di kedua negara. Tekanan juga terlihat dari laba perusahaan industri China yang turun selama tiga bulan berturut-turut hingga Juli 2025.

    Hal ini mencerminkan lemahnya permintaan domestik dan deflasi harga produsen, sehingga meningkatkan desakan agar pemerintah meluncurkan stimulus tambahan. Meski pemerintah meningkatkan subsidi konsumsi, lesunya sektor properti masih menekan belanja masyarakat.

    Data perbankan Juli 2025 bahkan menunjukkan kredit perumahan menyusut untuk pertama kalinya dalam 20 tahun, mencerminkan enggannya rumah tangga mengambil hipotek. Risiko konsumsi juga bisa semakin besar setelah Mahkamah Agung China melarang perusahaan dan pekerja menghindari pembayaran jaminan sosial.

    Kebijakan ini memang dapat membantu pemerintah daerah yang kekurangan dana untuk memperkuat kas pensiun, namun dikhawatirkan berujung pada pemutusan hubungan kerja di tengah kesulitan ekonomi.

    Tingkat pengangguran perkotaan pada Juli naik menjadi 5,2% dari 5% pada Juni. Selain itu, kebutuhan anggaran publik juga meningkat akibat bencana alam. Sejak 1 Juli, cuaca ekstrem telah menyebabkan kerusakan jalan senilai US$2,2 miliar atau sekitar Rp36,30 triliun. 

    Adapun, jajak pendapat Reuters memperkirakan indeks PMI swasta RatingDog akan berada di level 49,7 pada Agustus 2025, naik dari 49,5 bulan sebelumnya. Data resmi akan diumumkan pada 1 September mendatang. 

  • Prabowo Minta Maaf ke Pemerintah China Tak Bisa Hadiri Undangan Kunjungan
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        30 Agustus 2025

    Prabowo Minta Maaf ke Pemerintah China Tak Bisa Hadiri Undangan Kunjungan Nasional 30 Agustus 2025

    Prabowo Minta Maaf ke Pemerintah China Tak Bisa Hadiri Undangan Kunjungan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Presiden RI Prabowo Subianto meminta maaf kepada pemerintah China karena tidak bisa hadir memenuhi undangan berkunjung ke negara tirai bambu.
    Awalnya, Presiden Prabowo direncanakan menghadiri pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping. Selain itu juga menyaksikan langsung parade militer angkatan bersenjata China di Beijing pada 3 September.
    “Oleh karena itu, Bapak Presiden Prabowo Subianto dengan kerendahan hati dan dengan memohon maaf kepada pemerintah Tiongkok, beliau memutuskan untuk belum dapat menghadiri undangan dari pemerintah Tiongkok,” kata  Menteri Sekretariat Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi. dalam keterangan videonya, Sabtu (30/8/2025).
    Prasetyo menjelaskan sejumlah pertimbangan Kepala Negara batal hadir memenuhi undangan China.
    Pertama, Presiden RI mendapat sejumlah undangan dari beberapa pihak, termasuk undangan menghadiri sidang tahunan PBB di New York, Amerika Serikat.
    “Pada bulan September ada beberapa undangan dari beberapa pihak yang mengundang Presiden Prabowo Subianto, yang salah satunya adalah undangan untuk beliau menghadiri sidang tahunan PBB di New York,” ungkap Prasetyo.
    Hal ini menjadi salah satu pertimbangan Prabowo dalam memutuskan untuk hadir memenuhi undangan Pemerintah China.
    “Yang ini membuat salah satu pertimbangan bagi beliau di dalam memutuskan hadir atau tidaknya beliau memenuhi undangan dari pemerintah Tiongkok,” ujarnya.
    Alasan kedua, Presiden Prabowo ingin memantau langsung dinamika yang sedang terjadi di Tanah Air.
    “Tentu saja karena dinamika di dalam negeri, Bapak Presiden ingin terus memantau secara langsung. Beliau juga ingin terus memonitor secara langsung,” ucapnya.
    Juru Bicara Presiden Prabowo ini menambahkan, Kepala Negara ingin mencari solusi dari permasalahan yang ada.
    “Kemudian juga beliau ingin memimpin secara langsung dan mencari penyelesaian-penyelesaian yang terbaik,” tuturnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Demonstrasi Merebak di Dalam Negeri, Prabowo Batal Hadiri Parade Militer di China

    Demonstrasi Merebak di Dalam Negeri, Prabowo Batal Hadiri Parade Militer di China

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk tidak memenuhi undangan Presiden China Xi Jinping untuk menghadiri parade militer di Beijing, 3 September 2025.

    Hal itu disampaikan oleh Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi, Sabtu (30/8/2025). Keputusan itu diambil karena adanya situasi demonstrasi besar di dalam negeri yang terjadi sejak 28 Agustus 2025.

    “Oleh karena itu, Subianto dengan kerendahan hati, memohon maaf kepada Pemerintah Tiongkok, beliau memutuskan untuk belum dapat menghadiri undangan dari Pemerintah Tiongkok,” ujar Prasetyo dalam keterangannya, Sabtu (30/8/2025).

    Prasetyo menjelaskan bahwa awalnya Kepala Negara memutuskan untuk menghadiri undangan pemerintah China, sejalan dengan adanya undangan untuk berpidato di Sidang Umum PBB, New York, Amerika Serikat (AS). Prabowo juga disebut mendapatkan beberapa undangan ke luar negeri dari pihak lain.

    “Yang ini membuat salah satu pertimbangan bagi beliau dalam memutuskan hadir atau tidaknya beliau memenuhi undangan dari pemerintah Tiongkok,” lanjut Prasetyo.

    Adapun keputusan Prabowo dalam mengurungkan niatnya untuk pergi ke Negeri Tirai Bambu itu didasari oleh dinamika di dalam negeri. Prasetyo mengatakan Presiden ingin memantau terus secara langsung, perkembangan penanganan demonstrasi massa di sejumlah daerah di Tanah Air.

    “Beliau juga ingin terus memonitor secara langsung, kemudian beliau juga ingin memimpin secara langsung, dan mencari penyelesaian-penyelesaian yang terbaik,” terangnya.

    Sebelumnya diberitakan, Presiden Prabowo diketahui menjadi salah satu dari 26 kepala negara dan pemerintahan yang diundang Presiden China Xi Jinping untuk menghadiri parade militer, Beijing pada 3 September 2025.

    Parade militer tersebut bertujuan untuk memperingati 80 tahun kemenangan dalam Perang Rakyat China Melawan Agresi Jepang dan Perang Dunia Anti-Fasis.

    Sementara itu, di dalam negeri demonstrasi besar-besaran terjadi sejak 28-29 Agustus 2025. Demo itu dipicu di antaranya oleh polemik tunjangan rumah anggota DPR Rp50 juta sebulan, dan diperburuk akibat meninggalnya seorang pengemudi ojek online (ojol) akibat dilindas kendaraan taktis polisi saat demo ricuh.

  • Situasi Tidak Kondusif, Prabowo Tunda Kunjungan ke China

    Situasi Tidak Kondusif, Prabowo Tunda Kunjungan ke China

    Jakarta, CNBC Indonesia — Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk belum menghadiri undangan pemerintah China. Keputusan ini disampaikan oleh Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi melalui video keterangan resmi terkait agenda luar negeri Presiden pada September 2025.

    Menurut Mensesneg, salah satu pertimbangan utama adalah adanya beberapa undangan bersamaan, termasuk sidang tahunan PBB di New York. Presiden Prabowo ingin menimbang prioritas kehadiran agar dapat mengikuti agenda internasional yang lebih strategis.

    Selain itu, dinamika dalam negeri menjadi pertimbangan penting. Presiden menilai perlu memantau dan memimpin langsung proses penyelesaian berbagai situasi di tanah air sebelum melakukan perjalanan ke luar negeri.

    “Bapak Presiden Prabowo Subianto dengan kerendahan hati dan memohon maaf kepada pemerintah Tiongkok memutuskan untuk belum dapat menghadiri undangan tersebut,” kata Mensesneg, Sabtu (30/8/2025).

    Keputusan ini menegaskan fokus pemerintah pada stabilitas dan penyelesaian isu domestik, sekaligus menjaga hubungan baik dengan mitra internasional.

    Sebagai informasi, Presiden Prabowo menjadi salah satu dari 26 kepala negara dan pemerintahan yang diundang Presiden China Xi Jinping untuk menghadiri parade militer di Beijing pada 3 September 2025.

    (mkh/mkh)

    [Gambas:Video CNBC]